BAB I PENDAHULUAN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peranan penting sebagai salah satu sumber
pembiayaan dana usaha di Indonesia, sedangkan disisi lain, pasar modal
merupakan wahana investasi bagi masyarakat , termasuk pemodal menengah dan
kecil (Akhmad dan Ramadyansari, 2013). Pasar modal merupakan fasilitas yang
tepat untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana atau calon
investor dengan perusahaan yang membutuhkan dana yang disebut emiten
(Labibah dan Dwimulyani, 2014).
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara
mereka. Salah satu alternatif yang dapat dipilih investor untuk berinvestasi
adalah melalui perdagangan saham. Bursa atau pasar modal memungkinkan
investor untuk melakukan diversifikasi investasi serta membentuk portofolio
yang sesuai dengan resiko dan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan
(Widyahari.,dkk, 2014). Bursa juga dapat memberikan berbagai informasi yang
tersedia di publik yang dapat diperoleh investor yang dapat digunakan untuk
mengurangi ketidakpastian yang akan dihadapi, sehingga keputusan investasi
yang nantinya akan diambil mendapatkan hasil yang tidak jauh dari harapan.
2
Salah satu informasi yang tersedia di bursa adalah pemecahan saham (stock
split).
Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh
pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan
perubahan harga saham tersebut (Indarti dan Purba, 2011). Informasi yang
dipublikasikan
merupakan
informasi
dalam
bentuk
pengumuman
oleh
perusahaan emiten. Informasi yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas
antara lain pengumuman pembagian deviden, merger, right issue, saham bonus,
dan pengumuman lainnya (Hartono, 2015 : 589-590)
Pengumuman stock split, sebagai salah satu informasi yang dapat
berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia, dapat memungkinkan terjadinya
perubahan-perubahan seperti harga, imbal hasil, dan juga volume perdagangan
saham (Sakti dan Rini, 2013). Hartono (2015:629) menyatakan pemecahan
saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga
perlembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari harga sebelumnya.
Soemarso (2010 : 188) menyatakan pemecahan saham (stock split) adalah
diturunkannya nilai nominal saham biasa dengan jalan mengeluarkan tambahan
lembar saham secara proporsional. Misalnya, saham beredar sebuah perusahaan
terdiri dari 100.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000
per lembar.
Pemecahan saham dilakukan dengan menurunkan nilai nominal menjadi Rp
1.000. untuk itu dikeluarkan saham baru sehingga jumlah lembar saham yang
beredar menjadi 1.000.000. Seseorang pemegang saham yang memiliki 10 lembar
3
dengan pemecahan saham tersebut akan mempunyai 100 lembar. Dengan
pemecahan saham, total modal saham disetor tidak berubah. Ia hanya mengubah
jumlah lembar saham yang beredar saja (Soemarso, 2010 : 188).
Fahmi dan Hadi (2011 : 106), Pemecahan Saham atau stock split adalah
peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham;
misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua
saham yang masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal
awal. Pemecahan saham merupakan salah satu bentuk tindakan (action)yang
dilakukan oleh emiten untuk meningkatkan jumlah saham, dengan cara memecah
saham yang ada menjadi pecahan yang lebih kecil.
Hartono (2015:630) menyatakan bahwa alasan perusahaan melakukan stock
split adalah berhubungan dengan likuiditas dan sinyal yang akan disampaikan
oleh perusahaan ke publik. Purnamasari (2013) menyatakan perusahaan yang
melakukan stock split sedang memberikan informasi kepada investor mengenai
kinerja keuangan yang baik, dapat berupa pertumbuhan dividen atau kenaikan
laba di masa mendatang yang berpotensi meningkatkan return bagi investor.
Signaling theory merupakan teori penting mengenai stock split. Signaling
theory menjelaskan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada
investor tentang peningkatan return di masa depan. Penurunan harga saham
akibat pemecahan saham dapat meningkatkan kemampuan investor untuk
melakukan transaksi, terutama investor kecil. Akibatnya, permintaan saham akan
meningkat dan berdampak pada naiknya volume perdagangan saham. Semakin
4
meningkatnya volume perdagangan saham, menunjukkan semakin diminatinya
saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap
naiknya return saham (Indarti dan Purba, 2011).
Perubahan harga akibat peristiwa stock split dapat memberikan sinyal
positif bagi para investor untuk melakukan transaksi (Sriwidharmanely, 2006).
Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya sehingga akan
meningkatkan volume perdagangan saham (Rumanti dan Moerdiyanto, 2012).
Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah
saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di pasar.
Saham yang aktif perdagangannya memiliki volume perdagangan yang besar dan
saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi
(Widyahari.dkk, 2014).
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan variabel penelitian
terhadap peristiwa stock split ini menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian.
Hasil penelitian Indarti dan Purba (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
harga saham yang tercermin dari adanya perbedaan return saham sebelum dan
sesudah peristiwa stock split dan juga terdapat perbedaan volume perdagangan
saham pada saat sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Bukti empiris
penelitian Utari (2012) menunjukkan tidak terdapat perbedaan harga saham
karena tidak adanya perbedaan return saham dan tidak terdapat perbedaan
terhadap volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Hasil penelitian Akhmad dan Ramadiyansari (2013) menemukan bukti empiris
bahwa tidak terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah
5
stcok split
sebagai indikator untuk mengukur return saham, namun terdapat
perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Hasil penelitian Komariah (2014) menemukan bukti empiris
tidak terdapat
perbedaan harga saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
peristiwa stock split, sedangkan hasil penelitian Arifandi (2014) menemukan
bukti empiris bahwa terdapat perbedaan harga saham yang terlihat dari perbedaan
return saham sebelum dan sesudah stock split.
Namun demikan, hasil penelitian Widyahari,dkk (2014) menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split dan
terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock
split.Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang telah
disebutkan berbeda dan juga masih sering terjadi ketidakcocokan antara teori dan
praktek maka peristiwa stock split tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh
Widyahari dkk (2014) yang telah melakukan penelitian terhadap return saham
dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013. Beda penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya menggunakan
periode penelitian selama 3 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan periode
penelitian
selama 5 tahun. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini
mengambil judul “ANALISIS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN
RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK
6
SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011 – 2015”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan alam
penelitian ini dirumuskan sebagaiberikut:
1. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah stock split
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011 – 2015?
2. Apakah terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 –
2015?
1.3 TujuanPenelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan penelitian ini adalah :
1.Menguji dan menganalisis perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan
sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2011-2015.
2. M e n g u j i d a n menganalisis perbedaan return saham sebelum dan sesudah
stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2011-2015.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini baik secara langsung maupun tidak
langsung,antara lain:
1. Bagi Akademisi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi
bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
2. Bagi Praktisi
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para investor
ataupun calon investor sebagaibahan pertimbangan dalam melakukan
keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan stock split (pemecahan
saham).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Ruang Lingkup Objek Penelitian
3.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
studi peristiwa (event study). Event Study merupakan studi yang mempelajari
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan
sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji
kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman (Hartono,
2015 : 624).
3.1.2 Objek penelitian
Objek penelitian dalam hal ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split (pemecahan saham) selama
periode tahun 2011–2015. Bursa Efek Indonesia (BEI) tempat diselenggarakannya
kegiatan perdagangan efek pasar modal oleh suatu badan usaha, sehingga BEI
menjadi tempat perdagangan saham di Indonesia.
3.2
Populasi dan Sampel
Menurut Ikhsan, dkk (2014 : 105), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu. Populasi juga merupakan keseluruhan
28
kumpulan elemen-elemen berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam
mengambil beberapa kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011
sampai dengan 2015 yang berjumlah sebanyak 528 perusahaan. Sampel adalah
bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dipilih
secara hati-hati dari populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang melakukan stocksplit di tahun2011 sampai 2015.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling yaitu
sampel yang dibutuhkan dibatasi pada tipe tertentu atau menyesuaikan kriteriakriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Dalam purposive sampling, populasi
yangakan dijadikan sampel penelitianadalah populasiyangmemenuhi kriteria
sampel tertentu atau jugdement sampling. Kriteria perusahaan yang menjadi
sampel adalah sebagai berikut.
1.
Perusahaan-perusahaan yang melakukan kebijakan stock split pada periode
2011-2015.
2.
Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak
melakukan corporate action lain selama periode pengamatan (event
window), seperti right issue, warrant, pengumuman dividen, saham bonus,
merger dan pengumuman perusahaan lainnya. Hal ini dilakukan agar
perubahan volume perdagangan saham dan return saham hanya dipengaruhi
oleh stock split.
3.
Kelengkapan
data
yang
diperlukan
baik
itu
disitus
resmi
BEI
(www.idx.co.id) maupun di situs lainnya dari 7 (tujuh) hari sebelum hingga
29
7 (tujuh) hari sesudah pelaksanaan kebijakan stock split. Jangka waktu
pengamatan pada penelitian ini ditentukan dengan maksud untuk
mengetahui kecepatan reaksi investor dalam menanggapi kebijakan
perusahaan melakukan pemecaham saham. Pemilihan 14 hari sebagai
periode penelitian dengan pertimbangan selama 7 hari diperkirakan
perubahan volume perdagangan saham sudah merefleksikan dampak dari
aktivitas stock split.
Semua emiten yang melakukan stocksplit
selama periode tersebut
kemudian dilakukan penyaringan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sesudah
dilakukan penyaringan, diperoleh sebanyak 41 perusahaan/emiten sebagai sampel
akhir bagi penelitian ini. Berikut ini disajikan perincian prosedur pengambilan
sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 3.1
Rincian Perolehan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
jumlah
1. perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015
528
2. Perusahaan yang tidak melakukan stock split
486
3. Perusahaan yang melakukan corporate action lainnya selama
1
periode pengamatan
Perusahaan yang memenuhi criteria
Sumber : IndonesianCapitalMarketDirectory
41
30
Perusahaan yang melakukan stock split tahun 2011 sampai dengan 2015
sebanyak 42 perusahaan. Terdapat 1 perusahaan yang melakukan stock split
sebanyak dua kali dalam periode pengamatan yaitu Surya Toto Indonesia, Tbk dan
terdapat 1 perusahaan yang melakukan corporate action lainnya pada periode
penelitian, sehingga menyebabkan perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam
kriteria sampel penelitian. Perusahaan tersebut adalah Multi Bintang Indonesia,
Tbk (MLBI). ( Perusahaan yang masuk dalam kriteria sampel terlampir ).
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data Kuantitatif
adalah data berupa angka-angka dari harga penutupan harian saham perusahaan,
volume perdagangan saham harian dan IHSG.
Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan oleh pihak lain (sudah tersedia). Sumber data dalam
penelitian ini didapat dari situs resmi BEI (www.idx.co.id), serta media lain yang
mendukung penelitian ini.
3.4
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Volume Perdagangan Saham
Volume Perdagangan merupakan jumlah transaksi yang diperdagangkan pada
waktu tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham (Indarti dan
Purba, 2011). Volume perdagangan saham ialah instrumen yang dipakai untuk
melihat suatu reaksi pasar modal, karena adanya suatu informasi yang beredar
(Ginting dan Rahyuda, 2013).
31
Volume perdagangan saham dapat diukur dengan Trading Volume Activity
(TVA). Trading volume activity (TVA) merupakan rasio antara jumlah lembar
saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang
beredar pada waktu tertentu (Akhmad.,dkk, 2013). Trading volume activity (TVA)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu t
TVA =
Saham perusahaan yang beredar (listing) pada waktu t
Rumus untuk menghitung rata-rata trading volume activity selama periode
pengamatan adalah sebagai berikut:
xTVA =
n
n = sampel
Rumus untuk menghitung cumulative trading volume activity, dengan
rumus:
CxTVA =
n
n = sampel
3.4.2 Return Saham
Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati investor atas suatu
investasi yang dilakukannya (Ang dalam Widyahari, 2014). Return saham yang akan
diterima oleh investor sangat dipengaruhi oleh jenis investasi yang dipilih.
Komposisi perhitungan return saham (actual return) terdiri dari capital gain atau
capital loss. Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh
32
investor pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau lebih
rendah dibandingkan dengan harga sebelumnya (Muharam dan Sakti, 2008).
Dalam mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan
dengan adanya peristiwa stock split dapat dilihat dari adanya abnormal return yang
diperoleh investor (Hartono, 2015:624). Abnormal return atau excess return
merupakan
kelebihan
dari
return
yang
sesungguhnya
(actual
return)
terjaditerhadap return normal yang dirumuskan sebagai berikut:
=
-E[
]
Dimana :
= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke- t
= return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke- t
E[
] = return ekspektasian sekuritas ke-I untuk periode
peristiwa ke- t
Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi
pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus:
=
33
Dimana :
= return realisasiansekuritas (i) pada periode t
= closing price sekuritas (i) periode t
= closing price sekuritas (i) periode
Return normal (normal return) merupakan return ekspektasian (return yang
diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisish
antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian.
Return
ekspektasi dalam penelitian ini menggunakan market-adjusted model atau model
disesuaikan pasar, karena model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik
untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat
tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang di
estimasi adalah sama dengan return indeks pasar yang dirumuskan sebagai
berikut:
E(
)=
Dimana :
E(
) = return ekspektasian sekuritas ke-I perioda peristiwa ke-t.
= return pasar perioda peristiwa ke-t yang dapat dihitung dengan
rumus
=(
-
)/
dengan
Indeks Harga Saham Gabungan perioda ke-t.
adalah
34
Pengujian adanya abnormal return umumnya tidak dilakukan untuk tiaptiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rerata return
taknormal seluruh sekuritas secara cross-sectional untuk tiap-tiap hari di perioda
peristiwa. Rerata return taknormal (average abnormal return) untuk hari ke-t
dapat dihitung berdasarkan rerata aritmatika sebagai berikut:
=
k
Dimana :
= average abnormal return pada hari ke-t.
= abnormal return untuk sekuritas ke-I pada hari ke-t.
k
= jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa.
Penelitian mengenai studi peristiwa juga menggunakan akumulasi return
taknormal. Akumulasi abnormalreturn atau cumulative average abnormal return
(CAAR) merupakan penjumlahan abnormal return hari sebelumnya di dalam
periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas sebagai berikut:
=
k
Dimana :
= cumulativeaverage abnormal return pada hari ke-t.
= averageabnormal return untuk sekuritas ke-I pada hari ke-t.
35
k
=jumlah
sekuritas
yang
terpengaruh
oleh
pengumuman
peristiwa.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data yang dilakukan dengan
cara meneliti dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas yaitu berupa catatan dan laporan atas harga
saham dan volume perdagangan saham secara harian pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan stock split.
3.6
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji
beda t-test dengan sampel berhubungan (paired sample). periode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 14 hari. Periode 7 hari sebelum (t-7 sampai dengan t1) peristiwa, dan 7 hari sesudah peristiwa (t+1 sampai dengan t+7).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang terjadinya abnormal
return perubahan harga saham dan perubahan volume perdagangan saham akibat
pemecahan saham adalah penelitian yang dilakukan oleh Widyahari,dkk (2014)
yang menggunakan periode 10 hari sebelum (t-10 sampai dengan t+1) peristiwa
dan 10 hari sesudah peristiwa (t+1 sampai dengan t+10) pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan menemukan hasil bahwa tidak terdapat
36
perbedaan return saham, tetapi terdapat perbedaan volume perdagangan saham.
Dengan dasar alasan di atas dan penelitian terdahulu, penelitian kali ini ingin
menguji kembali return saham dan volume perdagangan saham menggunakan
periode pengamatan 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah peristiwa stock split.
3.6.1 Volume Perdagangan Saham
Untuk menghitung TVA saham diperlukan data mengenai volume
perdagangan dan jumlah saham beredar sebagai berikut :
1. Mendapatkan data volume perdagangan jumlah saham yang beredar selama
periode pengamatan.
2. Menghitung aktivitas perdagangan saham dengan indikator Trading Volume
Activity (TVA).
3.6.2 Return Saham
Perhitungan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Mendapatkan data harga saham (merupakan harga saham setelah penutupan
atau closing price) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2.
Menghitung abnormal return.
3.
Menghitung average abnormal return (AAR)
4.
Menghitung cumulative average abnormal return (CAAR).
37
3.6.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang
digunakan dalam hal ini adalah volume perdagangan saham (Trading Volume
Activity) dan return taknormal (Abnormal Return) berdistribusi normal atau tidak.
Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal atau tidak
adalah sebagai alat membuat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrov-Smirnov Test.
3.6.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas data. Apabila telah diketahui
data dalam penelitian ini berdistribusi normal, maka teknik uji beda dua sampel
berpasangan yang digunakan adalah Paired-Sample T Test yang merupakan uji
statistik parametik (Santoso, 2004 : 148). Uji ini dilakukan untuk menguji
perbedaan variabel penelitian sebelum dan sesudah stock split. Uji hipotesis
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menentukan formulasi hipotesa
Ho :
=
Ha :
≠
2. Menentukan nilai kritis atau signifikansi, nilai kritis dalam penelitian ini
adalah 5% (α = 5%)
3. Menentukan nilai t hitung
4. Menentukan nilai degree of freedom (df) dalam penelitian ini untuk sampel
berpasangan jumlah df ditentukan dengan rumus : df = N-1
38
5.
Pengambilan
keputusan
perbandingan nilai
dalam
penelitian
dengan nilai
signifikansi yang digunakan. Jika nilai
ini
adalah
berdasarkan
sesuai dengan tingkat
berada diantara -
atau jika signifikansi t > 0,05 maka hipotesis nol (
dengan
) diterima atau
Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat perbedaan volume perdagangan
saham dan return sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Sebaliknya
jika
lebih besar dari
atau kurang dari -
signifikansi t < 0,05 maka hipotesis (
atau jika
) ditolak atau Ha diterima yang
artinya terdapat perbedaan volume perdagangan saham dan return saham
sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Download