BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu ( ASI) 2.1.1. Definisi

advertisement
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu ( ASI)
2.1.1. Definisi ASI
Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam–garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu
ibu. Penelitian telah membukt ikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik
pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan.
WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama
6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Selama ASI eksklusif
pemantauan tumbu kembang bayi harus dilakukan rutin tiap bulan baik
posyandu atau di rumah sakit (Tjipta, 2009). ASI adalah standar utama
banyak susu formula bayi (Friedman, 2005).
ASI eksklusif adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan
makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu,
teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan
(Roesli, 2000).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian
agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui
adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar ,teratur dan
eksklusif. Oleh karena itu, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah
bagaimana ibu dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif
sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2(dua)
tahun. Organisasi Kesehatan Dunia, WHO dan Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/MENKES/IV/2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia
mulai tanggal 7 April 2004 ( Puslitbang Gizi dan Makanan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.2. Produksi ASI
Makanan utama dan pertama bagi bayi adalah ASI, khususnya ASI
eksklusif tidak dapat digantikan oleh susu manapun mengingat komposisi
ASI yang sangat ideal dan sesuai kebutuhan bayi disetiap saat serta
mengandung zat kekebalan yang penting mencegah timbulnya penyakit
(Juliani, 2009). Air susu ibu unik, spesifik, dan merupakan cairan nutrisi
yang kompleks yang terdiri dari kandungan imunologis dan faktor
pertumbuhan. Keunikan kandungan ASI sesuai perubahan kebutuhan bayi
selama pertumbuhan dan perkembangan(Wagner, 2009).
Selama masa gestasi kelenjar mamaria dan payudara, dipersiapkan
untuk laktasi (pembentukan susu). Selama kehamilan, konsentrasi estrogen
yang tinggi menyebabkan perkembangan duktus yang ekstensif sementara
kadar progesteron yang tinggi merangsang pembentukan lobulus alveolus.
Peningkatan kosentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior yang
dirangsang oleh peningkatan kadar ekstrogen) dan human chorionic
somatomammotropin (suatu hormon peptida yang dikeluarkan oleh plasenta)
juga
ikut
berperan alam perkembangan kelenjar
menginduksi
pembentukan
enzim–enzim
yang
mamaria dengan
diperlukan
untuk
menghasilkan susu (Sherwood, 2001).
Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting: (1)
prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu,
dan (2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu, hal in mengacu
pada ekspulsi paksa susu dari lumen alveolus melalui duktus–duktus.
Pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh refleks neuroendokrin
yang dipicu oleh rangsangan mengisap puting payudara (Sherwood, 2001).
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
(Soetjiningsih, 1997)
a.
Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mama yang mengandung jaringan debris dan sisa - sisa
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamaria
Universitas Sumatera Utara
7
sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi
oleh kelenjar mamaria dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi. Komposisi kolostrum dari hari ke hari
berubah dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur. Kolostrum
juga merupakan suatu laxatif yang ideal untuk membersihkan
mekoneum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
Kandungan protein kolostrum lebih tinggi dibandingkan ASI
matur, tetapi berbeda dengan ASI matur dimana protein yang utama
adalah kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin,
sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Kolostrum juga lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI
matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan
pertama. Kadar karbohidrat dan lemaknya jika dibandingkan lebih
rendah dibandingkan dengan ASI matur. Total energi lebih rendah
dibandingkan ASI matur yaitu 58 kalori/100 ml kolostrum. Dan
mengandung vitamin larut lemak lebih tinggi, namun vitamin larut
dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari pada ASI matur .
Berikut ini merupakan ciri – ciri kolostrum :
1. Berwarna kekuning – kuningan, lebih kuning dari pada ASI
matur.
2. Bila dipanaskan menggumpal, ASI matur tidak.
3. PH lebih alkalis dibandingkan ASI matur.
4. Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di
bandingkan ASI matur.
5. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di
dalam usus bayi kurang sempurna, yang akan menambah
kadar antibodi pada bayi.
6. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
Universitas Sumatera Utara
8
b.
Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
ASI ini merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI
matur. Disekresi dari hari ke-4 hingga hari ke-10 dari masa laktasi,
tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi
pada minggu ke-3 hingga ke-5. ASI transisi ini memiliki kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin
tinggi, dan volumenya semakin meningkat.
c.
Air Susu Matur
ASI matur adalah ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan
seterusnya, yang memiliki komposisi relatif konstan, tetapi sebagian
peneliti berpendapat bahwa baru pada minggu ke-3 sampai ke-5 ASI
komposisinya baru konstan. ASI matur merupakan
makanan yang
dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang
sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6
bulan pertama bagi bayi.
Berikut karakteristik ASI matur :
1. Merupakan cairan putih kekuning - kuningan, karena
mengandung kasienat, riboflaum dan karotin.
2. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
3. Volume: 300 – 850 ml/24 jam.
4. Terdapat faktor – faktor anti mikrobakteria, yaitu:
a. Antibodi terhadap bakteri dan virus.
b. Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle
type T)
c. Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
d. Protein (lactoferrin, B12 binding Protein)
e. Faktor resisten terhadap staphylococcus.
f. Komplemen ( C3 dan C4)
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.3. Komposisi ASI
Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena
kandungannya yang berbeda dengan air susu yang matur dan jumlah
kolostrum hanya sekitar 1% dalam air susu matur. Kolostrum lebih banyak
mengandung imunoglobin A (Ig A), laktoterin dan sel-sel darah putih, yang
semuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih
banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral
natrium (Na) dan seng (Zn) ( Siregar, 2004)
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Board National research
Council diperoleh perkiraan komposisi kolostrum, ASI, dan susu sapi untuk
setiap 100 ml seperti tertera pada table berikut (Siregar, 2004):
Tabel 2.1Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100ml
Zat – zat Gizi
Kolostrum
ASI
Susu Sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein /whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
59
2,3
140
218
330
364
5,4
2,9
70
0,9
1 : 1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
65
3,4
1 : 1,2
4,8
3,9
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam Nikotinik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
151
1,9
30
75
183
0,06
0,05
0,05
5,9
1,5
75
14
40
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
41
43
145
82
64
340
2,8
1,3
0,6
1,1
0,02
0,07
Universitas Sumatera Utara
10
-
Vit K
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum)
(mg)
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)
-
1,5
6
39
85
40
70
4
14
74
48
22
35
40
40
100
4
15
57
15
14
1302
120
145
58
12
120
145
58
30
Sumber : Food and Nutrition Board National research Council, dalam Siregar, 2004.
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat
pada tabel 2.1., dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak
protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan
sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan
membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi
diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total
protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan
membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh
usus bayi(Siregar, 2004).
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari
lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan
lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak
(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya,
dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung
sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan
membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut “Hind milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat
kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang
dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak
memperoleh air susu ini (Siregar, 2004)
Universitas Sumatera Utara
11
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat
dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan
terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya
sebagai sumber energi, didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi
asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah
pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan
kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih
mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan
pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium,
fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang
diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya
dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak
susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila
kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air
telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan
tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Siregar, 2004)
ASI juga mengandung prebiotik (oligosakarida) yang menjadi faktor
tumbuh bagi koloni probiotik. Penelitian 5 tahun terakhir ini menunjukkan
bahwa ASI sebagai sumber utama Bifidobacteria dan Lactobacilli dalam usus
bayi yang spesifik meningkatkan perkembangan dan maturasi sistem imun
saluran cerna. Bifidobactleria dan Lactobacilli merupakan mikroflora yang
normal ditemukan dalam saluran cerna, dapat dikosumsi dalam bentuk
suplementasi makanan yang kita kenal dengan nama probiotik. Namun bayi
yang mendapat ASI tidak perlu diberikan probiotik ( Tjipta, 2009).
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.4. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,
neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Depkes RI, 2001).
1. Aspek Gizi.
Manfaat kolostrum antara lain:
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi.
c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
Manfaat ASI berdasarkan komposisinya antara lain:
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zatzat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi.
Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey
lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein
ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
Universitas Sumatera Utara
13
mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.
Selain itu, ASI kaya akan komposisi Taurin, DHA dan AA.
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam
ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting
untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya
gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty
acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. Jumlah DHA dan AA
dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3
(asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup
tinggi.
Sekretori
Ig.A
tidak
diserap
tetapi
dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d. Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak daripada susu sapi.
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000
sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated
Universitas Sumatera Utara
14
Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan
Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan
payudara ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui, bahwa ibu
mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk
bayi.
b. Interaksi ibu dan bayi, pertumbuhan dan perkembangan psikologik
bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung ibu - bayi, ikatan kasih sayang ibu bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin
to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi
merasakan kehangatan tubuh ibu.
4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan
untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan
kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6
point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada
usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Universitas Sumatera Utara
15
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara
umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
2.1.5. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai
pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui
selanjutnya (Arifin Siregar, 2004).
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut(Arifin
Siregar, 2004):
a. Pada masa Kehamilan (antenatal):
1. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun
bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
2. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan
putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu
perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
3. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
16
4. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan
trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat
belum hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal
ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang
sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan
hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal):
1. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan
ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni
mengenai posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
2. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama
24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1)
dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal).
1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama
usia
bayi,
yaitu
hanya
memberikan
ASI
saja
tanpa
makanan/minuman lainnya.
2. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali
lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
3. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan
pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar
produksi ASI tidak terhambat.
4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting
untuk menunjang keberhasilan menyusui.
5. Rujuk ke posyandu atau puskesmas atau petugas kesehatan
apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara bengkak
disertai demam.
Universitas Sumatera Utara
17
6. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk
meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui
bagi mereka.
7. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6
bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun
kualitas.
2.1.6 Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusu dini akan sangat
membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan
lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga
usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan ‘penyelamatan
kehidupan’, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22 persen
dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui satu jam
pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi
dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia,
dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga
kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun
masyarakat
dapat
mensosialisasikan
dan
melaksanakan
mendukung
suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai sumber daya
Indonesia yang berkualitas (Seksi Gizi Departemen Kesehatan Kabupaten
Kulon Progo Yogyakarta, 2009).
Berikut ini adalah proses inisiasi menyusu dini:
1. Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi
terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang
nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Para petugas kesehatan yang membantu ibu menjalani proses
melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran
seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi
caesar.
3. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa
menghilangkan
vernix
(kulit
putih).
Vernix
(kulit
putih)
menyamankan kulit bayi.
4. Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan,
kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan
ibu diselimuti.
5. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk
mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke
puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk
mencari puting susu ibunya.
6. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu
didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat
mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
7. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan
kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
8. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
9. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi
menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal.
Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu
dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa
dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui.
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.7. Cara Memberikan ASI
Langkah – langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut
(Sarwono, 2008):
1. Cuci tangan dengan air yang bersih.
2. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh mengantung.
3. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.
Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban
puting susu.
4. Posisikan bayi yang benar
a. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu.
b. Perut bayi menempel ke tubuh ibu
c. Mulut bayi berada di depan puting ibu
d. Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di
antara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas berada dalam
satu garis lurus.
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,
kemudian dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dan
puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
6. Cek apakah perlekatan sudah benar
a. Dagu menempel ke payudara ibu
b. Mulut terbuka lebar
c. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke
dalam mulut bayi
d. Bibir bayi terlipat ke luar
e. Pipi bayi tidak boleh kempot ( karena bayi tidak menghisap,
tetapi memerah ASI)
f. Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi
menelan
Universitas Sumatera Utara
20
g. Ibu tidak kesakitan
h. Bayi tenang
7.
Pemberian ASI ad libitium jangan dijadwal. Pada hari – hari
pertama ASI belum banyak sehingga bayi akan sering meminta
menyusu. Apabila ASI sudah banyak bayi akan mengatur sendiri
kapan ia ingin menyusu. Pada hari – hari pertama menyusu dari satu
payudara antara 5 -10 menit dan boleh dari kedua payudara karena
ASI belum banyak. Setelah ASI banyak bayi perlu menggosokkan
salah satu payudara baru menyusu pada payudara lainnya. Untuk
penyusuan berikut mulai dari payudara yang belum kosong.
Penggosongan payudara setiap kali menyusui mempunyai tiga
keuntungan:
a. Merupakan umpan balik untuk merangsang pembentukan
ASI kembali
b. Mencegah terjadi bendungan ASI dan komplikasinya
c. Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap ( susu awal
dan susu akhir)
8.
Tidak memberikan minuman lain sebelum ASI keluar. Bayi sehat
cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam, dengan hisapan
bayi yang terus – menerus maka kolostrum akan cepat keluar.
Pemberian minuman lain sebelum ASI keluar akan mengurangi
keinginan bayi untuk menghisap, dengan akibat pengeluaran ASI
tertunda.
2.1.8 ASI Perah
Untuk bayi – bayi yang belum bisa menghisap ( bayi prematur/ bayi
sakit), ibu dapat diajarkan cara memerah ASI. Memerah ASI dapat dimulai 6
jam setelah melahirkan dan dilakukan paling kurang 5 kali dalam 24 jam
( Sarwono, 2008).
a. Cara memerah ASI :
Universitas Sumatera Utara
21
1. Cuci tangan yang bersih
2. Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan
telah direbus.
3. Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti membentuk hauruf C
dan diletakkan di batas areola mama. Tekan jari telunjuk dan
ibu jari ke arah dada ibu kemudian perah dan dilepas. Gerakan
perah dan lepas dilakukan berulang.
b. Cara menyimpan ASI perah :
1. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6 – 8 jam.
2. Di dalam lemari es pendingin ( 40 C) tahan 2 x 24 jam.
3. Di dalam lemari es pembeku (- 40 C ) tahan sampai beberapa
bulan.
c. Cara memberikan ASI perah :
1. ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin,sebelum
diberikan kepada bayi perlu dihangatkan dengan merendam
dalam air panas.
2. ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es. Oleh karena itu, hangatkanlah
ASI secukupnya sebanyak yang kira – kira bisa dihabiskan oleh
bayi dalam sekali minum.
3. ASI yang disimpan di lemari pembeku perlu dipindahkan ke
lemari pendingin untuk mencairkannya sebelum dihangatkan.
4. ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan
mengganggu penyusuan langsung dari payudara, berikanlah
dengan menggunakan sendok atau cangkir. Menghisap dari
botol berbeda dengan menyusu dari ibu.
Universitas Sumatera Utara
22
2.1.9 Masalah – Masalah yang Dihadapi Ibu Menyusui
Masalah – masalah yang sering dihadapi ibu yang menyusui adalah :
1.
Hisapan yang sangat kuat
Hisapan yang sangat kuat dapat menyebabkan rasa yang sangat
tidak nyaman bagi ibu. Penting sekali untuk kembali menyakinkan ibu
bahwa isapan yang kuat ini biasanya hanya berlangsung dalam 24 – 36
jam. Penanganannya adalah (Schwartz, 2005):
a. Tetap menyusui dengan sering.
b. Kompres
hangat
atau
mandi
sebelum
menyusui
dapat
mengurangi rasa tidak nyaman ini
c. Payudara dikompres dengan es setelah menyusui.
d. Pemberian Parasetamol dengan atau tanpa kodein dosis rendah
untuk menghilangkan rasa tidak nyaman.
e. Jika menggunakan pompa payudara, sebaiknya hanya sedikit
ASI saja yang boleh dipompa untuk menghindari meningkatnya
produksi ASI.
2.
Puting Susu yang Nyeri/ Retak/ Berdarah
Penanganannya adalah (William, 2005):
a. Mengevalusi kembali posisi bayi pada puting susu. Puting
susu yang tidak masuk secara tepat dalam mulut bayi
merupakan penyebab paling umum rasa nyeri pada puting
susu.
b. Puting terpajan udara.
c. Pertama – tama berikanlah ASI dari payudara yang paling
sedikit terasa nyeri / retak / berdarah.
d. Minumlah parasetamol 20 menit sebelum menyusui ( tetapi
hanya setiap 4 jam).
Universitas Sumatera Utara
23
e. Pada puting yang retak, oleskan ASI yang sudah ditampung
dan dibiarkan mengering. Tindakan ini akan menghasilkan
penyembuhan yang dramatis
f. Berikan ASI yang sudah ditampung secara manual terlebih
dahulu (untuk menenangkan ibu yang terlalu bersemangat
dalam memberi ASI).
g. Pada kasus yang berat, hentikan dahulu pemberian ASI dan
pemompaan ASI pada putting yang nyeri / retak / berdarah
untuk sementara waktu.
3.
Duktus Alveolaris (Milk Duct) yang Tersumbat / Mastitis
Duktus alveolaris yang tersumbat (galaktokel) menunjukkan
adanya suatu pembengkakan yang keras, bulat atau linier yang
persisten, biasanya terdapat pada kuadran lateral dan inferior payudara.
Penanganannya adalah (William, 2005):
a.
Gunakanlah tekanan yang hangat, lembab pada payudara
selama 20 menit sebelum menyusui.
b.
Sewaktu melakukan tekanan, pijatlah payudara dari proksimal
ke distal (kearah puting), dengan memusatkan pada daerah
yang terkena.
c.
Seringlah menyusui (setiap 1,5 – 2 jam) selama paling sedikit
10 menit pada setiap payudara. Menyusu pada sisi yang
terkena terlebih dahulu sampai sumbatannya hilang. Posisikan
bayi dengan dagu menghadap ke daerah yang terkena (
kauadran ini akan kosong dengan baik). Diperlukan beberapa
kali menyusui untuk mengosongkan duktus yang tersumbat.
4.
Penambahan Berat Badan Awal yang Buruk
Bayi cukup bulan yang diberi ASI, secara normal akan kehilangan
berat lahirnya sebesar 10 – 12 %
selama beberapa hari pertama
kehidupan, tetapi seharusnya berat badannya akan kembali normal pada
Universitas Sumatera Utara
24
2 minggu. Menelepon atau melakukan kunjungan pada pasien dalam 42
jam setelah pulang dari rumah sakit merupakan hal yang penting untuk
mendeteksi masalah secara dini. Ibu harus ditanyai tentang (Schwartz,
2005):
a. Frekuensi dan lamanya menyusui.
b. Tanda – tanda laktasi yang berhasil (misalnya, berkurangnya
kepenuhan payudara setelah menyusui, keluarnya ASI dan
hilangnya rasa tidak nyaman pada putting setelah mulut bayi
melekat erat pada puting).
c. Bayi yang normal berkemih 6 – 8 kali sehari.
d. Seringnya buang air besar dalam sehari (3- 4 kali per hari pada
hari ke-3 sampai ke-4, 4-6 kali per hari pada hari ke- 4 sampai
ke-6, 8-10 per hari dari usia1 minggu hingga 1 bulan.
e. Apakah bayi terlihat pulas atau mengantuk setelah disusui.
2.2. Konsep Pengetahuan
Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)
(Notoatmodjo, 2003).
Hasil
penelitian
Rogers
(1974)
dalam
Notoatmodjo
(2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek
tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
Universitas Sumatera Utara
25
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni: (Notoatmodjo, 2003)
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Universitas Sumatera Utara
Download