STUDI KASUS PONDOK PESANTREN WALI AMINAH

advertisement
MODAL SOSIAL PONDOK PESANTREN
(STUDI KASUS PONDOK PESANTREN WALI AMINAH)
Imam Sukwatus Suja’i
Dosen STKIP PGRI Tulungagung
ABSTRAK. Modal sosial digunakan sebagai alat untuk mengetahui kekhasan modal sosial
yang dimiliki sebuah pondok pesantren dalam hal ini pondok pesantren Wali Aminah (PPWA).
Terdapat 6 bentuk modal sosial pondok pesantren, yaitu: 1) Struktur kewajiban (obligations);
2) ekspektasi (expectations); 3) kepercayaan (trustworthiness); 4) Norma-norma (norms); 5)
dan sanksi-sanksi yang efektif (effective sanctions); 6) Jaringan informasi (information
channels). Struktur kewajiban (obligations) di PPWA meliputi: pendidikan, pengajaran, dan
bimbingan kyai, nyai, ustadz, ustadzah kepada santriwan dan santriwati. Ekspektasi
(expectations) masyarakat terhadap PPWA khususnya kepada kyai (KH. Muhammad
Syihaabuddin atau Gus Syihaab) adalah menyelesaikan persoalan keagamaan praktis, percaya
diri, rendah hati, dan penyembuhan terhadap berbagai macam penyakit. Kepercayaan
(trustworthiness) masyarakat terhadap PPWA tercermin dari: hubungan sosial, harapan di masa
depan, interaksi inti, dan tindakan inti. Norma-norma (norms) yang berlaku di PPWA antara
lain: norma agama, norma sosial, dan norma susila. Sanksi-sanksi yang efektif (effective
sanctions) di PPWA terdiri dari: peniruan dan pengekangan. Jaringan informasi (information
channels) yang dimiliki PPWA adalah jaringan santri dan masyarakat.
Kata Kunci : struktur kewajiban, ekspektasi, kepercayaan, norma, sanksi-sanksi yang efektif,
jaringan informasi.
sama
PENDAHULUAN
dikeduanya.
Masalah
Pondok pesantren ditinjau dari
kepercayaan dengan diawali sebuah
berbagai macam pendekatan, namun dalam
pertanyaan: dari mana sumber trust
hal ini dengan menggunakan pendekatan
tersebut? Banyak peneliti merujuk ke
modal sosial yang dikemukakan oleh
jaringan sebagai sumber penting
Coleman
tumbuh
(1988).
Coleman
(1988)
dan
hilangnya
trust.
menyebutkan terdapat tiga bentuk modal
Lawang ( 2005) m e n y a t a k a n inti
sosial, yaitu:
kepercayaan antar manusia ada tiga hal
1) Struktur
ekspektasi
kewajiban
(obligations),
(expectations),
dan
yang saling terkait: 1) Hubungan sosial
antara
dua
orang
dalam
atau
lebih.
kepercayaan (trustworthiness). Bentuk
Termasuk
modal sosial terdiri dari dua elemen:
adalah
kepercayaan dari lingkungan sosial,
pengertian ini diwakili orang.
dan perluasan aktual dari kewajiban
Harapan yang akan terkandung dalam
yang sudah terpenuhi (obligation held).
hubungan itu, yang kalau direalisasikan
Struktur sosial berbeda di kedua
tidak akan merugikan salah satu atau
dimensi, dan aktor-aktor dalam struktur
kedua belah pihak. 3) Interaksi inti
institusi
hubungan
yang
ini
dalam
2)
JuPEKO 90
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
dalam
kapital
yang
(trustworthiness); 4) Norma-norma (norms);
memungkinkan hubungan dan harapan
5) dan sanksi-sanksi yang efektif (effective
itu terwujud.
sanctions);
2) Jaringan
channels).
sosial
informasi
(information
6)
Jaringan
informasi
(information channels).
Bentuk penting modal
sosial adalah potensi informasi dalam
PEMBAHASAN
hubungan sosial.
Struktur Kewajiban (obligations)
Informasi penting
sebagai dasar untuk beraksi.
Tetapi
memperoleh informasi itu mahal. Pada
1.
Pendidikan
Keberhasilan
pemimpin-pemimpin
tingkat minimum, hal ini memerlukan
pondok pesantren dalam menghasilkan
perhatian serius karena selalu dalam
sejumlah ‘ulama’ yang berkualitas tinggi
kelangkaan
adalah karena metode pendidikan yang
persediaan.
Satu
pengertian dimana informasi mungkin
dikembangkan oleh para kyai.
diperoleh
pendidikan pondok pesantren bukan untuk
dengan
menggunakan
Tujuan
hubungan sosial untuk tujuan lain.
mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan
3) Norma-norma dan sanksi-sanksi yang
keagungan duniawi, tetapi ditanamkan
efektif (norms and effective sanctions).
kepada mereka bahwa belajar adalah
Norma di sebuah komunitas yang
semata-mata kewajiban dan pengabdian
mendorong dan efektif yaitu dengan
kepada Allah SWT.
memberikan
ditanamkan
penghargaan
untuk
perasaan
Kepada santri
kewajiban
dan
sebuah prestasi tinggi (achievement) di
tanggungjawab untuk melestarikan dan
sekolah yang memiliki fasilitas baik
menyebarkan pengetahuan mereka tentang
merupakan tanggung jawab sekolah.
Islam kepada orang lain, mencurahkan
Sebuah komunitas dengan norma yang
waktu dan tenaga untuk belajar terus
kuat dan efektif menjadikan perilaku
menerus sepanjang hidup (Dhofier, 1985).
generasi muda akan menjaga mereka
Di pondok pesantren Wali Aminah segenap
dari memanfaatkan waktu sebaik-
elemen pedidikan menjalankan perannya
baiknya (having a good time).
masing-masing dengan penuh tanggung
Dalam hal ini diambil 3 bentuk modal
jawab, karena dilandasi kewajiban dan
sosial dari Coleman (1988) kemudian
pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini
dikembangkan menjadi 6 bentuk modal
sesuai dengan Amin (1987) dalam Arifin
sosial pondok pesantren, yaitu: 1) Struktur
(1993) bahwa pada dasarnya pondok
kewajiban (obligations); 2) ekspektasi
pesantren adalah lembaga pendidikan Islam,
(expectations);
di mana pengetahuan-pengetahuan yang
3)
kepercayaan
JuPEKO 91
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
berhubungan
Islam
mampu menyampaikan materi pelajaran
diharapkan dapat diperoleh di pondok
dengan baik kepada santri. Hal ini berarti,
pesantren. Untuk menanamkan perasaan
kapasitas kepakaran seorang kyai dalam
kewajiban dan tanggungjawab santri dalam
mengajarkan
menuntut ilmu dan menyebarkan Islam,
masih harus ditunjang oleh kepribadian
Gus Syihaab menyatakan: Allah SWT
dan strategi mengajar yang tepat (Arifin,
mengangkat derajat makhluknya sesuai
1993).
dengan usaha makhluk itu sendiri, maka
pendidikan pengelola lembaga pendidikan
selagi sekarang masih menjadi santri mari
di
mengaji dan sekolah yang rajin, mudah-
pesantren
mudahan jika sewaktu-waktu takdir Allah
segenap pimpinan dari keluarga besar KH.
SWT datang kamu semua sudah siap, itulah
Muhammad Syihaabuddin.
yang dinamakan menyongsong derajat).
Hafidz S.Ag (kemenakan) sebagai kepala
Pencapaian derajat tinggi seperti yang
Madrasah Ibtidaiyah Wali Aminah, Kyai
dijanjikan Allah SWT tersebut sesuai
Syamsul Huda S.Ag (kakak) sebagai
dengan kualitas usaha manusia untuk
kepala
mencapai derajat tertinggi yang dapat
Madrasah Tsanawiyah Wali Aminah,
digapai. Kualitas proses dalam menggapai
Almarhum Gus Fatkhur Rahman S.Pd
derajat inilah yang menjadi dasar kelayakan
(adik) sebagai kepala Madrasah Aliyah
kita untuk mendapat anugerah derajat dari
Wali Aminah.
Allah SWT.
3.
2.
dengan
agama
Dalam proses pengajaran kitab-kitab
Islam klasik, unsur yang dianggap paling
sentral adalah kyai dalam kedudukannya
sebagai pangajar kitab-kitab Islam klasik.
Sebab beliau merupakan mediator yang
menjembatani keberadaan santri (peserta
dengan
diajarkannya.
kitab-kitab
yang
Oleh karena itu, kyai
pengajar kitab-kitab Islam klasik tidak saja
dituntut untuk menguasai ilmu yang
berkait
Untuk
bawah
menjamin
naungan
Wali
Islam
Raudlatul
kualitas
yayasan
Aminah
Athfal
klasik
pondok
mengangkat
Gus Abdul
(RA)
dan
Bimbingan
Di pondok pesantren Wali Aminah
Pengajaran
didik)
kitab-kitab
dengan
kitab-kitab
yang
diajarkannya, tapi juga dituntut untuk
dalam membimbing santri berdasarkan
atas
faham
ahlussunnah
(ASWAJA).
wal-jama’ah
Tanggung jawab kyai
menurut Arifin (1993) adalah memberikan
pengajaran yang berkaitan dengan hukumhukum Islam dan membimbing santri pada
segi
lahiriyah
bertanggung
(eksoteri)
jawab
atas
Islam,
dan
bimbingan
bathiniah (esoteri) serta telah diberikan
kekuatan dan wewenang khusus untuk
tujuan itu (Muthahari). Bimbingan segi
lahiriyah (eksoteri) Islam santri pondok
JuPEKO 92
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
pesantren Wali Aminah diberikan dengan
mewujudkan harapan masyarakat seorang
mengadakan kegiatan belajar-mengajar di
kyai harus memiliki tingkat kecerdasan
lembaga pendidikan formal, informal, dan
tinggi.
program-program
kegiatan
yang
Jika masyarakat dan santri sudah
menunjang. Kyai Syamsul Huda dan kyai
tidak terpenuhi harapannya, maka mereka
Ali Imron mengajar kitab-kitab Islam
akan meninggalkan dan mencari figur kyai
klasik dan membimbing santri dari segi
lain.
lahiriyah
KH.
yang harus diemban kyai sebagai orang tua
Muhammad Syihaabuddin membimbing
yang harus mempersiapkan putra-putrinya
santri
(esoteri).
untuk meneruskan perjuangan yang telah
Kekuatan rohani diperoleh Gus Syihaab
dirintis, dan kewajiban mengajar, mendidik
dari tempaan dan riadlah (latihan) dari dua
dan membimbing santri. Sebagai orang tua
mursyid tharikat yaitu: KH. Adlan Ali dari
Gus Syihaab mulai membimbing Gus Abi
Cukir Jombang, dan KH. Hamid dari
Mansur (putra pertama), dan Gus Arif
Pasuruan. Bimbingan bathiniah (esoteri)
(putra kedua) yang baru duduk di Madrasah
santri di pondok pesantren Wali Aminah
Tsanawiyah, dan Madrasah Ibtidaiyah
diawali dengan menjalankan ibadah shalat
untuk mulai berpuasa sunnah. Tugas berat
sunnah: Shalat Dhuha, Shalat Hajad,
ini mendapat respon positif dan partisipasi
Shalat Taubat, dan Shalat Witir. Dalam
aktif dari masyarakat jika seorang kyai
penerapannya sangat memperhitungkan
berhasil menjalankan kewajibannya dengan
kapasitas individu santri.
baik.
(eksoteri)
dari
segi
Islam.
bathiniah
2.
Menyelesaikan
Percaya Diri
Masyarakat biasanya mengharapkan
Pengharapan (expectations)
1.
Jelaslah besarnya tanggung jawab
persoalan
seorang
kyai
dapat
menunjukkan
keagamaan praktis
kepercayaannya kepada diri sendiri dan
Masyarakat biasanya mengharapkan
kemampuannya, kepemimpinannya, karena
seorang
kyai
dapat
persoalan-persoalan
menyelesaikan
keagamaan
praktis
banyak orang datang meminta nasehat dan
bimbingan dalam banyak hal (Dhofier,
sesuai dengan kedalaman pengetahuan
1985).
yang
1985).
menambahkan kyai juga tempat masyarakat
Berkaitan dengan hal ini Rahardjo, (1988)
mendapatkan nasehat, dan do'a. Sampai
menambahkan lembaga kyai juga menjadi
saat
harapan untuk mendapatkan keputusan
bersilaturahmi ke pondok pesantren Wali
mengenai
Aminah untuk berbagai keperluan.
dimilikinya
soal
yang
(Dhofier,
pelik.
Untuk
Selanjutnya Rahardjo, (1988)
ini
banyak
masyarakat
yang
Gus
JuPEKO 93
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Syihaab sejak masih perjaka sudah banyak
diri atas apa yang telah mereka perbuat
masyarakat
nasehat,
selama ini. Menurut Arifin (1993) seorang
masalah
kyai harus memiliki pesona (attractiveness)
yang
bimbingan
dan
meminta
doa
dalam
kehidupan sehari-hari yang dihadapi.
pribadi yang kuat sehingga beliau akan
3.
Rendah Hati
dijadikan figur ideal yang layak dicontoh
Masyarakat biasanya mengharapkan
dan “diteladani” oleh para pengikutnya.
seorang kyai memiliki sifat rendah hati,
menghormati semua orang, tanpa melihat
Kepercayaan (trustworthiness)
tinggi rendah kelas sosialnya, kekayaan dan
Coleman
(1998)
pendidikannya, banyak prihatin, penuh
masalah
pengabdian kepada Tuhan dan tidak pernah
sebuah pertanyaan: dari mana sumber trust
berhenti
tersebut? banyak peneliti merujuk ke
memberikan
kepemimpinan
kepercayaan
menjelaskan
jaringan
dan menerima undangan perkawinan dan
tumbuh dan hilangnya trust. Jaringan
kematian (Dhofier, 1985).
Di pondok
yang dimiliki pondok pesantren Wali
pesantren Wali Aminah Gus Syihaab
Aminah saat ini berkurang seiring
mendapat bagian melayani masyarakat dari
berkurangnya santri. Dari sisi ini dapat
luar daerah. Untuk memimpin sembahyang,
diketahui
memberi khutbah, menerima undangan
masyarakat
perkawinan,
Lawang ( 2005)
menerima
undangan
sumber
diawali
keagamaan seperti: sembahyang, khutbah
dan
sebagai
dengan
penting
tingkat
kepercayaan
menurun.
Selanjutnya
menyatakan
inti
kematian adalah bagian Kyai Syamsul
kepercayaan antar manusia ada tiga hal
Huda dan Kyai Ali Imron.
yang saling terkait, yaitu: hubungan,
4.
Penyembuhan
harapan, dan interaksi & tindakan inti.
Lembaga kekyaian adalah sumber di
1.
mana
orang meminta
gangguan
kejiwaan,
"penyembuhan"
Hubungan sosial antara dua orang
orang
atau lebih. Termasuk dalam hubungan
mendapatkan semangat batin, ketentraman
ini adalah institusi yang dalam pengertian
hati atau dukungan moril (Rahardjo, 1988).
ini diwakili orang.
Kemampuan Gus Syihaab dalam melayani
hipotetiknya: semakin kuat dan baik
segenap
menjadi
hubungan sosial semakin tinggi harapan
pesona tersendiri bagi para tamu yang
yang ingin diperoleh ( Lawang, 2005) .
datang. Mereka tidak merasa tersinggung
Hubungan yang dijalin Gus Syihaab dengan
dengan gaya bicara dan sikap Gus Syihaab.
segenap
Mereka terkesan karena merasa bercermin
akhlak
elemen
tempat
Hubungan Sosial
masyarakat
elemen
mulia.
Dalam rumusan
masyarakat
Dengan
dilandasi
akhlak
ini
JuPEKO 94
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
menjadikan
segenap
kalangan
merasa
bahwa hidup miskin di dunia sangat tidak
dihormati secara proporsional.
enak, karena untuk membantu orang lain,
2.
Harapan masa depan
pergi haji, dan sedekah semua memerlukan
Harapan yang akan terkandung dalam
biaya.
hubungan itu, yang kalau direalisasikan
3.
tidak akan merugikan salah satu atau kedua
belah pihak.
Interaksi inti
Interaksi inti dalam kapital sosial
Harapan menunjuk pada
yang memungkinkan hubungan dan harapan
sesuatu yang masih akan terjadi di masa
itu terwujud. Interaksi inti dalam kapital
yang akan datang, baik dalam jangka pendek
sosial menunjuk pada apa yang dilakukan
maupun jangka panjang, dan malah ada
oleh kedua belah pihak bersama-sama
harapan
dengan
secara sadar dalam mewujudkan harapan
keselamatan sesudah mati (atau sesudah
dari masing-masing pihak terhadap satu
hidup di dunia ini). Yang juga terkandung
sama lain (Lawang,
dalam harapan adalah kasih atau cinta.
mewujudkan
Tetapi ada pula sikap iman lakukan saja
harapan yang terkandung dalam hubungan,
dengan harapan bahwa Tuhan akan (bukan
Gus Syihaab sebagai pengasuh berusaha
pasti) seperti yang sering terdengar dalam
semaksimal mungkin membimbing santri
kata insya Allah, yang diucapkan kaum
dan masyarakat sesuai kadar masing-masing.
muslimin
4.
yang
dan
berhubungan
muslimat
dalam
mengungkapkan harapan akan keberhasilan
usahanya (Lawang, 2005).
hubungan
2005).
Untuk
harmonis
dan
Tindakan inti
Tindakan inti dalam kapital sosial
Pengharapan
menunjuk pada apa yang dilakukan oleh
yang ada dalam ajaran agama Islam
individu dalam mewujudkan kepercayaan
mengatur kehidupan dunia akhirat.
Ini
dan harapannya itu. Dalam konsep tindakan
tercermin dalam do’a kaum muslimin yang
inti kapital sosial, kepercayaan atau harapan
artinya: “ya Allah berilah kami kebaikan di
yang bersifat unilateral dapat terwujud
dunia dan kebaikan di akhirat” (Dhofier,
( Lawang, 2005) . Konsep ini merupakan
1985). Dengan dasar ini pula Gus Syihaab
konsep yang digabung dengan interaksi inti
tidak setuju dengan pernyataan sebagian
oleh
kaum muslimin bahwa miskin di dunia
penelitian ini dimasukkan dalam sub bab
tidak apa-apa, yang penting akhirat selamat.
tersendiri.
Karena ini tidak sesuai dengan doa yang
tindakan/interaksi inti dalam kapital sosial
diajarkan dalam ajaran agama Islam tentang
yang paling penting adalah tindakan inti
kesejahteraan di dunia dan di akherat.
dalam kapital sosial atau interaksi inti
Lebih lanjut Gus Syihaab menerangkan
dalam kapital sosial.
Lawang
(2005)
namun
dalam
Dari hubungan, harapan dan
Percaya tanpa
JuPEKO 95
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
tindakan itu tidak berbuah. Harapan pasif
bertambahnya santri baik yang menetap,
tanpa tindakan, tidak akan menghasilkan
maupun santri tidak menetap. Jika dibina
apa-apa. Tindakan inti dalam kapital sosial
dan didukung oleh ustadz yang mumpuni,
atau interaksi inti dalam kapital sosial
pondok pesantren Wali Aminah akan
adalah buah dari kepercayaan.
semakin
Keberadaan pesantren bisa diakui
eksistensinya
oleh
masyarakat
besar
dan
bagi
masyarakat dan sekalian alam.
karena
pesantren memiliki modal sosial yang khas
Norma yang efektif
menurut Farchan, dkk. (2005) diantaranya
1.
adalah ketokohan kyai.
bermanfaat
Norma agama
Ketokohan kyai
Norma agama yang berlaku di
merupakan ciri khas dalam masyarakat
pondok pesantren Wali Aminah, juga
pesantren,
kultur
umat Islam bersumber pada Al-Qur’an
masyarakat Indonesia yang paternalistik,
dan Sunnah nabi Muhammad SAW.
tapi individu kyai sendiri merupakan gelar
Nabi Muhammad menempati tempat
yang tercipta melalui proses teologis.
tertinggi sebagai suri teladan paripurna
Karena keistimewaan tersebut kyai menjadi
bagi
panutan masyarakat, sehingga predikat kyai
menyatakan
yang
individual, sumber trust berasal dari adanya
ini
terjadi
disandang
karena
seseorang
dijadikan
umatnya.
Coleman
bahwa
pada
tingkat
tumpuan segala persoalan oleh umatnya,
nilai-nilai
sering kita saksikan suatu saat kyai menjadi
kepercayaan
mubaligh, diwaktu lain kyai juga diminta
kompetensi seseorang dan keterbukaan
mengobati
yang telah menjadi norma di masyarakat.
orang
sakit,
memecahkan
yang
(1998)
bersumber
agama
yang
dari
dianut,
problem rumah tangga umat, bahkan tidak
Menurut Rahardjo (1988) norma-
jarang kyai juga diminta untuk meminjami
norma keagamaan yang berlaku di pondok
modal usaha oleh umatnya. Kyai di pondok
pesantren
pesantren Wali Aminah menjadi tokoh
(persaudaraan), ta’awun (tolong menolong
sentral dan pemegang keputusan tertinggi.
atau
Seperti
pesantren
thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu), ikhlas
pengurus berfungsi sebagai kepanjangan
(ihlas), jihad (berjuang), tha’at (patuh)
tangan dari kebijakan kyai, mengurusi
kepada Tuhan, Rasul, ulama atau kyai
kebutuhan rutin dan operasional pondok
sebagai pewaris Nabi, dan kepada mereka
pesantren.
Modal sosial yang dimiliki
yang diakui sebagai pemimpin dan berbagai
pondok pesantren Wali Aminah bisa
nilai yang secara eksplisit tertulis sebagai
semakin
ajaran Islam, ikut mendukung eksistensi
umumnya
besar
pondok
seiring
dengan
antara
kooperasi),
lain:
ittihad
ukhuwah
(persatuan),
JuPEKO 96
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
pondok pesantren.
Kualitas pengamalan
benar. Salah satu bukti kecintaan kepada
norma-norma agama menentukan kualitas
Rosululloh Muhammad SAW pondok
suatu pondok pesantren.
pesantren
Nilai tersebut
Wali
Aminah
mengadakan
masih terjaga utuh di pondok pesantren
sholawat (terbangan) se Jawa Timur.
Wali Aminah sampai saat ini. Semangat
Kepada para ulama atau kyai selalu
ukhuwah (persaudaraan) dijalin dengan
dihormati dan dilestarikan peninggalan
mengembangkan lembaga pendidikan di
budaya, dan tradisi.
bawah yayasan pondok pesantren Wali
2.
Aminah.
Norma sosial
Pada tingkatan komunitas, sumber-
Gus
Syihaab
ta’awun
(tolong
memberi
teladan
sumber kepercayaan (trust) berasal dari
menolong)
dengan
norma
sosial
yang
memang
telah
keihlasan hati melayani segenap lapisan
melekat pada struktur sosial setempat
masyarakat
(Coleman, 1998).
tanpa
membedakan
latar
belakang, masalah, dan status sosial.
sangat
Semangat ittihad (persatuan) diperlihatkan
perilaku dalam masyarakat.
dengan
elemen
norma ini biasanya terinstitusionalisasi
berjuang
dan mengandung sanksi sosial yang
mengembangkan pondok pesantren Wali
dapat mencegah individu berbuat sesuatu
Aminah khususnya pada tahun 2002. Santri
yang menyimpang dari kebiasaan yang
pondok pesantren Wali Aminah yang
berlaku di masyarakat.
memiliki kapasitas intelektual dan dana
kolektif tersebut biasanya tidak tertulis
memadai di dorong sedemikian rupa untuk
tetapi
thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu) sampai
masyarakat dan menentukan pola tingkah
tuntas.
Dalam beramal ikhlas (ihlas)
laku yang diharapkan dalam konteks
menjadi syarat utama, seperti teladan Gus
hubungan sosial. Menurut Farchan, dkk.
Syihaab walaupun dalam kondisi sakit tetap
(2005) norma-norma sosial yang sudah
menerima tamu. Jihad (berjuang) di jalan
menjadi pegangan dunia pesantren yang
Allah SWT dengan mendidik, mengajar,
mereka sebut faham ahlusunnah wal
dan membimbing santri terus dilaksanakan
jama’ah (Aswaja). Beberapa hal pokok dan
walaupun mulai tahun 2006 hanya ada
norma sosial model pondok pesantren
santri pulang dan jumlahnya sangat terbatas.
tercantum dalam Ushul al Khamsah (lima
Santri diajarkan untuk tha’at (patuh)
dasar pokok): tawasuth (tidak memihak),
kepada Allah SWT dan Rasulullah dengan
tawazun
menjalankan syariat Islam secara baik dan
harmonitas), tasamuh (toleran), i’tidal
merangkul
masyarakat
dalam
segenap
ikut
berperan
Norma-norma sosial
dalam
mengontrol
Norma-
Aturan-aturan
dipahami oleh setiap anggota
(menjaga
keseimbangan
dan
JuPEKO 97
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
(adil), dan tasyawur (musyawarah).
Di
ekstrimisme akal. Rekonsiliasi antara teks
dipahami
dan rasio telah menyebabkan diskursus
sebagai realitas, karena dikenal al-ikhtilafu
hukum Islam mengalami pengayaan yang
ummah
dalam
amat luar biasa. Pandangan ini membuat
masyarakat merupakan anugerah), dari
cara berpikir SDM di pondok pesantren
terminologi ini kalangan pondok pesantren
Wali Aminah berperan di masyarakat
menyadari pluralisme dalam masyarakat
menjadi sangat fleksibel dalam dakwah
sebagai kekayaan hidup.
yang dilakukan.
dunia
pesantren
perbedaan
rahmatun
(perbedaan
Inilah kekuatan pertahanan pondok
pesantren dalam membentengi umat dari
3.
Norma susila
Tatanilai
yang
dianut
pondok
pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan
pesantren bersumber pada kitab-kitab yang
ajaran Islam. Zahro (2004) menambahkan
dipelajari (Dhofier, 1985).
konsep Aswaja diambil dari kitab al-
Hasballah (2006) menyatakan unsur modal
Kawakib al-Lam’ah karya KH. Abul
sosial antara lain adalah nilai. Nilai adalah
Fadhol, Senori, Tuban yang kemudian
suatu ide yang telah turun temurun
disahkan dalam Muktamar XXIII di Solo
dianggap benar dan penting oleh anggota
(1962) dan difinalkan para kyai besar NU
kelompok masyarakat.
saat itu dengan tim editor antara lain KH.
berperan penting dalam kehidupan manusia.
Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), dan
Wahid dalam Rahardjo (Ed). (1988)
Kiai Turaichan Adjhuri (Kudus). Adapun
menyatakan hampir tidak ada bidang yang
mengenai karakteristik paham aswaja, KH.
tidak tersentuh oleh aplikasi pengajian yang
Ahmad Siddiq (1980) dalam Moesa (2007)
diberikan dari cara-cara menyucikan diri
menyebutkan antaralain tawasuth yang
untuk melakukan ibadah ritual hingga
berarti pertengahan (moderat) dan tidak
kepada ketentuan proseduril tata niaga yang
condong ke kanan atau kekiri (tatharruf).
diperkenankan
Menurut KH. Said Aqil Siradj dalam
pemberian pengajian oleh sang kyai kepada
Misrawi
menambahkan
para santrinya sama saja artinya dengan
kemoderatan Ahlussunnah Wal Jamaah
sebuah proses pembentukan tata nilai yang
diekspresikan dalam metode pengambilan
lengkap,
hukum yang menggabungkan nash dan akal.
orientasinya sendiri. Pembentukan tatanilai
Sedangkan dalam metode berpikir secara
di pondok pesantren dimulai dengan
umum mampu merekonsiliasikan antara
menempatkan kedudukan kehidupan di
wahyu dan rasio.
pondok
seperti
(2010)
ini
Sikap moderat yang
mampu
meredam
dua
oleh
dengan
pesantren
Selanjutnya
Nilai senantiasa
agama,
cara
penilaian
sebagai
maka
dan
gambaran
kehidupan ideal yang harus menjadi suri
JuPEKO 98
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
teladan bagi mereka yang hidup di luarnya.
Dalam
menjalankan
fungsinya
Kedudukan kulturil yang relatif lebih
sebagai penyaring pondok pesantren Wali
unggul
Aminah
ini
memungkinkan
pesantren
memiliki
sarana
dengan
mengambil peranan sebagai penentu dalam
mengambil lingkungan pergaulan inti di
proses
pondok pesantren dan keluarga besar Gus
penyaringan
unsur-unsur
kebudayaan yang datang dari luar golongan
Syihaab.
santri.
detail mulai dari: 1) akhlaq kepada sesama
Perbuatan mana yang harus, baik,
dapat,
tidak
atau
jangan
Pergaulan santri diatur sangat
santri, ustadz, kyai, dan alam raya; 2)
dilakukan,
ibadah ritual dan ibadah sosial. Semuanya
ditentukan oleh pesantren dalam fungsi
terbingkai dalam teladan kyai yang bisa
sebagai penyaring. Pengaturan pergaulan
dilihat dan ditiru santri.
santri diatur sangat detail dan diperhatian
perkembangan pribadi santri diperhatian
perkembangannya
secara seksama.
secara
seksama.
Golongan santri sendiri harus memiliki
sarana
untuk
menjamin
Semua tahap
Sanksi yang efektif
pelaksanaan
Wahid dalam Rahardjo (Ed). (1988)
penyaringan di pesantren. Sarana tersebut
dalam menjalankan peranan ganda (unit
dapat mengambil bentuk bermacam-macam:
budaya
lingkungan pergaulan yang dibuat sesempit
masyarakat dan menjadi bagian dari
mungkin
dengan
mengambil
kehidupan
kauman
sebagai
intinya,
wilayah
yang
berdiri
masyarakat)
terpisah
ini,
dari
pesantren
penciptaan
terlibat dalam proses penciptaan tata nilai
mekanisme kerukunan yang ketat sesama
yang memiliki dua unsur utama, yaitu:
anggota golongan santri sendiri, dan
peniruan, dan pengekangan.
pemberian peranan mutlak ke tangan para
utama terciptanya pola kehidupan yang
orang tua untuk menentukan ukuran-ukuran
memiliki unsur peniruan dan pengekangan
moral yang dianut oleh golongan santri
adalah:
tersebut.
1.
Juga sarana-sarana pelengkap
Prasyarat
Keharusan bagi pendiri atau pengasuh
antara lain: kerja-kerja ritual, menziarahi
pesantren untuk memiliki kepribadian
pesantren, memelihara pengajian umum,
yang sangat kuat, terutama dalam
indoktrinasi
ketekunan dan penguasaan diri yang
keagamaan
lainnya
dan
memelihara lembaga-lembaga sosial yang
berkadar
mengembangkan
melandasi
ikatan
erat
dalam
tinggi.
Kekuatan
eksistensi
ini
pondok
lingkungan golongan santri, seperti zakat
pesantren Wali Aminah. Gus Syihaab
fitrah, rumah piatu dan sebagainya.
pernah menyatakan bahwa pondok
pesantren
Wali
Aminah
pernah
JuPEKO 99
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
dibubarkan 7 kali. Tetapi dengan
demikian menempatkan sang kyai
semangat pengabdian diri kepada
pada pola cita ideal di mata para
Allah SWT dan hanya mengharap
santrinya.
ridla-Nya
melunturkan
dan walimatul khitan pada selasa 10-
semangat untuk tetap menghidupkan
04-2008 di pondok pesantren Wali
kembali
Aminah Gus Syihaab menyatakan:
tidak
pondok
yang
telah
dibubarkan tersebut.
2.
Pemimpin
pondok pesantren Wali Aminah dari
perwatakan
sisi ayah keturunan ke 8 dari raja
demikian hanya percaya pada dirinya
Brawijaya I (Raden Wijaya) dan dari
sendiri mengandung sikap curiga
sisi ibu keturunan ke 8 dari Sunan
kepada campur tangan pihak luar
Ampel (Raden Rahmat).
dalam
3.
Dalam perayaan maulid
dengan
urusan
pesantrennya.
4.
Peniruan
Demikian juga di pondok pesantren
Peniruan adalah usaha yang
Wali Aminah campur tangan puhak
dilakukan terus-menerus secara sadar
luar tidak diizinkan, kecuali bersifat
untuk memindahkan pola kehidupan
bantuan dan dalam pelaksanaan pihak
Nabi
luar yang membantu tidak ikut
sahabatnya, dan ulama salaf ke dalam
campur.
praktek kehidupan di
Besarnya
faktor
karisma
Muhammad
SAW.,
para
pesantren,
dalam
tercermin dalam hal berikut: ketaatan
menentukan kepesatan kemajuan atau
beribadat ritual secara maksimal,
kemunduran pesantren. Gus Syihaab
penerimaan atas kondisi materiil yang
menempati kedudukan tinggi di hati
relatif serba kurang dan kesadaran
para santrinya.
Santri percaya
kelompok (esprit de corps) yang
kapasitas keilmuan, kecerdasan, dan
tinggi (Wahid dalam Rahardjo (Ed).
ketaqwaan Gus Syihaab sehingga
1988). Usaha mempraktekkan pola
mampu mengantarkan santri pondok
kehidupan ini dibimbing langsung
pesantren Wali Aminah ke masa
oleh Gus Syihaab.
depan gemilang.
santri yang berbeda-beda menuntut
Sikap hidup santri yang percaya
kepada
kerangka
kyai
ini
dalam
menyediakan
seorang
Kemampuan
kecermatan, kecerdasan, ketelitian,
kesabaran dan do’a untuk bisa
santri
mengantarkan santri menjadi orang
melihat kyainya sebagai kelanjutan
yang bermanfaat dimanapun nanti
silsilah para ulama pewaris ilmu masa
berada. Manfaat dalam arti luas, yaitu
keagungan Islam dahulu dan dengan
mampu mengamalkan setiap ajaran
JuPEKO 100
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
yang ada di kitab klasik dalam
Larangan ini dimaksudkan agar
kehidupannya. Kewajiban bagi santri
santri benar-benar fokus pada tujuan
pondok
Aminah
belajar di pondok pesantren Wali
diatur dalam undang-undang pondok
Aminah. Juga untuk memagari santri
pesantren Wali Aminah: bab II pasal
dari pengaruh negatif dari luar yang
2 ayat 2:
tidak sejalan dengan nilai-nilai yang
pesantren
Wali
“semua santri yang lulus
dianut pondok pesantren.
dari Madrasah Diniyah
diwajibkan
mengikuti
Jaringan Informasi
pengajian minilah dua
1.
kitab”.
5.
Santri
Jaringan informasi santri pondok
Kewajiban ini diberlakukan bagi
pesantren Wali Aminah terdiri dari santri
santri yang telah tamat dari Madrasah
mukim, dan santri pulang. Santri adalah
Diniyah, dan santri yang mampu
orang yang telah bersedia dan menyerahkan
mengikuti pengajian bandongan.
dirinya untuk dididik, diajar, dan dibimbing
Pengekangan
agama oleh kyai dan segenap elemen
Pengekangan
(ostracization),
pondok pesantren. Mereka juga menjadi
memiliki perwujudan utama dalam
elemen penting bagi
disiplin sosial yang ketat di pesantren
pesantren tanpa keberadaannya seseorang
(Wahid dalam Rahardjo (Ed). 1988).
belum mumpuni disebut kyai. Masyarakat
Pondok pesantren Wali Aminah
mengirim
menerapkan disiplin tinggi bagi santri
percaya kapasitas pondok pesantren Wali
dengan tujuan mempersiapkan santri
Aminah dalam mendidik, mengajar, dan
yang benar-benar siap menerima
membimbing santri. Hal ini sesuai dengan
tongkat estafet sebagai pemimpin
Dhofier (1985) yang menyatakan dalam
umat di masa depan.
Bentuk
tradisi pesantren, perasaan hormat dan
pengekangan diatur dalam undang-
kepatuhan murid kepada gurunya adalah
undang
mutlak dan tidak boleh putus, artinya
pondok
pesantren
Aminah bab III, pasal 21:
“semua santri
Wali
putra-putri
sebuah pondok
mereka
karena
berlaku seumur hidup si murid.
dilarang
Saat ini jaringan santri pondok
perbuatan
pesantren Wali Aminah banyak yang
yang melanggar syari’at
terputus. Mereka setelah lulus dari lembaga
Islam dan undang-undang
pendidikan pondok pesantren Wali Aminah
negara yang berlaku”.
kembali ke masyarakat dan jarang sekali
melakukan
JuPEKO 101
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
silaturahmi ke pondok pesantren. Putusnya
1988).
hubungan
santri
seiring dengan perkembangan masyarakat,
tersendatnya
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sinergi
perkembangan pondok pesantren. Biasanya
antara pondok pesantren dan masyarakat
dimulai dari ketidakmampuan santri dalam
menguatkan modal sosial pondok pesantren
mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam
yang telah dimiliki.
antara
kyai
dan
mengakibatkan
kitab-kitab
Islam
dipelajari,
klasik
akhirnya
yang
santri
Pondok pesantren berkembang
telah
Bank dunia (1999) dalam Hasbullah
yang
(2006) mendefinisikan modal sosial sebagai
bersangkutan malu dan tidak mau lagi
sesuatu
silaturahmi.
institusional,
Juga perbedaan pendapat
yang
merujuk
ke
dimensi
hubungan-hubungan
diantara kyai dan santri juga sering terjadi
tercipta,
apabila tidak ada yang mengalah maka
membentuk
putus hubungan keduangnya, kecuali jika
hubungan sosial dalam masyarakat. Jika
ada yang menengahi.
dicermati dari sejarah berdirinya pondok
Putusnya tali
dan
silaturahmi ini lebih disebabkan salah
pesantren
paham
masyarakat
masalah
sepele,
dan
bisa
norma-norma
yang
kualitas
dan
berawal
dari
akan
yang
kuantitas
kebutuhan
pendidikan
ilmu
diselesaikan dengan jalan menyambung
pengetahuan agama yang terjangkau bagi
kembali tali silaturahmi.
masyarakat
Hal ini bisa
perdesaan.
Dalam
diagendakan rutin ke pondok pesantren
perkembangannya
Wali Aminah atau segenap komponen
memerlukan pendidikan ilmu pengetahuan
pondok pesantren Wali Aminah yang
umum. Kebutuhan ini direspon oleh kyai
silaturahmi ke mereka.
dengan
Padahal banyak
masyarakat
mendirikan:
majlis
juga
ta’lim,
santri yang telah menjadi tokoh masyarakat
pengajian, madrasah diniyah, lembaga
di tempat asal mereka.
pendidikan dasar, lembaga pendidikan
menjadi
peluang
besar
Tentu hal ini
untuk
lebih
menengah, dan lembaga pendidikan tinggi.
dioptimalkan peran mereka dalam ikut serta
Di pondok pesantren Wali Aminah yang
mengembangkan pondok pesantren Wali
belum
Aminah.
pendidikan tinggi.
ada
saat
ini
hanya
lembaga
Namun pada tahun
2002-2004 pernah berdiri School Of
2.
Language (SOL) sekolah bahasa setara
Masyarakat
Penunjang
kehidupan
pondok
pesantren diantaranya: warga masyarakat
diploma satu tahun (D1).
KESIMPULAN
luar yang memiliki hubungan erat dengan
Bimbingan bathiniah (esoteri) santri
pesantren (Wahid dalam Rahardjo (Ed).
di pondok pesantren Wali Aminah diawali
JuPEKO 102
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
dengan menjalankan ibadah shalat sunah:
khusus santri pulang (kalong) pondok
dhuha, hajad, taubat, dan witir.
pesantren Wali Aminah.
penerapannya
sangat
Dalam
memperhitungkan
Tolok ukur keberhasilan seorang
kapasitas individu santri. Hasil dari proses
santri dalam menuntut ilmu di pondok
pendidikan, pengajaran, dan bimbingan
pesantren dapat dilihat dari ketaatan mereka
menjadi
terdidik,
dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam
terpelajar, dan mendapatkan ilmu barakah.
yang termaktub dalam kitab-kitab Islam
Segenap
klasik
santri-santri
elemen
yang
pondok
pesantren
setelah
mereka
kembali
ke
melakukan pengabdian tersebut dengan hati
masyarakat. Keberhasilan ini akan semakin
ihlas dan hanya mengharap ridla Allah
tinggi nilainya jika santri tersebut berhasil
SWT. Dari sini diharapkan setiap santri
mendirikan pondok pesantren baru, dan
bisa
mengembangkannya.
mengabdi
ketika
kembali
ke
Dalam penelitian
masyarakat dengan bekal yang telah
disertasi ini ditemukan banyak santri yang
dimiliki.
Dalam penelitian disertasi ini
berguguran dalam menempuh pendidikan
ditemukan sering terjadi tabrakan jadwal
di pondok pesantren Wali Aminah, karena
antara bimbingan rohani dan kegiatan
menerapkan standar tinggi bagi santri
belajar mengajar bagi santri yang juga
terpilih. Tidak memandang keluarga dekat
masih
jika memang tidak memenuhi persyaratan
menjadi
murid
di
lembaga
pendidikan formal.
Kuatnya
maka mereka akan tersisih secara alami dari
ikatan
kyai-santri
menjadikan pondok pesantren tidak pernah
lingkungan pendidikan pondok pesantren
Wali Aminah.
kehabisan santri. Mereka secara otomatis
Kemampuan dan kewenangan Gus
akan berusaha sekuat tenaga membantu
Syihaab
untuk
pondok pesantren dimana mereka dahulu
diperoleh
dari
pernah menimba ilmu.
Rasa ini timbul
(latihan) dari dua mursyid tarekat yaitu:
karena secara emosional, rasional, dan
KH. Adlan Ali dari Cukir Jombang, dan
spiritual
KH. Hamid dari Pasuruan.
santri
ditanamkan
rasa
membimbing
tempaan
dan
santri
riadlah
Dengan
tanggungjawab melestarikan model dakwah
kompetensi yang sudah terstandarisasi
pondok pesantren, dan perkembangan
menurut
Islam.
Dalam penelitian disertasi ini
menjadikan garansi bagi santri untuk
ditemukan jaringan santri pulang renggang
mampu mengaktualisasikan diri dalam
mengingat kesibukan masing-masing dan
kehidupan
belum ada ikatan resmi misalnya organisasi
ajaran-ajaran
ukuran
pondok
bermasyarakat
Islam
pesantren
berdasarkan
khususnya
yang
termaktub dalam kitab-kitab Islam klasik.
JuPEKO 103
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Semakin banyak santri yang berhasil
untuk menuntut ilmu di pondok pesantren
memposisikan
individu-
tersebut. Keinginan seorang santri untuk
individu yang mumpuni dari segi keilmuan,
terus menerus menjalin silaturahmi dengan
ketrampilan, dan berserah diri kepada Allah
kyai
SWT semakin besar minat calon santri
terhadap orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Zahro, Ahmad. 2004. Tradisi Intelektual
NU. LKiS. Yogyakarta.
diri
sebagai
seperti
kerinduan seorang anak
Arifin, Imron. 1993. Kepemimpinan Kyai
Kasus
Pondok
Pesantren
Tebuireng. Kalimasahada Press.
Coleman, James S. 1988. Social Capital in
the Creation of Human Capital.
American Journal of Sociology
(AJS) Volume 94. 1988, by The
University of Chicago. All rights
reserved.
Dhofier, Z. 1985. Tradisi Pesantren Studi
Tentang Pandangan Hidup Kyai.
Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan
Sosial (LP3ES). Jakarta.
Farchan, H. dkk. 2005. Titik Tengkar
Pesantren.
Pilar Religia.
Yogyakarta.
Hasbullah, Jousairi. 2006. Social Capital
(Menuju Keunggulan Budaya
Manusia Indonesia. MR-United
Press. Jakarta.
Lawang, Robert M.Z. 2005. Kapital Sosial
dalam Perspektif Sosiologik.
FISIP UI Press. Jakarta.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh
Hasyim Asy’ari. PT Kompas
Media Nusantara. Jakarta.
Moesa, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme
Kiai. LKiS Yogyakarta dan IAIN
Sunan Ampel. Surabaya.
Rahardjo, Dawam. 1988. Pesantren dan
Pembaharuan.
Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat (P3M).
Jakarta.
JuPEKO 104
Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung
Download