M e w a r t a k a n N O P E M B E R 2 0 1 6 / N O . 2 9 3 I m a n d a n W W W . U K I . C A K a s i h U K I T O R O N T O Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ, (647) 532.1318 [email protected] Deacon Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274 [email protected] DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707 [email protected] Sekretaris Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801 [email protected] Bendahara Evy Patuwo, (647) 323.3525 [email protected] WILAYAH TIMUR Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246 [email protected] Seksi Liturgi Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 [email protected] Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338 [email protected] Seksi Sosial Lusia Lie [email protected], (416) 903.9718 Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282 [email protected] Usher Janto Dinoto, (416) 402.7106 [email protected] WILAYAH BARAT Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888 [email protected] Seksi Liturgi Stephanus Limpi, (416)827.2800 [email protected] Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901 [email protected] Seksi Sosial Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 [email protected] Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789 [email protected] Usher Diana Lucas, (416) 824.4069 [email protected] BIDANG KHUSUS Mudika, Felicia Wirahardja [email protected] PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected] Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536 [email protected] Ketua Altar Server Budiman Widjaja, (416) 250.1655 [email protected] NOPEMBER HALAMAN 2016/NO.293 3 Fajar Kehidupan Baru yang Abadi ...mengintip Kehidupan Kekal... Oleh Rm Johanes Juliwan Maslim SCJ abda Bahagia.. Mengawali bulan November, kita selalu akan merayakan Semua Orang Kudus (All Saints) dalam perjalanan Sejarah Gereja. Mereka semua telah memberikan hidup mereka kepada Tuhan secara total, hingga menumpahkan darah mereka bagi Tuhan dan Gereja. Para Kudus menjadi orang-orang terdepan dalam Gereja yang telah menunjukkan kepada kita semua hidup setia kepada Tuhan walaupun harus menyerahkan nyawa mereka. Jelas sekali ajaran Yesus, bahwa yang mengikuti Yesus harus siap memikul salib dan menyangkal diri serta siap memberikan nyawa bagi sahabatnya. Setiap orang yang mengikuti Yesus, siap juga untuk memberikan dirinya seperti Yesus. Semuanya ini menunjukkan kepada dunia dan semua orang, bahwa mengikuti Yesus adalah di atas segalanya. Sabda Bahagia (Matius 5:112) yang disampaikan Yesus dari atas bukit, menjadi bacaan dalam Perayaan Para Kudus ini. Dalam Sabda bahagia ini menjadi jelas bahwa tujuan hidup kita semua di dunia ini adalah kebahagiaan abadi dalam Kerajaan Surga. Kebahagiaan akan dialami selamanya dan menjadi S milik kita secara abadi. Maka dari itu bahagia tidak sama dengan senang, karena senang hanyalah sebatas duniawi dan manusiawi. Sedangkan bahagia menyangkut seluruh kehidupan kita, juga rohani kita. Mungkin kita mengalami berbagai tantangan sebagai seorang katolik, namun kita bahagia dan menyatukan semuanya itu dalam iman kepada Tuhan. Kebahagiaan yang Yesus sampaikan selalu didahului dengan perjuangan yang terkadang tidak selalu mudah. Bahkan harus juga siap untuk memberikan hidup dan nyawa bagi Kerajaan Allah. Menjadi nyata bahwa mengikuti Yesus, bertujuan untuk mencapai keselamatan kekal dan bukan keselamatan di dunia ini. Oleh sebab itu jangan heran dan terkejut bahwa di dunia ini ada kemungkinan kita mengalami berbagai tantangan dan perjuangan yang tidak mudah. Semuanya itu sudah dikatakan Yesus sejak awal dalam Sabda Bahagia perjalanan untuk mengikutiNya. Oleh sebab itu kita tidak perlu takut akan kenyataan yang sekarang ini sedang kita hadapi, karena kita berjalan bersama Tuhan. Kita harus berani menghadapi berbagai tawaran dunia yang seringkali menyesatkan walau tampaknya bagus dan menyenangkan. Setelah Perayaan Para Kudus, menyusul Peringatan semua arwah orang beriman, yakni tanggal 2 November. Pada kesempatan ini kita menghadirkan kembali semua saudara kita dan keluarga kita yang telah meninggal dunia. Mereka semua masih tetap menjadi satu keluarga dengan kita dalam persatuan seluruh Gereja, Umat Allah. Mereka semua kita hadirkan kembali untuk kita doakan dan kita mohonkan belaskasihan Allah bagi keselamatan mereka semua. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi semua orang yang telah meninggal. Doa orang beriman selalu akan didengarkan oleh Tuhan, itulah doa kita semua yang beriman. Hidup yang indah... Semua perayaan yang mengawali bulan November ini mau menunjukkan kepada kita semua bahwa hidup yang berasal dari Tuhan itu akan kembali kepada Tuhan. Dalam hal inilah kita melihat bahwa hidup itu sungguh indah, karena berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya dan bukan ke tempat lain. Kita perlu menyadari bahwa Hidup itu adalah Anugerah, yakni pemberian dari Tuhan dan berarti pula milik Bersambung ke halaman 4, NOPEMBER 2016/NO.293 Tuhan. Dalam perjalanan hidup kita di dunia ini, selama sekarang kita masih hidup di dunia, maka kita selalu perlu ingat arti kehidupan ini. Hidup yang indah ini perlu selalu kita jaga agar tidak dirusak oleh pengaruh dunia yang selalu ingin menghancurkannya agar tersesat. Tuhan telah memberikannya secara gratis kepada kita, maka harus dijaga dan dipertahankan sampai perjalanan di dunia selesai. Sekarang sudah banyak pengaruh dan tawaran yang datang kepada kita untuk merusak keindahan hidup kita ini. Kita sudah sering mendengar berita pembunuhan, bunuh diri, aborsi dan sekarang euthanasia, yang juga adalah pembunuhan. Hidup yang indah dan penuh berkat ini sedang dirusak dan dihancurkan oleh manusia sendiri yang sudah dikuasai oleh si jahat, yang datang dari pengaruh setan. Ketika kita lemah dan iman tidak kuat, maka mudah sekali pengaruh jahat itu masuk sehingga kita berpikir itu baik, walaupun menghancurkan diri kita sendiri. Maka tidak cukup hanya berpikir dan menggunakan pengetahuan, iman juga harus dilibatkan. Maka baiklah kita selalu waspada terhadap semua tawaran dunia yang tampak sangat bagus itu. Fajar kehidupan baru... Kita harus sadar dan tidak hanya tahu, bahwa pada waktunya kita semua akan mengakhiri perjalanan kita di dunia ini. Kita akan sampai ke tujuan akhir perjalanan kita, yakni Kerajaan Surga. Oleh sebab itulah lembaran baru akan dibuka dan kehidupan kita akan dilanjutkan bersama Sang Pencipta kita yang senantiasa mencintai kita. Inilah Fajar Kehidupan Baru, seperti Sambungan dari halaman 3, ketika kita menyambut hari baru dengan matahari yang terbit, yang kita sebut fajar yang baru. Jelas Tuhan Yesus telah menantikan kita dan tempat kita pun telah disediakanNya. Kehidupan yang akan datang itu sungguh indah dan membahagiakan, tidak ada yang perlu dikawatirkan dan ditakutkan. Kita tidak tidak perlu membawa perlengkapan duniawi, semua akan ditinggalkan. Yang kita bawa adalah harta kekayaan rohani yang selama ini sudah kita persiapkan. Harta ini tidak kelihatan mata, namun sudah dilihat Tuhan. Oleh sebab itulah, jangan pernah lalai untuk mengisi diri dengan bekal rohani atau spiritual. Perpaduan antara jasmani dan rohani ini akan menjadi sungguh indah dan membuat hidup semakin membahagiakan sejak dari sekarang. Semua telah tersedia bagi kita dalam Kerajaan Surga, di Rumah Bapa kita. Maka kita siap untuk memasuki kehidupan baru yang lebih indah. Sekarang yang diperlukan adalah keterbukaan hati kita dan kesiapan kita semua untuk tetap setia pada panggilan kita sebagai anakanak Allah. Tetaplah waspada akan segala tawaran yang bisa menyesatkan sehingga jalan kita bisa tersesat. Selama masih ada di dunia ini, kekuatan Tuhan haruslah menjadi bagian dalam hidup kita. Karena jika HALAMAN 4 kita mengikuti jalan lain, kita tidak akan sampai ke tujuan dan kita tidak akan menemukan Fajar baru itu melainkan malam kelam yang tidak ada harapannya. Sebelum terlambat, marilah kembali ke jalan Tuhan, jika kita merasa mulai menyimpang. Selalu ada kesempatan untuk kembali selama masih di dunia ini. Terus hidup dalam pengharapan.. Perjalanan kita menuju ke Kehidupan Abadi merupakan perjalanan yang penuh harapan. Jelas harapan ini bukannya harapan palsu, melainkan harapan nyata dan sudah tersedia bagi kita. Ingatlah Para Kudus yang telah mendahului kita semua, mereka telah menunjukkan kepada kita bahwa kebahagiaan abadi itu sungguh ada. Bahkan mereka pula yang telah menguatkan dan mendampingi perjalanan kita sekarang ini. Dasar harapan kita saat ini adalah iman kita kepada Tuhan yang dengan jelas telah memelihara kita sampai hari ini. Iman kita ada karena pengalaman akan kasih Tuhan yang selalu mengalir di dalam diri kita masing-masing. Santo Paulus pernah mengatakan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Cinta Kristus, bahkan kematian pun tidak. Oleh sebab itulah, jangan pernah takut akan si jahat yang kadang juga memakai manusia yang hanya bisa menghancurkan badan kita, namun tidak akan bisa menghancurkan jiwa kita. Kuncinya hanya satu, terus berharap dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup harian kita, dalam doa dan sikap hidup kita. Ingatlah, sekarang ini juga kita sedang berjalan menuju Kebahagiaan Abadi dalam memasuki Hidup Abadi bersama Bapa di Surga. □ NOPEMBER 2016/NO.293 Hati yang Gembira adalah Obat Melihat Para Senior UKI berkumpul… saling bercerita,.. ketawa-ketiwi…menyanyi dan menari bersama di Basement St Anselm pada acara Senior Day 23 Oktober 2016 yang lalu, merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku. M Batinku berbisik,” Karena upaya mereka… UKI tetap ada sampai hari ini. Selagi mereka muda, ..tentunya mereka membawa anak, cucu mereka, juga teman-teman memperkenalkan UKI Toronto kepada para pendatang baru, juga berdoa bagi UKI. Syukur kepada Tuhan atas penyertaanNya kepada para Senior UKI disepanjang kehidupan dengan warna warni kenangan... “Terimakasih Oma-Opa, Oom dan Tante, kehadiran anda semua menyemangati pelayanan kami. Bergembiralah selalu.… Serahkan seluruh hidup dan persoalan kita kepada Bapa ..DIA SANGGUP memberikan kelegaan. Hati Yang Gembira adalah Obat , .. sehat terus,… sampai berjumpa lagi di Senior day tahun mendatang.□ |Christine Tanuwijaya| Team Panitia Senior Day UKI 2016 HALAMAN 5 NOPEMBER 2016/NO.293 HALAMAN 8 Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam 20 November 2016 (Luk 23:35-43) RAJA MACAM APA DIA ITU? |Oleh Prof. A Gianto SJ| Rekan-rekan peminat Injil! Pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam tahun ini untuk penghabisan kalinya Injil Minggu diambil dari “Injil menurut Lukas”. Oleh Gus saya diminta membicarakannya langsung di sini. Ringkasnya, Luk 23:35-43 mengisahkan bagaimana Yesus yang bergantung di salib diolok-olok tiga macam orang, yakni para pemimpin (ayat 35), para serdadu (ayat 36), dan bahkan oleh salah seorang penjahat yang ikut disalibkan bersama dia (ayat 39). Cemoohan mereka intinya begini: kalau memang benar dipilih Allah jadi “Mesias”, “Raja”, dan “Kristus”, coba selamatkan diri sendiri dulu! Orang sekarang akan bilang, apa dasar bagi klaim sebesar itu. CEMOOH DAN GODAAN Kalian masih ingat kan, peristiwa itu juga pernah disampaikan oleh Mark (Mrk 15:29-32) yang jadi sumber Matt (Mat 27:39-44). Tapi dua rekan kita itu hanya menyebut hujatan dari dua kelompok orang, yakni mereka yang lewat di situ dan para imam kepala bersama ahli Taurat. Sumber khusus saya memuat cercaan yang diucapkan seorang dari dua penjahat yang disalibkan bersama Yesus. Juga saya temukan catatan berharga mengenai penjahat lain yang menegur kawannya yang menghina Yesus tadi. Katanya, apa tak takut kepada Yang Mahakuasa, kita ini memang pantas dihukum, tapi orang ini – maksudnya Yesus – tak bersalah (ayat 40 -41). Kemudian ia malah minta Yesus mengingatnya apabila nanti datang sebagai Raja (ayat 42). Dan Yesus pun berjanji, hari itu juga orang itu akan ada bersama dia di dalam Firdaus (ayat 43). Ketiga macam orang tadi sesungguhnya tidak mau percaya bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan, melepaskan manusia dari marabahaya sehingga bisa terus hidup sampai akhir perjalanan. Dengan begitu mereka menyangkal semua upaya penyelamatan yang dilakukan Yesus sepanjang hidupnya: menyembuhkan, memberitakan Kerajaan Allah, mengusir setan, mengajar tentang Bapanya, memilih murid-murid untuk meneruskan kegiatannya. Tetapi Yesus tidak menuruti godaan untuk turun dari salib menyelamatkan diri. Sama seperti di padang gurun dulu, ia tidak membiarkan godaan menyeretnya ke tempat lain (Luk 4:1-13). Dari mana dia punya kekuatan bertahan ini? Saya kira karena ia sadar bahwa tujuan perjalanannya ialah mencarikan keselamatan bagi orang lain, bukan bagi diri sendiri. Juga sudah terlalu banyak orang yang mengikutinya, kan tidak fair bila tinggal gelanggang. Dan siapa yang akan menanggung orang yang disalibkan di sampingnya yang sedemikian mempercayakan diri kepadanya itu? Ah, tak satu domba pun akan ditinggalkan di jalan kehancuran, tak satu mata uang yang terselip pun akan dilupakan, setakpantas apapun anak yang kembali akan menggembirakan (Luk 15:1-32). Tapi siapa yang akan mengurus mereka kalau ia berhenti? Para pemangsa yang tak kelihatan sudah siap di sekitar, dan mereka semakin menjadi-jadi. Yesus itu lifeline dari atas sana bagi manusia yang terancam. Kalau putus bagaimana? NOBLESSE OBLIGE Harapan, kecemasan, dan penderitaan manusia, itulah yang membuat Yesus maju terus. Penderitaan tidak hanya menyakitkan tapi bisa menebalkan integritas siapa saja yang menaruh diri menjadi sesama bagi yang menderita (bdk. Luk 10:25-37 tentang orang Samaria yang jadi sesama bagi orang yang malang). Jalan terus sampai akhir, itulah mahkota menjadi sesama bagi manusia. Ia itu Raja yang tak membiarkan orang sendirian di tengah bahaya. Tindakan Yesus itu pernyataan teologis yang amat berani: Tuhan dimuliakan karena peduli dan berhasil jadi sesama bagi manusia! Inkarnasi bukanlah Yang Ilahi “nitis” dalam diri manusia pilihan, melainkan menjadi orang yang mengerti kelemahan manusia, yang peduli akan keadaan manusia. Di antara orang-orang yang melihat kejadian di Golgota itu tentunya ada juga yang ikut mengelu-elukannya sebagai raja ketika datang memasuki Yerusalem (Luk 19:28-38 Mat 21:1-11 Mrk 11:110 Yoh 12:12). Matt bicara mengenai orang-orang bijak tahu bahwa seorang raja baru lahir dan mau menyatakan hormat kepadanya (Mat 2:2 dan 11). Itu kebahagiaan orang yang bijak. Namun kehadirannya langsung menjadi ancaman bagi orang yang lalim - Herodes. Kini di Golgota ia dikitari kelaliman yang sampai tiga kali menguaknya. Dan orang banyak melihat semua itu. Tetapi mereka belum siap mengambil sikap. Satu-satunya tokoh yang berbicara, baik dengan pencemooh maupun dengan Yesus, ialah penjahat yang sadar tadi. Begitulah ia bisa menjadi tuntunan suara hati orang. Tidak ikut-ikutan. Bahkan ia menegur kawannya. Ia mengakui patut dihukum. Kemudian ia minta kepada Yesus, agar mengingatnya nanti bila datang sebagai Raja. Orang itu sudah bisa berdamai dengan diri sendiri. Karena itu ia juga bisa melihat dan mengakui siapa sebenarnya Yesus itu. Para pemimpin tak bisa, juga para serdadu tak mampu. Mereka belum dapat berekonsiliasi dengan diri sendiri. Apalagi penjahat yang ikut -ikutan mengumpat tadi. Ia tak bisa menerima dirinya sendiri, maka tidak melihat siapa yang ada di sampingnya itu. Omongomong, menurut Oom Hans, Pilatus mendengar dari Yesus sendiri penjelasan mengenai kedudukannya sebagai Raja, tetapi ia tidak menangkap (Yoh 18:33-38a). Mungkin itu cara Oom Hans menyampaikan bahwa untuk memahami Yesus sang Raja orang perlu bimbingan dari kebenaran sendiri. Tapi ah, Oom kita itu orang mistik. Saya menempuh jalan lain. Saya mau bilang, sejahatjahatnya orang, kalau sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, akan menemukan kebenaran. Karena itulah saya anggap penting memasukkan perkara itu dalam tulisan saya. Jawaban Yesus (ayat 43) itu saya dapati dalam himpunan perkataannya yang beredar pada waktu saya mulai menulis. Dagdig-dug hati saya, rasanya ia sedang berbicara kepada saya juga meskipun saya belum sepasrah orang yang disalibkan di samping Yesus itu. Kata pembimbing rohani, masih ada beban yang perlu dibenahi dulu. Tetapi kata-kata Yesus itu menyapa terus dan serasa ada daya luarbiasa yang mendorong menuliskan semuanya sampai plong. Berada kembali di Firdaus! Byaar! Seperti ketika manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Pencipta sendiri (Kej 1:26-27). Pernah dengar cerita orang bijak mengenai Yang Mahakuasa ketika Berssambung ke halaman 9, NOPEMBER 2016/NO.293 Sambungan dari halaman 8, mengusir manusia dari Firdaus karena melanggar perintahnya (Kej 3:23)? Sebelum mengeluarkan mereka, ia membuatkan mereka pakaian dan mengenakannya sendiri pada mereka (Kej 3:21). Kiranya ini cara-Nya mengatakan bahwa Ia tidak membenci manusia walau mereka dikenai-Nya hukuman. Ia menunggu mereka selesai menjalani hukuman dan kembali ke Firdaus. Diamdiam Ia tetap menyertai manusia dalam ujud suara hati yang bisa didengarkan dan yang menuntun di jalan setapak kembali ke Firdaus lewat jalan lain yang tidak dihadang penjaga berpedang api. Ini bukan hasil angan-angan. Lihat yang terjadi di Golgota! Apa yang dilakukan suara hati si terhukum yang berdamai dengan diri sendiri itu? Si terhukum itu menemukan jalan kembali ke Firdaus, dan bukan sendirian, melainkan bersama dengan Yang Punya Kuasa – dengan Raja itu! Yang Mahakuasa itu punya seribu satu cara menggapai manusia yang kehilangan arah. Dan taruh kata manusia putus asa, mblungker dan Tuhan sendiri sudah mau mutung kehabisan akal, masih ada “pengurus kebun” yang tak takut memintakan kelonggaran. Perumpamaan ini pernah saya sampaikan dalam Luk 13:1-9. Kalian yang mendampingi orang percaya akan mendapat kekuatan luar biasa bila belajar dari ketekunan serta keberanian pengurus kebun itu. INRI Mungkin ada yang ingin tahu tentang tulisan di kayu salib yang disuruh pasang oleh Pilatus. Memang dari kami berempat hanya Oom Hans sajalah yang pernah melihatnya sendiri. Tapi karena bukunya baru terbit lama sesudah kami bertiga selesai menulis, kesaksiannya tidak sempat kami kutip. Ia mencatat begini (Yoh 19:19) “Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi” yang katanya “...ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani” (ayat 20). Latinnya sering kalian lihat: “Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum”, disingkat jadi INRI. Sumber Mark hanya memuat “Raja orang Yahudi” (Mrk 15:26). Tapi Mark juga menegaskan, Yesus disalibkan karena ia Raja orang Yahudi. Matt mengikuti Mark dan membuat kalimatnya lebih terang dengan menyebut nama Yesus: “Inilah Yesus, raja orang Yahudi” (Mat 27:37). Semaksud dengan mereka, saya menyampaikannya sebagai “Inilah raja orang Yahudi” (Luk 23:38). Catatan kami bertiga pada dasarnya cocok dengan yang dilihat dan diingat oleh Oom Hans. Jadi kami berempat melaporkan bahwa tulisan yang disuruh pasang oleh Pilatus itu menandai siapa yang disalib di situ, yakni raja orang Yahudi, dan itulah alasannya ia disalibkan. Tulisan itu bukan dimaksud untuk menghina orang Yahudi, bukan pula untuk melecehkan Yesus seperti disangka beberapa penafsir. Pilatus tak butuh mengolok-olok. Ia mau menandaskan bahwa ia punya wewenang mensahkan hukuman bagi raja orang Yahudi, bukan orang yang diaku-akukan demikian. Pilatus tetap pada putusannya itu ketika imam-imam kepala Yahudi, seperti diingat Oom Hans, sia-sia mendesak agar rumusan tulisan itu diubah menjadi “Ia mengatakan: Akulah Raja orang Yahudi” (Yoh 19:21). Pilatus tegas, “Yang sudah kutulis tetap tertulis!” PAMITAN Rekan-rekan yang baik, dengan ini saya juga mau minta diri pamitan. Setahun genap saya bertamu di ruang Alkitab. Tahun ini menyenangkan, antara lain karena sering diundang ke Roma makan minum di Biblicum. Terkenang kembali tahun-tahun menunggui Paul keluar masuk bui kena perkara politik, juga sampai saat-saat terakhir hidupnya. Apartemen saya dahulu bagian rumah Linus yang pernah dipakai Simon Petrus bersama asistennya, Mark, yang HALAMAN 9 pindah ke Roma dari Yerusalem. Sepeninggal Simon Petrus, Mark membuat diktat ringkas yang beredar awal tahun 70-an di kalangan mereka yang penasaran ingin kenal siapa Yesus. Dalam jangka 10 tahun setelah itu bermunculan beberapa bahan lain. Atas permintaan Sir Theophilus, bangsawan yang gandrung ilmu ketuhanan itu, saya teliti kembali siapa Yesus itu dari dokumendokumen dan kesaksian orang-orang tua. Semuanya saya olah kembali menjadi sebuah narasi supaya gampang ditangkap, sambil tetap memanfaatkan pokok-pokok yang kalian kenal dari tulisan Mark yang cekak aos itu. Garis besarnya sudah saya singgung dalam surat perkenalan beberapa waktu yang lalu. Beberapa tahun sebelum saya, hal serupa dikerjakan pula oleh Matt. Tapi ia lebih banyak menyusun kembali catatan Mark serta meluaskannya, biasanya dengan menyertakan bahan-bahan baru sambil menunjukkan hubungannya dengan Kitab Suci orang Yahudi. Gus akan menjelaskan selebihnya nanti. Hari-hari ini ia pergi rapat di Bologna, lalu katanya akan ikut pertemuan di Venezia sambil tengok Mark di sana dan pulangnya mau mampir Padua menziarahi ke relikui saya! Kata orang, ada juga saya di Praha. Malah tanpa mengajak bicara saya sendiri, satu tim ahli kedokteran, sejarah, dan teolog (!) memutuskan berdasarkan penelitian dari th. 1998 hingga awal th. 2004, bahwa kepala yang ada di Praha itu cocok bila dipasangkan di badan yang ada di Padua dan diperkirakan berasal individu yang sama, namanya “Loukas” seperti tertera di petinya, usia sekitar 84 tahun, jarang sakit kecuali encok tulang punggung di usia tua. Siapa itu ya? Jangan-jangan memang saya! Tapi mengapa mereka samasekali tidak bicara mengenai Luculius, kawan setia yang selalu digambar bersama saya? Luculius itu lembu yang bertahun-tahun menarik gerobak saya. Dia pensiun ketika tidak kuat lagi naik tanjakan dan mesti didorong beramai-ramai bersama anak-anak di jalanan. Sehabis ngos-ngosan begitu, kami istirahat dan anak-anak itu minta upah diceritain tentang zaman dulu. Sebagian dari cerita-cerita itu kemudian jadi Kisah Para Rasul. Anak-anak itu senang dengar Paulus menang sihir-sihiran melawan Elimas (Kis 13:6-12), mereka menikmati cerita mengenai tujuh dukun yang dihajar kapok dan ditelanjangi orang kerasukan setan (19:13-20), dan terharu oleh kisah tentang Eutikhus, remaja yang jatuh dari lantai ketiga karena tertidur sewaktu Paulus berkhotbah tapi syukur Paulus menghidupkannya kembali (20:7-12). Luculius tua ini kemudian lebih suka duduk seharian memamah biak dan menemani saya menulis. Ada yang tanya apa Luculius membisiki tentang orok yang terbungkus kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk 2:7) milik turun temurun keluarganya! Agak berlebihan juga fantasi beberapa pelukis bahwa Luculius punya sayap dan dulu suka menerbangkan saya pulang pergi Roma-Yerusalem riset buat jilid satu saya. Ah, Luculius, lembu tuaku itu! Selama saya bepergian, ia tinggal bersama anak cucunya di ranch milik benefaktor kami, Sir Theophilus, yang mengira di Roma sini naikan saya bebek Jepang atau kodok Jerman sampai Luculius terpingkal-pingkal. Rekan saya Matt sudah berjanji menyertai kalian mulai Adven nanti. Ia itu lagaknya kayak guru bila menjelaskan, serba teratur, terencana jauh-jauh, dakik-dakik, ngutip PL sana sini seperti kaum sarjana. Pasti ia akan tuntas mengutarakan hal-hal yang belum sempat saya jelaskan. Mudah-mudahan pula Gus masih bisa membantu. Dan kalian akan tetap saya ingat dalam pembicaraan Berssambung ke halaman 11, NOPEMBER 2016/NO.293 HALAMAN 10 The Habit of Thanking hen we are the recipients of another’s sharing, it is very important to be explicitly grateful. We have just received an important and valuable gift: part of another human being and another human life. Consequently, we should practice the habit of thanking others for their self-disclosure and for their trust in us. W When self-disclosure is an obvious risk (the confiding of a deep and dark secret), gratitude comes most easily. It is likewise pleasant and easy to acknowledge a selfdisclosure that affirms us and our worth. It gets a bit more difficult when the sharer offer to take us into the valleys of his or her sadness or depression. It is also difficult to feel grateful when others share with us their problems, personal labyrinths that seem to have no exit. The situation is which it is the most difficult to be openly grateful, I would think, is one created by a self-disclosure that is directly or indirectly critical of us. Yet most of us know how hard it is to express our negative reactions. When someone does bring up an issue that implies some failure on our part or some negative reaction to our persons, we can be sure that this person has probably had to work up extra courage to share these negative-type feelings. It is therefore especially important for us to be explicitly grateful for such a sharing. If I do think of you as a gift to be given and if I do think of your sharing with me as the giving of that gift, I will certainly want to thank you. In addition to the contents of your sharing, you also give me your trust. I could react badly, looking hurt and angry or expressing disappointment in me. I might even refuse to listen to your sharing. Yet in sharing yourself you hold out your offering in uncertain, trembling hands. Thank-you, thank-you, thank-you. From: Will The Real Me Please Stand Up? by Fr. John Powell “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Tim 4:7) Telah berpulang ke rumah Bapa di surga: Bp. Karel Liem (82 tahun) Tutup usia di Mississauga, 31 Oktober 2016 Istri: Annie Liem Anak: Alm. Eka Liem Bp. Andre So Poo Giap (88 tahun) Tutup usia di Mississauga, 8 November 2016 Istri: Patricia Oei Giok Yong Anak & Menantu: Christopher So & Stephanie Hebb Cucu-cucu: Rebecca and Jessica Bp. Yohanes Tasrim Herman (79 tahun) Tutup usia di Jakarta, 8 November 2016 Istri: Katarina Guntirta Gunawan Anak / Menantu: Regine / Richard Winkler Hera / Jason Landry — Kitchener Murniyati / Luigi Wiranda Subianto Herman Cucu-cucu: Aurelia Herman, Ryo Herman, Bryan Wiranda, Lynn Wiranda,Dinda Winkler, Nadia Winkler, Nathalie Landry Ibu Veronica Sulastini (64 tahun) Tutup usia di Jakarta, 15 November 2016 Anak / Menantu: Monica D M Sari / Aloysius K. Danarto (Canada) Melania D T Hatmani / Rio N Surnyaman (Bali) Maria D Anggraini / Agustinus A Sudiarto (Bekasi) Beserta para cucu dan keluarga besar Pengurus dan Keluarga besar UKI - Toronto menyatakan rasa duka yang mendalam. Semoga Tuhan memberikan pengampunan dan kedamaian abadi bagi Almarhumah, serta kekuatan dan penghiburan bagi seluruh keluarga yang ditinggalkan. Sambungan dari halaman 9, dengan Oom Hans, Oma Miryam, dan Mbak-mbak Martha dan Maria serta kawan-kawan lain. Mudahmudahan bagi kalian kami juga bukan hanya serangkaian huruf yang tercetak dalam Alkitab. Selamat tinggal, Luc Senior Day UKI, 23 Oktober 2016