1 PERILAKU MENGAKSES SITUS PORNO

advertisement
PERILAKU MENGAKSES SITUS PORNO MELALUI MEDIA INTERNET
DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ANAK KEPADA ORANGTUA
Erlang Syam Pradana
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara
komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dan perilaku siswa mengakses
situs porno melalui media internet. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada
hubungan negatif antara komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dengan
perilaku mengakses situs porno melalui media internet. Semakin baik komunikasi
interpersonal anak kepada orangtua maka semakin rendah pula perilaku
mengakses situs porno melalui media internet, dan sebaliknya. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 85 subjek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik cluster random sampling.
Penelitian ini menggunakan Skala Perilaku Mengakses Situs Porno
Melalui Media Internet dan Skala Komunikasi Interpersonal Anak Kepada
Orangtua. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product
Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara
komunikasi interpersonal anak kepada orangtua dengan perilaku mengakses situs
porno melalui media internet dengan nilai rxy = - 0,373 (p < 0,01), sehingga
hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata Kunci : perilaku mengakses situs porno, komunikasi interpersonal
THE BEHAVIOR OF ACCESSING PORN SITES VIA INTERNET SEEN
FROM CHILDREN’S INTERPERSONAL COMMUNICATION TO
PARENTS
Erlang Syam Pradana
The Faculty of Psychology the University of Semarang
ABSTRACT
This research aims to empirically know the relationship between
interpersonal communication by children to parents and students’ behaviour in
accessing porn sites in the internet. A hypothesis proposed by the researcher is
that there is a negative relationship between interpersonal communication by
children to parents and behavior in accessing porn sites in the internet. The better
the interpersonal communication by children to parents is, the lower the behavior
of accessing porn sites in the internet, and vice versa. The subjects in this
research are 85 in total. The technique of the sample is a clusters random
sampling technique.
This research uses the Scale of Behavior in Accessing Porn Sites in the
Internet and Scale of Interpersonal Communication by Children to Parents. The
analysis of data is conducted by using the Correlation of Product Moment. The
result shows that there is a negative relationship between interpersonal
communication by children to parents and the behavior in accessing porn sites
via internet, with the magnitude rxy -- 0,373
( p < 0.01 ), so that the hypothesis
of the research is accepted.
Key words: behavior in accessing porn sites, interpersonal communication
1
PENDAHULUAN
mengenai individu. Proses belajar sosial
Adanya layanan yang berbau pornografi di
internet
membuat
penikmat
(social learning) mengakibatkan terbentuknya
internet
individu yang tampak pada tingkah laku sosial
menjadikannya sebagai sarana untuk melihat
individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
hal-hal yang dapat merusak moral bangsa.
Pornografi sebagai sesuatu yang umum di
Banyak ditemui anak-anak di bawah umur
kalangan
mengakses situs “haram” tersebut. Situs porno
ketertarikan remaja untuk mengakses situs
yang terdapat di internet merupakan layanan
porno melalui media internet, sehingga remaja
yang dapat merusak mental generasi bangsa.
menunjukkan perilaku mengakses situs porno
Pornografi
yang dapat merugikan diri sendiri.
memancing kejahatan,
seperti
pelecehan seksual dan pemerkosaan (Saputra,
remaja
dapat
Undang-Undang
menumbuhkan
Republik
Indonesia
2011). Hal ini tentunya sangat meresahkan
Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
masyarakat dan juga pemerintah. Adanya
Pasal 1, menyatakan bahwa pornografi adalah
kemudahan dalam mengakses situs porno dan
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
kurangnya pengawasan terhadap situs porno
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
semakin meningkatkan jumlah penikmat situs
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
porno. Roy Suryo (Suara Merdeka, 2010)
lainnya
menjelaskan bahwa penikmat situs porno di
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
Indonesia 54% nya berusia 15-20 tahun serta
umum,
lebih dari 90% pernah masuk situs porno baik
eksploitasi seksual yang melanggar norma
secara sengaja maupun tidak sengaja. Anak-
kesusilaan dalam masyarakat. Setiap orang
anak dan remaja yang mengakses situs porno
dilarang
melalui media internet dapat mengalami
memperbanyak,menggandakan,
ketagihan. Ketagihan terhadap pornografi
luaskan,
dapat menyebabkan gangguan perilaku dan
mengekspor,
kemampuan inteligensi yang dapat meluas ke
belikan,
arah gangguan hubungan sosial pada remaja.
pornografi yang secara eksplisit memuat,
Walgito (2004: 11) menyatakan bahwa
melalui
yang
berbagai
memuat
bentuk
kecabulan
memproduksi,
menyiarkan,
menawarkan,
menyewakan,
persenggamaan,
media
atau
termasuk
atau
membuat,
menyebar
mengimpor,
memperjual
menyediakan
persenggamaan
perilaku pada individu tidak timbul dengan
yang
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya
masturbasi atau onani, ketelanjangan atau
stimulus
mengenai
tampilan yang mengesankan ketelanjangan,
individu atau organisme. Perilaku merupakan
alat kelamin, atau pornografi anak. setiap
jawaban atau respon terhadap stimulus yang
orang dilarang menyediakan jasa pornografi
2
atau
rangsang
yang
menyimpang,
kekerasan
seksual,
yang
menyajikan
eksplisit
melalui internet, sebanyak 21 responden
yang
melihat video porno pertama kali melalui
menyajikan
komputer dan sebanyak 4 responden melihat
secara eksplisit alat kelamin, mengeksploitasi
video porno pertama kali melalui VCD.
atau memamerkan aktivitas seksual, atau
Dampak yang dimunculkan dari menonton
menawarkan
baik
video porno menunjukkan bahwa sebanyak 11
langsung maupun tidak langsung layanan
responden hanya berfantasi seksual saja,
seksual. Meskipun Undang-Undang Republik
sebanyak 18 responden pernah melakukan
Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 dengan tegas
fantasi seksual yang dikuti dengan masturbasi,
menentang adanya pornografi dan pornoaksi,
sebanyak 48 responden melakukan ciuman,
namun berbagai tindakan yang melanggar
sebanyak 15 responden melakukan ciuman
masih saja terjadi dan bahkan dilakukan oleh
yang diikuti dengan meraba pasangan, dan
individu yang pada dasarnya menjadi publik
sebanyak 4 responden ciuman yang sampai
figur.
melakukan oral seks.
ketelanjangan
mengesankan
secara
atau
tampilan
ketelanjangan,
atau
mengiklankan,
Hasil penelitian yang dilakukan Raharjo
Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 2005:
dan Ahyani (2009: 5-6) tentang fenomena
13) menyatakan bahwa komunikasi yang
video porno pada pelajar SMA yang dilakukan
efektif paling tidak menimbulkan lima hal,
terhadap 214 siswa kelas X dan kelas XI
yaitu pengertian, kesenangan, perubahan pada
SMA, menunjukkan bahwa dari 214 siswa,
sikap, hubungan yang makin baik, dan
sebanyak 123 responden pernah melihat video
tindakan. Komunikasi dalam penelitian ini
porno dan 91 responden belum pernah melihat
adalah komunikasi interpersonal anak kepada
video porno, 2 responden pernah melihat
orangtua. Komunikasi interpersonal terbentuk
video porno sejak di bangku SD, 53 responden
karena adanya kepercayaan (trust) dari kedua
yang melihat sejak di bangku SMP dan 68
belah pihak yang terlibat dalam komunikasi
responden yang melihat sejak di bangku SMA.
(Rakhmat,
Sebanyak 118 responden melihat video porno
interpersonal yang terjalin dengan baik antara
pertama kali dikasih tahu oleh teman (lewat
orangtua dan anak akan menjadikan remaja
HP, Internet, VCD), sebanyak 3 responden
berani mengkomunikasikan mengenai hal-hal
yang mencari sendiri (internet, VCD) dan 2
yang
responden
tetangga.
memberikan pengarahan yang dibutuhkan anak
Sebanyak 74 responden melihat video porno
mengenai seksualitas, khususnya pornografi
pertama kali melalui HP, sebanyak 24
bahwa hal tersebut dapat merusak generasi
responden melihat video porno pertama kali
bangsa, sehingga anak dapat menghindari
dikasih
tahu
oleh
berbau
2005:
129).
pornografi.
Komunikasi
Orangtua
akan
3
perilaku mengakses situs porno melalui media
sebagai komunikator melakukan komunikasi
internet.
persuasif ke anak dengan tujuan untuk
Hasil
penyebaran
kuesioner
penelitian yang dilakukan peneliti
awal
mengajarkan
norma-norma
pada
Komunikasi interpersonal antara orangtua dan
tanggal 02 Januari 2013 terhadap 40 orang
anak
siswa di salah satu SMA Swasta yang ada di
menghindarkan anak dari adanya perilaku
Semarang,
juga
bahwa
mengakses situs porno melalui media internet
komunikasi
interpersonal
kepada
karena adanya pemahaman bahwa pornografi
orangtua telah berlangsung dengan baik.
dapat merugikan diri sendiri dan dapat
Ketika siswa menghadapi suatu permasalahan,
merusak masa depan.
menunjukkan
anak
yang
berjalan
perilaku.
efektif
dapat
siswa bersedia menyampaikannya kepada
orangtua dengan maksud untuk mendapatkan
masukan dari orangtua. Siswa menganggap
bahwa
orangtua
bersedia
memberikan
masukan atas permasalahan yang disampaikan
kepada orangtua. Siswa merasa lega setelah
menyampaikan permasalahan kepada orangtua
karena
orangtua
antusias
dalam
menanggapinya. Siswa merasa nyaman ketika
sedang
berkomunikasi
dengan
karena
menganggap
orangtua
orangtua,
mampu
memposisikan diri sebagai pendengar dan
Hasil penelitian yang dilakukan Prianti
(2011: 3) tentang pengalaman komunikasi
antar pribadi orangtua dan anak terhadap
pemahaman anak pada norma-norma perilaku,
menunjukkan bahwa makna atau esensi
komunikasi
antar
pribadi
orangtua dan anak secara umum dapat
diekspresikan
dari
media internet
Walgito (2003: 15) bahwa perilaku yang
ada pada individu tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus
yang
diterima
kedekatan
dan
kebersamaan, pola komunikasi dan relasi
partisipan dengan dirinya sendiri. Orangtua
oleh
individu
yang
bersangkutan baik stimulus internal maupun
stimulus
eksternal.
Sobur
(2003:
287)
menyatakan bahwa perilaku dipergunakan
sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa
tercapai.
merupakan
pemberi masukan yang baik.
pengalaman
Perilaku mengakses situs porno melalui
Sebenarnya
semua
perilaku
rentetan
kegiatan.
Sebagai
manusia, individu selalu melakukan sesuatu
seperti berjalan-jalan, berbicara, makan, tidur,
bekerja, dan sebagainya. Proses belajar sosial
(social learning) mengakibatkan terbentuknya
individu yang tampak pada tingkah laku sosial
individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku merupakan hasil belajar yang berupa
pengalaman (Santoso, 2010: 103-105).
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
4
Pasal 1, menyatakan bahwa pornografi adalah
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bentuk pesan lainnya yang memuat kecabulan
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
kesusilaan dalam masyarakat melalui internet.
lainnya
melalui
media
Dimensi-dimensi perilaku menurut Skiner,
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
Ditmer, dan Howel (dalam Shapiro dan
umum,
Kratochwill, 2000: 20), antara lain intensitas
yang
berbagai
memuat
bentuk
kecabulan
atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma
(intensity),
kesusilaan dalam masyarakat. Hartono (1999:
(duration), serta latency.
24) menyatakan bahwa istilah pornografi
frekuensi
(frequency),
durasi
Poling, Methot, dan LeSage (1995: 57-58)
dapat dijabarkan dari dua kata. Porno, yang
menyatakan
bahwa
berasal dari kata Yunani pornos, yang berarti
perilaku, antara lain:
cabul, kotor, tidak sopan dan grafi, yang
a. Intensitas (intensity)
Intensitas
buku. Pornografi berarti tulisan cabul, tulisan
indeks semangat dimana suatu perilaku
yang
tertentu dilakukan.
cabul.
Pada
hakekatnya
pornografi merupakan hasil kemampuan daya
kekuatan)
dari
berarti tulisan, naskah, karangan, bacaan,
berbobot
(atau
dimensi-dimensi
merupakan
b. Frekuensi (frequency)
kreasi manusia. Lebih lanjut Hartono (1999:
Frekuensi mengacu pada jumlah waktu
31) menyatakan bahwa pornografi membawa
respon yang terjadi selama perilaku.
serangkaian akibat negatif secara langsung,
c. Durasi (duration)
yaitu hubungan kelamin di luar hukum, seperti
Durasi merupakan batas waktu untuk dari
seks
awal sampai akhir perilaku.
prakinah,
seks
bebas,
perkosaan,
pelacuran,
hubungan
kelamin
khayalan,
misalnya
masturbasi,
onani,
hubungan
bahwa dimensi-dimensi perilaku mengakses
kelamin tiruan, serta hubungan kelamin antar
situs porno melalui pornografi antara lain
makhluk, misalnya hubungan seks antara
intensitas (intensity), frekuensi (frequency),
manusia dengan binatang.
serta durasi (duration) terhadap jenis-jenis
Berdasarkan beberapa simpulan tersebut
Berdasarkan
uraian
tersebut
diketahui
pornografi softcore, hardcore, obscenity.
diketahui bahwa perilaku siswa mengakses
Komunikasi interpersonal anak kepada
situs porno melalui media internet adalah
orangtua
setiap cara reaksi atau respons individu
terhadap
tulisan,
gambar,
suara,
sketsa,
bunyi,
ilustrasi, foto,
gambar
bergerak,
Komunikasi interpersonal hendaknya dapat
dilakukan
antara
anak
kepada
orangtua.
Komunikasi antara anak kepada orangtua yang
5
baik
ditandai
orangtua
dengan
adanya
membantu
permasalahan
anak
kesediaan
menyelesaikan
(Graha,
2007:
6).
Orang akan lebih menaruh kepercayaan
kepada
seseorang
memiliki
yang
kemampuan,
dianggap
keterampilan
Komunikasi yang terjalin antara orangtua dan
atau pengalaman dalam bidang tertentu.
anak terbagi ke dalam dua level, yaitu level isi
Manusia
dan emosional. Level isi menyangkut apa
disebabkan
yang menjadi subjek aktual. Level emosional
persepsi atau penilaian pribadi pada
menyangkut emosi-emosi yang melekat pada
maksud orang lain dalam hubungannya
isi komunikasi (Steede, 2008: 57).
dengan maksud dan tujuannya. Apabila
Berdasarkan pendapat tokoh tersebut maka
orang tersebut
dapat
komunikasi
maksud, maka rasa percaya yang
interpersonal anak kepada orangtua adalah
dimiliki akan lebih tinggi ketimbang
proses pertukaran pesan secara timbal balik
dengan orang yang berbeda maksud
antara antara anak kepada orangtua yang
dan tujuan.
dirumuskan
ditandai
bahwa
dengan adanya
menyampaikan
oleh
kepercayaannya
adanya
pengaruh
memiliki
kesamaan
2) Hubungan kekuasaan
tatap muka guna
Kepercayaan akan tumbuh jika orang-
mencari kesamaan pemahaman terhadap suatu
orang mempunyai kekuasaan terhadap
pesan.
orang lain. Seseorang akan percaya
Menurut
terdapat
secara
kesediaan anak
menaruh
Rakhmat
tiga
pembentukan
sehingga
(2005:
aspek
penting
komunikasi
akan
129-138)
dalam
interpersonal
terbentuk
hubungan
interpersonal yang baik, yaitu:
pada orang lain yang tunduk pada
orang tersebut.
3) Sifat dan kualitas komunikasi
Bila komunikasi bersifat terbuka, bila
maksud dan tujuan sudah jelas, bila
ekspektasi
a. Percaya (trust)
Secara
sudah
akan tumbuh
ilmiah,
sikap
percaya. Sikap
”percaya”
percaya berkembang apabila setiap
”mengandalkan
komunikan menganggap komunikan
perilaku orang untuk mencapai tujuan
lainnya berlaku jujur. Sikap tersebut
yang dikehendaki, yang pencapaiannya
terbentuk
berdasarkan
tidak pasti dan dalam situasi yang penuh
dengan
komunikan karena sikap
resiko”. Ada tiga hal yang berhubungan
percaya
dengan sikap percaya, yaitu:
bergantung kepada komunikan yang
1) Karakteristik dan maksud orang lain
dihadapi.
didefinisikan
kata
dinyatakan, maka
sebagai
dapat
pengalaman
berubah-ubah
6
b. Dukungan
/
Sikap
suportif
(supportiveness)
Sikap
suportif
mengurangi
random sampling. Penelitian ini menggunakan
dua skala yaitu Skala Perilaku Mengakses
adalah
sikap
sikap
yang
defensif
dalam
komunikasi. Individu bersikap defensif
bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan
tidak empatis.
Situs Porno Melalui Media Internet dan Skala
Komunikasi
Anak
Kepada
Orangtua.
Hubungan antara komunikasi interpersonal
anak
c. Keterbukaan / Sikap Terbuka (openess)
Interpersonal
kepada
orangtua
dengan
perilaku
mengakses situs porno melalui media internet
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya
dianalisa dengan menggunakan teknik analisis
dalam
korelasi product moment.
menumbuhkan
komunikasi
interpersonal yang efektif. Kebalikan dari
Hasil dan Pembahasan
sikap ini adalah sikap dogmatisme atau
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
karakteristik orang yang tertutup, sehingga
ada hubungan negatif antara komunikasi
untuk memahami sikap terbuka harus
interpersonal anak kepada orangtua dengan
mengidentifikasi
perilaku mengakses situs porno melalui media
terlebih
dahulu
karakteristik orang dogmatis.
Hardjana
(2003:
85)
internet.
Semakin
baik
komunikasi
menyatakan
interpersonal anak kepada orangtua maka
komunikasi interpersonal terdiri atas beberapa
semakin rendah pula perilaku mengakses situs
aspek, antara lain:
porno melalui media internet, dan sebaliknya.
a. Komunikasi verbal
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang
Semua jenis simbol yang menggunakan
diutarakan oleh Tubbs dan Moss (dalam
satu kata atau lebih.
Rakhmat, 2005: 13) bahwa komunikasi yang
b. Komunikasi lisan
efektif paling tidak menimbulkan lima hal,
Berbahasa yang baik dan efektif, padat dan
yaitu pengertian, kesenangan, perubahan pada
jelas
sikap, hubungan yang makin baik, dan
dalam
menyampaikan
gagasan,
pikiran atau perasaan.
tindakan.
Komunikasi interpersonal terbentuk karena
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah:
adanya kepercayaan (trust) dari kedua belah
a. Siswa-siswi salah satu SMA Swasta
Semarang.
yang
terlibat
dalam
komunikasi
(Rakhmat, 2005: 129-138). Hubungan antara
b. Berusia 15-18 tahun.
Teknik
pihak
pengambilan
orangtua dan anak yang didasari dengan
sampel
yang
komunikasi interpersonal akan menumbuhkan
digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster
keterbukaan antara orangtua dan anak. Anak
7
tidak akan merasa malu untuk menceritakan
Simpulan
hal-hal yang bersifat pribadi kepada orangtua.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
Komunikasi interpersonal yang berjalan baik
simpulan
antara
komunikasi
anak
kepada
orangtua,
akan
ada
hubungan
interpersonal
negatif
antara
anak
kepada
menghindarkan anak dari adanya perilaku
orangtua dengan perilaku mengakses situs
mengakses situs porno melalui media internet.
porno melalui media internet. Semakin baik
Anak tidak akan merasa malu bertanya kepada
komunikasi
orangtua mengenai pornografi dan dampak
orangtua maka semakin rendah pula perilaku
negatif
anak
mengakses situs porno melalui media internet,
orangtua
dan sebaliknya, sehingga hipotesis dalam
bagi
memperoleh
dirinya,
sehingga
informasi
dari
interpersonal
mengenai bahwa pornografi dapat merusak
penelitian ini diterima.
diri dan masa depannya dan harus dihindari.
Daftar Pustaka
Komunikasi interpersonal sebagai proses
pertukaran pesan secara timbal balik antara
anak kepada orangtua ditandai dengan adanya
kesediaan
anak
secara
tatap
muka
menyampaikan setiap bentuk kebingungan
atau permasalahan yang dihadapi, mempunyai
peranan
cukup
besar
dalam
keterbukaan dan rasa percaya yang diberikan
anak kepada orangtua diharapkan dapat
menjadikan remaja tidak merasa malu untuk
hal-hal
yang
berbau
pornografi. Komunikasi interpersonal yang
berlangsung dengan baik antara anak kepada
orangtua di dalam keluarga, diharapkan dapat
menjadikan remaja terhindar dari adanya
perilaku mengakses situs porno melalui media
internet.
Penutup
kepada
Graha, C. 2007. Keberhasilan Anak di Tangan
Orangtua. Jakarta: PT. Gramedia.
Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi
Intrapersonal
&
Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius.
Hartono, C. 1999. Seksualitas, Pornografi dan
Pernikahan. Semarang: Satya Wacana.
mengubah
perilaku remaja terhadap pornografi. Adanya
membicarakan
anak
Poling, A., Methot, L. L. 1995. Fundamentals
of Behavior Analytic Research. New York:
Plenum
Press.
http://books.google.co.id/books?id=ovIFK
QE_CqMC&printsec=frontcover&dq=Fun
damentals+of+Behavior+Analytic+Researc
h&hl=id&sa=X&ei=6CX1UIHME4qkkgX
bu4HYAQ&ved=0CC8Q6AEwAA.
Diakses pada tanggal 14 Januari 2013.
Prianti, D. D. 2011. Studi Fenomenologi
tentang Pengalaman Komunikasi Antar
Pribadi Orangtua – Anak terhadap
Pemahaman Anak pada Norma-Norma
Perilaku (Kasus pada Anak Penyandang
Autisme). Jurnal Ilmiah Komunikasi
Makna. Vol. 2. No. 1. Hal. 1-8.
Raharjo, T., dan Ahyani, L. N. 2009.
Fenomena Video Porno: Dampak bagi
Perilaku Seksual Pelajar SMA di
8
Kabupaten Kudus. Jurnal Psikologi. Hal.
1-9. Kudus: Fakultas Psikologi Universitas
Muria Kudus.
Steede, K. 2008. 10 Kesalahan Orangtua
dalam Mendidik Anak. Alih Bahasa:
Gogona Gultom. Jakarta: Tangga Pustaka.
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi.
Bandung: Remadja Karya.
Suryo, R. 2010. Efektivitas Blokade Situs
Porno. www.suaramerdeka.com. Diakses
pada tanggal 05 Mei 2012.
Santoso, S. 2010. Teori-teori Psikologi Sosial.
Surabaya: PT. Refika Meditama.
Saputra, A. E. 2011. Kelakuan Anak Muda
Jaman
Sekarang.
http://akinariezakiya.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 24 September 2012.
Shapiro, E. S., dan Kratochwill. 2000.
Behavioral Assesment in Schools. New
York:
The
Guilford
Press.
http://books.google.co.id/books?id=ad6uH
wxi4UC&printsec=frontcover&dq=Behavio
ral+Assessment+in+Schools&hl=id&sa=X
&ei=kSX1UL_iDIGMkwWI5IHwDQ&ve
d=0CC8Q6AEwAA#v=onepage&q=Beha
vioral%20Assessment%20in%20Schools
&f=false. Diakses pada tanggal 14 Januari
2013.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.
Walgito, B. 2003. Pengantar Sosial: Suatu
Pengantar. Yogyakarta: ANDI.
––––––––. 2004. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: ANDI.
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia.
9
Download