26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI Menurut Eka, at all. (2013), Makanan pendamping (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Makanan pendamping yang baik adalah kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), bersih dan aman, tidak terlalu pedas dan asin, mudah dimakan dan dicerna oleh bayi, harga terjangkau dan mudah disiapkan. Pengenalan dan pemberian makanan tambahan harus bertahap, baik bentuk atau pun jumlah seperti berikut : Umur 0-6 bulan a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum) b. Berikan hanya ASI (ASI eksklusif) c. Jangan memberikan makanan atau minuman selain ASI d. Susui bayi sesering mungkin, minimal 8 kali sehari e. Jika bayi tertidur lebih dari 3 jam, bangunkan dan susui bayi f. Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 27 Bayi menangis dan rewel merupakan hal yang sering membuat seorang ibu dan orang yang disekitarnya cemas. Mereka menganggap bahwa lapar adalah alasan bayi menangis, hal ini lah yang menyebabkan masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-24 bulan yaitu : a. Pemberian makanan prelaktal ( makanan sebelum ASI keluar ) b. Kolostrum dibuang c. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat d. MP-ASI yang diberkan tidak cukup e. Pemberian MP-ASI sebelum ASI f. Frekuensi MP-ASI kurang g. Kebersihan yang kurang h. Prioritas gizi yang salah pada keluarga B. Nutrisi Untuk Bayi Usia 0-6 Bulan ASI Eksklusif Menurut Marimbi, H. (2010) menyebutkan satu bentuk rangsang untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi adalah dengan menerapkan pola asuh, asih dalam merawatnya sehari-hari, dalam pemberian ASI juga perlu ditunjang dengan pemenuhan zat-zat gizi yang tepat. ASI merupakan sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. Untuk itu harus diterapkan pola makan yang sehat agar zat gizi yang dibutuhkan dapat dipenuhi melalui ASI. ASI eksklusif menurut WHO (Word Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa adanya makanan tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk atau pun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 28 sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. C. Makanan Yang Tidak Dianjurkan Untuk Bayi Usia 0-6 Bulan Menurut Marimbi, H. (2010) menyebutkan bahwa perlunya menunda pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan, dan ada pun beberapa makan yang harus dihindari pada usia 0-6 bulan yaitu : 1. Semua jenis makanan yang mengandung jenis protein gluten, biasanya terdapat pada tepung terigu, barley, biji gandum, cookies dari havermut. Reaksi gluten intolerance yang menyebabkan perut kembung, mual dan diare. 2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu buatan dan penyedap rasa pada makanan bayi 3. Makanan terlalu berlemak 4. Buah asam seperti sirsak 5. Makanan terlalu pedas atau bumbu berbau tajam seperti lada, cabe dan asam 6. Susu sapi dan produk olahan dari bahan susu sapi, khususnya bayi yang memiliki reaksi alergi pada susu sapi atau lactose intolerence 7. Buah yang mengandung gas, durian, cempedak memicu kembung dan sembelit 8. Sayur yang mengandung gas seperti kembang kol, kol dan lobak karena dapat memicu kembung Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 29 9. Kacang tanah, karena memicu alergi atau anaphylactic shock atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga sulit bernapas 10. Sering kali telur memicu alergi, berikan bertahap dalam porsi kecil dan lihat reaksinya. Jika tidak menimbulkan alergi telur bisa diberikan. D. Kebutuhan Gizi Bayi Menurut Marimbi, H. (2010) mengatakan usia bayi 0-6 bulan angka kecukupan gizi yang dianjurkan perharinya adalah : 1. Energi 550 kkal 2. Protein 10 g 3. Vitamin A375 RE 4. Vitamin D 5 mcg 5. Vitamin E 4 mg 6. Vitamin C 40 mg 7. Vitamin B 12 0/4 mcg 8. Kalsium 200 mg 9. Besi 0,5 mg 10. Seng 1,3 mg Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 30 E. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga dapat dipengaruhi karakter sosial baik internal atau pun eksternal yaitu : 1. Faktor Internal a. Pengetahuan ibu Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah beralih ke susu formula. Oleh itu perlu dukungan oleh berbagai pihak agar ibu mengetahui informasi yang jelas tentang pemberian ASI eksklusif dengan memberikan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI. Faktor internal ini yang mempengaruhi bayi kurang mendapatkan ASI yang cukup (Anton, B. 2008) Ginting, dkk (2012) yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak baik” memiliki risiko sebesar 2,425 kali untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan. b. Kondisi payudara ibu Ibu yang terkadang merasakan puting susunya terasa nyeri apa bila sedang menyusui seperti : 1) Puting susu datar/terpendam Pada awalnya bayi akan mengalami sedikit kesulitan, tetapi setelah beberapa minggu puting susu yang datar akan Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 31 menonjol keluar sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Menyusui bayi sesering mungkin (misal 2 – 2 ½ jam) akan menghindarkan payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual akan membentuk puting susu tertarik kedalam (Depkes RI. 2007). 2) Puting susu lecet Puting susu yang nyeri jika tidak segera ditangani dengan benar maka menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan bahkan akan mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet akan menyebabkan posisi menyusui menjadi salah, apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada puting yang sakit, beri kesempatan untuk puting susu yang sakit menjadi sembuh. Jika dalam waktu satu minggu luka tidak kunjung sembuh, rujuk ke puskesmas. Posisi menyusui yang benar itu bayi diletakan menghadap ibu, perut bayi menempel keperut ibu, telinga bayi segaris dengan lengan, mulubayi terbuka lebar, bibir bayi lengkung keluar, dagu bayi menempel pada payudara sebagian besar aerolatidak kelihatan (Depkes RI. 2007). 3) Puting susu nyeri Pada awalnya ibu akan mengalami sakit atau nyeri pada saat awal menyusui. Rasa nyeri ini akan berhenti ketika ASI Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 32 sudah keluar. Bila posisi mulut dan puting susu dalam posisi yang tepat, perasaan nyeri itu akan menghilang. Cara menanganinya adalah dengan cara memastikan posisi menyusui sudah benar, jangan membersihkan puting susu dengan sabun, hindarkan puting susu menjadi lembab (Depkes RI.2004). 4) Payudara bengkak Pada hari pertama (sekitar 2 – 4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri itu karena bertambahnya aliran darah kepayudara bersama ASI yang mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkaknya payudara adalah posisi mulut bayi dan puting susu yang salah, produksi ASI berlebih, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, dan waktu menyusui yang terbatas. Cara mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa ada jadwal dan batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan/pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui dapat dilakukan juga kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Depkes RI. 2007). Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 33 2. Faktor eksternal Faktor eksternal memberi gambaran bahwa bukan hanya faktor internal yang mempengaruhi pemberian MP-ASI yang kurang tepat pada bayi. Faktor internal meliputi dukungan keluarga. a. Dukungan keluarga Dukungan adalah sebuah penyemangat atau support atau motivasi yang diberikan kepada seseorang, sedangkan keluarga adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, at all. 2011). Dukungan keluarga terdiri dari dukungan orang tua, mertua dan suami. Dukungan tersebut berkaitan dengan keberhasilan ibu dalam menyusui. Bentuk dukungan yang diberikan seperti menemani ibu ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi, memberi kata-kata pujian/memberi semangat sehingga istri merasa percaya diri,serta bangga dengan istri yang sedang dalam masa pemberian ASI eksklusif kepada sang buah hati (Amanda, T. 2008). Menurut (Friedman, at all. 2010) mengemukakan bahwa dukungan keluarga dapat diberikan dalam beberapa bentuk seperti dukungan informasi, dukungan penghargaan,dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Ibu menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan, baik ketika memulai maupun melanjutkan menyusui. Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 34 Dukungan suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk menyusui. Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik atau bahkan ditakut-takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formul.(Roesli & Utami. 2005). Dukungan emosional adalah suatu dukungan yang berfungsi untuk menjaga keadaan emosi seseorang. Dukungan yang berupa ucapan empati, kepedulian dan perhatian kepada angota keluarga yang sedang mengalami masalah kesehatan. Aspek yang termasuk dalam dukunagn emosional yaitu dukungan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Darmayanti, 2012). Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi yang ada di dunia. Jika individu tidak dapat menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi maka keluarga dapat memberikan dukungan ini dengan cara memberikan informasi, nasehat dan petunjuk penyelesaian masalah (Damayanti, 2012). Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 35 Dukungan instrumental adalah sebuah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau material. Dalam dukungan ini meliputi berbagai macam aktivitas seperti menyediakan benda-benda misalnya alat-alat kerja, buku, memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas praktis (Damayanti, 2012). b. Pengaruh Iklan Sumber informasi tak terduga berpengaruh dalam pemberian MP-ASI dini. Media masa khususnya televisi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemberian makanan pendamping ASI, karena dalam iklan dapa media tersebut produsen berusaha menampilkan atau menyatakan beberapa kelebihan produk yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Soelistyowati, 1996). Pemasaran produk makanan pendamping ASI telah menimbulkan anggapan bahwa makanan pendamping ASI telah lebih unggul dari pada ASI eksklusif, sehingga ibu akan lebih tertarik dengan iklan MP-ASI dan memberikannya secara dini (Andry,H. Palupi, W, 2009). Hasil penelitian Simandjuntak, 2001. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara iklan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi. Hal ini disebabkan pemberian MP-ASI dini sehingga data menjadi homogen, penelitian menunjukan bahwa 43% responden sudah menerima contoh makanan selama dirawat dirawat inap tempat Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 36 bersalin. Sebanyak 98,75% menerima susu formula dan 1,25% menerima bubur sereal. Dan 95% makanan pendamping ASI adalah bidan, 2,5% dokter. Dan ada yang langsung menerima makanan pendamping ASI dari petugas perusahaan dan prakarya puskesmas. c. Peran petugas kesehatan Petugas kesehatan yang bekerja di RS atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya persalinan dapat berlangsung dengan baik. Masalah pemberian ASI eksklusif kurang mendapat perhatian. Bahkan tidak jarang makanan pertama yang diberikan kepada bayi justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu. Hal ini akan menjadi semakin buruk mengingat bahwa belum semua petugas kesehatan diberi pesan dan cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu memberikan asi untuk bayi mereka. Praktek yang keliru dengan memberikan botol susu kepada bayi yang baru lahir di RS atau klinik bersalin masih dijumpai (Moehji, S, 1998). Dukungan yang kurang dari petugas kesehatan. Dirancangnya rumah sakit sayang bayi akan meningkatkan inisiasi dini ASI terhadap bayi. Sebaliknya tidak adaanya fasilitasi rumah sakit dengan rawat gabung dan disediakannya dapur untuk pembuatan susu formula atau bubur sereal akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi yang lahir di rumah sakit (Andry, H. Palupi, W, 2009). Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 37 Pada umumnya ibu akan patuh pada nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan untuk memberikan informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan resiko tidak memberikan ASI (Roesli & Utami., 2005). F. Dampak Pemberian MP-ASI Kurang dari 6 Bulan Penelitian Murniningsih (2008) menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan pendamping sebelum usia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengakibatkan gangguan kesehatan dikemudian hari. Selain diare, panas, pilek, ISPA dan dermatitis mengakibatkan kunjungan layanan kesehatan yang sering. Dimana masa bayi pada usia yang sangat rentan terhadap penyakit yang menyebabkan kekebalan dan sistem imun menurun. Banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan, padahal pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai dampak resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang disusui (Baharudin, dkk. 2013). Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru meningkatkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat pada makanan, sedangkan pemberian cairan Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 38 tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama dlingkungan yang kurang higienes dan sanitasi buruk (Murniningsih. 2008). Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini sama saja membuka pintu gerbang masuknya kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir penelitian di Indonesia menunjukan bahwa bayi yang mendapat makanan pendamping sebelum usia 6 bulan akan terserang diare, sembelit, pilek dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif (Lely. 2005). Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah 35/1000 kelahiran hidup (Depkes RI,2003), dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun menjadi 16/1000 kelahiran hidup. Sering kali ibu kurang mendapat informasi bahkan mendengar informasi yang salah tentang ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan pada usia kurang 6 bulan (Hastutik. 2011). G. Bayi dengan Gizi Berlebih menjadi masalah kritis Wargiana, dkk.(2013) menyebutkan usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus kritis. Periode emas dapat diwujudkan apa bila pada masa ini bayi dan anak mendapatkan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apa bila bayi tidak mendapatkan gizi yang optimal, maka Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 39 periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Sedangkan menurut Soedibyo, S. & Winda, F. (2007) menyatakan pemberian MP-ASI terlalu dini, telah diketahui dapat menimbulkan beberapa masalah, perlunya menunda pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan overfeeding karena bayi belum mampu memberi tanda bahwa ia sudah kenyang, alasan lain adalah bayi belum mampu menelan secara sempurna dan berpotensi untuk tersedak dan tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari. Pemberian air susu ibu secara efekrif pada bayi selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian bayi, juga menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan terbukti dapat mencegah penyakit akut dan menahun (Hidayatul, N & Turlina, L. 2009). Hasil penelitian Murniningsih (2008) bahwa bayi yang diberikan MPASI sebelum usuia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengalami gangguan kesehatan kemudian hari. Selain diare, panas pilek diketahui juga Ispa dan Dermatitis mengakibatkan kunjungan ke pelayanan kesehatan menjadi sering. Dimana bayi menjadi rentan terhadap penyakit dan sistem imun tubuh menjadi menurun. Sedangkan menurut Wargiana, dkk. (2013) menyatakan, obesitas dapat terjadi pada bayi. Konsumsi yang berlebihan terhadap makanan berkadar lemak mau pun gula yang tinggi dapat memicu peningkatan berat badan yang Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 40 tidak proporsional. Masyarakat memandang bahwa bayi yang gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis mau pun psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini dapat berlanjut pada usia dewasa. Bayi yang obesitas banyak lipatan dikulit yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gatal-gatal, lecet bahkan dilipatan tersebut dapat menimbulkan bau tak sedap. Obesitas pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada tulang, karena tulang pada bayi masih rawan harus menopang berat badan yang berlebih. Bayi yang obesitas akan menjadi lambat karena berpengaruh pada pergerakan. Sebuah studi yang dilakukan Eka, dkk. (2013) yang menunjukan rendahnya asupan protein anak pada konsumsi sehari-hari mereka dengan singkong sebagai makanan pokok. Ketidak cukupan protein ini mempengaruhi tingginya prevalensi gizi dalam populasi ini, dan sebagian besar pendidikan rendah sehingga pengetahuan jenis makanan yang dikonsumsi masih sangat kurang. H. Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Terlalu Dini Telah diketahui umum saat ini bahwa bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat sebelum usia 4 bulan, dan juga makanan itu belum dirasakan perlu, sepanjang bayi masih mendapatkan ASI eksklusif. Suatu kebiasaan di negara-negara industri memberikan makanan pelengkap pada bayi sejak usia 1 bulan dengan memberi makanan utama dari golongan sereal ditambah dengan berbagai macam sayuran, buah, telur dan daging. Kenyataan Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 41 bahwa organisme yang secara fisiologis belum berkembang secara sempurna, tetapi telah dipaksa beradaptasi terhadap cara pemberian makanan tambahan yang tidak benar, telah diketahui banyak tentang kerugian dan resiko jika bayi diberi makanan terlalu dini dan juga dampak jangka panjang yang tidak diinginkan seperti obesitas, hipertensi, erteriosklerosis dan alergi makanan yang dicurigai akan terjadi walau sukar dibuktikan (Akre, J. 1994). Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan didalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan adalah salah satu faktor resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit seperti diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu (Almatsier & Sunita, 2009). 1. Resiko jangka pendek Telah dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI eksklusif kepada diet bayi akan menurun frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan salah satu resiko menurunnya produksi ASI. Bila diingat makanan tambahan tersebut nilai gizinya lebih rendah dari ASI, resiko dari bayi yang mendapatkan makanan pendamping yang terlalu dini adalah penyakit diare (Akre, J. 1994). 2. Resiko jangka panjang Pemberian makanan dalam jangka panjang yang kurang memadai juga akan menimbulkan kerugian jangka panjang yaitu: Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 42 a. Obesitas Ditemukan adanya korelasi yang baik antara peningkatan berat badan selama usia bayi dengan terjadinya kegemukan dikemudian hari, penambahan berat badan pada bayi yang diberikan makanan buatan lebih besar sedangkan bayi yang diberi ASI eksklusif tampak dapat mengatur masukan konsumsi mereka sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhannya (Akre, J. 1994). b. Hipertensi Masukan natrium yang tinggi menjadi salah satu faktor terjadinya hipertensi esensial. Hubungan yang secara langsung memang sukar untuk dapat dibuktikan karena juga ada faktor genetik, diperkorakan selera atas rasa garam dapat terbentuk akibat adanya pengenalan makanan selain ASI yang memberikan dampak yang akan timbul beberapa tahun kemudian (Akre, J. 1994). c. Arteriosklerosis Peran faktor diet dalam patogenesis dari arteriosklerosis dan penyakit jantung ischemik, tidak dipungkiri lagi. Keduanya itu merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara industri maju, telah dibuktikan bahwa bayi-bayi yang berada pada presentil teratas dari kadar lemak dalam darah, cenderung akan mempertahankan kadar yang sama dalam waktu dua tahun kemudian. Jadi dalam pemberian makanan akan lebih baik untuk Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 43 menghindari kelebihan diet yang sama yaitu hanya dari makananmakanan yang terbukti akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada kehidupan selanjutnya (Akre, J. 1994). d. Alergi makanan Telah terbukti bahwa menyusui yang berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan hati-hati dan yang tepat waktu pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan terhadap alergi makanan, terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai predisposisi kearah gangguan tersebut. Dan tidak hanya alergi terhadap susu sapi tetapi juga makanan yang lainnya. Manifestasi alergi terhadap susu sapi secara klinis meliputi gangguan-gangguan seperti gangguan gastrointestinal, dermatologis dan gangguan pernapasan dari berbagai tingkat berat penyakitnya dan bahkan sampai terjadi syok anafilatik (Akre, J. 1994). Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 44 I. Kerangka Teori faktor yang mempengaruhi MP-ASI MP-ASI k internal eksternal 1. pengetahuan 1. dukungan keluarga 2. kondisi 2. pengaruh iklan Populasi balita gizi berlebih Payudara Akibat gizi lebih 3. peran petugas kesehatan Resiko pemberian MP-ASI dini Jangka panjang Jangka pendek 1. obesitas 1. diare 2. hipertensi 3. arteriosklerosis 4. alergi makanan Gambar 2.1 Kerangka teori faktor internal dan eksternal pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan Sumber :: Notoatmodjo, S.(2003) Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015 45 J. Kerangka konsep Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Kondisi Payudara Ibu Dukungan Keluarga Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan Pengaruh Iklan Peran Petugas Kesehatan Gambar 2.2 Kerangka konsep K. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan peneliti, yang harus diuji keasliannya secara empiris (Nursalam, 2003). Hipotesis yang dapat diajukan adalah “ada hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan di Desa Semingkir Kecamatan Randudongkal”. Analisa Faktor Internal..., Lita Ofindajuliatin, S1 Keperawatan UMP, 2015