PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMP GIRI TARUNA Skripsi sarjana universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta Eneng Euis Sholihat Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaran IPS Di SMP GIRI TARUNA. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Sedangkan instrument yang digunakan adalah instrument tes yang berupa pretes dan postes sedangkan instrument non tes berupa lembar observasi dan lembar wawancara. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada Setiap siklusnya mengalami peningkatan hasil belajar siawa IPS. Pada siklus I memperoleh rata-rata nilai Pretest 36,42 dan Postest 58,28, sedangkan siklus II Pretest 53,14 dan Postest 79,71. Dan nilai N-Gain pada siklus I yaitu 0,34 sedangkan nilai N-Gain pada siklus II yaitu 0,57. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Mata Pelajaran IPS Di SMP GIRI TARUNA. Kata kunci : Keterampilan proses, Hasil belajar siswa. Abstract The purpose of this research is to determine the improvement of seventh grade students on Social Studies at SMP GIRI TARUNA. This research uses the Classroom Action Research (CAR) design that consists two cycles. The instruments are pretest and posttest, meanwhile the non test instruments use observation sheet and interview sheet. The success indicators in this research can be seen from students’ score that pass the minimum mastery criterion (KKM) up to 75. The results show that the students learning outcomes in each cycle has increased at the social studies. In the first cycle, the mean of the pretest is 36,42 and the posttest is 58,28, whereas in the second cycle the pretest gets 53,14 and the posttest 79.91. Furthermore, the N-Gain score in the first cycle is 0,34 and the N-Gain Score in the second cycle is 0,57. Based on the research result above, it can be concluded that Using Process Skill Approach through Discussion Method can Improve Students’ Score at Seventh Grade Students on Social Studies at SMP GIRI TARUNA. Key words : Process skills, Students scores/outcomes BAB I. PENDAHULUAN “Pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perpengajaran tinggi.”1 Maka dari itu kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Didalam proses belajar mengajar yang akan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan, baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. “Mengajar diartikan sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri atas komponen pengajar, tujuan pengajaran, peserta didik, materi pelajaran, dan metode pengajaran.”2 Jadi Suatu proses pengembangan memerlukan metode agar mencapai sasaran pengembangan tersebut. Demikian halnya dengan proses belajar mengajar yaitu dalam rangka melaksanakan program kurikulum, memerlukan metode yang efektif dan efisien, agar tujuan dapat tercapai dengan mudah dan hasilnya memuaskan. “Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupaun potensial.”3 Jadi aktual itu berhubungan dengan aspek psikomotorik sedangkan potensial berhubungan dengan aspek kognitif dan afektif. Didalam setiap proses pembelajaran sering terjadi hambatan terutama dalam mata pelajaran IPS, salah satu hambatannya yaitu hasil belajar siswa rendah karena siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang cenderung membosankan karena berisi tentang materi saja, metode yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut peneliti menyarankan belajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran salah satunya dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses agar dapat menarik perhatian siswa dan suasana pembelajaran di kelas tidak lagi monoton. Pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan keterampilan proses melalui metode diskusi. 1 Iskandarwassid dan Dadang Sunenda, Strategi pembelajaran Bahasa. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h 133. 2 Ibid hal 1 3 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h 56 “Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam dari siswa.”4 Dengan melakukan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di sekolah menengah pertama (SMP), maka akan tercapai PBM (Proses Belajar Mengajar) yang baik. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. yang akhirnya pemahaman siswa pada materi IPS akan meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi IPS maka diharapkan hasil belajar juga akan meningkat. BAB II KAJIAN TEORITIS PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran “Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.”5 Pendekatan dalam pembelajaran, terdapat dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.6 Berdasarkan perolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip. Sedangkan pendekatan proses menekankan pada bagaimana bahan pelajaran diajarkan dan dipelajari. 4 Dimyati, dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Rineka Cipta, 2006), cet ke-6, hal 138 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana 2008), hal 127 6 Junaedi, Strategi Pembelajaran , (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h 3-8 2. Pendekatan keterampilan Proses a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses disebut “Gagasan atau pola pikir dalam memecahkan masalah “. Sedangkan pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam dari siswa.7 Menurut Cece wijaya mengatakan bahwa jenis belajar dibedakan menjadi dua jenis belajar yaitu, belajar konsep dan belajar keterampilan proses. Belajar konsep menekankan perolehan dan pemahaman data dan prinsip. Lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru (bahan atau isi pelajaran), dan lebih bersifat kognitif. Belajar keterampilan proses menekankan ihwal bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.8 Dari uraian diatas penulis dapat memberikan pengertian, bahwa yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses ialah suatu pola pikir atau gagasan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang optimal dengan menekankan keaktifan siswa secara menyeluruh dalam penggunaan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Jenis-jenis Keterampilan Proses a. Mengamati : melihat, mendengar, dan mengumpulkan data informasi. b. Mengklasifikasi : mencari persamaan, menyamakan, mencari perbedaan, membandingkan, menggolongkan, mengelompokan. c. Menginterpretasi : menaksir, memberi arti, mengartikan membuat inferensi, menarik kesimpulan. d. Menerapkan : menggunakan kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, keterampilan dalam situasi baru, menghitung, mendeteksi, menghubungkan konsep. e. Mengkomunikasikan : berdiskusi, mendeklamasikan, dan bertanya. f. Menyimpulkan : menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. 7 Dimyati, dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Rineka Cipta,2006), cet ke-6, hal 138 8 Cece Wijaya, dkk, Upaya dalam pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, (Bandung: Remaja Karya, 1992), cet ke 4 hal 186 g. Identifikasi : imitasi, meniru, mencontoh dan meneladani. 9 c. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Keterampilan Proses Kelebihan dan kekurangan pendekatan keterampilan proses berarti kemampuan yang menggunakan pikiran atau nalar, perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas. Dengan demikian, pendekatan keterampilan proses berarti perlakuan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar dengan menggunkan daya pikir dan kreasi secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan. 3. Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi Menurut Suryosubroto diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh bebrapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban kebenaran atas suatu masalah. Dan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.10 Menurut Wina Sanjaya “metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakna suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan”. 11 Dari pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa metode diskusi yaitu salah satu cara/teknik sebagai proses interaksi antara dua orang atau lebih yang dilakukan seorang guru dalam menyelesaikan masalah dan mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal sehingga menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar. b. Diskusi Sebagai Metode Pembelajaran Diskusi dijadikan sebagai salah satu startegi dalam pembelajaran karena mengajarkan semua persoalan menceramahkan materi. Belajarpun bukan hanya sebatas proses penuangan informasi kedalam benak siswa. Penjelasan dan pemeragaan semata 9 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Rineka Cipta,2006), cet ke-6, hal 141 10 11 B. Suryosobroto Makmun,Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 179 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.154 tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang biasa membuahkan hasil belajar yang langgeng adalah siswa mengalami sendiri proses pembelajaran itu. c. Tujuan Diskusi Tujuan diskusi dapat melatih siswa berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama dengan mengembangkan ide dan gagasan mereka dan melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain dalam mengeluarkan pendapatnya masing-masing serta siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik. d. Jenis-jenis Diskusi Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah-masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.12 e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi kelebihan metode diskusi yaitu dapat menumbuhkan kreatifitas anak, menumbuhkan ide dan gagasan, melatih siswa dalam bermusyawarah dan juga dengan adanya diskusi siswa dapat menghargai pendapat orang lain sedangkan kekurangan dari metode diskusi yaitu pembahasannya terkadang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, ide, dan gagasan hanya terbatas pada siswa tertentu yang menonjol, waktu yang telah ditentukan sering tidak sesuai dengan proses pembelajaran yang telah direncanakan dan sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya. f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi langkah-langkah pelaksanaan diskusi antara lain : membentuk kelompok, siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi dengan pimpinan diskusi (ketua, sekertaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya). Dan guru mengarahkan siswa dalam pemecahan masalah, dan siswa 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5 h.155 berdiskusi dengan teman kelompoknya sehingga dapat mengembangkan rasa sosial antar sesame serta kepada guru. g. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok komponen keterampilan yang harus dimiliki guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil dapat disimpulkan pertama memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi hal ini dapat dilakukan dengan rumusan tujuan dan topik yang dibahas. 4. Belajar a. Definisi Belajar Menurut Skinner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Menurut Hintzman, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.13 Jadi Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifesnya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak kelengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar mempengaruhi factor dari dalam dan fakor dari luar atau biasa disebut juga factor endogen dan factor eksogen. Factor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian, ketenangan jiwa diwaktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita, kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indera dalam belajar. Sedangkan Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca, letak sekolah (ditempat yang ramai/tidak), 13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h 59 factor interaksi social dengan teman sebangku, interaksi peserta didik dengan social dengan pendidikannya. 5. Hasil belajar a. Pengertian hasil belajar Hasil belajar, menurut Bloom, merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi tujuantujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-nilai, dan pengembangan apresiasi serta penyesuaian. Ranah psikomotorik mencakup perubahan perilaku yang menunjukkan bahwa siswa telah mempelajari keterampilan manipulative fisik tertentu 6. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Pendidikan IPS Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1957. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sapriya mengatakan bahwa “ mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, sosiologi dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya”.14 Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. 15 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran bagi siswa sekolah dasar dan menengah dan mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Dapat penulis pahami bahwa ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Yang termasuk didalamnya memiliki keterpaduan satu sama lain dan mendukung sehingga diharapkan memberikan pengetahuan yang komphrehensif. 14 15 11. Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) cet. 1, h. b. Tujuan pembelajaran IPS Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. c. Disiplin Ilmu-ilmu Sosial Setidaknya ada beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial yang lama berkembang antara lain : 1. Antropologi, mempelajari tentang budaya manusia yang dimulai dari kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum lahirnya sejarah) sampai kebudayaan pada zaman modern saat ini. 2. Ilmu ekonomi, adalah suatu studi tentang bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. 3. Geografi, mempelajari permukaan bumi dan pengaruhnya oleh lingkungan fisik. Geografi dibagi : geografi fisik dan geografi budaya. 4. Sejarah, adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau, aspek kegiatan manusia dimasa lampau meliputi : politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreatifitas, keilmuan, dan intelektual. 5. Ilmu politik, mempelajari kebijakan umum dengan bahasan perkembangan dan penggunaan kekuasaan manusia didalam masyarakat. 6. Psikologis, mempelajari perilaku individu-individu dan kelompok-kelompok kecil individu. Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan manusia. 7. Sosiologi, mempelajari perilaku manusia dalam kelompok-kelompok. Perhatian utamanya adalah hubungan sosial manusia perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam perkembangan dan fungsi dari kelompok dan institusi. 16 B. Hipotesis Penelitian Penerapan pendekatan keterampilan proses melalui motode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas VII-1 SMP Giri Taruna. 16 Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009) cet.1, h. 32 BAB III. METODE PENELITIAN Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SMP Giri Taruna Jasinga Bogor yang berlokasi pada Jl. Kp. Parung Sapi Kaum Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Pada semester genap 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok gurudengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan tersebut. 17 Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaikan dan meningkatkan profesionalisme pendidikan dalam menangani proses pembelajaran semakin meningkat kualitas pendidikan. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula.Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi (observation), dan refleksi (reflection).Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu : 1. Tes : pretes dan postes 2. Non Tes: lembar observasi, wawancara dan dokumentasi BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Belajar Siklus I Pada siklus I ini penerapan pendekatan keterampilan proses melalui metode diskusi belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Terdapat 25 siswa yang N-Gain masih rendah sebesar 71% sedangkan 10 siswa yang N-Gain sedang sebesar 29%. Dan rata-rata dari Pretest 34,28 sedangkan Postest 60. 17 Rochiati Wiriaatmadja, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) cet pertama, hal 12 Series1, rendah, 71% Series1, sedang, 29% Series1, sedang, 78% Series1, tinggi, 22% Series1, Tinggi, 77% Series1, Rendah, 5% Series1, Sedang, 18% Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Rineka Cipta,2006), Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana 2008. Junaedi. Strategi Pembelajaran. Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008. Wijaya, Cece dkk, Upaya dalam pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran. Bandung: Remaja Karya, cet ke 4, 1992. Suryosobroto, B. ,Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Wiriaatmadja Rochiati, Rosdakarya, 2005) Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja