peranan profesionalisme satuan pengawasan intern dalam

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Peranan
Sebelum penulis membahas
berbagai
hal
mengenai
Peranan
Profesionalisme Satuan Pengawasan Intern dalam Menunjang Efektivitas
Pengendalian Internal Atas Penggajian, terlebih dahulu kta ketahui mengenai apa
yang dimaksud dengan peranan sesuai topic yang dibahas.
Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2000 ; 268) adalah
sebagai berikut :
“Peranan merupakan aspek dinamis kedududkan (status) apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka
ia menjalankan suatu peranan.”
Menurut Komarudin (2000:768), definisi peranan adalah :
“1)Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh sesorang dalam
manajemen.
2)Pola perilaku yang diharapkan dalam suatu status.
3)Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4)Fungsi yang diharapkan seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya.
5)Fungsi setiap variable dalam hubungan dengan sebab akibat.”
Dalam penelitian ini yang dimaksud peranan adalah fungsi dan
karakteristik dalam peran dan kedudukannya di perusahaan. Peran tersebut
direalisasikan oleh satuan pengawasan intern dalam memberikan kontribusi
berupa saran dan rekomendasi kepada manajemen dalam mengelola perusahaan.
2.2
Audit Internal
2.2.1
Pengertian Audit
Pada dasarnya pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan istilah audit
bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang telah
digariskan, maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses
membandingkan antara kenyataan dengan yang seharusnya.
Definisi audit menurut The American Accounting Association (AAA)
dikutip dari Robertson dan Louwers (2002;7) mendefinisikan auditing :
“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluations
evidence regarding assertions and established criteria and communicating
the result to interested users.”
Pertanyaan di atas mendefinisikan audit sebagai bukti suatu proses yang
sistematis atas perolehan dan pengevaluasian bukti secara objektif mengenai
asersi dan criteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pengguna yang tertarik.
Definisi audit menurut Mulyadi (2002;9) auditing adalah :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.”
Menurut Arens et all (2006;4) mengemukakan definisi audit sebagai
berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent and independent person.”
Pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa audit adalah suatu proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat di
ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang
dimaksud dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Audit seharusnya
dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Audit merupakan suatu pengumpulan dan pengevaluasian bukti atau informasi
2) Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atau keterangan
yang digunakan oleh auditor untuk menilai tingkat kesesuaian suatu informasi.
3) Adanya tingkat kesesuaian suatu informasi dengan criteria tertentu.
4) Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam
memahami criteria yang digunakan. Seorang harus kompeten dan independen
terhadap fungsi atau satuan usaha yang diperiksanya.
5) Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak yang
berkepentingan.
2.2.2
Pengertian Audit Internal
Audit internal merupakan suatu penilaian independen dalam suatu
organisasi
untuk
menguji
dan
mengevaluasi
kegiatan
organisasi
yang
dilaksanakan, serta berkewajiban untuk menyediakan informasi tentang
kelengkapan dan keefektifan pengendalian intern organisasi dan kualitas suatu
pelaksanaan tanggung jawab yang ditugaskan.
Profesi audit internal, saat ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan
dunia usaha dan perekonomian yang menuntut suatu perusahaan untuk
menjalankan operasinya secara professional yang berarti pemanfaatan sumber
daya secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Kebutuhan akan
fungsi audit internal muncul seiring dengan perkembangan tersebut.
Menurut Mulyadi (2002;29) definisi auditor internal adalah:
“Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang
tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, serta menentukan
keandalan informasi.”
Menurut II A Board Of Director pada bulan Juni 1999, definisi baru
tidak hanya merefleksikan perubahan yang terjadi dalam profesi, definisi tersebut
juga mengarahkan Audit Internal menuju peran yang lebih luas dan berpengaruh
pada masa yang akan datang, definisi tersebut adalah:
“Internal auditing is an independen, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization’s operations it
helps an organizations accomplish its objective by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control and governance process.”
Definisi tersebut dapat diartikan audit internal adalah kegiatan assurance
dan konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal
membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.
Dari pengertian tersebut dapat diambil lima konsep pokok, yaitu
independence dan objectivity, assurance dan consulting activities, adding value,
organizational objectives dan a systematic disciplined approach. Lima konsep
tersebut berimplikasi pada peran profesi audit internal di masa mendatang
termasuk Indonesia.
2.2.3
Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Tujuan audit internal menurut Sawyer (2003;65) yang dikemukakan
sebagai berikut:
“The objective of internal auditing is to assist members of organization in
the effective discharge of responsibilities. To this end, internal auditing
furnishes them with analysis, appraisals, recommendations counsels and
information concerning the activities reviewed. The audit objective
included promoting effective control at reasonable cost.”
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari audit internal
adalah untuk mengetahui efektivitas anggota dalam organisasi terhadap tanggung
jawab mereka. Audit internal melakukan analisis, penilaian, memberikan
rekomendasi, mencari informasi yang berhubungan dengan aktivitas yang sedang
diperiksa. Tujuan dari audit ini juga mencakup peningkatan pengendalian yang
efektif terhadap suatu biaya yang dianggap pantas atau dapat diterima.
Pengertian dari pernyataan terdahulu, tujuan dari audit internal menurut
Hiro Tugiman (2003;99) sebagai berikut:
“Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara
efektif. Tujuan audit internal mencakup pula usaha mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.”
Dengan kata lain tujuan audit internal sangat luas tergantung pada besar
kecilnya organisasi yang bersangkutan. Namun tujuan utama adanya audit internal
dalam organisasi dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik,
sehingga setiap anggota organisasi dapat saling bekerjasama satu sama lain, tujuan
organisasi dapat tercapai dengan mudah, dan audit internal dapat menilai dan
menyesuaikan pengendalian internal dalam organisasi agar sesuai dengan
perubahan lingkungan yang sangat cepat agar pengendalian internal tersebut dapat
berjalan efektif dengan biaya yang wajar. Semua bantuan audit internal tersebut
diberikan melalui analisis-analisis, penilaian, saran-saran, bimbingan dan
informasi tentang aktivitas yang diperiksa.
Kegiatan audit internal yang dijalankan pada dasarnya haruslah mencakup
kegiatan :
1) Complience
Audit internal merupakan suatu audit ketaatan yang berfungsi untuk
menentukan dan mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan dan
seluruh karyawan apakah telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, selain itu audit
juga digunakan untuk menentukan aktivitas-aktivitas tersebut sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum dan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan
prosedur dan pengawasan yang baikpun tidaka aka nada gunanya
apabila pelaksanaannya tidak dilaksanakan dengan baik.
2) Verification
Unsur audit internal lainnya adalah verifikasi. Pelaksanaan verifikasi
yang dilakukan oleh audit internal lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan audit yang dilaksanakan audit eksternal. Ini
disebabkan audit internal lebih memahami seluk beluk aktivitas
perusahaan dan mempunyai pengetahuan khusus mengenai perusahaan
tersebut. Selain itu verifikasi yang dilakukan oleh auditor internal
secara detail tidak praktis dan tidak ekonomis dan biasanya pimpinan
perusahaan menghendaki dilakukan verifikasi secara kontinyu agar
dapat dilakukan tindakan yang segera. Verifikasi ini dilakukan oleh
auditor
internal
terhadap
dokumen-dokumen,
catatan-catatan
akuntansi, dan laporan-laporan, baik yang menyangkut aktiva,
kewajiban, modal ataupun hasil operasi perusahaan dengan tujuan
untuk menentukan kebenaran informasi yang tercermin dalam laporan
tersebut.
3) Evaluation
Setelah melakukan verifikasi, tahap selanjutnya adalah melaksanakan
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kelemahan dan
kekurangan yang terdapat dalam pengendalian internal yang ada.
Dalam melaksanakan evaluasi, audit internal memerlukan penilaian
yang lebih matang dan cermat untuk dapat menentukan keefektifan
pengendalian internal yang diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Pimpinan akan menerima laporan dari hasil compliance, verification,
dan evaluation tersebut. Jika terjadi penyimpangan terhadap apa yang telah
ditetapkan, pimpinan diberitahu dan diberi penjelasan mengenai penyebab
terjadinya, dan juga diberikan rekomendasi atas solusi-solusinya. Dengan
demikian jelas audit internal juga hanya bertanggungjawab sebatas penilaian
yang dilakukannya, sedangkan tindakan koreksinya merupakan tugas dari
manajemen.
Ruang lingkup audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan
kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya
administrative maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen
bahwa fungsi audit internal adalah membantu manajemen dana mengawasi
berjalannya roda organisasi. Namun demikian audit internal bertindak sebagai
mata-mata tetapi merupakan mitra yang siap membantu dalam memecahkan
setiap permasalahan yang dihadapi.
Ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2003;99-100)
sebagai berikut :
“Ruang lingkup pemerikasaan internal menilai keefektifan system
pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan
kefektifan system pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta
kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Pemeriksaan
internal harus :
a) Me-review keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi
financial dan operasional serta cara yang dipergunakan untuk
b)
c)
d)
e)
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan
informasi tersebut;
Me-review berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk
memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijakan, rencana,
prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting
terhadap kegiatan organisasi, serta harus menentukan apakah
organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut;
Me-review berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi
harta dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan hartaharta tersebut;
Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai
sumber daya;
Me-review berbagai operasi tau program untuk menilai apakah
hasilnya konsisten dengan tujuan dan sasran yang telah ditetapkan
dan apakah kegiatan program tersebut dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan.”
Penjelasan di atas menerangkan bahwa ruang lingkup fungsi audit
internal luas dan fleksibel, yang sejalan dengan kebutuhan dan harapan
manajemen. Dapat diketahui bahwa sebagian besar auditor bertugas untuk
menentukan, memverifikasi atau memastikan apakah sesuatu itu ada atau tidak,
menilai, menaksir atau mengevaluasi pengendalian dan operasi berdasarkan
criteria yang sesuai dan merekomendasikan tindakan korektif kepada manajemen.
Semua hal tersebut dilakukan dengan independen dalam organisasi. Pandangan
yang sehat meliputi pula segala hal yang dilakukan sejak memeriksa keakurasian
catatan akuntansi, mengkaji pengendalian system informasi yang dikomputerisasi,
hingga pemberian konsultasi internal.
2.2.4
Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal
Fungsi audit internal menurut Hiro Tugiman (2000;11) :
“Fungsi audit internal adalah suatu fungsi penilaian bebas dalam suatu
organisasi, guna menelaah atau mempelajari dan meniali kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk memberikan saran-saran kepada manajemen, agar
tanggung jawab dapat dilaksanakan secara efektif.”
Adapun tanggung jawab auditor internal menurut Komite Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) (2001, 322;1), adalah sebagai berikut :
“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi informasi lain kepada
manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara
wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya
tersebut auditor internal mempertahankan objektifitasnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang diauditnya dan tanggung jawab penting fungsi audit
internal adalah memantau kinerja pengendalian suatu usaha.”
Independensi dan Objektivitas Auditor Internal.
Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanaan
kegiatannya, hal ini berarti auditor internal dalam memberikan penilaian tidak
memihak kepada siapapun. Hal ini dapat dicapai bila audit internal diberikan
status dan kedudukan yang jelas, seperti yang dikemukakan IIA (2004;7), sebagai
berikut:
“The internal auditor activity should be independent, and internal
auditors shoul be objective in performing their work.”
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa audit internal haruslah
independen dan objektif dalam menyelesaikan tugas mereka.
Independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan pekerjaan
secara bebas dan objektif, juga dapat membuat pertimbangan penting secara netral
dan tidak menyimpang. Independensi dapat dicapai melalui status organisasi dan
objektivitas.
Hal ini diperoleh melalui status organisasi dan objektivitasnya sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2003 ; 16), yaitu :
1) Status organisasi
Status organisasi unti dari audit internal (bagian pemeriksaan internal)
haruslah member keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan
tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan. Auditor internal harus
mempunyai dukungan dari manajemen senior dan dewan direksi, sehingga
mereka akan mendapatkan kerja sama dari pihak yang akan diperiksa dan
dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur
tangan pihak lain.
2) Objektivitas
Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah melaksanakan tugasnya
secara objektif.
a. Objektif adalah sikap mental bebas yang harus dimiliki oleh
pemeriksa internal dalam melaksanakan pemeriksaan.
b. Sikap objek akan memungkinkan para auditor internal melakukan
pemeriksaan dengan suatu cara, sehingga mereka akan sungguhsungguh yakin atas hasil pekerjaannya dan tidak akan membuat
penilaian yang kualitasnya merupakan hasil kesepakatan atau
diragukan.
c. Sikap objektif auditor internal tidaklah terpengaruh atau berkurang
bila pemeriksa mengajukan suatu standard pengawasan bagi
sistem-sistem atau meninjau prosedur sebelum hal-hal tersebut
diterapkan.
Audit internal dapat dikatakan independen apabila dapat melaksanakan
tugasnya secara bebas dan objektif. Dengan kebebasannya, memungkinkan
auditor
internal
untuk
melaksanakan
tugasnya
dengan
tidak
berpihak.
Independensi dan objektivitas dapat dicapai melalui status organisasi dan sikap
objektif dalam melaksanakan tugasnya.
Kompetensi Auditor Internal
Seorang auditor internal dapat dikatakan kompeten apabila memiliki
beberapa syarat, antara lain :
1) Audit internal harus memiliki pendididkan dan latihan yang memadai
karena audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan. Oleh karena
itu, auditor internal harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi
sehingga dapat memverifikasi dan menganalisis dengan baik.
2) Selain pendidikan dan pelatihan seorang auditor internal juga harus
berpengalaman di bidangnya. Apabila ia seorang auditor internal yang
baru, ia haruis dibimbing oleh auditor yang kompeten.
3) Seorang auditor dikatakan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Auditor internal harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi
perusahaan, selain itu juga harus mempunyai perhatian terhadap
prestasi dan persoalan karyawan perusahaan mulai dari tingkat bawah
sampai tingkat atas.
b. Seorang auditor internal harus tekun dalam menjalankan pekerjaannya.
c. Auditor internal juga harus memandang suatu kesalahan sesuatu yang
harus diselesaikan dan kesalahan yang telah dibuat sebisa mungkin
dihindari.
d. Auditor internal menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap
profitabilitas dan efisiensi kegiatan perusahaan.
e. Mempertimbangkan auditee sebagai mitra, karena tujuan dari audit
internal bukan mengkritik tetapi untuk meningkatkan operasi
perusahaan.
4) Seorang auditor internal harus mempunyai ide-ide yang cemerlang untuk
membangun organisasi.
Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004;9)
menyatakan bahwa :
“Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan
kecermatan professional.”
2.3
Profesionalime Satuan Pengawasan Intern (SPI)
2.3.1 Pengertian Profesionalime
Satuan pengawasan intern sebagai auditor internal dalam perusahaan
dituntut harus professional karena merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses
dalam menjalankan fungsinya dalam perusahaan. Pengertian profesionalime itu
sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 ; 689) adalah :
“Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional.”
Kata profesi itu sendiri berasal dari bahasa latin “professus” yang makna
semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat keagamaan. Oleh
karena itu ada pengertian khusus yang mendasari arti profesi. Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran
dsb). Sedangkan professional bersangkutan dengan proses, memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya. Pengertian profesionalisme itu sendiri
menurut Arens et all (2005;78) yaitu :
“Professional means a responsibility for conduct that extends beyond
satisfying individual responsibilities and beyond the require ments of our
society law and regulations.”
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa profesionalisme
merupakan tanggung jawab berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi
undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai seorang professional auditor
internal mengakui tanggung jawab terhadap klien dan terhadap rekan se-profesi
termasuk untuk berperilaku sekalipun berarti pengorbanan pribadi.
Untuk selalu menjaga profesionalisme satuan pengawasan intern sebagai
auditor internal dalam perusahaan, diperlukan suatu standar bagi profesi audit
internal itu sendiri. Dalam Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh
Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal dijelaskan secara detail mengenai
Kode Etik dan Standar Profesi bagi Profesi audit internal.
2.3.2
Standar Profesionalisme
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan Standar Profesi dalam Standar
Profesi Audit Internal (SPAI) yang mewakili profesionalisme dari Satuan
Pengawasan Intern (SPI), karena standar profesi dalam SPAI memuat aturan atau
standar tentang tindakan-tindakan minimum yang harus dipenuhi oleh SPI dalam
menjalankan fungsinya dalam perusahaan. Sehingga standar profesi dalam SPAI
tepat digunakan dalam menilai profesionalisme anggota SPI, sedangkan kode etik
dalam SPAI merupakan batasan-batasan tindakan mengenai apa yang boleh, harus
dan tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota SPI dalam tugasnya. Selain itu
objek dalam penelitian ini adalah SPI sebagai suatu lembaga, sedangkan kode etik
yang dimuat dalam SPAI merupakan standar yang berlaku bagi setiap anggota SPI
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara individu.
Standar Profesi dalam SPAI terdiri atas Standar Atribut dan Standar
Kinerja. Berikut garis besar Standar Atribut dan Standar Kinerja Konsorium
Organisasi Profesi Audit Internal (KOPAI) 2004.
2.3.2.1 Standar Atribut
Standar Atribut berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan
pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal yang terdiri atas :
a. Tujuan, wewenang, dan tanggung jawab
Fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit
Internal, Konsisten dengan SPAI dan mendapat persetujuan dari pimpinan
dan Dewan Pengawas Organisasi.
b. Independensi dan Objektivitas
Seorang
auditor
internal
harus
independen
dan
objektif
dalam
melaksanakan pekerjaannya.
c. Keahlian dan Kecermatan Profesional
Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian dan
kecermatan professional.
Keahlian, auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya yang dibuthkan untuk melaksanakan tanggung jawab
perorangan.
Kecermatan Profesional, auditor internal harus menerapkan kecermatan
dan keterampilan layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang
prudent dan kompeten.
d. Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal.
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengembangkan dan
memelihara program jaminan dan kualitas yang mencakup seluruh aspek
dari fungsi audit internal dan secara terus menerus memonitor
efektivitasnya. Program ini mencakup penilaian kualitas internal dan
eksternal secara periodic dan pementauan internal yang berkelanjutan.
Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam
menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan
jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan standard dan kode
etik.
2.3.2.2 Standar Kinerja
Standar kinerja menjelaskan sifat dan kegiatan audit internal dan
merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit yang terdiri atas :
a. Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Penanggungjawab fungsi auditor internal harus mengelola fungsi audit
internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan
fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.
b. Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan
governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan
menyeluruh.
c. Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana
untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan
alokasi sumber daya.
d. Pelaksanaan penugasan
Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan informasi yang
memdai untuk mencapai tujuan penugasan.
e. Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara
tepat waktu. Criteria komunikasi itu sendiri harus mencakup sasaran dan
lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindak lanjutnya.
f. Pemantauan Tindak Lanjut
Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga
sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah
dikomunaksikan kepada manajemen.
g. Resolusi Penerimaan oleh Manajemen
Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko
residual yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh organisasi,
penanggungjawab fungsi audit internal harus mendiskusikan masalah ini
dengan manajemen senior. Jika diskusi tersebut tidak menghasilkan
keputusan yang memuaskan, maka penanggungjawab fungsi audit internal
dan manajemen senior harus melaporkan hal tesrbut kepada pimpinan dan
dewan pengawas organisasi untuk mendapatkan resolusi.
2.3.3
Pengertian Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Sejalan dengan tujuan dan fungsinya, maka definisi Satuan Pengawasan
Intern menurut Bambang Hartadi dalam bukunya yang berjudul Internal
Auditing (2000;35) adalah sebagai berikut :
“Bagian atau unit dalam organisasi yang menjalankan fungsi pengawasan
dan pemeriksaan yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja organisasi
dengan membantu para anggota organisasi agar mereka dapat menjalankan
tanggung jawab secara efektif.”
Pimpinan Satuan Pengawasan Intern adalah orang yang memimpin dan
bertanggung jawab mengelola Satuan Pengawasan Intern, sehingga pekerjaan
pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh
manajemen senior dan diterima oleh dewan, sumber daya bagian Satuan
Pengawasan Intern dipergunakan secara efektif dan efisien dilakukan sesuai
dengan standard profesi. Jadi bagian atau unti yang ada dalam suatu organisasi
yang menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegitan yang dilaksanakan organisasi.
Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional tersebut di
lingkunagn usa Perjan, Perum, dan Persero disebut dengan nama Satuan
pengawasan Intern. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN: Bab IV Satuan
Pengawasan Intern pasal 67-69 yang menyatakan bahwa :
“Satuan Pengawasan Intern adalah suatu badan yang bertugas membantu
direktur utama dalam melaksanakan pemeriksaan Intern Keuangan dan
Pemeriksaan Operasional Persero serta penilaian pengendalian
pengelolaan dan pelaksanaannya pada Persero yang bersangkutan serta
memberikan saran-saran perbaikan.”
Berdasarkan kutipan diatas Satuan Pengawasan Intern adalah suatu unit
organisasi yang dibentuk secara independent dalam suatu lingkungan organisasi
dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian yang independen pada suatu badan usaha yang bersangkutan.
Disamping bertugas untuk melakukan dan memberikan pemikiran, Satuan
Pengawasan Intern juga memberikan saran-saran perbaikan.
2.3.4
Kedudukan Satuan Pengawasan Intern dalam Perusahaan
Sesuai dengan definisinya bahwa Satuan Pengawasan Intern merupakan
bagian atau unit dalam organisasiyang menjalankan fungsi pengawasan dan
pemeriksaan yang ditunjukkan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan
membentu para anggota agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawab secara
efektif, maka Satuan Pengawasan Intern harus memiliki kedudukan yang bebas,
tidak dipengaruji oleh bagian-bagian yang ada dalam organisasi, karena
pemeriksaan yang dilakukan secara bermutu apabila Satuan Pengawasan Intern
tidak memiliki kedudukan yang tepat dalam organisasi perusahaan dan tidak
adanya dukungan penuh dari pimpinan, maka kesimpulan yang diberikan oleh
pemeriksa intern tidak akan memiliki arti bagi pimpinan perusahaan.
Kedudukan Satuan Pengawasan Intern dalam organisasi dapat bertanggung
jawab pada tiga fungsioner yaitu sebagai berikut :
1) Pengawasan Intern bertanggung jawab pada Dewan Komisaris.
2) Satuan Pebgawasan Intern bertanggung jawab pada Direktur Utama
3) Satuan Pengawasan Intern bertanggung jawab kepada fungsioner
keuangan tertinggi, fungsioner tersebut mungkin berfungsi sebagai
Direktur bidang Keuangan, bendahara, ataupun controller, yang
penting adalah fungsionaris tersebut bertanggung jawab atas
koordinasi persoalan-persoalan keuangan dan akuntansi.
Berdasarkan uraian diatas bahwa kedudukan Satuan Pengawasan Intern
dapat mempengaruhi kegiatan pemeriksaan di dalam suatu perusahaan. Dan
mengenai kedudukan Satuan Pengawasan Intern dapat bertanggung jawab kepada
Dewan Komisaris, Direktur Utama atau Fungsionaris keuangan tergantung kepada
kebijaksanaan yang diterapkan oleh pimpinan perusahaan.
2.4
Pengertian Efektivitas
Efektivitas dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan
tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997;792) efektivitas adalah :
“Effectiveness refer to the accomplishment of the objective, where as
afficiency refers to the sources used to exist achieved those objectives.”
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
merupakan perbandingan antara target atau sesuatu yang hendak dicapai dengan
realisasinya atau sesuatu yang telah terjadi berdasarkan kenyataan yang ada.
Tercapainya tujuan manajemen (manajemen yang efektif) tidak selamanya
disertai dengan efisiensi yang maksimum. Dengan perkataan lain manajemen
yang efektif tidak terlalu perlu disertai manajemen yang efisien. Oleh karena itu
keberhasilan tidak boleh hanya di ukur dari efektivitas tetapi di ukur pula oleh
efisiensi.
Pengendalian internal atas penggajian dapat dikatakan efektif bila
memadainya
komponen
pengendalian
internal
dan
tercapainya
tujuan
pengendalian internal atas penggajian.
Efektivitas atau hasil operasi adalah hasil atau keuntungan yang diperoleh
organisasi berdasarkan pencapaian tujuan dan objektivitas dari beberapa criteria.
Dari pengertian yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa secara garis
besar efektivitas adalah kemampuan perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan
yang diinginkan oleh perusahaan.
2.5
Pengendalian Internal
Seiring dengan berkembangnya skala usaha perusahaan maka kegiatan
usahanya pun semakin kompleks. Dengan kondisi tersebut, pimpinan sudah tidak
mungkin mengawasi atau memonitor secara langsung seluruh kegiatan yang
terjadi diperusahaan dikarenakan jenjang pengawasan bertambah luas. Oleh
karena itu untuk mencapai tujuannya manajemen membutuhkan alat bantu yaitu
perlu diterapkannya system pengendalian yang efektif.
2.5.1
Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian internal menurut Committee Of Sponsoring Organizations
(COSO) yang dikutip oleh Boynton (2006;391) adalah sebagai berikut :
“Internal control is a process, affected by an entity’s boars of directors,
management, and other personel, designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement in the following categories :
a. Reliability of financial reporting,
b. Effectiveness and efficiency of operations,
c. Compliance with applicable laws and regulation.”
Berdasarkan definisi diatas dapat dinyatakan bahwa pengendalian internal
adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh direktur, manajemen dan anggota
lainnya, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian 3(tiga) golongan tujuan, yaitu :
a. Keandalan laporan keuangan,
b. Efektivitas dan efisiensi operasi,
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Bodnar (2006;129) definisi pengendalian internal adalah sebagai
berikut:
“Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan direksi, manajemen dan personil lain, yang dirancang untuk
memberikan jaminan yang masuk akal, terkait dengan tercapainya tujuan
berikut:
(1) Keandalan pelaporan keuangan
(2) Efektivitas dan Efisiensi Operasi
(3) Kepatuhan kepada Peraturan dan regulasi yang berlaku.”
Menurut Mulyadi (2002 ; 180) definisi pengendalian internal adalah :
“Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain, yang di desain untuk memberikan 3(tiga) tujuan berikut :
(1) Keandalan Laporan Keuangan
(2) Kepatuhan terhadap Hukum dan peraturan yang berlaku
(3) Efektivitas dan Efisiensi Operasi.”
Berdasarkan pengertian diatas maka pengendalian internal yang baik
adalah pengendalian yang mampu menjamin operasi yang efisien dan efektif,
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan ketaatan perusahaan pada hukum dan
peraturan yang berlaku.
2.5.2
Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Setiap perusahaan memiliki karakteristik atau sifat-sifat khusus yang
berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut maka pengendalian internal yang
baik pada suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lainnya. Oleh sebab
itu, untuk mendesain suatu system pengendalian internal yang baik perlu
diperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara
komprehensif. Menurut Arens (2006;274) Pengendalian internal terdiri dari lima
komponen yang saling terkait berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Penaksiran Risiko (Risk Assesment)
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Informasi dan Komunikasi (Information and communication)
Pemantauan (Monitoring)
Penjelasan unsur-unsur pengendalian internal sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian ini mencerminkan sikap dan tindakan manajemen
mengenai pengendalian perusahaan yang terdiri dari :
a). Nilai Etika dan Integritas
Etika dan kejujuran merupakan dasar dari pengendalian yang dilakukan
oleh
manajemen
dalam
mengurangi
dan
meredam
tindakan
penyelewengan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan.
b). Komitmen terhadap Kompetensi
Komitemen terhadap kompetensi termasuk pertimbangan manajemen akan
kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan
bagaimana tingkat kecakapannya diterjemahkan kedalam keahlian dan
pengetahuan yang dibutuhkannya.
c). Partisipasi Dewan Komisaris atau Komite Audit
Suatu kesatuan pengendalian dipengaruhi oleh dewan direksi atau komite
audit. Komite audit yang independen dibebani tanggung jawab untuk
mengawasi proses pelaporan keuangan, yang mencakup pengendalian
internal dan ketaatan terhadap undang-undang dan peraturan yang
ditetapkan.
d). Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi
Pemahaman mengenai falsafah dan gaya operasi membuat auditor dapat
merasakan sikap manajemen terhadap pengendalian.
e). Struktur Organisasi
Kesatuan struktur organisasi menyediakan kerangka kerja operasi
perusahaan untuk mencapai keseluruhan tujuan perusahaan yang telah
direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan diawasi.
f). Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penetapan
wewenang
dan
tanggung
jawab
dimaksudkan
agar
mempermudah proses operasi, proses pelaporan dan memperjelas tingkat
kepemimpinan dalam perusahaan.
g). Kebijakan dan Pelatihan Manusia yang Bersumber Daya
kebijakan sumber daya manusia berhubungan dengan proses penerimaan,
penempatan, pelatihan, evaluasi, promosi, penggantian dan perbaikan.
2. Perkiraan Risiko (Risk Assesment)
Kesatuan perkiraan risiko yang akan timbul bertujuan untuk mengidentifikasi,
menganalisa, dan mengelola risiko yang berhubungan dengan persiapan
laporan keuangan yang akan disajikan berdasrkan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Risiko dapat ditimbulkan oleh keadaan senagai berikut :
a). Perusahaan dalam lingkungan operasi perusahaan (Changes in Operating
Environment)
Perubahan peraturan atau lingkungan operasi dapat mengakibatkan
perubahan dalam tekanan persaingan dan risiko yang berbeda secara
signifikan.
b). Karyawan Baru (New Personel)
Karyawan abru mungkin memiliki pandangan atau pengertian yang lain
atas pengendalian internal yang sedang diterapkan dalam perusahaan.
c). Sistem Informasi Baru (New or Revamped Information System)
Perubahan dalam system informasi dapat merubah risiko yang
berhubungan dengan pengendalian internal
d) Pertumbuhan yang Pesat (Rapid Growth)
pertumbuhan persat operasi perusahaan dapat meningkatkan risiko sebagai
akibat dari pengendalian yang tidak berfungsi secara memadai.
e). Teknologi Baru (New Technology)
Teknologi baru yang diterapkan apada proses produksi atau system
informasi dapat merubah risiko yang sebelumnya telah diperkirakan oleh
pengendalian internal.
f). Lingkup, Produk atau kegiatan baru (New, Lines, products or Activities)
Dengan memasuki area atau transaksi bisnis yang menambah pengalaman
dapat menimbulkan risiko baru yang berhubungan dengan pengendalian
internal.
g). Operasi Perusahaan secara Internasional (Foreign Operations)
perluasan daerah usaha menimbulakn risiko yang dapat menimbulkan
dampak terhadap pengendalian internal.
h). Keputusan Akuntansi (Accounting Pronouncements)
penerapan atau perubahan prinsip-prinsip akuntansi dapat menimbulakan
risiko dalam mempersiapkan laporan keuangan.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirasakan
bahwa diperlukannya tindakan untuk meredam risiko dalam upaya pencapaian
keseluruhan tujuan secara umum. Kegiatan pengendalian dapat dikategorikan
ke dalam kebijakan dan prosedur sebagai berikut :
a). Tinjauan ulang atas pelaksanaan kerja (Performance Reviews)
kegiatan pengendalian dilakukan dengan mengadakan perbandingan antara
penampilan kerja actual dengan anggaran, peramalan dan periode
pelaksanaan kerja sebelumnya, serta analisis-analisis yang telah dilakukan
dan tindakan koreksi yang telah dilaksanakan.
b). Pengelolaan Informasi (Information Procesing)
Berbagai tindakan pengendalian dilakukan dengan memeriksa tingkat
keakuratan, kelengkapan dan otorisasi. Kegiatan pengendalian system
informasi terdiri dari :
1. Pengendalian umum, pada umumnya merupakan pengendalian
terhadap operasi pusat data, akuisisi dan pemeliharaan system
software, akses keamanan serta pengembangan dan pemeliharaan
system aplikasi.
2. Pengendalian aplikasi, dilakukan terhadap pengolahan aplikasi
individual. Pengendalian ini menjamin bahwa transaksi yang dilakukan
telah sah, telah diotorisasi dengan benar dan telah diolah secara akurat
dan lengkap.
c). Pengendalian Fisik (Physical Controls)
kegiatan pengendalian fisik ini dilaksanakan terhadap pengendalian fisik
atas asset, untuk menjaga asset dari perbedaan perhitungan anatara catatan
pengendalian dengan hasil perhitungan fisik dan menghindari pencurian
asset, sehingga dapat mendukung persiapan laporan keuangan dan
pelaksanaan audit.
d). Pemisahan Tugas (Segregation of Duties)
Tujuan utama dari pemisahan tugas adalah menghindari timbulnya
kesalahan-kesalahan yang disengaja atau tidak dalam pengotorisasian
transaksi, pencatatn transaksi dan pemeliharaan asset.
4. Informasi dan Komunikasi (information and communication)
a). Informasi, kualitas sistem informasi akuntansi mempengaruhi
kemampuan manajemen
pengolahan
dalam
membuat
kepeutusan
dalam
dan pengendalian kegiatan perusahaan, dan menyiapkan
laporan keuangan yang layak. Sistem informasi akuntansi terdiri dari
metode-metode dan catatan-catatan yang bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sama
2. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci
sehingga
memungkinkan pengelompokan transaksi secara
semestinya untuk pelaporan keuangan.
3. Mengukur nilai transaksi yang sesuai dengan nilai moneter yang
layak dalam laporan keuangan.
4. Menentukan
periode
terjadinya
transaksi
untuk
memungkinkan pencatatan transaksi pada periode akuntansi yang
semestinya.
5. Menyajikan transaksi dengan semestinya dan pengungkapannya
dalam laporan keuangan.
b) Komunikasi, komunikasi merupakan proses pemahaman peranan
individual
dan
pertanggungjawaban
yang
berhubungan
dengan
pengendalian internal terhadap laporan keuangan. Komunikasi biasanya
dibuat berdasarkan panduan kebijakan, panduan akuntansi, pelaporan
keuangan, dan memorandum. Komunikasi dapat juga dibuat secara lisan
dan melalui tindakan yang dilakukan oleh manajemen.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah suatu proses yang menguji dan menetapkan kualitas
penampilan dan pengendalian internal, termasuk menetapkan rancangan dan
operasi pengendalian atas dasar periode waktu, dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. Proses ini dicapai dengan pengawasan yang
berkesinambungan terhadap kegiatan operasi perusahaan, evaluasi terpisah atau
kombinasi keduanya, seperti dengan mempelajari pengendalian internal yang ada,
laporan auditor internal, laporan dari pihak-pihak luar perusahaan, seperti
pemerintah, bank, umpan balik dari karyawan, dan masukan dari konsumen. Dari
hasil proses pemantauan ini dapat diketahui kelemahan dan kekutan perusahaan,
sehingga dapat diusulkan pengendalian internal yang baik.
2.5.3. Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Arens (2006;271) tujuan pengendalian internal adalah sebagai
berikut:
"1. Reliability of Financial Reporting
2. Effciency and effectiveriess of Operations
3. Compliance with applicable laws and regulations "
Yang artinya tujuan pengandalian internal adalah:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Keandalan Pelaporan Keuangan
Artinya pengendalian internal memberikan keyakinan yang memadai
bahwa pelaporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum.
2. Efektivitas dan Efisiensi Operasi
Pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong penggunaan
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan Peraturan-Peraturan dan prosedur
untuk membantu mencapai tujuan perusahaan.
Dengan adanya pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat
ditaatinya peraturan dan hukum yang berlaku.
2.5.4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian Internal tidak dapat dikatakan sepenuhnya efektif. Meskipun
telah dirancang dan disusun dengan sebaik-baiknya, karena keberhasilan tetap
tergantung
dari
kompetensi
dan
keandalan
pelaksanannya.
Meskipun
pengendalian telah diterapkan dalam perusahaannya tidak berarti bahwa
penyelewengan dan kesalahan tidak akan terjadi. Sebab, tidak ada satu pun
pengendalian internal yang dapat mencapai ideal, karena adanya keterbatasanketerbatasan yang tidak dapat memungkinkan pengendalian internal itu tercapai.
Kelemahan dan keterbatasan pengendalian internal itu menurut Mulyadi
(2002;62) dikelompokkan menjadi:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Kesalahan dalam Pertimbangan
Seringkali
manajemen
mempertimbangkan
dan
keputusan
personel
bisnis
lain
yang
dapat
salah
diambil
dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi yang
didapat oleh setiap manajemen atau personel, keterbatasan waktu dan
tekanan lain.
2. Gangguan
Ganggguan dalam pengendalian internal yang telah ditetapkan dapat
terjadi karena personel secara keliru memerintah perintah atau
membuat kesalahan, tidak adanya perhatian dan kelelahan. Perubahan
yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam
sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Adalah tindakan beberapa individu untuk tujuan kejahatan. Kolusi
dapat mengakibatkan rusaknya pengendalian internal dan tidak
teningkapkannva ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan
atau pengendalian internal yang dirancang
4. Pengabaian oleh Manajer
Manajer dapat mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan.
5. Biaya Lawan Manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal
yang tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian
internal tersebut.
2.6.
Pengendalian Internal Atas Penggajian
2.6.1. Pengertian Gaji
Bagi seorang pekerja, gaji merupakan pendapatan dari hasil jerih payahnya
di dalam menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan tenaganya. Di sini gaji
tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan materi saja, tetapi juga menyangkut
hakikat martabat manusia. Sedangkan bagi perusahaan, gaji merupakan suatu
bentuk kompensasi yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pegawai atas
imbalan jasa yang telah diberikan kepada perusahaan.
Menurut Soemarso (2005;288) pengertian gaji adalah sebagai berikut:
“Gaji
merupakan
pembayaran
pegawai
yang
diberi
tugas-tugas
administrative dan pimpinan pada umunya. Gaji ditetapkan secara bulanan
atau tahunan. “
Menurut Mulyadi (2001;285), gaji dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang
dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer.
Umumnya gaji diberikan secara perbulan.”
Sedangkan menurut Marihut Tua Efendi Hariandja (2005;245)
pengertian gaji adalah sebagai berikut:
“Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima pegawai sebagai
konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang pegawai yang
memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan organisasi. Atau dapat
juga dikatakan sebagai bayaran yang diterima seseorang dari
keanggotaannya dalam sebuah organisasi.”
Berdasarkan definisi diatas, maka gaji merupakan balas jasa yang
dibayarkan oleh perusahaan secara berkala atau periodic yang jumlahnya relative
konstan kepada pegawainya.
2.6.2. Sistem Akuntansi Gaji
Sistem penggajian/kepegawaian mencakup seluruh tahap pemrosesan
harus meliputi pengurangan pajak, potongan tertentu, pelaporan kepada
pemerintah, dan persyaratan-persyaratan kepegawaian lainnya.
Dalam organisasi besar penggajian seringkali merupakan prosedur yang
paling kompleks dalam operasi, sebab arti penting sosial penggajian yang banyak
mengalami perubahan asumsi dalam beberapa dekade terakhir.
Strategi mengatasinya adalah dengan membuat garis besar prosedur
penggajian dan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan actual
penggajian. Hal ini menjadi tanggung jawab analis system untuk membuat
pemrosesan penggajian tetap aktual. Prosedur-prosedur yang berkaitan dengan
pengendalian internal gaji menurut Arens dan Loebbecke (2003;521) sebagai
berikut :
(1) Personel and employment procedure,
(2) Time keeping and payrol preparation procedure,
(3) Payment of payroll
2.6.2.1.
Prosedur Penerimaan dan Penempatan Karyawan (Personnel and
Employment Procedure)
Departemen kepegawaian bertanggung jawab untuk menempatkan orang
di penggajian perusahaan , menspesifikasikan tingkat pembayaran, dan
mengotorisasi potongan-potongan gaji. Seluruh perubahan, seperti penambahan
atau pengurangan pegawai, perubahan tingkat gaji. atau perubahan tingkat
potongan gaji. harus diotorisasi oleh departemen kepegawaian. Fungsi
kepegawaian terpisah dari fungsi pencatatan waktu (jam kerja) dan fungsi
penggajian.
2.6.2.2. Prosedur Pencatatan Waktu dan Penyiapan Pembayaran Gaji
(Time Keeping ang payroll Procedure)
Fungsi pencatatan jam kerja dan waktu penyiapan pembayaran gaji
bertanggung Jawab untuk menyajikan dan mengontrol laporan-laporan jam kerja
dan kartu-kartu jam kerja. Di perusahaan manufaktur, pegawai biasanya
memasukkan kartu jam kerja pada saat datang dan pulang. Pada akhir setiap
periode pembayaran gaji, kartu jam kerja pegawai (atau laporan jam kerja
pegawai) menunjukkan jumlah jam kerja dan jumlah uang yang diterima,
Pencatatan jam kerja bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan membuat
kartu-kartu jam kerja, laporan-laporan jam kerja, dan merekonsiliasikan data-data
tersebut dengan laporan Ikhtisar jam kerja yang diterima dari bagian produksi.
Laporan ikhtisar jam kerja menunjukkan jenis pekerjaan yang dibebankan kepada
pegawai, Pencatat jam kerja merekonsiliasikan laporan jam kerja dengan laporan
ikhtisar jam kerja yang diterima dari bagian produksi dan kemudian mengirimkan
kartu jam kerja ke departemen penggajian.
2.6.2.3. Prosedur Pembayaran Gaji (Payment of payroll)
Departemen penggajian bertanggung jawab untuk perhitungan dan
penyiapan proses penggajian. Proses penggajian harus terpisah dari penyiapan
data masukan untuk dasar pembayaran, laporan-laporan jam kerja dan data
kepegawaian diterima dari departemen kepegawaian, laporan-laporan jam kerja
diterima dari pencatat jam kerja. Daftar gaji memuat rincian perhitungan gaji
bersih (gaji kotor dikurangi potongan-potongan) cek pembayaran dikirimkan ke
departemen pengeluaran kas untuk ditandatangani, ditelaah, dan didistribusikan.
Rangkapan daftar gaji dikirim ke departemen hutang dagang untuk dilakukan
pencatatan penggajian.
2.7.
Tujuan Pengendalian Internal Gaji
Tujuan pengendalian internal gaji adalah agar dapat ditetapkan dan
dibayarkan kepada pegawai secara tepat dan benar, serta dilain pihak untuk
menyajikan informasi atau data yang cepat, tepat dan akurat untuk disampaikan
kepada manajemen.
Tujuan pengendalian atas penggajian menurut Arens et All (2006;566)
adalah sebagai berikut :
“1.Recorded payroll payment are for work actually performed by existing
employees (existence)
2.Existing payroll transaction are recorded (Completeness)
3.Recorded payroll transaction are for the amount of time actually worked
and at the proper pay rate ; withholdings are properly calculated
(Accuracy)
4.Payroll transaction are properly classified (Classification)
5.Payroll transaction are recorded on the correct dates
6.Payroll transaction are properly included in the payroll master file and
properly summarized (posting and summarization).”
Dari pengertian diatas dapat diuraikan tujuan pengendalian internal atas
penggajian adalah :
1. Pembayaran gaji yang dicatat adalah untuk pekerjaan yang secara actual
dilaksanakan oleh pegawai bukan fiktif (Keberadaan)
2. Transaksi penggajian yang ada telah dicatat (Kelengkapan)
3. Transaksi penggajian yang dicatat adalah jumlah waktu actual dan tingkat
upah yang semestinya, pemotongan dihitung dengan semestinya (Akurasi)
4. Transaksi penggajian diklasifikasikan dengan memadai (Klasifikasi)
5. Transaksi penggajian dicatat pada waktu yang tepat (Tepat waktu)
6. Transaksi penggajian dimasukan dalam berkas induk penggajian dengan
semestinya
;
dan
diikhtisarkan
dengan
semestinya
(Posting
dan
Pengikhtisiran).
2.8.
Peranan Profesionalisme Satuan Pengawasan Intern dalam Upaya
Menunjang Efektivitas pengendalian Internal Atas Penggajian.
Umumnya perusahaan yang telah maju dan besar ruang lingkupnya, telah
menyelenggarakan staf audit internal secara ideal, pengendalian internal harus ada
dan dilaksanakan dengan baik, selalu dimonitor atau diawasi serta disesuaikan
dengan kemajuan dan keadaan perusahaan saat ini.
Fungsi auditor yang merupakan satu unsure dari pengendalian internal
mempunyai peranan sangat penting atas tercapainya seluruh tujuan dari
pengendalian internal. Dengan kata lain, peranan satuan pengawasan intern dalam
efektivitas pengendalian internal sangatlah besar, dan tentunya positif.
Audit internal dapat dikatakan mata dan telinga bagi pimpinan perusahaan.
Laporan audit yang tepat waktu, akurat dan lengkap dibutuhkan untuk dapat
meningkatkan efektivitas operasi dan aktivitas yang diperiksa.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, auditor internal dalam suatu
perusahaan harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut :
i.
Independensi, auditor internal haruslah mandiri dan terpisah dari kegiatankegiatan yang diperiksanya.
ii.
Kemampuan Profesional, auditor internal haruslah mencerminkan
keahlian, dan ketelitian professional seharusnya.
iii.
Lingkup pekerjaan, Lingkup pekerjaan dari auditor internal meliputi
pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan pengendalian
internal yang dimilki oleh organisasi pelaksana tanggung jawab yang
diberikan.
iv.
Pelaksanaan kegiatan audit, kegiatan audit harus meliputi perencanaan
audit, pengujian, dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil-hasil
dan menindaklanjuti.
v.
Manajemen bagian audit internal, pimpinan audit internal harus mengelola
bagian audit internal secara benar.
Dalam pengendalian internal gaji, audit internal harus dilakukan secara periodic
dan terus menerus, dikarenakan gaji merupakan area yang rawan terjadinya
penyimpangan atau pencurian karena menyangkut sejumlah uang.
Untuk itu tindakan yang diberlakukan audit internal atas pengendalian
internal gaji diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menelaah prosedur pembayaran dengan melakukan penilaian dan
pengawasan terhadap prosedur, apakah sesuai dengan yang ditetapkan.
2. Menelaah daftar penggajian, apakah pegawai yang tercantum dalam daftar
penggajian memang berhak menerima sebagaimana mestinya beserta
ketepatan perhitungannya.
3. Melakukan
audit
secara
mendadak
untuk
mencegah
terjadinya
kemungkinan penyimpangan dan pencurian.
4. Melakukan tindak lanjut terhadap penyimpangan atau kelemahan yang
ditemukan.
Dengan demikian audit internal dapat mendorong individu yang terlibat
dalam aktivitas ini untuk bekerja dengan berhati-hati dan akurat apabila mereka
menyadari akan diaudit, sehingga memungkinkan tercapainya efektivitas
pengendalian internal gaji yang ada dalam perusahaan. Yang dapat diandalkannya
laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, serta ketaatan pada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Audit internal merupakan alat bantu pengendalian manejemen dan
melakukan penilaian bebas terhadap semua kegiatan perusahaan harus selalu
dalam keadaan dinamis dan aktif. Dalam rangka itu auditor internal dapat
menyusun pengendalian internal yang baik dan tepat, mengadakan pengawasan
pelaksanaannya, perbaikan dan komentar-komentar yang sangat diperlukan
manajemen. Manajemen yang berkepentingan langsung terhadap pengendalian
internal dan audit internal harus sadar dan terbuka atas temuan (hasil) audit dan
saran-saran perbaikan yang diberikannya dan melakukan tindakan segera apa yang
harus diperbaiki. Dengan demikian adanya dengan pengendalian internal yang
selalu dinilai, dievaluasi adalah menghasilkan “keluaran” atau “output” seperti
yang diharapkan atau direncanakan manajemen.
1. Pengendalian internal gaji sangat dibutuhkan terutama dalam hal pembayaran
gaji karyawan. Pengendalian ini dapat membantu perusahaan dalam mencapai
tujuan dan mendapatkan, memelihara, dan mempertahankan pekerja yang
produktif sehingga tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pimpinan
perusahaan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut perlu diterapkannya
aktivitas audit internal yang tujuannya untuk memeriksa serta menilai
efektivitas dari pengendalian tepanya pengendalian internal gaji diperusahaan.
Sehingga terpantau kinerja pengendalian khususnya pengendalian internal gaji
pada saat auditor mengidentifikasi aktivitas audit internal relevan dengan
perencanaan audit.
2. Peranan profesionalisme satuan pengawasan intern dalam usaha pencapaian
efektivitas pengendalian internal gaji adalah:
a. Perencanaan program profesionalisme satuan pengawasan intern dalam
menunjang efektivitas pengendalian internal gaji.
b. Pengujian dan evaluasi informasi efektivitas pengendalian internal gaji.
c. Pengkomunikasian hasil-hasil profesionalisme satuan pengawasan intern
dalam menunjang efektivitas pengendalian internal gaji
d. Tindak lanjut profesionalisme satuan pengawasan intern dalam menunjang
efektivitas pengendalian internal gaji dapat dipastikan berjalan dengan
sebagaimana mestinya serta senantiasa melakukan perbaikan untuk
menyesuaikan dengan perubahan keadaan.
Download