BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Merjer dan Akuisisi 1. Pengertian Merjer dan Akuisisi Merjer merupakan penggabungan usaha dengan cara suatu perusahaan mengambil alih satu atau lebih perusahaan lainnya. Perusahaan yang diambil alih tersebut akan dibubarkan atau dilikuidasi kemudian, sedangkan perusahaan yang mengambil alih tetap berdiri sebagai badan usaha dan melanjutkan kegiatan operasionalnya (Foster, 1986). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 dinyatakan bahwa penggabungan usaha dapat mengakibatkan terjadinya legal merger, dengan cara: • Aktiva dan kewajiban suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan perusahaan yang melakukan pengalihan (yang diambil alih) dibubarkan, atau • Aktiva dan kewajiban dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan. Menurut Foster (1986), akuisisi merupakan usaha membeli perusahaan lain dengan cara membeli saham atau aktiva perusahaan lain. Sedangkan definisi akuisisi dalam PSAK No.22 adalah penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi, dengan memberikan aktiva netto tertentu, mengakui 6 7 adanya suatu kewajiban dan mengeluarkan saham. Dengan demikian, perusahaan yang melakukan akuisisi berharap dapat menciptakan keuntungan dengan membeli perusahaan lain dengan kepemilikkan lebih dari 50% dan menjalankan kegiatan perusahaan tersebut. Akusisi dapat dibedakan menjadi akuisisi saham dan akuisisi aktiva. Akuisisi saham merupakan pengambilalihan atau pembelian saham suatu perusahaan dengan menggunakan kas, saham atau sekuritas lain dan biasanya melalui tahap tender offer oleh perusahaan penawar (bidder company) kepada para pemegang saham perusahaan target. Apabila pemegang saham perusahaan target menyetujuinya maka transaksi akan terjadi dan dalam hal ini tidak lagi diperlukan persetujuan pihak manajemen. Oleh karena itu, akuisisi saham sering disebut sebagai pengambilalihan yang tidak bersahabat (hostile takeover). Dalam mempertahankan posisinya agar tidak terjadi hostile takeover, perusahaan target biasanya melakukan strategi pertahanan Pac-man Defense, yang berarti melakukan counter tender offer terhadap perusahaan pengakuisisi (melakukan akuisisi balik). Akusisi aktiva dapat dilakukan dengan cara perusahaan pengakuisisi membekukan sebagian aktiva perusahaan target. Dalam hal ini, akuisisi aktiva membutuhkan persetujuan pemegang saham perusahaan target dalam proses pengambilalihan perusahaan tersebut. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa akuisisi adalah pengambilalihan suatu perusahaan dengan tujuan mengendalikan perusahaan target baik melalui penguasaaan saham maupun aktiva perusahaan target. 8 2. Jenis – jenis Merjer dan Akuisisi Berikut ini adalah jenis – jenis merjer dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: • Merjer dan Akuisisi Vertikal, merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang memiliki tahapan – tahapan produksi yang berbeda dengan keterkaitan masukan (input) atau keluaran (ouput) dalam proses produksi suatu industri. Biasanya penggabungan usaha ini lebih bersifat dari hulu ke hilir. • Merjer dan Akuisisi Horisontal, merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang memiliki kegiatan usaha sejenis dengan tujuan meningkatkan skala ekonomi. Biasanya tingkat keberhasilan merjer dan akuisisi horisontal lebih besar daripada merjer dan akusisi vertikal karena adanya optimalisasi sinergi dari perusahaan – perusahaan yang bergabung tersebut. Tujuan utamanya adalah meningkatkan aktiva maupun pangsa pasar, memasuki segmen pasar baru, menekan biaya dan mengurangi persaingan. • Merjer dan Akuisisi Konglomerat, merupakan penggabungan beberapa perusahaan yang tidak berkaitan kegiatan usahanya. Tujuan utamanya adalah agar perusahaan yang diakuisisi dapat meningkatkan stabilitas dan keseimbangan secara keseluruhan dalam portofolio total perusahaan, terutama dalam memanfaatkan dan menghasilkan sumber daya dengan lebih baik. • Merjer dan Akuisisi Konsentrik, merupakan penggabungan perusahaan yang sejenis atau mempunyai kesamaan dalam pemanfaatan teknologi mendasar, proses produksi maupun pangsa pasar. Bagi perusahaan yang mengakuisisi, 9 akuisisi ini bertujuan untuk memperluas lini produk, peningkatan pangsa pasar dan pemanfaatan teknologi bersama. 3. Motivasi Perusahaan Melakukan Merjer dan Akuisisi Drebin (1982) mengemukakan beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui penggabungan usaha, yaitu: • Perolehan daerah pemasaran yang lebih luas dan volume penjualan yang lebih besar. • Perolehan atau pengembangan organisasi perusahaan yang lebih kuat dan produksi yang lebih baik serta pengelolaan perusahaan yang lebih baik. • Penurunan biaya melalui penghematan dan efisiensi pada skala operasi yang lebih besar. • Peningkatan pengendalian pasar dan perbaikan posisi bersaing. • Diversifikasi produk • Perbaikan posisi sehubungan dengan pengadaan bahan baku. • Peningkatan dengan titik berat pada modal untuk pertumbuhan sebagai biaya yang rendah atas pinjaman. • Memperoleh keuntungan atas pajak penghasilan. Sedangkan Aliamin (1993) dalam penelitiannya terhadap perusahaan – perusahaan yang melakukan merjer dan akuisisi di Bursa Efek Jakarta, mengemukakan beberapa motivasi dasar yang mendorong terjadinya merjer dan akuisisi pada perusahaan publik di Indonesia, antara lain: 10 • Mengurangi persaingan antar perusahaan yang kegiatan usahanya sama atau sejenis ataupun keinginan untuk memonopoli salah satu bidang usaha. • Meningkatkan skala ekonomi. • Memperluas pasar. • Mengamankan bahan baku. • Menghemat pajak. Sedangkan motivasi pemanfaatan hutang dan meningkatkan laba menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sudarsanam (1999) mengemukakan motivasi perusahaan yang melakukan merjer dan akuisisi adalah sebagai berikut: • Memaksimalkan kekayaan pemegang saham. • Memperbesar ukuran perusahaan karena penghasilan, bonus, status dan kekuasaaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuran perusahaan (Sindrom Empire Building). • Menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan secara maksimal (motivasi pemenuhan diri). • Mengurangi resiko dan meminimalkan tekanan biaya finansial dan kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan). • Menghindari pengambilalihan yaitu dengan melakukan counter tender offer terhadap perusahaan pengakuisisi (melakukan akuisisi balik). 11 B. Pengaruh Informasi Publik Terhadap Volume Perdagangan Saham Fungsi utama pasar modal adalah untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat untuk diinvestasikan ke berbagai sektor industri. Dalam hal ini, para investor akan bersedia menyalurkan dananya apabila memiliki perasaan aman akan investasinya. Salah satu cara yang dituntut oleh para investor adalah informasi yang jelas, wajar dan tepat waktu sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya (Usman dan Barus, 1989). Informasi akan dianggap informatif dan berguna apabila informasi tersebut dapat mengubah keyakinan (belief) sehingga informasi baru ini akan membentuk suatu kepercayaan baru bagi para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat berharga (Hastuti dan Sudibyo, 1998). Penelitian eksploratif yang dilakukan Pagalung (1993) menunjukkan beberapa informasi penting yang diserap para investor di Bursa Efek Jakarta sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya. Hasil penelitian tersebut disajikan dalam tabel 2.1. 12 Sumber Informasi Responden % Laporan Keuangan 37 52,86 Sesama broker (stock broker) 10 14,29 Surat kabar 9 12,86 Pusat data bisnis (PDBI, dll) 5 7,14 Majalah ekonomi dan keuangan 4 5,71 Investor / pemesanan saham 3 4,28 Lain-lain (tips, isu) 2 2,86 Sumber: Pagalung (1993) Tabel 2.1 Sumber Informasi yang Digunakan dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham Karpoff memberikan (1986) interpretasi mengemukakan yang sama bahwa meskipun para investor terhadap informasi publik (public announcement) namun transaksi perdagangan dapat terjadi apabila para investor memiliki pengharapan yang berbeda. Pengharapan yang berbeda terjadi di antara para investor yang melakukan spekulasi dan menimbulkan rangsangan bagi para investor untuk melakukan perdagangan melepaskan posisi spekulatif mereka. Holthausen dan Verrecchia (1990) berpendapat bahwa suatu pengumuman yang tidak membawa informasi baru tidak akan mengubah kepercayaan investor sehingga mereka tidak akan melakukan perdagangan. Sebaliknya dengan adanya perbedaan penafsiran yang konstan, informasi yang baru yang tidak diharapkan 13 akan membawa perubahan kepercayaan yang selanjutnya akan memotivasi mereka untuk melakukan kegiatan perdagagan. Kim dan Verrecchia (1991a, 1991b) mendukung kesimpulan Houlthauson dan Verrecchia (1990) dengan menyimpulkan bahwa volume perdagangan merupakan suatu fungsi peningkatan (increasing function) dari perubahan harga absolut, dimana harga merefleksikan tingkat informasi. Perdagangan saham dapat terjadi apabila para investor mempunyai kecermatan yang berbeda terhadap private disclosure information yang mereka peroleh. Predisclosure information asymmetry menyebabkan para investor membentuk predisclosure beliefs dengan membedakan degrees of confidence. Perbedaan dalam bobot informasi publik akan berakibat pada perbedaan perubahan kepercayaan investor, yang mengakibatkan terjadinya perdagangan. Selain itu, Kim dan Verrecchia juga menyimpulkan bahwa reaksi volume perdagangan merupakan suatu increasing function baik dari perbedaan kecermatan para investor pada private predisclosure information maupun perubahan harga absolut. Hartono (1998) mengungkapkan bahwa untuk menguji kandungan informasi suatu pengumuman hanya melibatkan sebuah faktor saja yaitu faktor return abnormal sedangkan pengujian efisiensi pasar secara informasi melibatkan dua faktor yaitu return abnormal dan kecepatan reaksi. Apabila dihubungkan dengan volume perdagangan saham, Beaver (1968) mengungkapkan bahwa suatu publikasi laporan (event) akan memiliki kandungan informasi apabila jumlah lembar saham yang diperdagangkan lebih besar ketika dilakukan publikasi laba, dibandingkan dengan waktu lain selama tahun tersebut. Dengan kata lain, secara 14 logis dapat disimpulkan pula bahwa adanya kandungan informasi menyebabkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan menjadi lebih kecil ketika suatu event terjadi. Reaksi demikian mungkin merupakan reaksi negatif atau adanya bad news (Bandi dan Hartono, 2000). Morse (1981) mengemukakan bahwa perdagangan saham dapat saja terjadi sebelum adanya pengumuman publik karena adanya perbedaan keyakinan mengenai probabilita perbedaan sinyal yang disebabkan pengumuman tersebut. Perbedaan keyakinan ini mungkin disebabkan informasi asimetri sebelum pengumuman terjadi. Volume perdagangan saham yang terjadi setelah pengumuman publik mungkin disebabkan adanya perbedaan interpretasi dari sinyal yang dilepaskan ke pasar dan atau kembalinya investor dari posisi spekulatif sebelum pengumuman publik ke posisi diversifikasi. Bamber (1986) menyebutkan bahwa perubahan harga merefleksikan perubahan kepercayaan rata-rata pasar secara agregat dan sebaliknya volume perdagangan saham merupakan jumlah tindakan atau perdagangan investor individual. Jadi, reaksi harga atas informasi publik merefleksikan kepercayaan dalam pasar agregat yang merupakan akibat adanya informasi tersebut (Beaver 1968; Kim dan Verrecchia 1991a, 1991b). C. Pengaruh Merjer dan Akuisisi Terhadap Kemakmuran Pemegang Saham Pengumuman merjer dan akuisisi yang merupakan informasi bagi para pelaku pasar akan mempengaruhi harga saham maupun volume perdagangan 15 saham, baik dari sisi perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target. Perubahan harga saham kedua perusahaan menunjukkan adanya tingkat kemakmuran pemegang saham, yang diukur melalui besarnya abnormal return perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Agrawal dan Mandelker (1992) menyimpulkan bahwa pemegang saham perusahaan pengakuisisi mengalami kerugian sekitar 10% setelah merjer dilakukan selama lima tahun. Limmack (1991) yang meneliti pengaruh merjer terhadap tingkat kemakmuran pemegang saham dengan mengamati tingkat abnormal return di sekitar tanggal akuisisi dan pada tanggal pengumuman laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa walaupun secara total tidak ada penurunan tingkat kemakmuran pemegang saham, namun pemegang saham perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan tingkat kemakmuran. Sebaliknya, pemegang saham perusahaan target mengalami kenaikan tingkat kemakmuran yang signifikan. Parkinson dan Dobbins (1993) yang meneliti abnormal return yang diperoleh pemegang saham perusahaan yang terlibat dalam pengambilalihan yang tidak bersahabat (hostile takeover), menunjukkan bahwa positif abnormal return yang signifikan diperoleh pemegang saham perusahaan target pada periode 1 bulan sampai 24 bulan sesudah pengumuman. Harga saham perusahaan target meningkat secara drastis pada saat pengumuman akuisisi sedangkan cumulative abnormal return perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah pengumuman tidak signifikan. 16 Farlianto (1996) yang meneliti pengaruh akuisisi terhadap kinerja saham perusahaan pengakuisisi di Indonesia selama tahun 1990 – 1995 menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan return abnormal saham perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah akuisisi, bahkan hasil penelitiannya menunjukkan kecenderungan yang menurun. Tjandra (1995) meneliti dampak pengumuman akuisisi internal maupun akuisisi eksternal terhadap kemakmuran pemegang saham perusahaan pengakuisisi selama tahun 1990 – 1993. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuisisi internal tidak memberikan abnormal return yang positif sedangkan akuisisi eksternal memberikan abnormal return yang positif karena memberikan kemakmuran bagi pemegang sahamnya. Beberapa penelitian juga dilakukan dengan melihat pengaruh pengumuman merjer dan akuisisi terhadap return saham perusahaan target dimana terdapat return saham yang positif bagi pemegang saham perusahaan target. Morck et al. (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa motivasi perusahaan dalam mengakuisisi perusahaan target akan menghasilkan kinerja yang buruk bagi perusahaan pengakuisisi. Hasil penelitian ini berkaitan dengan teori keagenan bahwa manajemen cenderung untuk meningkatkan laba perusahaannya sehingga posisinya semakin kuat sekaligus memperoleh insentif yang lebih tinggi. Dengan demikian, manajemen termotivasi untuk mengakuisisi perusahaan dalam tahap pertumbuhan walaupun membayar dengan harga yang lebih tinggi pada perusahaan target dalam proses tender offer. Kondisi ini tentu saja menguntungkan perusahaan target. 17 Sudarsanam et al. (1996) menyimpulkan bahwa sinergi dari operasional, keuangan dan manajerial dapat menciptakan nilai bagi perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan target. Namun pemegang saham perusahaan target memperoleh cumulative abnormal return yang signifikan 20 hari sebelum dan setelah pengumuman merjer. Sedangkan perusahaan pengakuisisi mengalami cumulative abnormal return negatif dan signifikan pada saat pengumuman sampai setelah pengumuman. Sebagian besar penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa kemakmuran pemegang saham perusahaan target menikmati keuntungan atas aktivitas merjer dan akuisisi sedangkan perusahaan pengakuisisi tidak. D. Perumusan Hipotesis Pengumuman merjer dan akuisisi yang dipublikasikan akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan investasinya, yang tercermin dalam volume perdagangan saham dan harga saham. Di sisi lain, Rachmawati (2000) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengumuman merjer dan akuisisi terhadap return saham perusahaan target di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa pemegang saham perusahaan target memperoleh kemakmuran dari aktivitas merjer dan akuisisi. Hasil penelitiannya ditunjukkan dengan adanya rata-rata abnormal return positif yang signifikan yang diperoleh pemegang saham perusahaan target di seputar tanggal pengumuman merjer dan akuisisi, yaitu pada saat diumumkan, beberapa hari sebelum pengumuman dan setelah pengumuman merjer dan akuisisi. Hasil penelitian ini 18 mendukung penelitian Sevaes (1991), Datta et al. (1992), Parkinson dan Dobbins (1993) dan Sudarsanam et al. (1996). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu bahwa yang menikmati keuntungan atas aktivitas merjer dan akuisisi adalah para pemegang saham perusahaan target maka peneliti berhipotesis bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap pengumuman merjer dan akuisisi yang dilakukan perusahaan target dan hal ini tercermin dalam volume perdagangan saham. Oleh karena itu, peneliti mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan signifikan pada volume perdagangan saham pada perusahaan target antara periode sebelum tanggal merjer dan akuisisi dan periode setelah tanggal merjer dan akuisisi H2: Terdapat perbedaan signifikan pada harga saham pada perusahaan target antara periode sebelum tanggal merjer dan akuisisi dan periode setelah tanggal merjer dan akuisisi.