MODAL SOSIAL PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN WALI AMINAH) Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAK. Modal sosial digunakan sebagai alat untuk mengetahui kekhasan modal sosial yang dimiliki sebuah pondok pesantren dalam hal ini pondok pesantren Wali Aminah (PPWA). Terdapat 6 bentuk modal sosial pondok pesantren, yaitu: 1) Struktur kewajiban (obligations); 2) ekspektasi (expectations); 3) kepercayaan (trustworthiness); 4) Norma-norma (norms); 5) dan sanksi-sanksi yang efektif (effective sanctions); 6) Jaringan informasi (information channels). Struktur kewajiban (obligations) di PPWA meliputi: pendidikan, pengajaran, dan bimbingan kyai, nyai, ustadz, ustadzah kepada santriwan dan santriwati. Ekspektasi (expectations) masyarakat terhadap PPWA khususnya kepada kyai (KH. Muhammad Syihaabuddin atau Gus Syihaab) adalah menyelesaikan persoalan keagamaan praktis, percaya diri, rendah hati, dan penyembuhan terhadap berbagai macam penyakit. Kepercayaan (trustworthiness) masyarakat terhadap PPWA tercermin dari: hubungan sosial, harapan di masa depan, interaksi inti, dan tindakan inti. Norma-norma (norms) yang berlaku di PPWA antara lain: norma agama, norma sosial, dan norma susila. Sanksi-sanksi yang efektif (effective sanctions) di PPWA terdiri dari: peniruan dan pengekangan. Jaringan informasi (information channels) yang dimiliki PPWA adalah jaringan santri dan masyarakat. Kata Kunci : struktur kewajiban, ekspektasi, kepercayaan, norma, sanksi-sanksi yang efektif, jaringan informasi. sama PENDAHULUAN dikeduanya. Masalah Pondok pesantren ditinjau dari kepercayaan dengan diawali sebuah berbagai macam pendekatan, namun dalam pertanyaan: dari mana sumber trust hal ini dengan menggunakan pendekatan tersebut? Banyak peneliti merujuk ke modal sosial yang dikemukakan oleh jaringan sebagai sumber penting Coleman tumbuh (1988). Coleman (1988) dan hilangnya trust. menyebutkan terdapat tiga bentuk modal Lawang ( 2005) m e n y a t a k a n inti sosial, yaitu: kepercayaan antar manusia ada tiga hal 1) Struktur ekspektasi kewajiban (obligations), (expectations), dan yang saling terkait: 1) Hubungan sosial antara dua orang dalam atau lebih. kepercayaan (trustworthiness). Bentuk Termasuk modal sosial terdiri dari dua elemen: adalah kepercayaan dari lingkungan sosial, pengertian ini diwakili orang. dan perluasan aktual dari kewajiban Harapan yang akan terkandung dalam yang sudah terpenuhi (obligation held). hubungan itu, yang kalau direalisasikan Struktur sosial berbeda di kedua tidak akan merugikan salah satu atau dimensi, dan aktor-aktor dalam struktur kedua belah pihak. 3) Interaksi inti institusi hubungan yang ini dalam 2) JuPEKO 90 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung dalam kapital yang (trustworthiness); 4) Norma-norma (norms); memungkinkan hubungan dan harapan 5) dan sanksi-sanksi yang efektif (effective itu terwujud. sanctions); 2) Jaringan channels). sosial informasi (information 6) Jaringan informasi (information channels). Bentuk penting modal sosial adalah potensi informasi dalam PEMBAHASAN hubungan sosial. Struktur Kewajiban (obligations) Informasi penting sebagai dasar untuk beraksi. Tetapi memperoleh informasi itu mahal. Pada 1. Pendidikan Keberhasilan pemimpin-pemimpin tingkat minimum, hal ini memerlukan pondok pesantren dalam menghasilkan perhatian serius karena selalu dalam sejumlah ‘ulama’ yang berkualitas tinggi kelangkaan adalah karena metode pendidikan yang persediaan. Satu pengertian dimana informasi mungkin dikembangkan oleh para kyai. diperoleh pendidikan pondok pesantren bukan untuk dengan menggunakan Tujuan hubungan sosial untuk tujuan lain. mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan 3) Norma-norma dan sanksi-sanksi yang keagungan duniawi, tetapi ditanamkan efektif (norms and effective sanctions). kepada mereka bahwa belajar adalah Norma di sebuah komunitas yang semata-mata kewajiban dan pengabdian mendorong dan efektif yaitu dengan kepada Allah SWT. memberikan ditanamkan penghargaan untuk perasaan Kepada santri kewajiban dan sebuah prestasi tinggi (achievement) di tanggungjawab untuk melestarikan dan sekolah yang memiliki fasilitas baik menyebarkan pengetahuan mereka tentang merupakan tanggung jawab sekolah. Islam kepada orang lain, mencurahkan Sebuah komunitas dengan norma yang waktu dan tenaga untuk belajar terus kuat dan efektif menjadikan perilaku menerus sepanjang hidup (Dhofier, 1985). generasi muda akan menjaga mereka Di pondok pesantren Wali Aminah segenap dari memanfaatkan waktu sebaik- elemen pedidikan menjalankan perannya baiknya (having a good time). masing-masing dengan penuh tanggung Dalam hal ini diambil 3 bentuk modal jawab, karena dilandasi kewajiban dan sosial dari Coleman (1988) kemudian pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini dikembangkan menjadi 6 bentuk modal sesuai dengan Amin (1987) dalam Arifin sosial pondok pesantren, yaitu: 1) Struktur (1993) bahwa pada dasarnya pondok kewajiban (obligations); 2) ekspektasi pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, (expectations); di mana pengetahuan-pengetahuan yang 3) kepercayaan JuPEKO 91 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung berhubungan Islam mampu menyampaikan materi pelajaran diharapkan dapat diperoleh di pondok dengan baik kepada santri. Hal ini berarti, pesantren. Untuk menanamkan perasaan kapasitas kepakaran seorang kyai dalam kewajiban dan tanggungjawab santri dalam mengajarkan menuntut ilmu dan menyebarkan Islam, masih harus ditunjang oleh kepribadian Gus Syihaab menyatakan: Allah SWT dan strategi mengajar yang tepat (Arifin, mengangkat derajat makhluknya sesuai 1993). dengan usaha makhluk itu sendiri, maka pendidikan pengelola lembaga pendidikan selagi sekarang masih menjadi santri mari di mengaji dan sekolah yang rajin, mudah- pesantren mudahan jika sewaktu-waktu takdir Allah segenap pimpinan dari keluarga besar KH. SWT datang kamu semua sudah siap, itulah Muhammad Syihaabuddin. yang dinamakan menyongsong derajat). Hafidz S.Ag (kemenakan) sebagai kepala Pencapaian derajat tinggi seperti yang Madrasah Ibtidaiyah Wali Aminah, Kyai dijanjikan Allah SWT tersebut sesuai Syamsul Huda S.Ag (kakak) sebagai dengan kualitas usaha manusia untuk kepala mencapai derajat tertinggi yang dapat Madrasah Tsanawiyah Wali Aminah, digapai. Kualitas proses dalam menggapai Almarhum Gus Fatkhur Rahman S.Pd derajat inilah yang menjadi dasar kelayakan (adik) sebagai kepala Madrasah Aliyah kita untuk mendapat anugerah derajat dari Wali Aminah. Allah SWT. 3. 2. dengan agama Dalam proses pengajaran kitab-kitab Islam klasik, unsur yang dianggap paling sentral adalah kyai dalam kedudukannya sebagai pangajar kitab-kitab Islam klasik. Sebab beliau merupakan mediator yang menjembatani keberadaan santri (peserta dengan diajarkannya. kitab-kitab yang Oleh karena itu, kyai pengajar kitab-kitab Islam klasik tidak saja dituntut untuk menguasai ilmu yang berkait Untuk bawah menjamin naungan Wali Islam Raudlatul kualitas yayasan Aminah Athfal klasik pondok mengangkat Gus Abdul (RA) dan Bimbingan Di pondok pesantren Wali Aminah Pengajaran didik) kitab-kitab dengan kitab-kitab yang diajarkannya, tapi juga dituntut untuk dalam membimbing santri berdasarkan atas faham ahlussunnah (ASWAJA). wal-jama’ah Tanggung jawab kyai menurut Arifin (1993) adalah memberikan pengajaran yang berkaitan dengan hukumhukum Islam dan membimbing santri pada segi lahiriyah bertanggung (eksoteri) jawab atas Islam, dan bimbingan bathiniah (esoteri) serta telah diberikan kekuatan dan wewenang khusus untuk tujuan itu (Muthahari). Bimbingan segi lahiriyah (eksoteri) Islam santri pondok JuPEKO 92 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung pesantren Wali Aminah diberikan dengan mewujudkan harapan masyarakat seorang mengadakan kegiatan belajar-mengajar di kyai harus memiliki tingkat kecerdasan lembaga pendidikan formal, informal, dan tinggi. program-program kegiatan yang Jika masyarakat dan santri sudah menunjang. Kyai Syamsul Huda dan kyai tidak terpenuhi harapannya, maka mereka Ali Imron mengajar kitab-kitab Islam akan meninggalkan dan mencari figur kyai klasik dan membimbing santri dari segi lain. lahiriyah KH. yang harus diemban kyai sebagai orang tua Muhammad Syihaabuddin membimbing yang harus mempersiapkan putra-putrinya santri (esoteri). untuk meneruskan perjuangan yang telah Kekuatan rohani diperoleh Gus Syihaab dirintis, dan kewajiban mengajar, mendidik dari tempaan dan riadlah (latihan) dari dua dan membimbing santri. Sebagai orang tua mursyid tharikat yaitu: KH. Adlan Ali dari Gus Syihaab mulai membimbing Gus Abi Cukir Jombang, dan KH. Hamid dari Mansur (putra pertama), dan Gus Arif Pasuruan. Bimbingan bathiniah (esoteri) (putra kedua) yang baru duduk di Madrasah santri di pondok pesantren Wali Aminah Tsanawiyah, dan Madrasah Ibtidaiyah diawali dengan menjalankan ibadah shalat untuk mulai berpuasa sunnah. Tugas berat sunnah: Shalat Dhuha, Shalat Hajad, ini mendapat respon positif dan partisipasi Shalat Taubat, dan Shalat Witir. Dalam aktif dari masyarakat jika seorang kyai penerapannya sangat memperhitungkan berhasil menjalankan kewajibannya dengan kapasitas individu santri. baik. (eksoteri) dari segi Islam. bathiniah 2. Menyelesaikan Percaya Diri Masyarakat biasanya mengharapkan Pengharapan (expectations) 1. Jelaslah besarnya tanggung jawab persoalan seorang kyai dapat menunjukkan keagamaan praktis kepercayaannya kepada diri sendiri dan Masyarakat biasanya mengharapkan kemampuannya, kepemimpinannya, karena seorang kyai dapat persoalan-persoalan menyelesaikan keagamaan praktis banyak orang datang meminta nasehat dan bimbingan dalam banyak hal (Dhofier, sesuai dengan kedalaman pengetahuan 1985). yang 1985). menambahkan kyai juga tempat masyarakat Berkaitan dengan hal ini Rahardjo, (1988) mendapatkan nasehat, dan do'a. Sampai menambahkan lembaga kyai juga menjadi saat harapan untuk mendapatkan keputusan bersilaturahmi ke pondok pesantren Wali mengenai Aminah untuk berbagai keperluan. dimilikinya soal yang (Dhofier, pelik. Untuk Selanjutnya Rahardjo, (1988) ini banyak masyarakat yang Gus JuPEKO 93 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung Syihaab sejak masih perjaka sudah banyak diri atas apa yang telah mereka perbuat masyarakat nasehat, selama ini. Menurut Arifin (1993) seorang masalah kyai harus memiliki pesona (attractiveness) yang bimbingan dan meminta doa dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. pribadi yang kuat sehingga beliau akan 3. Rendah Hati dijadikan figur ideal yang layak dicontoh Masyarakat biasanya mengharapkan dan “diteladani” oleh para pengikutnya. seorang kyai memiliki sifat rendah hati, menghormati semua orang, tanpa melihat Kepercayaan (trustworthiness) tinggi rendah kelas sosialnya, kekayaan dan Coleman (1998) pendidikannya, banyak prihatin, penuh masalah pengabdian kepada Tuhan dan tidak pernah sebuah pertanyaan: dari mana sumber trust berhenti tersebut? banyak peneliti merujuk ke memberikan kepemimpinan kepercayaan menjelaskan jaringan dan menerima undangan perkawinan dan tumbuh dan hilangnya trust. Jaringan kematian (Dhofier, 1985). Di pondok yang dimiliki pondok pesantren Wali pesantren Wali Aminah Gus Syihaab Aminah saat ini berkurang seiring mendapat bagian melayani masyarakat dari berkurangnya santri. Dari sisi ini dapat luar daerah. Untuk memimpin sembahyang, diketahui memberi khutbah, menerima undangan masyarakat perkawinan, Lawang ( 2005) menerima undangan sumber diawali keagamaan seperti: sembahyang, khutbah dan sebagai dengan penting tingkat kepercayaan menurun. Selanjutnya menyatakan inti kematian adalah bagian Kyai Syamsul kepercayaan antar manusia ada tiga hal Huda dan Kyai Ali Imron. yang saling terkait, yaitu: hubungan, 4. Penyembuhan harapan, dan interaksi & tindakan inti. Lembaga kekyaian adalah sumber di 1. mana orang meminta gangguan kejiwaan, "penyembuhan" Hubungan sosial antara dua orang orang atau lebih. Termasuk dalam hubungan mendapatkan semangat batin, ketentraman ini adalah institusi yang dalam pengertian hati atau dukungan moril (Rahardjo, 1988). ini diwakili orang. Kemampuan Gus Syihaab dalam melayani hipotetiknya: semakin kuat dan baik segenap menjadi hubungan sosial semakin tinggi harapan pesona tersendiri bagi para tamu yang yang ingin diperoleh ( Lawang, 2005) . datang. Mereka tidak merasa tersinggung Hubungan yang dijalin Gus Syihaab dengan dengan gaya bicara dan sikap Gus Syihaab. segenap Mereka terkesan karena merasa bercermin akhlak elemen tempat Hubungan Sosial masyarakat elemen mulia. Dalam rumusan masyarakat Dengan dilandasi akhlak ini JuPEKO 94 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung menjadikan segenap kalangan merasa bahwa hidup miskin di dunia sangat tidak dihormati secara proporsional. enak, karena untuk membantu orang lain, 2. Harapan masa depan pergi haji, dan sedekah semua memerlukan Harapan yang akan terkandung dalam biaya. hubungan itu, yang kalau direalisasikan 3. tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. Interaksi inti Interaksi inti dalam kapital sosial Harapan menunjuk pada yang memungkinkan hubungan dan harapan sesuatu yang masih akan terjadi di masa itu terwujud. Interaksi inti dalam kapital yang akan datang, baik dalam jangka pendek sosial menunjuk pada apa yang dilakukan maupun jangka panjang, dan malah ada oleh kedua belah pihak bersama-sama harapan dengan secara sadar dalam mewujudkan harapan keselamatan sesudah mati (atau sesudah dari masing-masing pihak terhadap satu hidup di dunia ini). Yang juga terkandung sama lain (Lawang, dalam harapan adalah kasih atau cinta. mewujudkan Tetapi ada pula sikap iman lakukan saja harapan yang terkandung dalam hubungan, dengan harapan bahwa Tuhan akan (bukan Gus Syihaab sebagai pengasuh berusaha pasti) seperti yang sering terdengar dalam semaksimal mungkin membimbing santri kata insya Allah, yang diucapkan kaum dan masyarakat sesuai kadar masing-masing. muslimin 4. yang dan berhubungan muslimat dalam mengungkapkan harapan akan keberhasilan usahanya (Lawang, 2005). hubungan 2005). Untuk harmonis dan Tindakan inti Tindakan inti dalam kapital sosial Pengharapan menunjuk pada apa yang dilakukan oleh yang ada dalam ajaran agama Islam individu dalam mewujudkan kepercayaan mengatur kehidupan dunia akhirat. Ini dan harapannya itu. Dalam konsep tindakan tercermin dalam do’a kaum muslimin yang inti kapital sosial, kepercayaan atau harapan artinya: “ya Allah berilah kami kebaikan di yang bersifat unilateral dapat terwujud dunia dan kebaikan di akhirat” (Dhofier, ( Lawang, 2005) . Konsep ini merupakan 1985). Dengan dasar ini pula Gus Syihaab konsep yang digabung dengan interaksi inti tidak setuju dengan pernyataan sebagian oleh kaum muslimin bahwa miskin di dunia penelitian ini dimasukkan dalam sub bab tidak apa-apa, yang penting akhirat selamat. tersendiri. Karena ini tidak sesuai dengan doa yang tindakan/interaksi inti dalam kapital sosial diajarkan dalam ajaran agama Islam tentang yang paling penting adalah tindakan inti kesejahteraan di dunia dan di akherat. dalam kapital sosial atau interaksi inti Lebih lanjut Gus Syihaab menerangkan dalam kapital sosial. Lawang (2005) namun dalam Dari hubungan, harapan dan Percaya tanpa JuPEKO 95 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung tindakan itu tidak berbuah. Harapan pasif bertambahnya santri baik yang menetap, tanpa tindakan, tidak akan menghasilkan maupun santri tidak menetap. Jika dibina apa-apa. Tindakan inti dalam kapital sosial dan didukung oleh ustadz yang mumpuni, atau interaksi inti dalam kapital sosial pondok pesantren Wali Aminah akan adalah buah dari kepercayaan. semakin Keberadaan pesantren bisa diakui eksistensinya oleh masyarakat besar dan bagi masyarakat dan sekalian alam. karena pesantren memiliki modal sosial yang khas Norma yang efektif menurut Farchan, dkk. (2005) diantaranya 1. adalah ketokohan kyai. bermanfaat Norma agama Ketokohan kyai Norma agama yang berlaku di merupakan ciri khas dalam masyarakat pondok pesantren Wali Aminah, juga pesantren, kultur umat Islam bersumber pada Al-Qur’an masyarakat Indonesia yang paternalistik, dan Sunnah nabi Muhammad SAW. tapi individu kyai sendiri merupakan gelar Nabi Muhammad menempati tempat yang tercipta melalui proses teologis. tertinggi sebagai suri teladan paripurna Karena keistimewaan tersebut kyai menjadi bagi panutan masyarakat, sehingga predikat kyai menyatakan yang individual, sumber trust berasal dari adanya ini terjadi disandang karena seseorang dijadikan umatnya. Coleman bahwa pada tingkat tumpuan segala persoalan oleh umatnya, nilai-nilai sering kita saksikan suatu saat kyai menjadi kepercayaan mubaligh, diwaktu lain kyai juga diminta kompetensi seseorang dan keterbukaan mengobati yang telah menjadi norma di masyarakat. orang sakit, memecahkan yang (1998) bersumber agama yang dari dianut, problem rumah tangga umat, bahkan tidak Menurut Rahardjo (1988) norma- jarang kyai juga diminta untuk meminjami norma keagamaan yang berlaku di pondok modal usaha oleh umatnya. Kyai di pondok pesantren pesantren Wali Aminah menjadi tokoh (persaudaraan), ta’awun (tolong menolong sentral dan pemegang keputusan tertinggi. atau Seperti pesantren thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu), ikhlas pengurus berfungsi sebagai kepanjangan (ihlas), jihad (berjuang), tha’at (patuh) tangan dari kebijakan kyai, mengurusi kepada Tuhan, Rasul, ulama atau kyai kebutuhan rutin dan operasional pondok sebagai pewaris Nabi, dan kepada mereka pesantren. Modal sosial yang dimiliki yang diakui sebagai pemimpin dan berbagai pondok pesantren Wali Aminah bisa nilai yang secara eksplisit tertulis sebagai semakin ajaran Islam, ikut mendukung eksistensi umumnya besar pondok seiring dengan antara kooperasi), lain: ittihad ukhuwah (persatuan), JuPEKO 96 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung pondok pesantren. Kualitas pengamalan benar. Salah satu bukti kecintaan kepada norma-norma agama menentukan kualitas Rosululloh Muhammad SAW pondok suatu pondok pesantren. pesantren Nilai tersebut Wali Aminah mengadakan masih terjaga utuh di pondok pesantren sholawat (terbangan) se Jawa Timur. Wali Aminah sampai saat ini. Semangat Kepada para ulama atau kyai selalu ukhuwah (persaudaraan) dijalin dengan dihormati dan dilestarikan peninggalan mengembangkan lembaga pendidikan di budaya, dan tradisi. bawah yayasan pondok pesantren Wali 2. Aminah. Norma sosial Pada tingkatan komunitas, sumber- Gus Syihaab ta’awun (tolong memberi teladan sumber kepercayaan (trust) berasal dari menolong) dengan norma sosial yang memang telah keihlasan hati melayani segenap lapisan melekat pada struktur sosial setempat masyarakat (Coleman, 1998). tanpa membedakan latar belakang, masalah, dan status sosial. sangat Semangat ittihad (persatuan) diperlihatkan perilaku dalam masyarakat. dengan elemen norma ini biasanya terinstitusionalisasi berjuang dan mengandung sanksi sosial yang mengembangkan pondok pesantren Wali dapat mencegah individu berbuat sesuatu Aminah khususnya pada tahun 2002. Santri yang menyimpang dari kebiasaan yang pondok pesantren Wali Aminah yang berlaku di masyarakat. memiliki kapasitas intelektual dan dana kolektif tersebut biasanya tidak tertulis memadai di dorong sedemikian rupa untuk tetapi thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu) sampai masyarakat dan menentukan pola tingkah tuntas. Dalam beramal ikhlas (ihlas) laku yang diharapkan dalam konteks menjadi syarat utama, seperti teladan Gus hubungan sosial. Menurut Farchan, dkk. Syihaab walaupun dalam kondisi sakit tetap (2005) norma-norma sosial yang sudah menerima tamu. Jihad (berjuang) di jalan menjadi pegangan dunia pesantren yang Allah SWT dengan mendidik, mengajar, mereka sebut faham ahlusunnah wal dan membimbing santri terus dilaksanakan jama’ah (Aswaja). Beberapa hal pokok dan walaupun mulai tahun 2006 hanya ada norma sosial model pondok pesantren santri pulang dan jumlahnya sangat terbatas. tercantum dalam Ushul al Khamsah (lima Santri diajarkan untuk tha’at (patuh) dasar pokok): tawasuth (tidak memihak), kepada Allah SWT dan Rasulullah dengan tawazun menjalankan syariat Islam secara baik dan harmonitas), tasamuh (toleran), i’tidal merangkul masyarakat dalam segenap ikut berperan Norma-norma sosial dalam mengontrol Norma- Aturan-aturan dipahami oleh setiap anggota (menjaga keseimbangan dan JuPEKO 97 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung (adil), dan tasyawur (musyawarah). Di ekstrimisme akal. Rekonsiliasi antara teks dipahami dan rasio telah menyebabkan diskursus sebagai realitas, karena dikenal al-ikhtilafu hukum Islam mengalami pengayaan yang ummah dalam amat luar biasa. Pandangan ini membuat masyarakat merupakan anugerah), dari cara berpikir SDM di pondok pesantren terminologi ini kalangan pondok pesantren Wali Aminah berperan di masyarakat menyadari pluralisme dalam masyarakat menjadi sangat fleksibel dalam dakwah sebagai kekayaan hidup. yang dilakukan. dunia pesantren perbedaan rahmatun (perbedaan Inilah kekuatan pertahanan pondok pesantren dalam membentengi umat dari 3. Norma susila Tatanilai yang dianut pondok pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan pesantren bersumber pada kitab-kitab yang ajaran Islam. Zahro (2004) menambahkan dipelajari (Dhofier, 1985). konsep Aswaja diambil dari kitab al- Hasballah (2006) menyatakan unsur modal Kawakib al-Lam’ah karya KH. Abul sosial antara lain adalah nilai. Nilai adalah Fadhol, Senori, Tuban yang kemudian suatu ide yang telah turun temurun disahkan dalam Muktamar XXIII di Solo dianggap benar dan penting oleh anggota (1962) dan difinalkan para kyai besar NU kelompok masyarakat. saat itu dengan tim editor antara lain KH. berperan penting dalam kehidupan manusia. Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), dan Wahid dalam Rahardjo (Ed). (1988) Kiai Turaichan Adjhuri (Kudus). Adapun menyatakan hampir tidak ada bidang yang mengenai karakteristik paham aswaja, KH. tidak tersentuh oleh aplikasi pengajian yang Ahmad Siddiq (1980) dalam Moesa (2007) diberikan dari cara-cara menyucikan diri menyebutkan antaralain tawasuth yang untuk melakukan ibadah ritual hingga berarti pertengahan (moderat) dan tidak kepada ketentuan proseduril tata niaga yang condong ke kanan atau kekiri (tatharruf). diperkenankan Menurut KH. Said Aqil Siradj dalam pemberian pengajian oleh sang kyai kepada Misrawi menambahkan para santrinya sama saja artinya dengan kemoderatan Ahlussunnah Wal Jamaah sebuah proses pembentukan tata nilai yang diekspresikan dalam metode pengambilan lengkap, hukum yang menggabungkan nash dan akal. orientasinya sendiri. Pembentukan tatanilai Sedangkan dalam metode berpikir secara di pondok pesantren dimulai dengan umum mampu merekonsiliasikan antara menempatkan kedudukan kehidupan di wahyu dan rasio. pondok seperti (2010) ini Sikap moderat yang mampu meredam dua oleh dengan pesantren Selanjutnya Nilai senantiasa agama, cara penilaian sebagai maka dan gambaran kehidupan ideal yang harus menjadi suri JuPEKO 98 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung teladan bagi mereka yang hidup di luarnya. Dalam menjalankan fungsinya Kedudukan kulturil yang relatif lebih sebagai penyaring pondok pesantren Wali unggul Aminah ini memungkinkan pesantren memiliki sarana dengan mengambil peranan sebagai penentu dalam mengambil lingkungan pergaulan inti di proses pondok pesantren dan keluarga besar Gus penyaringan unsur-unsur kebudayaan yang datang dari luar golongan Syihaab. santri. detail mulai dari: 1) akhlaq kepada sesama Perbuatan mana yang harus, baik, dapat, tidak atau jangan Pergaulan santri diatur sangat santri, ustadz, kyai, dan alam raya; 2) dilakukan, ibadah ritual dan ibadah sosial. Semuanya ditentukan oleh pesantren dalam fungsi terbingkai dalam teladan kyai yang bisa sebagai penyaring. Pengaturan pergaulan dilihat dan ditiru santri. santri diatur sangat detail dan diperhatian perkembangan pribadi santri diperhatian perkembangannya secara seksama. secara seksama. Golongan santri sendiri harus memiliki sarana untuk menjamin Semua tahap Sanksi yang efektif pelaksanaan Wahid dalam Rahardjo (Ed). (1988) penyaringan di pesantren. Sarana tersebut dalam menjalankan peranan ganda (unit dapat mengambil bentuk bermacam-macam: budaya lingkungan pergaulan yang dibuat sesempit masyarakat dan menjadi bagian dari mungkin dengan mengambil kehidupan kauman sebagai intinya, wilayah yang berdiri masyarakat) terpisah ini, dari pesantren penciptaan terlibat dalam proses penciptaan tata nilai mekanisme kerukunan yang ketat sesama yang memiliki dua unsur utama, yaitu: anggota golongan santri sendiri, dan peniruan, dan pengekangan. pemberian peranan mutlak ke tangan para utama terciptanya pola kehidupan yang orang tua untuk menentukan ukuran-ukuran memiliki unsur peniruan dan pengekangan moral yang dianut oleh golongan santri adalah: tersebut. 1. Juga sarana-sarana pelengkap Prasyarat Keharusan bagi pendiri atau pengasuh antara lain: kerja-kerja ritual, menziarahi pesantren untuk memiliki kepribadian pesantren, memelihara pengajian umum, yang sangat kuat, terutama dalam indoktrinasi ketekunan dan penguasaan diri yang keagamaan lainnya dan memelihara lembaga-lembaga sosial yang berkadar mengembangkan melandasi ikatan erat dalam tinggi. Kekuatan eksistensi ini pondok lingkungan golongan santri, seperti zakat pesantren Wali Aminah. Gus Syihaab fitrah, rumah piatu dan sebagainya. pernah menyatakan bahwa pondok pesantren Wali Aminah pernah JuPEKO 99 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung dibubarkan 7 kali. Tetapi dengan demikian menempatkan sang kyai semangat pengabdian diri kepada pada pola cita ideal di mata para Allah SWT dan hanya mengharap santrinya. ridla-Nya melunturkan dan walimatul khitan pada selasa 10- semangat untuk tetap menghidupkan 04-2008 di pondok pesantren Wali kembali Aminah Gus Syihaab menyatakan: tidak pondok yang telah dibubarkan tersebut. 2. Pemimpin pondok pesantren Wali Aminah dari perwatakan sisi ayah keturunan ke 8 dari raja demikian hanya percaya pada dirinya Brawijaya I (Raden Wijaya) dan dari sendiri mengandung sikap curiga sisi ibu keturunan ke 8 dari Sunan kepada campur tangan pihak luar Ampel (Raden Rahmat). dalam 3. Dalam perayaan maulid dengan urusan pesantrennya. 4. Peniruan Demikian juga di pondok pesantren Peniruan adalah usaha yang Wali Aminah campur tangan puhak dilakukan terus-menerus secara sadar luar tidak diizinkan, kecuali bersifat untuk memindahkan pola kehidupan bantuan dan dalam pelaksanaan pihak Nabi luar yang membantu tidak ikut sahabatnya, dan ulama salaf ke dalam campur. praktek kehidupan di Besarnya faktor karisma Muhammad SAW., para pesantren, dalam tercermin dalam hal berikut: ketaatan menentukan kepesatan kemajuan atau beribadat ritual secara maksimal, kemunduran pesantren. Gus Syihaab penerimaan atas kondisi materiil yang menempati kedudukan tinggi di hati relatif serba kurang dan kesadaran para santrinya. Santri percaya kelompok (esprit de corps) yang kapasitas keilmuan, kecerdasan, dan tinggi (Wahid dalam Rahardjo (Ed). ketaqwaan Gus Syihaab sehingga 1988). Usaha mempraktekkan pola mampu mengantarkan santri pondok kehidupan ini dibimbing langsung pesantren Wali Aminah ke masa oleh Gus Syihaab. depan gemilang. santri yang berbeda-beda menuntut Sikap hidup santri yang percaya kepada kerangka kyai ini dalam menyediakan seorang Kemampuan kecermatan, kecerdasan, ketelitian, kesabaran dan do’a untuk bisa santri mengantarkan santri menjadi orang melihat kyainya sebagai kelanjutan yang bermanfaat dimanapun nanti silsilah para ulama pewaris ilmu masa berada. Manfaat dalam arti luas, yaitu keagungan Islam dahulu dan dengan mampu mengamalkan setiap ajaran JuPEKO 100 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung yang ada di kitab klasik dalam Larangan ini dimaksudkan agar kehidupannya. Kewajiban bagi santri santri benar-benar fokus pada tujuan pondok Aminah belajar di pondok pesantren Wali diatur dalam undang-undang pondok Aminah. Juga untuk memagari santri pesantren Wali Aminah: bab II pasal dari pengaruh negatif dari luar yang 2 ayat 2: tidak sejalan dengan nilai-nilai yang pesantren Wali “semua santri yang lulus dianut pondok pesantren. dari Madrasah Diniyah diwajibkan mengikuti Jaringan Informasi pengajian minilah dua 1. kitab”. 5. Santri Jaringan informasi santri pondok Kewajiban ini diberlakukan bagi pesantren Wali Aminah terdiri dari santri santri yang telah tamat dari Madrasah mukim, dan santri pulang. Santri adalah Diniyah, dan santri yang mampu orang yang telah bersedia dan menyerahkan mengikuti pengajian bandongan. dirinya untuk dididik, diajar, dan dibimbing Pengekangan agama oleh kyai dan segenap elemen Pengekangan (ostracization), pondok pesantren. Mereka juga menjadi memiliki perwujudan utama dalam elemen penting bagi disiplin sosial yang ketat di pesantren pesantren tanpa keberadaannya seseorang (Wahid dalam Rahardjo (Ed). 1988). belum mumpuni disebut kyai. Masyarakat Pondok pesantren Wali Aminah mengirim menerapkan disiplin tinggi bagi santri percaya kapasitas pondok pesantren Wali dengan tujuan mempersiapkan santri Aminah dalam mendidik, mengajar, dan yang benar-benar siap menerima membimbing santri. Hal ini sesuai dengan tongkat estafet sebagai pemimpin Dhofier (1985) yang menyatakan dalam umat di masa depan. Bentuk tradisi pesantren, perasaan hormat dan pengekangan diatur dalam undang- kepatuhan murid kepada gurunya adalah undang mutlak dan tidak boleh putus, artinya pondok pesantren Aminah bab III, pasal 21: “semua santri Wali putra-putri sebuah pondok mereka karena berlaku seumur hidup si murid. dilarang Saat ini jaringan santri pondok perbuatan pesantren Wali Aminah banyak yang yang melanggar syari’at terputus. Mereka setelah lulus dari lembaga Islam dan undang-undang pendidikan pondok pesantren Wali Aminah negara yang berlaku”. kembali ke masyarakat dan jarang sekali melakukan JuPEKO 101 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung silaturahmi ke pondok pesantren. Putusnya 1988). hubungan santri seiring dengan perkembangan masyarakat, tersendatnya ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sinergi perkembangan pondok pesantren. Biasanya antara pondok pesantren dan masyarakat dimulai dari ketidakmampuan santri dalam menguatkan modal sosial pondok pesantren mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam yang telah dimiliki. antara kyai dan mengakibatkan kitab-kitab Islam dipelajari, klasik akhirnya yang santri Pondok pesantren berkembang telah Bank dunia (1999) dalam Hasbullah yang (2006) mendefinisikan modal sosial sebagai bersangkutan malu dan tidak mau lagi sesuatu silaturahmi. institusional, Juga perbedaan pendapat yang merujuk ke dimensi hubungan-hubungan diantara kyai dan santri juga sering terjadi tercipta, apabila tidak ada yang mengalah maka membentuk putus hubungan keduangnya, kecuali jika hubungan sosial dalam masyarakat. Jika ada yang menengahi. dicermati dari sejarah berdirinya pondok Putusnya tali dan silaturahmi ini lebih disebabkan salah pesantren paham masyarakat masalah sepele, dan bisa norma-norma yang kualitas dan berawal dari akan yang kuantitas kebutuhan pendidikan ilmu diselesaikan dengan jalan menyambung pengetahuan agama yang terjangkau bagi kembali tali silaturahmi. masyarakat Hal ini bisa perdesaan. Dalam diagendakan rutin ke pondok pesantren perkembangannya Wali Aminah atau segenap komponen memerlukan pendidikan ilmu pengetahuan pondok pesantren Wali Aminah yang umum. Kebutuhan ini direspon oleh kyai silaturahmi ke mereka. dengan Padahal banyak masyarakat mendirikan: majlis juga ta’lim, santri yang telah menjadi tokoh masyarakat pengajian, madrasah diniyah, lembaga di tempat asal mereka. pendidikan dasar, lembaga pendidikan menjadi peluang besar Tentu hal ini untuk lebih menengah, dan lembaga pendidikan tinggi. dioptimalkan peran mereka dalam ikut serta Di pondok pesantren Wali Aminah yang mengembangkan pondok pesantren Wali belum Aminah. pendidikan tinggi. ada saat ini hanya lembaga Namun pada tahun 2002-2004 pernah berdiri School Of 2. Language (SOL) sekolah bahasa setara Masyarakat Penunjang kehidupan pondok pesantren diantaranya: warga masyarakat diploma satu tahun (D1). KESIMPULAN luar yang memiliki hubungan erat dengan Bimbingan bathiniah (esoteri) santri pesantren (Wahid dalam Rahardjo (Ed). di pondok pesantren Wali Aminah diawali JuPEKO 102 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung dengan menjalankan ibadah shalat sunah: khusus santri pulang (kalong) pondok dhuha, hajad, taubat, dan witir. pesantren Wali Aminah. penerapannya sangat Dalam memperhitungkan Tolok ukur keberhasilan seorang kapasitas individu santri. Hasil dari proses santri dalam menuntut ilmu di pondok pendidikan, pengajaran, dan bimbingan pesantren dapat dilihat dari ketaatan mereka menjadi terdidik, dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam terpelajar, dan mendapatkan ilmu barakah. yang termaktub dalam kitab-kitab Islam Segenap klasik santri-santri elemen yang pondok pesantren setelah mereka kembali ke melakukan pengabdian tersebut dengan hati masyarakat. Keberhasilan ini akan semakin ihlas dan hanya mengharap ridla Allah tinggi nilainya jika santri tersebut berhasil SWT. Dari sini diharapkan setiap santri mendirikan pondok pesantren baru, dan bisa mengembangkannya. mengabdi ketika kembali ke Dalam penelitian masyarakat dengan bekal yang telah disertasi ini ditemukan banyak santri yang dimiliki. Dalam penelitian disertasi ini berguguran dalam menempuh pendidikan ditemukan sering terjadi tabrakan jadwal di pondok pesantren Wali Aminah, karena antara bimbingan rohani dan kegiatan menerapkan standar tinggi bagi santri belajar mengajar bagi santri yang juga terpilih. Tidak memandang keluarga dekat masih jika memang tidak memenuhi persyaratan menjadi murid di lembaga pendidikan formal. Kuatnya maka mereka akan tersisih secara alami dari ikatan kyai-santri menjadikan pondok pesantren tidak pernah lingkungan pendidikan pondok pesantren Wali Aminah. kehabisan santri. Mereka secara otomatis Kemampuan dan kewenangan Gus akan berusaha sekuat tenaga membantu Syihaab untuk pondok pesantren dimana mereka dahulu diperoleh dari pernah menimba ilmu. Rasa ini timbul (latihan) dari dua mursyid tarekat yaitu: karena secara emosional, rasional, dan KH. Adlan Ali dari Cukir Jombang, dan spiritual KH. Hamid dari Pasuruan. santri ditanamkan rasa membimbing tempaan dan santri riadlah Dengan tanggungjawab melestarikan model dakwah kompetensi yang sudah terstandarisasi pondok pesantren, dan perkembangan menurut Islam. Dalam penelitian disertasi ini menjadikan garansi bagi santri untuk ditemukan jaringan santri pulang renggang mampu mengaktualisasikan diri dalam mengingat kesibukan masing-masing dan kehidupan belum ada ikatan resmi misalnya organisasi ajaran-ajaran ukuran pondok bermasyarakat Islam pesantren berdasarkan khususnya yang termaktub dalam kitab-kitab Islam klasik. JuPEKO 103 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung Semakin banyak santri yang berhasil untuk menuntut ilmu di pondok pesantren memposisikan individu- tersebut. Keinginan seorang santri untuk individu yang mumpuni dari segi keilmuan, terus menerus menjalin silaturahmi dengan ketrampilan, dan berserah diri kepada Allah kyai SWT semakin besar minat calon santri terhadap orang tuanya. DAFTAR PUSTAKA Zahro, Ahmad. 2004. Tradisi Intelektual NU. LKiS. Yogyakarta. diri sebagai seperti kerinduan seorang anak Arifin, Imron. 1993. Kepemimpinan Kyai Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Kalimasahada Press. Coleman, James S. 1988. Social Capital in the Creation of Human Capital. American Journal of Sociology (AJS) Volume 94. 1988, by The University of Chicago. All rights reserved. Dhofier, Z. 1985. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta. Farchan, H. dkk. 2005. Titik Tengkar Pesantren. Pilar Religia. Yogyakarta. Hasbullah, Jousairi. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. MR-United Press. Jakarta. Lawang, Robert M.Z. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik. FISIP UI Press. Jakarta. Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta. Moesa, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme Kiai. LKiS Yogyakarta dan IAIN Sunan Ampel. Surabaya. Rahardjo, Dawam. 1988. Pesantren dan Pembaharuan. Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Jakarta. JuPEKO 104 Imam Sukwatus Suja’i Dosen STKIP PGRI Tulungagung