PENGARUB MEDAN LISTRIK PADA MEDIA PEMELmRAAN BERSALINITAS 3 ppt TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN I(IDT.JP DAN PERTUMBUHAN IKAN GU Osphronetitus gourniny Lac. Oleh : Swardi Sitio C14103020 PROG STUD1 TEKNOLOGI DAN MANAmMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNUATAAN MENGENAI SKRlPSI DAN SUMBER INPORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PENGARUH MEDAN LISTRK PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronenzus gouratny Lac. adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2008 SWARD1 SITIO. Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemzrs goztramy Lac. Dibinlbing oleh KUKUH NIRMALA. Dalam pemeliharaan gurame masih banyak ditemui masalah, salah satunya adalah pertumbuhannya yang relatif lambat bila dibandingkan dengan jenis ikan budidaya lainnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan yaitu melalui pendekatan lingkungan dengan memanfaatkan salinitas dan paparan medan listrik. Salinitas dalam perairan akan mempengaruhi tekanan osmosis dan daya hantar listrik air (konduktivitas). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh medan listrik pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2007 di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 20 x 20 x 20 cm3 dengan volume air 5 liter dan kepadatan 4 ekorlliter. Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran panjang 3,52 10,25 cm dan bobot 0,86 1 0,15 gradekor. Sebelum diberi perlakuan ikan diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan salinitas 3 ppt. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Setelah diberikan pakan, dilakukan pemaparan medan listrik pada media pemeliharaan selama 3 menit. Perlakuan yang diberikan yaitu: perlakuan Kontrol (0 Volt), P1 (5 Volt), P2 (7,5 Volt) dan P4 (10 Volt). Pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali. Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata jika terdapat perbedaan. Peubah yang diamati adalah parameter biologi (kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, rasio Panjang UsusiPanjang Tubuh (PURT), efisiensi pakan) dan parameter kualitas air (suhu, DO, pH, DHL, alkalinitas, kesadahan, amonia dan nitrit). Pemberian medan listrik 10 Volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt menghasilkan nilai kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, rasio Panjang UsusiPanjang Tubuh (PUPT) dan efisiensi pakan yang paling baik, yaitu masing-masing sebesar 98,33&2,89 %; 3,7410,07 %; 3,78 gradekor; 2,1510,18 cm; 1,2910,14 dan 94,45*1,04 %. Adanya peningkatan parameter pertumbuhan selama pemeliharaan disebabkan perbedaan nilai konduktivitas antara ikan dan media. Ion-ion dalam perairan yang bersalinitas terdapat dalam dua bentuk, yaitu kation dan anion sehingga keberadaannya akan dipengaruhi medan listrik yang diberikan. Bentuk interaksi antara ion-ion tersebut dengan medan listrik berupa gaya tarik-menarik antara kutub yang berbeda. Kondisi ini diduga menyebabkan sirkulasi dalam tubuh ikan aka11 lebih lancar. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik. PENGARUH MEDAN LISTRIK PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALENITAS 3 ppt TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osplrronerrtusgournnty Lac. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pads Fakultas Periknnan dan Rmu Kelantan Institut Pertanian Bogor Oleh: Swardi Sitio C14103020 PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI DAN MLANAmMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Judul : PENGARUH Nama MEDAN LISTIUK PADA MEDIA PEMELIBlARAAN BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphroizenzus gournnly LAC : Swardi Sitio NRP : C14103020 Menyetujui, Pembimbing Dr. Kukuh Nirmala NIP. 131691469 Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ; , ,. .,.-:.* $ v.,'*. '4b>>, : :8 j:.:?,] Tanggal Lulus : ...... ...... ........... KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departeman Bududaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, atas dukungan berupa materi, doa, dan motivasi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum dan Ibu Dr. Munti Yuhana yang telah bersedia menjadi dosen tamu pada ujian akhir penulis. 4. Ibu Sri Nuryati, M.Si sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi selama perkuliahan. 5. Seluruh staf pengajar di Departemen Budidaya Perairan. 6 . Bapak Jajang Ruhyana atas segala bantuan dan diskusinya dalam penelitian. 7. Devi Stevy Devily sebagai rekan dalam penelitian. 8. Saudara-saudaraku yang tersayang Risma, Nita, Rido, Syarif dan bang Arie yang selalu memberikan dukungan dalam segala ha1 kepada penulis. 9. Seluruh teman-teman BDP angkatan 40 atas segala bantuan dan kerjasamanya. 10. Rekan-rekan di Wisma Persia atas segala kebersamaan dan solidaritasnya selama ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan semoga segala budi baik yang telah diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapat pahala kebaikan yang setimpal dari Allah SWT. Bogor, Januari 2008 Penulis DAFTAR W A Y A T HIDUP Penulis dilahirkan di Tigaras, pada tanggal 28 Februari 1986, sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Sitio dan Ibu M. Silalahi. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN 1 Parbalohan pada tahun 1991-1997, SLTPN 1 Dolok Pardamean pada tahun 1997-2000. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan studinya di SMU Angkasa-1 Lanud Medan dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selaina masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi (tahun 2005-2006). Penulis juga aktif berpartisispasi dalam kegiatan Temu Bisnis dan Pameran Perikanan dan Kelautan IPB tahun 2006 sebagai panitia. Penulis pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah yaitu Fisiologi Hewan Air (tahun 200512006 dan 200612007), Dasar-dasar Akuakultur (tahun 200612007 dan 200712008), Fisiologi dan Tingkah Laku Larva (2006/2007), Fisika Kimia Perairan (200612007), Pengelolaan Produk Perikanan Budidaya (200712008) dan Praktek Pembenil~an (200712008). Prestasi yang pernah diraih penulis adalah sebagai Penyaji Terbaik 2 Tingkat Nasional dalam rangka Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XX di Universitas Lampung. Dalam usaha menambah wawasan dan pengetahuan di bidang akuakultur, penulis melakukan Praktek Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kue G~mthcrnodon specioszrs di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali pada bulan Juni-Agustus 2006. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul "Pengaruh Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt terhadap Tingkat Kelangsungan dan Hidup Pertumbuhan Ikan Gurame Osphrorzentt~s gourci~?zyLac". DAFTAR IS1 ............................................................ .................... * DAFTAR LAMPIRAN............................ ................................................., I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1.1 Latar Belakang . ....................................... 2.1 Biologi Ikan Guram 2.6 Osmoregulasi dan Salinitas...... ......... ..... ..... .., .... .......... ...... ..,,... ........,...........,.................* ............, 2.7.5 Alkalinita 111. BAHAN DAN MET Hill viii x xi xii 1 1 2 3 3 3 4 4 5 6 8 8 9 9 10 10 11 11 12 3.4 Prosedur Penelitian. ... ... ........................ ................. ... .............. ........ 3.4.1 Pemeliharaan Ikan Uji 3.4.2 Pemberian Perlakuan 3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Parameter Biolog ...... ............. ... ... ... .... 3.5.2 Parameter Kualitas Air ......... ... ... 3.6 Analisa Dat 14 14 14 15 15 15 15 16 16 18 19 IV. HASIL DAN PEhBAWASAN ..... ....,,,,,.,........, .... ,,..... ... ....., ,.,... ...... ... ... ............ 4.1 Hasil .... ....... 4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................. 4.1.2 Laju Pertumbuhan Harian 4.1.3 Pertumbuhan Bobot 4.1.4 Pertumbuhan Panj 4.1.5 Rasio Panjang Usus 4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan ..................................................... 4.1.7 Kualitas Air 20 20 20 21 22 23 24 25 26 .. 4.2 Pembahasan DAFTAR PUSTAKA 27 DAFTAR TABEL Hal 1. Persentase amoniak tak terionisasi (I% pada & pH ) dan temperature yang berbeda (Boyd, 1990) .................................................................. 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir pemeliharaan ikan gurame Osphro?zemztsgozirmy, Lac ....................... 3 . Kisaran parameter kualitas air benih ikan gyrame Osphroiremzls gourumy, Lac pada setiap perlakuan ..................................................... 12 26 26 DAPTAR GAMBAR 1. Skema Susunan Akuarium Percobaan................. ................................ 2. Skema Susunan Alat Percobaan 3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Gurame Osphrorzemus gozrrmzy, Lac pada Setiap Perlahan Selama Pemeliharaan........................................................................................ 4. Histogram Laju Pertumbuhan Harian (%) Benih Ikan Gurame Osphronemus gozrranzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama 5. Grafik Pert gozrrunzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan ................. 6. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Gurame Osphrorzenzus gourmy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaa 7. Histogram Rasio PU/PT Benih Ikan Gurame Osphronernzrs go~rramy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Masa Pemeliharaan ........................ 8. Histogram Efisiensi Pakan (%) Benih Ikan Gurame Osphrorzemus gotrrumy, Lac pada setiap Perlakuan Selama Penelitian ....................... DAFTAR LAMPIMN 1. Kelangsungan Hidup 2. Laju Pertumbuhan Harla 3. Pertumbuhan Bobot 4. Pertumbuhan Panj 5. Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PUIPT)................. 6. Efisiensi Pakan 7. Kualitas Ai 8. Total Penerimaa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Saat ini, harga benih ikan gurame di pasaran berukuran silet Rp. 600,00/ekor, ukuran korek Rp.1.200,001ekor dan ukuran rokok Rp. 2.000,001ekor sedangkan ikan konsumsi berkisar Rp. 25.000,OO - 30.000,00/kg (Rahmadani, 2007). Ikan ini banyak dibudidayakan karena adaptif terhadap perubahan lingkungan termasuk suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, amoniak maupun nitrit. (Anonimous, 2003 dalam Dewi, 2006). Selain itu gurame merupakan salah satu jenis ikan yang tahan terhadap kekurangan oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas (Amri dan Khairuman, 2002 dalar12Dewi, 2006). Dalam pemeliharaan gurame masih banyak ditemui masalah, salah satunya adalah pertumbuhannya yang relatif lambat bila dibandingkan dengan jenis ikan budidaya lainnya. Pendekatan lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan dengan rnemanfaatkan paparan medan listrik pada media pemeliharaan belum pernah dilakukan. Menurut Itegin dan Gunay (1993), medan listrik dapat menimbulkan efek pada jaringan hidup. Mekanisme interaksi medan listrik dengaa benda hidup berupa induksi arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik (Nair, 1989). Ikan dapat merespon arus listrik karena merniliki organ electroreceptt Hoar dan Randal (1971) lnenulis bahwa elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizo~ztal skeletuge?zutrsseptzn?n (lateral line). Kemampuan ikan dalam inerespon arus listrik juga ditentukan oleh konduktivitas tubuh ikan dan air (Suharyanto, 2003). Konduktivitas air bersalinitas akan lebih tinggi dibandingkan air tawar. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di air adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutana proses osmoregulasi. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh (Holiday, 1969). Hasil penelitian Damayanti (2003) yang menggunakan benih ikan gurame ukuran 2-3 c n ~diketahui pertumbuhan ikan gurame lebih baik di nledia bersalinitas 3 ppt. Dewi (2006) yang menggunakan benih ikan gurame siap tebar di kolam yang berukuran 3-6 cm menyatakan bahwa gurame yang dipelihara di media bersalinitas 3 ppt pertumbuhannya lebih baik. Terkait dengan ha1 tersebut perlu dilakukan penelitian dengan kombinasi media bersalinitas dan pemberian medan listrik pada media pemeliharaan khususnya pada budidaya ikan gurame. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengamh medan listrik 0, 5, 7.5 dan 10 volt terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi I h n Gurame Menurut Saanin (1984), ikan gurame memiliki klasifikasi dan tatanama sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Labyrinthici Subordo : Anabantoide Family : Anabantidae Genus : Osphro?~ernzrs Species : Osphronenztis gouramy Lac. Secara morfologi ikan gurame mempunyai bentuk badan yang lebar dan pipih, garis rusuk lengkap tidak terputus, sepasang sirip perut yang telah mengalami modifikasi menjadi sepasang cambuk yang berfungsi sebagai alat peraba. Mulutnya kecil dan letaknya miring serta dapat disembulkan sehingga sedikit lebih panjang (Sumantadinata, 1983). Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa dan danau serta cocok dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurame dapat pula ~nenyesuaikandiri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya rendah (Sitanggang, 1987). 2.2 Eiektroreseptor pada Ikan Pada beberapa ikan yang dilengkapi organ listrik, elektroreseptor ditemukan pada seluruh bagian permukaan kepala serta di sepanjang permukaan dorsal dan ventralnya, tetapi tidak ditemukan pada kedua sisinya. Hoar dan Randal (1971) menulis bahwa elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizor~talskeletogeno~tsseptum (lateral line). Elektroreseptor dikelompokkan ke dalam dua jenis: tonic receptor dan phasic receptor. Tonic receptor aktif bekerja terus menerus membentuk ritme tertentu, inemberikan respon terhadap frekuensi rendah, dan memiliki saluran yang jelas menuju permukaan kulit. Phasic receptor hanya aktif bekerja dalam waktu singkat secara spontan sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak normal, sensitif terhadap frekuensi yang relatif tinggi, dan tidak memiliki saluran yang jelas menuju permukaan kulit. Grundfest (1966) d a l m Hoar dan Randal (1971) menjelaskan bahwa sel reseptor secara ulnuln dibagi menjadi tiga bagian: (1) the outer face (dipermukaan luar); (2) the"sidesn, dapat menjadi pasif pada toizic electroreceptor atau bagian yang peka terhadap listrik (elecfrically exitable) dalam phasic electroreceptor; dan (3) membran presynaptik, yang mengeluarkan transmitter jika syizapse sedang meneruskan pesan secara kimiawi. Tiga hngsi sel reseptor berkenaan dengan derzdritic (penerima implus), monal (penyalur implus) dan secvetory (pengeluaran implus ke sel berikutnya) dari sel syaraf secara umum. 2.3 Respon Ikan Terhadap Medan Listrik Ikan bersifat sebagai konduktor listrik karena otot dan cairan tubuh ikan adalah media yang dapat dialiri arus listrik. Perbedaan daya hantar atau konduktivitas di antara tubuh ikan (yf) dan air (7,) sangat menentukan biota air tersebut mudah atau sukar dalam merespon a s listrik. Jika yf 5 y , maka biota air sulit merespon medan listrik demikian juga sebaliknya jika y f > y , ikan akan lebih mudah merespon medan listrik. Nilai konduktivitas yf dan y,"mempengaruhi nilai body voltage (voltase antara kepala dan ekor). Pada air yang me~nilikinilai konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage yang tinggi juga. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon arus listrik, karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan (Arnaya, 1980 d a l m Suharyanto, 2003). 2.4 Pencernaan Proses pencernaan melibatkan komponen: bahan yang dicerna (pakan); struktur alatlsaluran pencernaan (usus) sebagai tempat pencernaan dan penyerapan nutrien; cairan digestif yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan (hati dan pankreas) serta dinding usus (Yandes, 2003). Usus sebagai salah satu segmen saluran pencernaan ikan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan zat makanan. Perbandingan panjang usus dengan panjang tubuh ikan herbivora (pemakan nabati) adalah 3,70- 6,0, ikan omnivora (pemakan nabati dan hewani) 1,30-4,20 dan ikan kamivora (pemakan hewani) adalah 0.50-2.40 panjang tubuh (Opuszynski dan Shireman, 1995). Ikan gurame adalah salah satu jenis ikan pe~nakantumbuh-tumbuhan air yang mempunyai usus yang pendek dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya. Menurut Affandi (1993) ikan gurame yang panjang total tubuhnya antara 3,s-5,O cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PUPT) sebesar 0,62-1,02, yang berukuran panjang total 8,9-11,9 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,ll-1,64. Sedangkan yang berukuran panjang total 13,515 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,31-2,3 1. Nilai-nilai tersebut menunjuklcan bahwa saluran pencernaan ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna (memiliki segmen-segmen yang lengkap). Dengan demikian selama pertumbuhannya, ikan gurame mengalami perubahan dalam ha1 perbandingan PU/PT dari karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora (Yandes, 2003). 2.5 Pertumbuhrn dm Kelrugsungru Hidup Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu (Weatherley, 1972; Effendi, 1979). Menurut Effendi (1979), pertumbuhan terdiri dari pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertumbuhan panjang atau berat yang dicapai dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan relatif adalah pertambahan panjang atau berat ikan dalam periode waktu tertentu, dihubungkan dengan panjang atau berat ikan pada awal periode tersebut. Pertumbuhan terjadi bila ada kelebihan masukan energi dan asam amino dari pakan. Energi dari pakan ini akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh serta menggantikan sel-sel yang telah rusak dan kelebihannya untuk pertumbuhan. Perturnbullan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah keturunan, jenis kelamin, umur dan ketahanan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan pakan dan suhu perairan (Effendi, 1979). Ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas juga termasuk dalam faktor eksternal (Huet, 1971). Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan pakan yang dikonsumsi antara lain suhu, oksigen terlarut dan salinitas (Peter, 1979). Ikan yang dipelihara pada salinitas mendekati konsentrasi ion dalam darah (isoosmotik), menggunakan energi lebih banyak untuk pertumbuhan dibandingkan untuk osmoregulasi (Stickney, 1979). Holliday (1969) menyatakan bahwa pemeliharaan ikan pada kondisi isoosmotik merupakan efek yang menguntungkan karena adanya penyimpanan energi yang disebabkan menurunnya energi untuk proses osmosis dan efek ionik, sehingga pertumbuhan meningkat. Mortalitas menunjukkan banyak ikan yang mati atau hilang selama percobaan, biasanya besarnya mortalitas dinyatakan dalam persen (Winberg et al. daEnr11 Edmonson dan Winberg, 1971). Mortalitas yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter bagi kelangsungan hidup suatu organisme dalam hubungannya dengan ketahanan terhadap lingkungan, penyakit dan daya adaptasi. Jika keadaan lingkungan ada pada tingkat di luar batas tertentu terhadap daya tahan, maka pertumbuhan akan terhambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian secara perlahan-lahan atau kematian mendadak. Kelangsungan hidup dan metabolisme ikan akibat perubahan salinitas tergantung kepada dua hal, yaitu kemampuan cairan tubuh untuk berfungsi seminimal mungkin dan dengan waktu yang singkat pada kisaran osmotik internal dan konsentrasi ion tidak normal yang tumbuh secara mendadak. Yang kedua adalah kemampuan cairan tubuh yang bekerja sedikit mungkin dan pengembalian tekanan osmotik kembali ke normal (Holliday,1969). Kelangsungan hidup ikan air tawar di lingkungan berkadar garam bergantung pada jaringan insang, luas permukaan insang, laju konsumsi oksigen, daya tahan (toleransi) jaringan terhadap garam-garam dan kontrol permeabilitas (Black, 1957). 2.6 Osmoregulasi dan Satinitas Hewan-hewan vertebrata air, di dala~ntubuhnya rnengandung konsentrasi garam yang berbeda dari media lingkungannya (Stickney, 1979). Proses fisiologis dalaln tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut, maka ikan melakukan proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak dan disebut dengan sistem oslnoregulasi (Rahardjo, 1980). Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai konsentrasi cairan tubub yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya (hipertonik), sehingga garam-garam dari dalam tubuh ikan akan bilang rnelalui permukaan jaringan insang dan kulit pada proses difusi, juga melalui feses dan urine. Untuk menjaga agar garam-garam tubuh yang hilang seminimum mungkin, maka dilakukan penyerapan kembali garam-garam dalam pembuluh proksimal ginjal. Kehilangan garam-garam ini akan digantikan oleb garam-garam yang terdapat dalam pakan dan penyerapan aktif ion-ion garam yang berasal dari lingkungan perairan melalui insang (Spotte, 1970). Menurut Gilles dan Jeaniaux (1979) osmoregulasi pada organisme akuatik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1). Menjaga osmokonsentrasi cairan di luar sel (ekstraseluler) organ tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada salinitas medium eksternalnya, 2). Memelihara isoosmotik cairan dalam sel (interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler). Tiap spesies melniliki kisaran salinitas optimum, dan di luar kisaran ini ikan hams mengeluarkan energi lebih banyak untuk osmoregulasi (Boyd, 1990). Ikan air tawar yang dicaklimatisasikan ke media air bersalinitas lebih tinggi dari t~tbuhnyadengan cara menambah garam secara bertahap, melnperlihatkan perubaban konsentrasi garam tubuh secara berangsur-angsur akibat kontrol permeabilitas oleh hormon dan sistem saraf otomatis terhadap lingkungan baru dan pengaruh langsung sel-sel permukaan tubuhnya (Brown, 1957). Salinitas adalah konsentrasi total ion-ion (Na', K', ca2', Mg2', NO<, C1-, HCO?, ~04'7yang ada di air (Boyd, 1982). Stickney (1979) menyatakan salinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah dalam gram dari garam-garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut, setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, semua bromida dan iodin sudah ditransformasikan sehingga ekuivalen dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas merupakan salah satu faktor yang ada dalam sifat kimia air dan keberadaannya dalam air dapat menjadi faktor penghambat atau pemacu pertumbuhan ikan. Salinitas juga merupakan salah satu faktor penting yang menunjang kelangsungan hidup, konsumsi pakan, laju perturnbuhan, metabolisme dan distribusi ikan (Kinne, 1964). Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas akan semakin tinggi tekanan osmotik air. Tingkat tekanan osmotik yang diperlukan oleh ikan berbeda-beda menurut jenisnya sehingga toleransi terhadap salinitasnya berbeda-beda (Cholik dan Daulay, 1985). Salah satu aspek fisiologis ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi ion dalam cairan tubuh (Holliday, 1969). Ikan yang dipelihara pada kondisi salinitas yang sama dengan konsentrasi ion dalam darah akan lebih banyak menggunakan energi untuk pertumbuhan (Stickney, 1979). Salinitas yang optimal untuk pertumbuhan ikan gurame adalah 3-4 ppt (Dewi, 2006). 2.7 Kurlitas Air Air sebagai media tempat hidup organisme perairan hams mampu memenuhi persyaratan secara kualitas dan kuantitas sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme tersebut. Menurut Weatherley (1972), faktor-faktor lingkungan yatlg berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain suhu, pH, oksigen terlarut, amonia dan nitrit. 2.7.1 Suhu Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol, yaitu faktor pengendali kecepatan reaksi kimia dalam tubuh, termasuk proses metabolisme. Zhoff dan Mancrief dal~nlBoyd (1990) mengatakan bahwa sesuai dengan hukum Van Hoff, setiap peningkatan suhu sebesar 1 0 ' ~akan mengakibatkan laju prosesproses biokimia meningkat dua kali. Peningkatan suhu mengakibatkan toksisitas berbagai kontaminan terlarut meningkat, menurunkan konsentrasi oksigen terlarut, meningkatkan konsumsi oksigen karena meningkatnya suhu tubuh serta meningkatkan laju metabolisme. Penurunan suhu lingkungan dapat mengakibatkan rendahnya respon imunitas, mengurangi aktivitas, nafsu makan dan pertumbuhan (Wedemeyer, 1996). Kisaran suhu maksimum dan minimum yang dapat ditolerir ikan tergantung pada lama waktu aklimatisasi, konsentrasi oksigen terlarut serta jumlah dan jenis ion terlarut (Wedemeyer, 1996). Menurut Huet (1971), ikan gurame sangat sensitif dengan suhu yang rendah dan suhu air sekurang-kurangnya harus 15 Suhu ideal untuk pemeliharaan gurame berkisar antara 28-32 OC OC. (Sitanggang, 1987). 2.7.2 Oksigen Terlarut Ketersediaan oksigen terlarut merupakan faktor pembatas dalam pemeliharaan ikan. Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi organisme untuk menghasilkan energi. Energi tersebut penting untuk fungsi metabolisme, termasuk penyerapan dan asimilasi makanan serta pertumbuhan (Goddard, 1996). Menurut Boyd (1990), jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik bergantung pada spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu air, konsentrasi oksigen terlarut dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah dapat rnenimbulkan anoreksia, stres dan kernatian pada ikan. Jumlah oksigen maksimum yang terlarut dalam air tergantung pada suhu, salinitas dan altitude (Goddard, 1996; Wedemeyer, 1996). Menurut Duodorat dan Warren (1969) dolam Pescod (1973), konsentrasi oksigen yang dapat mendukung kehidupan organisme akuatik adalah mendekati atau di atas 3 ppm. 2.7.3 pH Nilai pH didefinisikan sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen (Boyd, 1990; Goldman dan Home, 1990). Pengaruh pH terhadap ikan bervariasi tergantung spesies, ukuran, suhu, konsentrasi karbondioksida dan kehadiran logam berat seperti Fe (Alabaster dan Lloyd, 1980). Leivestad dalam Boyd (1990) menyatakan bahwa jaringan insang menjadi sasaran utama untuk terkena stres asam. Nilai pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida (COz) dan alkalinitas (Mackereth et ~1,1989). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Nilai pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang melniliki pH rendah. Amonium tidak bersifat toksik, namun pada suasana pH yang tinggi, lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik. 2.7.4 Daya Hantar Listrik (DHL) Daya hantar listrik atau konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai konduktivitasnya. Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh pada nilai D m . Asam, basa, dan garam adalah penghantar listrik (konduktor) yang baik (Mackereth et a/., 1989 dalarn Effendi, 2000). Satuan dari konduktivitas adalah pmhos/cm atau pSiemens1cm. Kedua satuan tersebut setara (Mackereth el al., 1989 dalam Effendi, 2000). Nilai DHL air suling sekitar 1 pmhos/cm, sedangkan nilai DHL perairan alami sekitar 201500 pmhos/cm (Boyd, 1988 dalain Effendi, 2000). Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyaknya garam-garam terlarut di dalamnya (APHA, 1976 dalanz Effendi, 2000). Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milliSiemens per centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan kedalaman sebesar 20 meter. 2.7.5 Alkalinitas Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau dikenal dengan sebutan acid-rzezrlrali~rzgcqacity (ANC) atau kuantitas kation hidrogen. Menurut Wedemeyer (1996) alkalinitas adalah jumlah total dari konsentrasi bahan yang bersifat alkali (basa) yang larut dalam air. Menunrt Stickney (1979), alkalnitas perairan dalam budidaya diupayakan berada pada kisaran 30-200 mgll walaupun pada perairan dengan alkalinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah n~asihsering diytnakan untuk usaha budidaya. Kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberi kontribusi terbesar terhadap nilai alkalinitas dan kesadahan di perairan tawar. Kelarutan kalsium karbonat menurun dengan meningkatnya suhu dan karbondioksida (Effendi, 2000). Menurut Stickney (1979), alkalinitas perairan dalam budidaya diupayakan berada pada kisaran 30-200 mg/l. 2.7.6 Kesadahan Kesadahan total adalah konsentrasi logam berion bivalen dalam air (Boyd,1982). Logam berion divalen yang dominan dalam perairan adalah kalsium dan magnesium, maka kesadahan merupakan gambaran jymlah garam kalsium dan magnesium ( ~ e d e k e ~ e r1996). , ~ e s a d a h a ntotal biasanya dihubungkan dengan alkalinitas total karena anion d k i alkalinitas dan kation dari kesadahan berasal dari larutan mineral karbonat (Boyd, 1982), sehingga kesadahan juga merupakan kapasitas buffer (Wedemeyer, 1996)., Satuan kesadahan adalah mg/1 setara CaC03 (Boyd, 1982; Stickney, 1979; Wedemeyer, 1996). Pada air sadah yang mengandung kalsium dan magnesium cukup tinggi tidak bisa membentuk busa dari sabun (Boyd, 1982). Air yang cukup sadah lebih baik untuk keperluan budidaya karena mampu menyediakan kebutuhan kalsium dan mengurangi kerja osmotik yang mencakup pergantian elektrolit darah secara kontinyu yang hilang akibat produksi urin yang berlebihan pada ikan air tawar (Wedemeyer, 1996). Kalsium diperlukan dalam pembentukan tulang dan eksoskeleton, untuk osmoregulasi, mengurangi toksisitas dari ion hidrogen (v),amonia m)dan ion-ion logam. Pada umumnya konsentrasi kalsium akan meningkat dengan meningkatnya salinitas, sehingga ketika salinitas berada pada kisaran optimu~n untuk pertumbuhan, konsentrasi kalsium akan tercukupi (Boyd, 1982). Kesadahan yang baik untuk perikanan adalah lebih besar dari 20 mg/l setara CaC03 (Boyd, 1982), dan Stickney (1979) memberikan kisaran antara 20150 mg/l setara CaC03, sedangkan untuk keperluan budidaya insentif sebaiknya kesadahan ada pada kisaran 50-200 mgll setara CaC03 (Wedemeyer, 1996). 2.7.7 Amonia Amonia dihasilkan dari proses pemupukan, ekskresi ikan, dekomposisi mikrobial dari komponen nitrogen (Boyd, 1982). Amonia di perairan ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk ion yang tidak bersifat racun (NH4') dan bentuk gas (non ionik) yang bersifat racun m 3 ) . Amonia di dalam air mengalami hidrolisis: IT&'+ OHNH3 + H z 0 Kedua bentuk amonia tersebut berada dalam kesetimbangan. Reaksi tersebut tergantung pada pH. Bila pH perairan tinggi maka reaksi akan bergeser ke kiri (Poernomo, 1989). Konsentrasi amonia di perairan tergantung pH, suhu air, salinitas, konsentrasi oksigen, konsentrasi natrium dan kesadahan (Wedemeyer, 1996). Peningkatan amonia di perairan akan menurunkan ekskresi amonia oleh ikan sehingga amonia dalam darah dan jaringan meningkat. Amonia juga mengakibatkan laju konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat, kerusakan insang dan mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen (Boyd, 1990). Menurut Sawyer dan Mc Carty (1978) dalnrn Effendi (2000) kadar NH3 pada perairan tawar sebaiknya tidak melebihi 0.02 mgll. Komisi Pertimbangan Perikanan Daratan Eropa dalam Boyd (1990) menyatakan bahwa konsentrasi beracun amonia terhadap kehidupan ikan air tawar untuk jangka waktu singkat adalah 0,7 sampai 2,4 mg/l, sedangkan konsentrasi amonia yang aman menurut Wedemeyer (1996) dan Meade (1989) adalah 0,01 mg/l. Tabel 1. Persentase amoniak tak terionisasi (NH3). pada pE dan temperatur . yang berbeda. (Boyd 1990) Ternperatur (OC) -- 2.7.8 Nitrit Nitrit (N02) merupakan jumlah nitrogen yang sebagian mengalami oksidasi. Nitrit biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit di perairan alami, lebih kecil daripada nitrat karena nitrit bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen. Nitrit rnerupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nit~ifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi anaerob Fffendi, 2000). Nitrit bersifat toksik terltadap organisme karena mengoksidasi Fe+ dalam hemoglobin yang menyebabkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen menurun dan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh (Boyd, 1990). Nitrit dalam darah mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobiiz (Boyd, 1990). Methemoglobirz yang terbentuk tidak mampu mengikat oksigen (Boyd, 1990; Wedeineyer, 1996). Konsentrasi methenzoglobiiz yang normal dalam darah menurut Wedemeyer (1996) adalah 1-3 %. Apabila konsentrasi methemoglobii7 dalam darah mencapai 50 %, ikan akan mengalami hipoxia yang dapat menyebabkan kematian teiutama apabila konsentrasi oksigen terlalu rendah. Menurut Schwedler et al. (1985) dnlnm Boyd (1990), daya racun nitrit dipengaruhi oleh ukuran ikan, kandungan nitrit sebelumnya, nutrisi dan konsentrasi oksigen terlarut. Nitrit merupakan persenyawaan oksidan kuat sehingga mengoksidasi ion ferro dalam hemoglobin dan daya racun nitrit ini lebih kuat dalain air asin daripada air tawar (Spotte, 1970). Penurunan pH akan meningkatkan toksisitas nitrit karena akan dikonversi menjadi asam nitrit. ILI. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2007 di Laboratorium Lingkungan Lt.1 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Peitanian Bogor. 3.2 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap, dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan, yaitu: K = tanpa pemberian medal1 listrik P1 = inedan listrik 5 volt P2 = ~nedanlistrik 7.5 volt P3 = medan listrik 10 volt :. Dimana masing-masing perlakuan terdiri dari 3 kali ulangan. Model rancangan yang digunakan ialah : yij = p Keterangan : + pi + €ij yij = ulangan ke-j akibat perlakuan ke-i p = nilai tengah pi = pengaruh perlakuan ke-i €ij = galat PI P2 Gambar 1. Skema Susunan Akuarium Percobaan 3.3 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran 20x20~20 cm3, adaptor model N-905 P, hlblow alr pump, jangka sorong, timbangan, DO-meter, pH-meter, becker glass, buret, pipet volumetrik, erlenmeyer, spektrofotometer, refraktometer dan alat tulis Sedangkan hahan yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran panjang 3,52*0,25 cm dan bobot 0,86*0,15 gramlekor, akuades, Phenolpthtalein (pp), Bromoresol GreenIMethyl Red (BCGMR), HC1, buffer hardness, Eriochrome Black-T (EBT), Ethylen-Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), phenat, MnS04, chlorox, diazotizing reagent dan NED 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pemeliharaan Ikan Uji Akuarium sebagai wadab pemeliharaan terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan, kemudian diisi air media 3 ppt dengan volume total 5 liter. Benih ikan uji yang akan digunakan dalam perlakuan, terlebih dahulu diaklimatisasi dengan media bersalinitas 3 ppt selama dua hari. Setiap akuarium dimasukkan ikan uji dengan kepadatan 4 ekorlliter dan di pelihara selama 40 hari. Pakan yang digunakan adalah pakan komersil dengan metode pemberian secara ad libittin2 setiap 3 kali sehari, yaitu pukul 08.00, 13.00 dan 17 00 WIB Untuk mempertahankan kualitas air dalam media pemeliharaan, dilakukan pergantian air setiap hari sebanyak 20 % dari total volume air. 3.4.2 Pemberian Perlakuan Media pemeliharaan diberi medan listrik selama 3 menit Pemaparan ini dilakukan setiap 3 kali sehari setelah ikan uji diberi pakan Medan listrik dihasilkan oleh adaptor dengan tegangan keluar sesuai dengan perlakuan Gambar 2. Skema Susunan Alat Percobaan 3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Parameter Biologi Parameter biologi yang diamati adalah tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, rasio panjang usus terhadap panjang tubuh dan efisiensi pemberian pakan. Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari, ikan yang mati segera dikeluarkan dari wadah percobaan, dicatat dan tidak dilakukan penggantian terhadap ikan yang mati. Untuk menganalisa tingkat kelangsungan hidup ikan, digunakan persamaan sehagai berikut: Dimana : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan No = Jumlah ikan pada awal pengainatan (Effendi, 1979) Laju Pertumbuhan a). Laju Pertambahan Bobot Laju pertambahan bobot dihitung dengan cara ~nenimbangbenih ikan gurame dengan timhangan digital. Pengambilan sampel dilakukan setiap 10 hari sekali. Laju pertamhahan bobot dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Keterangan : a = Laju ht = Bobot Pertumnbuhan harian (%) rata-rata ikan pada waktu ke-t pemeliharaan gram) h o = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram) t = waktu pemeliharaan (hari) (Huisman, 1987) b). Panjang Mutlak Parameter panjang yang diukur dalam penelitian ini adalah panjang total. Panjang total adalah jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang (Effendie, 1979). Peilgukuran panjang total dilakukan setiap 10 hari sekali dengang menggunakan jangka sorong, sedangkan panjang mutlak dihitung berdasarkan rumus : Pfn = Pt - Po Keterangan :Pn7 = Panjang mutlak ikan pada hari ke-t (cm) Pt = Panjang total Po = Panjang ikan pada hari ke-t (cm) total ikan pada hari ke-0 (cm) (Effendi, 1979) Rasio Panjang Us~isTerl~adapPanjnng Tubuh (PUIPT) Pengukuran rasio panjang usus dan panjang tubuh (PUPT) dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan. PU Rasio Panjang UsuslPanjang Tubuh = PT Keterangan : PU = Panjang usus (cm) PT = Panjang tubuh (cm) (Affandi, 1993) Efisiensi Pemberian Pakan Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dihitung dengan persamaan : EPP = (K+ - wo ~d',) * 100% wpoko~~ Keterangan: EPP w, = Efisiensi pemberian pakan = Biomassa total ikan pada akhir penelitian wd = Biomassa total wo = Biomassa W,,h,, = Total jumlah ikan yang mati awal pemeliharaan ikan pakan yang diberikan (Zonneveld et al., 1991) 3.5.2 Parameter Kualitas Air a. Suhu Pengukuran suhu pada media pemeliharaan menggunakan thermometer air raksa (Hg) dengan satuan "C. b. Oksigen Terlarut ". Oksigen terlarut adalah juinlah mg/liter gas oksigen yang terlarut dalam air. Alat yang digunakan dalam pengukuran oksigen terlarut adalah DO-meter dengan metode membran elektro. c. pH pH adalah suatu faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh kadar COz terlarut dan alkalinitas. Alat yang digunakan adalah pH-meter dengan metode membran elektro. d. Daya Hantar Listrik ( D m ) Daya Hantar Listrik diukur dengan lnenggunakan Condz~ctivitymeter dengan metode membran elektro. Satuan yang digunakan adalah mS/cm. e. Alkalinitas Pengukuran alkalinitas menggunakan metode acidimetri dan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : Alkalinifas (~tzgCaC03/liter) = ml titran x N titran x 100/ 2 x 1000 rttl sampel f. Kesadahan Kesadahan diukur dengan menggunakan acidimetri, persamaan yang digunakan dalam pengukuran kesadahan adalah : Kesadahan (nzg CaCO, /liter) = rill fitran x N tibzrn x 100 x 1000 ml smpel g. Amoniak Metode yang digunakan dalaln pengukuran amonia adalah metode Indophenol. Amonia yang terukur, bergantung pada nilai pH dan suhu pada saat pengukuran. Persamaan yang digunakan dalam pengukuran amonia adalah : mg NH, /liter = abs sampel - abs blatrko x [abss tan d m ] abs standnv -abs blnnko h. Nitrit Metode yang digunakan adalah metode Sulfanilamide. Konsentrasi (ppm) N02-N yang terukur pada metode ini adalah kadar nitrogen yang terdapat pada nitrit. Untuk mengetahui konsentrasi NO2-N dibuat persamaan regresi (Y =A + BX) dari larutan standar. Pengukuran nitrit dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : nzg NO, /liter = abs sarnpel - abs blanko x [nbsstandnr] nbs s tan dar - abs blmrko 3.6 Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Analisa Ragam (ANOVA) dan uji-f pada selang kepercayaan 95%. Untuk melihat perbedaan antara perlakuan dilakukan dengan ~ijilanjut BNT (Beda Nyata Terkecil). Analisis data menggunakan perangkat lunak Excel 2003. IV. F U S E DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Semakin meningkatnya tingkat pemberian medan listrik (x) menyebabkan tingkat kelangsungan hidup ikan gurame (y) menurun secara kuadratik (Gambar 3) mengikuti persamaan y = -2,0833 xZ4-14,25 x + 73,75 dengan nilai determinasi ( R ~ )sebesar 0,8439. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan yang sebenarnya sebesar 84,39 %. 0 5 7,5 Tegangan (volt) 10 I Gambar 3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidnp (%) Benih Ikan Gumme Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame untuk semua perlakuan berkisar antara 85,00%-98,33%. Dari Gainbar 3 dapat dilihat pada perlakuan 0 Volt memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah. Tingkat kelangsungan hidup paling tinggi diperoleh pada perlakuan 10 Volt. Dari analisa statistik (ANOVA) (Lampiran 1) diperoleh hasil bahwa kelangsungan hidup pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kontrol dan perlakuan memberi pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurame selama penelitian. Berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5, dan 10 Volt. 4.1.3 Pertumbuhan Bobot Data pertumbuhan bobot diperoleh dari bobot ikan gurame pada saat pengambilan sampel yang dilakukan setiap sepuluh hari seperti tertera pada Latnpiran 3. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan bobot selama penelitian yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5, dan 10 Volt dan dipelihara di media bersalinitas 3 ppt tertera pada Garnbar 5. 1 Hari ke- 1 Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Bobot (gram) Benih Ikan Gurame Osphronemus gouranty, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan Gambar tersebut menunjukkan kenaikan bobot rata-rata ikan pada setiap perlakuan selama penelitian. Bobot rata-rata pada akhir masa pemeliharaan, nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt, yaitu sebesar 3,78 gramlekor. Sedangkan yang terendah dicapai pada perlakuan 0 volt, yaitu sebesar 2,51 gramlekor 4.1.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak Data pertumbuhan panjang mutlak diperoleh dari pengukuran panjang total tubuh ikan gurame pada saat pengambilan sampel yang dilakukan setiap sepuluh hari seperti tertera pada Lampiran 4. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan panjang mutlak selama penelitian yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5, dan 10 Volt dan dipelihara di media bersalinitas 3 ppt tertera pada Gambar 6. 0 10 20 30 40 Hari ke- Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Panjang Mutlak (em) Benih Ikan Gurame Osphronernus gorcmnzy, Lac Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan Pertumbuhan panjang ikan gurame selama 40 hari pemeliharaan mengalami peningkatan. Panjang rata-rata tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt, yaitu sebesar 5,64 cm, sedangkan yang terendah dicapai pada perlakuan 0 volt, yaitt~sebesar 4,98 cm. Dari analisa statistik (ANOVA) yang dilakukan diketahui bahwa pertumbuhan panjang mutlak pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengamhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kontrol dan perlakuan memberi respon yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame selama penelitian. Berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5, dan 10 Volt. 4.1.5 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh ( P U R T ) Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PURT) diperoleh dari pengukuran panjang usus dan panjang total tubuh yang dilakukan di awal dan di akhir penelitian seperti tertera pada Lampiran 5. Hasil pengamatan terhadap rasio PURT selama penelitian yang diberi perlakuan 0, 5, 7.5, dan 10 Volt dan dipelibara di media bersalinitas 3 ppt tertera pada Gambar 7. 1.09 (ac) awal akhir 0 5 7,5 10 Tegangan (volt) Gambar 7. Histogram Rasio PURT Benih I h n Gurame Osphronenzus gouranty, Lac Pada Setiap Perlakuan Selan~a Masa Pemeliharaan Rasio P U P T ikan gurame hingga akhir masa pemeliharaan mengalami peningkatan. Pada awal pemeliharaan rasio P U P T sebesar 0,68 cmn, setelah 40 hari rasio PURT berkisar antara 1,02-1,29 cm. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt (1,29 em), sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0 volt (1,02 cm). Dari analisa statistik (ANOVA) yang dilakukan diketahui bahwa rasio P U P T pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini lnenunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan meinberi respon yang berbeda terhadap rasio PURT benih ikan gurame selama penelitian. Dari uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilalntkan, diperoleh hasil yaug berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5 Volt dan 10 Volt. 4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Efisiensi pakan ikan gurame selama 40 hari pelneliharaan berkisar antara 58,14-94,45 %. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt (94,45%), sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0 volt (58,14 %). Dari Gambar 8 diketahui bahwa semakin meningkatnya tingkat pemberian medan listrik (x) menyebabkan efisiensi pakan ikan gurame (y) lnenurun secara kuadratik (Gambar 8) inengikuti persamaan y = -5,724 x2 +39,709 x + 25,676 dengan nilai determinasi (R') sebesar 0,9414. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan yang sebenarnya yaitu sebesar 94,14 %. I I ,--,-- I - T I 1 80.00 60,OO -I 9445 (b) 88.72 (b) 58.14 (a) 40,OO 20.00 86 77 (b) - ... . .. 0 5 . .... 7,5 .. 10 Tegangan (volt) Gambar 8. Histogram Efisiensi Pakan (%) Benih Ikan Gnrame Osphronet~~us gourattzy, Lac pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian Dari analisa statistik (ANOVA) (Lampiran 6) yang dilakukan diketahui bahwa efisiensi pemberian pakan pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kontrol dan perlakuan memberi respon yang berbeda terhadap efisiensi pernberian pakan benih ikan gurame selama penelitian. Dari uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol(0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5 dan 10 Volt. Parameter uji yang diamati untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir I \----I Rasio P U P T 1 l,O2*O,O2' / 1,22*0,08" 11,0%0,049C1 1,29*0,14~* Efisiensi Pakan / 5 8 , 1 4 ~ 5 , 3 5 ~1 86,77*2,5jb / 88,72*~,56~1 94,45*1,04~ Keterangan: Huruf yang sama pada setiap baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan-yang nyata antara perl&an-pada P<0,05 4 5 1 1 4.1.7 Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor fisika kirnia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung merupakan gambaran pengaruh perlakuan. Tabel 3. Kisaran Parameter Kualitas Air Benih Ikan Gurarne Osphrorzenzus gozrrmy, Lac Pada Setiap Perlakuan Parameter Suhu (OC) PH DWL (mS/cm) TAN (me11 NH*-N) 0 24-26,3 Kisaran Nilai Perlakuan 5 7.5 24,l-26,4 24-26,3 10 24-26,4 5,52-7,56 5,07-7,49 5,68-7,54 5,49-7,49 4,30-6,43 0.0153-2.8754 4,33-6,56 0.0175-2.2928 4,02-5,93 3;86-6,17 0.0159-2.4580 0.0169-2.8058 4.2 Pembrl~asan Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame selama perlakuan berkisar antara 85,OO-98,33%. Dari analisa statistik (ANOVA) diperoleh hasil bahwa kelangsungan hidup pada kontrol dan perlakuan secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada selang kepercayaan 95% (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kontrol dan perlakuan memberi pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurame selama penelitian. Berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang dilakukan, diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol (0 Volt) dengan perlakuan 5, 7.5, dan 10 Volt. Tiilgkat kelangsungan hidup pada perlakuan 10 Volt lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 98,33*2,89 %. Pamukcu (1997) dala~tiFeriana (2005) menyatakan bahwa anion dan katioil suatu larutan akan bergerak ke arah kutub yang berlawanan dibawah pengamh medan listrik (elektromigrasi). Kondisi ini diduga menyebabkan sirkulasi dalam tubuh ikan akan lebih lancar. Nair (1989) menyatakan bahwa induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengamh gaya yang dihasilkan oleh aliran ants listrik. Pemberian medan listrik pada media pemeliharaan dapat memberikan pengaruh negatif pada kualitas air yaitu adanya gaya tarik menarik antara ion yang terlamt dengan kutub elektroda yang berbeda muatan. Efek negatif ini tidak berpengaruh pada proses osmoregulasi ikan, karena ion-ion dalain media bersalinitas terdapat dalam jumlah yang banyak. Dalam menjaga keseimbangan osmotik tubuh ikan diperlukan ion-ion terlarut di perairan sebagai media pengganti. Amonia dalam tubuh akan keluar ke lingkungan melalui pertukaran dengan ion ~ a (Wedemeyer, ' 1996). Selanjutnya, Holiday (1969) menyatakan bahwa pada kondisi tertentu garam juga berfungsi mematikan bakteri air tawar, parasit, dan jamur ikan P r o p m n i e or2 Chenzical Safety) (1989) tertentu. Selain itu, P C S (Inter~~atiormal menyatakan bahwa elektromagnetik mempengaruhi beberapa jenis fungsi biologis seperti pertumbuhan sel, reproduksi, tingkah laku, fungsi kardiovaskular (penyinaran akut), dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan analisa sidik ragam (Tabel 2), laju pertumbuhan harian dan panjang mutlak ikan uji yang diberi perlakuan medan listrik memberikan pengaiuh nyata terhadap kontrol. Nair (1989) mengemukakan bahwa elektromagnetik berinteraksi dengan hormon, neurotransmitter dan hormon pertumbuhan. Pertumbuhan bobot dan panjang mutlak cendeiung meningkat hingga akhir pemeliharaan. Dari Gambar 4, 5, dan 6 diketahui bahwa laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot dan panjang mutlak tertinggi diperoleh pada perlakuan 10 Volt yaitu masing-masing sebesar 3,74&0,07 %; 3,78 grarnlekor dan 2,15 5 0,18 cm. Fathony (2004) dc~lamNuryandani (2005) menyebutkan bahwa secara garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di dalam tubuh tergantung kepada keadaan paparan radiasi seperti adanya benda lain di sekitar sumber radiasi, dan sifat elektrik tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas). Selanjutnya Arnaya (1980) dnlnm Suharyanto (2003) menambahkan bahwa pada air yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage yang tinggi juga. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon anls listrik, karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan. Selain itu media bersalinitas akan meningkatkan konduktivitas air karena kandungan ion-ion terlarut lebih banyak dibandingkan perairan tawar (Effendi, 2000). Media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt merupakan kondisi isoosmotik untuk ikan gurame, sehingga energi ikan dapat dipakai lebih banyak untuk pertumbuhan dibandingkan untuk osmoregulasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jobling (1994) bahwa pembelanjaan energi untuk osmoregulasi dapat ditekan apabila ikan dipelihara pada media yang isotonik, sehingga pemanfaatan pakan menjadi efisien dan pertumbuhan menjadi lebih tinggi. Rasio PUIPT ikan gurame hingga akhir masa pemeliharaan mengalami peningkatan. Pada awal peineliharaan rasio P U P T sebesar 0,68 cln, setelah 40 hari rasio P U P T berkisar antara 1,02-1,29 cm. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 10 volt (1,29 f 0,14 cm), sedangkan nilai terendah pada perlakuan 0 volt (1,02 =k 0,02 cm). Pada umulnnya semakin tinggi medan listrik, rasio P U P T juga semakin tinggi. Pertainbahan rasio P U P T sesuai dengan pendapat Affandi (1993) yang menyatakan bahwa usus ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna. Dengan demikian, ikan gurame mengalami perubahan dalam ha1 perbandingan PUlPT dari karakter ikan karnivora ke karakter ikan omnivora atau herbivora. Efisiensi pakan pada ikan uji yang diberi perlakuan cendeiung meningkat (Gambar 8). Sebagaimana diketahui, semakin panjang usus semakin lama pula makanan berada dalam usus. Keadaan ini memungkinkan proses pencernaan dan penyerapan zat-zat yang terkandung dalam pakall akan semakin baik. Nuryandani (2005) menyatakan bahwa pemaparan medan listrik dan medan magnet akan meningkatkan kontraksi usus halus pada kelinci. Salah satu perubahan fisis selama terjadi kontraksi otot adalah perubahan tegangan dan panjang (Goenarso, 2003). Radiasi tersebut aka1 lebih banyak diserap pada jaringan dengan kadar air yang tinggi. Kondisi ini akan terjadi pada ikan yang dipelihara pada media bersalinitas. Pada penelitian ini ikan dipelihara hingga mencapai ukuran 3,28-6,96 cm. Berdasarkan ukuran pasar kisaran tersebut dikategorikan ke dalam dua ukuran pasar yaitu silet (3-5 cm) dan korek (5-7 cm). Hasil analisis penerimaan (Lampiran 8) menunjukkan bahwa penerimaan lebih banyak pada perlakuan 10 Volt sebesar Rp 55.800,-, sedangkan penerimaan paling sedikit diperoleh pada perlahall kontrol(0 Volt) yaitu sebesar Rp 43.600,-. Hal ini membuktikan bahwa pemberian medan listrik yang dikombinasikan dengan media bersalinitas 3 ppt memberikan pengamh dari segi biologi maupun ekonomi. Berdasarkan parameter biologi, kualitas air selama pemeliharaan (Tabel 3) berada pada kisaran optirnum untuk pertulnbuhan gurame. Nilai amonia (Lampiran 7) selama masa pemeliharaan berfluktuasi. Pada hari kesepuluh nilai amonia mencapai puncaknya di setiap perlakuan yaitu sebesar 0,0052-0,0093 mg/l. Hal ini terjadi karena adanya faktor adaptasi dari ikan terhadap media bam yang mengakibatkan hasil rnetabolisme berupa amonia meningkat. Kandungan amonia dalam perairan secara langsung dipenganlhi oleh pH dan suhu. Menurut Sawyer dan Mc Carty (1978) dalam Effendi (2000) kadar N& pada perairan tawar sebaiknya tidak melebihi 0.02 mg/l, sedangkan konsentrasi amonia yang arnan menurut Wedemeyer (1996) dan Meade (1989) adalah 0,01 mg/l. V. KESIMPULAN 5.1 Kesirnpulan Pemberian medan listrik hingga 10 Volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan gurame. Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 10 Volt yaitu masing-masing sebesar 98,3312,89 % dan 3,7410,07 %. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan kombinasi salinitas dan atau tegangan yang berbeda. DAPTAR PUSTAKA Affandi, R.1993. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame Osphrorzenzzrs gozirmy. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 1 (2) : 56-67. Alabaster, J. S. and R. Lloyd.1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Buttenvorths.297 p. Black, V. 1957. Excretion and Osmoregulation. In Brown, M.E. (Ed). The Physiology of Fishes, Vol I. Academic Press. New York. Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Science Publishing Company Inc., New York. 318 hal. Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pond Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Alabama. Brown, M. E. 1957. Experimental Studies on Growth, p: 361-399. In M. E. Brown (ed). The Physiology of Fishes. Vol I. Academic Press, New York. Cholik, F. dan Daulay. 1985. Artemia salipta (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). MFISH Manual Seri No. 12 Damayanti, L. 2003. Pengamh Salinitas Air Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame Osphronemza gozmn?vy, Lac. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Dewi, E. S. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, 9, dan 12 ppt terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Ukuran 3-6 cm. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Edmonson, W. T. and G. G. Winberg. 1971. A Manual on Methods for the Assesment of Secondary Productivity in Fresh Water. Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor Effendi, Hefni. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Bogor. Jurusan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Feriana, A. 2005. Uji Laboratorium Penggunaan Arus Listrik Searah P C ) Untuk Perbaikan Kualitas Air Genangan Tanah Sulfat Masam. Skripsi. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gilles, R. and Ch. Jeania~~x. 1979. Osmoregulation and Ecology in Media of Fluctuating Salinity. In: R. Gilles, ed. Mechanism of Osmoregulation in Animals. John Willey and Sons. Toronto. Canada. p ;581-608. Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman dan Hall, New York. 194 p. Goenarso, D. dan Suripto, Zulfiani. 2003. Efek Gosipol terhadap Kontraksi Usus Halus Mencit Mzls nzzrscztlzls Swiss Webster Jantan Secara In Vitro. Jurnal Matematika dan Sains, Vol. 9. No. 1, Maret 2004, 183-188. Goldman, C. R. and A. J. Horne.1990. Limnology. Mc Graw-Hill International Book Company. Hoar, W. S. and Randall. D. J. 1971. Fish Physiology. Academic Press. New York. p : 495-567. Holiday, F. G. T. 1969. The Effect of Salinity on the Eggs and Larvae of Teleost. In : W. S. Hoar and D. J. Randall. Fish Physiology Volume I. Academic Press. New York. p: 293-309. Huet, M. 1971. Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book) Ltd. London. 436 p. Huisman, E. A. 1987. Principles of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries. Wageningen Agricultural University. Wageningen, the Netherlands. 170 pp. IPCS International Programme on Chemical Safety. 1989. Magnetic Field Health and Safety Guide. Health and Safety Guide No. 27, World Health Organization, Geneva. Itegin, M. and Gunay, I. 1993. Influence of Strong Static Magnetic Field on Bioelectrical Characteristic of Rat Hemidiaphragm Muscle. Islamic Acad Sci 5 (4) : 12-14. Jobling, M. 1994. Fish Bioenergetics. Chapman and Hall, London. 309 p. Kinne, 0. 1964. The Effect of Temperature and Salinity on Marine and Brackishwater Animals. 11. Salinity and Temperature - Salinity Combination. Oceanography and Marine Biologi Annual review. 2. 281339. Mackereth, F.J.H., Heron, J. and Talling, J.F. 1989. Water Analysis. Freshwater Biological Association, Cumbria, UK. Meade, J. W. 1989. Aquaculture Management. Van Nonstrand Reinhold. New York. Nair, I. 1989. Biological Effects of Power Frequency Electric and Magnetic Fields. Background Paper, Assesment of Electric Power Wheeling and Dealing : Technological Consideration for Increasing Competition, OTA-BP-E-53, Washington DC : U. S. Goverment Printing Office. Nuryandani, E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus Halus Kelinci Akibat Paparan Medan Listrik dan Magnet Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Opuszynski, K. and J. V. Shireman. 1995. Herbivorous Fishes. Culture and use for Weed Management. Departmen of Fisheries and Aquatic Sciences Institut of Food Agricultural Sciences, University Florida. CRC Press. 223 p. Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standards for Tropical Countries. Environmental Engineering Division, Asia Inst. Tech. Bangkok. 59 p. Peter, R. E. 1979. The Brain and Feeding Behavior, p : 121-153. In W. S. Hoar, D. 3. Randall and J. R. Brett. (eds) Fish Physiology, Vol. VIII. Academic Press. London. Poernomo, A. 1989. Budidaya Air. Faktor Lingkungan Dominan pada Budidaya Udang Intensif. Terjen~ahanoleh Soeyanto. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Rahardjo, M. F. 1980. Ichtiologi : Sistem Urogenital. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup Benih Ikan Gurame Osphronemzis gozrramy, Lac Ukuran 3,14 cm yang Dipelihara dengan Padat Penebaran yang Berbeda dalam Akuarium Sistem Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Volume I dan 11. Bina Cipta. Jakarta. Sitanggang, M. 1987. Budidaya Gurame. Penebar Swadaya. Jakarta Spotte, H. S. 1970. Fish and Invertebrata Culture. Water Management in Close System. Willey. Interscience. New York, 45 hal. Stickney, R. R. 1979. Principle of Warmwater Aquaculture. John Willey and Sons Inc. New York. 375 p. Suharyanto. 2003. Kajian Respon Udang Galah Terhadap Kejutan Listrik Arus Bolak-balik Dalam Tangki Percobaan Skala Laboratorium. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-ikan Pemeliharaan di Indonesia. PT. SastraHudaya. 132 hal. Yandes, 2. 2003. Pengaiuh Lanjut Pemberian Pakan Berselulosa Tinggi Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame OspJzroi~enzztsgoz~rmy Lac. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Weatherley, A. H. 1972. Growth and Ecology of Fish Populations. Academic Press Inc. New York. 287 p. Wedemeyer, G. A. 1996. Physiology of Fish in Iiztensive Czrlttrre Systems. Chapman and Hall, New York, 232 p. Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3 18 hal. Lampiran 1. Kelangsungan Hidup Ulangan 1 2 3 Rata-rata 0 Volt 80 85 90 85,00*5,00 Perlakuan 5 Volt 7,5 Volt 95 100 95 95 100 90 96,67+2,89 95,00*5,00 10 Volt 95 100 100 98,33*2,89 Anova: Single Factor SUMMARY Grozrps Cozlizt 0 Szim 3 Sozlrce of Variatio?? SS Between Groups Within Groups 322,9167 133,3333 456,25 Total Perlakuan Rata-rata Kontrol 85 5 Volt 96,66667 7.5 Volt 95 Average 255 Variarzce 85 MS df 25 F std 5,OO P-value F crit 3 107,6389 6,458333 0,015704 4,066181 8 16,66667 11 5 Volt 7.5 Volt 10 Volt 96,66667 95 98,33333 11,66667 10 13,33333 1,666667 1,666667 3,333333 Lampiran 2. Lajn Pertumbuhan Harian Anova: Single Factor SUMMARY Groups Cozozt 0 - Szrm Average Vmiance std 3 8,1445033 2,7148344 0,019461 0,139501 df Vnviatiorl Between Groups Within Groups SS 1,664449 0,16125 16 Total 1,8257006 F MS 3 0,5548163 8 0,0201564 KOntrol 7.5 5 Volt 11 7.5 Volt F crit 27,5255 0,000144 4,066181 BNT = t a / 2 ( d Z ~ . s ) =~ 0,3189 E Perlakuan Rata-rata P-ltalzle 10 Volt 3,4323352 3,3420862 3,7396853 2,714834 0,717500s 0,6272517 1,0248508 3,432335 0,0902491 0,3073501 3,342086 0,3975991 Lampiran 4. Pertumbuhan Panjang Mntlak Anova: Single Factor SUMMARY Groups Sun? Cozmt 3 4.320596 0 Average 1.440199 Vnriaizce std 0.006882 0.082955 ANOVA SS MS df F 0,867062 3 0,289021 13,18545 0,001833 4,066181 0,175357 8 Total 1,042419 11 BNT = t a / 2(dbs)x -= 0,3326 Perlakuan Rata-rata Kontrol 0,02192 5 Volt 7.5 Volt 10 Volt 1,992386 1,972481 2,153465 1,440199 0,552187 0,532282 0,713266 P-value F crit Varialio;~ Between Groups Within Groups Lampiran 5. Rasio Panjang Usus Terhadep Panjeng Total Tubuh (PUIPT) Ulangan 1 2 3 Rata-rata 0 Volt 1,003 1,028 1,031 1,020,02 Perlakuan 5 Volt 7,5 Volt 1,175 1,085 1,171 1,047 1,305 1,125 1,2210,08 1,0950,04 10 Volt 1,373 1,130 1,361 1,29*0,14 p p Anova: Single Factor SUMMARY Grozips Coziirt 0 5 7,s 10 Szmz 3 3 3 3 ANOVA Source of variatioir Between Groups Within Groups 0,133 13 0,05285 1 Total 0,185981 BNT = SS t a / 2(dbs)x Perlakuan Rata-rata Kontrol Average Varimce MS df F P-valzte F crit 3 0,044377 6,717263 0,014101 4,066181 8 0,006606 11 = 0,1826 5 Volt STD 3,061492 1,020497 0,000245 0,015653 3,650911 1,21697 0,005851 0,076494 3,256689 1,085563 0,001543 0,039281 3,863501 1,287834 0,018786 0,137063 7.5 Volt 10 Volt 1 1,992386 1 1,972481 2,153465 Lampiran 6. Efisiensi Pakan Anova: Single Factor SUMMARY Groz~ps Cozrnt Sum Average 58,1374 3 0 3 5 3 7,5 3 174,412 3 260,298 3 266,145 3 10 3 283,341 ~arintior? SS df Between Groups Within Groups 2376,47 4 218.784 4 Total 2595,25 8 86,7661 88,7151 1 94,4470 2 MS 3 8 792,157 9 27,3480 5 Variant e 28,5871 3 6,49758 4 73,2208 8 1,08661 8,55692 1,04240 6 F P-value 28,9657 9 0,00012 11 i'p BNT = ta / 2(dbs)x -= 11,7487 Perlakuan Rata-rata Kontroi 7.5 "It 5 Volt 7.5 Volt std 5,34669 3 2,54903 6 10 Volt 86,7661 88,7151 1 94,44702 58,13743 28,62867 30,57768 36,30959 86,7661 1,949012 7,680914 88,71511 5,731902 F crit 4,06618 1 Lampiran 7. Kualitas Air A. Amonia (mgh) 0 10 20 40 30 Hari ke- B. Nitrit (mgh) 2.- 1,oo 0,80 0,60 % 0,40 .-c 0,20 0,oo 0 10 20 30 40 hari ke- C. Alkalinitas (mgh CaC03) 1 1 90.00 80.00 70,OO 2 60.00 50,OO i". 40,OO 30,OO 20,oo 10,oo : .1 1 1 I i 3 0,OO 0 10 20 Hare ke- 30 40 D. Kesadahan (mgn CaC03) 0 10 20 Hari ke- 30 40 Lampiran 8. Total Penerimaan