BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Zirkonium dan hafnium adalah unsur yang sangat berguna dalam industri nuklir. Zirkonium biasanya digunakan sebagai shielding material, sedangkan Hafnium biasanya digunakan sebagai efisiensi control rods untuk mengambil oksigen dan nitrogen (Hosseini dan Alizadeh, 2010). Zirkonium dan hafnium terdapat di alam secara bersamaan dan membutuhkan proses ekstraksi untuk memisahkan keduanya. Keberadaan zirkonium dan hafnium yang terkandung di alam secara bersamaan disebabkan karena sifat dari kedua unsur tersebut yang hampir sama. Di alam biasanya ditemukan zirkonium dalam bentuk Zr(IV) dan Hafnium dalam bentuk Hf(IV) dengan perbandingan tertentu untuk keduanya. Jika menginginkan Zr atau Hf dengan kemurnian yang tinggi, maka harus dipisahkan antara kedua atom tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan proses ekstraksi. Metode pemisahan yang biasa dilakukan adalah ekstraksi cair-cair, dimana sampel yang mengandung Zr dan Hf dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut air. Kebanyakan proses pelarutan tersebut dibantu dengan asam atau garam. Atom Zr dan Hf akan membentuk senyawa kompleks dengan basa Lewis dari asam atau garam yang ditambahkan dan air. Selanjutnya diekstraksi dengan menambahkan larutan organik (non polar) ataupun ekstraktan, yang nantinya akan menggantikan air sebagai ligan dalam senyawa kompleks yang terbentuk. Senyawa amina seperti Aliquat 336, Alamine 336, Alamine 300 dapat digunakan untuk memisahkan Zr dan Hf. Alamine 336 dan Alamine 300 merupakan senyawa yang paling baik untuk memisahkan logam Zr dan HF dibanding senyawa amine lain (Banda dkk., 2012). Salim dan Hanan (2009) telah melakukan penelitian ekstraksi Zr dengan Trioctylphosphine Oxide (TOPO) yang ditambahkan Eriochrome Cyanine R (ECR) sebagai reagen. Penambahan reagen akan meningkatkan jumlah logam yang terekstrak. 1 2 Kajian interaksi logam zirkonium dan hafnium dengan ligan pada proses ekstraksi cair–cair telah dilakukan oleh Krisna dkk. (2004). Kajian yang dilakukan menggunakan metode DFT yang kemudian dibandingkan dengan data eksperimen dan di dapat bahwa fungsi B3LYP merupakan fungsi yang baik untuk kajian interaksi tersebut. Zirkonium dan Hafnium akan memiliki perbedaan energi interaksi. Energi interaksi ini yang dapat digunakan untuk menentukan logam yang memiliki interaksi yang lebih kuat dan logam yang dapat terekstraksi lebih mudah. Permodelan pemisahan antara zirkonium dan hafnium dapat dilakukan dengan metode DFT. Silanes dkk. (2005) telah memodelkan kompleks Ti, Zr dan Hf dengan menggunakan metode DFT. Percobaan ini dilakukan untuk meneliti perbedaan proses ekstraksi dari Ti, Zr dan Hf. Metode ini telah membantu memprediksi karakteristik dari logam dan ekstraktan. Zirkonium di alam biasanya ditemukan dalam bentuk silikat. Ketika dilarutkan zirkonium membentuk kompleks dengan air. Zirkonium dalam air dapat membentuk kompleks koordinat delapan. Jika zirkonium tersebut ingin dipadatkan maka ditambahkan suatu garam atau asam sebagai ligan pengganti air. Zirkonium dalam bentuk kristal biasanya ditemukan dalam bentuk koordinat empat. Zirkonium bentuk kristal sukar terlarut dalam air tetapi dapat terlarut dalam asam encer. Zirkonium yang dilarutkan dalam air akan membentuk kompleks koordinat enam. Kompleks yang akan diteliti dalam percobaan ini adalah kompleks zirkonium dalam larutan asam encer. Larutan asam yang umum digunakan adalah HCl. Struktur kompleks ion Zr(IV) kemudian dimodelkan dalam bentuk kompleks koordinat enam dimana ion Zr(IV) tersebut berinteraksi dengan ion Cl- dan molekul air. Dalam penelitian ini, permodelan struktur ion Zr(IV) dan Hf(IV) dengan ion Cl- dan organofosfor akan dilakukan dengan menggunakan metode DFT. Hasil yang diharapkan adalah perbedaan interaksi antara ion Zr(IV) – ligan dan ion Hf(IV) – ligan. Ligan yang dipilih sebagai model senyawa ekstraktan yaitu Cl dan organofosfor. 3 I.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan jenis organofosfor yang digunakan terhadap energi total dari kompleks Zr(IV) dan Hf(IV) dari hasil optimasi kompleks MCl4•LH2O dan MCl4•2L dimana L adalah organofosfor? 2. Bagaimana peranan gugus R’ pada O=PR’3 terhadap muatan atom O dalam senyawa organofosfor tersebut? 3. Bagaimana peranan muatan atom yang dimiliki oleh atom O pada O=PR’3 pada energi pembentukan kompleks Zr(IV) dan Hf(IV)? 4. Apakah organofosfor akan lebih cenderung membentuk ikatan dengan Zr(IV) atau Hf(IV) jika dilihat dari energi interaksi kompleks dari keduanya? I.3 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari interaksi ion Zr(IV) dan Hf(IV) dengan organofosfor menggunakan metode DFT. 2. Menentukan jenis organofosfor yang mempunyai interaksi lebih kuat dengan ion Zr(IV) dan Hf(IV). 3. Mengetahui kompleks yang memiliki energi ikat kompleks paling kecil dan kompleks yang paling stabil dari kompleks MCl4•2(H2O), MCl4•L(H2O), dan MCl4•2L. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat menunjukkan keadaan Zr dan Hf dalam air dan organofosfor bila diamati secara komputasi dengan melihat energi interaksi untuk setiap keadaan yang ada. Penelitian juga dapat menunjukkan efisiensitas dari cyanex dan turunannya sebagai ekstraktan serta hubungan subtituen dengan kemampuan ekstraktan dalam berinteraksi dengan logam. I.5 Batasan Masalah Analisis dan pembahasan dibatasi pada analisis hubungan subtituen pada senyawa organofosfor dan kaitannya dengan kemampuan senyawa tersebut berinteraksi dengan ion logam Zr(IV) dan Hf(IV).