Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan

advertisement
PENGARUB MEDAN LISTRIK
PADA MEDIA PEMELmRAAN BERSALINITAS 3 ppt TERHADAP
TINGKAT KELANGSUNGAN I(IDT.JP DAN PERTUMBUHAN
IKAN GU
Osphronetitus gourniny Lac.
Oleh :
Swardi Sitio
C14103020
PROG
STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAmMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNUATAAN MENGENAI SKRlPSI DAN SUMBER INPORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH
MEDAN
LISTRK
PADA
MEDIA
PEMELIHARAAN
BERSALINITAS 3 ppt TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP
DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronenzus gouratny Lac.
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
SWARD1 SITIO. Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas
3 ppt terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Gurame
Osphronemzrs goztramy Lac. Dibinlbing oleh KUKUH NIRMALA.
Dalam pemeliharaan gurame masih banyak ditemui masalah, salah satunya
adalah pertumbuhannya yang relatif lambat bila dibandingkan dengan jenis ikan
budidaya lainnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pertumbuhan yaitu melalui pendekatan lingkungan dengan memanfaatkan
salinitas dan paparan medan listrik. Salinitas dalam perairan akan mempengaruhi
tekanan osmosis dan daya hantar listrik air (konduktivitas). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh medan listrik pada media pemeliharaan
bersalinitas 3 ppt terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih
ikan gurame.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2007 di
Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium
berukuran 20 x 20 x 20 cm3 dengan volume air 5 liter dan kepadatan 4 ekorlliter.
Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran panjang 3,52 10,25
cm dan bobot 0,86 1 0,15 gradekor. Sebelum diberi perlakuan ikan
diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan salinitas 3 ppt. Pemberian pakan
dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Setelah diberikan
pakan, dilakukan pemaparan medan listrik pada media pemeliharaan selama 3
menit. Perlakuan yang diberikan yaitu: perlakuan Kontrol (0 Volt), P1 (5 Volt),
P2 (7,5 Volt) dan P4 (10 Volt). Pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali.
Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap dengan 3 ulangan dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jika terdapat
perbedaan. Peubah yang diamati adalah parameter biologi (kelangsungan hidup,
laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, rasio Panjang
UsusiPanjang Tubuh (PURT), efisiensi pakan) dan parameter kualitas air (suhu,
DO, pH, DHL, alkalinitas, kesadahan, amonia dan nitrit).
Pemberian medan listrik 10 Volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3
ppt menghasilkan nilai kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian,
pertumbuhan panjang mutlak, rasio Panjang UsusiPanjang Tubuh (PUPT) dan
efisiensi pakan yang paling baik, yaitu masing-masing sebesar 98,33&2,89 %;
3,7410,07 %; 3,78 gradekor; 2,1510,18 cm; 1,2910,14 dan 94,45*1,04 %.
Adanya peningkatan parameter pertumbuhan selama pemeliharaan
disebabkan perbedaan nilai konduktivitas antara ikan dan media. Ion-ion dalam
perairan yang bersalinitas terdapat dalam dua bentuk, yaitu kation dan anion
sehingga keberadaannya akan dipengaruhi medan listrik yang diberikan. Bentuk
interaksi antara ion-ion tersebut dengan medan listrik berupa gaya tarik-menarik
antara kutub yang berbeda. Kondisi ini diduga menyebabkan sirkulasi dalam
tubuh ikan aka11 lebih lancar. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya
muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah,
getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh
aliran arus listrik.
PENGARUH MEDAN LISTRIK
PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALENITAS 3 ppt TERHADAP
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
IKAN GURAME Osplrronerrtusgournnty Lac.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
Pads Fakultas Periknnan dan Rmu Kelantan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Swardi Sitio
C14103020
PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MLANAmMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul
: PENGARUH
Nama
MEDAN
LISTIUK
PADA
MEDIA
PEMELIBlARAAN BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN
IKAN GURAME Osphroizenzus gournnly LAC
: Swardi Sitio
NRP
: C14103020
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Kukuh Nirmala
NIP. 131691469
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
;
, ,. .,.-:.*
$ v.,'*.
'4b>>,
: :8 j:.:?,]
Tanggal Lulus : ...... ...... ...........
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana pada Departeman Bududaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, atas dukungan berupa materi, doa, dan motivasi
selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum dan Ibu Dr. Munti Yuhana yang telah
bersedia menjadi dosen tamu pada ujian akhir penulis.
4. Ibu Sri Nuryati, M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi selama perkuliahan.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Budidaya Perairan.
6 . Bapak Jajang Ruhyana atas segala bantuan dan diskusinya dalam penelitian.
7. Devi Stevy Devily sebagai rekan dalam penelitian.
8. Saudara-saudaraku yang tersayang Risma, Nita, Rido, Syarif dan bang Arie
yang selalu memberikan dukungan dalam segala ha1 kepada penulis.
9. Seluruh teman-teman BDP angkatan 40 atas segala bantuan dan kerjasamanya.
10. Rekan-rekan di Wisma Persia atas segala kebersamaan dan solidaritasnya
selama ini.
Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
khususnya bagi penulis sendiri dan semoga segala budi baik yang telah diberikan
kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapat pahala kebaikan
yang setimpal dari Allah SWT.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR W A Y A T HIDUP
Penulis dilahirkan di Tigaras, pada tanggal 28 Februari 1986, sebagai
anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Sitio dan Ibu M.
Silalahi.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN 1 Parbalohan pada
tahun 1991-1997, SLTPN 1 Dolok Pardamean pada tahun 1997-2000. Pada tahun
2003, penulis menyelesaikan studinya di SMU Angkasa-1 Lanud Medan dan lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor
dan memilih Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selaina masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu
Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai staf Departemen
Informasi dan Komunikasi (tahun 2005-2006). Penulis juga aktif berpartisispasi
dalam kegiatan Temu Bisnis dan Pameran Perikanan dan Kelautan IPB tahun
2006 sebagai panitia. Penulis pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata
kuliah yaitu Fisiologi Hewan Air (tahun 200512006 dan 200612007), Dasar-dasar
Akuakultur (tahun 200612007 dan 200712008), Fisiologi dan Tingkah Laku Larva
(2006/2007), Fisika Kimia Perairan (200612007), Pengelolaan Produk Perikanan
Budidaya (200712008) dan Praktek Pembenil~an (200712008). Prestasi yang
pernah diraih penulis adalah sebagai Penyaji Terbaik 2 Tingkat Nasional dalam
rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XX di Universitas Lampung.
Dalam usaha menambah wawasan dan pengetahuan di bidang akuakultur,
penulis melakukan Praktek Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kue G~mthcrnodon
specioszrs di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali pada bulan
Juni-Agustus 2006. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis
dengan menulis skripsi yang berjudul "Pengaruh Medan Listrik pada Media
Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt terhadap Tingkat Kelangsungan dan Hidup
Pertumbuhan Ikan Gurame Osphrorzentt~s
gourci~?zyLac".
DAFTAR IS1
............................................................ ....................
*
DAFTAR LAMPIRAN............................ .................................................,
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang
. .......................................
2.1 Biologi Ikan Guram
2.6 Osmoregulasi dan Salinitas...... ......... ..... .....
.., .... .......... ...... ..,,...
........,...........,.................* ............,
2.7.5 Alkalinita
111. BAHAN DAN MET
Hill
viii
x
xi
xii
1
1
2
3
3
3
4
4
5
6
8
8
9
9
10
10
11
11
12
3.4 Prosedur Penelitian. ... ... ........................ ................. ... .............. ........
3.4.1 Pemeliharaan Ikan Uji
3.4.2 Pemberian Perlakuan
3.5 Parameter yang Diamati
3.5.1 Parameter Biolog
...... ............. ... ... ... ....
3.5.2 Parameter Kualitas Air ......... ... ...
3.6 Analisa Dat
14
14
14
15
15
15
15
16
16
18
19
IV. HASIL DAN PEhBAWASAN
..... ....,,,,,.,........, .... ,,..... ... ....., ,.,... ...... ... ... ............
4.1 Hasil .... .......
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup .................................................
4.1.2 Laju Pertumbuhan Harian
4.1.3 Pertumbuhan Bobot
4.1.4 Pertumbuhan Panj
4.1.5 Rasio Panjang Usus
4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan .....................................................
4.1.7 Kualitas Air
20
20
20
21
22
23
24
25
26
..
4.2 Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
27
DAFTAR TABEL
Hal
1. Persentase amoniak tak terionisasi (I%
pada
&
pH
) dan temperature
yang berbeda (Boyd, 1990) ..................................................................
2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir
pemeliharaan ikan gurame Osphro?zemztsgozirmy, Lac .......................
3 . Kisaran parameter kualitas air benih ikan gyrame Osphroiremzls
gourumy, Lac pada setiap perlakuan .....................................................
12
26
26
DAPTAR GAMBAR
1. Skema Susunan Akuarium Percobaan.................
................................
2. Skema Susunan Alat Percobaan
3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Gurame
Osphrorzemus gozrrmzy, Lac pada Setiap Perlahan Selama
Pemeliharaan........................................................................................
4. Histogram Laju Pertumbuhan Harian (%) Benih Ikan Gurame
Osphronemus gozrranzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama
5. Grafik Pert
gozrrunzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan .................
6. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Gurame
Osphrorzenzus gourmy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaa
7. Histogram Rasio PU/PT Benih Ikan Gurame Osphronernzrs go~rramy,
Lac pada Setiap Perlakuan Selama Masa Pemeliharaan ........................
8. Histogram Efisiensi Pakan (%) Benih Ikan Gurame Osphrorzemus
gotrrumy, Lac pada setiap Perlakuan Selama Penelitian .......................
DAFTAR LAMPIMN
1. Kelangsungan Hidup
2. Laju Pertumbuhan Harla
3. Pertumbuhan Bobot
4. Pertumbuhan Panj
5. Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PUIPT).................
6. Efisiensi Pakan
7. Kualitas Ai
8. Total Penerimaa
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gurame merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Saat ini, harga benih ikan gurame di pasaran berukuran silet Rp.
600,00/ekor, ukuran korek Rp.1.200,001ekor dan ukuran rokok Rp. 2.000,001ekor
sedangkan ikan konsumsi berkisar Rp. 25.000,OO
-
30.000,00/kg (Rahmadani,
2007). Ikan ini banyak dibudidayakan karena adaptif terhadap perubahan
lingkungan termasuk suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, amoniak maupun nitrit.
(Anonimous, 2003 dalam Dewi, 2006). Selain itu gurame merupakan salah satu
jenis ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen karena mampu mengambil
oksigen dari udara bebas (Amri dan Khairuman, 2002 dalar12Dewi, 2006). Dalam
pemeliharaan gurame masih banyak ditemui masalah, salah satunya adalah
pertumbuhannya yang relatif lambat bila dibandingkan dengan jenis ikan
budidaya lainnya.
Pendekatan lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dengan
rnemanfaatkan paparan medan listrik pada media pemeliharaan belum pernah
dilakukan. Menurut Itegin dan Gunay (1993), medan listrik dapat menimbulkan
efek pada jaringan hidup. Mekanisme interaksi medan listrik dengaa benda hidup
berupa induksi arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup
disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya
cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya
yang dihasilkan oleh aliran arus listrik (Nair, 1989). Ikan dapat merespon arus
listrik karena merniliki organ electroreceptt Hoar dan Randal (1971) lnenulis
bahwa elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizo~ztal
skeletuge?zutrsseptzn?n (lateral line). Kemampuan ikan dalam inerespon arus listrik
juga ditentukan oleh konduktivitas tubuh ikan dan air (Suharyanto, 2003).
Konduktivitas air bersalinitas akan lebih tinggi dibandingkan air tawar. Dua sifat
yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di air adalah daya hantar listrik
(konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara
langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutana proses osmoregulasi. Salah
satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik
dan konsentrasi cairan tubuh (Holiday, 1969).
Hasil penelitian Damayanti (2003) yang menggunakan benih ikan gurame
ukuran 2-3 c n ~diketahui pertumbuhan ikan gurame lebih baik di nledia
bersalinitas 3 ppt. Dewi (2006) yang menggunakan benih ikan gurame siap tebar
di kolam yang berukuran 3-6 cm menyatakan bahwa gurame yang dipelihara di
media bersalinitas 3 ppt pertumbuhannya lebih baik.
Terkait dengan ha1 tersebut perlu dilakukan penelitian dengan kombinasi
media bersalinitas dan pemberian medan listrik pada media pemeliharaan
khususnya pada budidaya ikan gurame.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengamh medan listrik 0, 5, 7.5
dan 10 volt terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
gurame yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi I h n Gurame
Menurut Saanin (1984), ikan gurame memiliki klasifikasi dan tatanama
sebagai berikut:
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Labyrinthici
Subordo
: Anabantoide
Family
: Anabantidae
Genus
: Osphro?~ernzrs
Species
: Osphronenztis gouramy Lac.
Secara morfologi ikan gurame mempunyai bentuk badan yang lebar dan
pipih, garis rusuk lengkap tidak terputus, sepasang sirip perut yang telah
mengalami modifikasi menjadi sepasang cambuk yang berfungsi sebagai alat
peraba. Mulutnya kecil dan letaknya miring serta dapat disembulkan sehingga
sedikit lebih panjang (Sumantadinata, 1983). Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa
dan danau serta cocok dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurame
dapat pula ~nenyesuaikandiri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya
rendah (Sitanggang, 1987).
2.2
Eiektroreseptor pada Ikan
Pada beberapa ikan yang dilengkapi organ listrik, elektroreseptor
ditemukan pada seluruh bagian permukaan kepala serta di sepanjang permukaan
dorsal dan ventralnya, tetapi tidak ditemukan pada kedua sisinya. Hoar dan
Randal (1971) menulis bahwa elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi
dari bagian horizor~talskeletogeno~tsseptum (lateral line).
Elektroreseptor dikelompokkan ke dalam dua jenis: tonic receptor dan
phasic receptor. Tonic receptor aktif bekerja terus menerus membentuk ritme
tertentu, inemberikan respon terhadap frekuensi rendah, dan memiliki saluran
yang jelas menuju permukaan kulit. Phasic receptor hanya aktif bekerja dalam
waktu singkat secara spontan sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak
normal, sensitif terhadap frekuensi yang relatif tinggi, dan tidak memiliki saluran
yang jelas menuju permukaan kulit.
Grundfest (1966) d a l m Hoar dan Randal (1971) menjelaskan bahwa sel
reseptor secara ulnuln dibagi menjadi tiga bagian: (1) the outer face (dipermukaan
luar); (2) the"sidesn, dapat menjadi pasif pada toizic electroreceptor atau bagian
yang peka terhadap listrik (elecfrically exitable) dalam phasic electroreceptor;
dan (3) membran presynaptik, yang mengeluarkan transmitter jika syizapse sedang
meneruskan pesan secara kimiawi. Tiga hngsi sel reseptor berkenaan dengan
derzdritic (penerima implus), monal (penyalur implus) dan secvetory (pengeluaran
implus ke sel berikutnya) dari sel syaraf secara umum.
2.3 Respon Ikan Terhadap Medan Listrik
Ikan bersifat sebagai konduktor listrik karena otot dan cairan tubuh ikan
adalah media yang dapat dialiri arus listrik. Perbedaan daya hantar atau
konduktivitas di antara tubuh ikan (yf) dan air (7,) sangat menentukan biota air
tersebut mudah atau sukar dalam merespon a s listrik. Jika yf 5 y , maka biota air
sulit merespon medan listrik demikian juga sebaliknya jika y f > y , ikan akan lebih
mudah merespon medan listrik. Nilai konduktivitas yf dan y,"mempengaruhi nilai
body voltage (voltase antara kepala dan ekor). Pada air yang me~nilikinilai
konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage yang tinggi juga.
Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon arus listrik,
karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan (Arnaya, 1980
d a l m Suharyanto, 2003).
2.4 Pencernaan
Proses pencernaan melibatkan komponen: bahan yang dicerna (pakan);
struktur alatlsaluran pencernaan (usus) sebagai tempat pencernaan dan penyerapan
nutrien; cairan digestif yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan (hati dan
pankreas) serta dinding usus (Yandes, 2003).
Usus sebagai salah satu segmen saluran pencernaan ikan yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan zat makanan. Perbandingan
panjang usus dengan panjang tubuh ikan herbivora (pemakan nabati) adalah 3,70-
6,0, ikan omnivora (pemakan nabati dan hewani) 1,30-4,20 dan ikan kamivora
(pemakan hewani) adalah 0.50-2.40 panjang tubuh (Opuszynski dan Shireman,
1995).
Ikan gurame adalah salah satu jenis ikan pe~nakantumbuh-tumbuhan air
yang mempunyai usus yang pendek dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya.
Menurut Affandi (1993) ikan gurame yang panjang total tubuhnya antara 3,s-5,O
cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PUPT) sebesar
0,62-1,02, yang berukuran panjang total 8,9-11,9 cm mempunyai rasio panjang
usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,ll-1,64. Sedangkan yang berukuran
panjang total 13,515 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total
tubuh sebesar 1,31-2,3 1. Nilai-nilai tersebut menunjuklcan bahwa saluran
pencernaan ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya
telah sempurna (memiliki segmen-segmen yang lengkap). Dengan demikian
selama pertumbuhannya, ikan gurame mengalami perubahan dalam ha1
perbandingan PU/PT dari karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau
herbivora (Yandes, 2003).
2.5 Pertumbuhrn dm Kelrugsungru Hidup
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat
suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat
dalam satuan waktu (Weatherley, 1972; Effendi, 1979). Menurut Effendi (1979),
pertumbuhan terdiri dari pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif.
Pertumbuhan mutlak adalah pertumbuhan panjang atau berat yang dicapai dalam
periode waktu tertentu. Pertumbuhan relatif adalah pertambahan panjang atau
berat ikan dalam periode waktu tertentu, dihubungkan dengan panjang atau berat
ikan pada awal periode tersebut. Pertumbuhan terjadi bila ada kelebihan masukan
energi dan asam amino dari pakan. Energi dari pakan ini akan digunakan oleh
tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan
bagian-bagian tubuh serta menggantikan sel-sel yang telah rusak dan
kelebihannya untuk pertumbuhan.
Perturnbullan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah keturunan, jenis kelamin, umur dan ketahanan terhadap
penyakit, sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan pakan dan suhu perairan
(Effendi, 1979). Ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan
kuantitas juga termasuk dalam faktor eksternal (Huet, 1971).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan pakan yang
dikonsumsi antara lain suhu, oksigen terlarut dan salinitas (Peter, 1979). Ikan
yang dipelihara pada salinitas mendekati konsentrasi ion dalam darah
(isoosmotik), menggunakan energi lebih banyak untuk pertumbuhan dibandingkan
untuk osmoregulasi (Stickney, 1979). Holliday (1969) menyatakan bahwa
pemeliharaan ikan pada kondisi isoosmotik merupakan efek yang menguntungkan
karena adanya penyimpanan energi yang disebabkan menurunnya energi untuk
proses osmosis dan efek ionik, sehingga pertumbuhan meningkat.
Mortalitas menunjukkan banyak ikan yang mati atau hilang selama
percobaan, biasanya besarnya mortalitas dinyatakan dalam persen (Winberg et al.
daEnr11 Edmonson dan Winberg, 1971). Mortalitas yang terjadi dapat digunakan
sebagai parameter bagi kelangsungan hidup suatu organisme dalam hubungannya
dengan ketahanan terhadap lingkungan, penyakit dan daya adaptasi. Jika keadaan
lingkungan ada pada tingkat di luar batas tertentu terhadap daya tahan, maka
pertumbuhan akan terhambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian secara
perlahan-lahan atau kematian mendadak.
Kelangsungan hidup dan metabolisme ikan akibat perubahan salinitas
tergantung kepada dua hal, yaitu kemampuan cairan tubuh untuk berfungsi
seminimal mungkin dan dengan waktu yang singkat pada kisaran osmotik internal
dan konsentrasi ion tidak normal yang tumbuh secara mendadak. Yang kedua
adalah kemampuan cairan tubuh yang bekerja sedikit mungkin dan pengembalian
tekanan osmotik kembali ke normal (Holliday,1969). Kelangsungan hidup ikan air
tawar di lingkungan berkadar garam bergantung pada jaringan insang, luas
permukaan insang, laju konsumsi oksigen, daya tahan (toleransi) jaringan
terhadap garam-garam dan kontrol permeabilitas (Black, 1957).
2.6 Osmoregulasi dan Satinitas
Hewan-hewan vertebrata air, di dala~ntubuhnya rnengandung konsentrasi
garam yang berbeda dari media lingkungannya (Stickney, 1979). Proses fisiologis
dalaln tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan
tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut, maka ikan melakukan proses pengaturan tekanan osmotik
cairan tubuh yang layak dan disebut dengan sistem oslnoregulasi (Rahardjo,
1980).
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai konsentrasi cairan tubub
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya (hipertonik), sehingga
garam-garam dari dalam tubuh ikan akan bilang rnelalui permukaan jaringan
insang dan kulit pada proses difusi, juga melalui feses dan urine. Untuk menjaga
agar garam-garam tubuh yang hilang seminimum mungkin, maka dilakukan
penyerapan kembali garam-garam dalam pembuluh proksimal ginjal. Kehilangan
garam-garam ini akan digantikan oleb garam-garam yang terdapat dalam pakan
dan penyerapan aktif ion-ion garam yang berasal dari lingkungan perairan melalui
insang (Spotte, 1970).
Menurut Gilles dan Jeaniaux (1979) osmoregulasi pada organisme akuatik
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1). Menjaga osmokonsentrasi cairan di
luar sel (ekstraseluler) organ tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada
salinitas medium eksternalnya, 2). Memelihara isoosmotik cairan dalam sel
(interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler). Tiap spesies melniliki
kisaran salinitas optimum, dan di luar kisaran ini ikan hams mengeluarkan energi
lebih banyak untuk osmoregulasi (Boyd, 1990). Ikan air tawar yang
dicaklimatisasikan ke media air bersalinitas lebih tinggi dari t~tbuhnyadengan cara
menambah garam secara bertahap, melnperlihatkan perubaban konsentrasi garam
tubuh secara berangsur-angsur akibat kontrol permeabilitas oleh hormon dan
sistem saraf otomatis terhadap lingkungan baru dan pengaruh langsung sel-sel
permukaan tubuhnya (Brown, 1957).
Salinitas adalah konsentrasi total ion-ion (Na', K', ca2', Mg2', NO<, C1-,
HCO?, ~04'7yang ada di air (Boyd, 1982). Stickney (1979) menyatakan salinitas
dapat didefinisikan sebagai jumlah dalam gram dari garam-garam yang terlarut
dalam satu kilogram air laut, setelah semua karbonat diubah menjadi oksida,
semua bromida dan iodin sudah ditransformasikan sehingga ekuivalen dan semua
bahan organik telah dioksidasi.
Salinitas merupakan salah satu faktor yang ada dalam sifat kimia air dan
keberadaannya dalam air dapat menjadi faktor penghambat atau pemacu
pertumbuhan ikan. Salinitas juga merupakan salah satu faktor penting yang
menunjang kelangsungan hidup, konsumsi pakan, laju perturnbuhan, metabolisme
dan distribusi ikan (Kinne, 1964).
Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi
salinitas akan semakin tinggi tekanan osmotik air. Tingkat tekanan osmotik yang
diperlukan oleh ikan berbeda-beda menurut jenisnya sehingga toleransi terhadap
salinitasnya berbeda-beda (Cholik dan Daulay, 1985). Salah satu aspek fisiologis
ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta
konsentrasi ion dalam cairan tubuh (Holliday, 1969). Ikan yang dipelihara pada
kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan lebih
banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan (Stickney, 1979). Salinitas yang
optimal untuk pertumbuhan ikan gurame adalah 3-4 ppt (Dewi, 2006).
2.7 Kurlitas Air
Air sebagai media tempat hidup organisme perairan hams mampu
memenuhi persyaratan secara kualitas dan kuantitas sehingga dapat mendukung
pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme tersebut. Menurut Weatherley
(1972), faktor-faktor lingkungan yatlg berpengaruh terhadap kehidupan ikan
antara lain suhu, pH, oksigen terlarut, amonia dan nitrit.
2.7.1 Suhu
Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol, yaitu faktor
pengendali kecepatan reaksi kimia dalam tubuh, termasuk proses metabolisme.
Zhoff dan Mancrief dal~nlBoyd (1990) mengatakan bahwa sesuai dengan hukum
Van Hoff, setiap peningkatan suhu sebesar 1 0 ' ~akan mengakibatkan laju prosesproses biokimia meningkat dua kali. Peningkatan suhu mengakibatkan toksisitas
berbagai kontaminan terlarut meningkat, menurunkan konsentrasi oksigen
terlarut, meningkatkan konsumsi oksigen karena meningkatnya suhu tubuh serta
meningkatkan
laju
metabolisme.
Penurunan
suhu
lingkungan
dapat
mengakibatkan rendahnya respon imunitas, mengurangi aktivitas, nafsu makan
dan pertumbuhan (Wedemeyer, 1996).
Kisaran suhu maksimum dan minimum yang dapat ditolerir ikan
tergantung pada lama waktu aklimatisasi, konsentrasi oksigen terlarut serta jumlah
dan jenis ion terlarut (Wedemeyer, 1996). Menurut Huet (1971), ikan gurame
sangat sensitif dengan suhu yang rendah dan suhu air sekurang-kurangnya harus
15
Suhu ideal untuk pemeliharaan gurame berkisar antara 28-32 OC
OC.
(Sitanggang, 1987).
2.7.2 Oksigen Terlarut
Ketersediaan oksigen terlarut merupakan faktor pembatas dalam
pemeliharaan ikan. Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi organisme untuk
menghasilkan energi. Energi tersebut penting untuk fungsi metabolisme, termasuk
penyerapan dan asimilasi makanan serta pertumbuhan (Goddard, 1996).
Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme
akuatik bergantung pada spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas,
suhu air, konsentrasi oksigen terlarut dan lain-lain.
Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah dapat rnenimbulkan anoreksia,
stres dan kernatian pada ikan. Jumlah oksigen maksimum yang terlarut dalam air
tergantung pada suhu, salinitas dan altitude (Goddard, 1996; Wedemeyer, 1996).
Menurut Duodorat dan Warren (1969) dolam Pescod (1973), konsentrasi oksigen
yang dapat mendukung kehidupan organisme akuatik adalah mendekati atau di
atas 3 ppm.
2.7.3 pH
Nilai pH didefinisikan sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen
(Boyd, 1990; Goldman dan Home, 1990). Pengaruh pH terhadap ikan bervariasi
tergantung spesies, ukuran, suhu, konsentrasi karbondioksida dan kehadiran
logam berat seperti Fe (Alabaster dan Lloyd, 1980). Leivestad dalam Boyd (1990)
menyatakan bahwa jaringan insang menjadi sasaran utama untuk terkena stres
asam.
Nilai pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida (COz) dan alkalinitas
(Mackereth
et
~1,1989). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Nilai pH juga
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat
terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang melniliki pH rendah. Amonium
tidak bersifat toksik, namun pada suasana pH yang tinggi, lebih banyak ditemukan
amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik.
2.7.4 Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik atau konduktivitas adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin banyak garam-garam
terlarut yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai konduktivitasnya.
Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh
pada nilai D m . Asam, basa, dan garam adalah penghantar listrik (konduktor)
yang baik (Mackereth et a/., 1989 dalarn Effendi, 2000).
Satuan dari konduktivitas adalah pmhos/cm atau pSiemens1cm. Kedua
satuan tersebut setara (Mackereth el al., 1989 dalam Effendi, 2000). Nilai DHL
air suling sekitar 1 pmhos/cm, sedangkan nilai DHL perairan alami sekitar 201500 pmhos/cm (Boyd, 1988 dalain Effendi, 2000). Perairan laut memiliki nilai
DHL yang sangat tinggi karena banyaknya garam-garam terlarut di dalamnya
(APHA, 1976 dalanz Effendi, 2000).
Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per
volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milliSiemens per centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama
dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan
kedalaman sebesar 20 meter.
2.7.5 Alkalinitas
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau
dikenal dengan sebutan acid-rzezrlrali~rzgcqacity (ANC) atau kuantitas kation
hidrogen. Menurut Wedemeyer (1996) alkalinitas adalah jumlah total dari
konsentrasi bahan yang bersifat alkali (basa) yang larut dalam air. Menunrt
Stickney (1979), alkalnitas perairan dalam budidaya diupayakan berada pada
kisaran 30-200 mgll walaupun pada perairan dengan alkalinitas yang lebih tinggi
atau lebih rendah n~asihsering diytnakan untuk usaha budidaya.
Kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberi kontribusi terbesar
terhadap nilai alkalinitas dan kesadahan di perairan tawar. Kelarutan kalsium
karbonat menurun dengan meningkatnya suhu dan karbondioksida (Effendi,
2000). Menurut Stickney (1979), alkalinitas perairan dalam budidaya diupayakan
berada pada kisaran 30-200 mg/l.
2.7.6 Kesadahan
Kesadahan total adalah konsentrasi logam berion bivalen dalam air
(Boyd,1982). Logam berion divalen yang dominan dalam perairan adalah kalsium
dan magnesium, maka kesadahan merupakan gambaran jymlah garam kalsium
dan magnesium ( ~ e d e k e ~ e r1996).
,
~ e s a d a h a ntotal biasanya dihubungkan
dengan alkalinitas total karena anion d k i alkalinitas dan kation dari kesadahan
berasal dari larutan mineral karbonat (Boyd, 1982), sehingga kesadahan juga
merupakan kapasitas buffer (Wedemeyer, 1996)., Satuan kesadahan adalah mg/1
setara CaC03 (Boyd, 1982; Stickney, 1979; Wedemeyer, 1996).
Pada air sadah yang mengandung kalsium dan magnesium cukup tinggi
tidak bisa membentuk busa dari sabun (Boyd, 1982). Air yang cukup sadah lebih
baik untuk keperluan budidaya karena mampu menyediakan kebutuhan kalsium
dan mengurangi kerja osmotik yang mencakup pergantian elektrolit darah secara
kontinyu yang hilang akibat produksi urin yang berlebihan pada ikan air tawar
(Wedemeyer, 1996).
Kalsium diperlukan dalam pembentukan tulang dan eksoskeleton, untuk
osmoregulasi, mengurangi toksisitas dari ion hidrogen
(v),amonia m)dan
ion-ion logam. Pada umumnya konsentrasi kalsium akan meningkat dengan
meningkatnya salinitas, sehingga ketika salinitas berada pada kisaran optimu~n
untuk pertumbuhan, konsentrasi kalsium akan tercukupi (Boyd, 1982).
Kesadahan yang baik untuk perikanan adalah lebih besar dari 20 mg/l
setara CaC03 (Boyd, 1982), dan Stickney (1979) memberikan kisaran antara 20150 mg/l setara CaC03, sedangkan untuk keperluan budidaya insentif sebaiknya
kesadahan ada pada kisaran 50-200 mgll setara CaC03 (Wedemeyer, 1996).
2.7.7 Amonia
Amonia dihasilkan dari proses pemupukan, ekskresi ikan, dekomposisi
mikrobial dari komponen nitrogen (Boyd, 1982). Amonia di perairan ada dalam
dua bentuk, yaitu bentuk ion yang tidak bersifat racun (NH4') dan bentuk gas (non
ionik) yang bersifat racun m 3 ) . Amonia di dalam air mengalami hidrolisis:
IT&'+ OHNH3 + H z 0
Kedua bentuk amonia tersebut berada dalam kesetimbangan. Reaksi
tersebut tergantung pada pH. Bila pH perairan tinggi maka reaksi akan bergeser ke
kiri (Poernomo, 1989). Konsentrasi amonia di perairan tergantung pH, suhu air,
salinitas, konsentrasi oksigen, konsentrasi natrium dan kesadahan (Wedemeyer,
1996). Peningkatan amonia di perairan akan menurunkan ekskresi amonia oleh
ikan sehingga amonia dalam darah dan jaringan meningkat. Amonia juga
mengakibatkan laju konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat, kerusakan insang
dan mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen (Boyd, 1990). Menurut
Sawyer dan Mc Carty (1978) dalnrn Effendi (2000) kadar NH3 pada perairan
tawar sebaiknya tidak melebihi 0.02 mgll. Komisi Pertimbangan Perikanan
Daratan Eropa dalam Boyd (1990) menyatakan bahwa konsentrasi beracun
amonia terhadap kehidupan ikan air tawar untuk jangka waktu singkat adalah 0,7
sampai 2,4 mg/l, sedangkan konsentrasi amonia yang aman menurut Wedemeyer
(1996) dan Meade (1989) adalah 0,01 mg/l.
Tabel 1. Persentase amoniak tak terionisasi (NH3). pada
pE dan temperatur
.
yang berbeda. (Boyd 1990)
Ternperatur (OC)
--
2.7.8 Nitrit
Nitrit (N02) merupakan jumlah nitrogen yang sebagian mengalami
oksidasi. Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan
alami, lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat
oksigen. Nitrit rnerupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan
nitrat (nit~ifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) yang
berlangsung pada kondisi anaerob Fffendi, 2000).
Nitrit bersifat toksik terltadap organisme karena mengoksidasi Fe+ dalam
hemoglobin yang menyebabkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen
menurun dan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh (Boyd, 1990).
Nitrit dalam darah mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobiiz (Boyd,
1990). Methemoglobirz yang terbentuk tidak mampu mengikat oksigen (Boyd,
1990; Wedeineyer, 1996). Konsentrasi methenzoglobiiz yang normal dalam darah
menurut Wedemeyer (1996) adalah 1-3 %. Apabila konsentrasi methemoglobii7
dalam darah mencapai 50 %, ikan akan mengalami hipoxia yang dapat
menyebabkan kematian teiutama apabila konsentrasi oksigen terlalu rendah.
Menurut Schwedler et al. (1985) dnlnm Boyd (1990), daya racun nitrit
dipengaruhi oleh ukuran ikan, kandungan nitrit sebelumnya, nutrisi dan
konsentrasi oksigen terlarut.
Nitrit merupakan persenyawaan oksidan kuat sehingga mengoksidasi ion
ferro dalam hemoglobin dan daya racun nitrit ini lebih kuat dalain air asin
daripada air tawar (Spotte, 1970). Penurunan pH akan meningkatkan toksisitas
nitrit karena akan dikonversi menjadi asam nitrit.
ILI. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2007 di
Laboratorium Lingkungan Lt.1 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Peitanian Bogor.
3.2 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap, dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan, yaitu:
K
= tanpa
pemberian medal1 listrik
P1 = inedan listrik 5 volt
P2 = ~nedanlistrik 7.5 volt
P3 = medan listrik 10 volt
:.
Dimana masing-masing perlakuan terdiri dari 3 kali ulangan. Model rancangan
yang digunakan ialah :
yij = p
Keterangan :
+ pi + €ij
yij = ulangan ke-j akibat perlakuan ke-i
p
= nilai tengah
pi = pengaruh perlakuan ke-i
€ij = galat
PI
P2
Gambar 1. Skema Susunan Akuarium Percobaan
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran
20x20~20 cm3, adaptor model N-905 P, hlblow alr pump, jangka sorong,
timbangan, DO-meter, pH-meter, becker glass, buret, pipet volumetrik,
erlenmeyer, spektrofotometer, refraktometer dan alat tulis
Sedangkan hahan yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran
panjang 3,52*0,25 cm dan bobot 0,86*0,15 gramlekor, akuades, Phenolpthtalein
(pp), Bromoresol GreenIMethyl Red (BCGMR),
HC1, buffer hardness,
Eriochrome Black-T (EBT), Ethylen-Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), phenat,
MnS04, chlorox, diazotizing reagent dan NED
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pemeliharaan Ikan Uji
Akuarium sebagai wadab pemeliharaan terlebih dahulu dicuci dan
dikeringkan, kemudian diisi air media 3 ppt dengan volume total 5 liter. Benih
ikan uji yang akan digunakan dalam perlakuan, terlebih dahulu diaklimatisasi
dengan media bersalinitas 3 ppt selama dua hari. Setiap akuarium dimasukkan
ikan uji dengan kepadatan 4 ekorlliter dan di pelihara selama 40 hari. Pakan yang
digunakan adalah pakan komersil dengan metode pemberian secara ad libittin2
setiap 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00, 13.00 dan 17 00 WIB Untuk
mempertahankan kualitas air dalam media pemeliharaan, dilakukan pergantian air
setiap hari sebanyak 20 % dari total volume air.
3.4.2 Pemberian Perlakuan
Media pemeliharaan diberi medan listrik selama 3 menit Pemaparan ini
dilakukan setiap 3 kali sehari setelah ikan uji diberi pakan Medan listrik
dihasilkan oleh adaptor dengan tegangan keluar sesuai dengan perlakuan
Gambar 2. Skema Susunan Alat Percobaan
3.5 Parameter yang Diamati
3.5.1 Parameter Biologi
Parameter biologi yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, laju
pertumbuhan, rasio panjang usus terhadap panjang tubuh dan efisiensi pemberian
pakan.
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan
yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Kelangsungan hidup ikan diamati
setiap hari, ikan yang mati segera dikeluarkan dari wadah percobaan, dicatat dan
tidak dilakukan penggantian terhadap ikan yang mati. Untuk menganalisa tingkat
kelangsungan hidup ikan, digunakan persamaan sehagai berikut:
Dimana : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah
ikan pada akhir pengamatan
No = Jumlah ikan pada awal pengainatan
(Effendi, 1979)
Laju Pertumbuhan
a). Laju Pertambahan Bobot
Laju pertambahan bobot dihitung dengan cara ~nenimbangbenih ikan
gurame dengan timhangan digital. Pengambilan sampel dilakukan setiap 10 hari
sekali. Laju pertamhahan bobot dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Keterangan :
a
= Laju
ht
= Bobot
Pertumnbuhan harian (%)
rata-rata ikan pada waktu ke-t pemeliharaan gram)
h o = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram)
t
= waktu
pemeliharaan (hari)
(Huisman, 1987)
b). Panjang Mutlak
Parameter panjang yang diukur dalam penelitian ini adalah panjang total.
Panjang total adalah jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor
yang paling belakang (Effendie, 1979). Peilgukuran panjang total dilakukan setiap
10 hari sekali dengang menggunakan jangka sorong, sedangkan panjang mutlak
dihitung berdasarkan rumus :
Pfn = Pt - Po
Keterangan :Pn7
= Panjang
mutlak ikan pada hari ke-t (cm)
Pt
= Panjang total
Po
= Panjang
ikan pada hari ke-t (cm)
total ikan pada hari ke-0 (cm)
(Effendi, 1979)
Rasio Panjang Us~isTerl~adapPanjnng Tubuh (PUIPT)
Pengukuran rasio panjang usus dan panjang tubuh (PUPT) dilakukan pada
awal dan akhir masa pemeliharaan.
PU
Rasio Panjang UsuslPanjang Tubuh = PT
Keterangan : PU = Panjang usus (cm)
PT = Panjang tubuh (cm)
(Affandi, 1993)
Efisiensi Pemberian Pakan
Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang
dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dihitung dengan
persamaan :
EPP =
(K+
- wo
~d',)
* 100%
wpoko~~
Keterangan: EPP
w,
= Efisiensi pemberian pakan
= Biomassa
total ikan pada akhir penelitian
wd
= Biomassa total
wo
= Biomassa
W,,h,,
= Total jumlah
ikan yang mati
awal pemeliharaan ikan
pakan yang diberikan
(Zonneveld et al., 1991)
3.5.2 Parameter Kualitas Air
a. Suhu
Pengukuran suhu pada media pemeliharaan menggunakan thermometer air
raksa (Hg) dengan satuan "C.
b. Oksigen Terlarut
".
Oksigen terlarut adalah juinlah mg/liter gas oksigen yang terlarut dalam
air. Alat yang digunakan dalam pengukuran oksigen terlarut adalah DO-meter
dengan metode membran elektro.
c. pH
pH adalah suatu faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh kadar COz
terlarut dan alkalinitas. Alat yang digunakan adalah pH-meter dengan metode
membran elektro.
d. Daya Hantar Listrik ( D m )
Daya Hantar Listrik diukur dengan lnenggunakan Condz~ctivitymeter
dengan metode membran elektro. Satuan yang digunakan adalah mS/cm.
e. Alkalinitas
Pengukuran alkalinitas menggunakan metode acidimetri dan dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
Alkalinifas (~tzgCaC03/liter) =
ml titran x N titran x 100/ 2 x 1000
rttl sampel
f. Kesadahan
Kesadahan diukur dengan menggunakan acidimetri, persamaan yang
digunakan dalam pengukuran kesadahan adalah :
Kesadahan (nzg CaCO, /liter) =
rill fitran x N tibzrn x 100 x 1000
ml smpel
g. Amoniak
Metode yang digunakan dalaln pengukuran amonia adalah metode
Indophenol. Amonia yang terukur, bergantung pada nilai pH dan suhu pada saat
pengukuran. Persamaan yang digunakan dalam pengukuran amonia adalah :
mg NH, /liter =
abs sampel - abs blatrko
x [abss tan d m ]
abs standnv -abs blnnko
h. Nitrit
Metode yang digunakan adalah metode Sulfanilamide. Konsentrasi (ppm)
N02-N yang terukur pada metode ini adalah kadar nitrogen yang terdapat pada
nitrit. Untuk mengetahui konsentrasi NO2-N dibuat persamaan regresi (Y =A
+
BX) dari larutan standar. Pengukuran nitrit dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
nzg NO, /liter =
abs sarnpel - abs blanko
x [nbsstandnr]
nbs s tan dar - abs blmrko
3.6 Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Analisa Ragam
(ANOVA) dan uji-f pada selang kepercayaan 95%. Untuk melihat perbedaan
antara perlakuan dilakukan dengan ~ijilanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Analisis
data menggunakan perangkat lunak Excel 2003.
IV. F U S E DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Semakin meningkatnya tingkat pemberian medan listrik (x) menyebabkan
tingkat kelangsungan hidup ikan gurame (y) menurun secara kuadratik (Gambar
3) mengikuti persamaan y = -2,0833 xZ4-14,25 x + 73,75 dengan nilai determinasi
( R ~ )sebesar 0,8439. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis
dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan yang sebenarnya
sebesar 84,39 %.
0
5
7,5
Tegangan (volt)
10
I
Gambar 3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidnp (%) Benih Ikan
Gumme Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan
Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame untuk semua perlakuan berkisar
antara 85,00%-98,33%. Dari Gainbar 3 dapat dilihat pada perlakuan 0 Volt
memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah. Tingkat
kelangsungan hidup paling tinggi diperoleh pada perlakuan 10 Volt. Dari analisa
statistik (ANOVA) (Lampiran 1) diperoleh hasil bahwa kelangsungan hidup pada
kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan
pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kontrol dan
perlakuan memberi pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih
ikan gurame selama penelitian. Berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang
dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan
perlakuan 5, 7.5, dan 10 Volt.
4.1.3 Pertumbuhan Bobot
Data pertumbuhan bobot diperoleh dari bobot ikan gurame pada saat
pengambilan sampel yang dilakukan setiap sepuluh hari seperti tertera pada
Latnpiran 3. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan bobot selama penelitian
yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5, dan 10 Volt dan dipelihara di media bersalinitas 3
ppt tertera pada Garnbar 5.
1
Hari ke-
1
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Bobot (gram) Benih Ikan Gurame
Osphronemus gouranty, Lac pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan
Gambar tersebut menunjukkan kenaikan bobot rata-rata ikan pada setiap
perlakuan selama penelitian. Bobot rata-rata pada akhir masa pemeliharaan, nilai
tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt, yaitu sebesar 3,78 gramlekor. Sedangkan
yang terendah dicapai pada perlakuan 0 volt, yaitu sebesar 2,51 gramlekor
4.1.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Data pertumbuhan panjang mutlak diperoleh dari pengukuran panjang
total tubuh ikan gurame pada saat pengambilan sampel yang dilakukan setiap
sepuluh hari seperti tertera pada Lampiran 4. Hasil pengamatan terhadap
pertumbuhan panjang mutlak selama penelitian yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5,
dan 10 Volt dan dipelihara di media bersalinitas 3 ppt tertera pada Gambar 6.
0
10
20
30
40
Hari ke-
Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak (em) Benih Ikan Gurame
Osphronernus gorcmnzy, Lac Pada Setiap Perlakuan Selama
Pemeliharaan
Pertumbuhan panjang ikan gurame selama 40 hari pemeliharaan
mengalami peningkatan. Panjang rata-rata tertinggi dicapai pada perlakuan 10
volt, yaitu sebesar 5,64 cm, sedangkan yang terendah dicapai pada perlakuan 0
volt, yaitt~sebesar 4,98 cm. Dari analisa statistik (ANOVA) yang dilakukan
diketahui bahwa pertumbuhan panjang mutlak pada kontrol dan perlakuan secara
nyata dipengamhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95%
(p<0,05). Hal ini berarti bahwa kontrol dan perlakuan memberi respon yang
berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame selama
penelitian. Berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh
hasil yang berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5, dan 10
Volt.
4.1.5 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh ( P U R T )
Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PURT) diperoleh dari
pengukuran panjang usus dan panjang total tubuh yang dilakukan di awal dan di
akhir penelitian seperti tertera pada Lampiran 5. Hasil pengamatan terhadap rasio
PURT selama penelitian yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5, dan 10 Volt dan
dipelibara di media bersalinitas 3 ppt tertera pada Gambar 7.
1.09 (ac)
awal
akhir
0
5
7,5
10
Tegangan (volt)
Gambar 7. Histogram Rasio PURT Benih I h n Gurame Osphronenzus
gouranty, Lac Pada Setiap Perlakuan Selan~a Masa
Pemeliharaan
Rasio P U P T ikan gurame hingga akhir masa pemeliharaan mengalami
peningkatan. Pada awal pemeliharaan rasio P U P T sebesar 0,68 cmn, setelah 40
hari rasio PURT berkisar antara 1,02-1,29 cm. Nilai tertinggi dicapai pada
perlakuan 10 volt (1,29 em), sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0 volt (1,02
cm). Dari analisa statistik (ANOVA) yang dilakukan diketahui bahwa rasio
P U P T pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang
diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini lnenunjukkan bahwa
kontrol dan perlakuan meinberi respon yang berbeda terhadap rasio PURT benih
ikan gurame selama penelitian. Dari uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang
dilalntkan, diperoleh hasil yaug berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan
perlakuan 5 Volt dan 10 Volt.
4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan
Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang
dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Efisiensi pakan ikan
gurame selama 40 hari pelneliharaan berkisar antara 58,14-94,45 %. Nilai
tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt (94,45%), sedangkan nilai terendah pada
perlakuan 0 volt (58,14 %). Dari Gambar 8 diketahui bahwa semakin
meningkatnya tingkat pemberian medan listrik (x) menyebabkan efisiensi pakan
ikan gurame (y) lnenurun secara kuadratik (Gambar 8) inengikuti persamaan
y
=
-5,724 x2 +39,709 x
+ 25,676 dengan nilai determinasi (R') sebesar 0,9414.
Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan
yang dilakukan mendekati keadaan yang sebenarnya yaitu sebesar 94,14 %.
I
I
,--,--
I
-
T
I
1
80.00
60,OO -I
9445 (b)
88.72 (b)
58.14 (a)
40,OO
20.00
86 77 (b)
-
...
. ..
0
5
. ....
7,5
..
10
Tegangan (volt)
Gambar 8. Histogram Efisiensi Pakan (%) Benih Ikan Gnrame Osphronet~~us
gourattzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian
Dari analisa statistik (ANOVA) (Lampiran 6) yang dilakukan diketahui
bahwa efisiensi pemberian pakan pada kontrol dan perlakuan secara nyata
dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95%
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan memberi respon
yang berbeda terhadap efisiensi pernberian pakan benih ikan gurame selama
penelitian. Dari uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil
yang berbeda nyata antara kontrol(0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5 dan 10 Volt.
Parameter uji yang diamati untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir
I
\----I
Rasio P U P T 1 l,O2*O,O2'
/ 1,22*0,08" 11,0%0,049C1 1,29*0,14~*
Efisiensi Pakan / 5 8 , 1 4 ~ 5 , 3 5 ~1 86,77*2,5jb / 88,72*~,56~1 94,45*1,04~
Keterangan:
Huruf yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan tidak ada
perbedaan-yang nyata antara perl&an-pada P<0,05
4
5
1
1
4.1.7 Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor fisika kirnia yang dapat mempengaruhi
lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung merupakan gambaran
pengaruh perlakuan.
Tabel 3. Kisaran Parameter Kualitas Air Benih Ikan Gurarne Osphrorzenzus
gozrrmy, Lac Pada Setiap Perlakuan
Parameter
Suhu (OC)
PH
DWL (mS/cm)
TAN (me11 NH*-N)
0
24-26,3
Kisaran Nilai Perlakuan
5
7.5
24,l-26,4
24-26,3
10
24-26,4
5,52-7,56
5,07-7,49
5,68-7,54
5,49-7,49
4,30-6,43
0.0153-2.8754
4,33-6,56
0.0175-2.2928
4,02-5,93
3;86-6,17
0.0159-2.4580
0.0169-2.8058
4.2 Pembrl~asan
Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame selama perlakuan berkisar antara
85,OO-98,33%. Dari analisa statistik (ANOVA)
diperoleh hasil bahwa
kelangsungan hidup pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh
perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini berarti
bahwa kontrol dan perlakuan memberi pengaruh yang berbeda terhadap
kelangsungan hidup benih ikan gurame selama penelitian. Berdasarkan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara
kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5, dan 10 Volt.
Tiilgkat kelangsungan hidup pada perlakuan 10 Volt lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 98,33*2,89 %. Pamukcu (1997)
dala~tiFeriana (2005) menyatakan bahwa anion dan katioil suatu larutan akan
bergerak ke arah kutub yang berlawanan dibawah pengamh medan listrik
(elektromigrasi). Kondisi ini diduga menyebabkan sirkulasi dalam tubuh ikan
akan lebih lancar. Nair (1989) menyatakan bahwa induksi pada benda hidup
disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya
cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengamh gaya
yang dihasilkan oleh aliran ants listrik. Pemberian medan listrik pada media
pemeliharaan dapat memberikan pengaruh negatif pada kualitas air yaitu adanya
gaya tarik menarik antara ion yang terlamt dengan kutub elektroda yang berbeda
muatan. Efek negatif ini tidak berpengaruh pada proses osmoregulasi ikan, karena
ion-ion dalain media bersalinitas terdapat dalam jumlah yang banyak. Dalam
menjaga keseimbangan osmotik tubuh ikan diperlukan ion-ion terlarut di perairan
sebagai media pengganti. Amonia dalam tubuh akan keluar ke lingkungan melalui
pertukaran dengan ion ~ a (Wedemeyer,
'
1996).
Selanjutnya, Holiday (1969) menyatakan bahwa pada kondisi tertentu
garam juga berfungsi mematikan bakteri air tawar, parasit, dan jamur ikan
P r o p m n i e or2 Chenzical Safety) (1989)
tertentu. Selain itu, P C S (Inter~~atiormal
menyatakan bahwa elektromagnetik mempengaruhi beberapa jenis fungsi biologis
seperti pertumbuhan sel, reproduksi, tingkah laku, fungsi kardiovaskular
(penyinaran akut), dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Berdasarkan analisa sidik ragam (Tabel 2), laju pertumbuhan harian dan
panjang mutlak ikan uji yang diberi perlakuan medan listrik memberikan
pengaiuh
nyata terhadap kontrol.
Nair
(1989)
mengemukakan
bahwa
elektromagnetik berinteraksi dengan hormon, neurotransmitter dan hormon
pertumbuhan. Pertumbuhan bobot dan panjang mutlak cendeiung meningkat
hingga akhir pemeliharaan. Dari Gambar 4, 5, dan 6 diketahui bahwa laju
pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot dan panjang mutlak tertinggi diperoleh
pada perlakuan
10 Volt yaitu masing-masing sebesar 3,74&0,07 %; 3,78
grarnlekor dan 2,15 5 0,18 cm.
Fathony (2004) dc~lamNuryandani (2005) menyebutkan bahwa secara
garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di dalam tubuh tergantung
kepada keadaan paparan radiasi seperti adanya benda lain di sekitar sumber
radiasi, dan sifat elektrik tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas).
Selanjutnya Arnaya (1980) dnlnm Suharyanto (2003) menambahkan bahwa pada
air yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage
yang tinggi juga. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah
merespon anls listrik, karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh
ikan. Selain itu media bersalinitas akan meningkatkan konduktivitas air karena
kandungan ion-ion terlarut lebih banyak dibandingkan perairan tawar (Effendi,
2000).
Media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt merupakan kondisi isoosmotik
untuk ikan gurame, sehingga energi ikan dapat dipakai lebih banyak untuk
pertumbuhan dibandingkan untuk osmoregulasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Jobling (1994) bahwa pembelanjaan energi untuk osmoregulasi dapat ditekan
apabila ikan dipelihara pada media yang isotonik, sehingga pemanfaatan pakan
menjadi efisien dan pertumbuhan menjadi lebih tinggi.
Rasio PUIPT ikan gurame hingga akhir masa pemeliharaan mengalami
peningkatan. Pada awal peineliharaan rasio P U P T sebesar 0,68 cln, setelah 40
hari rasio P U P T berkisar antara 1,02-1,29 cm. Nilai tertinggi dicapai pada
perlakuan 10 volt (1,29
f 0,14
cm), sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0
volt (1,02 =k 0,02 cm). Pada umulnnya semakin tinggi medan listrik, rasio P U P T
juga semakin tinggi. Pertainbahan rasio P U P T sesuai dengan pendapat Affandi
(1993) yang menyatakan bahwa usus ikan gurame masih mengalami
perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna. Dengan demikian, ikan
gurame mengalami perubahan dalam ha1 perbandingan PUlPT dari karakter ikan
karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora.
Efisiensi pakan pada ikan uji yang diberi perlakuan cendeiung meningkat
(Gambar 8). Sebagaimana diketahui, semakin panjang usus semakin lama pula
makanan berada dalam usus. Keadaan ini memungkinkan proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat yang terkandung dalam pakall akan semakin baik. Nuryandani
(2005) menyatakan bahwa pemaparan medan listrik dan medan magnet akan
meningkatkan kontraksi usus halus pada kelinci. Salah satu perubahan fisis
selama terjadi kontraksi otot adalah perubahan tegangan dan panjang (Goenarso,
2003). Radiasi tersebut aka1 lebih banyak diserap pada jaringan dengan kadar air
yang tinggi. Kondisi ini akan terjadi pada ikan yang dipelihara pada media
bersalinitas.
Pada penelitian ini ikan dipelihara hingga mencapai ukuran 3,28-6,96 cm.
Berdasarkan ukuran pasar kisaran tersebut dikategorikan ke dalam dua ukuran
pasar yaitu silet (3-5 cm) dan korek (5-7 cm). Hasil analisis penerimaan
(Lampiran 8) menunjukkan bahwa penerimaan lebih banyak pada perlakuan 10
Volt sebesar Rp 55.800,-, sedangkan penerimaan paling sedikit diperoleh pada
perlahall kontrol(0 Volt) yaitu sebesar Rp 43.600,-. Hal ini membuktikan bahwa
pemberian medan listrik yang dikombinasikan dengan media bersalinitas 3 ppt
memberikan pengamh dari segi biologi maupun ekonomi.
Berdasarkan parameter biologi, kualitas air selama pemeliharaan (Tabel 3)
berada pada kisaran optirnum untuk pertulnbuhan gurame. Nilai amonia
(Lampiran 7) selama masa pemeliharaan berfluktuasi. Pada hari kesepuluh nilai
amonia mencapai puncaknya di setiap perlakuan yaitu sebesar 0,0052-0,0093
mg/l. Hal ini terjadi karena adanya faktor adaptasi dari ikan terhadap media bam
yang mengakibatkan hasil rnetabolisme berupa amonia meningkat. Kandungan
amonia dalam perairan secara langsung dipenganlhi oleh pH dan suhu. Menurut
Sawyer dan Mc Carty (1978) dalam Effendi (2000) kadar N& pada perairan
tawar sebaiknya tidak melebihi 0.02 mg/l, sedangkan konsentrasi amonia yang
arnan menurut Wedemeyer (1996) dan Meade (1989) adalah 0,01 mg/l.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesirnpulan
Pemberian medan listrik hingga 10 Volt pada media pemeliharaan
bersalinitas 3 ppt dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
gurame. Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan terbaik diperoleh pada
perlakuan 10 Volt yaitu masing-masing sebesar 98,3312,89 % dan 3,7410,07 %.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kombinasi salinitas dan atau
tegangan yang berbeda.
DAPTAR PUSTAKA
Affandi, R.1993. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame Osphrorzenzzrs gozirmy.
Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1 (2) : 56-67.
Alabaster, J. S. and R. Lloyd.1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish.
Buttenvorths.297 p.
Black, V. 1957. Excretion and Osmoregulation. In Brown, M.E. (Ed). The
Physiology of Fishes, Vol I. Academic Press. New York.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Science Publishing Company Inc., New York. 318 hal.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pond Aquaculture. Birmingham Publishing
Co. Alabama.
Brown, M. E. 1957. Experimental Studies on Growth, p: 361-399. In M. E. Brown
(ed). The Physiology of Fishes. Vol I. Academic Press, New York.
Cholik, F. dan Daulay. 1985. Artemia salipta (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya).
MFISH Manual Seri No. 12
Damayanti, L. 2003. Pengamh Salinitas Air Terhadap Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan Benih Ikan Gurame Osphronemza gozmn?vy, Lac. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Dewi, E. S. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, 9, dan 12 ppt terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Ukuran 3-6 cm. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Edmonson, W. T. and G. G. Winberg. 1971. A Manual on Methods for the
Assesment of Secondary Productivity in Fresh Water.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor
Effendi, Hefni. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Bogor. Jurusan Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Feriana, A. 2005. Uji Laboratorium Penggunaan Arus Listrik Searah P C ) Untuk
Perbaikan Kualitas Air Genangan Tanah Sulfat Masam. Skripsi.
Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Gilles, R. and Ch. Jeania~~x.
1979. Osmoregulation and Ecology in Media of
Fluctuating Salinity. In: R. Gilles, ed. Mechanism of Osmoregulation in
Animals. John Willey and Sons. Toronto. Canada. p ;581-608.
Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman dan
Hall, New York. 194 p.
Goenarso, D. dan Suripto, Zulfiani. 2003. Efek Gosipol terhadap Kontraksi Usus
Halus Mencit Mzls nzzrscztlzls Swiss Webster Jantan Secara In Vitro.
Jurnal Matematika dan Sains, Vol. 9. No. 1, Maret 2004, 183-188.
Goldman, C. R. and A. J. Horne.1990. Limnology. Mc Graw-Hill International
Book Company.
Hoar, W. S. and Randall. D. J. 1971. Fish Physiology. Academic Press. New
York. p : 495-567.
Holiday, F. G. T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleost.
In : W. S. Hoar and D. J. Randall. Fish Physiology Volume I. Academic
Press. New York. p: 293-309.
Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish.
Fishing News (Book) Ltd. London. 436 p.
Huisman, E. A. 1987. Principles of Fish Production. Department of Fish Culture
and Fisheries. Wageningen Agricultural University. Wageningen, the
Netherlands. 170 pp.
IPCS International Programme on Chemical Safety. 1989. Magnetic Field Health
and Safety Guide. Health and Safety Guide No. 27, World Health
Organization, Geneva.
Itegin, M. and Gunay, I. 1993. Influence of Strong Static Magnetic Field on
Bioelectrical Characteristic of Rat Hemidiaphragm Muscle. Islamic
Acad Sci 5 (4) : 12-14.
Jobling, M. 1994. Fish Bioenergetics. Chapman and Hall, London. 309 p.
Kinne, 0. 1964. The Effect of Temperature and Salinity on Marine and
Brackishwater Animals. 11. Salinity and Temperature - Salinity
Combination. Oceanography and Marine Biologi Annual review. 2. 281339.
Mackereth, F.J.H., Heron, J. and Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater
Biological Association, Cumbria, UK.
Meade, J. W. 1989. Aquaculture Management. Van Nonstrand Reinhold. New
York.
Nair, I. 1989. Biological Effects of Power Frequency Electric and Magnetic
Fields. Background Paper, Assesment of Electric Power Wheeling and
Dealing : Technological Consideration for Increasing Competition,
OTA-BP-E-53, Washington DC : U. S. Goverment Printing Office.
Nuryandani, E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus Halus Kelinci
Akibat Paparan Medan Listrik dan Magnet Secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian
Bogor.
Opuszynski, K. and J. V. Shireman. 1995. Herbivorous Fishes. Culture and use
for Weed Management. Departmen of Fisheries and Aquatic Sciences
Institut of Food Agricultural Sciences, University Florida. CRC Press.
223 p.
Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standards for
Tropical Countries. Environmental Engineering Division, Asia Inst.
Tech. Bangkok. 59 p.
Peter, R. E. 1979. The Brain and Feeding Behavior, p : 121-153. In W. S. Hoar,
D. 3. Randall and J. R. Brett. (eds) Fish Physiology, Vol. VIII. Academic
Press. London.
Poernomo, A. 1989. Budidaya Air. Faktor Lingkungan Dominan pada Budidaya
Udang Intensif. Terjen~ahanoleh Soeyanto. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Rahardjo, M. F. 1980. Ichtiologi : Sistem Urogenital. Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup Benih Ikan Gurame
Osphronemzis gozrramy, Lac Ukuran 3,14 cm yang Dipelihara dengan
Padat Penebaran yang Berbeda dalam Akuarium Sistem Resirkulasi.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Volume I dan 11. Bina
Cipta. Jakarta.
Sitanggang, M. 1987. Budidaya Gurame. Penebar Swadaya. Jakarta
Spotte, H. S. 1970. Fish and Invertebrata Culture. Water Management in Close
System. Willey. Interscience. New York, 45 hal.
Stickney, R. R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. John Willey and Sons
Inc. New York. 375 p.
Suharyanto. 2003. Kajian Respon Udang Galah Terhadap Kejutan Listrik Arus
Bolak-balik Dalam Tangki Percobaan Skala Laboratorium. Tesis.
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di
Indonesia. PT. SastraHudaya. 132 hal.
Yandes, 2. 2003. Pengaiuh Lanjut Pemberian Pakan Berselulosa Tinggi Terhadap
Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame
OspJzroi~enzztsgoz~rmy Lac. Tesis. Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Weatherley, A. H. 1972. Growth and Ecology of Fish Populations. Academic
Press Inc. New York. 287 p.
Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish in Iiztensive Czrlttrre Systems.
Chapman and Hall, New York, 232 p.
Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3 18 hal.
Lampiran 1. Kelangsungan Hidup
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
0 Volt
80
85
90
85,00*5,00
Perlakuan
5 Volt
7,5 Volt
95
100
95
95
100
90
96,67+2,89 95,00*5,00
10 Volt
95
100
100
98,33*2,89
Anova: Single Factor
SUMMARY
Grozrps
Cozlizt
0
Szim
3
Sozlrce of
Variatio??
SS
Between Groups
Within Groups
322,9167
133,3333
456,25
Total
Perlakuan Rata-rata
Kontrol
85
5 Volt
96,66667
7.5 Volt
95
Average
255
Variarzce
85
MS
df
25
F
std
5,OO
P-value
F crit
3 107,6389 6,458333 0,015704 4,066181
8 16,66667
11
5 Volt
7.5 Volt
10 Volt
96,66667
95
98,33333
11,66667
10
13,33333
1,666667 1,666667
3,333333
Lampiran 2. Lajn Pertumbuhan Harian
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Cozozt
0
-
Szrm
Average
Vmiance
std
3 8,1445033 2,7148344 0,019461 0,139501
df
Vnviatiorl
Between
Groups
Within Groups
SS
1,664449
0,16125 16
Total
1,8257006
F
MS
3 0,5548163
8 0,0201564
KOntrol
7.5
5 Volt
11
7.5 Volt
F crit
27,5255 0,000144 4,066181
BNT = t a / 2 ( d Z ~ . s ) =~ 0,3189
E
Perlakuan Rata-rata
P-ltalzle
10 Volt
3,4323352 3,3420862 3,7396853
2,714834 0,717500s 0,6272517 1,0248508
3,432335
0,0902491 0,3073501
3,342086
0,3975991
Lampiran 4. Pertumbuhan Panjang Mntlak
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Sun?
Cozmt
3 4.320596
0
Average
1.440199
Vnriaizce
std
0.006882 0.082955
ANOVA
SS
MS
df
F
0,867062
3 0,289021 13,18545 0,001833 4,066181
0,175357
8
Total
1,042419
11
BNT = t a / 2(dbs)x
-= 0,3326
Perlakuan Rata-rata
Kontrol
0,02192
5 Volt
7.5 Volt
10 Volt
1,992386 1,972481 2,153465
1,440199 0,552187 0,532282 0,713266
P-value
F crit
Varialio;~
Between
Groups
Within
Groups
Lampiran 5. Rasio Panjang Usus Terhadep Panjeng Total Tubuh (PUIPT)
Ulangan
1
2
3
Rata-rata
0 Volt
1,003
1,028
1,031
1,020,02
Perlakuan
5 Volt
7,5 Volt
1,175
1,085
1,171
1,047
1,305
1,125
1,2210,08 1,0950,04
10 Volt
1,373
1,130
1,361
1,29*0,14
p
p
Anova: Single Factor
SUMMARY
Grozips
Coziirt
0
5
7,s
10
Szmz
3
3
3
3
ANOVA
Source of
variatioir
Between Groups
Within Groups
0,133 13
0,05285 1
Total
0,185981
BNT
=
SS
t a / 2(dbs)x
Perlakuan Rata-rata
Kontrol
Average
Varimce
MS
df
F
P-valzte
F crit
3 0,044377 6,717263 0,014101 4,066181
8 0,006606
11
= 0,1826
5 Volt
STD
3,061492 1,020497 0,000245 0,015653
3,650911 1,21697 0,005851 0,076494
3,256689 1,085563 0,001543 0,039281
3,863501 1,287834 0,018786 0,137063
7.5 Volt
10 Volt
1
1,992386 1 1,972481 2,153465
Lampiran 6. Efisiensi Pakan
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groz~ps
Cozrnt
Sum
Average
58,1374
3
0
3
5
3
7,5
3
174,412
3
260,298
3
266,145
3
10
3
283,341
~arintior?
SS
df
Between
Groups
Within
Groups
2376,47
4
218.784
4
Total
2595,25
8
86,7661
88,7151
1
94,4470
2
MS
3
8
792,157
9
27,3480
5
Variant
e
28,5871
3
6,49758
4
73,2208
8
1,08661
8,55692
1,04240
6
F
P-value
28,9657
9
0,00012
11
i'p
BNT = ta / 2(dbs)x -= 11,7487
Perlakuan Rata-rata
Kontroi
7.5 "It
5 Volt
7.5 Volt
std
5,34669
3
2,54903
6
10 Volt
86,7661 88,7151 1 94,44702
58,13743 28,62867 30,57768 36,30959
86,7661
1,949012 7,680914
88,71511
5,731902
F crit
4,06618
1
Lampiran 7. Kualitas Air
A. Amonia (mgh)
0
10
20
40
30
Hari ke-
B. Nitrit (mgh)
2.-
1,oo
0,80
0,60
% 0,40
.-c
0,20
0,oo
0
10
20
30
40
hari ke-
C. Alkalinitas (mgh CaC03)
1
1
90.00
80.00
70,OO
2 60.00
50,OO
i". 40,OO
30,OO
20,oo
10,oo
:
.1
1
1
I
i
3
0,OO
0
10
20
Hare ke-
30
40
D. Kesadahan (mgn CaC03)
0
10
20
Hari ke-
30
40
Lampiran 8. Total Penerimaan
Download