Oleh: CHAIRUNNISA PROGRAM STUDI

advertisement
POLA ASUH POSITIF PENGASUH DAN KEDISIPLINAN ANAK ASUH
DALAM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
PUTRA UTAMA 3 TEBET
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
CHAIRUNNISA
NIM : 107054102453
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Juni 2011
Chairunnisa
107054102453
ABSTRAK
Chairunnisa
Pola Asuh Positif Pengasuh dan Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet
Anak merupakan seseorang yang masih berada dalam tahap perkembangan
menuju dewasa. Adanya pentahapan menunjukan anak sebagai sosok manusia
dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan
hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena
itu, anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa
orang tua atau pengasuh pada umumnya. Salah satu lembaga yang peduli terhadap
anak yaitu Panti Sosial Asuhan Anak PU 3 Tebet di bawah naungan Dinas Sosial.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Asuh
Positif Pengasuh dan Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti PSAA PU 3 Tebet.
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan
adalah melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan cara
pengamatan lapangan, wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen,
Adapun yang menjadi informan penelitian adalah para pengasuh, serta anak asuh
yang berada di panti tersebut.
Dari hasil penelitian ini di peroleh kesimpulan bahwa; Pertama, Di Panti
PSAA PU 3 Tebet pola asuh positif pengasuh sudah menerapkan pilar-pilar
pengasuhan positif di dalam panti, yaitu pengasuh dapat menjamin tumbuh
kembang anak asuh dalam panti dengan memberikan makanan-makan yang
bergizi, bekerja sama dengan orang tua anak asuh walaupun belum secara intens
atau sering hanya beberapa kali saja, menerapkan aturan secara konsisten, dan
dapat memahami emosi anak asuh dengan gaya bahasa yang positif, namun
pengasuh belum menerapkan pola asuh tanpa hukuman. Tampaknya hukuman
masih mendominasi cara pengasuhan di dalam panti. Kedua, Penerapan
kedisiplinan anak asuh dalam panti sudah cukup baik, dilihat dari anak-anak
melakukanya dengan senang walaupun ada juga yang melakukannya dengan biasa
saja dalam arti hanya mengikuti aturan saja. Selain itu juga pengasuh sudah
melakukan hal-hal yang membuat anak asuh disiplin misalnya : memberitahu apa
yang anak asuh harus lakukan, memberi informasi yang bermanfaat kepada anak
asuh, membantu anak asuh untuk menjadi sukses, bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah, menyemangati anak, menjadi teladan bagi anak asuh.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah
SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat
kepada kekasih-Nya, dan masih memberikan begitu banyak kenikmatan dan
karunia-Nya yang tak pernah dapat dihitung sehingga dengan izinnya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung,
yang baik budi pekertinya, yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan
serta yang menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat beliau adalah nabi yang
sangat mulia hingga akhir zaman nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Halangan dan rintangan yang penulis hadapi menjadikan pelajaran
yang sangat berarti bagi penulis. Sungguh anugerah terindah yang diberikan Allah
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Semua ini
terwujud karena banyak dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Seuntai kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis persembahkan
segalanya khususnya kepada nenek (Hj. Maysaroh) dan orang tua bapak (Zubair)
dan ibu (Nurani) yang telah memberikan dukungan dan doa yang diberikan
kepada penulis, dan dengan ketegaran dan kesabaran hatinya dalam mengadapi
hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi penulis.
ii
Selanjutnya penulis juga ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ;
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I,
Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bapak Drs.
Study Rizal LK,M.A selaku Pudek III.
2. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Ibu Siti Napsiyah, MSW
3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus
memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak/Ibu Pimpinan Perpustakaan Utama Dan Perpustakaan Fakultas
Yang telah membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam
mengerjakan skripsi.
6. Bapak dan Ibu di panti serta para WBS yang telah membantu penulis
dalam memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
7. Kakak-kakakku Syaiful Iksan S.Pdi, Arfan Bair, Silvia Maharani Dewi,
serta keponakanku (Ayyubi) yang selalu menghibur penulis di kala
kesedihan datang kepada penulis.
iii
8. Riki Setiawan yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis serta menemani hari-hari penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
you are my life.
9. Keluarga besar KESSOS angkatan 2007 teman terbaikku koi, wiwi, uchi,
ayu, netty, arini, serta teman-teman yang tidak penulis sebutkan namanamanya kalian sudah memberikan keceriaan kepada penulis dengan
indahnya persahabatan yang telah kalian berikan.
10. Dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
yang akan membalas kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Kritik dan saran sangat paraktikan harapkan dari berbagai pihak yang
membaca laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan
pada khususnya dan bagi para pembaca pada umunya.
Amin Ya Robbal Alamin
Jakarta, 1 Juni 2011
CHAIRUNNISA
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
5
D. Metodologi Penelitian ..........................................................
6
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 13
BAB II.
KAJIAN TEORITIS
A. Pola Asuh Positif
1. Pengertian Pengasuhan .................................................... 15
2. Pengertian Pola Asuh Positif .......................................... 16
3. Enam Pilar Dalam Pola Asuh Positif ............................. 19
4. Gaya Pengasuhan ......................................................... 22
B. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin ......................................................... 24
2. Aspek Disiplin ................................................................ 26
3. Unsur-Unsur Disiplin ...................................................... 27
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin ..................... 28
v
BAB III.
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 3 TEBET
A. Gambaran Lembaga
1. Pengertian dan sejarah singkat PSAA PU 3 Tebet .......... 32
2. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 33
3. Visi dan Misi ...................................................................
34
4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi WBS .........
35
5. Proses Pelayanan .............................................................
36
6. Sumber dana ....................................................................
37
7. Fasilitas ............................................................................
37
B. Profil Anak-anak di PSAA PU 3 Tebet
1. Profil WBS ..................................................................... 38
BAB IV.
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pola Asuh Positif Pengasuh Dalam Panti ............................ 45
1. Tumbuh kembang anak asuh .......................................... 48
2. Kerjasama Pengasuh dengan Kedua orang tua ............... 49
3. Aturan secara konsisten .................................................. 51
4. Memahami emosi anak ................................................... 51
5. Gaya bahasa positif ......................................................... 52
6. Pola asuh tanpa hukuman ............................................... 53
B. Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti ................................. 54
1. Kedisiplinan ................................................................... 54
2. Faktor-Faktor Tidak Disiplin ......................................... 56
vi
BAB V.
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 59
B. Saran-saran ........................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 62
LAMPIRAN- LAMPIRAN
vii
Daftar Tabel
Tabel 1. Pengambilan informan ……………………………………………….
8
Tabel 2. Data WBS berdasarkan tingkat pendidikan …………………………. 38
Tabel 3. Data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP …………. 39
Tabel 4. Data WBS berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTA ………… 40
Tabel 5. Data WBS berdasarkan status keluarga ……………………………..
viii
40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
ketidakdisiplinan
dewasa
ini
sedang
mempengaruhi
perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia umumnya. Kenyataan
yang dapat dilihat saat ini yaitu banyak sekali anak-anak terbawa arus
pergaulan yang tidak sesuai dengan norma seperti, merokok, menyalagunakan
narkoba, melakukan pergaulan bebas, melanggar tata tertib, dan lain
sebagainya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan terhadap
kedisiplinan yang terkait dengan sikap dan akhlak.
Kedisiplinan dapat diterapakan melalui metodologi pengajaran di
lingkup sekolah, keluarga, dan lingkungan. Semua itu akan menjadi acuan
yang mendukung anak untuk dapat bersikap dengan lebih baik dan dapat
menaklukan tantangan yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak baik.
Jika rasa keingintahuan ini dapat diarahkan ke hal positif, maka akan timbul
masa depan yang baik pada anak.
Pola asuh yang dilakukan secara positif sangat mendukung
perkembangan anak, tanpa disadari masih banyak orang tua/pengasuh yang
menerapkan pola asuh yang negatif dalam mengasuh dan mendidik anak-anak
hal ini disebabkan adanya persepsi menakut-nakuti, memarahi, mengancam,
atau membandingkan anak satu dengan yang lain. Dengan pendekatan pola
asuh positif berlandaskan emotional intelligence dan memainkan peran sesuai
1
2
tahap perkembangn anak akan meletakkan fondasi yang kokoh untuk kebaikan
masa depan anak.1
Lingkup hubungan sosial meliputi orang-orang yang berhubungan
dengan anak-anak panti dan taraf sejauh mana hubungan itu diperbolehkan
terjalin atau didukung.2 Dalam hal ini lembaga pelayanan sosial berbasis panti
khususnya pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh, sangat
penting dalam penerapan kedisiplinan pada diri anak asuh (WBS).
Disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk
pada pengawasan, dan pengendalian. Disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Disiplin juga menjadi
sarana pendidikan. Dalam mendidik disiplin berperan untuk memengaruhi,
mendorong, mengendalikan, mengubah, membina, dan membentuk prilakuprilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan
diteladankan. Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri
dibandingkan dengan kedisiplinan. Selain pentingnya menemukan arah dan
tujuan hidup yang jelas, kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk
mencapai impian.
Menurut Suratman dalam Hidayah (1996:12) sikap disiplin selalu ada
kaitannya dengan tiga unsur kepribadian manusia, yaitu jiwa, watak dan
perilaku. Berkenaan dengan jiwa maka disiplin itu ditentukan oleh tingkat
daya cipta, rasa dan karsa. Dalam tingkat ini disiplin mengandung aspek
1
Hanny Muchtar
Publishing,2011),h.26
2
Darta,
Six
Pillars
of
Positive
Parenting(Jakarta:Cicero
Florence Martin dan Tata Sudrajat, “Seseorang yang Berguna“ Kualitas Pengasuhan di
Panti Sosial Asuhan Anak, (PT. Panji Grafika Jaya:2007), hal.229
3
manusia memenuhi sesuatu melalui pengendalian ketiga unsur kejiwaan
tersebut. Sehingga disiplin diartikan sebagai perbuatan kepatuhan yang
dilakukan dengan sadar untuk melaksanakan suatu sistem dengan sikap
menghormati, dan taat menjalankan keputusan, perintah atau aturan yang
berlaku.3
Undang-undang perlindungan anak menempatkan tanggung jawab
secara sama kepada semua pelaku: Negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelennggaraan perlindungan anak.4 Dan juga dilihat dari UUD 1945 bunyi
pasal 34 yang berbunyi : Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara5, pasal ini merupakan hak untuk mendapatkan kelayakan hidup bagi
jutaan warga miskin dan anak terlantar se-indonesia. Anak memiliki hak asasi
yang seharusnya dijamin pemenuhanya oleh negara. Pasal ini sejalan dengan
semangat dari konvensi hak anak yang ditetapkan oleh PBB.
Akar permasalahan
anak terlantar dan
anak jalanan adalah
ketidakberdayaan orang tua dan kebijakan Negara dan seluruh sektor yang
membuat mereka menjadi kelompok tersingkir. Dari data yang di dapat anak
terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun meningkat tajam, data terakhir
menunjukan anak terlantar mencapai 5,4 juta orang, anak hampir terlantar
mencapai 12 juta orang atau ada 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar.
Dari jumlah tersebut, 230 ribu diantaranya menjadi anak jalanan yang tersebar
di kota besar di Indonesia. Tercatat 95 persen berasal dari keluarga miskin,
3
http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan
UUD No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (pasal 20 & 25)
5
UUD 1945 setelah Amandemen Keempat tahun 2002 (Jakarta: Pustaka Setia:2004)
4
4
berpendidikan rendah, dan lingkungan masyarakat yang eksploitatuf terhadap
anak.6
Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan
kesejahteraan yang mengharuskan Negara dan masyarakat untuk bekerja sama
melindungi dan mengasuh anak-anak terlantar atau anak-anak bermasalah
yang biasanya didukung oleh pelayanan pengasuhan berbasis panti.7
Walaupun demikian, masih saja ada diantara anak asuh yang
memerlukan perhatian lebih dari pengasuh, hal itu disebabkan karena
pergaulan di sekitarnya baik di lingkungan panti maupun di luar lingkungan
panti PSAA Putra Utama 3 Tebet, seperti pulang larut malam, membuang
sampah sembarangan, bolos sekolah, menunda sholat, kabur, pulang larut
malam dan sebagainya. Padahal di lingkungan panti itu sendiri hal tersebut
tidak dibenarkan, karena di dalam panti sudah tertulis peraturan untuk WBS
yang tinggal di panti, apalagi mereka adalah anak-anak yang berasal dari
keluarga tidak mampu dan terlantar.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti mengenai “ Pola Asuh Positif Pengasuh dan
Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti PSAA Putra Utama 3 Tebet”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasanya masalah yang ada, maka dalam
penulisan skripsi ini penulis membatasi pada pola asuh positif pengasuh
6
http://dinsos.jakarta.go.id/news.php/23mar2010
Pasal 11(2) UU No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, peraturan pemerintah
nomor 2 tahun 1998 tentang usaha kesejahteraan anak bagi anak yang mempunyai masalah
7
5
dan kedisiplinan anak asuh dalam panti pada tingkat SLTP dan SLTA
yang berada di lingkungan PSAA Putra Utama 3 Tebet. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas
selanjutnya.
2. Perumusan Masalah
Berikut ini adalah perumusan masalah penelitian yang penulis
batasi masalah tersebut pada :
a. Bagaimana pola asuh positif yang diterapkan pengasuh terhadap anak
asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet?
b. Bagaimana kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3
Tebet?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Gambaran tentang pola asuh positif pengasuh terhadap anak asuh
dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.
b. Gambaran kedisiplinan anak asuh kelas II SLTA dalam kehidupan
sehari-hari di panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.
2. Manfaat dari penelitian
a. Manfaat akademis
Penulisan diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan
dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
lembaga pendidikan serta dapat menambah wawasan bagi pembaca
dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
6
b. Manfaat praktis
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi
yang berguna bagi pembaca, khususnya para pengasuh dalam
pengasuhan anak-anak di dalam panti agar melekat kedisiplinan dalam
kehidupan sehari-hari. Serta dapat memotivasi anak-anak untuk
meningkatkan kesadaranya dalam penerapan disiplin sesuai kondisi
yang ada.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui
pendekatan
kualitatif.
Pendekatan
kualitatif
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.
Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif.8
1. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.
8
Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007),
Cet.Ke-23,h.9-10.
7
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya.9
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.10
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif
deskriptif tentang pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh
dalam panti ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.
Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari
sumber utama (Pengasuh dan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Tebet).
Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang
diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
merupakan
cara
yang
digunakan
peneliti
untuk
mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek
penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
a. Observasi
9
10
Ibid, h. 112
Ibid, h. 113
8
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit.
Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data
penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data
tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan
panca indra.11
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi
langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan
yang berkenaan dalam pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan
anak asuh dalam panti.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh
sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara.12
Adapun yang akan diwawancarai adalah, yaitu :
No.
Informan
Jumlah
Informasi yang ingin
11
Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005),
12
Ibid,hal. 126
h.134.
9
1.
2.
Pengasuh
Anak Asuh
3 orang terdiri dari:
 Bp. Mujiono, Aks selaku
KASIE Bimbingan dan
penyaluran
 Bp. Fachrizal Hamid, SH
selaku Seksi
Identifikasi/Assesment
 Ibu. Siti selaku Staf
3 orang terdiri dari:
 Kelas 2 SMP
 Kelas 1 SMK
 Kelas 2 SMK
Jumlah
diperoleh
Gambaran tentang:
 Pola pengasuhan
 Kedisiplinan
anak asuh
Gambaran tentang:
 Profil keluarga
 Kedisiplinan
 Pola pengasuhan
pengasuh
6 Orang
Tabel 1. Pengambilan Informan
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber
langsung tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara ini akan
dilakukan
secara
bebas,
tetapi
tetap
menggunakan
pedoman
wawancara agar pertanyaan terarah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan dan pengambilan
data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dan arsiparsip milik Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet
atau tulisan-tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian
ini.
3. Waktu dan Tempat
Penulis memilih PSAA Putra Utama 3 Tebet sebagai objek
penelitian atas beberapa pertimbangan dan alasan. Pertimbangan dan
alasan yang dimaksud adalah karena lembaga tersebut sangat menarik bagi
10
penulis untuk diteliti, terlebih penulis pernah praktikum di lembaga
tersebut.
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial
Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 3 Tebet yang bertempat di Jl. Tebet
Barat Raya no.100, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan
pada bulan Maret 2011.
4. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam
hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet atau orang yang diwawancarai.
Sedangkan obyek penellitianya adalah meliputi bagaimana pola
asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra
Utama 3 Tebet.
5. Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pemilihan informan.
Ada 80 anak asuh yang tinggal di dalam panti yang terdiri dari kelas 1,2,3
SLTP dan kelas 1,2,3 SLTA, dari 80 anak asuh setelah melihat data
tersebut. Dari data yang penulis dapatkan dari pengasuh ada 6 orang yang
tercatat memiliki pelanggaran paling banyak, Maka dari 6 orang tersebut
terpililah 3 orang anak asuh yang memiliki pelanggaran paling banyak
atau dikatakan kurang disiplin. Mereka adalah dari kelas 2 SMP (1 orang)
dan kelas 1 & 2 SMA masing-masing 1 orang yang akan mewakili
menjadi informan dari penelitian ini.
11
6. Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,
penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana pola
asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari
kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumsebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka penulis menemukan
beberapa skripsi yang membahas tentang pola asuh dan kedisiplinan, tetapi
penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu :
Skripsi Pertama13
Nama
: Nur Atifah (3501401021)
Universitas
: Universitas Negeri Semarang (UNES), Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi.
Judul
: Hubungan Tingkat Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar
Sosiologi Bagi Siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri
Babakan Lebaksiu Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006
13
2011
http://pustakaskripsi.com/hubungan-tingkat kedisiplinan dengan prestasi belajar/19 mar
12
Skripsi
tersebut
berisikan
tentang
adanya
hubungan
tingkat
kedisiplinan dengan prestasi belajar siswa dan ternyata hasil penelitian
tersebut menujukan 74,5% siswa memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi
dari data yang ada.
Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada
pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh di PSAA Putra Utama 3
Tebet baik di dalam maupun di luar panti. Serta subyek dan obyek penelitian
yang berbeda judul penelitian yang tertera di atas.
Skripsi Kedua
Nama
: Wiwi Anggraini (202043101182)
Universitas
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Adab
dan Humaniorah Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Judul
: Perspektif
hukum Islam dan Hukum Positif tentang
Eksistensi Ibu dalam Pengasuhan dan Perlindungan Anak
Balita.
Dari skripsi diatas, penulis menemukan perbedaan dengan penelitian
yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi rujukan
penulis lebih menekankan pada segi pola asuh orang tua terhadap anaknya di
keluarga yang menitikberatkan pengasuhan dan perlindungan dalam bidang
agama. Maka dalam penelitian ini penulis membahas mengenai pola asuh
positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam panti di PSAA Putra
Utama 3 Tebet.
13
Tema penelitian yang mengkhususkan pada bahasan pola asuh positif
dan kedisiplinan anak asuh dalam panti di PSAA Putra Utama 3 Tebet. Di
mana ini dapat dikatakan sebagai karya peneliti perdana, karena belum ada
peneliti sebelumnya yang membahas tema tersebut. Tema ini diharapkan
dapat menambah keilmuan dan pengetahuan bagi akademis dan praktisi yang
menaruh perhatian pada bidang pola pengasuhan positif terhadap anak
khususnya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penelitian ini, maka penulis mambagi sistematika penyusunan ke dalam
lima bab. Di mana masing-masing bab di bagi ke dalam sub-sub dengan
penulisan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Bab ini mengemukakan tentang pengertian pengasuhan, pola asuh
positif, enam pilar dalam pola asuh positif, gaya pengasuhan,
pengertian kedisiplinan, aspek disiplin, unsur-unsur disiplin, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin.
14
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian
yang terdiri dari latar belakang sejarah berdirinya Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, tugas dan fungsi, visi
misi, sasaran pelayanan, proses pelayanan, sumber dana, fasilitas,
dan profil anak asuh di PSAA PU 3 Tebet.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Bab ini menjelaskan tentang pola asuh positif pengasuh di Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, serta
kedisiplian anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.
BAB V
PENUTUP
Merupakan bab penutup dari tulisan ini yang berisi tentang
kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pola Asuh Positif
1. Pengertian pengasuhan
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memilihara anak
kecil, membimbing agar bisa mandiri. Pengasuhan anak ditujukan kepada
anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.1 Pengasuhan
anak tersebut, dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan
untuk itu. Dalam hal ini lembaga harus berdasarkan agama, karena anak
yang diasuh harus seagama dengan agama yang menjadi landasan lembaga
yang bersangkutan.
Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di
luar panti sosial. Perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui
lembaga-lembaga tersebut di atas. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan,
pemeliharaan, perawatan dan pendidikan secara berkesinambungan, serta
dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin
tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.2
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan anak
yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara
1
Ahmad Kamil, hukum Perlindungan dan pengangkatan anak di Indonesia (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 75
2
Ibid, h. 76
15
16
wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial merupakan cikal bakal
dari lahirnya lembaga pengakatan anak yang memiliki sifat positif bagi
masa depan anak.
2. Pengertian Pola Asuh Positif / Positive Parenting
Carol Markie
–
Dadds
MPsycClin, Karen M.T. Turner
MPsychClin, Mathew R. Sanders, Ph.D. dalam Triple P, Positive
Parenting Program Every Parent’s Group Workbook 2002 mendifinisikan
Positive Parenting adalah pendekatan pola asuh yang bertujuan untuk
mengembangakan dan mengelola perilaku anak dengan cara membangun
dan tidak menyakitkan anak. Pola asuh ini dikembangkan berdasarkan
komunikasi yang baik dan juga perhatian yang positif untuk membantu
anak agar berkembang.3
Anak-anak yang diasuh dengan pendekatan pola asuh positif
kemungkinan besar akan berkembang dengan baik, memiliki kemampuan
baik, dan selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri atas segala hasil yang
telah
dicapainya.
Pendekatan
dengan
pola
asuh
positif
akan
mengembangkan kebiasaan baik yang merupakan landasan dalam
mengembangkan karakter yang positif.4
Menurut Jane Nelsen, Ed.D. dan Lisa Larson, M.A. dalam bukunya
Positive Disicipline for Working Parents berikut ini perbandingan Pola
Asuh Negatif VS Pola Asuh Positif5:
3
Hanny Muchtar
Publishing,2011),h.29
4
Ibid, h. 29
5
Ibid, h. 30-31
Darta,
Six
Pillars
of
Positive
Parenting
(Jakarta:Cicero
17
a. Pola Asuh Negatif
1) Melihat dan memperlakukan anak sebagai “hak milik”,
2) Berusaha untuk membentuk anak sesuai dengan keinginan orang
tua
3) Menjadi teman yang tidak menyenangkan atau menekankan kalau
orang tua tidak bisa menjadi teman bagi anak
4) Mengalah terhadap keinginan anak ataupun orang tua
5) Kontrol
6) Mencoba untuk menjadi sempurna
7) Memberikan nasihat atau menghukum
8) Sangat melindungi
9) Menghindari perasaan terutama emosi negatif
10) Membeltulkan atau mencari jalan keluar untuk anak
11) Selalu berpikir dari kacamata orang tua
12) Selalu merasa khawatir atau takut
13) Selalu merasa kesal jika anak berprilaku tidak sesuai dengan
keinginan orang tua
14) Mempunyai persepsi bahwa kecerdasan intelektual adalah faktor
utama yang akan membuat anak sukses kemudian hari.
b. Pola Asuh Positif
1) Melihat dan memperlakukan anak sebagai “ titipan ”,
2) Mengasuh dan mengembangkan anak supaya anak menjadi dirinya
sendirinya,
18
3) Sangat menghormati dan mendukung anak,
4) Selalu tegas dan tetap fokus pada usaha untuk mencari faktor
penyebab dan mencari solusi,
5) Membimbing,
6) Mengajarkan dan mendidik bahwa kesalahan atau kegagalan adalah
keadaan agar kita dapat mengambil pelajaran untuk menjadi lebih
baik,
7) Melibatkan anak untuk mencari jalan keluar yang terbaik,
8) Menawarkan pengawaasan yang pada tempatnya,
9) Mengizinkan anak untuk mengekspresikan perasaan atau emosi
negatifnya,
10) Mengajarkan pelajaranya yang beguna dalam kehidupan,
11) Berusaha masuk ke dunia anak,
12) Menaruh kepercayaan dan keyakinan pada anak,
13) Berusaha agar anak belajar dari perilaku atau kejadian yang tidak
menyenangkan,
14) Memiliki persepsi bahwa kecerdasan intelektual membuat anak
sukses dan mampu dan kecerdasan emosional-lah yang membuat
anak sukses dan mampu meraih segala potensi yang ada dalam
dirinya.
Dan “pengasuhan yang baik” merupakan sebuah konsep yang
kompleks yang memiliki beberapa dimensi fundamental yang sifatnya
universal bagi semua keluarga, tetapi juga mempunyai dimensi unik yang
19
dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak, kesehatan fisik dan mental
orang tua seperti: kondisi kehidupan keluarga, tingkat dukungan yang
tersedia dalam komunitas dan akses yang dimiliki keluarga terhadap
pelayanan yang ada.6
Dari penjelasan diatas penulis simpulkan bahwa pola asuh
positif/positive parenting merupakan pola asuh yang mengembangakan
dan mengelola perilaku anak dengan cara membangun dan tidak
menyakitkan anak sehingga anak dapat memiliki kemampuan baik dan
selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri.
3. Enam Pilar Dalam Pola Asuh Positif
Ada lima pendekatan penting yang sebaiknya orang tua jalankan
dengan cara yang bijaksana dan dengan usaha terbaik, kelima pendekatan
positif adalah sebagai berikut7 :
a. Memahami dan yakin akan paradigma pola asuh,
b. Memahami redefinisi sukses bahwa semua anak adalah pemenang,
c. Menjalankan peran orang tua sesuai dengan tahap perkembangan anak,
d. Membangun hubungan positif dengan anak,
e. Memahami bahwa agar anak dapat menggali segala potensi yang ada
dalam dirinya ditentukan oleh kecerdasan holistik, emosional, spiritual,
dan intelektual.
6
Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting
Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di
Indonesia, (Bandung: Save the Chidren,2010), h. 5
7
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h.27
20
Pendekatan di atas dapat dipelajari dan dipahami oleh orang tua
atau pengasuh agar dapat mencapai impian yang diinginkan. Selain itu
ada enam pilar dalam pengasuhan anak yang merupakan cara terbaik
dalam mengasuh anak, keenam pilar tersebut adalah sebagai berikut 8:
a. Pilar 1
: Pentingnya kerja sama yang baik antara kedua orang tua
Anak yang mendapatkan pola pengasuhan secara seimbang
dari kedua orang tuanya, anak tersebut lebih sehat, cerdas emosi,
sosial, dan intelektual, dan mampu untuk mengikuti pelajaran di
sekolah dengan baik.
b. Pilar 2
: Belaian fondasi penting dalam mengasuh anak
Berbagai
penelitian
menunjukan
terapi
pelukan
bisa
menyembuhan penyakit fisik dan psikis. Orang yang dipeluk, ataupun
memeluk, merasakan adanya kekuatan cinta yang menggelilingi
mereka.
c. Pilar 3
: Terapkan aturan dan kesepakatan secara konsisten
Sebagai orang tua harus berusaha untuk menghindari agar
kerewelan anak atau temper tantrum anak tidak menjadi kebiasaan
atau digunakan sebagai alat agar keinginannya terpenuhi.
d. Pilar 4
: Pahami emosi negatif anak sejak dini
Perlu orang tua/pengasuh pahami dengan baik bahwa anak
mempunyai keinginan yang sama seperti orang dewasa pada umunya,
berusahalah dengan baik untuk memahami emosi negatif anak,
8
Ibid, h.27-28
21
berikan pilihan sebagai bentuk dukungan dan biarkan anak yang
memilih.
Apapun pilihan anak harus dihargai dengan baik karena
semuanya tidak ada yang salah dan benar tapi hanya ada pilihan, yaitu
pilihan baik atau pilihan yang lebih baik.
e. Pilar 5 : Pentingnya gaya bahasa positif agar anak sehat fisik dan
emosional
Gaya bahasa merupakan rangkaian dari peryataan yang dapat
berupa komentar, tanggapan, atau masukan yang membuat seseorang
merasa bahwa dia dihargai dan merasa mampu serta semangat untuk
melakukan usaha terbaiknya.
Keadaan ini akan membuat anak merasa nyaman, dan berusaha
dengan baik serta gigih, anak merasa lingkunganya sangat mendukung
sehingga selalu merasa dekat dengan orang tua/pengasuh.
f. Pilar 6
: Pola asuh tanpa hukuman (Non-positive parenting)
Mengasuh anak bebas dari hukuman adalah mendorong anak
dalam suasana yang positif dan penuh dukungan dengan si anak yang
memilih konsekuensi dari tindakan yang telah di lakukan sehingga
anak dapat mengambil pelajaran dan berusaha untuk melakukan
perubahan di kemudian hari.
22
Menurut Jane Nelsen Ed.D, dan Lisa Larson M.A, dalam
bukunya Positive Discipline for Working Parents, ada empat kriteria
dalam membangun disiplin yang efektif9 :
a. Apakah pendekatan yang dilakukan akan dapat membangun kedekatan
(merasa dimiliki dan diakui keberadaan anak yang bersangkutan)?
b. Apakah pendekatan yang diambil mampu untuk menunjukan kalau
kita sebagai orang tua menghargai keberadaan anak?
c. Apakah pendekatan yang kita lakukan akan efektif untuk jangka
panjang apakah sudah memperhantikan dan mempertimbangkan
perasaan, pikiran, dan kemampuan anak dalam memutuskan sesuatu?
d. Apakah pendekatan yang dilakukan orang tua dapat membantu anak
untuk mengembangkan karakter atau perilaku positif anak dan mampu
mengajarkan anak untuk mengambil pelajaran dalam kehidupanya
(menghormati, perhatian akan pihak lain, kemampuan untuk
memecahkan masalah, kemampuan untuk bekerja sama dengan baik)?
Dari penjelasan di atas penulis simpulkan bahwa enam pilar
pola asuh positif merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
membesarkan anak sehingga sang anak menjadi sesorang yang dapat
membawa perubahan positif di lingkungannya.
4. Gaya Pengasuhan
Walaupun masalah spesifik yang dihadapi pengasuh berubah ketika
anak tumbuh besar, pada setiap tingkatan usia, orang tua/ pengasuh
9
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h.110
23
mengahadapi berbagai pilihan tentang seberapa besar mereka harus
merespon kebutuhan anak, seberapa besar kendali yang harus diterapkan,
dan bagimana menerapkanya.
Menurut penelitian Diana Baumrind (1971) ada empat jenis gaya
pengasuhan10:
a. Pengasuhan otoritarian
Pengasuhan otoritarian adalah gaya yang membatasi dan
menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan
orang tua dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka.
Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan perilaku anak
yang tidak kompeten secara sosial.
b. Pengasuhan otoritatif
Pengasuhan otoritatif adalah gaya ini mendorong anak untuk
mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan
mereka.
Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan perilaku anak
yang kompeten secara sosial.
c. Pengasuhan yang mengabaikan
Pegasuhan yang mengabaikan adalah gaya di mana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang
tua yang mengabaikan merasa aspek lain kehidupan orang tua lebih
penting daripada diri mereka.
10
John W. Santrock, Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama,2007)h.167
24
Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan inkompetensi
sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri.
d. Pengasuhan yang menuruti
Pengasuhan yang menuruti adalah gaya pengasuhan di mana
orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut
atau mengontrol mereka. Gaya pengasuhan ini biasanya mengakibatkan
inkompetensi sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri.
Keempat klasifikasi pengasuhan (otoritatif, otoritarian, menuruti,
mengabaikan) melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap
responsif di satu sisi serta tuntutan dan kendali di sisi lain.11Contohnya
pengasuhan otoritatif menggabungkan sikap menerima/rensposif dan
mununtut/mengontrol.
Jadi, gaya pengasuhan Baumrind sangat berpengaruh karena orang
tua pada umumnya tidak boleh menghukum atau menjauh, mereka harus
menentapkan aturan bagi anak dan menyayangi mereka.
B. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari
latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.
Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1)
Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasa diri, 2) Latihan
membentuk,
11
Ibid, hal.168
meluruskan
atau
menyempurnakan
sesuatu,
sebagai
25
kemampuan mental atau karakter moral, 3) Hukuman yang diberikan
untuk melatih atau memperbaiki, 4) Kumpulan atau sistem-sistem
peraturan-peraturan bagi tingkah laku.12
Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerap kali terkait dan
menyatu dalam istilah tata tertib dan ketertiban. Kedisiplinan atau suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian prilaku
yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan atau ketertiban.13
Arti sebenarnya dari Disiplin14
Disiplin
Terjadi secara terus
menerus saat orang
tua dan
anakberinteraksi
Sama dengan
mengajar
Sifat ramah,
menghargai dan
sensitive supaya
efektif
Diagram 1. Bagan arti sebenarnya disiplin
Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan adalah sikap seorang yang menunjukan ketaatan atau
12
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Prilaku Dan Prestasi Sisiwa, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia,2004), h.20.
13
Soegeng Prijodarminto, Disiplin kiat menuju sukses, (Jakarta: Pradya Paramita, 2004),
h. 23
14
Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting
Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di
Indonesia, h. 6
26
kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan
dengan senang hati dan atas kesadaran diri. Artinya keadaan tertib dimana
anak tergabung dalam pelayanan panti harus tunduk pada peraturan atau
tata tertib panti yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati.
2. Aspek disiplin
Konsep disiplin merupakan aspek dari perkembangan moral yang
dapat terjadi pada masa anak maupun remaja. Konsep disiplin merupakan
penentu bagi anak maupun remaja untuk dapat mempelajari atau
menerapkan prinsip-prinsip abstrak tentang mana yang benar dan mana
yang salah sehingga anak dapat memiliki fondasi yang kuat untuk dapat
menentukan sikapnya.
Sesuai dengan perkembangan usia pada anak dan remaja, untuk
selanjutnya konsep disiplin dengan pemaksaan dapat dikurangi dan pada
akhirnya menjadi penegakan disiplin secara demokratis. Disiplin pada
anak maupun remaja perlu diterapkan, karena pemahaman akan berbagai
aturan unsur pendisiplinan akan berpengaruh besar terhadap pola perilaku,
pola sikap, maupun perkembangan kepribadian.
Aspek disiplin mencakup atas15 :
a. Disiplin otoriter
Merupakan suatu konsep disiplin yang memiliki sifat
konvensional. Konsep ini mengajarkan pada anak maupun remaja
15
Pusat data dan informasi kesejahteraan sosial, Skala Level of Functioning Pelayanan
Sosial Anak Dan Remaja,(Badan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial, Departemen
Sosial RI: 2006), h. 24
27
untuk mematuhi berbagai aturan tanpa memberikan penjelasan
terlebih dahulu.
Artinya, orang tua atau pengasuh memberikan peraturanperaturan pada anak dan anak harus mematuhinya.
b. Disiplin yang lemah
Filosofi yang mendasari penegakan disiplin yang lemah
sebagai proses dari adanya disiplin otoriter adalah bahwa anak
maupun remaja akan berprilaku secara sosial setelah memahami efek
dari prilaku yang ditampilkannya. Artinya, anak akan belajar
bagaimana berprilaku dari setiap akibat perbuatanya itu sendiri.
c. Disiplin demokratis
Pada konteks ini baik anak maupun remaja diberikan
kesempatan untuk mendapatkan penjelasan akan suatu peraturan yang
harus dipatuhinya serta memiliki hak untuk memberikan penilaian
akan peraturan tersebut.
Artinya, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa
aturan-aturan
di
buat
dan
memperoleh
kesempatan
untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menggap bahwa aturan
itu tidak adil.
3. Unsur-unsur disiplin
Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, yaitu : 1) sikap mental
(mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak,
28
2) pemahaman yang baik mengenai sistim peraturan perilaku, norma,
criteria dan standar yang sedemikian rupa, 3) sikap kelakuan secara wajar,
menunjukan kesungguhan hati untuk menaati segala hal secara cermat dan
tertib.16
Disiplin itu lahir dan berkembang dari sikap seseorang di dalam
sistem nilai yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok
yang membentuk disiplin, 1) sikap yang ada pada diri manusia dan sistem
nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Unsur tersebut merupakan
unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi
terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran.
Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang
berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penuntunan bagi kelakuan
manusia.
Perpaduan antara sikap dengan sistim nilai budaya yang menjadi
pengarah dan pedoman dalam mewujudkan sikap mental berupa perbuatan
atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola atau kepribadian
yang menunjukan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks,
karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau
dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang
cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh
16
Soegeng Prijodarminto, Disiplin kiat menuju sukses, h. 23
29
dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang, kecenderungan
tersebut
dapat
berubah
sewaktu-waktu
tergantung
bagaimana
pengoptimalannya.
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka
agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan
aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui
berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut
baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan
yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan
penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.
Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu
kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai
itu sendiri.17
Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama anak berbedabeda. Ada anak yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa
yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi dan rendahnya kedisiplinan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri
maupun yang berasal dari luar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara
lain yaitu18: 1) anak itu sendiri, 2) sikap pendidik, 3) lingkungan, dan 4)
tujuan.
17
18
Subari, Supervisi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,1994), h. 166
Ibid h.36
30
Faktor anak itu sendiri memengaruhi kedisiplinan anak yang
bersangkutan. Oleh karena itu, dalam mananamkan kedisiplinan faktor
anak harus diperhatikan, mengingat anak memiliki potensi dan kepribadian
yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Pemahaman terhadap
individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap
keberhasilan penanaman kedisiplinan.
Selain faktor anak, sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan
anak. Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang,
memungkinkan keberhasilan penanaman kedisiplinan pada anak. Hal ini
dimungkinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh kepada
pendidik yang bersikap baik. Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar, keras,
tidak peduli, dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan
penanaman kedisiplinan di panti.
Di samping itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi kedisiplinan
seseorang. Bahwa situasi lingkungan akan mempengaruhi proses dan hasil
pendidikan, situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan
teknis, dan lingkungan sosiokultural. Lingkungan fisis berupa lingkungan
panti, keluarga dan masyarakat. Lingkungan teknis berupa fasilitas atau
sarana prasarana yang bersifat kebendaan, dan lingkungan sosiokultural
berupa lingkungan antar individu yang mengacu kepada budaya sosial
masyarakat tertentu. Ketiga lingkungan tersebut juga mempengaruhi
kedisiplinan seseorang, khusunya anak panti.
31
Selain ketiga faktor di atas, faktor tujuan juga berpengaruh
terhadap kedisiplinan seseorang. Tujuan yang dimaksud di sini adalah
tujuan yang berkaitan dengan penanaman kedisiplinan. Agar penanaman
kedisipllinan kepada anak asuh dapat berhasil, maka tujuan tersebut harus
ditetapkan dengan jelas, termasuk penentuan kiteria pencapaian tujuan
penanaman kedisiplinan di panti asuhan.
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 3 TEBET
A. Gambaran Lembaga
1. Pengertian dan Sejarah Singkat PSAA “ Putra Utama 03 “
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) putra utama 03 Tebet adalah salah
satu unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan
kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesejahteraan kepada anak terlantar. Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999 yang saat itu
bernama Panti Sosial taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina Insan Nusantara
sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis kanwil Depsos Propinsi DKI
Jakarta.
Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara menjadi
UPT Dinas Sosial Propinsi Dki Jakarta yang kemudian beruah menjadi Panti
Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun
2000 tentang bentuk susunan organisasi dewan perwakilan Rakyat Daerah
propinsi DKI Jakarta dan keputusan Gubernurpropinsi daerah khusus ibukota
Jakarta nomor 41 tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Dinas Mental
Spiritual dan Kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta, maka nama Dinas
32
33
Sosial berubah menjadi Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
Propinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya dengan keluarnya keputusan Gubernur propinsi DKI
Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos prop. DKI
Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA Balita tunas
bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet.1
2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social anak
terlantar yang meliputi identifikasi dan assesmen, bimbingan dan
penyaluran serta bina lanjut.
b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi;
2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi
dan penempatan dalam panti;
3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan social;
4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi;
1
Brosur terbaru Panti Sosial Asuhan Anak PU 3 Tebet
34
5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan
mental, social, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan;
6) Pelaksanaan
sosialisasi
meliputi
kehidupan
dalam
keluarga,
masyarakat dan lingkungan, persiapan pendidikan serta pelaksanaan
penyaluran dan bantuan kemandirian;
7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
pemantapan, dan terminasi.
3. VISI & MISI
a. VISI
Panti Sosial asuhan anak putra utama 3 tebet mempunyai visi
Terentasnya anak terlantar yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari
keluarga tidak mampu di provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang
layak dan normatif2.
b. MISI
Adapun Misi panti sosial asuhan anak putra utama 3 tebet, yaitu :
a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap anak
yatim/piatu/yatim piatu dan anak terlantar yang ada di lingkungan
masyarakat.
b. Membentuk anak yang mengalami keterlantaran agar dapat tumbuh
kembang secara wajar melalui pemenuhan baik jasmani, rohani,
maupun sosial.
2
Ibid,
35
c. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
yatim/piatu/yatim piatu terlantar kedalam kehidupan yang layak,
normatif, dan manusiawi.
4. Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi Warga Binaan Sosial di
PSAA Putra utama 3 Tebet
Sasaran pelayanan Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 tebet
adalah anak terlantar usia 13 s/d 18 tahun yang karena suatu sebab orang
tuanya tidak dapat mencukupi kebutuhanya secara wajar baik jasmani maupun
rohani maupun sosial.
Sedangkan untuk menjadi warga binaan PSAA memiliki beberapa
persyaratan, yaitu sebagai berikut :
a. anak usia 13 tahun s/d 18 tahun (khusus wanita);
b. surat keterangan tidak mampu Rt/Rw, Lurah setempat;
c. surat keteranagn sehat dari dokter/ puskesmas;
d. foto copy KTP orang tua/ wali (domisili DKI Jakarta)
e. pas foto 4x6 = 2 lembar, 2x3 = 2 lembar
f. memiliki ijasah/ rapot terakhir;
g. bersedia tinggal dan mengikuti tata tertib yang berlaku di PSAA Putra
Utama 3 Tebet.
36
5. Proses Pelayanan
Tahap I
: Penerimaan
a. identifikasi
b. assesmen
c. penerimaan
Tahap II
: Pelaksanaan Kegiatan
a. perawatan
b. pemeliharaan
c. pembinaan fisik
d. pembinaan kesehatan
e. bimbingan mental dan sosial
f. pendidikan
g. pendidikan keterampilan
Tahap III
: Resosialisasi
a. bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga
b. bimbingan kerja
Tahap IV
: Penyaluran
b. keluarga
c. kerja
Tahap V
: Bina lanjut
a. pemberian motivasi hidup madiri
37
b. pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks
WBS
Tahap VI
: Terminasi
a. Pemutusan hubungan bila eks WBS sudah dapat
hidup mandiri.
6. Sumber Dana
Dana operasional Panti Sosial Asuhan Anak putra utama 3 Tebet
berasal dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, setiap tahun panti mengajukan anggaran yanbg di perlukan panti.
Karena PSAA merupakan panti dibawah naungan Pemerintah DKI Jakarta dan
anggaran tersebut tertuang dalam Dokumen Pelaksanan Anggaran ( DPA).
PSAA juga menerima sumbangan dari masyarakat berbagai macam
profesi tetapi tidak secara rutin hanya sesekali saja, semua itu diketahui dan
disetujui oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.3
7. Fasilitas
1. Luas tanah
: 5.100 M2
2. Taman/halaman
: 1.000 M2
3. Ruang Komputer
: 1 Lokal
4. Ruang Asrama
: 5 Lokal
5. Ruang keterampilan
: 2 Lokal
6. Ruang makan dan dapur
: 2 Lokal
3
Wawancara dengan pegawai PSAA tanggal 24 November 2010
38
7. Aula ruangan pertemuan
: 1 Lokal
8. Musollah
: 1 Lokal
9. lapangan olahraga
: Bulutangkis, Tenis meja, basket, volly ball
B. Profil Anak-Anak Di PSAA
1.
Profil WBS
Dari hasil observasi yang dilakukan, berikut ini penulis masukkan ke dalam
table berdasarkan tingkat pendidikan, berdasarkan penyebaran sekolah, dan
berdasarkan status keluarga. Terlihat berdasarkan tingkat pendidikan bahwa lebih
banyak WBS yang duduk di tingkat SLTA yaitu 60 WBS dibandingkan dari
tingkat SLTP yaitu 20 WBS.
Berdasarkan penyebaran sekolah tingkat SLTP lebih banyak WBS sekolah
di SLTP DCB PALAD, sedangkan penyebaran sekolah tingkat SLTA yaitu SMK
PANCASILA. Dan berdasarkan dari status keluarga terlihat lebih banyak orang
tua tidak mampu yang menitipkan anaknya di Panti.
KELAS
NO.
TINGKAT PENDIDIKAN
KET
1
2
3
1
SLTP
7
9
4
20
2
SLTA
14
25
21
60
JUMLAH
80
Table.Tabel. 2 : Data WBS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
39
KELAS
NO.
NAMA SEKOLAH
1.
SLTPN 3
2
SLTPN 33
3
SLTP DCB PALAD
4
SLTP.N 15
KET
1
2
3
3
3
1
1
4
JUMLAH
5
7
2
1
5
8
20
Tabel. 3 : Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTP
KELAS
NO.
NAMA SEKOLAH
KET.
1
2
3
1
SMKN 08
-
-
1
2
SMKN 47
-
-
1
3
SMKN 31
-
-
2
4
SMKN 40
-
-
3
5
SMKN 07
-
-
1
6
SMKN 50
-
-
1
7
SMKN 56
-
-
2
8
SMK PANCASILA
7
13
3
9
SMK JAK TIM
6
12
5
40
10
SMA N 55
-
-
1
11
SMA N 79
1
-
-
12
SMK TIRTA SARI
-
-
1
14
25
21
JUMLAH
60
Tabel. 4 : Data Wbs Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SLTA
NO.
STATUS KELUARGA
KETERANGAN
1
ORANG TUA TIDAK MAMPU
51 ORANG
2
YATIM
9 ORANG
3
PIATU
4 ORANG
4
YATIM PIATU
6 ORANG
5
KELUARGA RETAK
5 ORANG
6
ANAK TERLANTAR
5 ORANG
Tabel. 5 : Data Wbs Berdasarkan Status Keluarga
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Pada Bab ini penulis akan membahas tentang pola asuh positif pengasuh
dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet. Dengan
menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara catatan
lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang telah dijelasakan pada Bab II.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa hal mengenai pola asuh positif
pengasuh dalam panti dan kedisiplinan anak asuh dalam panti PSAA Putra Utama
3 Tebet, baik dari segi subyeknya maupun dari segi obyek penelitian sebagai
upaya yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet untuk
anak asuh yang tinggal di dalam panti tersebut.
Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas tiga informan yang
akan menjadi sumber dari skripsi ini. Yaitu tiga anak yang tercatat mempunyai
pelanggaran paling banyak (kurang disiplin) yang berada di PSAA Putra Utama 3
Tebet yang ketiganya sudah memasuki bangku sekolah SLTP dan SLTA. Di
dalam panti sebutan untuk anak asuh adalah Warga Binaan Sosial (WBS) untuk
itu dalam penulisan pada profil informan anak asuh berikut ini akan di tulis
dengan sebutan WBS.
1.
WBS “ S ”
Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 November 1996
Tahun Masuk Panti
: 2009
Umur
: 15 Tahun
41
42
Fisik Badan
: Tinggi sedang, Rambut Hitam Lurus,
Kulit
Sawo
Matang,
penglihatan
dan
pendengaran normal.
Psikis
: Sopan, Memiliki Sikap manja, labil dan
mudah terpengaruh
Nama Ayah
: Rusdi
Nama Ibu
: Puji Prihatin
Pekerjaan Ayah
: Buruh
Pekerjaan Ibu
: Baby suster
Riwayat hidup WBS
:
“S” adalah anak pertama dari 6 bersaudara saat ini S berusia 15
tahun dan sekarang duduk di kelas VIII SMP. Sebelumnya S pernah berada
di panti Kelender. Menurut data yang dimiliki pihak panti S berada di panti
karena dititipkan oleh ibunya, hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi
yang tidak menentu. Ibu S pernah meninggalkan anak-anak dan suaminya
untuk bekerja sebagai TKW mengurus lansia di Hongkong tahun 2004.
Kemudian tahun 2005 ibunya kembali ke Indonesia dan bekerja di
Kalimantan untuk pekerjaan yang sama. Tahun 2006 ibu S dipulangkan ke
Jakarta karena diketahui mengidap penyakit paru-paru. Terakhir ibu S
sempat bekerja di Batu Ceper Permai mengurus lansia juga dan ayah S pergi
ke Aceh untuk bekerja sebagai koki atau tukang masak. Belakangan
diketahui, ayah S kembali ke Jakarta untuk menjenguk anak dan istrinya dan
43
tidak kembali ke Aceh lagi.1 Saat ibu S menitipkan S di panti S mau dengan
senang hati.
2.
WBS “ T ”
Tanggal Lahir
: Jakarta, 8 mei 1995
Tahun Masuk Panti
: 2008
Umur
: 16 Tahun
Fisik Badan
: Tinggi sedang, berbadan gemuk, Rambut
Hitam, Kulit Sawo Matang, penglihatan dan
pendengaran normal.
Psikis
: Pendiam, Memiliki Sikap Lebih Dewasa
di bandingkan dengan teman-temannya,
mudah terpengaruh
Nama Ayah
: Jeami
Nama Ibu
: Rohaya
Pekerjaan Ayah
: Buruh
Pekerjaan Ibu
: Ibu rumah tangga
Riwayat hidup WBS
:
“T” adalah anak pertama dari 2 bersaudara saat ini T berusia 16
tahun dan duduk di bangku kelas I SMK. T berada di panti disebabkan
karena kondisi ekonomi yang kurang mampu. Ayah T yang bekerja sebagai
buruh bangunan dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga membuat T
dititipkan di panti agar dapat mendapatkan biaya pendidikan di panti ini.
1
Arsip panti
44
Pendapatan ayah T belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
T. Saat di titipkan di panti T mau dengan sendirinya.2
3.
WBS “ H “
Tanggal Lahir
: Jakarta, 22 Febuari 1995
Tahun Masuk Panti
: 2009
Umur
: 16 Tahun
Fisik Badan
: Tinggi sedang, berbadan sedang, rambut
hitam ikal, kulit sawo matang, penglihatan
dan pendengaran normal.
Psikis
: Cuek, memiliki sikap manja, mudah
terpengaruh teman.
Nama Ayah
: Syaromi Siregar
Nama Ibu
: Siti Muntamah
Pekerjaan Ayah
: Pedagang
Pekerjaan Ibu
: Pembantu rumah tangga
Riwayat hidup WBS
:
H adalah anak kedua dari 7 bersaudara saat ini H berusia 16 tahun
dan duduk di bangku kelas II SMK. Ayah H yang bekerja sebagai pedagang
agar-agar keliling tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu
H yang bekerja sebgai pembantu rumah tangga dan yang tidak menentu
apabila ada panggilan ibu H baru bekerja. Pendapatan ayah H berasal dari
hasil berjualan agar keliling tidak menentu. Karena keaadan orang tua yang
2
Observasi
45
tidak mampu inilah dan anak-anak yang masih sekolah orang tua
memutuskan H dititipkan ke panti untuk menjamin kehidupan dan
pendidikannya. Saat itu awalnya kakak H yang ditawarkan untuk masuk ke
panti, kemudian ayah H mengurus surat buat kakak H, dan akhirnya anak
ditawarkan oleh saudara dari ayahnya lalu menceritakan kehidupan di panti
itu enak kemudian H ditawari terlebih dahulu mau atau tidak tinggal di
panti. Kemudian H mau dengan senang hati.3
A. Pola Asuh Positif Pengasuh Dalam Panti
Pola asuh positif merupakan pola asuh yang tidak dilandasi dengan
hukuman atau kekerasan yang tidak menyakitkan anak sehingga anak dapat
memiliki kemampuan baik dan selalu merasa nyaman akan dirinya sendiri.
Pola asuh yang dilakukan secara positif sangat mendukung
perkembangan anak. Apabila kita memiliki persepsi atau keyakinan positif
akan kemampuan anak, selanjutnya apa yang kita pikirkan tentang anak akan
selalu positif. Dari pikiran yang berusaha untuk positif akan mendorong kita
untuk selalu berkomunikasi secara positif dengan anak4.
Ketika orang tua/pengasuh dapat berkomunikasi secara positif dengan
anak, maka anak akan merespon secara baik dan mau bekerja sama dan selalu
berusaha dengan baik. Dengan demikian, anak merasa nyaman, mampu
membuat pilihan dan menerapkan kebiasaan baru yang sangat baik untuk
menggali segala potensi yang ada di dalam dirinya. Penjelasan ini juga
3
4
Observasi
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h. 28
46
diperkuat oleh Bapak Fachrizal Hamid, SH selaku seksi identifikasi/assesment
beliau mengatakan tentang pola asuh positif :
“ Pola asuh positif adalah bagaimana kita bisa mengasuh anak dengan
pendekatan-pendekatan dengan perasaan agar (anak) benar-benar bisa
memanfaatkan waktu di panti untuk masa depan mereka dan keluarganya “5
Selain itu, ada lima pendekatan penting yang sebaiknya pengasuh
jalankan dengan cara yang bijaksana dan dengan usaha terbaik, kelima
pendekatan positif adalah sebagai berikut6 :
1. Memahami dan yakin akan paradigma pola asuh
2. Memahami redefinisi sukses bahwa semua anak adalah pemenang
3. Menjalankan peran orang tua sesuai dengan tahap perkembangan anak
4. Membangun hubungan positif dengan anak
5. Memahami bahwa agar anak dapat menggali segala potensi yang ada
dalam dirinya ditentukan oleh kecerdasan holistik, emosional, spiritual,
dan intelektual.
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Mujiono bahwa :
“ Pengasuhan secara positif dapat memberikan rasa tanggung jawab
kepada anak asuh agar anak bisa lebih mandiri dan melatih rasa tanggung
jawab yang besar agar anak juga mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki di panti dan bisa disebut pola asuh secara kekeluargaan, seperti :
melatih disiplin terhadap anak, dan anak dapat menggali potensi dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah dischedule oleh panti ”7
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Siti selaku Staf
tentang pola asuh positif :
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH selaku seksi
identifikasi/assesment, tanggal 20 mei 2011 pukul:15.10 Wib.
6
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h.27
7
Wawancara pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks selaku seksi bimbingan dan
penyaluran, tanggal 20 mei 2011 pukul 09.50 Wib
47
“ Pola asuh positif sama dengan pola asuh yang mendidik agar anak
dapat disiplin dan mandiri “8
Dari teori yang di jelaskan pada bab II bahwa pengasuhan yang baik
merupakan sebuah konsep yang kompleks yang memiliki beberapa dimensi
fundamental yang sifatnya universal bagi semua keluarga, tetapi juga
mempunyai dimensi unik yang dipengaruhi oleh tahap perkembangan anak,
kesehatan fisik dan mental orang tua seperti: kondisi kehidupan keluarga,
tingkat dukungan yang tersedia dalam komunitas dan akses yang dimiliki
keluarga terhadap pelayanan yang ada.9
Ekologi pengasuhan anak10
Masyarakat
Komunitas
Keluarga
Anak
8
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti selaku staff, tanggal 19 mei 2011 pukul 14.57 Wib
Child Protection Initiative (CPI), modul Perlindungan Anak dan Good Parenting
Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh dan Keluarga di
Indonesia, (Bandung: Save the Chidren,2010), h. 5
10
Ibid, h. 5
9
48
1. Tumbuh kembang anak asuh
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis setidaknya
memberikan gambaran mengenai tumbuh kembang anak asuh dalam panti.
Pada proses menjamin tumbuh kembang anak asuh dalam panti dalam hal
pengasuhan, pengasuh berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada
anak asuh berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dari
Diknas yang mengawasi langsung terkait dengan kebutuhan panti untuk
anak asuh seperti dalam hal makanan, dengan memberikan makanan yang
bergizi yang mempunyai komposisi 4 sehat 5 sempurna.
Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Bapak Mujiono bahwa :
“ Untuk makanan disini (panti) tercukupi diberi makanan 4 sehat 5
sempurna karena pola makan di panti diawasi oleh Diknas “ 11
Hal ini juga di ungkapkan oleh ibu Siti bahwa :
“ Dalam menjamin tumbuh kembangnya selama ini dalam soal
makanan biasanya diberi makanan 4 sehat 5 sempurna, karena semuanya
sudah di jamin”
Pengasuhan atau mengasuh adalah menjaga dan memilihara anak
kecil, membimbing agar bisa mandiri. Pengasuhan anak ditujukan kepada
anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Dalam pengamatan yang penulis temukan dalam hal tumbuh
kembang anak asuh semua terbukti bahwa anak asuh mempunyai badan
yang sehat dengan berat badan dengan standar masing-masing. Tidak ada
yang kekurangan gizi atau dalam arti berat badan tidak normal. Hal ini
11
Wawancara pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks selaku seksi bimbingan dan
penyaluran, tanggal 20 mei 2011
49
terbukti dengan berat badan yang dimiliki anak asuh yang menjadi
informan dalam penulisan ini. Dimana mereka mempunyai berat badan
44kg kelas 2 SMK, berat badan 35kg kelas 2 SMP, dan 48kg kelas 1 SMK
semua terbukti mempunyai berat badan yang ideal dan sehat.
Selain itu, tumbuh kembang yang diberikan pengasuh kepada anak
asuh tidak hanya dalam bentuk makanan secara fisik tetapi secara psikis
pengasuh juga memberikan perhatianya dengan cara memberikan nasehatnasehat yang membangun anak untuk disiplin dan mandiri selama tinggal
di panti. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Fahrizal bahwa :
“ Kita mengusahakan kebutuhan sehari-harinya, yang kedua
menjaga kedisiplinan anak dalam sekolah dan belajar, ketiga menjaga tata
tertib dan sopan santun di panti “12
Hal ini juga diungkapkan Bu Siti yaitu :
“ Dalam menjamin tumbuh kembangnya selain memeberikan
makanan 4 sehat 5 sempurna juga memberitahukan kepada anak-anak
tentang masalah kedisiplinan karena anak-anak suka malas… “13
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “T” :
“ Dalam menjamin tumbuh kembang diberikan makanan kaya 4
sehat 5 sempurna, liat aja badan saya k’ gemuk kan…”14
Selain itu WBS “H” juga mengungkapkan :
“ Selama tinggal di panti biasanya dikasih makanan yang
bergizi…dari sayur, buah, daging, ikan gitu k.. “15
2. Kerja sama pengasuh dengan kedua orang tua
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis jarang
terlihat adanya orang tua yang membesuk anaknya di panti. Hanya ada 1-2
12
13
14
15
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid tanggal 20 mei 2011
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti tanggal 9 mei 2011
Wawancara Pribadi dengan WBS “T” tanggal 10 Mei 2011
Wawancara Pribadi dengan WBS “H” tanggal 10 Mei 2011
50
orang tua yang datang. Saat penulis melakukan penelitian penulis hanya
melihat 1 orang tua yaitu ibu dari WBS bernama Herlina datang bersama
anaknya untuk memberitahu pengasuh bahwa anaknya tidak melaporkan
perkembangan dalam hal sudah mendapat magang (kerja) setelah
kelulusannya karena dalam prosedur panti anak yang dipulangkan harus
melaporkan perkembangannya ke pengasuh karena sebelum lulus dan
menerima ijazah anak masih tanggung jawab panti.16
Selain itu dari hasil wawancara yang penulis lakukan ada kerja
sama antara pengasuh dengan orang tua melalui forum yang dinamakan
“Konsultasi Keluarga“ dan perberitahuan mengenai masalah yang
dilakukan si anak. Hal ini di ungkapkan oleh Bapak Mujiono yaitu:
“ Kerjasama yang dilakukan panti ada yang namanya dengan
konsultasi keluarga di mana untuk membangun hubungan positif agar
bersama-sama bertanggung jawab terhadap anak “17
Konsultasi tersebut terjadi secara tidak intens atau terus menerus
hanya saja pengasuh sedang mengusahakan adanya Konsultasi Keluarga
tersebut sekali dalam satu bulan.
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “T”:
“ Kadang mengadakan pertemuan sama orang tua untuk
mengevaluasi keadaan anaknnya dan perkembanganya…”
Anak yang mendapatkan pola pengasuhan secara seimbang dari
pengasuh dan dari kedua orang tuanya, anak tersebut lebih sehat, cerdas
emosi, sosial, dan intelektual, dan mampu untuk mengikuti pelajaran di
sekolah dengan baik.
16
17
Observasi tanggal 09 mei 2011
Wawancara pribadi dengan Bapak Mujiono tanggal 20 mei 2011
51
3. Aturan secara konsisten
Dalam memberikan aturan pengasuh menerapkan aturan-aturan
umum yang telah ditetapkan panti terhadap anak asuh secara konsisten
atau terus menerus. Banyak sekali aturan yang diterapkan pengasuh
seperti tidak boleh bawa HP, tidak boleh makan di dalam kamar, pulang
tanpa ijin, dan masih banyak lagi. Semua dilakukan agar anak bisa
memahami makna disiplin dalam kehidupannya sehingga apabila anak
asuh melanggar aturan yang telah ditentukan maka pengasuh akan
memberikan hukuman atau sanksi.
Hal ini dijelaskan pula oleh Bapak Mujiono bahwa :
“ Aturan yang diterapkan di lakukan secara konsisten peraturan di
laksanakan… seperti: tidak boleh jajan, tidak boleh bawa HP, tidak boleh
makan di kamar ” 18
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “S” yaitu:
“ Iya pengasuh menerapkan aturan secara konsisten…kalau buat
kesalahan kecil aja langsung dimarahin “19
4. Memahami emosi anak
Dalam hal memahami emosi anak asuh pengasuh sangat ekstra
dalam memahami karakter anak yang begitu banyak di panti dan
memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang emosinya tinggi,
emosinya sedang semua lebih melihat dari bahasa tubuh, apabila si anak
sedang ada masalah biasanya pengasuh berusaha mencari tau apa
18
19
Ibid,
Wawancara Pribadi dengan WBS “S” tanggal 10 Mei 2011
52
masalah yang anak sedang hadapi lebih berusaha untuk bertukar pikiran
(shaering).20
Pendapat ini juga dijelaskan oleh Bapak Fahrizal bahwa:
“Dalam memahami emosi anak awalnya mencari akar masalahnya
dulu misalnya dia rebut dengan temanya kemudian berusaha mengadakan
pendekatan kepada mereka agar terjalin kekeluargaan…dan
mendengarkan apa-apa keluhan-keluhan mereka“.21
Perlu orang tua/pengasuh pahami bahwa anak mempunyai
keinginan yang sama seperti orang dewasa pada umunya, berusahalah
dengan baik untuk memahami emosi negatif anak, berikan pilihan
sebagai bentuk dukungan dan biarkan anak yang memilih.
Hal ini diungkapkan oleh WBS “T” bahwa:
“Dalam memahami emosi biasanya dengan cara menasehati,
kalau ada yang berantem sama teman ditanya kenapa terus dinasehatin
sampe masalahnya selesai“22
Apapun pilihan anak harus dihargai dengan baik karena semuanya
tidak ada yang salah dan benar tapi hanya ada pilihan, yaitu pilihan baik
atau pilihan yang lebih baik.
5. Gaya Bahasa Positif
Gaya bahasa merupakan rangkaian dari peryataan yang dapat
berupa komentar, tanggapan, atau masukan yang membuat anak asuh
merasa bahwa dia dihargai dan merasa mampu serta semangat untuk
melakukan usaha terbaiknya. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Siti :
20
21
22
Ibid,
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid
Wawancara Pribadi dengan WBS “T”
53
“ Gaya bahasa yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kadang
bahasa anak-anak apabila sedang berhadapan dengan anak, kadang
bahasa ibu-ibu apabila sedang berhadapan dengan orang tua “23
Keadaan ini akan membuat anak asuh merasa nyaman, dan
berusaha dengan baik serta gigih, anak merasa lingkunganya sangat
mendukung sehingga selalu merasa dekat dengan pengasuh.
Hal ini juga diungkapkan oleh WBS “H” “
“ Gaya bahasa yang digunakan pengasuh biasanya bahasa yang
sopan tapi kadang suka membentak “
6. Pola asuh tanpa hukuman (Non-positif parenting)
Mengasuh anak bebas dari hukuman adalah mendorong anak
dalam suasana yang positif dan penuh dukungan sengan si anak yang
memilih konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga anak
dapat mengambil pelajaran dan berusaha untuk melakukan perubahan di
kemudian hari24. Tapi tidak semua pelanggaran yang dilakukan anak
asuh dalam panti tidak mendapatkan hukuman.
Hal
ini
di
jelaskan
juga
oleh
Bapak
Mujiono
yang
mengungkapkan :
“ Saya tidak menerapkan pola asuh tanpa hukuman, karena
hukuman yang diberikan ketika anak melanggar hanya sebatas
pembinaan mental mereka..”25
Dari penelitian yang penulis dapatkan bahwa tidak semua
pengasuh menerapkan pola asuh tanpa hukuman karena pengasuh
melihat pelanggaran yang dibuat oleh anak asuh pula. Ada yang
23
24
25
Wawancara dengan Ibu Siti
Hanny Muchtar Darta, Six Pillars of Positive Parenting, h. 109
Wawancara dengan Bapak Mujiono
54
menerapkan hanya memberi teguran dan nasehat tanpa anak diberi
hukuman. Hal ini di ungkapkan oleh WBS T bahwa :
“ Bila anak melanggar peraturan panti anak hanya di tegur dan
dinasehati apabila terjadi kesalahan yang dibuat sama anak-anak “26
Lain halnya yang diungkapkan WBS “S” dan WBS “H” :
“ Pengasuh tidak menerapkan pola asuh tanpa hukuman, tapi
kalau ada anak berbuat kesalahan anak asuh dihukum lari 3 kali dan
diberi nasehat “ 27
“ Pengasuh enggak…menerapkan pola asuh tanpa hukuman kalau
tidur pagi aja disuruh lari terus kalau ketahuan makan di kamar di suruh
push up “28
Hal diatas dapat dipelajari dan dipahami oleh orang tua atau
pengasuh agar dapat mencapai impian yang diinginkan.
B. Kedisiplinan Anak Asuh Dalam Panti
1. Kedisiplinan
Dalam kegiatan sehari-hari dalam panti dari bangun tidur anak
asuh sudah mempunyai tugas masing-masing, semua mendapatkan tugas
untuk
membersihkan
ruangan-ruangan
semua
dibuktikan
dalam
mengerjakan tugasnya dari menyapu, mengepel, hingga bagian mencuci
piring hingga menyiram tanaman dan lain-lain. Semua itu tidak lepas dari
pengasuhan pengasuh yang mengajarkan anak asuh dapat disiplin selama
tinggal dipanti. Apabila anak ketahuan masih ada yang tertidur dan
26
Wawancara dengan WBS “T”
Wawancara Pribadi dengan WBS “S”
28
Wawancara Pribadi dengan WBS “H”
27
55
mengabaikan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab anak asuh
pengasuh menghukumnya.
Dijelaskan oleh salah satu anak asuh WBS H mengatakan :
“ Dalam panti sudah tertulis tugas masing-masing yang namanya
piket k’ jadi apabila ada anak yang mengabaikan piket akan diberi
hukuman, hukumanya lari keliling lapangan 3-5 kali ”29
Bahwa kedisiplinan adalah sikap seorang yang menunjukan ketaatan
atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan
dilakukan dengan senang hati dan atas kesadaran diri. Artinya keadaan
tertib dimana anak tergabung dalam pelayanan panti harus tunduk pada
peraturan atau tata tertib panti yang telah ada dan dilakukan dengan senang
hati.
Dalam observasi
yang penulis lakukan dalam menerapkan
kedisiplinan sebagian anak asuh melakukanya dengan senang hati
walaupun sebagian dari anak asuh ada yang biasa saja dalam arti hanya
mengikuti aturan saja.30
Dr. Becky Bailey mengajarkan orang tua/pengasuh untuk melakukan
sepuluh yang harus dilakukan untuk disiplin :
1. Beritahu anak-anak apa yang harus dilakukan
2. Beri anak informasi bermanfaat, terutama ketika Anda merasa marah
3. Membantu anak-anak menjadi sukses bukan mencoba untuk memaksa
mereka untuk berprilaku baik
29
30
Wawancara pribadi dengan WBS “H” tanggal 10 mei 2011
Observasi tanggal 07 Juni 2011
56
4. Gunakan anak-anak Anda sebagai sumber daya untuk memecahkan
masalah mereka sendiri
5. Memasukan anak-anak Anda pada “daftar yang harus dilakukan”
milik anda, dan habiskan waktu untuk bersenang-senang dengan
mereka
6. Semangati anak-anak Anda baik pada saat-saat indah maupun sulit,
hindari untuk membuat anak-anak merasa buruk dengan tujuan agar
anak bersikap lebih baik
7. Ambil kembali kekuatan Anda, Anda yang berkuasa
8. Menjadi teladan bagi anak
9. Hindari menyelamatkan anak dari konsekuensi dari tindakan mereka
10. Ajarkan anak-anak cara untuk menangani konflik mereka bukan
menghukum
Sesuai dengan perkembangan usia pada anak dan remaja, untuk
selanjutnya konsep disiplin dengan pemaksaan dapat dikurangi dan pada
akhirnya menjadi penegakan disiplin secara demokratis. Disiplin pada
anak maupun remaja perlu diterapkan, karena pemahaman akan berbagai
aturan unsur pendisiplinan akan berpengaruh besar terhadap pola perilaku,
pola sikap, maupun perkembangan kepribadian.
2. Faktor-faktor tidak disiplin
Dari hasil penenelitian penulis mendapatkan adalah bahwa ada
beberapa hal yang membuat anak menjadi tidak disiplin selama tinggal di
panti, faktor yang paling banyak adalah faktor teman dan lingkungan di
dalam panti maupun di luar panti. Selain itu faktor pengasuh juga terkait
57
dengan faktor yang mempengaruhi anak tidak disiplin.
Hal ini
diungkapkan oleh Ibu Siti bahwa :
“ Banyak faktor yang membuat anak menjadi tidak disiplin
salah satunya adalah faktor pengasuh yang kurang mengawasi anak-anak
ada ketimpangan kemudian faktor pergaulan atau lingkungan dan faktor
dari anak itu sendiri… “31
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks,
karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau
dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang
cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh
dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang, kecenderungan
tersebut
dapat
berubah
sewaktu-waktu
tergantung
bagaimana
pengoptimalannya.
Hal ini diungkapkan oleh WBS “S” bahwa:
“ Faktor yang membuat ia menjadi tidak disiplin yaitu faktor
teman kadang teman suruh malam-malam keluar, suka disuruh bolos juga,
sama jajan di luar …”32
Sama halnya yang diungkapkan WBS “H” bahwa:
“ Faktor yang membuat dirinya tidak disiplin adalah faktor
teman kadang suka diajak main dan faktor lingkungan disekolah yang
guru-gurunya jarang masuk jadi aku males masuk sekolah…”33
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka
agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan
aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui
berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut
31
32
33
Wawancara dengan Ibu Siti tanggal 9 mei 2011
Wawancara Pribadi dengan WBS “S”
Wawancara Pribadi dengan WBS “H”
58
baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan
yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan
penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.
Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama anak berbedabeda. Ada anak yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada anak
yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi dan rendahnya kedisiplinan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri
maupun yang berasal dari luar.
Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Mujiono:
“ Semua lebih kepada faktor eksternal dan internal, mungkin
lebih banyak faktor eksternalnya…”34
34
Wawancara dengan Bapak Mujiono tanggal 20 mei 2011
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini yang mengacu
pada beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah di atas, akhirnya diperoleh
serangkaian kesimpulan sebagai berikut :
1. Di Panti PSAA PU 3 Tebet pola asuh positif pengasuh sebagian besar
menerapkan pilar-pilar pengasuhan positif di dalam panti, yaitu pengasuh
dapat menjamin tumbuh kembang anak asuh dalam panti dengan
memberikan makanan-makan yang bergizi, bekerja sama dengan orang
tua anak asuh walaupun belum secara intens atau sering hanya beberapa
kali saja, menerapkan aturan secara konsisten, dan dapat memahami emosi
anak asuh dengan gaya bahasa yang positif, namun pengasuh belum
menerapkan pola asuh tanpa hukuman. Tampaknya hukuman masih
mendominasi cara pengasuhan di dalam panti.
2. Kedisiplinan anak asuh dalam panti sudah cukup baik, dilihat dari anakanak melakukanya dengan senang walaupun ada juga yang melakukannya
dengan biasa saja dalam arti hanya mengikuti aturan saja. Dan termasuk ke
dalam katagori disiplin yang lemah artinya anak akan belajar bagaimana
berprilaku dari setiap akibat perbuatanya itu sendiri. Selain itu juga
pengasuh sudah melakukan hal-hal
yang membuat anak asuh disiplin
misalnya : memberitahu apa yang anak asuh harus lakukan, memberi
59
60
informasi yang bermanfaat kepada anak asuh, membantu anak asuh untuk
menjadi
sukses,
bekerja
sama
dalam
menyelesaikan
masalah,
menyemangati anak, menjadi teladan bagi anak asuh.
3. Dan faktor yang sangat mempengaruhi anak menjadi tidak disiplin lebih
banyak kepada faktor internal (dalam panti) yaitu pengaruh teman-teman
di dalam panti. Semua ini masih terkait dengan Pola Asuh yang diberikan
pengasuh secara positif hingga anak dapat mengembangkan dan
bertanggung jawab dengan kebiasan-kebiasan yang diterapkan oleh
pengasuh sepeti penerapan kedisiplinan di dalam panti.
4. Dari sini dapat disimpulkan juga bahwa pola asuh positif dapat
mempengaruhi penerapan kedisiplinan anak asuh yaitu bahwa anak yang
di asuh dengan pola asuh positif cenderung menerapkan kedisiplinan
dengan baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah
dijelaskan dalam skripsi ini, penulis memiliki beberapa saran-saran yang akan
disampaikan oleh Panti PSAA Putra Utama 3 Tebet. Saran-saran tersebut
diantaranya ialah :
1. Perlu adanya kerja sama dengan kedua orantua anak asuh secara intens
agar dalam pengasuhan anak merasa seimbang diperhatikan oleh pengasuh
dan orang tua.
2. Pengasuh harus lebih memahami emosi anak, agar anak merasa dirinya
diperhatikan dengan baik dan anak dapat lebih dekat dengan pengasuh.
61
3. Pengasuh harus meluangkan waktu untuk anak asuh untuk bersenangsenang dengan mereka agar anak tidak merasa jenuh selama tinggal di
panti.
4. Perlu pengawasan setiap waktu untuk anak asuh bisa menerapkan disiplin
selama tinggal di panti.
5. Ciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak ada ketegangan antara
pengasuh dan anak asuh. Berilah nasihat-nasihat yang membangun tetapi
jangan tunjukan sikap marah yang membuat anak asuh merasa takut dan
menjauh hingga anak tidak memperdulikan nasihat pengasuh.
6. Dan perlu adanya reaward untuk anak-anak yang memiliki kedisiplinan
yang baik selama tinggal di dalam panti.
DAFTAR PUSTAKA
Atifah, Nur (2006), Hubungan Tingkat Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar
Sosiologi Bagi Siswa kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri Babakan
Lebaksiu Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006, Fakultas Ilmu Sosial Jurusan
Pendidikan Sosiologi dan Antropologi (UNES).
Bugin, Burhan, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perseda,
2003, cet. Ke-2
Bugin, Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perseda, 2005
Brosur Terbaru PSAA Putra Utama 3 Tebet 2011
Child Protection Initiative (CPI), Perlindungan Anak dan Good Parenting
Pelatihan bagi Dosen dan Pelatih yang Bekerja Dengan Anak Pengasuh
dan Keluarga di Indonesia, Bandung: Save the Chidren,2010.
Darta, Hanny Muchtar, Six Pillars of Positive Parenting Jakarta:Cicero
Publishing,2011.
Florence Martin dan Tata Sudrajat, “Seseorang yang Berguna“ Kualitas
Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak, PT. Panji Grafika Jaya:2007.
Moeleong, Lexy J, “Metodologi Penelitian Kualitatif” Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
M.Natsir, Metode Penelitian (Jakarta:Ghalia Indonesia,1998), Cet. Ke-3
Prijodarminto, Soegeng, Disiplin kiat menuju sukses, Jakarta: Pradya Paramita,
2004
Pusat data dan informasi kesejahteraan sosial, Skala Level of Functioning
Pelayanan Sosial Anak Dan Remaja, Badan pendidikan dan pelatihan
kesejahteraan sosial, Departemen Sosial RI: 2006.
Santrock, John W, Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama,2007.
Subari, Supervisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,1994
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin Pada Prilaku Dan Prestasi Sisiwa, Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia,2004
62
63
UUD No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
UUD 1945 setelah Amandemen Keempat tahun 2002 Jakarta: Pustaka Setia:2004
Internet :
http://pustakaskripsi.com/hubungan-tingkat
belajar/19 Mar 2011
kedisiplinan
dengan
prestasi
http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan
http://dinsos.jakarta.go.id/news.php/23mar2010
wawancara :
Wawancara Pribadi dengan Bapak Fachrizal Hamid, SH selaku seksi
identifikasi/assesment
Wawancara pribadi dengan Bapak Mujiono, Aks selaku seksi bimbingan dan
penyaluran
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti selaku staff
Wawancara Pribadi dengan WBS “T” kelas 1 SMK
Wawancara Pribadi dengan WBS “H” l kelas 2 SMK
Wawancara Pribadi dengan WBS “S” kelas 2 SMP
Download