BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sebuah konsep dimana pemegang saham memiliki hak untuk mendapatkan informasi suatu perusahaan (secara benar, akurat dan tepat waktu) dan perusahaan yang memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi kinerja keuangan perusahaan (secara akurat, tepat waktu dan transparan). Karenanya, Corporate Governance memiliki serangkaian hubungan diantara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik akan membantu menciptakan sebuah hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan para pemegang saham) dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam hal ini, Dewan Komisaris memiliki fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijiakan dan strategi perusahaan yang dilakukan oleh Dewan Direksi. Sedangkan Dewan Direksi bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan dengan senantiasa memperhatikan kepentingan dan tujuan perusahaan serta mempertimbangkan kepentingan para pemegang saham dan stakeholders. Corporate Governance pada industri perbankan di negara berkembang seperti halnya Indonesia pada pasca krisis keuangan menjadi semakin penting mengingat beberapa hal. Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (King dan Levine, 1993). Kedua, di negara yang ditandai oleh pasar modal yang belum berkembang, bank berperan utan bagi sumber pembiayaan perusahaan. Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional. Keempat, liberalisasi sistem perbankan baik melalui privatisasi maupun deregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam menjalankan operasi bank (Arun, Turner, 2003 dalam Supriyatno 2006). Caprio dan Levine (2002) mengemukakan bahwa terdapat dua hal yang saling terkait menyangkut lembaga intermediasi keuangan perbankan yang berpengaruh terhadap Corporate Governance. Pertama, bank merupakan sektor usaha yang tidak transparan, sehingga memungkinkan terjadinya masalah keagenan. Kedua, bank merupakan sektor usaha yang memiliki tingkat regulasi tinggi yang dalam hal tertentu justru menghambat mekanisme Corporate Governance. Masalah keagenan dalam sektor keuangan-perbankan pada hakekatnya dapat dibedakan dalam dua kategori. Pertama masalah keagenan akibat utang (debt agency problem) dan kedua masalah keagenan akibat pemisahan kepemilikan dan pengendalian (separation of ownership and control). Penelitian ini mengacu pada penelitian Aebi, Sabato dan Schmid (2011) yang meneliti tentang Risk Management, Corporate Governance and Bank Performance dimana pembahasan dalam penelitian tersebut terjadi saat krisis 2008. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada proksi dari variabel independen yang digunakan yaitu menggunakan komite pemantau risiko dan komite manajemen risiko. Hal ini dikarenakan bank sebagai lembaga keuangan memegang aspek krusial dalam mendukung perekonomian nasional sehingga perlu suatu pengaturan yang sistematis dan menyeluruh dalam menyikapi berbagai risiko perbankan yang muncul dan yang akan muncul di setiap saat. Untuk menentukan berhasil atau tidaknya penerapan manajemen risiko dalam suatu bank, mutlak diperlukan peranan secara aktif oleh Dewan Komisaris dan Direksi sebagai dewan pengawas dan penyelenggara pelaksanaan pengelolaan Bank tersebut. Selain itu, dibutuhkan pula Komite Pemantau Risiko (KPR) maupun Komite Manajemen Risiko (CRO) yang bertugas melakukan kajian, pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai aktivitas operasional dan pengendalin risiko yang diterapkan di dalam bank itu sendiri. Untuk variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja bank yang menggunakan CAMEL sebagai indikatornya. Hal ini dikarenakan pengukuran dari CAMEL itu sendiri dapat dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perbankan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Corporate Governance, Peran Komite Pemantau Risiko (KPR) – Komite Manajemen Risiko (CRO) terhadap Kinerja bank (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Bank yang Terdaftar di BEI tahun 20102014)” B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Corporate Governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial dan board independence mempengaruhi kinerja bank ? 2. Apakah peran Komite Pemantau Risiko (KPR) dan Komite Manajemen Risiko (CRO) mempengaruhi kinerja bank? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh Corporate Governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial dan board independence terhadap kinerja bank pada sub sektor bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Untuk mengetahui pengaruh peran Komite Pemantau Risiko dan Komite Manajemen Risiko terhadap kinerja bank pada sub sektor bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi Sebagai tambahan referensi untuk dunia pendidikan dan untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh Corporate Governance, tata kelola risiko (peran komite pematau risiko dan komite manajemen risiko) terhadap kinerja suatu perusahaan. 2. Bagi perusahaan Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mencegah masalah beresiko sebelum terjadinya suatu permasalahan dan dapat memprediksi kinerja perusahaan ke depan.