PERILAKU MENGAKSES SITUS PORNO MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK KEPADA ORANGTUA Erlang Syam Pradana FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dan perilaku siswa mengakses situs porno melalui media internet. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan negatif antara komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dengan perilaku mengakses situs porno melalui media internet. Semakin baik komunikasi interpersonal anak kepada orangtua maka semakin rendah pula perilaku mengakses situs porno melalui media internet, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 85 subjek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Mengakses Situs Porno Melalui Media Internet dan Skala Komunikasi Interpersonal Anak Kepada Orangtua. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dengan perilaku mengakses situs porno melalui media internet dengan nilai rxy = - 0,373 (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : perilaku mengakses situs porno, komunikasi interpersonal THE BEHAVIOR OF ACCESSING PORN SITES VIA INTERNET SEEN FROM CHILDREN’S INTERPERSONAL COMMUNICATION TO PARENTS Erlang Syam Pradana The Faculty of Psychology the University of Semarang ABSTRACT This research aims to empirically know the relationship between interpersonal communication by children to parents and students’ behaviour in accessing porn sites in the internet. A hypothesis proposed by the researcher is that there is a negative relationship between interpersonal communication by children to parents and behavior in accessing porn sites in the internet. The better the interpersonal communication by children to parents is, the lower the behavior of accessing porn sites in the internet, and vice versa. The subjects in this research are 85 in total. The technique of the sample is a clusters random sampling technique. This research uses the Scale of Behavior in Accessing Porn Sites in the Internet and Scale of Interpersonal Communication by Children to Parents. The analysis of data is conducted by using the Correlation of Product Moment. The result shows that there is a negative relationship between interpersonal communication by children to parents and the behavior in accessing porn sites via internet, with the magnitude rxy -- 0,373 ( p < 0.01 ), so that the hypothesis of the research is accepted. Key words: behavior in accessing porn sites, interpersonal communication 1 PENDAHULUAN mengenai individu. Proses belajar sosial Adanya layanan yang berbau pornografi di internet membuat penikmat (social learning) mengakibatkan terbentuknya internet individu yang tampak pada tingkah laku sosial menjadikannya sebagai sarana untuk melihat individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. hal-hal yang dapat merusak moral bangsa. Pornografi sebagai sesuatu yang umum di Banyak ditemui anak-anak di bawah umur kalangan mengakses situs “haram” tersebut. Situs porno ketertarikan remaja untuk mengakses situs yang terdapat di internet merupakan layanan porno melalui media internet, sehingga remaja yang dapat merusak mental generasi bangsa. menunjukkan perilaku mengakses situs porno Pornografi yang dapat merugikan diri sendiri. memancing kejahatan, seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan (Saputra, remaja dapat Undang-Undang menumbuhkan Republik Indonesia 2011). Hal ini tentunya sangat meresahkan Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi masyarakat dan juga pemerintah. Adanya Pasal 1, menyatakan bahwa pornografi adalah kemudahan dalam mengakses situs porno dan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, kurangnya pengawasan terhadap situs porno bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, semakin meningkatkan jumlah penikmat situs percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan porno. Roy Suryo (Suara Merdeka, 2010) lainnya menjelaskan bahwa penikmat situs porno di komunikasi dan/atau pertunjukan di muka Indonesia 54% nya berusia 15-20 tahun serta umum, lebih dari 90% pernah masuk situs porno baik eksploitasi seksual yang melanggar norma secara sengaja maupun tidak sengaja. Anak- kesusilaan dalam masyarakat. Setiap orang anak dan remaja yang mengakses situs porno dilarang melalui media internet dapat mengalami memperbanyak,menggandakan, ketagihan. Ketagihan terhadap pornografi luaskan, dapat menyebabkan gangguan perilaku dan mengekspor, kemampuan inteligensi yang dapat meluas ke belikan, arah gangguan hubungan sosial pada remaja. pornografi yang secara eksplisit memuat, Walgito (2004: 11) menyatakan bahwa melalui yang berbagai memuat bentuk kecabulan memproduksi, menyiarkan, menawarkan, menyewakan, persenggamaan, media atau termasuk atau membuat, menyebar mengimpor, memperjual menyediakan persenggamaan perilaku pada individu tidak timbul dengan yang sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya masturbasi atau onani, ketelanjangan atau stimulus mengenai tampilan yang mengesankan ketelanjangan, individu atau organisme. Perilaku merupakan alat kelamin, atau pornografi anak. setiap jawaban atau respon terhadap stimulus yang orang dilarang menyediakan jasa pornografi 2 atau rangsang yang menyimpang, kekerasan seksual, yang menyajikan eksplisit melalui internet, sebanyak 21 responden yang melihat video porno pertama kali melalui menyajikan komputer dan sebanyak 4 responden melihat secara eksplisit alat kelamin, mengeksploitasi video porno pertama kali melalui VCD. atau memamerkan aktivitas seksual, atau Dampak yang dimunculkan dari menonton menawarkan baik video porno menunjukkan bahwa sebanyak 11 langsung maupun tidak langsung layanan responden hanya berfantasi seksual saja, seksual. Meskipun Undang-Undang Republik sebanyak 18 responden pernah melakukan Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 dengan tegas fantasi seksual yang dikuti dengan masturbasi, menentang adanya pornografi dan pornoaksi, sebanyak 48 responden melakukan ciuman, namun berbagai tindakan yang melanggar sebanyak 15 responden melakukan ciuman masih saja terjadi dan bahkan dilakukan oleh yang diikuti dengan meraba pasangan, dan individu yang pada dasarnya menjadi publik sebanyak 4 responden ciuman yang sampai figur. melakukan oral seks. ketelanjangan mengesankan secara atau tampilan ketelanjangan, atau mengiklankan, Hasil penelitian yang dilakukan Raharjo Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 2005: dan Ahyani (2009: 5-6) tentang fenomena 13) menyatakan bahwa komunikasi yang video porno pada pelajar SMA yang dilakukan efektif paling tidak menimbulkan lima hal, terhadap 214 siswa kelas X dan kelas XI yaitu pengertian, kesenangan, perubahan pada SMA, menunjukkan bahwa dari 214 siswa, sikap, hubungan yang makin baik, dan sebanyak 123 responden pernah melihat video tindakan. Komunikasi dalam penelitian ini porno dan 91 responden belum pernah melihat adalah komunikasi interpersonal anak kepada video porno, 2 responden pernah melihat orangtua. Komunikasi interpersonal terbentuk video porno sejak di bangku SD, 53 responden karena adanya kepercayaan (trust) dari kedua yang melihat sejak di bangku SMP dan 68 belah pihak yang terlibat dalam komunikasi responden yang melihat sejak di bangku SMA. (Rakhmat, Sebanyak 118 responden melihat video porno interpersonal yang terjalin dengan baik antara pertama kali dikasih tahu oleh teman (lewat orangtua dan anak akan menjadikan remaja HP, Internet, VCD), sebanyak 3 responden berani mengkomunikasikan mengenai hal-hal yang mencari sendiri (internet, VCD) dan 2 yang responden tetangga. memberikan pengarahan yang dibutuhkan anak Sebanyak 74 responden melihat video porno mengenai seksualitas, khususnya pornografi pertama kali melalui HP, sebanyak 24 bahwa hal tersebut dapat merusak generasi responden melihat video porno pertama kali bangsa, sehingga anak dapat menghindari dikasih tahu oleh berbau 2005: 129). pornografi. Komunikasi Orangtua akan 3 perilaku mengakses situs porno melalui media sebagai komunikator melakukan komunikasi internet. persuasif ke anak dengan tujuan untuk Hasil penyebaran kuesioner penelitian yang dilakukan peneliti awal mengajarkan norma-norma pada Komunikasi interpersonal antara orangtua dan tanggal 02 Januari 2013 terhadap 40 orang anak siswa di salah satu SMA Swasta yang ada di menghindarkan anak dari adanya perilaku Semarang, juga bahwa mengakses situs porno melalui media internet komunikasi interpersonal kepada karena adanya pemahaman bahwa pornografi orangtua telah berlangsung dengan baik. dapat merugikan diri sendiri dan dapat Ketika siswa menghadapi suatu permasalahan, merusak masa depan. menunjukkan anak yang berjalan perilaku. efektif dapat siswa bersedia menyampaikannya kepada orangtua dengan maksud untuk mendapatkan masukan dari orangtua. Siswa menganggap bahwa orangtua bersedia memberikan masukan atas permasalahan yang disampaikan kepada orangtua. Siswa merasa lega setelah menyampaikan permasalahan kepada orangtua karena orangtua antusias dalam menanggapinya. Siswa merasa nyaman ketika sedang berkomunikasi dengan karena menganggap orangtua orangtua, mampu memposisikan diri sebagai pendengar dan Hasil penelitian yang dilakukan Prianti (2011: 3) tentang pengalaman komunikasi antar pribadi orangtua dan anak terhadap pemahaman anak pada norma-norma perilaku, menunjukkan bahwa makna atau esensi komunikasi antar pribadi orangtua dan anak secara umum dapat diekspresikan dari media internet Walgito (2003: 15) bahwa perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima kedekatan dan kebersamaan, pola komunikasi dan relasi partisipan dengan dirinya sendiri. Orangtua oleh individu yang bersangkutan baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Sobur (2003: 287) menyatakan bahwa perilaku dipergunakan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. merupakan pemberi masukan yang baik. pengalaman Perilaku mengakses situs porno melalui Sebenarnya semua perilaku rentetan kegiatan. Sebagai manusia, individu selalu melakukan sesuatu seperti berjalan-jalan, berbicara, makan, tidur, bekerja, dan sebagainya. Proses belajar sosial (social learning) mengakibatkan terbentuknya individu yang tampak pada tingkah laku sosial individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku merupakan hasil belajar yang berupa pengalaman (Santoso, 2010: 103-105). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi 4 Pasal 1, menyatakan bahwa pornografi adalah animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bentuk pesan lainnya yang memuat kecabulan bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, atau eksploitasi seksual yang melanggar norma percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan kesusilaan dalam masyarakat melalui internet. lainnya melalui media Dimensi-dimensi perilaku menurut Skiner, komunikasi dan/atau pertunjukan di muka Ditmer, dan Howel (dalam Shapiro dan umum, Kratochwill, 2000: 20), antara lain intensitas yang berbagai memuat bentuk kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma (intensity), kesusilaan dalam masyarakat. Hartono (1999: (duration), serta latency. 24) menyatakan bahwa istilah pornografi frekuensi (frequency), durasi Poling, Methot, dan LeSage (1995: 57-58) dapat dijabarkan dari dua kata. Porno, yang menyatakan bahwa berasal dari kata Yunani pornos, yang berarti perilaku, antara lain: cabul, kotor, tidak sopan dan grafi, yang a. Intensitas (intensity) Intensitas buku. Pornografi berarti tulisan cabul, tulisan indeks semangat dimana suatu perilaku yang tertentu dilakukan. cabul. Pada hakekatnya pornografi merupakan hasil kemampuan daya kekuatan) dari berarti tulisan, naskah, karangan, bacaan, berbobot (atau dimensi-dimensi merupakan b. Frekuensi (frequency) kreasi manusia. Lebih lanjut Hartono (1999: Frekuensi mengacu pada jumlah waktu 31) menyatakan bahwa pornografi membawa respon yang terjadi selama perilaku. serangkaian akibat negatif secara langsung, c. Durasi (duration) yaitu hubungan kelamin di luar hukum, seperti Durasi merupakan batas waktu untuk dari seks awal sampai akhir perilaku. prakinah, seks bebas, perkosaan, pelacuran, hubungan kelamin khayalan, misalnya masturbasi, onani, hubungan bahwa dimensi-dimensi perilaku mengakses kelamin tiruan, serta hubungan kelamin antar situs porno melalui pornografi antara lain makhluk, misalnya hubungan seks antara intensitas (intensity), frekuensi (frequency), manusia dengan binatang. serta durasi (duration) terhadap jenis-jenis Berdasarkan beberapa simpulan tersebut Berdasarkan uraian tersebut diketahui pornografi softcore, hardcore, obscenity. diketahui bahwa perilaku siswa mengakses Komunikasi interpersonal anak kepada situs porno melalui media internet adalah orangtua setiap cara reaksi atau respons individu terhadap tulisan, gambar, suara, sketsa, bunyi, ilustrasi, foto, gambar bergerak, Komunikasi interpersonal hendaknya dapat dilakukan antara anak kepada orangtua. Komunikasi antara anak kepada orangtua yang 5 baik ditandai orangtua dengan adanya membantu permasalahan anak kesediaan menyelesaikan (Graha, 2007: 6). Orang akan lebih menaruh kepercayaan kepada seseorang memiliki yang kemampuan, dianggap keterampilan Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan atau pengalaman dalam bidang tertentu. anak terbagi ke dalam dua level, yaitu level isi Manusia dan emosional. Level isi menyangkut apa disebabkan yang menjadi subjek aktual. Level emosional persepsi atau penilaian pribadi pada menyangkut emosi-emosi yang melekat pada maksud orang lain dalam hubungannya isi komunikasi (Steede, 2008: 57). dengan maksud dan tujuannya. Apabila Berdasarkan pendapat tokoh tersebut maka orang tersebut dapat komunikasi maksud, maka rasa percaya yang interpersonal anak kepada orangtua adalah dimiliki akan lebih tinggi ketimbang proses pertukaran pesan secara timbal balik dengan orang yang berbeda maksud antara antara anak kepada orangtua yang dan tujuan. dirumuskan ditandai bahwa dengan adanya menyampaikan oleh kepercayaannya adanya pengaruh memiliki kesamaan 2) Hubungan kekuasaan tatap muka guna Kepercayaan akan tumbuh jika orang- mencari kesamaan pemahaman terhadap suatu orang mempunyai kekuasaan terhadap pesan. orang lain. Seseorang akan percaya Menurut terdapat secara kesediaan anak menaruh Rakhmat tiga pembentukan sehingga (2005: aspek penting komunikasi akan 129-138) dalam interpersonal terbentuk hubungan interpersonal yang baik, yaitu: pada orang lain yang tunduk pada orang tersebut. 3) Sifat dan kualitas komunikasi Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan sudah jelas, bila ekspektasi a. Percaya (trust) Secara sudah akan tumbuh ilmiah, sikap percaya. Sikap ”percaya” percaya berkembang apabila setiap ”mengandalkan komunikan menganggap komunikan perilaku orang untuk mencapai tujuan lainnya berlaku jujur. Sikap tersebut yang dikehendaki, yang pencapaiannya terbentuk berdasarkan tidak pasti dan dalam situasi yang penuh dengan komunikan karena sikap resiko”. Ada tiga hal yang berhubungan percaya dengan sikap percaya, yaitu: bergantung kepada komunikan yang 1) Karakteristik dan maksud orang lain dihadapi. didefinisikan kata dinyatakan, maka sebagai dapat pengalaman berubah-ubah 6 b. Dukungan / Sikap suportif (supportiveness) Sikap suportif mengurangi random sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu Skala Perilaku Mengakses adalah sikap sikap yang defensif dalam komunikasi. Individu bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Situs Porno Melalui Media Internet dan Skala Komunikasi Anak Kepada Orangtua. Hubungan antara komunikasi interpersonal anak c. Keterbukaan / Sikap Terbuka (openess) Interpersonal kepada orangtua dengan perilaku mengakses situs porno melalui media internet Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dianalisa dengan menggunakan teknik analisis dalam korelasi product moment. menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Kebalikan dari Hasil dan Pembahasan sikap ini adalah sikap dogmatisme atau Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik orang yang tertutup, sehingga ada hubungan negatif antara komunikasi untuk memahami sikap terbuka harus interpersonal anak kepada orangtua dengan mengidentifikasi perilaku mengakses situs porno melalui media terlebih dahulu karakteristik orang dogmatis. Hardjana (2003: 85) internet. Semakin baik komunikasi menyatakan interpersonal anak kepada orangtua maka komunikasi interpersonal terdiri atas beberapa semakin rendah pula perilaku mengakses situs aspek, antara lain: porno melalui media internet, dan sebaliknya. a. Komunikasi verbal Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang Semua jenis simbol yang menggunakan diutarakan oleh Tubbs dan Moss (dalam satu kata atau lebih. Rakhmat, 2005: 13) bahwa komunikasi yang b. Komunikasi lisan efektif paling tidak menimbulkan lima hal, Berbahasa yang baik dan efektif, padat dan yaitu pengertian, kesenangan, perubahan pada jelas sikap, hubungan yang makin baik, dan dalam menyampaikan gagasan, pikiran atau perasaan. tindakan. Komunikasi interpersonal terbentuk karena Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah: adanya kepercayaan (trust) dari kedua belah a. Siswa-siswi salah satu SMA Swasta Semarang. yang terlibat dalam komunikasi (Rakhmat, 2005: 129-138). Hubungan antara b. Berusia 15-18 tahun. Teknik pihak pengambilan orangtua dan anak yang didasari dengan sampel yang komunikasi interpersonal akan menumbuhkan digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster keterbukaan antara orangtua dan anak. Anak 7 tidak akan merasa malu untuk menceritakan Simpulan hal-hal yang bersifat pribadi kepada orangtua. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil Komunikasi interpersonal yang berjalan baik simpulan antara komunikasi anak kepada orangtua, akan ada hubungan interpersonal negatif antara anak kepada menghindarkan anak dari adanya perilaku orangtua dengan perilaku mengakses situs mengakses situs porno melalui media internet. porno melalui media internet. Semakin baik Anak tidak akan merasa malu bertanya kepada komunikasi orangtua mengenai pornografi dan dampak orangtua maka semakin rendah pula perilaku negatif anak mengakses situs porno melalui media internet, orangtua dan sebaliknya, sehingga hipotesis dalam bagi memperoleh dirinya, sehingga informasi dari interpersonal mengenai bahwa pornografi dapat merusak penelitian ini diterima. diri dan masa depannya dan harus dihindari. Daftar Pustaka Komunikasi interpersonal sebagai proses pertukaran pesan secara timbal balik antara anak kepada orangtua ditandai dengan adanya kesediaan anak secara tatap muka menyampaikan setiap bentuk kebingungan atau permasalahan yang dihadapi, mempunyai peranan cukup besar dalam keterbukaan dan rasa percaya yang diberikan anak kepada orangtua diharapkan dapat menjadikan remaja tidak merasa malu untuk hal-hal yang berbau pornografi. Komunikasi interpersonal yang berlangsung dengan baik antara anak kepada orangtua di dalam keluarga, diharapkan dapat menjadikan remaja terhindar dari adanya perilaku mengakses situs porno melalui media internet. Penutup kepada Graha, C. 2007. Keberhasilan Anak di Tangan Orangtua. Jakarta: PT. Gramedia. Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Hartono, C. 1999. Seksualitas, Pornografi dan Pernikahan. Semarang: Satya Wacana. mengubah perilaku remaja terhadap pornografi. Adanya membicarakan anak Poling, A., Methot, L. L. 1995. Fundamentals of Behavior Analytic Research. New York: Plenum Press. http://books.google.co.id/books?id=ovIFK QE_CqMC&printsec=frontcover&dq=Fun damentals+of+Behavior+Analytic+Researc h&hl=id&sa=X&ei=6CX1UIHME4qkkgX bu4HYAQ&ved=0CC8Q6AEwAA. Diakses pada tanggal 14 Januari 2013. Prianti, D. D. 2011. Studi Fenomenologi tentang Pengalaman Komunikasi Antar Pribadi Orangtua – Anak terhadap Pemahaman Anak pada Norma-Norma Perilaku (Kasus pada Anak Penyandang Autisme). Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna. Vol. 2. No. 1. Hal. 1-8. Raharjo, T., dan Ahyani, L. N. 2009. Fenomena Video Porno: Dampak bagi Perilaku Seksual Pelajar SMA di 8 Kabupaten Kudus. Jurnal Psikologi. Hal. 1-9. Kudus: Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus. Steede, K. 2008. 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak. Alih Bahasa: Gogona Gultom. Jakarta: Tangga Pustaka. Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Suryo, R. 2010. Efektivitas Blokade Situs Porno. www.suaramerdeka.com. Diakses pada tanggal 05 Mei 2012. Santoso, S. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: PT. Refika Meditama. Saputra, A. E. 2011. Kelakuan Anak Muda Jaman Sekarang. http://akinariezakiya.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 24 September 2012. Shapiro, E. S., dan Kratochwill. 2000. Behavioral Assesment in Schools. New York: The Guilford Press. http://books.google.co.id/books?id=ad6uH wxi4UC&printsec=frontcover&dq=Behavio ral+Assessment+in+Schools&hl=id&sa=X &ei=kSX1UL_iDIGMkwWI5IHwDQ&ve d=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=Beha vioral%20Assessment%20in%20Schools &f=false. Diakses pada tanggal 14 Januari 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. Walgito, B. 2003. Pengantar Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: ANDI. ––––––––. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI. Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 9