Code of Corporate Governance

advertisement
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
PEDOMAN
TATA KELOLA PERUSAHAAN
Code of Corporate Governance
2010
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
SAMBUTAN
KOMISARIS UTAMA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Nilai-nilai yang melandasi pengelolaan perusahaan terus berkembang dari waktu ke
waktu. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) (PTPN XIII) sebagai bagian dari
institusi perusahaan perkebunan dalam lingkup Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
terus meningkatkan daya organisasinya melalui berbagai penyempurnaan sistem
manajemen yang diterapkan. Good Corporate Governance (GCG) yang telah
dirumuskan merupakan salah satu pedoman utama dalam pengelolaan perusahaan
ini.
Dengan menggunakan GCG sebagai pedoman pengelolaan perusahaan diharapkan
PTPN XIII bukan hanya menjadi perusahaan BUMN yang kinerjanya terus
meningkat, tetapi juga menjadi perusahaan BUMN Perkebunan yang mampu
memberikan dampak ganda yang lebih kuat, besar dan bermanfaat bagi dirinya dan
juga bagi lingkungannya. Dengan demikian, diharapkan PTPN XIII dengan
lingkungannya ibarat ikan dengan air — tak terpisahkan dan saling memberikan
manfaat secara berkelanjutan.
Kami menyambut baik penerbitan buku Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of
Good Corporate Governance) ini, selain merupakan wujud komitmen kami, juga
merupakan salah satu upaya pokok dalam penerapan GCG di lingkup kerja PTPN
XIII.
Semoga buku pedoman ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanaan
pengelolaan PTPN XIII sehari-hari. Kami juga mengharapkan masukan dan kritik
dari pembaca atau pengguna buku ini sebagai bahan untuk menyempurnakannya.
Jakarta, 13 Desember 2010
Komisaris Utama
Agus Pakpahan
i
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perseroan
SAMBUTAN
DIREKTUR UTAMA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Menindak lanjuti Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Govenance
(GCG) Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bahwa BUMN wajib menerapkan
GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan
operasionalnya, maka Manajemen telah memiliki Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(Code of Corporate Governance) yang diterbitkan pada tahun 2005. Namun dengan
adanya perubahan Anggaran Dasar PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) pada
tahun 2008, maka Manajemen memandang perlu melakukan penyesuaian Pedoman
Tata Kelola Perusahaan.
Pedoman Tata Kelola Perusahaan ini diharapkan dapat menjadi Acuan bagi
Manajemen untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam mengelola perusahaan
yang meliputi aspek-aspek Perencanaan Strategis Perusahaan, Pengendalian
Manajemen, Manajemen Risiko, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Teknologi
Informasi, serta Tanggung Jawab Social Perusahaan terhadap Lingkungan,
Masyarakat dan Stakeholders.
Semoga dengan diterbitkannya buku pedoman ini akan turut mewarnai karakter
pengelolaan Perusahaan untuk menjadi lebih baik dalam rangka mewujudkan Visi
dan Misi PT. Perkebunan Nusantara XIII melalui penerapan prinsip-prinsip GCG
secara konsisten.
Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
bekerja keras dalam menyempurnakan Pedoman tata Kelola Perusahaan ini, dan
mengharapkan adanya masukan dari semua pihak sehingga buku pedoman ini
selalu dapat disempurnakan.
Pontianak, 13 Desember 2010
Direktur Utama,
Kusumandaru NS
ii
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
DAFTAR ISI
Halaman
SAMBUTAN KOMISARIS UTAMA ……………………………………………….
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA ……………………………………………….
i
ii
DAFTAR ISI
iii-iv
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
Pasal – 1 Pengertian ……………………………..……………….
Pasal – 2 Ruang Lingkup ………………………………………….
Pasal – 3 Maksud dan Tujuan …………………………………….
Pasal – 4 Prinsip-Prinsip GCG (Good Corporate Governance)…
1
3
4
4
PROFIL PERUSAHAAN
Pasal – 5 Sejarah Perusahaan …………………………….………
Pasal – 6 Struktur Organisasi Perusahaan ………………………
Pasal – 7 Visi, Misi dan Tata Nilai …………………………………
6
7
8
ORGAN UTAMA
Pasal – 8 Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan
Direksi ……………………………………………………
Pasal – 9 Hak Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
Pasal – 10 Kewajiban Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan
Direksi ……………………………………………………..
Pasal – 11 Keanggotaan dan Komposisi Dewan Komisaris dan
Direksi …………………………………………………….
Pasal – 12 Wewenang Rapat Umum Pemegang Saham ……….
Pasal – 13 Akuntabilitas Pemegang Saham ………………………
Pasal – 14 Pendelegasian Wewenang RUPS, Komisaris, dan
Direksi …………………………………………………….
Pasal – 15 Sistem Penilaian dan Remunerasi ……………………
ORGAN PENDUKUNG
Pasal – 16 Satuan Pengawasan Intern, Sekretaris Korporat,
Komite Audit, Sekretaris Komisaris ……………………
Pasal – 17 Tugas Pokok dan Kewajiban Satuan Pengawas Intern,
Sekretaris Korporat, Komite Audit, Sekretaris Komisaris
PROSES GOVERNANCE
Pasal – 18 Pengangkatan, Pemberhentian Dewan Komisaris dan
Direksi ………………………………………………………
Pasal – 19 Program Pengenalan Anggota Dewan Komisaris dan
Direksi Baru ……………………………………………….
Pasal – 20 Statement of Corporate Intent (SCI) …………………….
10
11
14
16
18
19
19
20
22
22
25
26
27
iii
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal – 21 Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
Pasal – 22 Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris
Dan Direksi ………………………………………………..
Pasal – 23 Tata Kelola Sumber Daya Manusia (SDM) ……………
Pasal – 24 Tata Kelola Keuangan …………………………………..
Pasal – 25 Tata Kelola Aset ………………………………………….
Pasal – 26 Tata Kelola Pengadaan Barang dan Jasa ……………
Pasal – 27 Pengelolaan Dokumen / Arsip ………………………….
Pasal – 28 Tata Kelola Manajemen Resiko ………………………..
Pasal – 29 Tata Kelola Manajemen Mutu …………………………..
Pasal – 30 Tata Kelola Teknologi Informasi ………………………..
Pasal – 31 Tata Kelola Audit …..…………………………………….
Pasal – 32 Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan
Dan Kesempatan Kerja ………………………………….
Pasal – 33 Tata Kelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan …..
Pasal – 34 Tata Kelola Keterbukaan dan Pengungkapan Informasi
Pasal – 35 Tata Kelola Benturan Kepentingan Pemegang Saham,
Dewan Komisaris dan Direksi ……………………………
Pasal – 36 Tata Kelola Pelaporan ……………………………………
BAB VI
BAB VII
28
28
33
35
37
39
41
42
47
48
50
52
55
57
59
60
PENGELOLAAN STAKEHOLDERS
Pasal – 37 Batasan dan Prinsip Pengelolaan ………………………
Pasal – 38 Hak, Partisipasi dan Penghubung Stakeholders ………
Pasal – 39 Stakeholders yang Dikelola ………………………………
63
63
64
PENUTUP
Pasal – 40 Komitmen …………………………………………………..
67
iv
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal – 1
Pengertian
(1)
Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilainilai etika.1
(2)
Organ utama adalah organ perusahaan yang terdiri dari Pemegang Saham,
Dewan Komisaris dan Direksi.
(3)
Organ pendukung adalah organ perusahaan yang membantu langsung
Dewan Komisaris dan Direksi.
(4)
Perusahaan adalah PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) yang didirikan
oleh Pemerintah Republik Indonesia sejak tanggal 11 Maret 1996
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang Pembentukan PT Perkebunan
Nusantara XIII (Persero) serta memperoleh status badan hukum pada tanggal
08 Agustus 1996 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia nomor C2-8341.HT.01.01.TH.1996.2
(5)
Pemegang Saham adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau
badan hukum untuk mewakilinya dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). 3
(6)
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undangundang ini dan/atau Anggaran Dasar.4
(7)
Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.5
1 Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN
2
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-55430.AH.01.02.Tahun 2008 tentang Persetujuan Perubahan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Mengeri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4 5
-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
1
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(8)
Direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan, maksud dan tujuan
perusahaan serta mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.6
(9)
Komite-komite Komisaris adalah komite atau tenaga ahli yang diangkat dan
bekerja untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan Komisaris serta
bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris.7
(10)
Sekretaris Komisaris adalah personil yang diangkat dan diberhentikan serta
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris yang membantu Komisaris di
bidang kegiatan kesekretariatan.
(11)
Sekretaris Korporat adalah organ yang dibentuk oleh Direksi yang bertindak
sebagai pejabat penghubung (liaison officer) dan dapat ditugaskan oleh
Direksi untuk menatausahakan serta menyimpan dokumen BUMN, termasuk
tetapi tidak terbatas pada, Daftar Pemgegang Saham, Daftar Khusus dan
Risalah Rapat Direksi maupun RUPS/RUPS-LB. 8
(12)
Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah aparat pengawasan internal
perusahaan yang berfungsi untuk menilai kecukupan dan efektivitas sistim
pengendalian intern pada semua kegiatan usaha dan membantu kinerja
perusahaan menciptakan efisiensi dan efektivitas manajemen risiko serta
manajemen strategis.
(13)
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
langsung kepada Dewan Komisaris, yang bekerja secara kolektif dan
berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas
pengawasannya.9
(14)
Eksternal Auditor adalah auditor yang ditunjuk oleh RUPS/Pemegang Saham
dari calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usul Komite
Audit untuk memberikan pendapat tentang kewajaran, ketaat-azasan, dan
kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar akuntansi
keuangan Indonesia. 10
(15)
Stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan
perusahaan baik langsung maupun tidak langsung yaitu Pemegang saham,
Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan serta Pemerintah, Kreditur dan
pihak berkepentingan lainnya; 11
6
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
7
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) & Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP103/MBU/2002 tentang Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
8
9
- 10 - 11 Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-103/MBU/2002 tentang Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
2
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(16)
Karyawan adalah pekerja yang pengangkatan, pemberhentian, kedudukan,
hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.12
(17)
Konsumen adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan
sebagai penerima jasa atau produk perusahaan.
(18)
Pemasok adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan perusahaan
sebagai penyedia barang dan jasa.
(19)
Kreditur adalah badan usaha atau perorangan yang telah memberikan kredit,
dan pemilik uang.13
(20)
Masyarakat adalah individu atau kelompok di luar perusahaan yang
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
perusahaan. 14
(21)
Risiko merupakan ketidakpastian lingkungan (internal dan eksternal) yang
berpotensi mempengaruhi pencapaian perusahaan.
(22)
Manajemen risiko adalah suatu proses yang diterapkan dalam penyusunan
strategi di seluruh organisasi, yang dirancang untuk mengidentifikasi risikorisiko yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk
mencapai tujuan dan sasaran-sasarannya, serta mengelola risiko-risiko
tersebut agar berada dalam tingkat yang dapat diterima, dan untuk
memberikan kepastian bahwa tujuan / sasaran organisasi akan tercapai.15
Pasal - 2
Ruang Lingkup
(1)
Ruang lingkup dalam pedoman ini mencakup tata kelola perusahaan yang
berhubungan dengan aktivitas organ utama, organ pendukung dan
stakeholders.
12 Undang – Undang Republik Indonesia no 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
13 14
-
Pedoman Etika Bisnis PTPN XIII Edisi 2010
15 Definisi Entire Risk Management oleh Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO)
16 Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
3
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal - 3
Maksud dan Tujuan
(1)
Perusahaan berniat untuk menjalankan perseroan dengan tata kelola yang
berprinsip kepada transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi,
fairness (TARIF) dan bertujuan untuk :16
a.
Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan
adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara
nasional maupun internasional;
b.
Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ perusahaan;
c.
Mendorong organ perusahaan membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholder
maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan;
d.
Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional;
e.
Meningkatkan iklim investasi nasional;
f.
Mensukseskan program privatisasi.
g.
Menciptakan citra perusahaan yang baik (Good Corporate Image).
Pasal – 4
Prinsip-Prinsip GCG (Good Corporate Governance)
(1)
Prinsip-prinsip GCG yang dilaksanakan dalam mengelola perusahaan seharihari terdiri atas 17 :
a. Transparansi (Transparancy)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
b. Akuntabilititas (Acountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
perusahaan guna terlaksananya pengelolaan kegiatan usaha perusahaan
secara efektif.
17 Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN
4
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
c. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian pengelolaan kegiatan usaha perusahaan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dengan kaidah-kaidah
pengelolaan kegiatan usaha perusahaan yang sehat.
d. Kemandirian (Independency)
Diterapkannya profesionalitas dalam pengelolaan kegiatan usaha
perusahaan tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kaidah-kaidah pengelolaan
kegiatan usaha Perusahaan yang sehat .
e. Kewajaran (Fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2).
Penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten disetiap kegiatan sehingga
menjadi pola pikir, tindakan, sikap dan perilaku organ perusahaan.
5
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pasal – 5
Sejarah Perusahaan
(1)
PT.Perkebunan Nusantara XIII (Persero) disingkat PTPN XIII (Persero)
adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) didirikan pada tgl. 11
Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dan
Akte Notaris Harun Kamil, SH No.46 tanggal 11 Maret 1996 Dan telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman R.I melalui keputusan No. C28341.IIT.01.01.TII.96 tanggal 8 Agustus 1996 serta tambahan Berita Negara
RI No. 81. Pada tahun 2008 PTPN XIII melakukan perubahan Anggaran
Dasar Perseroan sesuai dengan Akte Notaris P. Sutrisno A. Tampubolon No.
16 tanggal 12 Agustus 2008 dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor AHU-55430.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 26 Agustus
2008 dan tambahan Berita Negara R.I. No.87 tanggal 28 Oktober 2008.18
(2)
PTPN XIII (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996, adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri
dan merupakan penggabungan dari Proyek Pengembangan 8 (delapan) Eks
PTP-PTP yaitu PTP VI, VII, XII, XIII, XVIII, XXIV-V, XXVI DAN XXIX yang
semuanya berlokasi di Pulau Kalimantan.
(3)
Komoditas utama yang dikelola dibidang perkebunan Kelapa Sawit dan Karet.
Arah pengembangan Kelapa Sawit dilakukan melalui usaha horisontal dan
vertikal. Pengembangan horisontal melalui perluasan areal baik Kebun Inti
maupun Plasma dapat melaui kerjasama usaha ataupun dibangun sendiri di
lingkungan perusahaan. Sedang pengembangan yang bersifat vertikal
merupakan strategi pengembangan usaha yang prospektif dengan
membangun industri derivative yang bahan baku berasal dari kelapa sawit,
karet dan sumber daya lain yang tersedia.
(4)
Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk
menghasilkan barang dan / atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing
kuat, PTPN XIII (Persero) dapat mengembangkan usahanya ke bidang lain
yang menguntungkan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Kegiatan usaha lainnya
tersebut dapat meliputi : trading house, pengembangan kawasan industri,
agro industrial complex, real estate, pusat perbelanjaan/mall, perkantoran,
pergudangan, pariwisata, perhotelan, resort, olah raga dan rekreasi,
pertambangan, rest area, rumah sakit, pendidikan dan penelitian, prasarana
telekomunikasi dan sumber daya energi, jasa penyewaan, jasa konsultasi
18
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : AHU-55430.AH.01.02.Tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
6
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
bidang perkebunan, jasa pembangunan kebun dan pengusahaan sarana dan
prasarana yang dimiliki perusahaan.
(5)
Pasal – 6
Struktur Organisasi Perusahaan
RUPS
DEWAN
KOMISARIS
DIREKTUR
UTAMA
KOMITE AUDIT
DIREKTUR
PRODUKSI
DIREKTUR
KEUANGAN & PEMASARAN
KEPALA BAGIAN
TANAMAN
KEPALA BAGIAN
KEUANGAN
KEPALA BAGIAN
PLASMA
KEPALA BAGIAN
AKUNTANSI
KEPALA BAGIAN
PABRIK
KEPALA BAGIAN
PEMASARAN
DIREKTUR
SDM & UMUM
KEPALA BAGIAN
UMUM
KEPALA BAGIAN
PSDM
DIREKTUR
PERENCANAAN &
PENGEMBANGAN
KEPALA BAGIAN
PERENCANAAN &
PENGKAJIAN
KEPALA BAGIAN
PENGEMBANGAN
USAHA
KEPALA BAGIAN
SEKRETARIS
PERUSAHAAN /
CSR & CMR
KEPALA BAGIAN
SPI
BAGIAN
PENGADAAN
KEPALA BAGIAN
INFRASTRUKTUR
DISTRIK
KALBAR I
DISTRIK
KALBAR II
DISTRIK
KALTIM
DISTRIK
KALSEL/TENG
MANAJER
GUNUNG MELIAU
INTI
MANAJER
NGABANG
MANAJER
TABARA INTI
MANAJER
PELAIHARI
MANAJER
SUNGAI DEKAN
MANAJER
PMS NGABANG
MANAJER
TABARA PLASMA
MANAJER
DANAU SALAK
MANAJER
RIMBA BELLIAN
INTI
MANAJER
PARINDU
MANAJER
TAJATI INTI
MANAJER
GUNUNG EMAS
MANAJER
PMS PARINDU
MANAJER
TAJATI PLASMA
MANAJER
GUNUNG MELIAU
PLASMA
MANAJER
KEMBAYAN INTI
MANAJER
LONGKALI
MANAJER
RIMBA BELIAN
PLASMA
MANAJER
KEMBAYAN
PLASMA
MANAJER
PMS LONGKALI
MANAJER
PMS GUNUNG
MELIAU
MANAJER
KEMBAYAN
PLASMA
MANAJER
PMS SEMUNTAI
MANAJER
PMS KEMBAYAN
MANAJER
PMS
LONGPINANG
MANAJER
PMS RIMBA
BELIAN
MANAJER
KEBUN-PKR
SINTANG
MANAJER
BATULICIN
MANAJER
KUMAI
MANAJER
RS DASAL
MANAJER
KEBUN-PKR
TAMBARANGAN
MANAJER
PMS PELAIHARI
MANAJER
RS PARINDU
7
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal - 7
Visi , Misi dan Tata Nilai
(1)
Visi
Menjadi perusahaan agribisnis yang berdaya saing tinggi, tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat secara berkelanjutan.
(2)
Misi
a. Menghasilkan produk dan jasa dalam bidang kelapa sawit, karet,
industri hilir dan bidang usaha lainnya secara efisien dan bermutu tinggi.
b. Mendinamisasikan perekonomian regional dan nasional
c. Mengembangkan dan memberdayakan potensi masyarakat berbasis
kemitraan
d. Mengembangkan sistem perkebunan yang ramah lingkungan
(3)
Tata Nilai (Values)
a. Integritas
Menyampaikan sesuatu dengan benar, tanpa kepentingan pribadi, tulus,
dapat dipercaya, satu kata dengan perbuatan, melakukan pekerjaan
dengan benar sekalipun tidak ada seorangpun sedang bekerja atau
melihatnya.
b. Disiplin
Bekerja mengikuti sistem peraturan dan norma yang berlaku serta hasil
kerja tidak diperoleh melalui cara-cara jalan pintas.
c. Perbaikan terus – menerus
Perbaikan dengan cara-cara efisien dan efektif untuk memperoleh mutu
pekerjaan dan kepuasan pelanggan, tuntutan mengatasi persaingan.
d. Bertindak segera
Pekerjaan dilakukan dengan segera dengan pola pikir peluang tidak
senantiasa ada, untuk meningkatkan laba dan mempercepat
pertumbuhan.
e. Tanggung Jawab
Mampu memberikan respon terhadap hasil pekerjaannya yang berkaitan
dengan mutu, biaya, standar, dan norma target serta target-target yang
ditetapkan.
f. Inovasi
Menciptakan cara-cara terbaru dalam bekerja untuk mencapai hasil yang
terbaik.
8
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
g. Komunikasi
Proaktif dalam menyampaikan gagasan, fokus terhadap apa yang benar
bukan siapa yang benar dan mau mendengarkan.
h. Kerukunan
Berpikir terbuka, menerima perbedaan dan kritik, berpikir positif, tidak
sektoral dan tidak menyalahkan orang lain.
9
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB III
ORGAN UTAMA
Pasal – 8
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi
(1)
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara adalah Pemegang Saham yang
bertindak selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dapat
memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan
hukum untuk mewakilinya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
perseroan, sebagai berikut :
a. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diadakan tiap tahun
mengenai :
a.1.
Rapat Umum Pemegang Saham mengenai persetujuan laporan
tahunan.
a.2.
Rapat Umum Pemegang Saham mengenai persetujuan Rencana
Kerja dan Anggaran Perseroan.
b. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, yaitu RUPS yang diadakan
sewaktu – waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perseroan.
(2)
Anggota Dewan Komisaris adalah personil yang diangkat dan ditetapkan oleh
Pemegang Saham dalam RUPS dan memiliki kualifikasi19 :
a. Memiliki Integritas dan berdedikasi.
b. Memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan
dengan salah satu fungsi manajemen.
c. Memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha perkebunan.
d. Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
e. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau menjadi anggota Direksi / anggota Dewan Komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan pailit.
f. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya.
g. Tidak memiliki benturan kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
h. Tidak memiliki hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik
menurut garis lurus maupun garis kesamping atau hubungan semenda
(menantu / Ipar) antara anggota Direksi dan antara anggota Direksi
dengan anggota Dewan Komisaris.
i.
19
Tidak mewakili kepentingan politik tertentu dan memangku jabatan
rangkap sebagai Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Swasta;
dan atau jabatan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
- Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.AH.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPNXIII, Undang – undang RI
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
10
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
undangan, dan atau jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan.
(3)
Direksi adalah personil yang diangkat dan ditetapkan oleh Pemegang Saham
dalam RUPS yang memiliki kualifikasi 20 :
a. Memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur,
berperilaku yang baik serta dedikasi tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan perusahaan.
b. Dinyatakan lulus melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan.
c. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit, atau menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit.
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya.
e. Tidak memiliki hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik
menurut garis lurus maupun garis kesamping atau hubungan semenda
(menantu/ipar) antara anggota Direksi dan antara anggota Direksi dengan
anggota Dewan Komisaris.
f. Tidak mewakili kepentingan partai politik tertentu, jabatan rangkap sebagai
anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, Badan Usaha Milik Swasta; dan atau jabatan lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, serta jabatan lain yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan.
Pasal – 9
Hak Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
(1)
Pemegang saham berhak21:
a. Memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat berkenaan
dengan penyelenggaraan RUPS diantaranya; panggilan untuk RUPS yang
mencakup informasi setiap mata acara agenda RUPS termasuk usul yang
direncanakan diajukan oleh Direksi, keputusan RUPS yang diambil melalui
prosedur yang transparan dan adil, Risalah RUPS, sistem untuk
menentukan gaji dan fasilitas serta rincian gaji dan tungangan bagi setiap
anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang sedang menjabat, informasi
keuangan maupun hal-hal lainnya yang dimuat dalam Laporan Tahunan
dan Laporan Keuangan perusahaan.
b. Menghadiri baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa kepada
satu orang kuasa dan memberikan hak suara dalam suatu RUPS
20 21
-
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, Undang-undang RI Nomor : 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas &
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
11
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
c. Memperoleh informasi material mengenai perseroan secara tepat waktu
dan teratur untuk membuat keputusan mengenai sahamnya dalam
perseroan.
d. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat mengenai perusahaan,
kecuali untuk informasi dimana Direksi memiliki alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk tidak memberikannya.
e. Menerima sebagian keuntungan perseroan yang diperuntukkan bagi
Pemegang Saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan
lainnya.
f. Tidak dihambat mengadakan RUPS
g. Tidak dihambat dalam pemilihan anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
h. Memiliki hak bertanya kepada Komisaris dan Direksi.
(2)
i.
Menyelenggarakan RUPS dalam hal Direksi dan atau Dewan Komisaris
lalai menyelenggarakan RUPS tahunan dan sewaktu-waktu meminta
penyelenggaraan RUPS luar biasa bila dipandang perlu.
j.
Mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua
Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani usul yang bersangkutan.
Dewan Komisaris berhak22:
a. Memperoleh akses ke perusahaan dan memperoleh informasi perusahaan
secara berkala, tepat waktu, dan lengkap sesuai dengan ketentuan
Anggaran Dasar dan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan
memeriksa kekayaan perusahaan.
c. Bertanya kepada Direksi mengenai pengurusan perusahaan dan meminta
kepada Direksi menghadiri rapat Dewan Komisaris untuk memperoleh
penjelasan tentang kondisi perusahaan.
d. Mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan
oleh Direksi.
e. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris, jika
dianggap perlu.
f. Membentuk komite-komite lain selain Komite Audit, jika dianggap perlu
dengan memperhatikan kemampuan perusahaan.
g. Menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu atas beban perseroan, jika dianggap perlu.
h. Menghadiri rapat Dewan Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
terhadap hal-hal yang dibicarakan.
22
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, Undang-undang RI Nomor : 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas &
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
12
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
i.
Melaksanakan pengawasan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar, dan/atau keputusan
RUPS.
j.
Mengundurkan diri dari jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris
dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya kepada
perusahaan dengan tembusan kepada Pemegang Saham, anggota
Dewan Komisaris lainnya dan Direksi, serta tetap memperhatikan
pertanggungjawaban yang bersangkutan selama menjabat sebagai
anggota Dewan Komisaris.
k. Mendapat honorarium dan tunjungan/fasilitas termasuk santunan purna
jabatan yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh RUPS dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
23
Direksi berhak23 :
a.
Menetapkan kebijakan kepengurusan perusahaan.
b.
Mengatur penyerahan kekuasaan Dewan Direksi kepada seorang atau
beberapa orang anggota Direksi atau kepada beberapa orang pekerja
perusahaan baik sendiri-sendiri maupun bersama dan atau kepada
orang lain untuk mengambil keputusan atas nama Dewan Direksi atau
mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan.
c.
Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian termasuk
penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi
karyawan perusahaan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dengan ketentuan penetapan gaji, pensiun atau jaminan
hari tua dan penghasilan lain bagi pekerja yang melampaui kewajiban
yang ditetapkan peraturan perundang-undangan, dan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari RUPS.
d.
Mengangkat dan memberhentikan pekerja berdasarkan aturan internal
perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
ketenagakerjaan.
e.
Melakukan segala tindakan dan perbuatan lainnya mengenai
pengurusan maupun pemilikan kekayaan perusahaan, mengikat
perusahaan dengan pihak lain serta mewakili perusahaan di dalam dan
di luar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, dengan
pembatasan-pembatasan sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, Anggaran Dasar dan atau keputusan RUPS.
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
13
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal – 10
Kewajiban Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
(1)
(2)
Pemegang saham memiliki kewajiban :
a.
Menetapkan dan mengesahkan kebijakan jangka panjang dalam bentuk
perencanaan strategik operasi Perusahaan.
b.
Menetapkan dan mengesahkan kebijakan investasi.
c.
Menetapkan dan pengesahan Rencana Jangka Panjang Perusahaan
(RJPP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan Laporan
Tahunan yang diajukan Dewan Direksi.
d.
Mengesahkan Statement of Corporate Intent (SCI)
Dewan Komisaris memiliki kewajiban :
a.
Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan
Perseroan.
b.
Meneliti dan menelaah RJPP dan RKAP, Laporan Tahunan, dan laporan
berkala yang disiapkan Direksi, serta menandatangani RJPP, RKAP dan
Laporan Tahunan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
c.
Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai RJPP dan
RKAP mengenai alasan Dewan Komisaris menandatangani RJPP dan
RKAP.
d.
Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada RUPS mengenai
Laporan Tahunan, apabila diminta.
e.
Menyusun program kerja tahunan dan dimasukkan dalam RKAP.
f.
Membentuk Komite Audit.
g.
Mengusulkan penetapan Akuntan Publik kepada RUPS.
h.
Membuat Risalah Rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya.
i.
Melaporkan kepada perusahaan mengenai kepemilikan sahamnya
dan/atau keluarganya pada perusahaan atau kepada perusahaan lain.
j.
Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan, memberikan pendapat
dan saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang dianggap
penting bagi kepengurusan perusahaan.
k.
Melaporkan dengan segera kepada RUPS apabila terjadi gejala
menurunnya kinerja perusahaan.
l.
Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan
selama tahun buku yang lalu kepada RUPS.
m.
Melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan
pemberian nasehat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, Anggaran Dasar, dan keputusan RUPS.
14
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(3)
24
n.
Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan dan perundang-undangan
serta prinsip-prinsip profesionalisme, efisien, tranparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban serta kewajaran.
o.
Beritikad baik, penuh kehati-hatian dan tanggung jawab menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
Dewan Direksi memiliki kewajiban 24:
a.
Mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha dan kegiatan
perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya
b.
Menyiapkan pada waktunya RJPP, RKAP dan perubahannya serta
menyampaikannya kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham
untuk mendapatkan pengesahan RUPS.
c.
Memberikan penjelasan pada RUPS mengenai RJPP dan RKAP.
d.
Membuat daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS dan
Risalah Rapat Direksi.
e.
Membuat Laporan Tahunan sebagai pertanggungjawaban pengurus
perusahaan, serta dokumen keuangan perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang tentang Dokumen Perusahaan.
f.
Menyampaikan Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan kepada Akuntan Publik untuk diaudit.
g.
Menyampaikan Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan kepada
RUPS untuk disetujui dan disahkan, serta laporan mengenai hak-hak
perusahaan yang tidak dicatat dalam pembukuan antara lain sebagai
akibat penghapusbukuan piutang.
h.
Memberikan penjelasan kepada RUPS mengenai Laporan Tahunan.
i.
Menyampaikan Neraca dan Laporan Laba Rugi yang telah disahkan oleh
RUPS kepada Menteri yang membidangi Hukum dan Hak Asasi Manusia
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
j.
Menyampaikan laporan perubahan susunan Pemegang Saham, Direksi
dan Dewan Komisaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
k.
Memelihara Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS,
Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan
Tahunan dan Dokumen keuangan perusahaan serta dokumen
perusahaan lainnya.
l.
Menyimpan Daftar Pemegang Saham, Daftar Khusus, Risalah RUPS,
Risalah Rapat Dewan Komisaris dan Risalah Rapat Direksi, Laporan
Tahunan dan Dokumen Keuangan Perusahaan dan Dokumen
Perusahaan lainnya.
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
15
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
m.
Menyusun sistem akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dan berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian intern,
terutama fungsi pengurusan, pencatatan dan penyimpangan dan
pengawasan.
n.
Memberikan laporan berkala menurut cara dan waktu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, serta laporan lainnya setiap kali diminta oleh
Dewan Komisaris atau Pemegang Saham.
o.
Menyiapkan susunan organisasi perusahaan lengkap dengan perincian
dan tugasnya.
p.
Memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan atau yang
diminta anggota Dewan Komisaris dan para Pemegang Saham.
q.
Menyusun dan menetapkan blue print organisasi perusahaan.
r.
Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Anggaran Dasar ini dan yang ditetapkan oleh RUPS
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
s.
Mematuhi Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundangundangan, melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi,
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta
kewajaran.
t.
Meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan perusahaan
atau menjadikan jaminan utang kekayaan perusahaan.
Pasal – 11
Keanggotaan dan Komposisi Dewan Komisaris dan Direksi
(1).
Keanggotaan dan komposisi Dewan Komisaris
a.
Komposisi Dewan Komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta
dapat bertindak secara independen dalam arti tidak mempunyai
kepentingan
yang
dapat
mengganggu
kemampuannya
untuk
melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu
sama lain dan terhadap Direksi.25
b. Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih.26
c. Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota
merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat
bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan
Komisaris.27
25
-
26
– 27 Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
16
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
e. Anggota Dewan Komisaris diangkat, diganti, diberhentikan, waktu mulai
berlakunya pengangkatan, penggantian serta pemberhentian ditetapkan
berdasarkan keputusan RUPS.28
f. Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat
diangkat kembali.29
g. Komposisi Dewan Komisaris mencerminkan berbagai keahlian yang saling
mendukung dalam pengambilan keputusan secara efektif.
h. Paling sedikit 20% dari anggota Dewan Komisaris berasal dari kalangan
diluar perusahaan dan memenuhi ketentuan30:
(2).
h.1.
Tidak menjabat sebagai Direksi di perusahaan terafiliasi.
h.2.
Tidak bekerja pada pemerintah termasuk di departemen, lembaga
dan kemiliteran dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
h.3.
Tidak bekerja di PTPN XIII (Persero) atau afiliasinya dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
h.4.
Tidak mempunyai keterkaitan finansial, baik langsung maupun tidak
langsung dengan PTPN XIII (Persero) atau perusahaan lain yang
menyediakan jasa dan produk kepada PTPN XIII (Persero) dan
afiliasinya.
h.5.
Bebas dari benturan kepentingan dan aktivitas bisnis atau
hubungan lain yang dapat menghalangi atau mengganggu
kemampuan Komisaris yang bersangkutan untuk bertindak atau
berpikir secara bebas di lingkup perusahaan.
Keanggotaan dan Komposisi Direksi
a. Direksi perseroan terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi yang diangkat oleh RUPS.31
b. Pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi
ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.32
c. Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat
kembali.33
d. Pengangkatan, penggantian, pemberhentian dan waktu mulai berlakunya
pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi tersebut
berdasarkan keputusan RUPS.34
e. Komposisi Direksi merupakan perpaduan para profesional yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan yang efektif, efisien dan segera 35.
30
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN
28 – 29 - 31
32
- 33 – 34-35
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
17
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
f. Komposisi dan pembagian tugas Direksi disesuaikan dengan struktur
organisasi PTPN XIII (Persero) yang ditetapkan oleh RUPS.36
Pasal – 12
Wewenang Rapat Umum Pemegang Saham
(1). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-undang ini dan/atau Anggaran Dasar.37
(2). RUPS Tahunan diadakan tiap-tiap tahun untuk persetujuan dan pengesahan
Laporan Tahunan, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan atau berdasarkan
kebutuhan untuk kepentingan perusahaan. 38
(3). Rapat Umum Pemegang Saham memiliki wewenang : 39
a. Memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perusahaan dari Direksi
dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara
rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perusahaan.
b. Menyetujui dan menolak RKAP, RJPP dan penggunaan laba bersih
perusahaan.
c. Memutuskan alokasi pembagian keuntungan perusahaan untuk :
c.1. Cadangan yang ditahan.
c.2. Dividen kepada Pemegang Saham.
d. Menetapkan dan mengesahkan sistem pengangkatan Direksi dan Dewan
Komisaris.
e. Mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Dewan Komisaris.
f. Menetapkan sistim penilaian kinerja masing-masing Dewan Komisaris dan
Direksi.
g. Melakukan penilaian terhadap kinerja secara kolektif maupun masingmasing Dewan Komisaris dan Direksi.
h. Menetapkan auditor eksternal untuk melakukan audit keuangan atas
laporan keuangan.
i. Menerapkan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi.
j. Menetapkan kebijakan mengenai kemungkinan adanya konflik kepentingan
yang terkait dengan Dewan Komisaris.
k. Menetapkan jumlah maksimum jabatan Dewan Komisaris yang boleh
dirangkap oleh seorang anggota Dewan Komisaris.
36 – 37 38
-
39 -
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
18
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
l. Menetapkan jumlah maksimum jabatan Dewan Komisaris yang boleh
dirangkap oleh Direksi.
m. Melimpahkan kepada Dewan Komisaris akan penetapan pembagian tugas
dan wewenang anggota Direksi.
Pasal – 13
Akuntabilitas Pemegang Saham
(1)
Pemegang saham tidak mencampuri kegiatan operasional yang menjadi
tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar
perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Pemegang saham menghindari conflict of interest dalam pengambilan
keputusan mengenai hal-hal penting yang dapat mempengaruhi keberadaan
perusahaan untuk jangka panjang, seperti pengambilan keputusan merger,
akuisisi, privatisasi, related party transaction.
Pasal – 14
Pendelegasian Wewenang RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi
(1)
Pendelegasian Wewenang RUPS
a. Pendelegasian wewenang oleh RUPS kepada Dewan Komisaris harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pendelegasian wewenang RUPS kepada Direksi harus selaras dengan
kebijakan pemerintah yang terkait dengan bidang usaha perusahaan baik
dari Departemen Keuangan, Departemen Teknis, maupun Departemen /
Lembaga Pemerintah terkait lainnya.
(2)
Pendelegasian Wewenang Dewan Komisaris
a. Pendelegasian wewenang oleh seorang anggota Dewan Komisaris
kepada anggota Dewan Komisaris lainnya hanya dapat dilakukan melalui
surat kuasa dan tidak menghilangkan sifat pertanggungjawaban kolegial
Komisaris.
b. Pendelegasian kewenangan Dewan Komisaris kepada komite-komite
Komisaris harus dilakukan berdasarkan surat keputusan Komisaris,
namun pertanggungjawaban hasil keputusan Komite tetap berada pada
Dewan Komisaris.
(3)
Pendelegasian Wewenang Direksi
a. Direksi dapat mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada anggota
Direksi lainnya, pekerja, dan pihak di luar perusahaan dengan dikukuhkan
dalam suatu Surat Keputusan, Surat Edaran dan / atau Surat Kuasa
Direksi, hal ini dilakukan berdasarkan analisa yang seksama untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan.
19
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Dalam pendelegasian wewenang kepada anggota Direksi lainnya, perlu
ditetapkan ketentuan mengenai bentuk-bentuk keputusan Direksi yang
dapat diambil olehnya.
a. Anggota Direksi secara Individual.
b. Anggota Direksi yang mengatasnamakan Direksi secara kolektif.
c. Pendelegasian wewenang Direksi tidak menghilangkan sifat pertanggung
jawaban kolegial Direksi.
d. Dalam hal pengangkatan seseorang oleh Direksi menjadi pekerja
perusahaan dengan tugas dan jabatan tertentu, yang bersangkutan
secara otomatis telah memperoleh sebagian kewenangan Direksi untuk
mengurus perusahaan.
Pasal – 15
Sistem Penilaian Kinerja dan Remunerasi
(1)
Penilaian Kinerja dan Remunerasi Dewan Komisaris
a Pemegang Saham menilai kinerja Dewan Komisaris secara keseluruhan
dan masing-masing anggota Dewan Komisaris melalui mekanisme RUPS.
b. Pemegang Saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi
yang akurat dari Komite Remunerasi mengenai sistim untuk menentukan
gaji, tunjangan dan fasilitas bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
(2)
Penilaian Kinerja dan Remunerasi Direksi
a. Pemegang Saham menilai kinerja Direksi secara keseluruhan dan masingmasing anggota Direksi melalui mekanisme RUPS.
b. Penilaian individual untuk tiap anggota Direksi dilakukan oleh Direktur
Utama dan dilaporkan kepada RUPS untuk ditelaah dan dipertimbangkan.
c. Hasil penilaian kinerja Direksi menjadi dasar perhitungan remunerasi
Direksi.
d. Remunerasi Direksi harus dapat memotivasi Direksi untuk mencapai
pertumbuhan jangka panjang dan kesuksesan perusahaan dalam
kerangka kerja yang terkontrol.
(3)
Penilaian Kinerja dan Remunerasi Karyawan
a. Direksi menerbitkan sistim penilaian kinerja sebagai dasar pemberian
penghargaan, pembinaan dan perhitungan remunerasi.
b. Penilaian diutamakan pada prestasi hasil kerja berdasarkan kompetensi
yang meliputi :
b.1.
Pengetahuan tentang pekerjaan.
b.2.
Kejujuran dan integritas.
b.3.
Motivasi dan kemauan berprestasi.
20
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b.4.
Kemampuan berkomunikasi.
b.5.
Tanggung jawab dan ketelitian.
b.6.
Kemampuan kerja sama.
b.7.
Kemampuan menganalisis dan memutuskan
b.8.
Kemampuan memimpin
b.9.
Orientasi pada pelanggan.
b.10.
Orientasi pada bisnis.
c. Sasaran kinerja dibuat untuk periode satu tahun kalender sejalan dengan
rencana kerja dan anggaran perusahaan, dijabarkan oleh Direksi menjadi
sasaran kinerja unit-unit kerja dan akhirnya menjadi sasaran kinerja
individual.
d. Sasaran kerja dapat dievaluasi ulang apabila terjadi hal-hal diluar kendali
unit kerja / karyawan yang bersangkutan.
e. Menilai kinerja individual dengan menggunakan SPK (Sistim Penilaian
Karya) yang merupakan suatu proses untuk menciptakan pemahaman
bersama antara pekerja dengan atasannya tentang apa yang akan dicapai
dan bagaiman cara mencapaianya.
f. Penilaian kinerja diikuti dengan penerapan reward and punishment yang
tegas dan konsisten.
g. Memberikan insentif kepada pekerja berdasarkan kinerja yang dicapai
berupa upah, tunjangan, dan penerimaan lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
h. Mengembangkan dan mengevaluasi sistim penilaian kinerja dan sistim
remunerasi sesuai perkembangan secara berkesinambungan.
21
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB IV
ORGAN PENDUKUNG
Pasal – 16
Satuan Pengawasan Intern, Sekretaris Korporat,
Komite Audit, Sekretaris Komisaris
(1)
Satuan Pengawasan Intern adalah aparat pengawasan intern perusahaan
dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada
Direktur Utama.
(2)
Sekretaris Korporat adalah Bagian yang dibentuk Direksi yang berfungsi
sebagai penghubung antara perusahaan dengan pemegang saham/pemilik
dan stakeholders (pihak-pihak berkepentingan lainnya) dan melakukan
pengelolaan dokumen-dokumen perusahaan serta dipimpin oleh seorang
Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
(3)
Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris yang bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tugas pengawasan.
(4)
Sekretaris Komisaris adalah personil yang diangkat dan diberhentikan oleh
Dewan Komisaris yang memiliki tugas membantu Dewan Komisaris dalam
pelaksanaan fungsi kesekretariatan.
Pasal – 17
Tugas Pokok dan Kewajiban
Satuan Pengawasan Intern, Sekretaris Korporat,
Komite Audit, Sekretaris Komisaris
(1)
Satuan Pengawasan Intern memiliki tugas dan kewajiban
a. Membantu Direktur Utama dalam melakukan pengawasan baik secara
preventif, represif maupun edukatif, dan menjabarkan operasional melalui
perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan terhadap kegiatan unit
kerja maupun bagian di Kantor Direksi.
b. Memberikan rekomendasi kepada manajemen melalui Direktur utama
mengenai :
b.1. Penyempurnaan sistim pengendalian intern termasuk penilaian
terhadap Surat Keputusan, Edaran, Sistim Prosedur dan Proses
Bisnis
b.2. Upaya penerapan dan pencapaian strategi bisnis.
b.3. Peningkatan efektifitas manajemen risiko.
b.4. Mendorong pelaksanaan Good Corporate Governance.
c. Membuat laporan tertulis atas setiap pelaksanaan tugasnya yang
disampaikan kepada Direktur Utama.
22
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Senantiasa meningkatkan keahlian dan profesinya untuk memenuhi
standart kualifikasi.
e. Memastikan angka-angka dalam laporan keuangan secara tepat dan
akurat sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan kewenangan serta hal lainnya
diuraikan lebih lanjut dalam Internal Audit Charter.
(2)
Sekretaris Korporat memiliki tugas dan kewajiban
a. Menatausahakan serta menyimpan dokumen Perusahaan, termasuk dan
tidak terbatas pada, Daftar Pemegang Saham Perseroan, Anak
Perusahaan, Daftar khusus serta Risalah Rapat Direksi maupun RUPS.
b. Menyiapkan Daftar khusus yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris dan
keluarga baik dalam Perusahaan, Anak Perusahaan maupun Perusahaan
Afiliasi yang antara lain mencakup kepemilikan saham, hubungan bisnis
dan peranan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dengan
Perusahaan.
c. Mengingatkan Komisaris dan Direksi mengenai hal-hal yang menjadi
perhatian Pemegang Saham.
d. Menentukan kriteria, mengelola dan memutakhirkan informasi yang akan
disampaikan kepada Stakeholders.
e. Mengorganisasikan rapat-rapat Direksi dan rapat gabungan antara
Komisaris dan Direksi antara lain merencanakan, menyusun agenda
rapat, memfasilitasi, menghadiri, dan membuat risalah rapat dengan
berkoordinasi dengan Sekretaris Komisaris.
f. Mengorganisir, memfasilitasi penyelenggaraan RUPS
merencanakan, menghadiri, dan membuat Risalah RUPS.
g. Memastikan perusahaan telah mencantumkan
Corporate Governance dalam Laporan Tahunan.
(3)
antara
pelaksanaan
lain
Good
Komite Audit memiliki tugas dan kewajiban
a. Memberikan pendapat profesional kepada Komisaris terhadap hal-hal
yang memerlukan perhatian, meliputi :
a.1.
Efektivitas sistim pengendalian intern dan pelaksanaan tugas dan
fungsi auditor ekstern dan SPI.
a.2.
Telaah atas informasi keuangan yang bertujuan pada peningkatan
kualitas dan keterbukaan pelaporan keuangan.
a.3.
Telaah atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor
ekstern yang bertujuan untuk memastikan ketepatan, objektifitas
dan kemandiriannya, serta semua risiko yang penting telah
dipertimbangkan.
a.4.
Kajian atas ruang lingkup dan ketepatan auditor ekstern, kewajaran
biaya, kemandirian serta obyektifitasnya.
23
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Menyampaikan kepada Dewan Komisaris alasan pencalonan auditor
eksternal, besarnya honorarium atau imbalan jasa.
c. Mempersiapkan surat untuk ditandatangani oleh Ketua Komite Audit yang
menguraikan tugas dan tanggung jawab selama tahun buku yang sedang
diperiksa oleh auditor eksternal.
d. Mendorong terciptanya sistim pengendalian intern yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.
e. Telaah ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang undangan
yang berlaku.
f. Mengadakan rapat formal minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dihadiri
minimal 2/3 dari jumlah anggota, yang pengambilan keputusannya
disetujui oleh lebih dari ½ jumlah anggota komite yang hadir.
g. Komunikasi yang efektif dengan auditor internal dan auditor eksternal.
h. Mendorong
terlaksana
berkesinambungan.
(4)
Good
Corporate
Governance
secara
Sekretaris Komisaris memiliki tugas dan kewajiban
a. Pelaksanaan peran sebagai penghubung antara Komisaris, Direksi dan
Pemegang Saham.
b. Penyiapan undangan rapat dan penyiapan bahan-bahan rapat Komisaris.
c. Pendokumentasian surat-surat.
d. Penyusunan notulen rapat yang berkaitan dengan rapat Dewan Komisaris.
e. Pengumpulan data atau informasi yang relevan dengan pelaksanaan
tugas Komisaris.
24
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB V
PROSES GOVERNANCE
Pasal – 18
Pengangkatan, Pemberhentian Dewan Komisaris Dan Direksi
(1)
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris
a. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
b. Pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dilakukan melalui proses
seleksi dan nominasi yang transparan dengan mempertimbangkan
keahlian, integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman, perilaku dan
dedikasi, serta kecukupan waktunya demi kemajuan perusahaan.
c. Pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan melalui mekanisme uji
kelayakan dan kepatutan dan calon yang lulus wajib menandatangani
kontrak manajemen sebelum diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris.
d. Masa jabatan anggota Dewan Komisaris ditetapkan maksimum 5 (lima)
tahun dan sesudahnya dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
e. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris sewaktu-waktu sebelum
berakhirnya masa jabatan harus dilakukan oleh RUPS dengan
menyebutkan alasannya.
f. RUPS dapat memberhentikan untuk sementara waktu seorang atau lebih
anggota Dewan Komisaris dalam hal ini mereka bertindak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan, atau
melalaikan kewajibannya.
g. Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian sementara harus
dilaksanakan
RUPS
untuk
mengukuhkan
atau
membatalkan
pemberhentian tersebut dengan memberikan kesempatan kepada
anggota Dewan Komisaris yang diberhentikan untuk hadir dan membela
diri. Apabila RUPS yang dimaksud tidak terselenggara, maka
pemberhentian sementara tersebut batal demi hukum.
(2)
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi
a. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS.
b. Pemilihan calon anggota Direksi dilakukan melalui proses seleksi dan
nominasi yang transparan dengan mempertimbangkan keahlian,
integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman, perilaku dan dedikasi,
serta kecukupan waktunya untuk mengurus perusahaan.
c. Calon anggota Direksi dapat diusulkan oleh Dewan Komisaris.
d. Pengangkatan anggota Direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan
dan kepatutan.
25
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
e. Calon yang lulus wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum
diangkat sebagai anggota Direksi.
f. Calon Direktur Utama diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya
tentang calon-calon anggota Direksi lainnya.
g. Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan sesudahnya
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
h. Pemberhentian anggota Direksi sewaktu-waktu sebelum berakhirnya
masa jabatan harus dilakukan oleh RUPS dengan menyebutkan
alasannya.
i.
Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara waktu berdasarkan
keputusan rapat Dewan Komisaris yang disetujui dengan suara terbanyak,
dalam hal tindakan anggota Direksi bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dinyatakan
bersalah dengan keputusan pengadilan atau melalaikan kewajibannya.
j.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian sementara harus
dilaksanakan
RUPS
untuk
mengukuhkan
atau
membatalkan
pemberhentian tersebut dengan memberikan kesempatan kepada
anggota Direksi yang diberhentikan untuk hadir dan membela diri. Apabila
RUPS yang dimaksud tidak terselenggara, maka pemberhentian
sementara tersebut batal demi hukum.
Pasal – 19
Program Pengenalan Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Baru
(1)
Dewan Komisaris dan Direksi yang baru ditunjuk wajib diberikan program
pengenalan mengenai perusahaan dan dilakukan sesegera mungkin setelah
pengangkatannya.
(2)
Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan bagi Dewan
Komisaris yang baru berada pada Komisaris utama atau jika berhalangan,
maka tanggung jawab pelaksanaan program pengenalan tersebut berada
pada Direktur Utama atau Dewan Komisaris yang ada.
(3)
Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan bagi Direksi yang
baru berada pada Direktur Utama, atau jika Direktur Utama berhalangan,
maka tanggung jawab pelaksanaan program pengenalan tersebut berada
pada Komisaris Utama atau Direksi yang ada.
(4)
Program pengenalan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang baru mencakup
hal-hal sebagai berikut :
a. Gambaran mengenai perusahaan berkaitan dengan visi dan misi, nilainilai dan budaya perusahaan, tujuan dan strategi perusahaan, unit-unit
usaha dan unit perusahaan, kinerja keuangan dan operasi, rencana usaha
jangka pendek dan jangka panjang, sistim teknologi informasi yang
diterapkan, manajemen risiko, kondisi persaingan usaha, dan masalahmasalah strategis lainnya.
26
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan
Direksi.
c. Penjelasan mengenai stakeholders utama perusahaan dan tanggung
jawab sosial perusahaan.
d. Sistim pengendalian internal, sistim audit dan temuan-temuan audit yang
belum ditindaklanjuti secara tuntas serta kasus-kasus hukum yang
melibatkan perusahaan.
e. Pelaksanaan Good Corporate Governance di lingkungan perusahaan.
(5)
Program pengenalan dapat dilaksanakan dalam bentuk presentasi/seminar/
workshop, pertemuan, kunjungan ke lokasi.
Pasal – 20
STATEMENT OF CORPORATE INTENT (SCI)
(1)
Penyusunan SCI menjadi tanggung jawab Direksi :
a.
dengan meminta masukan dan persetujuan dari Komisaris
b.
ditujukan untuk mendukung penerapan praktik-praktik Good Corporate
Governance,
c.
konsisten dengan RJPP dan RKAP serta difokuskan pada strategi tingkat
korporat
d.
disusun setiap tahun untuk periode 3 (tiga) tahun kedepan.
(2)
Pemegang saham melakukan penilaian terhadap ketepatan dan kewajaran isi
SCI.
(3)
Rancangan SCI diajukan oleh Direksi kepada Pemegang Saham sebelum
awal tahun berjalan, setelah mendapat persetujuan Komisaris.
(4)
Sebagai dokumen publik, SCI yang telah ditandatangani oleh Direktur Utama,
Komisaris Utama, dan Kuasa Pemegang Saham harus dipublikasikan kepada
stakeholders melalui website atau media lainnya.
(5)
Secara
periodik
Direksi
memantau
pelaksanaan
SCI
dengan
mempertimbangkan masukan dari stakeholders dan hasilnya dapat
digunakan sebagai masukan dalam penyusunan SCI berikutnya.
27
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal – 21
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP)
Dan Rencana Kerja Dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
(1)
Penyusunan RJPP meliputi proses penetapan sasaran dan penilaian jangka
panjang yang berorientasi ke masa depan.
(2)
Perumusan RJPP dan RKAP dilakukan oleh Direksi beserta jajaran
manajemen perusahaan dengan mengkombinasikan pendekatan top down
dan bottom up.
(3)
Proses penyusunan dan pengesahan RJPP mencakup :
a. Penyusunan oleh Direksi dilakukan dengan mempertimbangkan
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, melakukan analisa
kekuatan,
kelemahan,
peluang
dan
ancaman
(SWOT),
mempertimbangkan masukan yang diperoleh dari berbagai fungsi / unit
kerja.
b. Penyampaian rancangan RJPP oleh Direksi kepada Komisaris untuk
mendapat masukan / rekomendasi.
c. Pengusulan oleh Direksi kepada Pemegang Saham untuk mendapat
persetujuan RUPS.
(4)
Proses penyusunan RKAP pada dasarnya sama dengan RJPP namun
materinya mencakup berbagai program kerja tahunan perusahaan yang lebih
rinci.
Pasal – 22
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan Direksi
(1)
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
a. Penentuan agenda rapat
a.1. RUPS tahunan untuk mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) diselenggarakan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan.
a.2. RUPS tahunan mengenai persetujuan Laporan Tahunan dan
Perhitungan Tahunan diselenggarakan selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah berakhirnya tahun buku.
a.3. Pemanggilan untuk RUPS tahunan disampaikan kepada Pemegang
Saham paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum acara
RUPS dilaksanakan.
a.4. Media pemanggilan harus mencakup informasi mengenai: agenda
RUPS, materi usulan dan penjelasan lain yang berkaitan dengan
agenda, hari, tanggal dan jam, tempat pelaksanaan RUPS.
a.5. Tempat pelaksanaan RUPS adalah di lokasi beroperasinya
perusahaan atau di tempat lain di wilayah Republik Indonesia.
28
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
a.6. RUPS Luar Biasa (RUPSLB) dan lainnya dapat dilakukan sewaktuwaktu berdasarkan kebutuhan perusahaan bila dipandang perlu oleh
Direksi dan atau Dewan Komisaris dan atau Pemegang Saham
berdasarkan surat permintaan RUPSLB yang diajukan oleh
Pemegang Saham secara tertulis kepada Direksi.
a.7. Apabila Direksi dan atau Dewan Komisaris ternyata lalai untuk
menyelenggarakan RUPSLB dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah diterimanya permintaan Pemegang Saham, maka RUPSLB
dapat diselenggarakan setelah mendapat ijin dari Ketua Pengadilan
Negeri setempat.
a.8. Pemanggilan tertulis untuk RUPS Luar Biasa tidak disyaratkan ada
jika semua peserta RUPSLB sudah mengetahui dan semua
menyatakan dapat hadir dan menyetujui untuk dilaksanakannya
RUPSLB.
b. Pelaksanaan rapat
b.1. RUPS dapat dilaksanakan jika dihadiri oleh Pemegang Saham yang
mewakili.
b.2. RUPS dipimpin oleh Pemegang Saham atau yang diberi kuasa oleh
Pemegang Saham.
b.3. RUPS diawali dengan pembacaan Tata Tertib RUPS.
b.4. RUPS hanya dapat membahas masalah yang ditetapkan dalam
agenda RUPS.
b.5. Apabila perusahaan menjadi perusahaan terbuka, RUPS dinyatakan
sah jika diwakili setengah bagian dari jumlah seluruh Pemegang
Saham yang sah dan undangan lainnya dapat menghadiri RUPS
dengan terlebih dahulu mendapat ijin Direksi.
c. Pengambilan keputusan
c.1.
Pengambilan keputusan dalam RUPS
prosedur yang transparan dan adil.
dilaksanakan
melalui
c.2.
Keputusan RUPS diambil berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
c.3.
Dalam hal perusahaan menjadi perusahaan terbuka, keputusan
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dan apabila tidak
tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dari
jumlah suara yang sah. Bagi yang tidak setuju, pendapatnya dapat
dicatat sebagai dissenting opinion/comment dalam risalah rapat.
d. Pendokumentasian hasil rapat
d.1. Sekretaris Korporat membuat risalah rapat dalam setiap
penyelenggaraan RUPS. Risalah RUPS harus ditandatangani
Pemegang Saham atau Kuasa Pemegang Saham yang ditunjuk.
Penandatanganan risalah rapat tidak diperlukan apabila risalah
rapat tersebut dibuat dengan Berita Acara Notaris.
29
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d.2. Risalah rapat harus memuat pendapat baik yang mendukung
maupun yang tidak mendukung (dissenting opinion) atas usul yang
diajukan (jika ada).
d.3. Risalah tersebut harus dijilid dalam kumpulan tahunan dan disimpan
oleh Sekretaris Korporat dan apabila diperlukan Pemegang Saham
berhak memperolehnya.
(2)
Dewan Komisaris
a. Penentuan agenda rapat
a.1. Agenda rapat didasarkan pada program kerja Dewan Komisaris atau
hal-hal lain yang dianggap perlu.
a.2. Materi rapat mencakup evaluasi / monitoring hasil / keputusan rapat
sebelumnya dan hal-hal yang bersifat strategis.
b. Pelaksanaan rapat
b.1. Rapat Dewan Komisaris dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam
satu bulan atau setiap waktu bilamana dianggap perlu oleh
Komisaris Utama, atau oleh 1/3 (sepertiga) dari jumlah anggota
Dewan Komisaris atau atas permintaan tertulis rapat Komisaris
sebelumnya.
b.2. Rapat Komisaris diadakan di tempat kedudukan perusahaan atau
ditempat lain dalam wilayah Republik Indonesia.
b.3. Dewan Komisaris harus menetapkan tata tertib rapat Dewan
Komisaris dan mencantumkannya dengan jelas dalam Risalah
Rapat Dewan Komisaris.
b.4. Rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama atau yang
diberi kuasa.
b.5. Anggota Dewan Komisaris yang tidak hadir dalam suatu rapat
Komisaris hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan Komisaris
lainnya dengan kuasa tertulis.
c. Pengambilan keputusan
c.1.
Rapat dianggap sah dan dapat mengambil keputusan yang
mengikat apabila dihadiri atau diwakili oleh lebih dari ½ (setengah)
jumlah anggota Dewan Komisaris. Keputusan dalam rapat Komisaris
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
c.2.
Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
c.3.
Suara blangko (abstain) dianggap menyetujui usul yang diajukan
dalam rapat Komisaris.
c.4.
Dewan Komisaris dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan Rapat Dewan Komisaris, dengan ketentuan bahwa
semua anggota Dewan Komisaris telah mengetahui usul keputusan
yang dimaksud secara tertulis dan memberikan persetujuan secara
30
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
tertulis terhadap usul yang dimaksud serta menanda tangani
persetujuan tersebut.
c.5.
Keputusan yang diambil harus diterima sebagai keputusan bersama
(Collegial).
d. Dokumentasi hasil rapat
d.1. Risalah Rapat Dewan Komisaris harus dibuat untuk setiap rapat
Dewan Komisaris dan ditandatangani oleh seluruh anggota Dewan
Komisaris yang hadir.
d.2. Risalah Rapat harus memuat semua hal yang dibicarakan, termasuk
evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan hasil rapat sebelumnya
dan mencantumkan pendapat yang berbeda (dissenting opinion)
dengan apa yang diputuskan dalam Rapat Dewan Komisaris
tersebut (jika ada).
d.3. Setiap anggota Dewan Komisaris berhak menerima salinan Risalah
Rapat Komisaris, terlepas apakah anggota Dewan Komisaris yang
bersangkutan hadir atau tidak hadir dalam rapat Komisaris tersebut.
d.4. Dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
pengiriman Risalah Rapat, setiap anggota Dewan Komisaris harus
menyampaikan persetujuan atau keberatannya dan / atau usulan
perbaikannya (jika ada).
d.5. Jika keberatan dan / atau usulan perbaikan atas Risalah Rapat tidak
diterima dalam jangka waktu tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada keberatan terhadap Risalah Rapat Komisaris
tersebut.
d.6. Risalah asli dari setiap rapat Dewan Komisaris harus dijilid dalam
kumpulan tahunan dan disimpan oleh Sekretaris Komisaris serta
harus selalu tersedia bila diperlukan.
(3)
Direksi
a. Penentuan agenda rapat
a.1. Agenda rapat Direksi dapat diusulkan oleh masing-masing Direksi.
a.2. Materi rapat mencakup evaluasi, monitoring hasil keputusan rapat
sebelumnya dan hal-hal yang bersifat strategis.
b. Pelaksanaan rapat
b.1. Rapat Direksi diadakan secara berkala sekurang-kurangnya sekali
dalam sebulan dan sewaktu-waktu bilamana dianggap perlu atas
permintaan tertulis oleh seorang atau lebih anggota Direksi.
b.2. Pemanggilan untuk rapat Direksi yang dilakukan secara berkala
dilakukan secara tertulis oleh Sekretaris Korporat dan disampaikan
dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum rapat
dilaksanakan dengan mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan
agenda rapat.
31
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b.3. Pemanggilan untuk rapat Direksi yang dilakukan sewaktu-waktu
dibuat oleh pihak yang meminta diadakannya rapat dalam jangka
waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum rapat dilaksanakan
dan ditujukan kepada semua anggota Direksi dan Sekretaris
Korporate dengan mencantumkan, tanggal, waktu, tempat dan
agenda rapat.
b.4. Rapat Direksi dipimpin oleh Direktur Utama atau oleh seorang
anggota Direksi yang ditunjuk oleh Direktur Utama untuk memimpin
jalannya rapat.
c. Pengambilan keputusan
c.1.
Keputusan dalam rapat Direksi diambil berdasarkan musyawarah
untuk mufakat.
c.2.
Dalam hal keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak
tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Apabila
jumlah suara setuju atau tidak setuju sama, maka pimpinan rapat
yang menentukannya dengan tetap memperhatikan ketentuan
mengenai pertanggungjawaban.
c.3.
Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui usul yang diajukan
dalam rapat Direksi.
c.4.
Direksi dapat juga mengambil keputusan yang sah tanpa
mengadakan rapat Direksi, dengan ketentuan bahwa semua
anggota Direksi telah mengetahui usul keputusan yang dimaksud
secara tertulis dan memberikan persetujuan secara tertulis terhadap
usul yang dimaksud serta menandatangani persetujuan tersebut.
c.5.
Keputusan hasil rapat yang diambil diterima sebagai keputusan
bersama (collegial).
d. Pendokumentasian hasil rapat
d.1. Risalah rapat dibuat oleh Sekretaris Korporat untuk setiap rapat
Direksi dan ditandatangani oleh seluruh Direksi yang hadir.
d.2. Risalah rapat tersebut memuat semua materi rapat yang
dibicarakan, termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan
hasil rapat sebelumnya dan mencantumkan pendapat yang berbeda
(discenting opinion) dengan apa yang diputuskan dalam rapat
Direksi tersebut (jika ada).
d.3. Setiap Direksi berhak menerima salinan Risalah Rapat Direksi,
terlepas apakah Direksi yang bersangkutan hadir atau tidak hadir
dalam rapat Direksi.
d.4. Dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
pengiriman risalah rapat, setiap Direksi harus menyampaikan
persetujuan atau keberatannya dan atau usulan perbaikannya (jika
ada).
32
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d.5. Jika keberatan dan atau usulan perbaikan atas risalah rapat tidak
diterima dalam jangka waktu tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada keberatan terhadap risalah rapat Direksi tersebut.
d.6. Risalah asli dari setiap rapat Direksi harus dijilid dalam kumpulan
tahunan dan disimpan oleh Sekretaris Korporat serta harus selalu
tersedia bila diperlukan.
Pasal - 23
Tata Kelola Sumber Daya Manusia (SDM)
(1)
Perencanaan tenaga kerja
a. Mengantisipasi kebutuhan penyediaan pekerja bagi perusahaan.
b. Didasarkan analisis organisasi (disain pekerjaan, pekerjaan, formasi
jabatan, evaluasi jabatan, kompetensi, perputaran pekerjaan) dan analisa
kebutuhan jabatan minimal untuk 3 (tiga) tahun kedepan.
c. Analisis organisasi mempertimbangkan visi, misi, tujuan, dan strategi.
d. Analisis kebutuhan jabatan harus diperhatikan hasil analisis organisasi,
beban kerja, anggaran perusahaan, dan data kekuatan pekerjaan.
(2)
Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
a. Berdasarkan kriteria dan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
b. Sumber tenaga kerja berasal dari dalam dan dari luar perusahaan.
Pengisian formasi jabatan struktural diutamakan bagi tenaga kerja yang
berasal dari dalam perusahaan dan apabila berasal dari luar perusahaan
dilakukan dengan mempertimbangkan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.
c. Kebutuhan tenaga kerja diinformasikan secara transparan melalui
pengumuman di media masa, website, dan / atau media lainnya.
d. Perusahaan dapat berhubungan dengan perguruan tinggi atau lembagalembaga pendidikan lainnya, pihak-pihak yang bergerak di bidang jasa
penyedia tenaga kerja guna mendapatkan calon tenaga kerja terbaik
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
(3)
Seleksi dan program orientasi
a. Penerimaan tenaga kerja dilakukan melalui proses seleksi yang
transparan dan obyektif.
b. Proses seleksi dilakukan sekurang-kurangnya melalui seleksi administrasi,
tes tertulis, wawancara, dan tes kesehatan dengan melalui lembaga yang
berkompeten.
c. Kepada tenaga kerja yang diterima diberikan program orientasi umum
tentang perusahaan dan orientasi khusus berkaitan dengan bidang
kerjanya dan sebelum diangkat menjadi pekerja harus mengikuti Masa
Orientasi dan Pelatihan dilaksanakan 6 bulan, maksimal 12 bulan.
33
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Pekerja perusahaan adalah pekerja yang memiliki hubungan kerja untuk
waktu yang tidak tertentu dan waktu tertentu sesuai kebutuhan
perusahaan dan ketentuan yang berlaku.
e. Perusahaan dan pekerja wajib membuat perjanjian kerja sebelum
dimulainya hubungan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4)
Penempatan pekerja
a. Penempatan pekerja dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati berdasarkan prinsip-prinsip
the right man on the right place dan equal pay for equal job.
b. Penempatan pekerja untuk jabatan-jabatan tertentu dilakukan melalui
mekanisme fit & proper test atau assesment.
c. Setiap pekerja harus bersedia ditempatkan di wilayah atau unit kerja
perusahaan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
d. Pekerja yang menolak penempatan dapat diberikan sanksi oleh
perusahaan sesuai dengan peraturan di bidang ketenagakerjaan yang
berlaku.
(5)
Pengembangan pekerja
a. Pengembangan pekerja dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan
dan kompetensi pekerja melalui jalur pendidikan dan pelatihan serta jalur
penugasan khusus guna pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja
perusahaan, pemenuhan kompetensi, dan sekaligus pengembangan
karier pekerja.
b. Pengembangan karir dilakukan untuk mengisi jabatan-jabatn di
perusahaan berdasarkan kompetensi jabatan dan profil kompetensi
pekerja serta proyeksi jenjang karier (career path).
c. Pengembangan karir meliputi jalur manajerial / stuktural yang mengikuti
jenjang struktural organisasi perusahaan dan jalur tenaga ahli / spesialis
dengan dukungan Professional Development Program.
d. Membentuk tim untuk melakukan pemilihan pejabat perusahaan setingkat
Staf Urusan ke atas.
e. Perencanaan suksesi pejabat perusahaan diselaraskan dengan rencana
pengembangan karir pekerja dan kebutuhan perusahaan serta dilaporkan
oleh Direksi kepada Komisaris.
(6)
Mutasi dan pemberhentian
a. Mutasi pekerja dapat berupa promosi, mutasi atau demosi.
b. Promosi, mutasi dan demosi dilakukan dengan memperhatikan
pengembangan karier pekerja dan kebutuhan perusahaan.
c. Demosi dilakukan dengan mempertimbangkan unsur pembinaan atau
ketegasan dalam penerapan punishment dengan tetap mengedepankan
prinsip keadilan.
34
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Setiap pekerja diberikan kesempatan yang sama untuk diseleksi dan
dipilih guna mengisi jabatan (promosi) sepanjang yang bersangkutan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
e. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat karena permintaan pekerja
sendiri atau oleh perusahaan.
f. Pemutusan hubungan kerja menimbulkan hak dan kewajiban yang harus
diselesaikan sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan
ketentuan lainnya yang berlaku.
g. Melakukan tour of duty (mutasi) bagi pekerja yang telah bekerja maksimal
4 (empat) tahun di tempat yang terpencil atau berkategori khusus.
Pasal – 24
Tata Kelola Keuangan
(1)
Prinsip dasar pengelolaan keuangan
a. Keuangan perusahaan dikelola secara profesional (tertib, taat pada
peraturan & RKAP, efisien, ekonomis, efektip, transparan, akuntabel dan
bertanggungjawab) dengan mempertimbangkan risiko serta menggunakan
prinsip kehati-hatian, dan mencerminkan pengelolaan aktiva dan
kewajiban yang seimbang.
b. Prosedur, kebijakan serta peraturan yang berhubungan dengan
pengelolaan keuangan baik pendapatan maupun biaya disusun dan selalu
direview dengan memperhatikan standar akuntansi dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta sebagai cermin sistim
pengendalian internal yang baik.
c. Pengelolaaan keuangan dimaksudkan untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui pelaksanaan program kerja yang dilandasi prinsip
sadar biaya (cost consciuosness), profit oriented dan fund manajemen
yang baik serta mempertimbangkan risiko.
(2)
Perencanaan
a. Perencanaan keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang
dilakukan secara terintegrasi yaitu menampung kepentingan seluruh unit
kerja dan mampu mencerminkan aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan perusahaan.
b. Penyusunan anggaran harus selalu melalui koordinasi antara unit kerja
untuk mensinergikan usulan anggaran setiap unit kerja dengan menganut
prinsip bottom up dan top down.
c. Direksi menetapkan target pendapatan dan biaya yang realistis yang akan
dicapai perusahaan untuk penyusunan anggaran di setiap unit kerja
perusahaan.
35
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Anggaran perusahaan dikelompokkan atas :
(3)
c.1.
Anggaran Pendapatan.
c.2.
Anggaran biaya yang terdiri dari Anggaran Biaya Eksploitasi, dan
Anggaran Biaya Investasi.
c.3.
Anggaran Kas.
Pengorganisasian
Pengelolaan keuangan dilakukan dengan memperhatikan pemisahan tugas
(segregation of duties) antara fungsi perencanaan, pelaksanaan, verifikasi,
pencatatan dan pelaporan, penyimpanan dan penyetoran dana serta otorisasi
dan adanya pemisahan pengelolaan keuangan yang jelas.
(4)
Pelaksanaan
a. Pengelolaan keuangan dilakukan dengan menerapkan disiplin anggaran
melalui sistim dan prosedur keuangan yang berlaku.
b. Direksi dan Dewan Komisaris menentukan aturan transaksi yang harus
mendapat persetujuan Dewan Komisaris, selain yang diatur dalam
Anggaran Dasar.
c.
Dewan Komisaris memastikan bahwa setiap transaksi, keputusan yang
harus mendapat persetujuannya telah ditaati oleh Direksi.
d. Anggaran Investasi dan Biaya Operasional dapat dilaksanakan melalui
Pengajuan Permintaan Anggaran Belanja (PPAB) dan Permintaan
Pembelian (PP).
e. Penerbitan PPAB dan PP memperhatikan tata waktu dan rencana kerja
dari setiap unit kerja.
f.
Pengalihan dan revisi rencana kerja / anggaran harus melalui persetujuan
Direksi dan atau Dewan Komisaris serta prosedur / ketentuan yang telah
ditetapkan dengan justifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Perusahaan memberikan apresiasi terhadap unit kerja atas pencapaian
rencana kegiatan dengan nilai realisasi anggaran yang efisien dan
efektip.
h. Manajemen risiko dipertimbangkan sejak awal proses pengambilan
keputusan pembiayaan melalui sistim dan prosedur yang berlaku.
(5)
Monitoring / Pengawasan
a. Setiap unit kerja mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
berdasarkan ketentuan yang berlaku kepada Direksi.
b. Pimpinan unit kerja memonitor, mengevaluasi dan mengefektifkan
realisasi anggaran yang telah ditetapkan pada unit kerja yang dipimpinnya
secara bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan.
c. Pengelolaan keuangan oleh unit kerja dimonitor oleh Kepala Tata Usaha
dan Kepala Bidang Keuangan di Kantor Distrik.
36
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Direksi menyampaikan laporan pengelolaan keuangan kepada Dewan
Komisaris dan Pemegang Saham secara triwulan, semesteran dan
tahunan.
e. Komisaris secara triwulan, semesteran dan tahunan memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan keuangan perusahaan.
(6)
Pelaporan
a. Direksi bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan yang
auditable dan accountable sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
di Indonesia.
b. Direksi menetapkan kebijakan akuntansi dan setiap perubahan kebijakan
akuntansi harus mendapat persetujuan dari Komisaris.
c. Kebijakan akuntansi harus diterapkan secara konsisten dan Direktorat
Keuangan memastikan bahwa kebijakan dan prosedur akuntansi telah
dilaksanakan oleh seluruh unit kerja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d. Kualitas pertanggungjawaban dan penyajian informasi keuangan harus
selalu ditingkatkan dalam penyusunan laporan keuangan.
e. Penyusunan laporan keuangan dilaksanakan dengan mengkonsolidasikan
laporan keuangan seluruh unit kerja dan akhir periode akuntansi oleh unit
kerja melaporkan ke Bagian Akuntansi untuk proses konsolidasi.
f. Data keuangan dan akuntansi tidak boleh diubah kecuali telah mendapat
persetujuan Direksi dan Bagian Akuntansi.
Pasal – 25
Tata Kelola Aset
(1)
Pengertian dan batasan
a. Aset adalah milik perusahaan baik yang bergerak maupun tidak bergerak
dan berwujud maupun tidak berwujud.
b. Pengelolaan aset meliputi kegiatan pengadaan, pemanfaatan,
pemeliharaan dan pengamanan, penyelesaian permasalahan, pelepasan
dan penghapusan, pengembangannya baik oleh internal perusahaan
maupun bersama investor, administrasi dan pengendalian.
c. Pengelolaan aset dilakukan berdasarkan prinsip pemanfaatan tertinggi
dan terbaik (optimalisasi) atas setiap aset perusahaan (highest and best
uses).
(2)
Tujuan pengelolaan aset
a. Memberikan keuntungan pada perusahaan dan stakeholders secara
optimal yaitu untuk :
a.1. memperoleh keuntungan
a.2. meningkatkan return on asset (ROA)
37
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Data atau sistim informasi aset untuk :
b.1. menyajikan informasi yang benar dan tertib secara administrasi
tentang kondisi aset baik aspek fisik, nilai, legal, pajak, assuransi
maupun atribut aset lainnya sebagai dasar untuk penyusunan
strategi pemanfaatan optimalisasi aset.
b.2. Memberikan kemudahan bagi proses pengambilan keputusan
khususnya dalam pemanfaatan dan optimalisasi aset.
(3)
b.3. Merencanakan pola optimalisasi aset baik untuk mendukung
kegiatan usaha maupun pemanfaatannya secara operasional.
Penanggung jawab.
a. Menunjuk pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan setiap aset
perusahaan.
b. Setiap pejabat dan petugas memiliki rasa tanggungjawab dan kesadaran
yang tinggi dalam menjaga aset perusahaan maupun pemanfaatannya.
(4)
Pengadaan
a. Kebijakan pengadaan aset harus diarahkan
efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan.
untuk
meningkatkan
b. Proses pengadaan aset dilaksanakan sesuai dengan RKAP, perundangundangan, serta kekentuan perusahaan yang berlaku.
(5)
Pemanfaatan
a. Direksi menetapkan kebijakan yang mengatur mekanisme penggunaan
atau pemanfaatan aset oleh setiap unit kerja yang dapat diukur dengan
parameter pemanfaatan aset yang sehat.
b. Aset yang berupa sarana dan fasilitas perusahaan hanya dapat
dimanfaatkan oleh pejabat dan / atau pekerja yang masih aktif guna
kepentingan kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Aset yang berupa sarana dan fasilitas perusahaan dapat dimanfaatkan,
dikelola pihak lain dengan pertimbangan komersil tanpa mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas pokok.
(6)
Pemeliharaan dan pengamanan
a. Pemeliharaan aset secara terjadual dan disusun secara profesional,
didokumentasikan dengan baik dan dilaksanakan secara konsisten.
b. Pengamanan meliputi pengamanan fisik maupun non fisik terhadap aset
strategis dan nilai ekonomis tinggi.
c. Melakukan tindakan perlindungan terhadap seluruh aset yang memiliki
risiko tinggi antara lain dengan pengasuransian.
(7)
Penyelesaian permasalahan
a. Aset yang menjadi sengketa dengan pihak lain harus diselesaikan dengan
transparan, fairness serta selalu mengutamakan kepentingan perusahaan.
38
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Apabila diperlukan menggunakan bantuan hukum / pengacara profesional
untuk memenuhi prosedur hukum dalam penyelesaian sengketa aset.
(8)
Pelepasan dan penghapusan
a. Melakukan analisis atas manfaat ekonomis aset berdasarkan kondisi fisik,
perkembangan teknologi, maupun perkembangan bisnis perusahaan.
b. Aset yang tidak memberikan nilai tambah (non produktif) dapat diusulkan
untuk dijual, dipertukarkan, dikerjasamakan, atau dihapuskan dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan anggaran dasar,
perundang-undangan dan peraturan perusahaan yang berlaku.
c. Prosedur pelepasan dan penghapusan aset harus sesuai dengan undangundang dan peraturan yang berlaku.
(9)
Administrasi dan pengendalian
a. Aset yang dimiliki perusahaan harus didukung dengan dokumen legal
yang menunjukkan kepemilikan yang sah.
b. Apabila ditemukan Aset yang tidak mempunyai dokumen pendukung
harus ditelusuri asal usulnya dengan menerbitkan berita acara yang
melibatkan fungsi-fungsi terkait seperti hukum dan perundangan untuk
meproses dokumen legal yang diperlukan (dilegalkan) dan dikapitalisasi
sebagai aset perusahaan.
c. Penilaian kembali aset perusahaan dilakukan secara berkala sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. Sistim administrasi aset meliputi penerimaan, mutasi, penurunan nilai,
pengakuan pencatatan, pengkodean, penghapusan, dan pelaporan aset
dilaksanakan dengan berbasis teknologi informasi
Pasal – 26
Tata Kelola Pengadaan Barang Dan Jasa
(1)
Tujuan dan ruang lingkup
a. Pengadaan barang / jasa adalah untuk mendapatkan barang / jasa
konstruksi, dan jasa konsultansi yang dibutuhkan dalam jumlah, kualitas,
keahlian, profesi, harga, waktu dan sumber yang tepat secara efisien dan
efektip, yang dituangkan dalam persyaratan kontrak yang jelas dan terinci
serta dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pengadaan barang / jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam aktivitas
perusahaan baik bentuk eksploitasi maupun investasi yang menggunakan
dana anggaran perusahaan.
39
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(2)
Perencanaan
a. Seluruh unit kerja menyusun RJPP dan RKAP tahunan maupun triwulan
untuk kebutuhan barang/jasa dengan memperhatikan skala prioritas,
keekonomisan dan tata waktu.
b. Rencana kebutuhan barang / jasa disetujui dicantumkan dalam RKO,
RKAP, RJPP.
c. Perencanaan pengadaan barang / jasa dilakukan oleh fungsi-fungsi terkait
yang berkompeten.
(3)
Pengorganisasian
a. Panitia pengadaan barang dan jasa memiliki kompetensi, kualifikasi
teknis berpengalaman dan
telah memperoleh sertifikasi pelatihan
pengadaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan masa
penugasan :
a.1. Paling lama 1 (satu) tahun untuk panitia yang anggotanya ditunjuk
berdasarkan jabatan struktural setelah itu dapat ditunjuk kembali.
a.2. Sampai dengan penetapan pemenang untuk
anggotanya ditunjuk secara personal (by name).
panitia
yang
b. Panitia pengadaan dibentuk dengan Surat Keputusan (SK) Pimpinan Unit
Kerja / General Manager / Direksi.
c. Ketentuan dan batasan kewenangan masing-masing unit kerja diterbitkan
oleh Direksi dan dievaluasi secara berkala.
(4)
Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pengadaan barang / jasa didasarkan pada anggaran dan bila
barang / jasa yang dibutuhkan belum tersedia dalam anggaran, harus
diusulkan dan mendapat persetujuan dari Direksi atau Komisaris sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pengadaan barang / jasa dilandasi prinsip sadar biaya dan tidak
tergantung pada pihak tertentu.
c. Mengelola database penyedia barang / jasa (daftar rekanan terseleksi)
yang ada diseluruh unit kerja yang terintegrasi secara korporate untuk
mengetahui jejak rekam (track record) dari setiap penyedia barang / jasa.
d. Kinerja masing-masing penyedia barang / jasa dievaluasi secara berkala
dan hasilnya dijadikan dasar untuk memutahirkan database penyedia
barang / jasa serta dipakai sebagai masukan dalam proses pengadaan
barang / jasa selanjutnya.
e. Panitia pengadaan barang / jasa membuat dan memelihara dokumendokumen pengadaan yang dilakukan.
f. Memiliki Harga Perkiraan Sendiri yang dikalkulasi secara keahlian
berdasarkan data harga unit setempat dan atau unit lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan.
40
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
g. Pengumuman hasil lelang barang/jasa disampaikan kepada seluruh
peserta lelang barang/jasa
h. Pengadaan barang/jasa diikat dengan Surat Perjanjian (kontrak), Order
Pembelian Lokal (OPL) atau Surat Perintah Kerja dengan mencantumkan
hak dan kewajiban masing-masing pihak.
(5)
Pengendalian
a. Mekanisme pengendalian dengan memastikan bahwa barang/jasa yang
diadakan telah sesuai dengan RKAP, telah mendapat persetujuan pejabat
yang berwenang, dan tidak dipecah-pecah dalam nilai pengadaan yang
lebih kecil untuk menghindari prosedur pengadaan barang/jasa.
b. Anggota panitia pengadaan/lelang, pejabat yang berwenang serta
penyedia barang/jasa wajib menandatangani pernyataan (Fakta Integritas)
yang menyatakan bahwa proses pengadaan telah dilaksanakan secara
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(6)
Pelaporan
Secara berkala panitia pengadaan barang/jasa membuat laporan kepada
Direksi, General Manager, Manajer unit kerja secara berjenjang mengenai
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, yang memuat antara lain informasi
mengenai surat pesanan, kontrak-kontrak yang sudah selesai dan informasi
mengenai adanya wan prestasi.
Pasal – 27
Pengelolaan Dokumen / Arsip
(1)
Pengertian dan batasan
a. Dokumen/arsip perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan
yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan perusahaan, baik tertulis di atas kertas, atau sarana
lain maupun terekam dalam media apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau
didengar.
b. Pengelolaan dokumen/arsip meliputi proses mengelola dokumen sejak
diciptakan, diterima, dikirim, dipergunakan, disimpan, dirawat sampai
dengan disusutkan secara efektif dan efisien.
c. Pengelola dokumen/arsip dilandasi dengan prinsip penyimpanan dan
pemeliharaan dokumen yang paling efektif atas dasar nilai guna dan
lamanya usia simpan suatu dokumen.
(2)
Tujuan pengelolaan
a. Menyajikan informasi yang benar, cepat, tepat dan akurat melalui
administrasi
yang
tertib
dan
terencana
serta
dapat
dipertanggungjawabkan.
41
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Memberikan kemudahan dalam proses pengambilan keputusan bagi
manajemen perusahaan.
c. Dokumen / arsip perusahaan tertata dengan baik, rapi dan teratur, serta
mudah ditemukan kembali bila dibutuhkan.
(3)
Penanggungjawab
a. Direksi menunjuk pejabat yang bertanggungjawab atas pengelolaan
dokumen / arsip perusahaan.
b. Seluruh karyawan perusahaan wajib bertanggungjawab dan memilki
kesadaran yang tinggi dalam menjaga, memelihara dan mengamankan
dokumen / arsip perusahaan.
(4)
Pemeliharaan dan pengamanan dokumen / arsip
a. Pelaksanaan pemeliharaan dokumen / arsip yang bernilai guna aktif dan
dinamis harus dipelihara dengan baik oleh pencipta dokumen serta
dikomunikasikan dengan baik.
b. Masing-masing unit kerja di lingkungan perusahaan harus memiliki
rencana dan mekanisme pemeliharaan dokumen / arsip untuk menjaga
keamanan dan ketertiban administrasi perusahaan.
c. Pengamanan dokunen / arsip meliputi seluruh dokumen / arsip
perusahaan dengan prioritas pengamanan fisik terhadap dokumen / arsip
yang sifatnya lebih strategis yaitu arsip vital, penting dan rahasia.
d. Tindakan melakukan perlindungan terhadap seluruh dokunen / arsip
perusahaan dengan mempertimbangkan aspek cost and benefit dan nilai
risiko
e. Menetapkan tempat atau ruangan untuk menyimpan dokumen / arsip
perusahaan
(5)
Penyusutan dan pemusnahan dokumen / arsip
a. Dokumen / arsip perusahaan disimpan menurut nilai guna dan usia
simpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Perusahaan membuat kebijakan mengenai dokumen / arsip perusahaan
yang dapat disusutkan dan dimusnahkan
c. Mengadakan penilaian secara berkala / periodik terhadap dokumen /
arsip.
Pasal – 28
Tata Kelola Manajemen Risiko
(1)
Kebijakan umum
Manajemen berkomitmen untuk melaksanakan manajemen berisiko sebagai
bagian dari proses bisnis dan pengambilan keputusan, dengan menetapkan
kebijakan sebagai berikut :
42
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(2)
a.
Penerapan manajemen risiko pada aktivitas bisnis organisasi adalah
keharusan untuk mencapai tujuan perusahaan
b.
Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi di seluruh
organisasi dan tidak diterapkan secara terkotak-kotak, untuk
mendapatkan efek portofolio, sehingga akan menghasilkan efisiensi dan
efektivitas biaya.
c.
Manajemen risiko harus diterapkan secara sinergi dengan sistem
manajemen lainnya sebagai sistem peringatan dini (early warning
system) terhadap terjadinya kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
d.
Risiko merupakan pertimbangan penting pada setiap perencanaan bisnis
dan pada setiap pengambilan keputusan manajemen dengan
menentukan tingkat toleransi risiko sesuai dengan risk appetite dari
stakeholders.
e.
Seluruh elemen organisasi harus memiliki kesadaran dan kepedulian
terhadap risiko dalam setiap aktivitas bisnis yang dilaksanakan sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
f.
Seluruh risiko yang mungkin timbul pada pelaksanaan bisnis organisasi
baik pada level korporat maupun level unit bisnis (level proses) harus
diidentifikasi, dianalisis dan dievaluasi, diukur, direspon, dikomunikasikan
dan dimonitor secara berkesinambungan.
g.
Agar berjalan dengan baik, manajemen harus menyediakan dan
mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mencapai tujuan
manajemen risiko, termasuk untuk meningkatkan kompetensi
sumberdaya manusia di bidang manajemen risiko.
Klasifikasi risiko
a. Risiko strategi
Adalah meliputi antara lain : risiko berinvestasi dan eksploitasi, risiko
adanya produk subsitusi CPO, Kernel, Karet, risiko kerugian kerja sama
strategis, risiko penugasan pemerintah, risiko pemasaran, serta risiko
yang timbul dari dampak adanya kebijakan / regulasi.
b. Risiko Operasional
Adalah meliputi antara lain : risiko operasional pabrik, risiko memproduksi
TBS / bokar, risiko bencana alam, risiko ketidakpatuhan pada prosedur,
risiko pemogokan kerja, risiko pengaruh lingkungan, risiko kesehatan dan
keselamatan kerja, risiko perubahan situasi sosial, politik dan keamanan,
serta risiko persaingan pemasaran.
c. Risiko keuangan
Adalah meliputi antara lain : risiko harga pokok produk, risiko transaksi
mata uang asing, risiko pembelian harga TBS dan bokar, risiko nilai suku
bunga, risiko pengaruh keputusan Pemerintah, risiko piutang, dan risiko
regulasi keuangan dari pemerintah.
.
43
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(3)
Proses Manajemen Risiko
a. Melakukan Identifikasi Risiko
a.1. Harus
terintegrasi
dengan
perencanaan
strategis
dan
mempertimbangkan secara cermat berbagai risiko yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan.
a.2. Harus dilakukan secara berkelanjutan agar dapat menangkap /
mencakup semua unsur perubahan baik di dalam maupun diluar
perusahaan selama suatu periode waktu.
a.3. Harus bersifat menyeluruh dan menyebutkan secara spesifik risikorisiko yang terkait dengan interaksi uang, orang, barang, jasa dan
informasi, serta antara perusahaan dengan faktor-faktor eksternal /
stakeholders yang relevan.
a.4. Sumber-sumber daya keuangan, SDM, barang, jasa, informasi dan
lainnya yang dibutuhkan untuk kelanjutan usaha.
b. Melakukan Penilaian / analisis dan Penanganan Risiko.
b.1. Harus mencakup kemungkinan terjadinya risiko pengambilan
keputusan yang berdampak terhadap keuangan secara potensial
dengan melakukan proyeksi finansial, modus kegagalan, serta
berbagai teknik analisis.
b.2. Tingkat keseriusan risiko harus ditelusuri dari waktu ke waktu untuk
mengantisipasi kerugian baik yang sedang berlangsung maupun
yang berpotensi terjadi di masa depan.
b.3. Tingkat penanganan risiko harus dilihat dari hasil pengukuran besar
kecilnya tingkat risiko (high, moderate, low risk) yang harus
didefinisikan dengan rinci.
c. Pengelolaan Risiko
c.1. Menghindari suatu risiko dengan tidak melakukan kegiatan yang
dapat menimbulkan risiko baru.
c.2. Mengurangi risiko dengan melatih para pekerja yang terlibat di dalam
suatu situasi yang berisiko.
c.3. Mengurangi suatu risiko dengan menyusun prosedur-prosedur yang
didasarkan pada asumsi bahwa risiko tersebut tidak dapat dihindari
namun dapat dilakukan tindakan untuk mengurangi tingkat kerugian
yang ditimbulkan.
c.4. Mengurangi suatu risiko dengan melakukan diversifikasi usaha.
c.5. Memindahkan beban finasial dan / atau dampak hukum yang terkait
dengan risiko kepada pihak luar perusahaan (misalnya dengan
menutup asuransi).
44
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Implementasi Pengelolaan Risiko
d.1. Kebijakan dan prosedur serta metode tentang pengelolaan risiko
yang telah ditetapkan harus diterapkan secara konsisten,
peningkatan pengetahuan dan keahlian pekerja tentang manajemen
risiko yang berkesinambungan.
d.2. Sistim pengendalian risiko yang ada harus akomodatif terhadap
perubahan-perubahan dalam operasi / aktivitas, aset dan struktur
organisasi perusahaan, kebutuhan perusahaan dan perputaran
(turnover) mutasi pekerja
e. Evaluasi terhadap Implementasi Pengelolaan Risiko
e.1. Harus mengkaji dan mengevaluasi proses penilaian risiko yang
diterapkan untuk memastikan efektivitasnya.
e.2. Proses evaluasi harus didukung oleh ketersediaan informasi risiko
dari setiap tingkat manajemen.
f. Pelaporan manajemen risiko
f.1. Laporan secara berkala atas pelaksanaan manajemen risiko untuk
memastikan aktivitas manajemen risiko telah memenuhi hasil yang
diharapkan.
f.2. Laporan hasil pengawasan terhadap efektivitas pengelolaan risiko
ditujukan kepada Direksi dan Komisaris.
f.3. Penilaian manajemen atas iklim berusaha dan faktor risiko signifikan
yang dapat diantisipasi harus diungkapkan didalam laporan tahunan
perusahaan.
(4)
Unsur-unsur terkait
Penerapan manajemen risiko melibatkan semua unsur-unsur perusahaan
dengan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh pekerja karyawan bertanggung
jawab menggunakan pendekatan manajemen risiko dalam melakukan
kegiatannya sesuai dengan batas kewenangan dan job description
masing-masing.
b. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab menetapkan tingkat
risiko yang dipandang wajar, prospektif dapat diterima, dan disetujui
bersama, dengan menggunakan pendekatan yang faktual, disiplin,
terkoordinasi, dan terukur.
c. Dewan Komisaris (dibantu Komite Audit) bertanggung jawab untuk :
c.1. Memonitor risiko-risiko penting yang dihadapi perusahaan dan
memberi saran mengenai perumusan kebijakan di bidang
manajemen risiko.
c.2. Melakukan pengawasan penerapan manajemen
memberikan arahan kepada Direksi dan manajemen.
risiko
dan
45
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
c.3. Memastikan bahwa penyusunan RJPP
memperhatikan aspek manajemen risiko.
dan
RKAP
telah
c.4. Melakukan kajian berkala atas efektivitas sistim manajemen risiko
dan melaporkannya kepada Pemegang Saham / RUPS.
d. Direksi bertanggung jawab penuh untuk:
d.1. Memastikan bahwa perusahaan memiliki dan menjalankan proses
manajemen risiko yang tepat dan sistimatis.
d.2. Memonitor, mengawasi dan melaporkan kepada Komisaris tentang
risiko-risiko usaha yang dihadapi dan ditangani.
d.3. Menilai keandalan dan menyempurnakan sistim manajemen risiko.
e. Seluruh unit kerja, bagian-bagian, distrik secara langsung mengelola
Manajemen risiko serta dipertanggungjawabkan kepada Direksi dengan
melakukan :
e.1. Memastikan telah memiliki kerangka manajemen risiko yang lengkap,
mengidentifikasi dan mensosialisasikan batas toleransi risiko
perusahaan, memastikan adanya pengawasan terhadap semua
risiko.
e.2. Merumuskan langkah penerapan manajemen risiko.
e.3. Mengidentifikasi dan menganalisa risiko-risiko.
e.4. Mengimplementasikan dan mengupayakan penerapan manajemen
risiko yang efektip dalam batas-batas tanggung jawab dan
kewenangannya.
e.5. Memantau perkembangan dan melaporkan kepada Direksi.
e.6. Mengurus dan menjamin pembayaran setiap klaim akibat risiko yang
diasuransikan.
f. Satuan Pengawasan Intern bertanggung jawab
f.1. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur manajemen risiko telah
diterapkan dan dikaji / dievaluasi secara berkala.
f.2. Mengevaluasi dan memberikan masukan atas kecukupan dan
efektivitas pengendalian manajemen risiko.
f.3. Mengevaluasi dan memberi masukan mengenai kesesuaian strategi
dengan kebijakan manajemen risiko.
f.4. Mengevaluasi kepatuhan terhadap kebijakan, sistim dan prosedur
manajemen risiko.
46
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal - 29
Tata Kelola Manajemen Mutu
(1)
Kebijakan Umum
a. Menerapkan sistim manajemen mutu secara konsisten dan terpadu di
semua fungsi dan tingkatan dengan memperhatikan efektivitas proses
bisnis dan kinerja perusahaan secara menyeluruh dalam rangka
peningkatan produktivitas dan daya saing.
b. Lingkup manajemen mutu meliputi :
b.1. Perancangan produk dan jasa yang didasarkan pada persyaratan
internal dan eksternal serta meperhatikan lingkungan saat ini dan
masa datang.
b.2. Pengelolaan dan pengendalian proses mengacu kepada kepuasan
pelanggan serta stakeholders.
b.3. Peningkatan / perbaikan pemberian layanan dan produk yang
berkesinambungan (continuous quality improvement).
b.4. Penerapan mutu sebagai budaya kerja dalam setiap kegiatan.
b.5. Peningkatan kehandalan operasional dengan memperhatikan aspek
keselamatan, kesehatan kerja dan lindungan lingkungan.
b.6. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan, on the job training
(OJT) dan benchmarking untuk memenuhi kompetensi sesuai
dengan jabatannya.
(2)
Infrastruktur Manajemen Mutu
Pelaksanaan manajemen mutu dengan membentuk organisasi dan struktur
mutu yang dapat melakukan tugasnya secara efektip dan didukung oleh
asesor mutu.
(3)
Implementasi Manajemen Mutu
a. Dimulai dengan pemetaan mengenai praktik manajemen mutu yang
terjadi.
b. Pelaksanaan sistim manajemen mutu dilaksanakan oleh semua pekerja
meliputi :
b.1. Penerapan prinsip-prinsip yang mengutamakan kepentingan
perusahaan, fokus kepada kepuasan pelanggan dan stakeholders,
keterlibatan yang total dari seluruh jajaran dan memperhatikan
lingkungan.
b.2. Penerapan metode dan alat-alat ukur mutu yang relevan.
b.3. Pelaksanaan
perbaikan
berkesinambungan.
atau
peningkatan
mutu
yang
47
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
c. Menyelenggarakan ajang kompetensi mutu sebagai dasar pemberian
reward and recognition kepada unit kerja.
d. Penerapan manajemen mutu salah satu unsur penilaian kerja individu
maupun satuan unit kerja.
(4)
Evaluasi, Penilaian Hasil, dan Tindak Lanjut
a. Evaluasi manajemen mutu dilakukan sesuai dengan standar internasional
b. Evaluasi dilakukan oleh assesor melalui on desk review dan on site visit
untuk mendapatkan penilaian yang dituangkan dalam Feedback Report.
c. Mekanisme tindak lanjut yang berkesinambungan dari Direksi dan jajaran
manajemen atas Feedback Report.
Pasal – 30
Tata Kelola Teknologi Informasi
(1)
Kebijakan Teknologi Informasi
a. Teknologi informasi yang dibangun harus memiliki nilai yang sangat
strategis dalam mendukung terciptanya produk atau jasa perusahaan
yang unggul dan kompetitif.
b. Investasi teknologi informasi harus mempertimbangkan aspek keuntungan
tangible dan intangible.
c. Perusahaan menerapkan mekanisme penjaminan mutu (Quality
Assurance) untuk memastikan bahwa perangkat-perangkat dan sistim
yang digunakan dalam teknologi informasi berada pada kualitas yang
standar.
d. Perusahaan menciptakan adanya integritas dalam menjamin keamanan
pengelolaan teknologi informasi dari dalam maupun dari luar, yang
meliputi antara lain input, proses dan output informasi / data.
(2)
Tahapan
Perusahaan harus memaksimalkan penggunaan teknologi informasi melalui
tahapan-tahapan yang sekurang-kurangnya meliputi :
a. Tahap Pra Implementasi, yang mencakup :
a.1. Pencanangan visi dan misi di bidang teknologi informasi untuk
mendapatkan komitmen didalam mendukung visi dan misi
perusahaan.
a.2. Penyusunan rencana strategis di bidang teknologi informasi yang
sejalan dengan strategis bisnis perusahaan.
a.3. Penyusunan rencana dan desain teknis dari teknologi informasi
melibatkan manajemen dan para pengguna untuk mendapatkan
informasi mengenai kebutuhan untuk proses bisnis perusahaan.
48
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Tahap Implementasi, yang meliputi :
b.1. Pelatihan dan pengembangan yang berkesinambungan untuk
menyesuaikan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan SDM
dengan teknologi informasi yang diimplementasikan.
b.2. Standarisasi mutu layanan, security system dan teknologi informasi.
b.3. Memastikan bahwa sistim berjalan dengan baik.
b.4. Memastikan bahwa sistim berjalan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan.
b.5. Memperhatikan perkembangan teknologi
b.6. Menyesuaikan diri dengan strategi bisnis perusahaan.
c. Penerapan sistim penanganan darurat (disaster recovery planning atau
contingency planing) untuk mengantisipasi adanya kegagalan sistim yang
terjadi guna menghindari dampak signifikannya terhadap kinerja
perusahaan.
d. Tahap Pengembangan
Pengembangan teknologi informasi harus dilaksanakan dalam koridor
penerapan teknologi informasi yang terintegrasi dan handal melalui :
d.1. Penyusunan master plan pembangunan dan pengembangan
teknologi informasi yang fleksibel termasuk rencana pelatihan dan
pengembangan pengguna serta evaluasi secara berkala.
d.2. Penerapan executive information system dan / atau decision support
system yang dapat mepresentasikan keadaan bisnis untuk
membantu manajemen.
d.3. Penggunaan program aplikasi back office system dan aplikasi
ekstensi lainnya yang terintergrasi.
(3)
Pengendalian
a. Mempunyai prosedur dan indikator yang tepat untuk mengukur efektivitas
pengelolaan teknologi informasi, termasuk tingkat kepuasan dari
pengguna / pemakai sistim informasi.
b. Mempunyai prosedur baku dalam menangani permasalahan teknologi
informasi yang terjadi meliputi analisa permasalahan, cara penyelesaian
yang tepat dan metode penelusuran terhadap penyebab permasalahan
sehingga dapat segera diperbaiki tanpa mengganggu proses bisnis
perusahaan.
c. Satuan kerja / fungsi teknologi informasi melakukan pemantauan secara
berkala untuk memastikan bahwa pengelolaan teknologi informasi telah
dilakukan secara efektif dan efisien dan tetap sejalan dengan strategi yang
ditetapkan perusahaan.
d. Satuan kerja / fungsi teknologi informasi membuat laporan secara berkala
kepada Komisaris mengenai kinerja teknologi informasi yang meliputi
49
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
efektivitas pengelolaan teknologi informasi, permasalahan yang timbul dan
penyelesaiannya serta tingkat kepuasan dari pengguna.
Pasal – 31
Tata Kelola Audit
(1)
Dasar Audit
a. Manajemen menetapkan Internal Audit Charter sebagai landasan tertulis
bagi SPI dalam menjalankan tugasnya yang memuat visi, misi, tujuan,
kedudukan, ruang lingkup, struktur dan ukuran organisasi, peran dan
tanggung jawab, hubungan dengan manajemen, eksternal auditor, Komite
Audit, Dewan Komisaris dan Dewan Direksi, serta tanggung jawab
pelaporan dan wewenang untuk melakukan audit investigasi.
b. Pelaksanaan audit oleh SPI didasarkan pada Internal Audit Charter serta
kebijakan, sasaran dan program kerja yang dijabarkan dalam Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
c. Pelaksanaan tugas Komite Audit didasarkan pada kebijakan, sasaran dan
program kerja yang dituangkan dalam Rencana Kerja Komite Audit
(RKKA) yang disahkan oleh Dewan Komisaris.
d. Pelaksanaan General Audit
atas laporan keuangan dan Progam
Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) perusahaan dilakukan oleh
Auditor Eksternal yang ditetapkan oleh RUPS.
(2)
Metodologi Audit
a. SPI dalam pelaksanaan tugasnya harus berpedoman kepada kode etik,
norma audit prinsip obyektivitas, kerahasiaan, ketelitian dan kehati-hatian
serta peraturan lainnya sebagaimana diamanatkan dalam internal audit
charter.
b. Audit dilakukan berbasis risiko (risk based audit) pada proses bisnis serta
audit kepatuhan pada ketentuan perundang-undangan dan standar yang
berlaku.
c. SPI bersama pihak independen melakukan peer review untuk evaluasi
serta menentukan rencana perbaikan proses bisnis, metodologi dan
prosedur audit.
d. Komite Audit melakukan kajian atas rencana, metodologi dan hasil audit
SPI dan Auditor Eksternal untuk meyakinkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan audit.
(3)
Pembinaan Internal Auditor
a. Direktur Utama merumuskan dengan jelas kualifikasi karyawan yang
dapat menjadi auditor SPI yang diatur melalui Surat Keputusan Direksi.
b. Direktur Utama membina semua personil SPI untuk mengikuti pelatihanpelatihan progersional dalam rangka sertifikasi guna memenuhi standar
yang dibutuhkan perusahaan.
50
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
c. Kepala SPI harus mendapatkan pelatihan di bidang profesi dan manajerial
yang memadai untuk dapat mengelola satuan yang dipimpinnya dengan
baik.
(4)
Auditor Eksternal
a. Komite Audit dibantu oleh Kepala Bagian SPI menyusun proposal dalam
bentuk Term of Reference untuk pengadaan jasa Auditor Eksternal.
b. Tim Pengadaan jasa Audit Eksternal bersama Komite Audit mengevaluasi
penawaran harga yang diajukan pihak Kantor Akuntan Publik (KAP).
c. Seleksi Auditor Eksternal dilaksanakan melalui proses pelelangan sesuai
dengan kebijakan perusahaan di bidang pengadaan barang / jasa.
d. Direksi mengusulkan calon KAP kepada Dewan Komisaris untuk
selanjutnya diteruskan kepada Pemegang Saham guna mendapatkan
pengesahan.
e. RUPS menetapkan Auditor Eksternal yang diusulkan oleh Dewan
Komisaris.
f. Auditor Eksternal yang ditetapkan RUPS diikat dengan suatu perjanjian
kerja (kontrak).
g. KAP memberikan pernyataan pendapat tentang kewajaran, ketaat-azasan,
dan kesesuaian Laporan Keuangan Perusahaan dengan Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia, yang dilaksanakan berdasarkan Standar
Profesi Akuntan Publik, Kode Etik Profesi dan standar lain yang relevan.
h. KAP memberikan saran untuk peningkatan keandalan Laporan Keuangan
dan informasi keuangan lainnya.
i. KAP melakukan pembahasan dengan Komite Audit mengenai
perencanaan audit, ruang lingkup audit, audit program dan temuan audit
serta kejadian penting dalam peruahaan yang tidak sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
(5)
Pelaksanaan Audit
a. Pelaksanaan audit dilakukan oleh SPI dan Auditor Eksternal.
b. Apabila dipandang perlu SPI melaksanakan audit secara khusus
berdasarkan penugasan yang diberikan Dewan Komisaris dan atau
Direksi.
c. SPI dan Auditor Eksternal dapat mengakses semua data dan informasi
yang relevan mengenai perusahaan sehubungan dengan pelaksanaan
audit.
d. Komite Audit, SPI dan fungsi manajemen terkait, melakukan kajian atas
pelaksanaan manajemen risiko.
51
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(6)
Pola Hubungan
a. Komite Audit dan SPI masing-masing menuangkan peran, fungsi dan
tanggung jawabnya dalam Piagam Komite Audit dan Internal Audit
Charter.
b. Secara berkala Komite Audit dan SPI melakukan rapat koordinasi untuk
membahas antara lain efektivitas pengendalian intern, penyajian laporan
keuangan, kebijakan akuntansi, laporan hasil audit, program kerja audit,
dan hambatan pelaksanaan audit.
c. Auditor Eksternal melakukan komunikasi dengan Komite Audit dan
counterpart untuk membahas ruang lingkup audit, hambatan terhadap
pelaksanaan audit, audit adjustment yang signifikan, dan perbedaan
pendapat yang terjadi dengan pihak manajemen.
d. SPI bertindak sebagai counterpart bagi Auditor Eksternal untuk
melaksanakan koordinasi dan memfasilitasi pelaksanaan tugas Auditor
Eksternal.
e. SPI bersama dengan Komite Audit melakukan pembahasan terhadap
sasaran dan ruang lingkup audit yang akan dilakukan Auditor Eksternal
dan untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan.
(7)
Monitoring Hasil Audit
a. Unit Kerja yang diaudit (auditee) bertanggungjawab untuk menindaklanjuti
rekomendasi hasil audit SPI dan Auditor Eksternal.
b. SPI melakukan pemantauan secara intensif atas pelaksanaan tindak lanjut
dari temuan hasil audit dan melaporkan kepada Direktur Utama.
c. Direksi dan manajemen
rekomendasi hasil audit.
mendukung
penyelesaian
tindak
lanjut
d. Direksi mengambil tindakan dan langkah-langkah dalam hal terdapat unit
kerja belum menindaklanjuti rekomendasi hasil audit.
e. Dewan Komisaris dapat meminta penjelasan dari Direksi dan atau pejabat
terkait lainnya atas rekomendasi hasil audit yang belum ditindaklanjuti.
Pasal – 32
Tata Kelola Keselamatan, Kesehatan Kerja, Lindungan Lingkungan
Dan Kesempatan Kerja
(1)
Menerapkan kebijakan di bidang Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lindungan
Lingkungan,
termasuk
penerapan
Sistim
Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan untuk melindungi
pekerja, mitra kerja, masyarakat, dan lingkungan serta menjaga aset
perusahaan.
52
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(2)
Penerapan budaya Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan secara konsisten dan berkesinambungan dan disosialisasikan
serta diimplementasikan oleh seluruh pekerja dan mitra kerja.
(3)
Mempertimbangkan aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan serta keselarasannya dengan kemajuan teknologi dan proses
internal bisnis perusahaan termasuk aspek ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4)
Mengalokasikan sumber daya dan dana yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan program Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan dalam rangka dipenuhinya standar yang diperlukan.
(5)
Melakukan pembinaan terhadap pekerja dan mitra kerja dalam rangka
meningkatkan kompetensi di bidang penanganan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan.
(6)
Keselamatan Kerja harus disikapi dengan:
a. Mentaati setiap peraturan perundang-undangan dan / atau standar
tentang keselamatan kerja yang berlaku.
b. Menyediakan dan menjamin digunakannya
keselamatan yang sesuai dengan standar.
semua
perlengkapan
c. Melakukan penyesuaian dan perbaikan yang terus-menerus terhadap
perkembangan teknologi keselamatan kerja.
d. Mengutamakan tindakan yang bersifat promotif dan preventif untuk
mengantisipasi situasi keadaan darurat (emergency respons plan) meliputi
pemasangan rambu-rambu, pelatihan, sosialisasi, safety talk / meeting,
penyediaan sarana keselamatan kerja dan updating prosedur
keselamatan, serta membentuk tim penanggulangan kondisi darurat baik
di dalam maupun di luar jam kerja.
e. Melakukan penanggulangan atas kejadian kecelakaan, peledakan, dan
kebakaran yang terjadi sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku.
f. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap insiden termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam rangka mencari fakta dan mengidentifikasi
penyebab kecelakaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.
g. Membuat laporan atas setiap insiden dan kecelakaan kerja yang terjadi
kepada pimpinan unit masing-masing dan instansi berwenang terkait
dalam batas waktu yang ditentukan.
h. Melakukan pemeriksaan, inspeksi, dan evaluasi secara berkala terhadap
semua sarana termasuk sumberdaya, peralatan dan sistim deteksi untuk
mencapai kesiapan yang optimal.
i.
Melakukan review dan evaluasi terhadap penerapan Sistim Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan dan
meningkatkan kompetensi yang diperlukan pekerja termasuk mitra kerja.
53
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(7)
Kesehatan Kerja
a. Peningkatan kesehatan pekerja yang produktif melalui :
a.1. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja, pemeriksaan kesehatan
pekerja secara berkala, pemeriksaan kesehatan khusus, pencatatan
dan pelaporan kesehatan pekerja secara berkesinambungan, serta
evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
a.2. Upaya kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang memadai terhadap pekerja sesuai dengan
ketentuan perusahaan.
b. Mengupayakan peningkatan kondisi lingkungan kerja melalui identifikasi,
pemantauan (monitoring), dan pengendalian potensi bahaya kesehatan
dengan menggunakan sarana yang memadai guna terciptanya kondisi
kerja yang kondusif.
(8)
Lindungan Lingkungan
a. Menjaga kelestarian lingkungan melalui identifikasi, pemantauan,
pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap potensi terjadinya
pencemaran lingkungan.
b. Mentaati peraturan perundang-undangan dan standar pengelolaan
lingkungan yang berlaku di tempat usaha.
c. Menyediakan dan menjamin semua perlengkapan
pengelolaan lingkungan sesuai dengan standar.
dan
peralatan
d. Melakukan penyesuaian dan perbaikan yang terus-menerus sejalan
dengan perkembangan teknologi lingkungan dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
e. Melakukan tindakan yang bersifat promotif dan preventif untuk
mengantisipasi keadaan darurat melalui penyediaan sarana pencegahan
dan penanggulangan pencemaran, prosedur tetap, dan pembentukan
suatu tim operasi penanggulangan pencemaran.
f. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pencemaran lingkungan
yang terjadi dalam rangka mencari fakta dan mengidentifikasi penyebab
pencemaran.
g. Membuat laporan atas setiap pencemaran lingkungan yang terjadi kepada
pimpinan unit masing-masing dan instansi berwenang terkait dalam batas
waktu yang ditentukan.
h. Melakukan pemeriksaan, inspeksi, dan evaluasi secara berkala terhadap
semua sarana termasuk sumberdaya, peralatan, dan sistim deteksi untuk
mencapai kesiapan yang optimal.
i.
Melakukan pelatihan penanggulangan pencemaran lingkungan untuk
mencapai kesiapan peran pekerja termasuk mitra kerja yang optimal.
54
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(9)
Kesempatan Kerja40
a. Direksi harus mempekerjakan, menetapkan besarnya gaji, memberikan
pelatihan, menetapkan jenjang karir, serta menentukan persyaratan kerja
lainnya, tanpa memperhatikan latar belakang etnik seseorang, agama,
jenis kelamin, usia, cacat tubuh yang dipunyai seseorang atau keadaan
khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
b. Direksi wajib menyediakan lingkungan kerja yang bebas dari segala
bentuk tekanan (pelecehan) yang mungkin timbul sebagai akibat
perbedaan watak, keadaan pribadi dan latar belakang kebudayaan
seseorang.
(10) Pengukuran
a. Memiliki tolok ukur keberhasilan penerapan keselamatan, kesehatan kerja
dan lindungan lingkungan yang mengacu pada standar yang berlaku
untuk menilai efektivitas pelaksanaan standar
b. Keberhasilan pelaksanaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan sebagai indikator penilaian kinerja Unit kerja.
c. Pemberikan kompensasi ganti rugi (claim) atas pelanggaran terhadap
aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal – 33
Tata Kelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(1)
Perusahaan wajib menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
sebagaimana ditugaskan oleh Pemerintah, dengan cara :
a. melaksanakan program kemitraan, pemberian pinjaman, dan hibah sesuai
dengan prioritas yang ditetapkan untuk memberikan nilai tambah bagi
masyarakat dan perusahaan.
b. Melaksanakan program bina lingkungan melalui pemberian bantuan
kepada korban bencana alam, pendidikan atau pelatihan, peningkatan
kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum
serta sarana ibadah sesuai dengan prioritas yang ditetapkan serta dengan
koordinasi bersama Pemda dan masyarakat setempat.
(2)
Tujuan dari kepedulian sosial perusahaan
a. Mempertahankan dan meningkatkan hubungan yang harmonis antara
perusahaan dengan masyarakat sekitar sehingga tercipta kondisi yang
kondusif dalam mendukung pengembangan usaha dan pertumbuhan
perusahaan.
40
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN
55
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b. Memberikan kontribusi yang menyentuh kehidupan masyarakat sehingga
dapat membantu mengatasi atau mengurangi permasalahan sosial yang
terjadi di sekitar lingkungan perusahaan.
c. Menumbuhkan citra (image) yang positif bagi perusahaan di mata
masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya.
d. Ikut menciptakan kondisi sosial yang baik sehingga dapat menumbuhkan
sikap masyarakat yang partisipasi dan mandiri.
56
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Pasal – 34
Tata Kelola Keterbukaan Dan Pengungkapan Informasi
(1)
Kebijakan Umum
a. Perusahaan wajib mengungkapkan informasi penting dalam Laporan
Tahunan dan Laporan Keuangan kepada Pemegang Saham dan Instansi
Pemerintah yang terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku secara tepat waktu, akurat, jelas dan secara obyektif.
b. Selain dari yang tercantum dalam Laporan Tahunan dan Laporan
Keuangan sebagaimana diisyaratkan oleh peraturan perundang –
undangan yang berlaku, perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya yang disyaratkan oleh peraturan perundang
– undangan namun juga penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemodal, pemegang saham, kreditur dan stakeholder, antara lain
mengenai : 41 & 42
b.1.
Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis
kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan,
sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar.
b.2.
Tujuan, sasaran usaha dan strategi perusahaan
b.3.
Status pemegang saham utama dan para Pemegang Saham
lainnya serta informasi tekait mengenai pelaksanaan hak-hak
Pemegang Saham
b.4.
Kepemilikan saham silang dan jaminan utang secara silang dan
lembaga pemeringkat lainnya
b.5.
Penilaian terhadap perusahaan oleh external auditor, lembaga
pemeringkat kredit
b.6.
Riwayat hidup anggota Dewan Komisaris, Direksi dan eksekutif
kunci perusahaan, serta gaji dan tunjangan mereka
b.7.
Sistem pemberian honorarium untuk external auditor, anggota
Dewan Komisaris dan Direksi
b.8.
Sistem penggajian dan pemberian tunjangan untuk internal auditor,
anggota Dewan Komisaris dan Direksi
b.9.
Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota Dewan Komisaris dan
Direksi
b.10. Mekanisme penetapan Direksi dan Komisaris
b.11. Faktor Resiko material yang dapat diantisipasi, termasuk penilaian
manajemen atas iklim berusaha dan faktor resiko
b.12. Informasi material
stakeholders
41
42
mengenai
karyawan
perusahaan
dan
Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP – 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN
Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
57
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
b.13. Klaim material yang diajukan oleh dan/atau terhadap perusahaan,
dan perkara yang ada di badan peradilan atau badan arbitrase
yang melibatkan perusahaan
b.14. Benturan kemungkinan yang mungkin terjadi dan/atau yang sedang
berlangsung
b.15. Pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang, penggantian
akuntan yang mengaudit perusahaan, perubahan tahun fiskal
perusahaan, kegiatan penugasan pemerintah dan /atau kewajiban
pelayanan umum atau subsidi, mekasinme pengadaan barang dan
jasa serta informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang
berkaitan dengan BUMN,
b.16. Pelaksanaan pedoman good corporate governance
(2)
Media dan Pola Komunikasi
a. Media komunikasi merupakan sarana komunikasi baik satu arah maupun
dua arah yang sangat diperlukan untuk menginformasikan hal-hal yang
terkait dengan kegiatan perusahaan.
b. Komunikasi antara atasan dan bawahan di Lingkungan perusahaan
adalah komunikasi dua arah dari atas ke bawah dan sebaliknya.
c. Selain melakukan komunikasi dalam rapat, Komisaris harus membina
komunikasi non formal seperti mailing list, coffee morning, gathering
dengan Pemegang Saham dan Direksi untuk membahas berbagai
masalah perusahaan.
d. Dewan Komisaris dapat berkomunikasi dengan jajaran manajemen di
bawah Direksi dengan sepengetahuan Direksi.
e. Direksi membangun komunikasi yang efektif dengan jajarannya dan
dengan Komisaris.
f. Sekretaris Korporat membangun komunikasi yang efektif
Perusahaan dengan Pemegang Saham dan stakeholders lainnya.
(3)
antara
Kerahasiaan Informasi43
a. Kecuali diisyaratkan dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundangundangan yang berlaku, external auditor, internal auditor, dan Komite
Audit harus merahasiakan informasi yang diperoleh sewaktu
melaksanakan tugasnya.
b. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab kepada perusahaan
untuk menjaga kerahasiaan informasi perusahaan.
c. Informasi rahasia yang diperoleh sewaktu menjabat sebagai anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi, eksternal auditor, internal auditor,
komite audit dan karyawan harus tetap dirahasiakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
43
Keputusan Menteri BUMN No.: KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG pada BUMN
58
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
d. Juru bicara perusahaan dibatasi hanya Komisaris Utama, Direktur Utama
dan Sekretaris Korporat atau dengan pelimpahan tugas khusus dari
pejabat yang bersangkutan disertai dengan ketentuan organisasi dan
pedoman tugas individu yang jelas.
Pasal – 35
Tata Kelola Benturan Kepentingan Pemegang Saham,
Dewan Komisaris, dan Direksi
(1)
Pengungkapan adanya Benturan Kepentingan
a. Apabila Direksi tidak berwenang mewakili Perusahaan apabila 44:
a.1. Terjadi perkara di depan pengadilan antara Perseroan dengan
anggota Direksi yang bersangkutan; atau
a.2. Anggota Direksi yang bersangkutan
kepentingan dengan Perseroan.
mempunyai
benturan
b. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada
Pemegang Saham tentang situasi / kondisi yang menunjukkan indikasi
adanya benturan kepentingan yang dihadapi paling lambat 5 (lima) hari
sejak terjadinya situasi / kondisi tersebut.
c. Pemegang Saham meneliti situasi / kondisi yang menunjukkan indikasi
adanya benturan kepentingan yang dilaporkan tersebut dan dalam waktu
paling lambat 5 (lima) hari mengambil keputusan untuk mengatasi situasi
tersebut.
d. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris termasuk keluarganya, wajib
mengungkapkan kepemilikan saham di perusahaan lain, yang disusun
dalam suatu format / surat pernyataan tersendiri.
(2)
Penyelesaian Benturan Kepentingan
a. Dalam hal terdapat benturan kepentingan, yang berhak mewakili
perusahaan adalah :
a.1. Anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan
dengan perusahaan yang ditunjuk oleh anggota Direksi lain yang
juga tidak mempunyai benturan kepentingan.
a.2. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai
benturan kepentingan dengan perusahaan, atau
a.3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota
Direksi atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan
perusahaan
b. Dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan
dengan perusahaan dan tidak ada satupun anggota Direksi mempunyai
benturan kepentingan dengan perusahaan dan tidak ada satupun anggota
44
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
59
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Dewan Komisaris, maka perusahaan diwakili oleh pihak lain yang ditunjuk
oleh RUPS.
(3)
Sanksi
Sanksi terhadap pelanggaran ketentuan mengenai benturan kepentingan
dapat berupa :
a. Keputusan yang diambil batal demi hukum dan / atau,
b. Sanksi administrasif seperti pelepasan jabatan dan / atau,
c. Tuntutan perdata dan/ atau pidana dalam hal terjadi kerugian perusahaan.
Pasal – 36
Tata Kelola Pelaporan
(1)
Pelaporan secara umum
a. Laporan merupakan suatu pertanggungjawaban tertulis atas pelaksanaan
suatu kegiatan pada periode tertentu baik bersifat rutin maupun non rutin
yang memuat kejadian-kejadian penting, sebagai berikut45 :
a.1. Direksi wajib menyiapkan laporan berkala yang memuat pelaksanaan
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.
a.2. Lampiran berkala meliputi Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan.
a.3. Selain laporan berkala, Direksi sewaktu-waktu dapat pula
memberikan laporan khusus kepada Dewan Komisaris, Pemegang
Saham dan/atau RUPS.
a.4. Laporan berkala dan laporan lainnya disampaikan dengan bentuk, isi
dan tata cara penyusunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a.5. Direksi wajib menyampaikan Laporan Triwulanan kepada Dewan
Komisaris dan/atau Pemegang Saham paling lambat 30 (tiga puluh)
hari setelah berakhir periode triwulanan tersebut.
a.6. Laporan triwulanan ditandatangani oleh Direksi.
a.7. Dalam hal ada anggota Direksi tidak menandatangani Laporan
Triwulanan, maka harus disebutkan alasannya secara tertulis.
b. Laporan yang dipersiapkan harus berkaitan dengan pencapaian Ukuran
Kinerja Tertentu yang tercantum dalam kontrak manajemen.
c. Sistim pelaporan harus didukung oleh sistim informasi yang andal
sehingga menghasilkan laporan yang berkualitas yaitu mudah dipahami,
relevan, akurat, realtime, audiable, dan accountable.
d. Laporan harus diterbitkan tepat waktu dan menyajikan informasi yang
relevan, akurat dan dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan dan umpan balik.
45
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
60
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
e. Format laporan harus mengikuti standar yang sudah ditentukan dengan
memperhatikan tingkatan dan struktur organisasi, misalnya laporan untuk
Komisaris disajikan oleh Direksi.
f. Laporan harus mempunyai manfaat yang lebih besar dari pada biaya dan
waktu penyusunannya.
(2)
Laporan Tahunan46
b. Tahun buku perusahaan adalah tahun takwin, dan pada akhir bulan
Desember dari tiap-tiap tahun, buku-buku perusahaan ditutup.
c. Direksi wajib menyusun Laporan Tahunan yang memuat sekurangkurangnya :
c.1.
Laporan Tahunan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca
akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan
tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang
bersangkutan, laporan arus kas dan laporan perubahan, ekuitas,
berikut catatan atas laporan keuangan tersebut serta laporan
mengenai hak-hak perusahaan yang tidak tercatat dalam
pembukuan antara lain sebagai akibat penghapusbukuan piutang.
c.2.
Laporan mengenai kegiatan perusahaan.
c.3.
Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
c.4.
Rincian masalah yang timbul selama
mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan.
c.5.
Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan
oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau.
c.6.
Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris.
c.7.
Gaji dan tunjangan/fasilitas bagi anggota Direksi dan honorarium
dan tunjangan/fasilitas bagi anggota Dewan Komisaris perusahaan
untuk tahun yang baru lampau.
tahun
buku
yang
c. Rancangan Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan yang telah
diaudit oleh Akuntan Publik, yang telah ditandatangani oleh seluruh
anggota Direksi disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk ditelaah dan
ditandatangani sebelum disampaikan kepada Pemegang Saham.
d. Akuntan Publik ditetapkan oleh RUPS atas usulan Dewan Komisaris.
e. Laporan Tahunan yang telah ditandatangani oleh semua Anggota Direksi
dan Dewan Komisaris disampaikan oleh Direksi kepada Pemegang
Saham paling lambat 5 (lima) bulan setelah Tahun Buku berakhir dengan
memperhatikan ketentuan berlaku.
f. Dalam hal anggota Direksi dan atau anggota Dewan Komisaris tidak
menandatangani laporan tahunan dimaksud harus disebutkan alasannya
secara tertulis atau alasan tersebut dinyatakan oleh Direksi dalam surat
tersendiri yang dilekatkan dalam laporan tahunan.
46
Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia RI Nomor: AHU-55430.01.02. tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan PTPN XIII
61
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
g. Dalam hal terdapat anggota Direksi dan atau anggota Dewan Komisaris
yang tidak menandatangani Laporan Tahunan dan tidak memberikan
alasan secara tertulis, maka dianggap yang bersangkutan telah
menyetujui isi Laporan Tahunan dimaksud.
h. Komisaris mengevaluasi Laporan Tahunan yang disiapkan Direksi
sebelum disampaikan kepada RUPS.
i.
Persetujuan atas Laporan Tahunan termasuk pengesahan Laporan
Keuangan dan laporan tugas pengawasan, dilakukan oleh RUPS paling
lambat pada akhir bulan ke-6 (keenam) setelah tahun buku berakhir.
j.
Persetujuan atas Laporan Tahunan termasuk pengesahan Laporan
Keuangan dan laporan tugas pengawasan oleh RUPS, berarti
memberikan pelunasan dan pembebasan kepada para anggota Direksi
dan anggota Dewan Komisaris atas pengurusan dan pengawasan yang
telah dijalankan selama tahun buku yang lalu, sejauh tindakan tersebut
ternyata dalam Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan dan
laporan tugas pengawasan serta sesuai dengan ketentuan berlaku.
k. Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan perusahaan harus
disediakan di kantor perusahaan sejak tanggal panggilan sampai dengan
tanggal pelaksanaan RUPS untuk kepentingan Pemegang Saham.
l.
(3)
Dalam hal Laporan Keuangan yang disediakan ternyata tidak benar
dan/atau menyesatkan, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan, kecuali apabila terbukti
bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.
Pelaporan lainnya
a. Komisaris harus melaporkan kepada Pemegang Saham dengan segera
tentang terjadinya gejala menurunnya kinerja perusahaan secara
signifikan.
b. Direksi membuat laporan manajemen secara berkala mengenai
pencapaian target kinerja, dan menyampaikannya kepada Komisaris dan
Pemegang Saham.
c. Laporan lain yang harus diberikan Direksi kepada Dewan Komisaris
adalah :
c.1. Laporan mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan
c.2. Laporan mengenai pelaksanaan tugas SPI
c.3. Laporan mengenai pengembangan dan suksesi manajer kunci /
senior perusahaan.
c.4. Laporan mengenai penggantian Komisaris / Direksi pada anak
perusahaan.
c.5. Laporan mengenai pelaksanaan manajemen risiko dan laporan
kinerja penggunaan teknologi informasi.
d. Laporan kepada pihak ketiga baik instansi Pemerintah maupun lembaga
lain hanya dapat diberikan Direksi dan unsur pimpinan yang diberikan
62
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
wewenang di daerah (untuk tingkat unit) untuk hal-hal yang bersifat rutin
operasional.
e. Pelaporan pada hakekatnya dilaksanakan secara berjenjang.
BAB VI
STAKEHOLDERS
Pasal – 37
Batasan dan Prinsip Pengelolaan
(1)
Batasan Stakeholders
Stakeholders dalam bagian ini dibatasi yaitu hanya stakeholders lainnya
diluar shareholders (Pemegang Saham), yaitu karyawan, pemerintah,
masyarakat, penyedia barang / jasa, kreditur, pelanggan, investor, pesaing /
competitor, mitra kerja, media massa, asosiasi bisnis / profesional.
(2)
Pengelolaan stakeholders diarahkan pada kepentingan bisnis perusahaan
dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan, keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan serta memperhatikan skala prioritas dan
mutual respect sehingga tercapai keseimbangan dan keharmonisan antara :
(3)
a.
Dimensi bisnis yang berorientasi pada laba (profit oriented) dan
kepuasan pelangaggan.
b.
Dimensi sosial yang menyangkut aspek etika usaha dan tanggungjawab
sosial perusahaan, kondisi kesehatan dan keselamatan serta
kesejahteraan pekerja dan aspek sosial kemasyarakatan.
c.
Dimensi
lingkungan
yang
mengarahkan
perusahaan
untuk
memperhatikan aspek kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup
disekitar unit operasi / lapangan usaha
Pengelolaan stakeholders didasarkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (GCG) yaitu, transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
kemandirian dan kewajaran.
Pasal – 38
Hak, Partisipasi dan Penghubung Stakeholders
(1)
Hak stakeholders timbul secara hukum karena pemberlakuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian / kontrak. atau karena nilai etika / moral dan
tanggungjawab sosial perusahaan yang tidak bertentangan dengan kebijakan
perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
Hak-hak stakeholders harus dihormati, dilindungi dan dipenuhi oleh
perusahaan, antara lain melalui pemberian informasi yang relevan dan
63
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
penting secara transparan,akurat dan tepat waktu dan melalui mekanisme
komunikasi yang sehat dan beretika.
(3)
Menciptakan kondisi stakeholders untuk ikut serta dalam membantu
perusahaan bersama-sama mentaati ketentuan yang berlaku.
(4)
Perusahaan harus mempunyai mekanisme untuk
menindaklanjuti saran dan keluhan dari stakeholders.
(5)
Penghubung perusahaan dengan stakeholders adalah sekretaris korporat
atau Petugas Umum untuk unit kerja atau pejabat lain yang ditunjuk
berdasarkan undang-undang yang berlaku.
menampung
dan
Pasal – 39
Stakeholders Yang Dikelola
(1)
Karyawan
a. Memberikan hak dan perlindungan bagi karyawan dalam bentuk ketentuan
ketenagakerjaan yang transparan dan mengakomodasikan kepentingan
bersama antara karyawan dengan perusahaan mengacu pada perjanjian
kerja bersama (PKB) serta ketentuan perundangan yang berlaku.
b. Menerapkan egual pay for equal job dan reward dan punishment yang
konsisten
c. Membangun budaya kerja yang mengedepankan nilai –nilai moral dan tata
nilai perusahaan
d. Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari suasana pertentangan
kepentingan
e. Membangun komunikasi yang harmonis dan terbuka dengan Serikat
Pekerja Perkebunan Nusantara (SP-BUN).
(2)
Pelanggan
a. Memberikan informasi mengenai produk perusahaan secara transparan
dan benar
b. Memberlakukan semua konsumen dengan standar pelayanan yang
terbaik
c. Mengadakan suatu sistim penjaminan kualitas (mutu) produk perusahaan
d. Mengutamakan kepuasan pelanggan dalam segala aspek layanan
e. Memberikan informasi dan edukasi kepada konsumen akan produk
perusahaan.
64
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(3)
Pesaing Bisnis / Kompetitor
Pengelolaan hubungan dengan pesaing bisnis dilakukan dengan menerapkan
persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan produk dan
layanan yang bermutu.
(4)
Penyedia Barang / Jasa
a. Transparansi dalam memberikan informasi terhadap pengadaan barang /
jasa baik melalui media massa, papan pengumuman resmi perusahaan
dan undangan sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang /
jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan yang tidak wajar
kepada pihak tertentu, dengan cara dan / atau alasan apapun.
c. Bertanggungjawab untuk memenuhi kontrak yang telah disepakati dan
menjaga kerahasiaan dokumen kontrak sesuai dengan tingkat
kepentingannya.
(5)
Mitra Kerja
a Mempunyai
mekanisme
yang
transparan,
objektif
dapat
dipertanggungjawabkan dalam memilih dan menetapkan mitra kerja
b. Memenuhi segala kewajiban yang timbul akibat ikatan / kerjasama yang
dilakukan dengan mitra kerja.
(6)
Kreditur
Perusahaan harus membayar kewajiban tepat waktu dan tepat jumlah sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.
(7)
Pemerintah
a. Mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi perusahaan.
b. Mengurangi ketergantungan kepada Pemerintah melalui pengembangan
daya saing dan daya tahan untuk tumbuh dan berkembang.
c. Sebagai bagian dari komunitas masyarakat, perusahaan harus
memberikan informasi yang relevan kepada masyarakat mengenai
kegiatan perusahaan termasuk tentang pelaksanaan program sosial dan
kemasyarakatan
(8)
Media Massa
Menjadikan media massa sebagai mitra dalam memberikan informasi kepada
masyarakat tentang kegiatan perusahaan.
(9)
Asosiasi Bisnis atau organisasi profesi
a. Memanfaatkan keberadaan asosiasi
pemberdayaan dan penegakan aturan.
antara
lain
perlindungan
65
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
(10)
b. Mematuhi ketentuan yang berlaku sebagai anggota asosiasi profesi yang
sejalan dengan kepentingan perusahaan.
Investor
a. Menyediakan informasi yang aktual, akurat, jujur, jelas dan prospektif bagi
investor dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Membangun komunikasi yang berkesinambungan guna menumbuhkan
kepercayaan investor.
(11)
Petani Plasma
Membangun hubungan dengan petani plasma yang berkesinambungan
dengan memperhatikan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
66
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)
Code of Corporate Governance – Pedoman Tata Kelola Perusahaan
BAB VII
PENUTUP
Pasal - 40
Komitmen
(1).
Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code of Corporate Governance)
digunakan sebagai acuan utama dalam mengelola perusahaan.
(2).
Pedoman ini dinyatakan berlaku sah dengan menerbitkan Surat Keputusan
Bersama yang ditandatangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris.
(3).
Seluruh manajemen menilai efektivitas penerapan Pedoman Tata Kelola
Perusahaan dan dikoordinir oleh Sekretaris Korporat, Satuan Pengawasan
Intern (SPI) dan pelaporan disampaikan kepada Direksi untuk diteruskan
kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham.
(4).
Assesment dan review tindak lanjut penerapan Good Corporate Governance
(GCG) dilakukan dengan membentuk Steering Committee dan Organizing
Committee bekerjasama dengan pihak eksternal yang independent dan
berkompetensi dibidangnya.
(5).
Pedoman Tata Kelola Perusahaan ditelaah dan dimutakhirkan secara berkala
untuk disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan serta perubahan
lingkungan usaha
(6).
Permintaan perubahan Pedoman Tata Kelola Perusahaan dapat dilakukan
oleh Komisaris atau Direksi.
(7).
Setiap perubahan atas Pedoman Tata Kelola Perusahaan harus disetujui oleh
Direksi dan Dewan Komisaris dan disampaikan kepada Pemegang Saham.
67
Download