HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR (Di Bps Hj. Hartini Kecamatan Widang Kabupaten Tuban) SUNANITA STIKES NU Tuban Prodi S1 Keperawatan ABSTRAK Kenaikan berat badan ibu hamil merupakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin, sedangkan berat badan bayi baru lahir merupakan bagian dari hasil pertumbuhan janin yang dapat dipengaruhi oleh kenaikan berat badan ibu selama hamil, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Dalam penelitian ini menggunakan metode analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi yang digunakan adalah ibu nifas yang mempunyai IMT normal di BPS Hj. Hartini Widang – Tuban sejumlah 32 orang, dan dalam penelitian ini sampling yang digunakan adalah Simpel Random Sampling dengan besar sampel 30 orang. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku KIA dan register ibu dengan instrumen lembar pengumpulan data, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Pearson Product Moment yang dilanjutkan dengan student t. Hasil penelitian ini adalah dari 30 responden sebagian besar memiliki kenaikan berat badan ibu hamil < 12,5 kg dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir antara 2500 – 4000 gr sebesar 21 orang (91,30%), dan dari analisa data didapatkan r hitung (0,630) > r tabel (0,361), yang dilanjutkan dengan student t dengan hasil t hitung > dari t tabel, hal ini berarti terdapat hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ibu hamil di BPS Hj. Hartini Widang, Tuban mempunyai kenaikan berat badan < 12,5 kg sebesar 23 orang (76,67%), maka dari itu penting sekali diadakan pemberian informasi tentang pentingnya ANC yang teratur dan selalu menimbangkan berat badannya sebagai usaha deteksi dini adanya penyimpangan pertambahan berat badan. Kata kunci : Kenaikan BB ibu hamil, BB bayi baru lahir PENDAHULUAN Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting, masa ini dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2002 : 89). Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia termasuk peningkatan berat badan ibu hamil mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba, 1998 : 106). Peningkatan berat badan ibu selama hamil menandakan adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. “Pada wanita dengan berat badan rata-rata atau rendah, kurangnya pertambahan berat badan selama kehamilan dapat menimbulkan pertumbuhan janin terhambat” (Simpson, dkk. 1975). Menurut Abrams dan Salvin, 1995, “Kurangnya pertambahan berat badan pada trimester II berkorelasi kuat dengan penurunan berat lahir”. (Cunningham, dkk. 2005 : 833). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan ibu hamil sendiri adalah oedema, proses metabolisme, pola makan, merokok, muntah atau diare (Salmah, 2006 : 61). Untuk batas kenormalan kenaikan berat badan ibu hamil sendiri tergantung dari indeks masa tubuh (IMT) wanita sebelum hamil (Paath, 2004 : 53). IMT adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (Hunter, 2005 : 94). Berat badan yang didapatkan diakhir kehamilan adalah jumlah dari beberapa hal yang berbeda, kira-kira 7,5% kg, akan berhubungan langsung dengan bayi dan kebutuhannya untuk berat badan bayi, tali pusat, ketuban, otot tambahan untuk memperkuat dinding rahim, darah tambahan yang dibutuhkan bayi dan sel-sel baru untuk 1 menyusui (Huter, 2005 : 91). Selain peningkatan berat badan ibu hamil ada faktor lain yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir antara lain genetik yang normal dan patologis, penyakit ibu, obstetrik dan lingkungan. Menurut National Center For Health Statistics, 2003 “Berat Badan Lahir adalah berat neonatus yang diukur segera setelah lahir atau secepatnya setelah keadaan mengijinkan”. Bayi yang kecil dan dikandung kurang dari 9 bulan lebih mengalami masa fisiologis pasca kelahiran dibandingkan dengan berat badan normal, tetapi bayi yang sangat besar (Overweight) juga dapat mempersulit kelahiran (Eisenberg, 1999 : 4). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekolah kesehatan masyarakat Harvard secara dramatis menunjukkan bagaimana status kesehatan bayi pada saat lahir berhubungan erat dengan diit ibu selama kehamilan. Pada ibu-ibu yang diitnya baik sampai istimewa, 95% dari bayi balita dengan kesehatan yang tergolong baik dan istimewa, diit ibu sendiri dapat mempengaruhi berat badan ibu yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi BBL, sehingga kurangnya berat badan ibu hamil memungkinkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Eisenberg,. 1996 : 89). Menurut National Center For Health Statistics 2003 “BBLR adalah berat neonatus yang pertama kali diukur setelah lahir kurang dari 2500 gr”. Menurut Dinkes Kab. Tuban 2006 angka kejadian BBLR di Tuban sebesar 2,46% dari 13089 jumlah kelahiran hidup, angka kematian neonatal sebesar 0,58% dari 13089 jumlah kelahiran hidup, dan 38,15% dari seluruh kematian neonatal disebabkan oleh BBLR. Khusus Kecamatan Widang angka kejadian BBLR sebesar 3,5% dari 514 jumlah kelahiran hidup. Dari survey pendahuluan yang dilakukan di BPS Hj. Hartini didapatkan 5 responden yang total kenaikan berat badannya selama hamil kurang dari 12,5 kg, melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 2 responden. Keadaan bayi baru lahir juga tergantung pada pertumbuhan janin dalam uterus, termasuk berat badan lahir, sehingga kondisi ibu hamil diperlukan perhatian yang khusus. Kelahiran dengan berat badan rendah bisa membuat bayi menghadapi resiko tinggi terhadap banyak masalah termasuk kesulitan pernafasan dan perkembangan sehingga mempertinggi angka kematian neonatal (Slonne, 1995 : 74). Dalam upaya perbaikan angka kematian neonatal, dapat dicapai dengan menemukan dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus, yaitu dengan kualitas pengawasan antenatal yang baik, sehingga keabnormalan kehamilan dapat segera terdeteksi dan teratasi. Pengawasan antenatal hendaknya minimal dilakukan 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali trimester II, dan 2 kali pada trimester III (Prawirohardjo, 2002 : 90). Adapun hal-hal yang harus diawasi meliputi peningkatan berat badan ibu hamil, pemenuhan nutrisi, fungsi organ-organ tubuh, pertumbuhan dan perkembangan janin, jumlah dan letak janin serta letak plasenta, persiapan persalinan, keadaan jalan lahir, persiapan laktasi, imunisasi dan psikologi ibu (Jumiarni, 1994 : 24). Dari fenomena, besarnya masalah, kronologis masalah, dan dampak dari masalah BBLR, sehingga diduga ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti menyimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir? hipotesis dalam proposal ini adalah : Ho : Tidak ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir H1 : Ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagai mana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. (Notoatmodjo, 2005 : 145) Bentuk pelaksanaan analitik dengan desain Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor – faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. (Notoatmodjo, 2005 : 145). Pada penelitian ini populasinya adalah ibu post partum yang mempunyai IMT normal sebelum hamil di BPS Hj. Hartini bulan April – Mei 2007 sebanyak 32 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum di BPS Hj. Hartini Widang – Tuban yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi. (Nursalam, 2003 : 96). Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dengan suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. (Nursalam, 2003, Nazir, 2003 :272, 96). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a. Ibu nifas yang mempunyai IMT normal pada waktu sebelum hamil. b. Ibu nifas yang mempunyai buku KIA. c. Ibu nifas yang mempunyai bayi baru lahir. Adapun kriteria ekslusinya sebagai berikut : a. Ibu nifas yang mempunyai IMT tidak normal (kurang berat dan kelebihan berat). b. Ibu nifas yang menderita ginjal kronis. c. Ibu nifas yang menderita penyakit darah (Eklamsia atau Preeklamsia). d. Ibu nifas yang menderita Anemia pada saat hamil. e. Ibu nifas yang menderita DM. f. Ibu nifas yang hamilnya Gemelli. g. Ibu nifas yang hamilnya prematur. h. Ibu nifas yang bayinya sudah meninggal. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah : N 2 1 + N (0,05) 32 = 1 + 32 (0,0025) n= = 32 1,08 = 30 sampel Untuk tehniknya dalam penelitian ini menggunakan simpel random sampling yaitu dalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur subjek – subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (Chance) dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2002 : 111). Adapun cara dalam simple random sampling ada tiga cara yaitu undian, ordinal, dan menggunakan tabel bilangan random, dan dalam penelitian ini digunakan cara undian yaitu pada kertas – kertas kecil kita tuliskan subjek satu nomor untuk setiap kertas, kemudian kertas ini kita gulung dengan tanpa terasa kita mengambil sebanyak jumlah sampel yang sudah kita tentukan, sehingga nomor – nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek penelitian ini. (Arikunto, 2002 : 114). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kenaikan berat badan ibu hamil. Sedangkan variabel dependen adalah berat badan bayi baru lahir. Instrumen adalah alat Bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah. (Nursalam, 2003 : 113). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data. HASIL PENELITIAN 1. Kenaikan berat badan ibu hamil Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang, berdasarkan hasil penelitian distribusi responden berdasarkan kenaikan berat badan ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Distribusi responen berdasarkan kenaikan berat badan ibu hamil di BPS Hj Hartin Kec. Widang Kab. Tuban bulan April Mei tahun 2007. No 1. 2. 3. Kenaikan BB ibu hamil < 12,5 kg (BB kurang) 12,5 – 17,5 kg (BB cukup) > 17,5 kg (BB lebih) Jumlah ∑ Responden 23 Prosentase (%) 76,67 6 20 1 3,33 30 100 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar mempunyai kenaikan berat badan ibu hamil < 12,5 kg sebesar 76,67 %. 2. Berat badan bayi baru lahir Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang, berdasarkan hasil penelitian distribusi responden berdasarkan berat badan bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel berikut. No 1. 2. 3. Berat badan bayi baru lahir < 2500 gr (BB kurang) 2500 – 4000 gr (BB cukup) > 4000 gr (BB lebih) Jumlah ∑ Responden 2 Prosentase (%) 6.67 28 93,33 0 0 30 100 Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan berat badan bayi baru lahir di BPS Hj Hartin Kec. Widang Kab. Tuban bulan April Mei tahun 2007. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar mempunyai bayi dengan berat badan bayi baru lahir antara 25004000 gr sebesar 93,33 % 3. Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang, berdasarkan hasil penelitian distribusi silang kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Distribusi silang hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir di BPS Hj Hartin Kec. Widang Kab. Tuban bulan April - Mei tahun 2007. No 1. 2. 3. Kenaikan BB ibu hamil (kg) <12,5 12,5 – 17,5 >17,5 Jumlah Berat Badan Bayi Baru Lahir 2500 – > 4000 4000 grm n grm n (%) (%) 2 (8,70) 21 (91,30 ) 0 (0) 0 (0) 6 (100) 0 (0) 0 (0) 1 (100) 0 (0) 2 (6,67) 28 (93,33) 0 (0) Jumlah n (%) < 2500 grm n (%) 23 (100) 6 (100) 1 (100) 30 (100) Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 30 responden sebagian besar mempunyai kenaikan berat badan waktu hamil <12,5 kg dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gr sebesar 21 orang (91,30%) ANALISA HASIL PENELITIAN Uji Pearson Product Moment Adapun hasil penelitan ini adalah sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jml Xi 6 11 10 11 16 4 7 6 8 10 10 8 17 20 17 13 12 14 11 11 9 5 5 3 7 5 9 9,5 13 10 297, 5 Yi 2,8 3,2 2,4 2,9 3,3 2,5 2,8 2,5 3,2 3,3 3,6 2,9 3,3 3,3 4 3,5 2,9 2,9 3,5 3,2 3 3,2 3 2,4 3 2,5 3,2 3,1 3,2 3 91,6 X iY i 16,8 35,2 24 31,9 52,8 10 19,6 15 25,6 33 36 23,2 56,1 66 68 45,5 34,8 40,6 38,5 35,2 27 16 15 7,2 21 12,5 28,8 29,45 41,6 30 936,3 5 Xi2 36 121 100 121 256 16 49 36 64 100 100 64 289 400 289 169 144 196 121 121 81 25 25 9 49 25 81 90,25 169 100 3446, 25 Y i2 7,84 10,24 5,76 8,41 10,89 6,25 7,84 6,25 10,24 10,89 12,96 8,41 10,89 10,89 16 12,25 8,41 8,41 12,25 10,24 9 10,24 9 5,76 9 6,25 10,24 9,61 10,24 9 283,6 6 Setelah dilakukan analisa data tentang hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir dengan uji Pearson Product Momen didapatkan r hitung (0,630) > r tabel (0,361), yang dilanjutkan dengan student t didapatkan t hitung (4,295) > t tabel (2,048), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7, ini berarti Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir di BPS Hj. Hartini Kecamatan Widang Kabupaten Tuban PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka dalam bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil yang telah disajikan. 1. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar memiliki kenaikan berat badan waktu hamil <12,5 kg sebesar 76,67 %. Dan sebagian kecil responden memiliki kenaikan berat badan ibu hamil >17,5 kg sebesar 3,33 %. Berat badan yang didapat diakhir kehamilan adalah jumlah dari beberapa hal yang berbeda, kira – kira 7,5 % kg akan berhubungan langsung dengan bayi, tali pusat, ketuban, otot tambahan untuk memperkuat dinding rahim, darah tambahan yang dibutuhkan bayi dan sel – sel baru untuk menyusui (Hutter, 2005 : 91). Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan yaitu adanya oedema, proses metabolisme, pola makan, muntah atau diare dan merokok (Salmah, 2006 : 61). Selama bertahun – tahun banyak saran telah dianjurkan tentang tambahan berat badan ideal pada wanita hamil, salah satu sumber pedoman terbaru dari institute of medicine menggunakan indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan penambahan berat badan yang direkomendasikan. Fakulltas kedokteran merekomendasikan penambaan berat badan sebagai berikut ; 12,5 – 17,5 kg untuk wanita dengan IMT normal, 14 – 20 kg untuk wanita dengan berat badan rendah, 7,5 – 12,5 kg untuk wanita dengan berat badan berlebih, dan sekurang - kurangnya 7,5 kg untuk wanita obese. (Wheeler, 2003 : 71). Dengan demikian sesuai dengan fakta diatas bahwa sebagian besar wanita hamil di BPS Hj. Hartini Widang, Tuban memiliki kenaikan berat badan waktu hamil < 12,5 kg, mungkin hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti pola makan yang salah, muntah yang berlebihan pada saat hamil atau diare dll. Oleh karena itu perlunya informsi kepada masyarakat tentang cara – cara atau kiat – kiat menjaga kehamilan termasuk mencapai kenaikan berat badan yang ideal sesuai penambahan berat badan yang direkomendasikan, sehingga meminimalkan komplikasi – komplikasi yang terjadi selama hamil, dan sesuai dengan teori yang diungkapkan di atas bahwa berat badan yang didapat selama hamil akan berhubungan langung dengan hasil konsepsi tetapi juga untuk mempersiapkan proses laktasi, oleh karena itu perlunya manajemen kenaikan pertambahan berat badan ideal selama hamil dengan melakukan ANC yang teratur dan sesuai dengan standar, sebagai usaha deteksi dini adanya suatu penyimpangan kenaikan berat badan ibu hamil. 2. Berat Badan Bayi Baru Lahir Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar memiliki bayi dengan berat badan lahir antara 2500 – 4000 gr sebesar 93,33, dan sebagian kecil memiliki bayi dengan berat badan lahir <2500 gr sebesar 6,67 %. Menurut National Center For Healt Statistics, 2003. Berat badan lahir adalah berat neonatus yang diukur segera setelah lahir atau secepatnya setelah keadaan mengijinkan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi berat badan bayi baru lahir adalah pertama faktor genetik, Soetjoningsih 1998 mengungkapkan “Bahwa faktor genetic merupakam modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan” (Supariasa, 2001 : 28). Faktor kedua adalah peningkatan berat badan ibu hamil menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin, dan komponen pertambahan berat badan secara umum dibagi menjadi dua yaitu produk kehamilan (janin, cairan amnion, placenta) dan jaringan tubuh ibu (darah, cairan ekstravaskular, uterus, payudara, lemak) (Salmah, 2006 : 61). Faktor ke tiga adalah penyakit ibu, ada beberapa penyakit yang diderita ibu yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir antara lain penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal kronis, anemia, DM dan lain – lain (Cunningham. 2005 : 835). Keempat adalah faktor obstetric, ada beberapa kehamilan yang mempengaruhi berat badan lahir antara lain kehamilan gemelli, kehamilan ekstrauterin dan kehamilan prematur. (Cunningham, 2005 : 836). Dan faktor ke lima yaitu lingkungan, menurut Soetjoningsih 1998 lingkungan prenatal dapat mempengaruhi pertumbuhan janin mulai konsepsi sampai lahir, adapun lingkungan ini meliputi Bio – fisiko – psikososiaal. (Supariasa, 2002 : 775). Dengan demikian sesuai dengan fakta di atas bahwa sebagian besar berat badan bayi baru lahir di BPS Hj. Hartini adalah antara 2500 gr – 4000 gr (cukup). Walaupun banyak yang memiliki berat badan bayi baru lahir cukup, akan tetapi perawatan pra lahir tetap harus ditingkatkan kualitasnya, karena untuk mendapatkan bayi yang sehat tidak hanya diukur dari berat badan lahirnya saja, tetapi dari segi fisik lainnya dan segi mental juga harus diperhatikan. Dan sesuai dengan teori – teori yang telah diungkapkan di atas, bahwa berat badan bayi baru lahir tidak hanya dipengaruhi oleh kenaikan berat badan ibu hamil saja, tetapi masih banyak faktor lainnya yang dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir, oleh karena itu ada kemungkinani ibu hamil dengan kenaikan berat badan yang cukup tetapi melahirkan bayi dengan berat lahir yang tidak cukup. 3. Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Baru lahir Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 30 responden sebagian besar memiliki kenaikan berat badan ibu hamil < 12,5 kg dan melahirkan bayi dengan berat badan bayi baru lahir antara 2500 gr – 4000 gr sebesar 21 responden (91,30 %). Sebagian kecil responden memiliki kenaikan berat badan ibu hamil > 17,5 kg dan melahirkan bayi dengan berat badan bayi baru lahir antara 2500 – 4000 gr sebesar 1 responden (100 %). Peningkatan berat badan ibu selama hamil menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Adapun komponen pertambahan berat badan secara umum dibagi dua yaitu produk kehamilan ( janin, cairan amnion, placenta ) dan jaringan tubuh ibu ( darah, cairan ekstravaskuler, uterus, payudara, lemak ). Dan proporsi pertambahan berat badan yaitu untuk janin 25 – 27 % dari pertambahan BB ibu hamil, placenta 5 % dari pertambahan BB ibu hamil, cairan amnion 6 % dari pertambahan BB ibu hamil, ekspansi volume darah 10 % dari pertambahan BB ibu hamil, pertumbuhan uterus dan payudara 1 % dari peningkatan BB ibu hamil, peningktan cairan ekstraseluler 13 % dari pertambahan BB ibu hamil, dan peningkatan lemak 25 - 27 % dari pertambahan BB ibu hamil. (Paath. 2004 : 52). Dulu ada pendapat bahwa kenaikan berat badan ibu hamil harus dibatasi sampai sekitar 7,5 kg, sekarang ternyata bahwa pertambahan berat sejumlah ini tidaklah mencukupi. Bayi – bayi yang ibunya mengalami kenaikan berat badan kurang dari 10 kg cenderung untuk lahir prematur, beratnya kurang, dan menderita kelambanan di dalam rahim. Tetapi hampir sama bahayanya adalah pendapat selanjutnya yang mendorong wanita hamil untuk makan sepuasnnya, dan peningkatan berat badan yang tanpa batas. Ada banyak resiko bila kenaikan berat badan terlalu besar; penilaian dan pengukuran janin menjadi sullit, berat badan berlebihan terlalu membebani kerja otot dan berakibat sakit punggung, nyeri pada kaki, bertambanya keletihan dan varices, bayi menjadi terlalu besar sehingga sulit bahkan tidak mungkin untuk lahir melalui vagina. (Eisenberg. 1996 : 165). Dengan demikian dari teori – teori yang diungkapkan di atas dan dari hasil penelitihan di BPS Hj.Hartini Widang, Tuban bulan April – Mei 2007. bahwa kenaikan berat badan ibu hamil mempengaruhi berat badan bayi baru lahir. Hal ini juga sesuai dengan analisa data yang menggunakan uji Pearson Product Momen didapatkan r hitung (0,630) > r tabel (0,361), yang dilanjutkan dengan student t didapatkan t hitung (4,295) > t tabel (2,048), ini berarti Ho ditolak dan H 1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Oleh karena adanya hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir, maka kenaikan berat badan ibu hamil yang berlebih atau yang kurang akan berdampak pada berat badan bayi yang dilahirkannya. Ada pendapat tambahan bayi berarti tambahan berat badan, tetapi bukan hanya karena berat bayi itu sendiri, tetapi bisa karena produk sampingan bayi (ekstra placenta, ekstra amnion) sehingga ada kemungkinan berat badan bayi baru lahir tidak susuai dengan kenaikan berat badan ibu selama hamil, tetapi kejadian ini sangat kecil kemungkinannya, karena apabila wanita hamil tersebut dalam kondisi sehat / tanpa ada penyakit – penyakit yang menyertai selama hami, maka tidak akan ada gangguan sirkulasi retroplacenter sehingga asupan nutrisi ibu dapat didistribusikan dengan baik untuk perkembangan janin dalam kandungan. Oleh karena itu diperlukan asuhan antenatal yang baik dan sesuai standar untuk memonitor adanya suatu komplikasi – komplikasi dalam kehamilan, termasuk kenaikan berat badan ibu hamil yang tidak sesuai dengan pertambahan berat badan ideal dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sesuai dengan tujuan, maka dalam penelitan ini secara umum dapat disimpulkan antara lain : 1. Sebagian besar kenaikan berat badan ibu hamil di BPS Hj. Hartini Kec. Widang Kab. Tuban bulan April – Mei 2007 yaitu < 12,5 kg. 2. Sebagian besar berat badan bayi baru lahir di BPS Hj. Hartini Kec. Widang Kab. Tuban bulan April – Mei 2007 yaitu antara 2500 – 4000 gr. 3. Ada hubungan kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir. Saran 1 Untuk masyarakat Hendaknya masyarakat mengerti tentang menjaga kesehatan bagi diri sendiri terutama ketika hamil agar selalu melakukan ANC secara teratur dan selalu menimbangkan berat badannya agar dapat diketahui dengan segera apabila ada kenaikan berat badan yang menurun atau yang meningkat secara drastis sehingga dapat ditanggulangi secara dini. 2. Untuk penelitian Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir, oleh karena itu hendaknya perlu diteliti hubungan yang lain dapat mempengaruhi berat badan bayi baru lahir. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini (2002). Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta : 111 - 144 Candra, Budiman (1995). Pengantar Statistik Kesehatan. EGC. Jakarta : 40. Cunningham, F. Garry, dkk (2005). Obstetri Williams. EGC. Jakarta : 833 – 835. Eisenberg, Arlene (1999). Makanan Apa Yang Anda Butuhkan Selama Kehamilan. Arcan. Jakarta : 4. Eisenberg, Arlene (1996). Kehamilan Apa Yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Arcan. Jakarta : 89 – 165. Glasier, Anna (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta : 103. Hunter, Hannah Hulme dan Rosemary Dodds (2005). Makanan Yang Aman Untuk Kehamilan. Arcan. Jakarta : 91 – 94. Jumiarni, dkk (1994). Asuhan Keperawatan Perinatal. EGC. Jakarta : 24 – 75. Manuaba, Ida Bagus Gde (1998). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta : 106. Nazir, Muhammad (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta : 84 – 145. Nursalam dan Siti Pariani (2001). Pedoman Praktis Penyusunan Riset Keperawatan. Universitas Airlangga. Surabaya : 31. Paath, Francin Erna, dkk (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta : 51 – 54. Philip, Slone (1995). Petunjuk Lengkap Kehamilan. Mitra Utama. Jakarta : 74. Prawirohardjo, Sarwono (2002). Ilmu Kebidanan. YBP-SP. Jakarta : 522 – 775. Salmah (2006). Asuhan Kebidana Antenatal. EGC. Jakarta : 61. Wheeler, Linda (2003). Buku Saku Perawatan Prenatal dan Pascanatal. EGC. Jakarta : 71. Sugiyono (2006). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung : 212 – 213.