4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Kajian Teori 2.1.2. Pembelajaran Tema Berbagai Pekerjaan Pembelajaran pada tema berbagai jenis pekerjaan ini meliputi tiga mata pelajaran, yaitu IPS, IPA dan Bahasa Indonesia. IPS singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. (Depdiknas, 2010) Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS diberikan di kelas 4 dengan kompetensi inti, kompetensi dasar dan ruang lingkup IPS dijelaskan melalui tabel 2.1 berikut. 4 5 Tabel 2.1 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS Kelas 4 Semester 1 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Ruang Lingkup 1. Menerima, 1.1. Menjalankan ajaran agama dalam - Macam-macam menjalankan, dan berpikir dan berperilaku sebagai jenis pekerjaan menghargai ajaran penduduk Indonesia dengan - Menjelaskan agama yang mempertimbangkan kelembagaan hubungan antara dianutnya. sosial, budaya, ekonomi, dan pekerjaan dengan politik dalam masyarakat. barang yang 1.3.Menerima karunia Tuhan YME dihasilkan yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2. Menunjukkan 2.3 Menunjukkan perilaku santun, perilaku jujur, toleran dan peduli dalam disiplin, tanggung melakukan interaksi sosial dengan jawab, santun, lingkungan dan teman sebaya. peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2003:1) 2.1.3. Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Muhibbin Syah (2001:64) dalam bukunya Psikologi Belajar mengemukakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Jadi belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Sedangkan Sudjana (2005:30) mengemukakan bahwa prestasi belajar 6 merupakan bentuk-bentuk kemampuan yang dimiliki siswa setelahia menerima pengalaman belajar. Menurut Nurkancana (2004:27) dalam bukunya Evaluasi Hasil Belajar menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kecakapan baru yang diperoleh seorang individu yang mempengaruhi tingkah lakunya. Sedangkan menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, penilaian dan mencipta (Wardani Naniek Sulistya, 2012: 7). Secara rinci keenam jenjang ranah kognitif dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan jenjang berpikir terendah. Seorang individu yang belajar akan mengetahui apa yang dikemukakan oleh guru, sehingga ia memperoleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali apa saja yang telah dipelajari, baik yang menyangkut nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Dengan demikian, jenjang berpikir ini lebih pada mengetahui apa yang dipelajarinya tanpa untuk berfikir untuk melakukan sesuatu yang diketahuinya tersebut. 2) Pemahaman (comprehension) Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya kemudian dipahami dari berbagai aspek, sehingga menjadi sesuatu yang diketahuinya lebih mendalam. Seorang peserta didik yang memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri, atau dengan kata lain dapat mengungkapkan sesuatu hal berdasarkan inti pokok yang diketahuinya. 7 3) Penerapan (application) Penerapan atau aplikasi adalah “kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum atau teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret” (Anas Sudijono, 2008:50). Dengan demikian, seorang individu yang sudah memiliki jenjang penerapan, apabila ia sudah mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menjadi bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian yang satu dengan yang lainnya (Anas Sudijono, 2008:51). Dengan dimilikinya kemampuan analisis ini, seseorang akan mampu menguraikan sesuatu hal menjadi beberapa hal yang lebih detail sehingga mudah dipahami oleh seseorang yang diajak bicara. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis adalah suatu proses memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi sesuatu unsur yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. 6) Penilaian (evaluation) Penilaian adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan “kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, sesuai dengan patokanpatokan atau kriteria yang ada” (Anas Sudijono, 2008: 52). Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.Dalam kaitannya dengan hasil belajar, ranah afektif (sikap) dapat diungkapkan sebagai kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku siswa belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah lebih maju terhadap suatu objek yang dipelajarinya. Beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil proses belajar antara lain: 1) Recieving/attending atau penerimaan, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam kategori ini termasuk kesadaran, keinginan untuk 8 menerima stimulus kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa receiving merupakan kemauan seseorang untuk memperhatikan suatu kegiatan atu objek. 2) Responding atau memberi respon jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar, yang meliputi ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Jadi responding merupakan kemampuan seseorang untuk menanggapi rangsang yang datang pada dirinya, sehingga siswa mampu untuk mengikutsertakan dirinya dalam kegiatan tersebut. 3) Valuing atau penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Menilai artinya ”memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek”. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Kategori ini adalah konseptualisasi suatu nilai yakni mau menilai, menemukan dan mengkristalisasikan kaidah-kaidah dan menata suatu nilai, yaitu menimbang berbagai macam alternatif penyelesaian sehingga timbul sistem nilai. Dengan kata lain, mempertemukan perbedaan-perbedaan nilai sehingga trebentuk nilai baru yang lebih bersifat universal. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni ”keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya yang di dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya”. (Sudijono, 2008:54-56) Ranah belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung 9 dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya (Anas Sudijono, 2008:58).Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a. Gerakan refleks, yakni keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya: kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana Sudjana, 2011:30-31). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: a. Keterampilan dan kebiasaan. b. Pengetahuan dan pengertian. c. Sikap dan cita-cita Ketiga kategori ranah tersebut menjadi dasar penilaian hasil belajar. Dalam hal ini, kategori ranah koqnitif yang sering digunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar pengetahuan, karena ranah koqnitif berhubungan dengan kemampuan siswa menguasai pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Meskipun demikian ranah afektif dan psikomotor juga tetap berperan dalam penilaian hasil belajar. Hasil belajar bersifat kuantitatif, melalui pengukuran. Pengukuran menurut Wardani NS, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Alen dan Yen dalam Wardani NS, dkk (2012:48) 10 Dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen. Penggunaan instrumen ini tergantung dari teknik pengumpulan datanya. Teknik penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.2 di halaman berikut: Teknik pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya (2012,141) dibedakan menjadi tiga yakni tes tertulis, tes lesan dan tes perbuatan. Menurut Endang Poerwanti (2008:4-9) jenis-jenis tes adalah sebagai berikut: 1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes Tertulis Tabel 2.2 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik Penilaian 1. Tes tertulis Penugasan individual atau kelompok Penilaian portofolio Jurnal Penilaian diri Penilaian antar teman - 2. Tes lisan 3. Tes praktik (tes kinerja) 4. 5. 6. 7. 8. - Bentuk Instrumen Tes pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan lain-lain. Tes isian: isian singkat, dan uraian. Daftar pertanyaan Tes identifikasi Tes simulasi Tes uji petik kinerja Pekerjaan rumah Projek Lembar penilaian portofolio Buku catatan jurnal Kuisener/lembar catatan diri Lembar penilaian antar teman Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. b. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response), semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. c. Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. 11 2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a. Tes esei (essay-type test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasangagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. b. Tes jawaban pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawabanjawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. c. Tes objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Menurut Wardani Naniek Sulistya, (2012: 143) Bentuk tes berdasarkan waktu penyelenggaraannya dibedakan menjadi 4 macam yaitu: 1. Tes masuk Tes masuk adalah tes yang diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai sampai dengan tes seleksi, tes masuk diselenggarakan untuk menentukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran karena ia memiliki jenis kemampuan yang dipersyaratkan. 2. Tes formatif Tes yang dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress test). 3. Tes sumatif Tes yang diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). 4. Pra test dan post test Hasil pra test digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada awal program pengajaran dan digunakan untuk menentukan sejauh mana kemajuan peserta 12 didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dengan membandingkan hasil pra tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post test). Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. (Khaeruddin, 2007: 231) Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, siswa, dan orang tua siswa. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh siswa dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar siswa. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Adapun fungsi kriteria ketuntasan minimal antara lain: a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. b. Sebagai acuan bagi siswa dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. c. Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. d. Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan siswa dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. 13 e. Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. (Depdiknas, 2010: 4) Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: a. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan. b. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulang kembali bahanbahan pelajaran yang telah lampau. c. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan ke dalam kelas yang lebih tinggi ataukah harus mengulang di kelas semula. d. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak-anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum. (I Wayan Nurkancana, 2010:13-14) 2.1.3 Pendekatan Pembelajaran Scientific (Scientific Approach) Suherman dkk. (2003) dalam Wardani Naniek Sulistya (2012: 2) menguraikan bahwa pendekatan adalah cara yang ditempuh oleh dosen dalam pelaksanaan pembelajaran agar ide aktif yang disajikan dapat diadaptasi untuk kemudian dipahami oleh mahasiswa. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran aktif, yaitu: pendekatan bersifat metodologis dan pendekatan material. Pendekatan metodologis menyangkut cara mahasiswa mengadaptasi ide aktif yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya, yang sejalan dengan cara yang ditempuh oleh dosen dalam menyajikan bahan pembelajaran tersebut. Contoh pendekatan metodologis antara lain adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik, dan heuristik. Sementara itu, pendekatan material yaitu menyajikan konsep aktif melalui konsep aktif lain yang telah dimiliki mahasiswa. Contohnya, menyajikan konsep penjumlahan dengan menggunakan pendekatan garis bilangan atau himpunan. Pendekatan scientific merupakan salah satu pendekatan metodologis. Pendekatan ini memiliki kriteria sebagai berikut: 14 1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya dalam WardaniNaniek Sulistya (2012: 3) Proses pembelajaran dengan pendekatan scientific menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan Proses pembelajaran dengan pendekatan scientific menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Langkah-langkah pembelajaran pendekatan scientific menurut Wardani Naniek Sulistya adalah sebagai berikut: a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” 15 d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Langkah-langkah penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran IPS menurut Wardani Naniek Sulistya meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. 2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Nita Idmeiawati Setyaningsih (2011) berjudul “Implementasi Pendekatan SETS (Science, Environment,Technology, And Society) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas 4 di MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal Tahun 2011”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) pada materi pokok perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di kelas 4 MI Al-Islam Kauman Sukorejo Kendal ini berjalan dengan cukup baik dari kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah metode ceramah, diskusi, observasi (pengamatan secara langsung), tanya jawab, serta penugasan. Metode ceramah digunakan pendidik untuk menjelaskan konsep SETS (Science, Environment, Technology, and Society) dan penjabarannya melalui salah satu tema dari materi ajar. Sedangkan metode diskusi digunakan agar peserta didik lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka mencoba untuk belajar mengungkapkan pendapat mereka dan menyelesaikan pekerjaan yang telah. Jadi peserta didik tidak hanya pasif mendengarkan penjelasan pendidik. Dan pada pertemuan kedua pendidik menggunakan metode observasi (pengamatan langsung) mengenai tempat-tempat yang berhubungan dengan materi yang dipelajari agar memperkuat pemahaman peserta didik. Adapun alat atau bahan pembelajaranya seperti halnya pendidik mengajarkan materi yang lain yaitu dengan buku panduan dan LKS, serta HVS yang digunakan sebagai alat mencatat hasil dari kegiatan berdiskusi. Dalam hal kegiatan mengevaluasi hasil belajar pendidik 16 menggunakan beberapa tahap penilaian, yaitu tes awal, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal sebelum materi diajarkan, dan tes akhir yang terdiri dari dua tahap evaluasi yaitu evaluasi formatif, adalah penilaian yang dilakukan pendidik setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Dan evaluasi sumatif, yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik setelah jangka waktu tertentu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran scientific dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 46,87% dengan nilai rata-rata 62,51, kemudian meningkat menjadi 68,75% dengan nilai rata-rata 72,34, dan pada siklus III meningkat menjadi 93,75% dengan nilai rata-rata 81,05. Keunggulan dari strategi pembelajaran Scientific adalah siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Keaktifan tersebut akan membawa dampak pada pengasaan konsep oleh siswa. Dengan adanya penguasaan konsep yang baik maka hasil belajar juga akan baik. Sedangkan kelemahannya adalah guru harus mempersiapkan pebelajaran dengan baik karena dalam pembelajaran dibutuhkan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran tersebut. 2.3. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang telah dilakukan tidak memperhatikan pengukuran koqnitif, afektif, dan psikomotorik sehingga penelitian terhadap siswa tidak memenuhi ketiga aspek tersebut akibatnya hasil belajar siswa KKM. Kondisi ini bisa dibiasakan terus menerus sehingga perlu ada perbaikan pengukuran melalui pembelajaran agar hasil belajar salah satu upaya meningkatkannya melalui pendekatan pembelajaran scientific. Dengan adanya penerapan pendekatan pembelajaran scientific diharapkan siswa akan produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dari kegiatan berupa pengamatan terhadap jenis-jenis pekerjaan, siswa akan mampu untuk mengidentifikasi keberadaan jenis-jenis pekerjaan serta hubungannanya dengan kondisi geografis. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Siswa mengamati bacaan dan gambar tentang hubungan sumber daya alam dan pekerjaannya. b. Siswa menanya tentang hubungan sumber daya alam dengan jenis-jenis pekerjaan. 17 c. Siswa menalar tentang hubungan kondisi geografis dengan jenis-jenis pekerjaan dengan benar. d. Siswa mencoba menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan jenis pekerjaan. e. Siswa membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat kita lihat pada gambar 2.1 18 Pembelajaran IPS: KD. Menjalankan ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam masyarakat. Pembelajaran Konvensional Metode ceramah Guru mendominasi PBM Penilaian HasilBelajar Tes Formatif Hasil belajar rendah Pendekatan pembelajaranScientific 1. Siswa mengamati bacaan dan gambar tentang hubungan sumber daya alam dan pekerjaannya. Pembelajaran IPA: KD. 3.1. Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan berkelanjutan dalam waktu, sosial, budaya dan ekonomi 3.5. Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi 2. Siswa menanya tentang hubungan sumber daya alam dengan jenis-jenis pekerjaan. 3. Siswa menalar tentang hubungan kondisi geografis dengan jenis-jenis pekerjaan dengan benar Penilaian Proses Belajar 4. Siswa menyoba menjelaskan hubungan sumber daya alam dengan jenis pekerjaan 5. Siswa ....... membentuk jejaring Tes Formatif Penilaian Hasil Belajar Hasil belajar ≥80 Gambar 2.1 Skema PeningkatanHasil BelajarIPS Melalui PendekatanPembelajaran Scientific 19 2.4. Hipotesis Penelitian Diduga pendekatan pembelajaran scientific dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Pasucen 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester 1 tahun 2013/2014.