Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansia denganPolaMakanyangTidakSehat DebyAyuza FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat seiring makin bertambahnya penderita hipertensi dan penyakit jantung. Menurut survei yang dilakukan Wold Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi8,6%daritotalpenduduk,diperkirakanpadatahun2025terdapat12,4jutapengidapdiabetes.Sedangkandari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Penerapan pelayanan dokter keluarga yang berbasis Evidence-Based Medicine (EBM)pasienDMtipe2danhipertensistage2padaprialansiadenganpolamakanyangtidaksehatdanidentifikasifaktor resiko dan klinis serta penatalaksanaan berdasarkan patient centered dan family approach. Seorang laki-laki 65 tahun dengandiagnosisDMtipe2danhipertensistage2atasdasaranamnesis,pemeriksaanfisik,danpemeriksaanpenunjang serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi untuk melakukan terapi nonfarmakologis. Perlu upaya meningkatkan kesadaran dan tekad untuk melakukan pengelolaan penyakit DM dan hipertensidengansepenuhnyasehinggatujuandaripengelolaanitusendiridapattercapai. KataKunci:diabetesmelitus,hipertensi,pelayanandokterkeluarga Type2DiabetesMellitusAndStage2Hypertension InElderlyManWithUnhealthyDietPatterns Abstract The number of diabetics in Indonesia every year up along increasingly increase in patients with hypertension and heart disease. According to a survey conducted by World Health Organization (WHO), Indonesia is the 4th largest number of patientswithdiabetesmellitus(DM)intheworldafterIndia,ChinaandUnitedStates.Withtheprevalenceof8.6%oftotal population, it is estimated that by 2025 there are 12.4 million people living with diabetes. Meanwhile, the data from departmentofhealthshowedthenumberofinpatientandoutpatientdiabetespatientsatthehospitalrankedfirstofall theendocrinedisease.ApplicationoffamilydoctorservicesbasedEvidenceBasedMedicine(EBM)patientstype2DMand stage 2 hypertension in the elderly man with unhealthy diet patterns and identification of risk factors and clinical and treatmentbasedonthepatientandfamilycenteredapproach.A65yearsoldmandiagnosedtype2diabetesmellitusand stage2hypertensionbasedonanamnesis,physicalexamination,supportingandexaminationaswellasalreadymanaged by the provision of pharmacology therapy, education and motivation to do nonpharmacology therapy. Need a consciousnessanddeterminationraisingtoperformtheholisticmanagementofDMandhypertensionsothepurposeof themanagementcanbeachieved. Keywords:diabetesmellitus,familydoctorservice,hypertension Korespodensi:DebyAyuza,S.Ked,alamatjln.dr.Harun2,Gg.MaleoblokC6A,TanjungKarangTimur-BandarLampung,HP 08117909191,[email protected] Pendahuluan HipertensidanDMadalahduapenyakit yangmemilikikaitansangaterat.Duakeadaan ini adalah masalah yang membutuhkan pengelolaan yang tepat dan seksama. Hipertensi tidak hanya menyebabkan serangan jantung, gagal jantung dan stroke, tetapi dalam banyak kasus sering menimbulkan adanya penyakit DM baru. Untuk menghindari kemungkinan terkena diabetes, para penderita hipertensi diminta menjaga tekanan darahnya dengan menjaga berat badan, kadar gula darah, kadar trigliserid dalam darah, dan kadar High JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|22 Density Lipoprotein (HDL).1 Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat seiring makin bertambahnya penderita hipertensi dan penyakit jantung. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderitaDMterbesardiduniasetelahIndia, Cina dan Amerika Serikat. Tingkat prevalensi mencapai 8,6% dari total penduduk dan diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes.2 Sedangkan dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruhpenyakitendokrin.3 Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan(dietaryfiber),membawakonsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, DM, kanker,osteoporosis,danhipertensi.3 Prevalensi DM semakin tahun semakin meningkat terutama pada kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi,riwayatkeluargaDM,dandislipidemia. Pengobatan DM meliputi minum obat, diet danolahragateratur.Jikamasihdapatdiatasi dengandietrendahkarbohidratdanolahraga, pasiendapattidakmenggunakanterapiobat.4 Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangibiayapengobatanDM,diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer maupun sekunder. Pencegahan sekunder merupakan tindakan pencegahan terjadinyakomplikasiakutmaupunkomplikasi jangka panjang pada penderita DM. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan kepada pasiendankeluarganyatentangperilakusehat dan berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi DM sangat diperlukan.5 Diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakitmenahunyangakandideritaseumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan DM dan hipertensi.1,6 Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadimasalahkarenabeberapahal,antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkanmorbiditasdanmortalitas.7 Pada akhir abad 20, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%.7 Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi, di samping hiperkolesterolemia dan DM. Pengendalian hipertensi juga belum memuaskan, bahkan di banyak negara pengendaliantekanandarahhanya8%karena menyangkut banyak faktor baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan.8 Oleh karena itubutuhpenatalaksanaansecaramenyeluruh terhadap kedua penyakit ini untuk mencegah komplikasilebihlanjut. Kasus Tn.K,pria,65tahun,seorangpensiunan dengan tujuh orang anak, datang ke Puskesmas pada 28 Maret 2015 dengan keluhan badan mudah capai, pusing, kesemutan, dan rasa baal pada kulit. Keluhan tersebut dirasakan sejak beberapa tahun terakhir. Kunjungannya ke Puskesmas kali ini adalah untuk pengobatan rutin penyakit kencing manis yang dialaminya sejak 5 tahun yang lalu. Saat itu pasien mengaku tidak mengalami keluhan yang berarti seperti banyak minum, banyak kencing, dan nafsu makannyapunbiasasaja.Pasienhanyasering mengalami kesemutan dan pusing hilang timbul. Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas dan sempat dirawat di rumah sakit dan saat itulah pasien diberitahu petugas rumahsakitbahwapasienmengalamiDMsaat hasil laboratoriumnya keluar dengan hasil kadar gula darah 250 mg/dl. Oleh dokter, pasien disarankan untuk mengubah pola makan dan olahraga secara teratur tanpa diberi obat. Merasa khawatir karena kadar gula darahnya tinggi dan dengan keluhan sering kesemutan dan pusing yang hilang timbul, pasien berobat ke Puskesmas dan dilakukan pemeriksaan kadar Glukosa Darah Sewaktudenganhasil350mg/dl. Pasien didiagnosis DM dan diberikan obat minum 1 kali sehari, mendapat penyuluhan dari bagian gizi mengenai pola makan (diet) bagi pasien DM, dianjurkan untukberolahragasecarateratur,dankontrol kembali bila obat habis. Selama 2 tahun JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|23 Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat terakhir pasien mengaku teratur minum obat setiap hari namun belum dapat menerapkan sepenuhnya pola makan yang dianjurkan karena pasien masih merasa kurang mengerti mengenai jenis makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh ia makan, jumlah makanan, jadwalmakandanlain-lain. Menurut pasien sejak kecil ia memang mempunyai kebiasaan makan makanan tinggi lemak dan tidak menyukai makanan berserat seperti buah dan sayur. Hampir setiap hari pasienmengkonsumsimakananyangdibelidi luar. Pola makan yang seperti itu tidak diimbangi dengan kegiatan olahraga. Tinggi badan pasien 170 cm, berat badan sebelum sakitDM±70Kg,beratbadansaatini63Kg. Pasien juga menderita penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Namun, pasien tidak minum obat antihipertensi dan tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya. Pasien sering mengeluh sakit kepala, jantung berdebar-debar, mual dan leher terasa berat. Keluhan tersebut timbul bila pasien sedang stres. Sejak 2 tahun terakhir pasien sudah minum obat antihipertensi setiap hari dan rutin memeriksakantekanandarahnya. Riwayat pemakaian obat-obatan kortikosteroid disangkal. Riwayat merokok dan minum minuman alkohol disangkal. Riwayat berolahraga teratur setiap hari disangkal. Riwayat keluarga didapatkan ayah pasien juga menderita DM. Istri pasien yang berusia lebih tua dari pasien juga sudah tidak terlalu kuat lagi untuk membantu kesehatan pasien karena sering merasa mudah capai, lemas serta pendengarannya sedikit berkurang.Ny.Lterkadangbersamaandengan pasien, Tn.K, berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Akses dari rumahpasienkePuskesmascukupdekatyaitu 30 meter. Pasien menggunakan kendaraan pribadi dan biasanya sering ditemani oleh anaknya ke Puskesmas tanpa harus berjalan kaki. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaaan umum tampak sakit sedang, suhu 36,3 oC, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 83x/menit, nafas 16 x/menit, berat badan 63 kg, tinggi badan 165 cm, status gizi Indeks MassaTubuh(IMT)23,14kg/m2. Kepala,mata,hidung, dan mulutdalam batas normal. Regio coli, thoraks, abdomen dan ekstremitas tidak ditemukan adanya JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|24 kelainan. Status neurologis dalam batas normal dengan kekuatan motorik 5 pada seluruhekstremitasdansensoriknormoestesi. Pemeriksaan gula darah puasa adalah 144 mg/dl. Pasien didiagnosa dengan DM Tipe 2 dengan Hipertensi stage 2. Tatalaksana farmakologisyangdiberikanadalahAmlodipin 3x25 mg dan Glucodex 1x80 mg. Tatalaksana nonfarmakologis meliputi edukasi mengenai anjuranpolamakandanolahraga. Pembahasan Telah dilakukan pembinaan kepada pasien Tn.K sebagai bentuk pelayanan kedokteran keluarga yang berusia 65 tahun beserta keluarganya, dimana pada usia tersebut maka Tn.K telah dikategorikan usia lanjut.9 Bersamaan dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Tekanan darah akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini berhubungandenganberkurangnyaelastisitas pembuluh darah arteri. Dinding arteri akan semakin kaku, sehingga tahanan pada arteri akan semakin besar dan meningkatkan tekanandarah.8 Pada masa lansia, kondisi fisik seseorangtelahmengalamipenurunan.Halini menyebabkan seseorang dengan usia lanjut rentan terhadap penyakit khususnya penyakit kronis seperti hipertensi.10 Kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan mambebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari. Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-haridapatdiukurdenganmenggunakan indeks Katz, indeks Barthel, Kenny self-care danindeksactivitydailyliving(ADL).Indeksini digunakan mengukur tingkat keparahan penyakit kronis dan untuk mengevaluasi keefektifan program pengobatan. ADL juga digunakan untuk memberikan informasi prediktif tentang perjalanan penyakit tertentu.11 Mengacu pada indeks instrumental ADL tersebut maka pada Tn. K disimpulkan tidak mengalami masalah dalam basic ADLnya. Hal inidapatterlihatdengankemampuanaktivitas keseharian Tn. K sebagai pensiunan yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat beberapa diantaranya sudah bekerja serta dapat menghidupi dirinya. Ketika memeriksakan diri ke Puskesmas Rawat Inap Simpur, Tn. K datang karena selalu merasa kesemutanyanghilangtimbulterus-menerus, mudah lelah dan pusing, serta ingin kontrol tekanan darah dan gula darahnya. Ia mengetahui bahwa ia menderita darah tinggi dandiabetessejak5tahunyanglaludanmulai rutinberobatsejak2tahunyanglalu,ketikaia merasaseringkesemutandanpusingtiba-tiba. Menurut pasien, pada saat 5 tahun yang lalu pasien mengalami kecelakaan dan diberitahu bahwadirinyamemilikiguladarahsertadarah tinggi. Saat datang ke Puskesmas, pada bulan Agustus 2013 keluhan kesemutan dan pusing seringmunculsertaseringinginberkemihdan sering merasa haus. Pasien bisa beraktivitas dengan baik saat ini. Berdasarkan anamnesis tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalamidiabetesdanhipertensi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan penurunanberatbadandari70kgmenjadi63 kg, tekanan darah pasien adalah 170/100 mmHg, termasuk dalam hipertensi stage 2 menurut Joint National Committee (JNC) 8. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 144 mg/dl, dimana pasien memiliki diabetes tipe 2. Setelah adanya kesepakatan dengan pasien untuk dilakukan pembinaan, pasien pulang dengan membawa obat diabetes dan hipertensi yang rutindikonsumsinya. Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini dilakukan dengan mengintervensi pasien beserta keluarga sebanyak 3 kali, dimana dilakukan kunjungan ke rumah pertama pada tanggal 31 Maret 2015. Hal yang dilakukan yaitu berkenalan dengan pasien dan keluarganya serta meminta izin untuk dilakukan pembinaan. Kunjungan ini juga dilanjutkan dengan melakukan anamnesis secara keseluruhan kepada pasien dan anggotakeluarganya.Berdasarkanpertemuan pertama maka diketahui bahwa pasien terkena diabetes dan hipertensi dikarenakan adanya faktor keturunan dari ayah pasien yangmenderitadiabetesjugadangayahidup saat muda, dimana pada saat muda pasien sangatseringmengonsumsigaramsertatidak bisalepasdenganminumkopiyangseharinya bisa sampai 2-3 gelas. Hal ini membuktikan bahwa penyakit diabetes dapat diturunkan olehsalahsatukeluargayangtelahmenderita sebelumnya dan penyakit hipertensi memiliki faktor resiko yang terbagi menjadi faktor resikoyangtidakdapatdimodifikasidanfaktor resiko dapat dimodifikasi, dimana konsumsi makanan merupakan salah satu faktor risiko pasien yang dapat dimodifikasi, serta faktor usia juga mempengaruhi rentannya terhadap penyakit-penyakit.8,12,13 Danjuga,padakunjunganpertamaini dilakukan anamnesis lebih mendalam terhadap pasien dan keluarga sehingga ditemukan beberapa keluhan dan pernyataan tambahan dari istri pasien yang sering lemas, mudah capai serta pendengarannya yang sudahberkurang. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristikhiperglikemiayangterjadikarena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor. WHO mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu DM tergantung insulin (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus = IDDM), DM tidak tergantung insulin (NonInsulin-Dependent Diabetes Mellitus= NIDDM), DM berkaitan dengan malnutrisi (Malnutrition Related Diabetes Mellitus = MRDM), DM karena toleransi glukosa terganggu (Indeks Glukosa Terganggu = IGT), dan DM karena kehamilan (Gestasional Diabetes Mellitus = GDM). Di Indonesia, yang terbanyakadalahDMtidaktergantunginsulin. DMjenisinibarumunculpadausiadiatas40 tahun. DM tidak tergantung insulin disebabkan oleh gaya hidup dan pola konsumsiyangtidaksehatselainkarenafaktor keturunan seperti yang diderita oleh pasien ini.14 Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada pasienwanita.Jikakeluhankhas,pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl sudah JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|25 Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat cukupuntukmenegakkandiagnosisDM.Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dljugadigunakanuntukpatokandiagnosis DM.UntukkelompoktanpakeluhankhasDM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekalilagiangkaabnormal,baikkadarglukosa darahpuasa≥126mg/dl,kadarglukosadarah sewaktu≥200mg/dlpadahariyanglain,atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembedahan ≥200 mg/dl.4,15 Pasien juga seringmerasainginberkemih(poliuria),sering haus (polidipsia), adanya penurunan berat badan dari 70 kg menjadi 63 kg, serta gula darahpuasanya144mg/dl. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting untuk penyakit kardiovaskular yang dapat dicegah. Modifikasi gaya hidup menjadi kunci utama pencegahan dan penanganan hipertensi. Gaya hidup telah diketahui berkaitan dengan penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi sehingga manajemen gaya hidup dianjurkan sebagai salah satu intervensinya. Semua yang dilakukan oleh pasien di atas, baik mengkonsumsi garam atau kopi dapat meningkatkantekanandarahnya.16-18 Lansia, ditambah lagi dengan faktor bahwa seorang lansia menderita penyakit kronis seperti hipertensi, jauh lebih rentan terkena depresi karena telah memasuki fase hidup terakhirnya. Sebuah kuisioner berjumlah 30 item yang dikenal sebagai Geriatric Depression Scale, dapat digunakan untuk mengetahui apakah seorang lansia menderitadepresiatautidak.19 Dilakukan juga anamnesis terhadap istri pasien, dan didapati keluhan-keluhan lansia seperti mudah lelah dan lemas. Istri pasien juga mengaku pendengarannya sedikit berkurang. Ia jarang untuk kontrol ke puskesmasuntukkesehatannya. Selanjutnya, dilakukan kunjungan kedua pada tanggal 5 April 2015, dimana dilakukan intervensi. Sebelum melakukan intervensi, pertama terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik. Pada kunjungan kedua tekanan darah pasien adalah 160/100 mmHg, JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|26 masih sama saat kunjungan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa menurut JNC 8, pasien belum mencapai target. Dimana targetnya untuksemuausiapenderitahipertensidengan diabetes adalah tekanan darah sitolik ≤140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≤90 mmHg.20,21 Pasien mengaku teratur kontrol dan minum obat, tetapi kurang mengubah pola makannya sehingga tekanan darahnya hanyasedikitmenurun. Maka, salah satu intervensi yang dilakukan adalah edukasi tentang pengetahuan mengenai cara-cara modifikasi gaya hidup terhadap Tn. K untuk membantu menurunkan tekanan darah. Edukasi yang diberikan berupa cara mengontrol tekanan darah, makanan yang perlu dihindari untuk mengontrol hipertensi, dan pentingnya pemeriksaan tekanan darah dan mengendalikannya dengan obat. Merokok juga menjadi faktor risiko yang mampu memperberat hipertensi. Selain itu konsumsi alkohol, aktivitas fisik rendah dan sindrom metabolik juga akan memperberat. Di samping itu, dijelaskan juga komplikasi dari hipertensi, salah satunya adalah Hypertensive heartdisease.Dijelaskanjugakomplikasiyang lainnya yang mungkin terjadi apabila pasien tidak memodifikasi gaya hidup, yaitu dislipidemia,strokedangagaljantung.22-24 Pada kunjungan ketiga tertanggal 10 April2015,dilakukanevaluasi.Tekanandarah pasien tetap 160/90 mmHg, yang menunjukkan bahwa hipertensinya sudah cukup terkendali, walau belum mencapai target. Dapat dipertimbangkan untuk menggunakan terapi kombinasi, seperti kombinasi obat golongan calcium-channel blocker seperti amlodipin dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor seperti captopril. Obat anti hipertensi golongan CCB dan ACE Inhibitor merupakan kombinasi yang tepat pada penderita hipertensi dan diabetes.25 Selain itu pasien juga dilihat kadar gulapuasanyakembaliyaitu149mg/dl.Kadar gula pasien juga masih tinggi, karena itu diberikan obat golongan sulfonilurea yaitu glucodex sebagai perangsang sekresi insulin. Dimana juga dapat meningkatkan metabolisme glukosa pada tingkat Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat 21 Gambar1.AlgoritmaManajemenHipertensiDenganAtauTanpaKomplikasi. perifer dan adanya memicu post receptor pathways. Dengan demikian dapat memperbaiki kontrol glikemia selama 24 jam. Selain itu juga sebagai kombinasi terapi pada pasien ini yang kurang responsif terhadap terapi tunggal sulfonilurea, maka diberikan jugametformin.25 Padakunjunganketiga,pasienmengaku jugasudahmulaimengurangimakanangaram dan gula. Ia mulai sering mengonsumsi makanan yang dimasak di rumah, dan tidak asal-asalan makan yang enak. Ia juga mengatakan bahwa mulai mengurangi kopi sehari hanya satu gelas dan tidak setiap hari lagi serta mulai berolahraga saat pagi hari. Dalam kunjungan kali ini tetap dilakukan motivasi kepada pasien dan keluarganya. Hal ini dilakukan agar pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien dan anggotakeluargalainnya. Simpulan Telah ditegakkan diagnosis DM tipe 2 dan hipertensi stage 2 pada Tn.K 65 tahun atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi untuk melakukanterapinonfarmakologis.Pasiendan keluarganya telah mengetahui bahwa resiko komplikasi dan kematian akibat DM dan hipertensi dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang baik terhadap penyakitDMdanhipertensiitusendiri.Pasien sudah mencoba menerapkan pola makan sesuaidenganterapigizimedispasienDMdan hipertensi namun belum sepenuhnya dan pasien juga telah melakukan latihan jasmani berupa jalan biasa setiap pagi selama ± 30 JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|27 Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat menit. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit DM dan hipertensiyangdideritapasien. DAFTARPUSTAKA 1. Pengstari U, Darwin D, Estiana L. Pola pengobatan pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di RSUD Raden Mattaher Jambi. J Sains dan Teknologi Farmasi. 2011;16(2):189-96. 2. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Hipertensi penyebab utama penyakit jantung; 2007. [ diakses tanggal 30 Maret 2015]. Tersedia dari: http://www.tekanandarah.com/content/v iew/23/9/ 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Cegah hipertensi dengan pola makan; 2008. [diakses tanggal 30 Maret 2015]. Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/index.php?optio n=articles&task=viewarticle&artid=20&Ite mid=3 4. Suyono S. Diabetes melitus di indonesia dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. 5. Triaseka. Diabetes melitus; 2007. [diakses tanggal 2015 Mar 30]. Tersedia dari: http://www.spunge.org/~triaseka/index.p hp?categoryid=20&p2_articleid=99 6. NilamsariWP.Studipenggunaanobatpada penderita DM tipe 2 dengan hipertensi (penelitian pada penderita rawat inap di ruang penyakit dalam RSU Dr.Soetomo Surabaya) [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga;2007. 7. YogiantoroM.Hipertensiesensial.Dalam: Buku ajar ilmu penyakit. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI;2006. 8. Sarasaty.Faktor-faktoryangberhubungan dengan hipertensi pada kelompok lanjut usia di kelurahan sawah baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan tahun 2011 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah;2012. 9. World Health Organization [Internet]. Definition of an older or elderly person. 2015. [diakses tanggal 1 April 2015]. JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|28 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Tersedia dari: http://www.who.int/healthinfo/survey/ag eingdefnolder/en/ Herlinah L, Winarsih W, Rekawati E. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi [skripsi]. Jakarta: Universitas MuhammadiyahJakarta;2013. Andi S. Penilaian keseimbangan dengan aktivitas sehari-hari pada lansia [tesis]. Semarang : Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro;2005. Yoga T. Hindari hipertensi, konsumsi garam 1 sendok teh per hari [internet]; 2009. [diakses tanggal 30 Maret 2015]. Tersediadari:http://www.depkes.go.id Pranadji DK, Martianto DH, Subandriyo VU. Perencanaan menu untuk penderita gangguan diabetes melitus. Jakarta: PenebarSwadaya;2002. WHO, International Diabetes Federation (IDF).Definitionanddiagnosisofdiabetes mellitus and intermediate hyperglycemia. Geneva:WHOPress;2006. Bloomgarden ZT. Approaches to treatment of type 2 diabetes. J Diabetes Care.2008;31:1697-703. Lambert M. AHA/ASA guidelines on prevention of recurrent stroke. 2011. [diakses tanggal: 2015 Mar 31]. Tersedia dari: http://stroke.ahajournals.org/cgi/content/ full/42/1/227 Mulyatno KC. Institute of tropical disease (ITD). Surabaya:Universitas Airlangga; 2014. Janice R, Couch S. Medical Nutrition Therapy for cardiovascular disease. Dalam: L Kathleen Mahan, Sylvia EscottStump, Editors. Krause’s food and nutrition therapy. Edisi ke-13. Philadelphia:USA-SaundersElsivier;2012. hlm.742. Marc LG,dkk. Screening performance of the geriatric depression scale (GDS-15) in diverseelderlyhomecarepopulation.Arn JGeriatrPsychiatr.2008;16(11):914-32. Page MR. The JNC 8 hypertension guidelines: an in-depth guide. AJMC. 2014. [disitasi 2015 April 14]. Tersedia dari: http://www.ajmc.com/journals/evidence baseddiabetesmanagement/2014/januar Deby|DiabetesMellitusTipe2DanHipertensiTahap2padaPriaLansiadenganPolaMakanyangTidakSehat y-2014/the-jnc-8-hypertensionguidelinesan-in-depth-guide 21. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb C, Handler J, et al. Evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (JNC 8). JAMA. 2014. [disitasi 2015 April 12]. Tersedia dari: http://csc.cma.org.cn/attachment/20143 15/1394884955972.pdf 22. Palmer A. Tekanan darah tinggi. Jakarta: Erlangga;2007. 23. WHO Expert Consultation. Appropriate body-massindexforasianpopulationand itsimplicationsforpolicyandintervention strategies.TheLancet.2004;636:157-63. 24. Hedayati SS, Elsayed EF, Reilly RF. Nonpharmacologicalaspectsofbloodpressure management: what are the data?Kidney international.2011;79(10):1061-70. 25. Katzung,BetramG.Farmakologidasardan klinik. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2010. JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Januari2016|29