i SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG

advertisement
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG 2010
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Pada Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan UIN Syahid Jakarta
OLEH : FITHRIATUL MUTHMAINNAH
105104003456
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
i
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama
: Fithriatul Muthmainnah
NIM
: 105104003456
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik
: 2005
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR
PENGETAHUAN
YANG
IBU
DALAM
BERHUBUNGAN
DENGAN
MEMBERIKAN
MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sangsi yang akan ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta,
Juli 2010
Fithriatul muthmainnah
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2010
Fithriatul Muthmainnah, NIM : 105104003456
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
makanan pendamping air susu ibu di Puskesmas Pamulang
xvii + 66 halaman, 7 tabel, 7 gambar, 5 lampiran
Kata Kunci : Makanan Pendamping ASI, Pengetahuan
ABSTRAK
Makanan pendamping ASI merupakan makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6 sampai 24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang, meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, dan sumber informasi.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik
pengambilan data aksidental sampling, menggunakan instrument berupa
kuesioner, jumlah sampel sebanyak 77 responden. Analisis data yang digunakan
adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square pada tingkat kemaknaan 5%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 77 ibu memiliki pengetahuan
kurang dalam memberikan MP-ASI sebanyak 11 (14.3%), ibu yang memiliki
pengetahuan cukup dalam memberikan MP-ASI sebanyak 24 (31.2%), dan ibu
yang memiliki pengetahuan baik dalam memberikan MP-ASI sebanyak 42
(54.5%), ibu yang berumur kurang dari 20 tahun sebanyak 4 (5.2%), ibu yang
berumur 21-35 tahun sebanyak 59 (76.6%), dan ibu yang berumur lebih dari 36
tahun sebanyak 14 (18.2%), ibu memiliki pendidikan dasar sebanyak 28 (36.4%),
ibu memiliki pendidikan menengah sebanyak 36 (46.8%), dan ibu memiliki
pendidikan tinggi sebanyak 13 (16.9%), ibu tidak memiliki pekerjaan sebanyak 24
(31.2%), dan ibu memiliki pekerjaan sebanyak 53 (68.8%), ibu memiliki
pendapatan kurang dari 500.000 pe rbulan sebanyak 12 (15.6%), ibu memiliki
pendapatan 500.000-1.000.000 per bulan sebanyak 37 (48.1%), dan ibu memiliki
pendapatan lebih dari 1.000.000 per bulan sebanyak 28 (36.4%), ibu mendapatkan
informasi melalui media cetak sebanyak 33 (42.9%), dan ibu mendapatkan
informasi melalui media elektronik sebanyak 44 (57.1%).
Berdasarkan analisis data didapatkan hasil bahwa variabel yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI adalah :
pekerjaan (p=0.041). sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI yaitu : umur (p=0.189), pendidikan
(p=0.265), sosial ekonomi (p=0.246), dan sumber informasi (p=0.871).
Penulis menyarankan untuk meningkatkan program komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) khususnya tentang makanan pendamping ASI pada ibu-ibu
hamil maupun ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan.
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH
MAJOR OF NURSING STUDY
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, July 2010
Fithriatul Muthmainnah, NIM : 105104003456
Factors related to mother’s knowledge in giving Supplementary food to breast
feeding in Puskesmas Pamulang.
Xvii + 66 pages, 7 tables, 7 pictures, 5 appendixes.
Key words: Side dish to breast feeding , Knowledge
ABSTRACT
Supplementary food to breast feeding is food or drink which contain
nutrition, given to a 6-to-24-month-baby in order to fulfill the need for nutrition
besides breast feeding. The research aims to identify some factors related to
mother’s knowledge in giving side dish to ASI in Puskesmas Pamulang, including
age, education, occupation, social economic, and source of information.
This research used cross sectional design with accidental sampling in
collecting data technique, using the instrument of questionnaire, the amount of
samples are 77 respondents. Data analysis used are univariat and bivariat with chi
square test at the sense degree of 5%.
The result of the research found that 77 of mothers who have good
knowledge in giving side dish to breast feeding is as many as 42 (54.5%), mothers
who are 21-35 years old are as many as 59 (76.6%), mothers who have secondary
education is as many as 36 (46.8%), mothers who have jobs is as many as 53
(68.8%), mothers who have income of Rp.500.000,- - Rp.1.000.000,- per moth are
37 (48.1%), and mothers who get information through electronic media are 44
(57.1%).
Based on data analysis, a result is obtained that variable related to
mother’s knowledge in giving side dish to breast feeding is: occupation (p=0,041).
While variable not related to mother’s knowledge in giving side dish to ASI is:
age (p=0,189), education (p=0,265), social economic (p=0, 246), and source of
information (p=0,871).
The author recommends to enhance communication programs, information
and education (IEC), especially concerning complementary feeding of pregnant
mothers or mothers who have babies aged 0-6 months.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN
PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
PAMULANG 2010
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta,
Pembimbing I
Juli 2010
Pembimbing II
Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat
Catur Rosidati, S.KM, MKM
NIP : 132146260
NIP : 197502102008012018
v
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU DI PUSKESMAS PAMULANG 2010
Telah disusun dan di pertahankan dihadapan penguji oleh:
Nama : Cut Faridayati
NIM: 105104003448
Pembimbing I
Pembimbing II
Yanti Riyantini, S.Kp
Catur Rosidati, S.KM, MKM
NIP : 132146260
NIP : 197502102008012018
Penguji I
Penguji II
Yanti Riyantini, S.Kp
Catur Rosidati, S.KM, MKM
NIP : 132146260
NIP : 197502102008012018
Penguji III
Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat
NIP : 132146260
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fithriatul Muthmainnah
NIM
: 105104003456
TTL
: Tangerang, 25 September 1986
Agama
: Islam
Status
: Sudah menikah
Alamat Asal
: Jl. Kemuning III Rt. 01/06 No. 78 Kelurahan
Pamulang
Barat Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Telepon
: Rumah (021) 74701745
Hp : 081808505775
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan : MI ASSA’ADATUDDARAIN I PAM-BAR (1992-1998)
MTs
NEGERI
TANGERANG
2
PAMULANG
(1998-2001).
SMU INFORMATIKA SERANG (2002-2005)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN
ILMU
KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (2005)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad
SAW,
sehingga
peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping air susu ibu di
puskesmas pamulang.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,
segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR ( hc ). Dr. M.K Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad
Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat dan Catur Rosidati, S.KM,
MKM, selaku dosen pembimbing yang telah meluangan waktu, tenaga,
dan pikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada ayahanda H. Saeroji, S.Ag dan ibunda tercinta Hj. Nurhasanah
yang telah mengasuh, membimbing, dan memberikan dukungan penuh
baik material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku
viii
dengan do’a tulus ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan
pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
6. Kepada suamiku tercinta Artawijaya, S.Pd yang telah memberikan
dukungan moril dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Kedua adikku tersayang Siti Roudlotul Jannah
dan Lutpiah Farhani
dengan keceriaan serta dorongan mereka segala kejenuhan dalam
mengerjakan skripsi dapat terobati.
8. Teman-teman seperjuangan Program Ilmu Keperawatan angkatan 2005
yang peneliti tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang
mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjtunya.
Jakarta, Juli 2010
Fithriatul Muthmainnah
ix
DAFTAR ISI
Halaman judul ............................................................................................................ i
Tanda Tidak Plagiat ................................................................................................... ii
Abstrak ...................................................................................................................... iii
Pernyataan Persetujuan Pembimbing .......................................................................... v
Surat Pengesahan Penguji .......................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ vii
Kata Pengantar ........................................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................... xv
Daftar Gambar ........................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xvii
Daftar Singkatan ......................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum ................................................................................................ 8
2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10
1. Bagi Pelayanan Kesehatan ( Puskesmas ) ........................................................ 10
2. Bagi Institusi Keperawatan ............................................................................. 10
3. Bagi peneliti Selanjutnya ................................................................................ 10
F. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( MP-ASI ) .................................................... 12
1. Definisi ......................................................................................................... 12
2. Tujuan Pemberian MP-ASI ............................................................................. 12
x
3. Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan yang baik dan benar .................. 13
4. Tanda – tanda Bayi Sudah Siap Menerima Makanan Pendamping ASI ........... 15
5. Kerugian memperkenalkan MP-ASI terlalu dini ............................................. 16
6. Kerugian memperkenalkan MP-ASI terlalu Lambat ....................................... 16
B. Pengetahuan ......................................................................................................... 16
1. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) ................................................................................................................ 18
2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif ............................................. 18
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............................................. 19
C. ASI ...................................................................................................................... 21
1. ASI Ekslusif ................................................................................................... 21
2. Reflek menyusui pada Ibu .............................................................................. 22
3. Manfaat menyusui dan keunggulan ASI .......................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................................. 29
B. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................ 30
C. Hipotesa ............................................................................................................... 31
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................................. 32
B. Variabel Penelitian ............................................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 33
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 35
1. Proses pengumpulan data ................................................................................ 35
2. Instrumen ....................................................................................................... 36
xi
3. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 37
4. Teknik Uji Instrumen Penelitian ..................................................................... 37
E. Etika Penelitian .................................................................................................... 37
F. Pengolahan Data .................................................................................................. 38
G. Analisa Data ......................................................................................................... 39
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 41
B. Analisa Univariat ................................................................................................. 43
1. Gambaran Pengetahuan Ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi
umur 0-6 Bulan .............................................................................................. 43
2. Gambaran Umur ............................................................................................. 44
3. Gambaran Pendidikan ..................................................................................... 45
4. Gambaran Pekerjaan ....................................................................................... 46
5. Gambaran Sosial Ekonomi ............................................................................. 47
6. Gambaran Sumber Informasi .......................................................................... 48
C. Analisa Bivariat ................................................................................................... 49
1. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ........... 49
2. Hubungan Pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI .......................................................................................................... 50
3. Hubungan Pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MPASI ................................................................................................................. 51
4. Hubungan
Sosial
Ekonomi
dengan
pengetahuan
ibu
dalam
memberikan MP-ASI ...................................................................................... 52
5. Hubungan Sumber Informasi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI....................................................................................... 53
xii
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 54
B. Pengetahuan Ibu dalam memberikan MP-ASI pada Bayi umur 0-6 bulan ............. 54
C. Hubungan Umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MPASI pada Bayi umur 0-6 bulan ............................................................................. 55
D. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan ....................................................................... 56
E. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan ........................................................................ 57
F. Hubungan Sosial Ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan ................................................... 58
G. Hubungan Sumber Informasi
dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan ................................................... 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
Tabel 2.1Pola pemberian ASI dan MP-ASI ........................................................ 15
Tabel 3.1Definisi Operasional ........................................................................... 30
Tabel 5.1Distribusi responden berdasarkan umur dengan pengetahuan
ibu dalam memberikan MP-ASI ......................................................... 49
Tabel 5.2Distribusi responden berdasarkan pendidikan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ..................................... 50
Tabel 5.3Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ..................................... 51
Tabel 5.4Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi
dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ......................... 52
Tabel 5.5Distribusi responden berdasarkan sumber informasi
dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI ......................... 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
Gambar 2.1Kerangka Teori ............................................................................... 28
Gambar 3.1Kerangka Konsep ........................................................................... 29
Gambar 5.1Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan ................... 43
Gambar 5.2Distribusi responden berdasarkan umur ibu ..................................... 44
Gambar 5.3Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu ............................ 45
Gambar 5.4Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu .............................. 46
Gambar 5.5Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi ibu ..................... 47
Gambar 5.6Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ibu ................... 48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat-surat izin penelitian
2. Lembar persetujuan responden
3. Lembar kuesioner
4. Analisa Univariat
5. Analisa Bivariat
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKI
: Angka Kematian Ibu
ASI
: Air Susu Ibu
BBLR
: Bayi Berat Lahir Rendah
DEPKES RI
: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
GNPP-ASI
: Gerakan Nasional Peningkatan Pengguna Air Susu Ibu
IDAI
: Ikatan Dokter Anak Indonesia
KADARZI
: Keluarga Sadar Gizi
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
MP-ASI
: Makanan Pendamping Air Susu Ibu
RPJPMN
: Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional
RAN
: Rencana Aksi Nasional
SDKI
: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
UNICEF
: United Nation International Children and Education Fund
WHO
: World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah
satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Badan pusat statistik
mengestimasikan AKB di Indonesia pada tahun 2007 adalah 34/1000 kelahiran
hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan AKB tahun 2002 – 2003
yang sebesar 35/1000 kelahiran hidup ( Profil Kesehatan Indonesia 2007. DepKes RI,
2008). Di Provinsi Banten AKB adalah 550/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007. Ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) mencatat kurang dari 10 bayi dan 20 anak
balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia (Depkes, Ina Hernawati, 2007). AKB
yang tinggi dapat dicegah atau diturunkan apabila setiap bayi hanya diberikan ASI
Eksklusif selama 6 bulan pertama dari kehidupannya karena ASI adalah makanan
yang terbaik bagi bayi (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 20022003 pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64 persen.
Persentase ini menurun dengan jelas menjadi 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan
dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan. Menurut Meutia Hatta (2005) akibat
pemberian makanan tambahan yang terlalu dini angka kematian bayi usia 9-11 bulan
di negara-negara berkembang lebih tinggi 40% dibandingkan bayi yang diberi ASI.
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula
1
menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi
akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak
diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Depkes, 2006).
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,
sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada
masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas
akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi
dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes, 2006).
ASI sangat penting untuk asupan gizi untuk mencapai tumbuh kembang optimal,
di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu: pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif
sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih ( Depkes, 2006).
Rekomendasi WHO/UNICEF diatas sejalan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang kesehatan, antara lain
dengan memberikan prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi bayi dan anak.
Sebagai tindak lanjut RPJPMN, Rencana Aksi Nasional (RAN) pencegahan dan
penanggulangan gizi buruk tahun 2005-2009 menyusun sejumlah kegiatan yang
2
dilaksanakan masalah gizi kurang dari 27,3% tahun 2003 menjadi 20% pada tahun
2009, dan masalah gizi buruk dari 8.0% tahun 2003 menjadi 5% pada tahun 2009
(Depkes RI, 2006).
Untuk mencapai target diatas dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu
kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Program ini mendorong keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif
pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dalam memberikan MP-ASI yang cukup
dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan (Depkes RI, 2006). Pemerintah
Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah menindaklanjuti rekomendasi tersebut
dengan menerbitkan surat keputusan menteri kesehatan Nomor: 450/ MENKES/ SK/
IV/ 2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif bagi bayi di
Indonesia adalah sejak lahir sampai berusia 6 bulan (Depkes RI, 2007).
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini
mungkin yaitu sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan
persiapan generasi penerus di masa depan.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi merupakan cara pemberian makan
secara alamiah dan cara pemberian makanan yang terbaik bagi bayi.. Pemberian ASI
akan dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, kebutuhan psikologis,
memberikan perlindungan terhadap alergi, diare serta penyakit infeksi lainnya
( WHO, 2001 ). ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia sekitar 4 bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai
3
sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan
tambahan yang tertumpu pada beras. Seringkali ibu-ibu kurang mendapat informasi
bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI Ekslusif dan
makanan pendamping ASI di berikan pada usia kurang dari 6 bulan sudah di berikan,
tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus dilakukan bila
timbul kesukaran menyusui bayinya (Arifin, 2004).
Beberapa waktu lalu, bayi mulai diberi makanan padat ketika berusia 4 bulan,
tetapi merujuk kepada standar world health organization (WHO), disarankan agar
bayi baru mulai diberi makanan padat setelah usianya menginjak 6 bulan. Pada
kenyataannya sebagian besar ibu dibanyak negara mulai memberi bayi makanan dan
minuman buatan sebelum 6 bulan, dan banyak berhenti menyusui sebelum 2 tahun.
Kadang, hal ini disebabkan tak ada seorangpun yang memberi ibu bantuan yang ia
perlukan ( DepKes RI, 2004 ).
Menurut William (2006) bahwa pemberian makanan padat yang dimulai sebelum
bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko alergi. Usus yang telah matang akan
mengeluarkan immunoglobulin protein IgA, yang melapisi usus dan mencegah
lewatnya protein allergen yang berbahaya (susu sapi, gandum, dan kacang kedelai
adalah contoh umum dari makanan yang menyebabkan alergi bila diberikan terlalu
dini).
Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu semasa
dalam kandungan dan selama usia 3 bulan sejak lahir sudah mulai menurun,
sedangkan dari ASI kandungan vitamin A dan C serta zat besi sudah tidak begitu
tinggi. Karena itu sejak usia 6 bulan nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi
4
makanan padat, bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem
pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna
dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan ( gangguan
pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dan lain-lain ).
Menurut Soetjiningsih (1997), pengalaman telah menunjukan bahwa terbentuknya
cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya pemakaian ASI sangat
tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Disegi lain promosi yang
tidak terkendali dari MP-ASI ( Makanan Pendamping Air Susu Ibu : Makanan lumat:
Bubur, biskuit ) maka kebutuhan untuk ASI menjadi berkurang karena si kecil
dipenuhi oleh makanan semi padat.
Informasi yang diperoleh seorang ibu terkadang sangat minim, karena
pengetahuan yang tidak dimilikinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Masih rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI
dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Notoadmodjo (2003) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan sosial ekonomi.
Dengan didasari pengetahuan diharapkan sikap dan perilaku akan mengikuti, karena
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
5
Penelitian yang dilakukan Dedek (2009) mengenai Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keputusan keluarga memberikan MP-ASI pada bayi berumur
kurang dari 6 bulan di kelurahan Beji Depok menunjukan hasil hubungan
pengetahuan tinggi yang memberikan MP-ASI 7,7% dan pengetahuan rendah 75%,
pendidikan tinggi yang memberikan MP-ASI 11,1%, pendidikan sedang 22,7% dan
pendidikan rendah 30,2%, ibu yang bekerja yang memberikan MP-ASI 69,2% dan
ibu yang tidak bekerja 29,7%, keluarga dengan sosial ekonomi tinggi yang
memberikan MP-ASI 28% dan sosial ekonomi rendah 72%, ibu yang bersikap baik
tinggi memberikan MP-ASI 37, 8% dan ibu yang tidak bersikap baik yang
memberikan MP-ASI 46, 2%, ibu yang bersosial budaya autokhrat tinggi 61,5% dan
ibu yang bersosial budaya autokhrat rendah 38,5%.
Di Puskesmas Pamulang makanan pendamping ASI masih banyak diberikan,
berdasarkan studi pendahuluan yang didapatkan dari 20 ibu yang memiliki bayi usia
dibawah enam bulan, yang mendapatkan MP-ASI pada umur 0-6 bulan adalah 70%.
Salah satu faktor yang menyebabkan pemberian MP-ASI 0-6 bulan masih banyak
diberikan yaitu karena masih rendahnya pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI.
Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010.
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas tingkat pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas
Pamulang masih sangat kurang dan pemberian makanan pendamping ASI masih
banyak diberikan pada bayi umur 0-6 bulan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti ” faktor-faktor
yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping
ASI di Puskesmas Pamulang 2010?”
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010.
2. Bagaimanan gambaran faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu) terhadap
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
3. Apakah ada hubungan antara faktor umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
4. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat pendidikan ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu
dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
7
6. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat sosial ekonomi ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
7. Apakah ada hubungan antara faktor tingkat sumber informas ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam memberikan makanan
pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu) terhadap
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
c. Mengetahui hubungan antara faktor umur dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang 2010
d. Mengetahui hubungan antara faktor tingkat pendidikan dengan pengetahuan
ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas
Pamulang 2010
8
e.
Mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dengan pengetahuan ibu
dalam memberikan makanan pendamping ASI di Puskesmas Pamulang
2010
f.
Mengetahui hubungan antara faktor tingkat sosial ekonomi ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
g. Mengetahui hubungan antara faktor tingkat sumber informasi ibu dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran secara objektif kepada Puskesmas Pamulang
tentang pengetahuan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
sehingga dapat menurunkan pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan ASI Eksklusif.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Memberikan informasi dalam penyusunan program pendidikan kesehatan serta
metode yang digunakan untuk meningkatkan peran serta masyarakat yang
diberkaitan dengan dampak dari pemberian makanan pendamping ASI yang
terlalu dini.
9
3. Penelitian selanjutnya
Sebagai sumber penelitian berikutnya, karena dapat berperan sebagai masukan
dan tambahan data yang cukup membantu peneliti selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Lingkup materi pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI di
Puskesmas Pamulang 2010. Penelitian ini perlu dilakukan karena masih
banyak ibu-ibu yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayi
umur 0-6 bulan, padahal sejumlah penelitian menyatakan bahwa pemberian
ASI Eksklusif mempunyai banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah ibu warga
Pamulang yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas
Pamulang. Data yang diperoleh adalah data primer yang didapat langsung
dari responden, penelitian ini dilakukan selama 1 bulan di puskesmas
Pamulang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
1. Definisi
Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. Merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga
(Depkes, 2000)
2. Tujuan Pemberian MP-ASI
Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan ASI merupakan makanan yang
terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan
makanan tambahan tambahan selain ASI yang disebut makanan pendamping
ASI.
Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai tujuan memberikan zat gizi
yang cukup bagi kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikomotor yang optimal, selain itu untuk mendidik
bayi supaya memiliki kebiasaan makan yang baik. Tujuan tersebut dapat
tercapai dengan baik jika dalam memberikan MP-ASI sesuai pertambahan
11
umur, kualitas dan kuantitas makanan baik serta jenis makanan yang beraneka
ragam.
3. Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan Yang Baik dan Benar
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi
menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan dibagi
menjadi 4 tahap yaitu (Depkes, 2000).
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan
1. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama
pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui
akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan
zat kekebalan yang tinggi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke
payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.
b. Makanan bayi umur 6-9 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan
12
2. Pada umur 6 bulan keadaan alat cerna sudah semakin kuat oleh karena
itu, bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.
c. Makanan bayi umur 9-12 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan.
2. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan
keluarga secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke
makanan keluarga.
3. Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau,
buah dan lain-lain.
4. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan,
seperti lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.
d. Makanan bayi umur 12-24 bulan
1. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
3. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan
makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang dan
lain-lain. Hati ayam diganti dengan: telur, tahu, tempe dan ikan.
Bayam diganti dengan: daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu
diganti dengan: bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskut dan lain-lain.
13
4. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba.
Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
Pola Pemberian ASI/MP-ASI
Golongan
Umur
(bulan)
ASI
Makanan
Lumat
Makanan
Lunak
Makanan
Padat
0-6
6-9
9 - 12
12 - 24
Tabel 2.1
Pola pemberian ASI dan MP-ASI
4. Tanda-Tanda Bayi Sudah Siap Menerima Makanan Pendamping ASI
Bayi perlu disusui secara eksklusif sampai mereka berusia 4 atau 6 bulan,
lebih dianjurkan lagi setelah usia 6 bulan. Menyusui Eksklusif sampai usia 6
bulan mengurangi resiko alergi. Ketika sistem pencernaan bayi makin siap, ia
akan mampu menerima makanan yang berbeda-beda tanpa beresiko terkena
alergi. Ini adalah ciri-ciri yang perlu diperhatikan walaupun mungkin bayi belum
melakukan semuanya (El-jauza, 2009)
a. Bayi dapat duduk dan mempertahankan kepalanya dengan baik tanpa dibantu.
b. Bisa melakukan gerakan mengunyah
c. Berat badan terlihat meningkat 2 kali dari berat badan ketika lahir
d. Terlihat tertarik pada makanan
e. Mulai membuka mulut saat sendok mendekati mulut
14
f. Bisa memindahkan makanan dari mulut bagian depan ke mulut bagian
belakang
g. Bisa menggerakan lidah, dan tidak lagi mendorong makanan keluar
menggunakan lidah
h. Mulai tumbuh gigi
5. Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Dini
Ada dua kerugian utama memperkenalkan makanan padat sebelum usia 6
bulan, yaitu meningkatnya resiko diare dan infeksi lainnya. Juga, jumlah ASI
yang diterima bayi akan menurun, karena ASI lebih bergizi ketimbang
makanan padat, pertumbuhan bayi mungkin terganggu (Ramaiah, 2007)
6. Kerugian Memperkenalkan MP-ASI Terlalu Lambat
Jika makanan padat diperkenalkan setelah umur enam bulan, bayi tidak akan
memperoleh nutrisi yang dibutuhkan, terutama energi dan protein maka dapat
menyebabkab hambatan pertumbuhan anak. Pasokan zat besi juga akan
kurang, akibatnya bayi bisa mengidap anemia (Ramaiah, 2007).
B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
15
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui itu bisa apa saja tanpa syarat
tertentu, bisa sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah (Marzoeki,
2000).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses
berurutan (Rogers, 1974), yaitu:
1. Kesadaran ( Awarnes ), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Tertarik (Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Mempertimbangkan (Evaluation), menimbang-nimbang baik tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Mencoba (Trial), yakni dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
5. Mengadaptasi (Adaptation), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
16
1. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI)
Pengetahuan ibu tentang makanan pendampin ASI adalah hasil dari tahu
karena faktor penginderaan terhadap suatu obyek tertentu tentang bahan
makanan yang diperlukan dalam satu hari yang beraneka ragam dan
mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dibutuhkan
oleh tubuh (Hapsari, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum17
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada ( sejak dilahirkan atau diadakan)
(Kamus Besar Bhs. Indonesia, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003) umur
merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
18
baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu
pengetahuan yang dimiliki.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar
berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997 dalam Nursalam, 2001).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi
kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena
kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup
sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan
mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya (Notoadmojo, 2003).
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan ( Erich,
1996 dalam Nursalam, 2001).
d. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak
sumber informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan
19
yang dimiliki. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media
cetak yaitu surat kabar, majalah, buku, media elektronik yaitu radio, TV, film
dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
C. ASI
ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi ( Depkes, 2005 ). ASI adalah
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan
dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya (Roesli, 2001)
1.
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan
vitamin (Depkes, 2005). Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh atau air putih. Tanpa makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi atau tim (Roesli, 2001).
20
2.
Refleks Menyusui Pada ibu
Pada proses laktasi perlu diketahui terdapat dua refleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin/ aliran yang
timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
Masing-masing refleks tersebut adalah:
a.
Refleks prolaktin (pembentukan ASI)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam aliran darah. Prolaktin memacu
sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyak
prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel
kelenjar.
Makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI. Sebaliknya
berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang. Mekanisme ini
disebut mekanisme “supply and demand”
b. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior
untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel
myoepitel yang mengelilingi alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga
mengalirkan ASI dari alveoli duktuli menuju sinus dan putting. Dengan
demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak
terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar ASI.
Oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat
keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. “let down
21
reflex” dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya
diri.
Beberapa tanda adanya refleks oksitosin adalah rasa diperas atau “tingling”
pada payudara sebelum dan selama menyusui, ASI keluar bila ibu memikirkan
bayinya atau mendengar tangisan bayinya, ASI menetes pada payudara yang lain
bila bayi menyusu, rasa sakit karena kontraksi rahim yang kadang-kadang
disertai dengan keluarnya darah pada waktu menyusui, isapan pelan dan dalam
serta menelan pada bayi menunjukan ASI mengalir kedalam tubuh bayi (Depkes,
2002).
3.
Manfaat Menyusui dan Keunggulan ASI
Memberikan ASI secara Eksklusif berarti beruntung bagi semua, baik untuk
bayi, psikologik, ibu, dan keluarga (Depkes, 2005).
a. Aspek Gizi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa
pertumbuhannya. ASI mengandung semua zat gizi yang paling baik untuk
tumbuh kembang bayi, terutama pada 6 bulan pertama. ASI adalah makanan
bayi paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI
seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai
dengan usia 6 bulan.
22
b. Aspek imunologik
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan atau daya
tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan
cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi
membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat. Selanjutnya akan
terjadi kesenjangan daya tahan tubuh, kesenjangan tersebut dapat diatasi
apabila bayi diberi ASI sebab ASI mengandung sel-sel hidup dan zat-zat
kekebalan yang dapat mengurangi terjadinya infeksi misalnya: mencret,
batuk pilek dan radang telinga. Dengan kata lain, selain menjadi makanan
atau minuman bayi ASI sekaligus berfungsi sebagai imunisasi alami bagi
bayi.
c. Aspek psikologik
1. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun memproduksi
ASI yang mencukupi untuk bayi, besar pengaruhnya bagi keberhasilan
menyusui. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar
dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi
ASI.
2. Hubungan atau interaksi ibu-bayi
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi, yang
mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi tergantung pada kesatuan ikatan bayi-bayi tersebut.
23
Hubungan interaksi antara ibu-bayi paling mudah terjadi selama
setengah jam pertama dan mulai terjalin sekali bayi mulai disusui sedini
mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan.
3. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi
Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan
seperti sentuhan kulit (skin-to-skin contact) dan mencium aroma yang
khas antara ibu dan bayi. Apabila proses menyusui dilakukan dengan
baik, akan memberikan kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa
aman dan puas karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan
kehangatan tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
d. Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan untuk
perkembangan sistem syaraf otak dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada
usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan
dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan.
1.
Faktor genetik
Faktor genetik: kecerdasan yang diturunkan dari orang tua
24
2.
Faktor lingkungungan
Faktor ini dapat ditingkatkan melalui:
a. ASUH : Fisik-Biomedis
Mengingat bahwa perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan
pertumbuhan otak, maka jelas faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhan otak bayi atau anak adalah nutrisi atau gizi yang
diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan
kualitas nutrisi secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
otak.
b. ASAH : Stimulasi, rangsangan, pendidikan
Menyusui bukan hanya memberi makan, tetapi juga mendidik.
Proses menyusui merupakan interkasi antara ibu dan bayi. Dengan
menyusui, ibu akan merangsang indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, bahkan sensasi raba. Saat menyusui, ibu
dianjurkan untuk bernyanyi. Melodi akan merangsang otak kanan
dan kata-kata akan merangsang otak kiri.
c. ASIH : Kebutuhan Psikososial
Untuk perkembangan emosi dan spiritualnya yang terpenting
adalah kasih sayang dan perasaan aman. Bayi yang disusui ibunya
akan merasa aman dan disayangi akan mampu menyayangi
lingkungan sehingga ia akan berkembang menjadi manusia dengan
budi pekerti dan nurani yang baik. Selain itu seorang bayi yang
25
merasa aman akan berkembang menjadi orang dewasa yang
mandiri, percaya diri dan mempunyai emosi yang stabil.
e. Aspek neurologis
Belum sempurnanya koordinasi syaraf menelan, menghisap dan
bernafas, dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap
payudara ketidak sempurnaan koordinasi syaraf tersebut dapat lebih
baik.
f. Aspek ekonomis
Dengan menyususi secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan. Dengan
demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli
susu formula serta membeli peralatan dan biaya pengobatan yang
disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu formula.
g. Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
sementara yang dikenal dengan Metode Amenorea Laktasi (MAL).
MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara
Eksklusif dan umur bayi kurang dari 6 bulan.
h. Aspek keluarga
Dengan menyusui menciptakan suasana hangat dan harmonis.
Kedekatan ibu dan bayi yang terus menerus akan menjadi dasar yang
kuat membangun hubungan psikososial yang sehat dalam keluarga.
26
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Sosial
ekonomi
5. Sumber
informasi
Pengetahuan
Sumber Notoadmodjo (2003) modifikasi L. Green (1980)
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan
maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
pada bayi usia 0-6 bulan adalah variabel terikat (dependen) yaitu
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6
bulan. Sedangkan variabel bebas (independen) yang ingin diketahui
yaitu faktor predisposisi : umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
sosial ekonomi ibu dan sumber informasi ibu.
Gambar 3.1
•
Umur
•
Pendidikan
•
Pekerjaan
•
Sosial
ekonomi
•
Sumber
informasi
Pengetahuan Ibu dalam
memberikan MP-ASI
pada bayi umur 0-6
bulan
28
B. Variabel dan Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel yang telah disebutkan diatas bisa
dijelaskan dalam tabel definisi operasional sebagai berikut:
No
Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Operasional Alat Ukur
1
2
2
Pengetahuan
3
4
Pengetahuan yang Kuesioner
dimaksud adalah ibu
yang memiliki bayi
usia dibawah enam
bulan
mengetahui
tentang
makanan
pendamping
ASI
meliputi pengertian
dan tujuan
3
Umur
Lamanya
masa Kuesioner
hidup ibu sejak
dilahirkan
sampai
dengan
saat
pengisian kuesioner
4
Pendidikan
Pendidikan formal Kuesioner
terakhir yang diikuti
ibu dan mendapat
ijazah
5
Pekerjaan
Kesibukan
yang Kuesioner
dilakukan terutama
untuk
menunjang
kehidupannya dan
keluarganya dalam
bentuk penghasilan
berupa uang
29
Hasil Ukur
Skala
Ukur
5
6
0 = Kurang (bila Ordinal
didapat < 55%)
1 = Cukup (bila
didapat 56-75%)
2 = Baik (bila
didapat 76-100%)
(Arikunto, 1998)
0 = 20 tahun
1 = 21-35 tahun
2 = > 36 tahun
Ordinal
(WHO, 2007)
0 = Tidak sekolah Ordinal
1 = SD-SMP
2 =
Menengah:
SMA
3 =
Tinggi:
Akademi–
Perguruan
Tinggi
(Jusuf. A. Feisal,
1995)
0 = IRT
Ordinal
1 = Buruh
2 =
Pegawai
swasta
3 =
Pegawai
negeri
6
7
Sosial
ekonomi
Sumber
informasi
Pendapatan keluarga Kuesioner
diukur dengan total
penghasilan
dan
pengeluaran
keluarga
setiap
bulan
0
= Kurang Dari
Rp. 500.000
= Antara
Rp.500.000 –
1.000.000
= Lebih Dari
Rp. 1.000.000
Ordinal
segala sesuatu yang Kuesioner
menjadi perantara
dalam
menyampaikan
informasi
0 = Media cetak
Ordinal
1
2
1 =
Media
elektronik
C. Hipotesa
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep
penelitian maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
4. Ada hubungan antara sosial ekonomi ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
5. Ada hubungan antara sumber informasi ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang 2010
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan desain penelitian cross sectional. Penelitian cross
sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini
variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak
ada tindak lanjut.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
2. Variabel Independen
Variabel independen penelitian ini antara lain:
•
Umur
•
Pendidikan
•
Pekerjaan
•
Sosial ekonomi
•
Sumber informasi
31
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi umur 0-6
bulan di Puskesmas Pamulang.
2. Sampel
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
a. Ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan yang datang ke Puskesmas
Pamulang
b. Ibu dapat membaca dan menulis
c. Bersedia untuk dijadikan responden
a. Besar Sampel
Uji hipotesis beda dua proporsi
[Z1-α/2√2 p (1- p )+Z1-β√p1(1-p1)+p2(1-p2)]2
n=
(p1-p2)2
Keterangan:
n
: jumlah sample yang dibutuhkan
Z1-α/2
:
1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/ Confidence Interval dengan α sebesar
5%)
Z1-β
: 0,84 (kekuatan uji sebesar 80%)
32
: 0,11 (ibu yang berpendidikan tinggi yang memberikan MP-ASI pada bayi
P1
umur 0-6 bulan berdasarkan penelitian Dedek syaiful. K di kelurahan Beji
Depok)
: 0,30 (ibu yang berpendidikan rendah yang memberikan MP-ASI pada bayi
P2
umur 0-6 bulan berdasarkan penelitian Dedek syaiful. K di kelurahan Beji
Depok)
[Z1-α/2√2 p (1- p )+Z1-β√p1(1-p1)+p2(1-p2)]2
n=
(p1-p2)2
[1,96√2.0,20(1- 0,20)+0,84√0,11(1-0,11)+0,30(1-0,30)]2
n=
(0,11-0,30)2
n
:70 orang
70 + cadangan 10% = 77
Dengan cadangan 10% sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 77
orang.
b. Tehnik sampling
Tehnik sampling adalah proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel yang akan mewakili keseluruhan
populasi yang ada (Hidayat, 2008).
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pamulang. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tehnik Sampling Aksidental yaitu cara pengambilan sampel yang
dilakukan dengan bertemu ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan yang datang ke
33
KIA Puskesmas Pamulang dan memenuhi kriteria sebagai responden diambil sebagai
responden.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,
2003).
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Pamulang, peneliti dibantu oleh 1
orang mahasiswi semester VIII PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 1 orang
bidan di ruang KIA Puskesmas Pamulang yang sebelumnya sudah diberikan
pengarahan tata cara penyebaran kuesioner kepada responden yang terpilih.
1. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di ruang KIA Puskesmas Pamulang dengan
proses sebagai berikut:
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang ditujukkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan dan Kepala Puskesmas Pamulang
b. Setelah mendapat persetujuan dari kepala Puskesmas Pamulang, peneliti
meminta izin kepada kepala ruangan KIA Puskesmas Pamulang.
c. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik Sampling Aksidental.
34
d. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden
tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia dan memenuhi
kriteria sampel dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian.
e. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang
belum jelas.
g. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti
mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
h. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasinya.
2. Instrumen
Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner
pada responden terpilih yang memenuhi kriteria di Puskesmas Pamulang,
kuesioner diberikan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan
untuk di isi dan dilengkapi kuesioner yang telah dibuat mencakup variabel
independen yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sumber
informasi, dan variabel dependen yaitu pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI
3. Lokasi dan waktu penelitian
35
Lokasi penelitian adalah di Puskesmas Pamulang, waktu penelitian dilakukan
pada bulan Februari 2010.
4. Teknik uji instrumen penelitian
Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi
usia 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang, Uji coba statistik untuk alat ukur
dilakukan guna menguji validitas dan reliabilitas. Peneliti terlebih dahulu
melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanakan di tempat yang memiliki
karakteristik populasi sama dengan subjek penelitian yaitu di Puskesmas
Ciputat dengan jumlah responden sebanyak 20 orang Pada bulan Januari
2010.
Peneliti melakukan uji coba kuesioner sebanyak 1 kali di Puskesmas Ciputat
pada variabel pengetahuan didapatkan hasil yang reliabel.
E. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena
manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan manusia (Aziz, 2002). Dalam
melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
1. Lembar persetujuan
36
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta
manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan
tujuan penelitian.
2. Tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data diisi
responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
F.
Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan mengubah data
informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses
pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Hidayat (2008) dalam
proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Proses pemeriksaan data di lapangan sehingga dapat menghasilkan informasi
yang benar.
b. Entery data
37
Data entery adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat table kontigensi.
c. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap dianalisa.
G.
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ibu yang memberikan
MP-ASI, distribusi frekuensi dari variabel dependen (penegetahuan
pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan) dan independen (umur,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sumber informasi).
2. Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan dependen yaitu dengan menggunakan uji statistic
Chi-square.
Tehnik analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-square dengan
menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%, sehingga jika nilai p (pvalue) < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau
menunjukan ada hubungan antara variabel dependen dan independen, dan
apabila nilai p value > 0,05 maka hasil perhitungan statistik tidak bermakna
atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen.
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Puskesmas Pamulang
Puskesmas Kecamatan Pamulang merupakan Puskesmas yang berada di
wilayah Kota Tangerang Selatan dengan batasan wilayah kerja puskesmas
pamulang yang meliputi sebelah Utara : Kecamatan Ciputat, Selatan :
Kabupaten Bogor, Barat : Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, Timur :
Kabupaten Bogor. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Pamulang
mempunyai luas wilayah 28,8006 Ha. Jumlah penduduk sebanyak 220.654
jiwa yang terdiri dari 111.869 jiwa laki-laki dan 108.895 jiwa perempuan.
Kepadatan Penduduk Kecamatan Pamulang rata-rata 7,661 jiwa per km2.
Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 47.200, dengan jumlah jumlah KK
miskin sebanyak 7.877, atau penduduk miskin sebanyak 26.987 jiwa dan yang
ditanggung askeskin sebanyak 22.047 jiwa. Kecamatan Pamulang meliputi 8
kelurahan yaitu : Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Benda, Benda
Baru, Bambu Apus, Kedaung, Pondok Cabe Ilir, Pondok Cabe Udik. Program
kesehatan Puskesmas Kecamatan Pamulang meliputi: Upaya kesehatan dasar
(Upaya Promosi Kesehatan , Upaya Pengobatan, Kesehatan Lingkungan,
Kesehatan Ibu dan Anak Termasuk Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular),
Upaya Kesehatan Pengembangan Wajib (Lansia, UKS/UKGS, dan Anti
39
NAPZA), Upaya Kesehatan Pengembangan Pilihan (Laboratorium, UKGMD,
dan ASKESKIN).
Pelayanan Kesehatan di puskesmas Pamulang meliputi :
1. Pelayanan Imunisasi
2. Pelayanan Kesehatan Ibu
3.
Pelayanan Kesehatan Neonatal
4. Pelayanan Perbaikan Gizi
5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
6. Pelayanan Pengobatan
( Laporan Tahun 2009 Puskesmas Kecamatan Pamulang ).
B.
Analisa Univariat
40
1.
Pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6
bulan
Gambar 5.1
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang Tahun 2010
Pengetahuan
kurang
14.3
cukup
baik
54.5
31.
Berdasarkan gambar 5.1 Pada hasil penelitian didapatkan ibu yang
memiliki pengetahuan kurang mengenai pemberian MP-ASI pada bayi umur
0-6 bulan sebanyak (14.3%).
41
2.
Umur
Gambar 5.2
Distribusi responden berdasarkan umur ibu di Puskesmas Pamulang
2010
Umur responden
< 20 tahun
5.2
21 – 35 tahun
18.2
Lebih dari 36
76.6
Berdasarkan analisa data didapatkan bahwa ibu yang berumur 21-35
tahun sebanyak (76.6 %).
42
3.
Pendidikan
Gambar 5.3
Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas
Pamulang 2010
Pendidikan
dasar
16.9
menengah
36.4
tinggi
46.8
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa ibu
berpendidikan menengah sebanyak (46.8 %).
43
yang
4.
Pekerjaan
Gambar 5.4
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Pamulang
2010
Pekerjaan responden
31.2
68.8
Tidak bekerja
Bekerja
Berdasarkan hasil analisa data dapat dilihat bahwa ibu yang sebagian
besar bekerja sebanyak (68.8 %).
44
5.
Sosial ekonomi
Gambar 5.5
Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi ibu di Puskesmas
Pamulang 2010
Ekonomi
<500.00
500.00015.6
>1.000.000
36.4
48.1
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa pendapatan
responden 500.000-1.000.000 perbulan sebanyak (48.1 %).
45
6.
Sumber informasi
Gambar 5.6
Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ibu di Puskesmas
Pamulang 2010
Sumber informasi
Sumber informasi
57.1
42.9
Media cetak
Media elektronik
Berdasarkan hasil analisa data didapatkan bahwa ibu
yang
mendapatkan sumber informasi melalui media elektronik yaitu sebanyak
(57.1 %).
46
C.
Analisa Bivariat
1. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
Tabel 5.1
Hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MPASI pada bayi umur 0-6 bulan
Umur
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
TOTAL
P Value
(tahun)
n
%
n
%
N
%
N
%
< 20
1 25.0 3 75.0 0
0
4 100.0
0.189
21-35
7 11.9 17 28.8 35 59.3 59 100.0
> 36
3 21.4 4 28.6 7
50.0 14 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 tidak terdapat ibu yang
memiliki pengetahuan baik dengan umur kurang dari 20 tahun, sedangkan ibu yang
memiliki pengetahuan baik dengan umur 21-35 tahun sebanyak 35 orang (59.3%),
dan ibu yang memiliki pengetahuan baik dengan umur lebih dari 36 tahun sebanyak 7
orang (50.0%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.189 pada derajat kemaknaan 5%, maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
2. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
47
Tabel 5.2
Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
Pengetahuan
Cukup
Baik
TOTAL
pendidikan Kurang
P Value
n
%
n
%
n
%
N
%
dasar
0.265
6 21.4 10 35.7 12 42.9 28 100.0
menengah 5 13.9 11 30.6 20 55.6 36 100.0
tinggi
0
0
3 23.1 10 76.9 13 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu yang berpengetahuan baik
dengan berpendidikan dasar sebanyak 12 orang (42.9%), ibu yang berpengetahuan
baik dengan pendidikan menengah sebanyak 20 orang (55.6%), dan ibu yang
berpengetahuan baik dengan pendidikan tinggi sebanyak 10 orang (76.9%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.265 pada derajat kemaknaan 5%, maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
3. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
48
Tabel 5.3
Hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
pekerjaan
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
TOTAL
P
Value
n
%
n
%
n
%
N
%
Tidak
1
4.2
5 20.8 18 77.0 24 100.0
bekerja
0.041
bekerja
10 18.9 19 35.8 24 45.3 53 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang
berpengetahuan baik dengan tidak bekerja sebanyak 18 orang (77.0%), dan ibu yang
berpengetahuan baik dengan bekerja sebanyak 24 orang (45.3%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.041 pada derajat kemaknaan 5%, maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
4. Hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MPASI
Tabel 5.4
49
Hubungan antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
Sosial
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
TOTAL
ekonomi
P Value
n
%
n
%
n
%
N
%
< 500.000 2 16.7 6 50.0 4
33.3 12 100.0
0.246
500.0007 18.9 8 21.6 22 59.5 37 100.0
1.000.000
>1.000.000 2 7.1 10 35.7 16 57.1 28 100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang
berpengetahuan baik dengan pendapatan kurang dari 500.000 sebanyak 4 orang
(33.3%), ibu yang berpengetahuan baik dengan pendapatan 500.000-1.000.000
sebanyak 22 orang (59.5%), dan ibu yang berpengetahuan baik dengan pendapatan
lebih dari 1.000.000 sebanyak 16 orang (57.1%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.246 pada derajat kemaknaan 5%, maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
5. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI
Tabel 5.5
Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
50
sumber
informasi
Media
cetak
Media
elektronik
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
n
%
n
%
n
%
TOTAL
N
%
P
Value
4
12.1
11
33.3
18
54.5
33
100.0
0.871
7
15.9
13
29.5
24
54.5
44
100.0
Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 77 ibu terdapat ibu yang
berpengetahuan baik yang mendapatkan informasi melalui media cetak sebanyak 18
orang (54.5%), dan ibu yang berpengetahuan baik yang mendapatkan informasi
melalui media elektronik sebanyak 24 orang (54.5%).
Hasil uji statistik di peroleh p value 0.871 pada derajat kemaknaan 5%, maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi
dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.
51
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, yaitu:
1. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup,
sedangkan kualitas jawaban kuesioner tergantung dari kejujuran responden
dalam menjawab setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga bisa saja
terdapat bias karena responden menjawab sesuai dengan responden tersebut.
B. Pengetahuan Ibu dalam Memberikan MP-ASI Pada Bayi Umur 0-6 Bulan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tidakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui itu bisa apa saja
tanpa syarat tertentu, bisa sesuatu yang didapat dengan atau tanpa metode ilmiah
(Marzoeki, 2000).
Pada hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang berpengetahuan baik dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan yaitu sebanyak 42 orang (54.5%),
sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang dalam memberikan MP-ASI pada
bayi umur 0-6 bulan sebanyak 11 orang (14.3%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang lakukan oleh Irvani (2005)
di Cimahi, yang mengemukakan bahwa sebanyak 56% tingkat pengetahuan ibu
52
tentang makanan pendamping ASI masih rendah. Rendahnya tingkat pengetahuan
responden bisa disebabkan kurangnya paparan informasi kesehatan dari petugas
kesehatan dan media informasi seperti TV, buku atau surat kabar. Selain itu juga
karena faktor lingkungan yang kurang mendukung, seperti kurangnya akses
informasi mengenai kesehatan dari tokoh-tokoh masyarakat, mendapatkan
informasi yang salah tentang pemberian MP-ASI dari keluarga atau teman.
C. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada
bayi umur 0-6 bulan
Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula
ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003)
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti
untuk adanya hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI. Dari hasil penelitian diketahui ibu yang paling banyak
berpengetahuan kurang yaitu ibu yang berusia 21-35 tahun sebanyak 11.9%. Hal
ini kemungkinan disebabkan bahwa umur ibu yang kurang dari 35 tahun dimana
pada usia tersebut ibu lebih suka tidak menyusui dibandingkan ibu yang berumur
lebih dari 35 tahun kemungkinan sebabkan karena tidak menginginkan citra
tubuhnya berubah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Haeranah (2002), bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara umur dengan praktek pemberian MP-ASI
dini pada bayi umur 0-4 bulan. Ketidakbermaknaan hubungan ini kemungkinan
53
disebabkan oleh presentasi pemberian MP-ASI dini yang hampir sama tinggi pada
ibu yang berumur kurang dari 30 tahun dan lebih dari 30 tahun.
Teori yang mendukung besarnya presentasi MP-ASI pada ibu yang memiliki
umur lebih dari 30 tahun adalah berdasarkan anatomi fisiologi manusia semakin
tua usia, organ-organ dalam tubuh semakin menurun kerjanya begitu juga dengan
payu dara dalam menghasilkan ASI.
D. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
pada bayi umur 0-6 bulan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu (Suwarno dalam,
1992 dalam Nursalam, 2001). Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu
menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Selain itu pendidikan merupakan faktor utama yang berperan dalam menambah
informasi dan pengetahuan seseorang. Oleh karena itu tingkat pendidikan sering
dijadikan sebagai bahan kualifikasi atau prasyarat serta dijadikan sebagai
pandangan dalam membedakan tingkat pengetahuan seseorang (Ella, 2008).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti
untuk adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan. Dari analisis univariat
54
ditemukan bahwa responden yang berpendidikan dasar sekitar 36.4%, tingkat
pendidikan menengah 46.8%, sedangkan tingkat Diploma keatas sebanyak 16.9%.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemajuan pengetahuan dan teknologi,
dengan tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi ibu lebih mudah menerima
pesan-pesan
yang
disampaikan
oleh
iklan
tentang
MP-ASI,
sehingga
mempermudah ibu untuk melakukan praktek pemberian MP-ASI secara dini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001), bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian
MP-ASI dini pada bayi.
E. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
pada bayi umur 0-6 bulan
Pada hasil penelitian didapatkan sebanyak 68,8% ibu bekerja dan hanya
31,2% ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja jenis pekerjaan bervariasi seperti
pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, pembantu rumah tangga.
Sama halnya pada penelitian Simandjuntak (2001), ibu yang bekerja sebanyak
95%. Hal ini mungkin disebabkan tingkat pendidikan ibu yang bekerja sudah
cukup tinggi sehingga lebih mudah menerima pesan-pesan produsen susu formula
(Suksmaningsih, 2001, dalam Simandjuntak, 2001). Kemungkinan lain adalah
faktor petugas kesehatan yang memberikan makanan pralakteal kepada bayi dan
selama dirawat disarana tempat bersalin (Roesli, 2001).
Pada analisis bivariat ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi
55
umur 0-6 bulan. Hal ini mungkin disebabkan bagi ibu yang aktif bekerja, upaya
pemberian ASI Eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya
masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir
secara sempurna, ia harus kembali bekerja.
Sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001) ditemukan adanya hubungan
antara pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi. Hal ini mungkin
disebabkan karena ibu yang bekerja tidak dapat menyusui bayinya pada jam kerja,
sedangkan pada ibu yang tidak bekerja dapat bebas menyusui bayinya kapan saja.
F. Hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MPASI pada bayi umur 0-6 bulan
Tingkat ekonomi kelurga dapat dinilai dari beberapa hal. Menurut tingkat
ekonomi keluarga responden dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Dan responden yang paling kurang mengenai pengetahuan dalam
memberikan MP-ASI adalah ibu yang memiliki ekonomi rendah
Hasil analisis bivariat menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada
bayi umur 0-6 bulan.
Sejalan dengan penelitian Simandjuntak (2001) ditemukan tidak adanya
hubungan antara sosial ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi.
Hasil ini menunjukan bahwa ibu-ibu dari golongan tingkat ekonomi rendah
pada umumnya menderita kekurangan gizi sehingga jumlah ASI yang dihasilkan
56
tidak banyak. Oleh karena itu, mereka biasanya memberikan makanan tambahan
yang sangat dini kepada bayinya. Ibu dari golongan ekonomi tinggi lebih sadar
manfaat pemberian ASI Eksklusif, sedangkan ibu dari golongan ekonomi cukup
tampak yang bayak “termakan” oleh iklan MP-ASI yang mempromosikan bahwa
bayi akan lebih cepat tumbuh dengan pemberian makanan tertentu.
G. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan
MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber
informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat
kabar, majalah, buku, media elektronik yaitu radio, TV, film dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2003).
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara sumber informasi dengan pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI
pada bayi umur 0-6 bulan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kemajuan
teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi makanan
pendamping ASI (MP-ASI) serta susu formula sebagai pengganti ASI, membuat
masyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih MPASI atau susu formula. Padahal, promosi penambah AA, DHA, ARA, dan lain
sebagainya pada susu formula sudah terkandung dalam komposisi ASI. Demikian
pula dengan zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk kesehatan bayi.
57
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Simandjuntak (2001) tidak
ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan pemberian MPASI dini pada bayi. Hasil ini menunjukan 42.9% ibu sudah mendapatkan
informasi pemberian MP-ASI dari media cetak, 57.1% ibu mendapatkan
informasi dari media elektronik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh prilaku
paling agresif dari produsen makanan bayi dalam memasarkan produknya.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, yang memberikan contoh makanan bayi gratis
ini 95% adalah bidan, 2,5% dokter bahkan ada yang menerima langsung dari
petugas perusahaan dan pekarya puskesmas. Walaupun yang menerima dari
dokter jumlahnya kecil, sebab bidan berkolaboasi dengan dokter dalam
pelaksanaan tugas (Simandjuntak, 2001). Hal ini menggambarkan kerjasama dari
produsen dan petugas kesehatan dalam pemberian MPASI dini pada bayi dengan
mengutamakan kepentingan masing-masing tanpa mempertimbangkan dampak
yang akan terjadi dikemudian hari.
58
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Gambaran pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6
bulan, yaitu ibu yang berpengetahuan baik dalam memberikan MP-ASI lebih
banyak dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang dalam memberikan
MP-ASI.
2. Gambaran umur ibu, ibu yang berumur 21-35 tahun lebih banyak
dibandingkan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun.
3. Gambaran pendidikan ibu, ibu yang berpendidikan dasar dan menengah lebih
banyak dibandingkan ibu yang berpendidikan perguruan tinggi.
4. Gambaran pekerjaan ibu, ibu yang bekerja cenderung lebih banyak
dibandingkan ibu yang bekerja.
5. Gambaran sosial ekonomi ibu, ibu yang bersosial ekonomi 500.000-1.000.00
lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bersosial ekonomi kurang dari
500.000.
6. Gambaran sumber informasi ibu, ibu yang mendapatkan sumber informasi
melalui media elektronik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
mendapatkan sumber informasi melalui media cetak.
59
7. Tidak ada hubungan antara variabel umur dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang
2010.
8. Tidak ada hubungan antara variabel pendidikan dengan pengetahuan ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas
Pamulang 2010.
9. Ada hubungan antara variabel pekerjaan dengan pengetahuan ibu dalam
memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Pamulang
2010.
10. Tidak ada hubungan antara variabel sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas
Pamulang 2010.
11. Tidak ada hubungan antara variabel sumber informasi dengan pengetahuan
ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas
Pamulang 2010.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Meningkatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) khususnya
tentang makanan pendamping ASI pada ibu-ibu hamil maupun ibu yang
mempunyai bayi umur 0-6 bulan dan perlu adanya program pemberian
makanan pendamping ASI secara tepat sesuai dengan kebutuhan balita
60
2. Bagi Institusi Keperawatan
Untuk menggali informasi tentang kegiatan termasuk cakupan pemberian MPASI dan membantu memberikan pendidikan kesehatan tentang manfaat dan
tujuan dari pemberian makanan pendamping ASI maka diperlukan adanya
tambahan litelatur-litelatur kesehatan sebagai media informasi dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penulis menyarankan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis
dimana yang akan datang dapat mengembangkan kerangka konsep yang ada
dengan menambahkan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan,
ditetapkan populasi dan sampel lebih banyak lagi serta memperpanjang waktu
penelitian sehingga keakuratan data lebih valid.
4. Bagi ibu bekerja
Disarankan agar ibu yang bekerja diharapkan memberikan ASI sebelum
berangkat kerja jika perlu dapat memompa ASI untuk diberikan pada saat ibu
tidak dirumah.
61
I. Kuesioner A: Identitas/ demografi responden
1. Umur ibu: ……… tahun
2. Pendidikan terakhir ibu:
Tidak Sekolah
Tidak tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Akademi – Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan ibu:
Ibu Rumah Tangga
Buruh
Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
4. Penghasilan keluarga:
Kurang dari Rp.500.000
Antara Rp. 500.000 – 1.000.000
Lebih dari Rp. 1.000.000
62
Tanggal
:
Nama responden
:
Nomor responden
:
5. Apakah ibu pernah mendapatkan informasi tentang Makanan
Pendamping ASI?
Ya
Tidak
6. Bila Ya, informasi di dapat dari (jawaban boleh lebih dari satu):
Puskesmas
Poster
Radio
Televisi
II. Kuesioner B: Pengetahuan responden
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih 1 (satu) jawaban yang
menurut saudara paling tepat. Dengan ketentuan:
B: Benar
S: Salah
No
Pertanyaan
B
1
MP-ASI adalah kepanjangan dari makanan
pendamping air susu ibu
2
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang
diberikan kepada bayi mulai umur 6 bulan
3
Apabila bayi diberikan makanan padat terlalu dini
dapat menimbulkan susah buang air besar
4
Tanda-tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI
adalah dengan menunjukan perhatian terhadap
makanan
5
Pemberian MP-ASI boleh diberikan pada bayi
baru lahir
63
S
6
Memberikan makanan atau minuman selain ASI
kepada bayi sejak lahir membuat bayi ibu lebih
sehat dari bayi yang hanya diberi ASI saja
7
Sebaiknya bayi diberikan makanan tambahan
pada saat usia 6 bulan
8
Sejak
lahir sistem pencernaan bayi sudah
berfungsi dengan baik untuk mencerna makanan
atau minuman selain ASI
9
Pemberian makanan tambahan ( bubur tim,
biscuit, pisang dll ) sebaiknya pada sebelum usia
6 bulan
10
Pemberian makanan tambahan ( bubur tim,
biscuit, pisang dll ) sebaiknya pada saat usia 7
bulan
11
Sejak usia 0-6 bulan sistem pencernaan bayi
belum berfungsi dengan baik untuk mencerna
makanan/ minuman selain ASI
12
Jika pada usia 0 bulan bayi ibu tidak diberikan
makanan tambahan bayi beresiko kekurangan gizi
13
Jika pada usia 0 bulan bayi ibu tidak diberikan
makanan tambahan ibu khawatir bayi ibu akan
kelaparan
64
14
Jika makanan padat diperkenalkan setelah umur 6
bulan, bayi tidak akan memperoleh nutrisi yang
dibutuhkan terutama energi dan protein
15
Bayi umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun
dapat diberikan nasi tim
65
ANALISA UNIVARIAT
1. Pengetahuan ibu dalam memberikan MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan
Frequencies
Statistics
Pngthuan mpasi
N
Valid
77
Missing
0
Pngthuan mpasi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
kurang
11
14.3
14.3
14.3
cukup
24
31.2
31.2
45.5
baik
42
54.5
54.5
100.0
Total
77
100.0
100.0
2. Umur
Frequencies
Statistics
responden
N Valid
77
Missing
0
Responden
Frequency
Valid 20 tahun
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
5.2
5.2
5.2
21-35 tahun
59
76.6
76.6
81.8
lebih dari 36
14
18.2
18.2
100.0
Total
77
100.0
100.0
66
3. Pendidikan
Frequencies
Statistics
Pnddkn klmpk
N
Valid
Missing
77
0
Pnddkn klmpk
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
dasar
28
36.4
36.4
36.4
menengah
36
46.8
46.8
83.1
tinggi
13
16.9
16.9
100.0
Total
77
100.0
100.0
4. Pekerjaan
Frequencies
Statistics
bkrj
N
Valid
Missing
77
0
bkrj
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak bekerja
24
31.2
31.2
31.2
bekerja
53
68.8
68.8
100.0
Total
77
100.0
100.0
67
5. Sosial Ekonomi
Frequencies
Statistics
eknm
N
Valid
Missing
77
0
eknm
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
400000
12
15.6
15.6
15.6
500000-1000000
37
48.1
48.1
63.6
1100000
28
36.4
36.4
100.0
Total
77
100.0
100.0
6. Sumber Informasi
Frequencies
Statistics
infrmasi
N
Valid
Missing
77
0
responden
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
media cetak
33
42.9
42.9
42.9
media elektronik
44
57.1
57.1
100.0
Total
77
100.0
100.0
68
infrmasi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak
10
13.0
13.0
13.0
ya
67
87.0
87.0
100.0
Total
77
100.0
100.0
69
ANALISA BIVARIAT
1. Hubungan umur dengan pengetahuan dalam memberikan MP-ASI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
umur *pngthuan mpasi
Missing
Percent
77
N
Total
Percent
100.0%
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
umur*peng mpasi Crosstabulation
Peng mpasi
kurang
umur
20 tahun
Count
0
4
25.0%
75.0%
.0%
100.0%
9.1%
12.5%
.0%
5.2%
7
17
35
59
% within responden
11.9%
28.8%
59.3%
100.0%
% within mpasi
63.6%
70.8%
83.3%
76.6%
3
4
7
14
% within responden
21.4%
28.6%
50.0%
100.0%
% within mpasi
27.3%
16.7%
16.7%
18.2%
11
24
42
77
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Count
Total
Count
% within responden
% within mpasi
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Total
3
% within mpasi
lebih dari 36
baik
1
% within responden
21-35 tahun
cukup
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
6.146
7.511
.107
77
4
4
1
70
.189
.111
.744
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
6.146
7.511
.107
77
.189
.111
.744
4
4
1
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .57.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for responden (20
a
tahun / 21-35 tahun)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Correlations
Correlations
Pngthuan
mpasi
Pngthuan
mpasi
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
umur
1
umur
.037
.746
77
77
Pearson Correlation
.037
1
Sig. (2-tailed)
.746
N
77
71
77
2. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan dalam memberikan MP-ASI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
pnddkn*
pngthuan
mpasi
Missing
Percent
77
100.0%
N
Total
Percent
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
pnddkn *peng mpasi Crosstabulation
Peng mpasi
kurang
pnddkn dasar
menengah
tinggi
Total
Count
cukup
baik
Total
6
10
12
28
% within 1
21.4%
35.7%
42.9%
100.0%
% within mpasi
54.5%
41.7%
28.6%
36.4%
5
11
20
36
% within 1
13.9%
30.6%
55.6%
100.0%
% within mpasi
45.5%
45.8%
47.6%
46.8%
0
3
10
13
% within 1
.0%
23.1%
76.9%
100.0%
% within mpasi
.0%
12.5%
23.8%
16.9%
11
24
42
77
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Count
Count
% within 1
% within mpasi
72
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
5.226a
4
.265
Likelihood Ratio
6.887
4
.142
Linear-by-Linear Association
4.964
1
.026
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
77
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.86.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for 1 (dasar /
a
menengah)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Correlations
Correlations
mpasi
Peng
mpasi
Pearson Correlation
.256*
1
Sig. (2-tailed)
N
pnddkn
1
.025
77
77
Pearson Correlation
.256*
1
Sig. (2-tailed)
.025
N
77
77
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
73
3. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan dalam memberikan MP-ASI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
bkrj * pngthuan mpasi
Missing
Percent
77
N
100.0%
Total
Percent
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
bkrj *peng mpasi Crosstabulation
Peng mpasi
kurang
bkrj
tidak bekerja
Count
bekerja
Total
5
18
24
% within responden
4.2%
20.8%
75.0%
100.0%
% within mpasi
9.1%
20.8%
42.9%
31.2%
10
19
24
53
% within responden
18.9%
35.8%
45.3%
100.0%
% within mpasi
90.9%
79.2%
57.1%
68.8%
11
24
42
77
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within responden
% within mpasi
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
baik
1
Count
Total
cukup
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
6.369
6.919
6.113
77
2
2
1
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.43.
74
.041
.031
.013
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for responden
(tidak bekerja / bekerja)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Correlations
Correlations
Pngthuan
mpasi
Pngthuan
mpasi
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
bkrj
bkrj
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
*
-.284
.012
77
77
*
1
-.284
.012
77
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
75
77
4. Hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan dalam memberikan MP-ASI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
eknm * mpasi
Missing
Percent
77
N
Total
Percent
100.0%
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
eknm *peng mpasi Crosstabulation
Peng mpasi
kurang
eknm
400000
500000-1000000
1100000
Total
Count
cukup
baik
Total
2
6
4
12
% within eknm
16.7%
50.0%
33.3%
100.0%
% within mpasi
18.2%
25.0%
9.5%
15.6%
7
8
22
37
% within eknm
18.9%
21.6%
59.5%
100.0%
% within mpasi
63.6%
33.3%
52.4%
48.1%
2
10
16
28
% within eknm
7.1%
35.7%
57.1%
100.0%
% within mpasi
18.2%
41.7%
38.1%
36.4%
11
24
42
77
% within eknm
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
% within mpasi
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Count
Count
76
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
5.425
5.663
1.580
77
.246
.226
.209
4
4
1
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.71.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for eknm (400000
/ 500000-1000000)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Correlations
Correlations
Pngthuan
mpasi
Pngthua Pearson Correlation
n mpasi
Sig. (2-tailed)
N
eknm
eknm
.144
1
.211
77
77
Pearson Correlation
.144
1
Sig. (2-tailed)
.211
N
77
77
77
5. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan dalam memberikan MPASI
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
infrmasi * pngthuan
mpasi
Missing
Percent
77
N
Total
Percent
100.0%
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
infrmasi *peng mpasi Crosstabulation
Peng mpasi
kurang
infrmasi
cetak
Count
Total
4
5
10
10.0%
40.0%
50.0%
100.0%
9.1%
16.7%
11.9%
13.0%
10
20
37
67
% within responden
14.9%
29.9%
55.2%
100.0%
% within mpasi
90.9%
83.3%
88.1%
87.0%
11
24
42
77
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within mpasi
elektron Count
Total
baik
1
% within responden
ik
cukup
Count
% within responden
% within mpasi
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
.479
.475
.000
77
2
2
1
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.43.
78
.787
.789
.990
Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for responden
(tidak / ya)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Correlations
Correlations
Pngthuan
mpasi
Pngthuan
mpasi
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
infrmasi
1
infrmasi
.001
.990
77
77
Pearson Correlation
.001
1
Sig. (2-tailed)
.990
N
77
79
77
6. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan dalam memberikan MPASI
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
responden * mpasi
Missing
Percent
77
N
100.0%
Total
Percent
N
.0%
0
Percent
77
100.0%
infrmasi *peng mpasi Crosstabulation
mpasi
kurang
infrmasi
media cetak
Count
Total
11
18
33
4.7
10.3
18.0
33.0
% within infrmasi
12.1%
33.3%
54.5%
100.0%
% within peng mpasi
36.4%
45.8%
42.9%
42.9%
7
13
24
44
6.3
13.7
24.0
44.0
% within infrmasi
15.9%
29.5%
54.5%
100.0%
% within peng mpasi
63.6%
54.2%
57.1%
57.1%
11
24
42
77
11.0
24.0
42.0
77.0
14.3%
31.2%
54.5%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Expected Count
Total
baik
4
Expected Count
media elektronik
cukup
Count
Expected Count
% within infrmasi
% within peng mpasi
80
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
.276a
2
.871
Likelihood Ratio
.279
2
.870
Linear-by-Linear Association
.051
1
.822
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
77
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.71.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for responden
a
(media cetak / media
elektronik)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
81
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat Azis. A. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika, 2007
Akmal. Keluarga Sejahtera . www.damandiri.or.id (Diunduh tanggal 13 April 2009),
2003.
Agustina Ella. Gambaran Pengetahuan Primigravida Tentang ASI Eksklusif
Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas Gunungsari. Skripsi. Serang:
Program Studi Keperawatanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Falatehan,
2008.
Ariani. dr. Makanan Pendamping ASI. www.rafadira-multiply.com. (Diunduh pada
tanggal 10 Maret 2009), 2008.
Arifin. Filsafat Ilmu dan Pengetahuan: Suatu Pengantar. Jakarta: ISTN, 1998.
Depkes RI. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta:
Depkes RI, 2000.
Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI, 2002.
Depkes RI. Pedoman pelaksanaan pendistribusian dan pengelolaan makanan
pendamping Air Susu Ibu. Jakarta: Depkes RI, 2004.
Depkes RI. Kebijakan Depkes Tentang Peningkatan Pemberian (ASI) Pekerja
Wanita. Jakrta: Depkes RI, 2005.
Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Lokal. Jakarta: Depkes RI, 2006.
Depkes RI. Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta: Depkes RI, 2007.
82
Depkes RI. Profil Kesehatan 2007. Jakarta: Depkes RI, 2008.
El-jauza Salwa Salsabila. Cara Merawat Bayi. Jogjakarta: Luna Publisher, 2009.
Feisal. Jusuf. A. Reorientasi Pendidikan Islam. www.books.google.co.id (Diunduh
pada tanggal 2 Agustus 2009), 1995.
Haeranah Nur. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek Pemberian MPASI Dini Pada Bayi 0-4 Bulan di Wilayah Jawa-Bali. Skripsi. Depok:
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002.
Ina Hernawati. Gambaran
Karakteristik Ibu Yang
Memberikan
Makanan
Pendamping ASI Pada Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan di Posyandu
Cirumpak Tengah Kec. Kronjo Tahun 2008. www.inahernawati.com.
(Diunduh pada tanggal 15 mei 2009), 2008.
Kohir Saiful Dede. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keputusan Keluarga
Memberikan MP-ASI Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Kelurahan Beji Depok
(Riset). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009.
Marzoeki, D. Budaya Imiah dan Filsafat ilmu. Jakarta: Gramedia, 2002.
Nafisha
arellia.
Pemberian
makanan
pengganti
ASI.
www.nafishaaurellia.multiply.com (Diunduh pada tanggal 1 mei 2009),
2006.
Nano. Statistik Indonesia Rasio Ketergantungan. www.demografi.bps.go.id (Diunduh
pada tanggal 2 Agusutus 2009), 2006.
Noname. Menyusui Bayi Anda. Jakarta: Dian Rakyat, 2008.
Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
83
Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
Prasetyo Dwi Sunar. ASI Eksklusif. Jogjakarta: Diva Press, 2009.
Roesli utami. Inisisasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda,
2008.
Roesli utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia, 2001.
Ramaiah Savitri. ASI dan Menyusui. Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2007.
Sari Irvany Entang Ratna. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perilaku
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Bayi 6-12 Bulan di
Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005.
Simandjuntak Dahlia. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI
Dini Pada Bayi di Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur.
Tesis. Program Megister. Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2001.
Soetjiningsih. DSAK. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakrta: EGC, 1997.
Tri wahyuni. Pekan ASI Sedunia Membangun Kasih Sayang Lewat ASI.
www.suarakarya-online.com (Diunduh pada tanggal 1 mei 2009), 2005.
84
Download