BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Feses merupakan salah satu media sumber penyebaran bakteri intestinal yang dapat menyebabkan penyakit. Enterobacter sp tumbuh dan berkembang pada saluran intestinal mamalia dan dapat keluar bersama-sama dengan bakteri lain melalui feses dan menyebar melalui vehikel lainnya. Biasanya sebelum susu diperah, sapi dimandikan atau dibersihkan bagian ambingnya terlebih dahulu menggunakan air yang berada di sekitar kandang atau air sungai. Feses yang keluar dapat mencemari lingkungan di sekitar peternakan, dapat melekat pada bagian tubuh sapi, ambing, bagian lipatan paha, ekor dan bisa juga terjadi kontak dengan air kemudian menyebar. Tempat pembuangan feses yang tidak jauh dari letak sumber air yang berada di sekitar kandang menyebabkan feses dapat mengkontaminasi sumber air yang berada di sekitar kandang. Air tersebut biasa digunakan untuk memandikan sapi, mencuci alat pemerahan dan mencuci tangan pekerja. Selain feses yang dibuang ke lingkungan, feses yang melekat pada tubuh sapi ini dapat ikut terbawa ke dalam susu pada waktu proses pemerahan berlangsung dan mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Selain itu kebersihan kandang yang kurang baik seperti lantai yang kotor menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi Enterobacter sp. 1 Kelompok bakteri enterik khususnya Enterobacter sp dapat berasosiasi dengan saluran intestin sehingga susu dan produk olahan susu yang telah terkontaminasi oleh Enterobacter sp ini ketika dikonsumsi oleh manusia maka bakteri Enterobacter sp akan aktif dan berkembang dengan cepat sebab habitatnya berada pada saluran intestinum. Penularan kelompok bakteri enterik pada susu mentah dan produknya diduga berasal dari feses dan salah satu cemaran bakteri tersebut adalah kelompok Enterobacter sp. Pada tahun 1961 dilaporkan terjadi kasus infeksi yang disebabkan oleh Enterobacter sakazakii di berbagai negara. Di Inggris, pada tahun 1961 terdapat 2 kasus neonatal meningitis. Di New Zealand, ada 4 kasus yang diidentifikasi sebagai infeksi E. sakazakii pada bayi prematur, kasus tersebut terjadi pada tahun 1986, 1991, 2004. Di Amerika pada tahun 2001, seorang bayi laki-laki prematur mengalami gangguan pernafasan yang diakui sebagai neonatal yang berbahaya. Antara tahun 1992 dan 1996 di Belgia terjadi kasus infeksi saluran darah yang disebabkan oleh E. aerogenes (Ronveaux, et al., 1999). Di Yogyakarta, deteksi Enterobacter sp pada bahan pangan terutama pada susu sudah pernah diteliti. Menurut hasil penelitian Sukmawati (2006), dari susu bubuk formula bayi menunjukkan bahwa dari 15 sampel yang diuji didapat 5 sampel yang mengandung cemaran Enterobacter sp, yang didominasi oleh Enterobacter aerogenes, Enterobacter gergoviae, Enterobacter biogroup 1. Sedangkan hasil penelitian Siregar (2006), dari susu mentah menunjukkan bahwa dari 15 sampel yang diuji pada semua sampel mengandung cemaran Enterobacter sp. 2 Dari banyaknya kasus yang dilaporkan akibat mengkonsumsi susu dan penelitian yang sudah pernah dilakukan di Yogyakarta pada sampel susu mentah sampai produk olahan susu yang dihasilkan ternyata masih mengandung cemaran Enterobacter sp. Sumber utama cemaran Enterobacter sp diduga berasal dari feses sapi perah, sehingga hal ini mendorong penulis untuk meneliti atau mengkaji secara khusus berapa besar tingkat cemaran Enterobacter sp yang berasal dari feses sapi perah. B. Rumusan Masalah Berapa besar tingkat cemaran Enterobacter sp pada feses sapi perah yang ada di peternakan UGM dan Pakem Sleman ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran Enterobacter sp pada feses sapi perah melalui isolasi dan identifikasi, selain itu juga untuk mengetahui tingkat cemaran total bakteri dan tingkat cemaran coliform yang ada di peternakan UGM dan Pakem Sleman. 3 D. Batasan Masalah Yang dimaksud dengan tingkat cemaran Enterobacter sp dalam penelitian ini adalah mengetahui jumlah bakteri Enterobacter sp yang tumbuh pada medium Enterobacter Enrichment Agar serta sensitivitas koloni putih pada medium EEA. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah feses sapi perah yang baru keluar dan belum jatuh ke tanah. Jumlah sampel diambil dari 2 lokasi peternakan sapi yaitu peternakan UGM dan Pakem Sleman. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi dan gambaran tentang tingkat cemaran Enterobacter sp, jumlah total cemaran bakteri dan jumlah cemaran bakteri coliform sehingga peternakan dapat lebih memperhatikan sanitasi kandang dengan baik agar memperkecil jumlah kontaminasi Enterobacter sp. Isolat yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut tentang karakterisasi dan patogenitasnya pada manusia sehingga dapat diketahui pula pencegahan dan penanggulangan yang efektif. 4