1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Sinabung adalah salah satu gunungapi yang hingga saat ini terus menyedot banyak perhatian. Gunung Sinabung awalnya merupakan gunungapi tipe B, yaitu gunungapi yang sejak tahun 1600 tidak menunjukkan adanya kegiatan erupsi magmatik. Pada 27 Agustus 2010 terjadi peningkatan aktivitas yang kemudian terjadi erupsi pada 29 Agustus 2010. Maka status gunung Sinabung berubah dari tipe B menjadi tipe A. Tahun 2013, aktivitas kegempaan gunung Sinabung kembali meningkat pada bulan Juli dan mengeluarkan awan panas pada September. Menurut laporan bulanan PVMBG, rekaman seismik gunung Sinabung pada Juli-November 2013 didominasi oleh gempabumi VTA. Pada bulan Desember didominasi oleh gempabumi Low Frequenqy (LF) seperti terlihat pada (Tabel 1.1). Tabel 1.1 Kejadian gempabumi vulkanik Sinabung Juli-Desember 2013 No Bulan VTA VTB LF TL TJ 1 Juli 746 0 0 34 61 2 Agustus 489 0 0 47 60 3 September 775 15 0 35 67 4 Oktober 684 28 18 35 78 5 November 979 96 263 21 64 6 Desember 792 24 4567 12 53 1. Peningkatan aktivitas gunungapi dapat dipantau dari aktivitas di luar gunung maupun di dalam gunung. Aktivitas vulkanik di dalam gunungapi dapat berupa aktivitas kegempaaan yang berkaitan dengan gerakan magma dari dapur magma ke kantong magma dan resonansi pada dinding pipa magma. Aktivitas kegempaan bisa juga terjadi karena adanya pengisian kantong magma yang kosong oleh batuan, 1 ataupun aktivitas sesar di dalam tubuh gunungapi tersebut. Gempabumi vulkanik ini terjadi karena adanya proses dinamis dari magma dan cairan yang bersifat hidrotermal, sehingga dapat dipakai sebagai tanda-tanda awal peningkatan keaktifan gunungapi. Proses dinamis tersebut terjadi karena adanya gradien suhu dan tekanan magma, yang kemudian menimbulkan gelombang gempabumi akibat dari proses resonansi retakan yang terisi cairan magma. Frekuensi gempabumi vulkanik ini dominan antara 1-5 Hz untuk gempabumi vulkanik frekuensi rendah, dan frekuensi tinggi antara 5-15 Hz (Nurmaruroh, 2014). Analisis gempabumi vulkanik dibuat untuk mendapatkan perubahan karakteristik dan mekanisme sumber dalam rangka menganalisa proses vulkaniknya. Salah satu jenis gempabumi vulkanik adalah gempabumi vulkano tektonik (VT). Seismisitas gempabumi VT berhubungan dengan intrusi fluida. Gempabumi VT terjadi karena batuan bergerak untuk mengisi ruang-ruang dimana magma sudah kosong. Gempabumi VT biasanya mendahului beberapa erupsi. Sebelum terjadinya erupsi magmatik terjadi migrasi hiposenter gempabumi VT dan perubahan stress (Roman & Cashman, 2006). Parameter sumber dari gempabumi VT dianggap sebagai sinyal seismik yang berasal dari mekanisme kopel ganda (double couple mechanism), yang berasal dari sistem patahan atau retakan yang terjadi di dalam tubuh gunungapi (Nishimura & Iguchi, 2011). Parameter sumber seperti ini telah dapat diprediksi dengan akurat, diantaranya hiposenter, mekanisme hingga pola radiasi energi seismiknya (Nishimura & Iguchi, 2011). Menurut Brune (1970), parameter sumber erat hubungannya dengan frekuensi spektral dari sinyal. Near dan far-field spectra yang terekam saat terjadinya gempabumi dapat mengindikasikan stress efektif yang berasal dari dalam tubuh gunungapi. Analisis spektral sangat cocok diterapkan di gunung Sinabung karena aktivitas kegempaannya didominasi oleh VTA. Analisis spektral dilakukan untuk mendapatkan parameter sumber gunungapi. Parameter sumber ini berguna untuk mempelajari bagaimana dinamika sumber dari gempabumi VTA di gunung tersebut. Sumber gempabumi VTA diduga berasal dari retakan/getaran pada dinding kantong magma. Seiring mendekati erupsi, sumber gempabumi VTA terus 2 naik kepermukaan dan berpusat pada dinding pipa kepundan (dyke). Pada saat terjadinya erupsi sumber gempabumi aktivitas gempabumi VTA menurun dan didominasi oleh gempabumi-gempabumi vulkanik long periode (frekuensi rendah). Hal ini terjadi karena sumber gempabumi VT berada sangat dekat dari permukaan kawah. Sumber gempabumi VTA setelah erupsi akan kembali berpusat pada dinding pipa kepundan dan kantong magma. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik spektral gempabumi VTA gunung Sinabung, baik kawasan waktu ataupun frekuensi sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi? 2. Bagaimana sebaran hiposenter dan mekanisme sumber, sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi? 3. Bagaimana parameter sumber, sebelum, sesaat dan setelah terjadinya erupsi? 4. Bagaimana dinamika bawah permukaan gunung Sinabung, sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Data yang dianalisis adalah data kegempaan VT dari kompleks gunung Sinabung yang direkam secara digital pada Juli-November 2013 dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. 2. Gempabumi VT yang dianalisis adalah gempabumi VT dalam (VTA) dan tremor spasmodik pada saat terjadinya erupsi tanggal 15 September. 3. Dalam interpretasi data akan dibagi menjadi 3 periode, yaitu periode sebelum erupsi (1 Juli-14 September 2013), saat (15-18 September 2013) dan setelah erupsi (19 September-30 November 2013). 4. Untuk mendapatkan parameter sumber digunakan model Brune menggunakan high frequency cutoff (Fmax). 5. Hiposenter ditentukan menggunakan metode Geiger. 3 6. Mekanisme sumber ditentukan menggunakan polaritas gelombang P dengan asumsi model kopel ganda. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan: 1. karakteristik spektral gempabumi VTA gunung Sinabung baik kawasan waktu ataupun frekuensi sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi, 2. sebaran hiposenter dan mekanisme sumber sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi, 3. parameter sumber sebelum, sesaat dan setelah terjadinya erupsi, 4. dinamika bawah permukaan gunung Sinabung sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya dinamika sumber di bawah permukaan gunung Sinabung sebelum, saat dan setelah terjadinya erupsi. Hal ini penting untuk mempelajari karakteristik gunung Sinabung lebih lanjut. Selain itu, informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka mitigasi erupsi gunungapi. 4