1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal mempunyai peranan penting sebagai salah satu sumber pembiayaan dana usaha di Indonesia, sedangkan disisi lain, pasar modal merupakan wahana investasi bagi masyarakat , termasuk pemodal menengah dan kecil (Akhmad dan Ramadyansari, 2013). Pasar modal merupakan fasilitas yang tepat untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana atau calon investor dengan perusahaan yang membutuhkan dana yang disebut emiten (Labibah dan Dwimulyani, 2014). Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Salah satu alternatif yang dapat dipilih investor untuk berinvestasi adalah melalui perdagangan saham. Bursa atau pasar modal memungkinkan investor untuk melakukan diversifikasi investasi serta membentuk portofolio yang sesuai dengan resiko dan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan (Widyahari.,dkk, 2014). Bursa juga dapat memberikan berbagai informasi yang tersedia di publik yang dapat diperoleh investor yang dapat digunakan untuk mengurangi ketidakpastian yang akan dihadapi, sehingga keputusan investasi yang nantinya akan diambil mendapatkan hasil yang tidak jauh dari harapan. 2 Salah satu informasi yang tersedia di bursa adalah pemecahan saham (stock split). Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut (Indarti dan Purba, 2011). Informasi yang dipublikasikan merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas antara lain pengumuman pembagian deviden, merger, right issue, saham bonus, dan pengumuman lainnya (Hartono, 2015 : 589-590) Pengumuman stock split, sebagai salah satu informasi yang dapat berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia, dapat memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan seperti harga, imbal hasil, dan juga volume perdagangan saham (Sakti dan Rini, 2013). Hartono (2015:629) menyatakan pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham baru setelah stock split adalah 1/n dari harga sebelumnya. Soemarso (2010 : 188) menyatakan pemecahan saham (stock split) adalah diturunkannya nilai nominal saham biasa dengan jalan mengeluarkan tambahan lembar saham secara proporsional. Misalnya, saham beredar sebuah perusahaan terdiri dari 100.000 lembar dengan nilai nominal Rp 10.000 per lembar. Pemecahan saham dilakukan dengan menurunkan nilai nominal menjadi Rp 1.000. untuk itu dikeluarkan saham baru sehingga jumlah lembar saham yang beredar menjadi 1.000.000. Seseorang pemegang saham yang memiliki 10 lembar 3 dengan pemecahan saham tersebut akan mempunyai 100 lembar. Dengan pemecahan saham, total modal saham disetor tidak berubah. Ia hanya mengubah jumlah lembar saham yang beredar saja (Soemarso, 2010 : 188). Fahmi dan Hadi (2011 : 106), Pemecahan Saham atau stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing-masing memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal. Pemecahan saham merupakan salah satu bentuk tindakan (action)yang dilakukan oleh emiten untuk meningkatkan jumlah saham, dengan cara memecah saham yang ada menjadi pecahan yang lebih kecil. Hartono (2015:630) menyatakan bahwa alasan perusahaan melakukan stock split adalah berhubungan dengan likuiditas dan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan ke publik. Purnamasari (2013) menyatakan perusahaan yang melakukan stock split sedang memberikan informasi kepada investor mengenai kinerja keuangan yang baik, dapat berupa pertumbuhan dividen atau kenaikan laba di masa mendatang yang berpotensi meningkatkan return bagi investor. Signaling theory merupakan teori penting mengenai stock split. Signaling theory menjelaskan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return di masa depan. Penurunan harga saham akibat pemecahan saham dapat meningkatkan kemampuan investor untuk melakukan transaksi, terutama investor kecil. Akibatnya, permintaan saham akan meningkat dan berdampak pada naiknya volume perdagangan saham. Semakin 4 meningkatnya volume perdagangan saham, menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya return saham (Indarti dan Purba, 2011). Perubahan harga akibat peristiwa stock split dapat memberikan sinyal positif bagi para investor untuk melakukan transaksi (Sriwidharmanely, 2006). Harga saham yang murah akan menyebabkan investor membelinya sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham (Rumanti dan Moerdiyanto, 2012). Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di pasar. Saham yang aktif perdagangannya memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Widyahari.dkk, 2014). Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan variabel penelitian terhadap peristiwa stock split ini menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian. Hasil penelitian Indarti dan Purba (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga saham yang tercermin dari adanya perbedaan return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan juga terdapat perbedaan volume perdagangan saham pada saat sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Bukti empiris penelitian Utari (2012) menunjukkan tidak terdapat perbedaan harga saham karena tidak adanya perbedaan return saham dan tidak terdapat perbedaan terhadap volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Hasil penelitian Akhmad dan Ramadiyansari (2013) menemukan bukti empiris bahwa tidak terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah 5 stcok split sebagai indikator untuk mengukur return saham, namun terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Hasil penelitian Komariah (2014) menemukan bukti empiris tidak terdapat perbedaan harga saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split, sedangkan hasil penelitian Arifandi (2014) menemukan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan harga saham yang terlihat dari perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Namun demikan, hasil penelitian Widyahari,dkk (2014) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split.Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang telah disebutkan berbeda dan juga masih sering terjadi ketidakcocokan antara teori dan praktek maka peristiwa stock split tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Widyahari dkk (2014) yang telah melakukan penelitian terhadap return saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013. Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya menggunakan periode penelitian selama 3 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan periode penelitian selama 5 tahun. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK 6 SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 – 2015”. 1.2 RumusanMasalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan alam penelitian ini dirumuskan sebagaiberikut: 1. Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2015? 2. Apakah terdapat perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2015? 1.3 TujuanPenelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.Menguji dan menganalisis perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. 2. M e n g u j i d a n menganalisis perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. 7 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung,antara lain: 1. Bagi Akademisi Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 2. Bagi Praktisi Diharapkan penelitian ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi para investor ataupun calon investor sebagaibahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan stock split (pemecahan saham). 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Objek Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi peristiwa (event study). Event Study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman (Hartono, 2015 : 624). 3.1.2 Objek penelitian Objek penelitian dalam hal ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split (pemecahan saham) selama periode tahun 2011–2015. Bursa Efek Indonesia (BEI) tempat diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar modal oleh suatu badan usaha, sehingga BEI menjadi tempat perdagangan saham di Indonesia. 3.2 Populasi dan Sampel Menurut Ikhsan, dkk (2014 : 105), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi juga merupakan keseluruhan 28 kumpulan elemen-elemen berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam mengambil beberapa kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan 2015 yang berjumlah sebanyak 528 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stocksplit di tahun2011 sampai 2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling yaitu sampel yang dibutuhkan dibatasi pada tipe tertentu atau menyesuaikan kriteriakriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Dalam purposive sampling, populasi yangakan dijadikan sampel penelitianadalah populasiyangmemenuhi kriteria sampel tertentu atau jugdement sampling. Kriteria perusahaan yang menjadi sampel adalah sebagai berikut. 1. Perusahaan-perusahaan yang melakukan kebijakan stock split pada periode 2011-2015. 2. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan corporate action lain selama periode pengamatan (event window), seperti right issue, warrant, pengumuman dividen, saham bonus, merger dan pengumuman perusahaan lainnya. Hal ini dilakukan agar perubahan volume perdagangan saham dan return saham hanya dipengaruhi oleh stock split. 3. Kelengkapan data yang diperlukan baik itu disitus resmi BEI (www.idx.co.id) maupun di situs lainnya dari 7 (tujuh) hari sebelum hingga 29 7 (tujuh) hari sesudah pelaksanaan kebijakan stock split. Jangka waktu pengamatan pada penelitian ini ditentukan dengan maksud untuk mengetahui kecepatan reaksi investor dalam menanggapi kebijakan perusahaan melakukan pemecaham saham. Pemilihan 14 hari sebagai periode penelitian dengan pertimbangan selama 7 hari diperkirakan perubahan volume perdagangan saham sudah merefleksikan dampak dari aktivitas stock split. Semua emiten yang melakukan stocksplit selama periode tersebut kemudian dilakukan penyaringan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sesudah dilakukan penyaringan, diperoleh sebanyak 41 perusahaan/emiten sebagai sampel akhir bagi penelitian ini. Berikut ini disajikan perincian prosedur pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Tabel 3.1 Rincian Perolehan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel jumlah 1. perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015 528 2. Perusahaan yang tidak melakukan stock split 486 3. Perusahaan yang melakukan corporate action lainnya selama 1 periode pengamatan Perusahaan yang memenuhi criteria Sumber : IndonesianCapitalMarketDirectory 41 30 Perusahaan yang melakukan stock split tahun 2011 sampai dengan 2015 sebanyak 42 perusahaan. Terdapat 1 perusahaan yang melakukan stock split sebanyak dua kali dalam periode pengamatan yaitu Surya Toto Indonesia, Tbk dan terdapat 1 perusahaan yang melakukan corporate action lainnya pada periode penelitian, sehingga menyebabkan perusahaan tersebut tidak masuk ke dalam kriteria sampel penelitian. Perusahaan tersebut adalah Multi Bintang Indonesia, Tbk (MLBI). ( Perusahaan yang masuk dalam kriteria sampel terlampir ). 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data Kuantitatif adalah data berupa angka-angka dari harga penutupan harian saham perusahaan, volume perdagangan saham harian dan IHSG. Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh pihak lain (sudah tersedia). Sumber data dalam penelitian ini didapat dari situs resmi BEI (www.idx.co.id), serta media lain yang mendukung penelitian ini. 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Volume Perdagangan Saham Volume Perdagangan merupakan jumlah transaksi yang diperdagangkan pada waktu tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham (Indarti dan Purba, 2011). Volume perdagangan saham ialah instrumen yang dipakai untuk melihat suatu reaksi pasar modal, karena adanya suatu informasi yang beredar (Ginting dan Rahyuda, 2013). 31 Volume perdagangan saham dapat diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading volume activity (TVA) merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Akhmad.,dkk, 2013). Trading volume activity (TVA) dapat dirumuskan sebagai berikut: Saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu t TVA = Saham perusahaan yang beredar (listing) pada waktu t Rumus untuk menghitung rata-rata trading volume activity selama periode pengamatan adalah sebagai berikut: xTVA = n n = sampel Rumus untuk menghitung cumulative trading volume activity, dengan rumus: CxTVA = n n = sampel 3.4.2 Return Saham Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati investor atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang dalam Widyahari, 2014). Return saham yang akan diterima oleh investor sangat dipengaruhi oleh jenis investasi yang dipilih. Komposisi perhitungan return saham (actual return) terdiri dari capital gain atau capital loss. Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh 32 investor pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan harga sebelumnya (Muharam dan Sakti, 2008). Dalam mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan dengan adanya peristiwa stock split dapat dilihat dari adanya abnormal return yang diperoleh investor (Hartono, 2015:624). Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya (actual return) terjaditerhadap return normal yang dirumuskan sebagai berikut: = -E[ ] Dimana : = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke- t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke- t E[ ] = return ekspektasian sekuritas ke-I untuk periode peristiwa ke- t Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus: = 33 Dimana : = return realisasiansekuritas (i) pada periode t = closing price sekuritas (i) periode t = closing price sekuritas (i) periode Return normal (normal return) merupakan return ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return adalah selisish antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian. Return ekspektasi dalam penelitian ini menggunakan market-adjusted model atau model disesuaikan pasar, karena model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang di estimasi adalah sama dengan return indeks pasar yang dirumuskan sebagai berikut: E( )= Dimana : E( ) = return ekspektasian sekuritas ke-I perioda peristiwa ke-t. = return pasar perioda peristiwa ke-t yang dapat dihitung dengan rumus =( - )/ dengan Indeks Harga Saham Gabungan perioda ke-t. adalah 34 Pengujian adanya abnormal return umumnya tidak dilakukan untuk tiaptiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rerata return taknormal seluruh sekuritas secara cross-sectional untuk tiap-tiap hari di perioda peristiwa. Rerata return taknormal (average abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung berdasarkan rerata aritmatika sebagai berikut: = k Dimana : = average abnormal return pada hari ke-t. = abnormal return untuk sekuritas ke-I pada hari ke-t. k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa. Penelitian mengenai studi peristiwa juga menggunakan akumulasi return taknormal. Akumulasi abnormalreturn atau cumulative average abnormal return (CAAR) merupakan penjumlahan abnormal return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas sebagai berikut: = k Dimana : = cumulativeaverage abnormal return pada hari ke-t. = averageabnormal return untuk sekuritas ke-I pada hari ke-t. 35 k =jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data yang dilakukan dengan cara meneliti dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu berupa catatan dan laporan atas harga saham dan volume perdagangan saham secara harian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan stock split. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji beda t-test dengan sampel berhubungan (paired sample). periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 hari. Periode 7 hari sebelum (t-7 sampai dengan t1) peristiwa, dan 7 hari sesudah peristiwa (t+1 sampai dengan t+7). Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang terjadinya abnormal return perubahan harga saham dan perubahan volume perdagangan saham akibat pemecahan saham adalah penelitian yang dilakukan oleh Widyahari,dkk (2014) yang menggunakan periode 10 hari sebelum (t-10 sampai dengan t+1) peristiwa dan 10 hari sesudah peristiwa (t+1 sampai dengan t+10) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan menemukan hasil bahwa tidak terdapat 36 perbedaan return saham, tetapi terdapat perbedaan volume perdagangan saham. Dengan dasar alasan di atas dan penelitian terdahulu, penelitian kali ini ingin menguji kembali return saham dan volume perdagangan saham menggunakan periode pengamatan 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah peristiwa stock split. 3.6.1 Volume Perdagangan Saham Untuk menghitung TVA saham diperlukan data mengenai volume perdagangan dan jumlah saham beredar sebagai berikut : 1. Mendapatkan data volume perdagangan jumlah saham yang beredar selama periode pengamatan. 2. Menghitung aktivitas perdagangan saham dengan indikator Trading Volume Activity (TVA). 3.6.2 Return Saham Perhitungan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mendapatkan data harga saham (merupakan harga saham setelah penutupan atau closing price) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Menghitung abnormal return. 3. Menghitung average abnormal return (AAR) 4. Menghitung cumulative average abnormal return (CAAR). 37 3.6.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data yang digunakan dalam hal ini adalah volume perdagangan saham (Trading Volume Activity) dan return taknormal (Abnormal Return) berdistribusi normal atau tidak. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal atau tidak adalah sebagai alat membuat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogrov-Smirnov Test. 3.6.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas data. Apabila telah diketahui data dalam penelitian ini berdistribusi normal, maka teknik uji beda dua sampel berpasangan yang digunakan adalah Paired-Sample T Test yang merupakan uji statistik parametik (Santoso, 2004 : 148). Uji ini dilakukan untuk menguji perbedaan variabel penelitian sebelum dan sesudah stock split. Uji hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan formulasi hipotesa Ho : = Ha : ≠ 2. Menentukan nilai kritis atau signifikansi, nilai kritis dalam penelitian ini adalah 5% (α = 5%) 3. Menentukan nilai t hitung 4. Menentukan nilai degree of freedom (df) dalam penelitian ini untuk sampel berpasangan jumlah df ditentukan dengan rumus : df = N-1 38 5. Pengambilan keputusan perbandingan nilai dalam penelitian dengan nilai signifikansi yang digunakan. Jika nilai ini adalah berdasarkan sesuai dengan tingkat berada diantara - atau jika signifikansi t > 0,05 maka hipotesis nol ( dengan ) diterima atau Ha ditolak, yang artinya tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham dan return sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Sebaliknya jika lebih besar dari atau kurang dari - signifikansi t < 0,05 maka hipotesis ( atau jika ) ditolak atau Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan volume perdagangan saham dan return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split.