Diabetes Mellitus Tipe 2 Dan Hipertensi Tahap 2 pada Pria Lansia

advertisement
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansia
denganPolaMakanyangTidakSehat
DebyAyuza
FakultasKedokteran,UniversitasLampung
Abstrak
Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat seiring makin bertambahnya penderita hipertensi dan
penyakit jantung. Menurut survei yang dilakukan Wold Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi8,6%daritotalpenduduk,diperkirakanpadatahun2025terdapat12,4jutapengidapdiabetes.Sedangkandari
data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penerapan pelayanan dokter keluarga yang berbasis Evidence-Based Medicine
(EBM)pasienDMtipe2danhipertensistage2padaprialansiadenganpolamakanyangtidaksehatdanidentifikasifaktor
resiko dan klinis serta penatalaksanaan berdasarkan patient centered dan family approach. Seorang laki-laki 65 tahun
dengandiagnosisDMtipe2danhipertensistage2atasdasaranamnesis,pemeriksaanfisik,danpemeriksaanpenunjang
serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi untuk melakukan terapi
nonfarmakologis. Perlu upaya meningkatkan kesadaran dan tekad untuk melakukan pengelolaan penyakit DM dan
hipertensidengansepenuhnyasehinggatujuandaripengelolaanitusendiridapattercapai.
KataKunci:diabetesmelitus,hipertensi,pelayanandokterkeluarga
Type2DiabetesMellitusAndStage2Hypertension
InElderlyManWithUnhealthyDietPatterns
Abstract
The number of diabetics in Indonesia every year up along increasingly increase in patients with hypertension and heart
disease. According to a survey conducted by World Health Organization (WHO), Indonesia is the 4th largest number of
patientswithdiabetesmellitus(DM)intheworldafterIndia,ChinaandUnitedStates.Withtheprevalenceof8.6%oftotal
population, it is estimated that by 2025 there are 12.4 million people living with diabetes. Meanwhile, the data from
departmentofhealthshowedthenumberofinpatientandoutpatientdiabetespatientsatthehospitalrankedfirstofall
theendocrinedisease.ApplicationoffamilydoctorservicesbasedEvidenceBasedMedicine(EBM)patientstype2DMand
stage 2 hypertension in the elderly man with unhealthy diet patterns and identification of risk factors and clinical and
treatmentbasedonthepatientandfamilycenteredapproach.A65yearsoldmandiagnosedtype2diabetesmellitusand
stage2hypertensionbasedonanamnesis,physicalexamination,supportingandexaminationaswellasalreadymanaged
by the provision of pharmacology therapy, education and motivation to do nonpharmacology therapy. Need a
consciousnessanddeterminationraisingtoperformtheholisticmanagementofDMandhypertensionsothepurposeof
themanagementcanbeachieved.
Keywords:diabetesmellitus,familydoctorservice,hypertension
Korespodensi:DebyAyuza,S.Ked,alamatjln.dr.Harun2,Gg.MaleoblokC6A,TanjungKarangTimur-BandarLampung,HP
08117909191,[email protected]
Pendahuluan
HipertensidanDMadalahduapenyakit
yangmemilikikaitansangaterat.Duakeadaan
ini adalah masalah yang membutuhkan
pengelolaan yang tepat dan seksama.
Hipertensi tidak hanya menyebabkan
serangan jantung, gagal jantung dan stroke,
tetapi dalam banyak kasus sering
menimbulkan adanya penyakit DM baru.
Untuk menghindari kemungkinan terkena
diabetes, para penderita hipertensi diminta
menjaga tekanan darahnya dengan menjaga
berat badan, kadar gula darah, kadar
trigliserid dalam darah, dan kadar High
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|22
Density Lipoprotein (HDL).1 Jumlah penderita
diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat
seiring makin bertambahnya penderita
hipertensi dan penyakit jantung. Menurut
survei yang dilakukan WHO, Indonesia
menempati urutan ke-4 dengan jumlah
penderitaDMterbesardiduniasetelahIndia,
Cina dan Amerika Serikat. Tingkat prevalensi
mencapai 8,6% dari total penduduk dan
diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4
juta pengidap diabetes.2 Sedangkan dari data
Departemen Kesehatan, jumlah pasien
diabetes rawat inap maupun rawat jalan di
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
rumah sakit menempati urutan pertama dari
seluruhpenyakitendokrin.3
Perubahan pola makan menjurus ke
sajian siap santap yang mengandung lemak,
protein, dan garam tinggi tapi rendah serat
pangan(dietaryfiber),membawakonsekuensi
terhadap
berkembangnya
penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung, DM,
kanker,osteoporosis,danhipertensi.3
Prevalensi DM semakin tahun semakin
meningkat terutama pada kelompok yang
berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM
diantaranya yaitu kelompok usia dewasa tua
(>40 tahun), kegemukan, tekanan darah
tinggi,riwayatkeluargaDM,dandislipidemia.
Pengobatan DM meliputi minum obat, diet
danolahragateratur.Jikamasihdapatdiatasi
dengandietrendahkarbohidratdanolahraga,
pasiendapattidakmenggunakanterapiobat.4
Untuk mengurangi risiko kematian dan
mengurangibiayapengobatanDM,diperlukan
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
secara primer maupun sekunder. Pencegahan
sekunder merupakan tindakan pencegahan
terjadinyakomplikasiakutmaupunkomplikasi
jangka panjang pada penderita DM. Pada
pencegahan sekunder, penyuluhan kepada
pasiendankeluarganyatentangperilakusehat
dan berbagai hal mengenai penatalaksanaan
dan pencegahan komplikasi DM sangat
diperlukan.5
Diabetes melitus dan hipertensi adalah
penyakitmenahunyangakandideritaseumur
hidup, sehingga yang berperan dalam
pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat
dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi
keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya.
Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya
akan sangat membantu meningkatkan
keikutsertaan
mereka
dalam
usaha
memperbaiki hasil pengelolaan DM dan
hipertensi.1,6
Sampai saat ini hipertensi masih tetap
menjadimasalahkarenabeberapahal,antara
lain meningkatnya prevalensi hipertensi,
masih banyaknya pasien hipertensi yang
belum mendapat pengobatan maupun yang
sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target, serta adanya penyakit
penyerta dan komplikasi yang dapat
meningkatkanmorbiditasdanmortalitas.7
Pada akhir abad 20, penyakit jantung
dan pembuluh darah menjadi penyebab
utama kematian di negara maju dan negara
berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah
di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data
kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar
16,7%.7 Faktor resiko utama penyakit jantung
dan pembuluh darah adalah hipertensi, di
samping hiperkolesterolemia dan DM.
Pengendalian
hipertensi
juga
belum
memuaskan, bahkan di banyak negara
pengendaliantekanandarahhanya8%karena
menyangkut banyak faktor baik dari
penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan
maupun pelayanan kesehatan.8 Oleh karena
itubutuhpenatalaksanaansecaramenyeluruh
terhadap kedua penyakit ini untuk mencegah
komplikasilebihlanjut.
Kasus
Tn.K,pria,65tahun,seorangpensiunan
dengan tujuh orang anak, datang ke
Puskesmas pada 28 Maret 2015 dengan
keluhan badan mudah capai, pusing,
kesemutan, dan rasa baal pada kulit. Keluhan
tersebut dirasakan sejak beberapa tahun
terakhir. Kunjungannya ke Puskesmas kali ini
adalah untuk pengobatan rutin penyakit
kencing manis yang dialaminya sejak 5 tahun
yang lalu. Saat itu pasien mengaku tidak
mengalami keluhan yang berarti seperti
banyak minum, banyak kencing, dan nafsu
makannyapunbiasasaja.Pasienhanyasering
mengalami kesemutan dan pusing hilang
timbul.
Pasien pernah mengalami kecelakaan
lalu lintas dan sempat dirawat di rumah sakit
dan saat itulah pasien diberitahu petugas
rumahsakitbahwapasienmengalamiDMsaat
hasil laboratoriumnya keluar dengan hasil
kadar gula darah 250 mg/dl. Oleh dokter,
pasien disarankan untuk mengubah pola
makan dan olahraga secara teratur tanpa
diberi obat. Merasa khawatir karena kadar
gula darahnya tinggi dan dengan keluhan
sering kesemutan dan pusing yang hilang
timbul, pasien berobat ke Puskesmas dan
dilakukan pemeriksaan kadar Glukosa Darah
Sewaktudenganhasil350mg/dl.
Pasien didiagnosis DM dan diberikan
obat minum 1 kali sehari, mendapat
penyuluhan dari bagian gizi mengenai pola
makan (diet) bagi pasien DM, dianjurkan
untukberolahragasecarateratur,dankontrol
kembali bila obat habis. Selama 2 tahun
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|23
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
terakhir pasien mengaku teratur minum obat
setiap hari namun belum dapat menerapkan
sepenuhnya pola makan yang dianjurkan
karena pasien masih merasa kurang mengerti
mengenai jenis makanan apa saja yang boleh
dan tidak boleh ia makan, jumlah makanan,
jadwalmakandanlain-lain.
Menurut pasien sejak kecil ia memang
mempunyai kebiasaan makan makanan tinggi
lemak dan tidak menyukai makanan berserat
seperti buah dan sayur. Hampir setiap hari
pasienmengkonsumsimakananyangdibelidi
luar. Pola makan yang seperti itu tidak
diimbangi dengan kegiatan olahraga. Tinggi
badan pasien 170 cm, berat badan sebelum
sakitDM±70Kg,beratbadansaatini63Kg.
Pasien juga menderita penyakit
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Namun,
pasien tidak minum obat antihipertensi dan
tidak pernah memeriksakan tekanan
darahnya. Pasien sering mengeluh sakit
kepala, jantung berdebar-debar, mual dan
leher terasa berat. Keluhan tersebut timbul
bila pasien sedang stres. Sejak 2 tahun
terakhir pasien sudah minum obat
antihipertensi setiap hari dan rutin
memeriksakantekanandarahnya.
Riwayat
pemakaian
obat-obatan
kortikosteroid disangkal. Riwayat merokok
dan minum minuman alkohol disangkal.
Riwayat berolahraga teratur setiap hari
disangkal. Riwayat keluarga didapatkan ayah
pasien juga menderita DM. Istri pasien yang
berusia lebih tua dari pasien juga sudah tidak
terlalu kuat lagi untuk membantu kesehatan
pasien karena sering merasa mudah capai,
lemas serta pendengarannya sedikit
berkurang.Ny.Lterkadangbersamaandengan
pasien, Tn.K, berkunjung ke puskesmas untuk
memeriksakan kesehatannya. Akses dari
rumahpasienkePuskesmascukupdekatyaitu
30 meter. Pasien menggunakan kendaraan
pribadi dan biasanya sering ditemani oleh
anaknya ke Puskesmas tanpa harus berjalan
kaki.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
keadaaan umum tampak sakit sedang, suhu
36,3 oC, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi
83x/menit, nafas 16 x/menit, berat badan 63
kg, tinggi badan 165 cm, status gizi Indeks
MassaTubuh(IMT)23,14kg/m2.
Kepala,mata,hidung, dan mulutdalam
batas normal. Regio coli, thoraks, abdomen
dan ekstremitas tidak ditemukan adanya
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|24
kelainan. Status neurologis dalam batas
normal dengan kekuatan motorik 5 pada
seluruhekstremitasdansensoriknormoestesi.
Pemeriksaan gula darah puasa adalah 144
mg/dl.
Pasien didiagnosa dengan DM Tipe 2
dengan Hipertensi stage 2. Tatalaksana
farmakologisyangdiberikanadalahAmlodipin
3x25 mg dan Glucodex 1x80 mg. Tatalaksana
nonfarmakologis meliputi edukasi mengenai
anjuranpolamakandanolahraga.
Pembahasan
Telah dilakukan pembinaan kepada
pasien Tn.K sebagai bentuk pelayanan
kedokteran keluarga yang berusia 65 tahun
beserta keluarganya, dimana pada usia
tersebut maka Tn.K telah dikategorikan usia
lanjut.9
Bersamaan dengan pertambahan usia,
lansia mengalami kemunduran fisik dan
mental
yang
menimbulkan
banyak
konsekuensi. Tekanan darah akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini
berhubungandenganberkurangnyaelastisitas
pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan
semakin kaku, sehingga tahanan pada arteri
akan semakin besar dan meningkatkan
tekanandarah.8
Pada masa lansia, kondisi fisik
seseorangtelahmengalamipenurunan.Halini
menyebabkan seseorang dengan usia lanjut
rentan terhadap penyakit khususnya penyakit
kronis seperti hipertensi.10 Kemajuan proses
penyakit mengancam kemandirian dan
kualitas
hidup
dengan
mambebani
kemampuan melakukan perawatan personal
dan aktivitas sehari-hari. Kemampuan dan
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-haridapatdiukurdenganmenggunakan
indeks Katz, indeks Barthel, Kenny self-care
danindeksactivitydailyliving(ADL).Indeksini
digunakan mengukur tingkat keparahan
penyakit kronis dan untuk mengevaluasi
keefektifan program pengobatan. ADL juga
digunakan untuk memberikan informasi
prediktif tentang perjalanan penyakit
tertentu.11
Mengacu pada indeks instrumental ADL
tersebut maka pada Tn. K disimpulkan tidak
mengalami masalah dalam basic ADLnya. Hal
inidapatterlihatdengankemampuanaktivitas
keseharian Tn. K sebagai pensiunan yang
tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
beberapa diantaranya sudah bekerja serta
dapat
menghidupi
dirinya.
Ketika
memeriksakan diri ke Puskesmas Rawat Inap
Simpur, Tn. K datang karena selalu merasa
kesemutanyanghilangtimbulterus-menerus,
mudah lelah dan pusing, serta ingin kontrol
tekanan darah dan gula darahnya. Ia
mengetahui bahwa ia menderita darah tinggi
dandiabetessejak5tahunyanglaludanmulai
rutinberobatsejak2tahunyanglalu,ketikaia
merasaseringkesemutandanpusingtiba-tiba.
Menurut pasien, pada saat 5 tahun yang lalu
pasien mengalami kecelakaan dan diberitahu
bahwadirinyamemilikiguladarahsertadarah
tinggi. Saat datang ke Puskesmas, pada bulan
Agustus 2013 keluhan kesemutan dan pusing
seringmunculsertaseringinginberkemihdan
sering merasa haus. Pasien bisa beraktivitas
dengan baik saat ini. Berdasarkan anamnesis
tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalamidiabetesdanhipertensi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
penurunanberatbadandari70kgmenjadi63
kg, tekanan darah pasien adalah 170/100
mmHg, termasuk dalam hipertensi stage 2
menurut Joint National Committee (JNC) 8.
Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan gula
darah puasa dengan hasil 144 mg/dl, dimana
pasien memiliki diabetes tipe 2. Setelah
adanya kesepakatan dengan pasien untuk
dilakukan pembinaan, pasien pulang dengan
membawa obat diabetes dan hipertensi yang
rutindikonsumsinya.
Pelaksanaan pembinaan pada pasien
ini dilakukan dengan mengintervensi pasien
beserta keluarga sebanyak 3 kali, dimana
dilakukan kunjungan ke rumah pertama pada
tanggal 31 Maret 2015. Hal yang dilakukan
yaitu berkenalan dengan pasien dan
keluarganya serta meminta izin untuk
dilakukan pembinaan. Kunjungan ini juga
dilanjutkan dengan melakukan anamnesis
secara keseluruhan kepada pasien dan
anggotakeluarganya.Berdasarkanpertemuan
pertama maka diketahui bahwa pasien
terkena diabetes dan hipertensi dikarenakan
adanya faktor keturunan dari ayah pasien
yangmenderitadiabetesjugadangayahidup
saat muda, dimana pada saat muda pasien
sangatseringmengonsumsigaramsertatidak
bisalepasdenganminumkopiyangseharinya
bisa sampai 2-3 gelas. Hal ini membuktikan
bahwa penyakit diabetes dapat diturunkan
olehsalahsatukeluargayangtelahmenderita
sebelumnya dan penyakit hipertensi memiliki
faktor resiko yang terbagi menjadi faktor
resikoyangtidakdapatdimodifikasidanfaktor
resiko dapat dimodifikasi, dimana konsumsi
makanan merupakan salah satu faktor risiko
pasien yang dapat dimodifikasi, serta faktor
usia juga mempengaruhi rentannya terhadap
penyakit-penyakit.8,12,13
Danjuga,padakunjunganpertamaini
dilakukan anamnesis lebih mendalam
terhadap pasien dan keluarga sehingga
ditemukan beberapa keluhan dan pernyataan
tambahan dari istri pasien yang sering lemas,
mudah capai serta pendengarannya yang
sudahberkurang.
Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristikhiperglikemiayangterjadikarena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. WHO sebelumnya telah
merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu
yang tidak dapat dituangkan dalam satu
jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi
akibat dari sejumlah faktor. WHO
mengklasifikasikan penderita DM dalam lima
golongan klinis, yaitu DM tergantung insulin
(Insulin-Dependent Diabetes Mellitus =
IDDM), DM tidak tergantung insulin (NonInsulin-Dependent
Diabetes
Mellitus=
NIDDM), DM berkaitan dengan malnutrisi
(Malnutrition Related Diabetes Mellitus =
MRDM), DM karena toleransi glukosa
terganggu (Indeks Glukosa Terganggu = IGT),
dan DM karena kehamilan (Gestasional
Diabetes Mellitus = GDM). Di Indonesia, yang
terbanyakadalahDMtidaktergantunginsulin.
DMjenisinibarumunculpadausiadiatas40
tahun. DM tidak tergantung insulin
disebabkan oleh gaya hidup dan pola
konsumsiyangtidaksehatselainkarenafaktor
keturunan seperti yang diderita oleh pasien
ini.14
Diagnosis klinis DM umumnya akan
dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain yang mungkin
dikemukakan
pasien
adalah
lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
pasienwanita.Jikakeluhankhas,pemeriksaan
glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl sudah
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|25
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
cukupuntukmenegakkandiagnosisDM.Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥126
mg/dljugadigunakanuntukpatokandiagnosis
DM.UntukkelompoktanpakeluhankhasDM,
hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru
satu kali saja abnormal, belum cukup kuat
untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan
pemastian lebih lanjut dengan mendapat
sekalilagiangkaabnormal,baikkadarglukosa
darahpuasa≥126mg/dl,kadarglukosadarah
sewaktu≥200mg/dlpadahariyanglain,atau
dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO)
didapatkan kadar glukosa darah pasca
pembedahan ≥200 mg/dl.4,15 Pasien juga
seringmerasainginberkemih(poliuria),sering
haus (polidipsia), adanya penurunan berat
badan dari 70 kg menjadi 63 kg, serta gula
darahpuasanya144mg/dl.
Hipertensi juga merupakan faktor
risiko penting untuk penyakit kardiovaskular
yang dapat dicegah. Modifikasi gaya hidup
menjadi kunci utama pencegahan dan
penanganan hipertensi. Gaya hidup telah
diketahui berkaitan dengan penyakit
kardiovaskular yang lebih tinggi sehingga
manajemen gaya hidup dianjurkan sebagai
salah satu intervensinya. Semua yang
dilakukan oleh pasien di atas, baik
mengkonsumsi garam atau kopi dapat
meningkatkantekanandarahnya.16-18
Lansia, ditambah lagi dengan faktor
bahwa seorang lansia menderita penyakit
kronis seperti hipertensi, jauh lebih rentan
terkena depresi karena telah memasuki fase
hidup terakhirnya. Sebuah kuisioner
berjumlah 30 item yang dikenal sebagai
Geriatric Depression Scale, dapat digunakan
untuk mengetahui apakah seorang lansia
menderitadepresiatautidak.19
Dilakukan juga anamnesis terhadap
istri pasien, dan didapati keluhan-keluhan
lansia seperti mudah lelah dan lemas. Istri
pasien juga mengaku pendengarannya sedikit
berkurang. Ia jarang untuk kontrol ke
puskesmasuntukkesehatannya.
Selanjutnya, dilakukan kunjungan
kedua pada tanggal 5 April 2015, dimana
dilakukan intervensi. Sebelum melakukan
intervensi, pertama terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan fisik. Pada kunjungan kedua
tekanan darah pasien adalah 160/100 mmHg,
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|26
masih sama saat kunjungan pertama. Hal ini
menunjukkan bahwa menurut JNC 8, pasien
belum mencapai target. Dimana targetnya
untuksemuausiapenderitahipertensidengan
diabetes adalah tekanan darah sitolik ≤140
mmHg dan tekanan darah diastolik ≤90
mmHg.20,21 Pasien mengaku teratur kontrol
dan minum obat, tetapi kurang mengubah
pola makannya sehingga tekanan darahnya
hanyasedikitmenurun.
Maka, salah satu intervensi yang
dilakukan
adalah
edukasi
tentang
pengetahuan mengenai cara-cara modifikasi
gaya hidup terhadap Tn. K untuk membantu
menurunkan tekanan darah. Edukasi yang
diberikan berupa cara mengontrol tekanan
darah, makanan yang perlu dihindari untuk
mengontrol hipertensi, dan pentingnya
pemeriksaan
tekanan
darah
dan
mengendalikannya dengan obat. Merokok
juga menjadi faktor risiko yang mampu
memperberat hipertensi. Selain itu konsumsi
alkohol, aktivitas fisik rendah dan sindrom
metabolik juga akan memperberat. Di
samping itu, dijelaskan juga komplikasi dari
hipertensi, salah satunya adalah Hypertensive
heartdisease.Dijelaskanjugakomplikasiyang
lainnya yang mungkin terjadi apabila pasien
tidak memodifikasi gaya hidup, yaitu
dislipidemia,strokedangagaljantung.22-24
Pada kunjungan ketiga tertanggal 10
April2015,dilakukanevaluasi.Tekanandarah
pasien tetap 160/90 mmHg, yang
menunjukkan bahwa hipertensinya sudah
cukup terkendali, walau belum mencapai
target. Dapat dipertimbangkan untuk
menggunakan terapi kombinasi, seperti
kombinasi obat golongan calcium-channel
blocker seperti amlodipin dengan Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) Inhibitor seperti
captopril. Obat anti hipertensi golongan CCB
dan ACE Inhibitor merupakan kombinasi yang
tepat pada penderita hipertensi dan
diabetes.25
Selain itu pasien juga dilihat kadar
gulapuasanyakembaliyaitu149mg/dl.Kadar
gula pasien juga masih tinggi, karena itu
diberikan obat golongan sulfonilurea yaitu
glucodex sebagai perangsang sekresi insulin.
Dimana
juga
dapat
meningkatkan
metabolisme
glukosa
pada
tingkat
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
21
Gambar1.AlgoritmaManajemenHipertensiDenganAtauTanpaKomplikasi.
perifer dan adanya memicu post receptor
pathways.
Dengan
demikian
dapat
memperbaiki kontrol glikemia selama 24 jam.
Selain itu juga sebagai kombinasi terapi pada
pasien ini yang kurang responsif terhadap
terapi tunggal sulfonilurea, maka diberikan
jugametformin.25
Padakunjunganketiga,pasienmengaku
jugasudahmulaimengurangimakanangaram
dan gula. Ia mulai sering mengonsumsi
makanan yang dimasak di rumah, dan tidak
asal-asalan makan yang enak. Ia juga
mengatakan bahwa mulai mengurangi kopi
sehari hanya satu gelas dan tidak setiap hari
lagi serta mulai berolahraga saat pagi hari.
Dalam kunjungan kali ini tetap dilakukan
motivasi kepada pasien dan keluarganya. Hal
ini dilakukan agar pasien dan keluarga
mengerti tentang penyakit yang diderita oleh
salah satu anggota keluarganya, sehingga
meningkatkan kualitas hidup pasien dan
anggotakeluargalainnya.
Simpulan
Telah ditegakkan diagnosis DM tipe 2
dan hipertensi stage 2 pada Tn.K 65 tahun
atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan
penunjang
serta
telah
ditatalaksana dengan pemberian terapi
medikamentosa, edukasi, dan motivasi untuk
melakukanterapinonfarmakologis.Pasiendan
keluarganya telah mengetahui bahwa resiko
komplikasi dan kematian akibat DM dan
hipertensi dapat diturunkan dengan
melakukan pengelolaan yang baik terhadap
penyakitDMdanhipertensiitusendiri.Pasien
sudah mencoba menerapkan pola makan
sesuaidenganterapigizimedispasienDMdan
hipertensi namun belum sepenuhnya dan
pasien juga telah melakukan latihan jasmani
berupa jalan biasa setiap pagi selama ± 30
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|27
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
menit. Keluarga telah ikut berperan serta
dalam upaya pengelolaan penyakit DM dan
hipertensiyangdideritapasien.
DAFTARPUSTAKA
1. Pengstari U, Darwin D, Estiana L. Pola
pengobatan pada pasien dengan diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Raden Mattaher
Jambi. J Sains dan Teknologi Farmasi.
2011;16(2):189-96.
2. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat
Jenderal
Departemen
Kesehatan.
Hipertensi penyebab utama penyakit
jantung; 2007. [ diakses tanggal 30 Maret
2015].
Tersedia
dari:
http://www.tekanandarah.com/content/v
iew/23/9/
3. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia. Cegah hipertensi dengan pola
makan; 2008. [diakses tanggal 30 Maret
2015].
Tersedia
dari:
http://www.depkes.go.id/index.php?optio
n=articles&task=viewarticle&artid=20&Ite
mid=3
4. Suyono S. Diabetes melitus di indonesia
dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
III. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006.
5. Triaseka. Diabetes melitus; 2007. [diakses
tanggal 2015 Mar 30]. Tersedia dari:
http://www.spunge.org/~triaseka/index.p
hp?categoryid=20&p2_articleid=99
6. NilamsariWP.Studipenggunaanobatpada
penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
(penelitian pada penderita rawat inap di
ruang penyakit dalam RSU Dr.Soetomo
Surabaya) [skripsi]. Surabaya: Universitas
Airlangga;2007.
7. YogiantoroM.Hipertensiesensial.Dalam:
Buku ajar ilmu penyakit. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
DalamFKUI;2006.
8. Sarasaty.Faktor-faktoryangberhubungan
dengan hipertensi pada kelompok lanjut
usia di kelurahan sawah baru Kecamatan
Ciputat, Kota Tangerang Selatan tahun
2011 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
NegeriSyarifHidayatullah;2012.
9. World Health Organization [Internet].
Definition of an older or elderly person.
2015. [diakses tanggal 1 April 2015].
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|28
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Tersedia
dari:
http://www.who.int/healthinfo/survey/ag
eingdefnolder/en/
Herlinah L, Winarsih W, Rekawati E.
Hubungan dukungan keluarga dengan
perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi [skripsi]. Jakarta: Universitas
MuhammadiyahJakarta;2013.
Andi S. Penilaian keseimbangan dengan
aktivitas sehari-hari pada lansia [tesis].
Semarang : Fakultas Kedokteran
UniversitasDiponegoro;2005.
Yoga T. Hindari hipertensi, konsumsi
garam 1 sendok teh per hari [internet];
2009. [diakses tanggal 30 Maret 2015].
Tersediadari:http://www.depkes.go.id
Pranadji DK, Martianto DH, Subandriyo
VU. Perencanaan menu untuk penderita
gangguan diabetes melitus. Jakarta:
PenebarSwadaya;2002.
WHO, International Diabetes Federation
(IDF).Definitionanddiagnosisofdiabetes
mellitus and intermediate hyperglycemia.
Geneva:WHOPress;2006.
Bloomgarden ZT. Approaches to
treatment of type 2 diabetes. J Diabetes
Care.2008;31:1697-703.
Lambert M. AHA/ASA guidelines on
prevention of recurrent stroke. 2011.
[diakses tanggal: 2015 Mar 31]. Tersedia
dari:
http://stroke.ahajournals.org/cgi/content/
full/42/1/227
Mulyatno KC. Institute of tropical disease
(ITD). Surabaya:Universitas Airlangga;
2014.
Janice R, Couch S. Medical Nutrition
Therapy for cardiovascular disease.
Dalam: L Kathleen Mahan, Sylvia EscottStump, Editors. Krause’s food and
nutrition
therapy.
Edisi
ke-13.
Philadelphia:USA-SaundersElsivier;2012.
hlm.742.
Marc LG,dkk. Screening performance of
the geriatric depression scale (GDS-15) in
diverseelderlyhomecarepopulation.Arn
JGeriatrPsychiatr.2008;16(11):914-32.
Page MR. The JNC 8 hypertension
guidelines: an in-depth guide. AJMC.
2014. [disitasi 2015 April 14]. Tersedia
dari:
http://www.ajmc.com/journals/evidence
baseddiabetesmanagement/2014/januar
Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat
y-2014/the-jnc-8-hypertensionguidelinesan-in-depth-guide
21. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman
WC, Dennison-Himmelfarb C, Handler J,
et al. Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in
adults report from the panel members
appointed to the eighth joint national
committee (JNC 8). JAMA. 2014. [disitasi
2015 April 12]. Tersedia dari:
http://csc.cma.org.cn/attachment/20143
15/1394884955972.pdf
22. Palmer A. Tekanan darah tinggi. Jakarta:
Erlangga;2007.
23. WHO Expert Consultation. Appropriate
body-massindexforasianpopulationand
itsimplicationsforpolicyandintervention
strategies.TheLancet.2004;636:157-63.
24. Hedayati SS, Elsayed EF, Reilly RF. Nonpharmacologicalaspectsofbloodpressure
management: what are the data?Kidney
international.2011;79(10):1061-70.
25. Katzung,BetramG.Farmakologidasardan
klinik. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2010.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|29
Download