BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan tingkat pembangunan. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, maka setiap negara berupaya menciptakan iklim yang dapat meningkatkan investasi. Investasi atau penanaman modal adalah komponen pembentuk nilai tambah nasional, yang merupakan pembelian barang modal dan pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang serta jasa yang tersedia dalam perekonomian. Meningkatnya kegiatan perekonomian sangat tergantung kepada aliran modal bagi usaha produktif. Dapat dikatakan bahwa ekspor dan investasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan pada umumnya didukung oleh peningkatan ekspor dan investasi. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Dengan adanya kegiatan produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, yang selanjutnya menciptakan atau meningkatkan permintaan di pasar. Ketika pasar berkembang berarti juga volume kegiatan produksi, kesempatan kerja, pendapatan di dalam negeri meningkat, maka terciptalah pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2011: 42-49). 1 Menurut Nugroho (2008), investasi merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah perekonomian, karena dapat mendorong pertambahan pendapatan nasional, mendorong penciptaan lapangan kerja, serta sebagai alat pemerataan baik pemerataan antardaerah, antarsektor, dan antarperorangan. Dari berbagai teori ekonomi menjelaskan bahwa investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Meningkatnya tingkat bunga akan mengakibatkan berkurangnya pengeluaran investasi dan sebaliknya, menurunnya tingkat bunga akan mengakibatkan bertambahnya pengeluaran investasi. Keynes berpendapat bahwa pemerintah seharusnya melakukan intervensi melalui kebijakan fiskal dan moneter untuk mendorong kesempatan kerja penuh, stabilitas harga, dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengurangi depresi dan resesi ekonomi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan belanja pemerintah atau mengurangi pajak yang dapat menambah belanja konsumsi sektor swasta. Menambah pasokan uang untuk menurunkan suku bunga dengan harapan agar kebijakan tersebut mampu mendukung investasi. Untuk menghadapi inflasi yang disebabkan oleh permintaan keseluruhan yang berlebihan, pemerintah dapat mengurangi belanja, meningkatkan pajak untuk mengurangi belanja konsumsi sektor swasta, atau mengurangi pasokan uang untuk meningkatkan suku bunga, yang akan dapat meredam belanja investasi berlebihan (Sastradipoera, 2007: 247). Teori lain yang didasarkan pada ekonomi makro adalah teori akselerator. Teori akselerator didasarkan pada asumsi ketergantungan persediaan modal (capital stock) dan tenaga kerja. Namun demikian, sebagaimana umumnya negara 2 berkembang maka supply tenaga kerja melimpah sehingga dapat disederhanakan bahwa output nasional hanya bergantung kepada kapital. Investasi berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Investasi memiliki beberapa manfaat penting di antaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau penambahan devisa. Pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap dapat meningkatkan produktivitas sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Todaro (2004: 140) menjelaskan bahwa akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal secara fisik suatu negara (nilai riil netto atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal itu dapat meningkatkan output di masa mendatang. Sebagian negara sedang berkembang yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonomi umumnya menutup kesenjangan pembiayaan dengan mencari sumber-sumber dari luar negeri. Berdasarkan sifatnya, arus modal asing yang harus dibayar kembali disebut tabungan luar negeri. Tabungan luar negeri meliputi tabungan resmi ke sektor pemerintah (official saving) dan tabungan swasta (private saving). Pada umumnya negara berkembang seperti Indonesia yang berpenghasilan rendah sering terjadi kesenjangan antara investasi dan tabungan serta kesenjangan devisa yang dapat dilihat pada defisit anggaran. 3 Kebijakan investasi banyak mengalami perubahan dari setiap masa. Saat ini, investasi di Indonesia diatur dalam perundang-undangan yakni Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Pada pasal 3 menyebutkan ada beberapa tujuan dari adanya penanaman modal, yaitu: 1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; 2. menciptakan lapangan kerja; 3. meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; 4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; 5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; 6. mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; 7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan 8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi Indonesia tercermin pada Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). PMA adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik dengan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal asing. PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 4 Perkembangan investasi di Indonesia mengalami kenaikan selama lima tahun dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai investasi dan jumlah proyek PMA maupun PMDN. Realisasi nilai PMA pada tahun 2010 sebesar Rp145.787,266 miliar, naik menjadi Rp176.595,038 miliar pada tahun 2011. Tahun berikutnya, 2012 mengalami kenaikan menjadi Rp237.540,358 miliar, naik kembali menjadi Rp348.819,438 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 naik menjadi Rp354.909,343. Realisasi nilai investasi PMDN juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 realisasi nilai investasi PMDN sebesar Rp60.626,5 miliar. Pada tahun 2011 naik menjadi Rp75.557,9 miliar kemudian naik kembali menjadi Rp92.182,01 miliar pada tahun 2012. Pada tahun 2013 dan 2014 juga mengalami kenaikan secara berurutan menjadi Rp128.150,59 miliar dan Rp156.126,15 miliar. Tren kenaikan PMA dan PMDN dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut. Sumber: SIMREG Kementerian PPN/Bappenas, 2010-2014 (diolah) Gambar 1.1 Realisasi Nilai Investasi di Indonesia Gambar 1.2 menunjukkan perkembangan realisasi jumlah proyek PMA dan PMDN tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 realisasi jumlah proyek PMA sebanyak 3.081 proyek, naik menjadi 4.342 proyek pada tahun 2011. Tahun 2012 5 dan 2013 juga mengalami kenaikan menjadi 4.579 proyek dan 9.612. Namun pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 8.885 proyek. Hal serupa juga terjadi pada realisasi jumlah proyek PMDN. Sumber: SIMREG Kementerian PPN/Bappenas, 2010-2014 (diolah) Gambar 1.2 Realisasi Jumlah Proyek di Indonesia Kenaikan tren investasi di Indonesia baik PMA maupun PMDN tidak sejalan dengan pemerataan investasi di berbagai daerah. Investasi masih terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.3 yang menunjukkan bahwa investasi masih mengalami ketimpangan. Nilai investasi selama lima tahun berturut-turut yang tertinggi tersebar pada provinsi yang berada di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. Di luar Pulau Jawa nilai investasi tertinggi berada di Provinsi Kalimantan Timur dan Papua Barat. Pada tahun 2014 nilai investasi DKI Jakarta sebesar Rp73.907.868,40 juta, Jawa Barat Rp100.357.578,00 juta, dan Jawa Timur Rp60.555.184,00 juta. Tingginya investasi di provinsi tersebut dikarenakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian berada di Pulau Jawa. Daerah yang menjadi pusat pertambangan seperti Provinsi Kalimantan Timur, Riau, dan Papua Barat juga 6 memiliki nilai investasi yang tinggi. Nilai investasi di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 sebesar Rp39.551.184,80 juta, Provinsi Riau sebesar Rp24.744.876,40 juta, dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp15.781.924 juta. Hal ini sangat kontras dengan nilai investasi di beberapa daerah di Indonesia seperti Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bengkulu, dan Gorontalo. Pada tahun 2014 nilai investasi Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya sebesar Rp191.145,20 juta, Provinsi Bengkulu sebesar Rp248.140,80 juta, dan Provinsi Gorontalo sebesar Rp95.999,60 juta. Sumber: Simreg Kementerian PPN/Bappenas, 2010-2014 (diolah) Gambar 1.3 Perkembangan Investasi Per Provinsi (Juta Rupiah) 7 Penelitian terkait investasi dari berbagai negara telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi. Penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi investasi tidak hanya faktor ekonomi saja, namun juga faktor-faktor non ekonomi. Yasmin dan Hussain (2003) menyatakan urbanisasi, PDB per kapita, standar hidup, inflasi, current account, memengaruhi Foreign Direct Invesment (FDI) secara signifikan pada kelompok negara low income. Urbanisasi, angkatan kerja, investasi domestik, trade openness, standar hidup, current account, external debt, dan gaji mempengaruhi FDI secara signifikan pada kelompok negara middle income. Onyeiwu dan Shrestha (2004) dalam penelitian tentang determinan investasi langsung luar negeri di Afrika, menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi investasi langsung luar negeri adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, keterbukaan ekonomi, cadangan devisa, dan ketersediaan sumber daya alam. Hal ini bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional, hak-hak politik dan infrastruktur yang ditemukan menjadi tidak penting untuk aliran investasi langsung luar negeri yang mengalir ke Afrika. Penelitian di Indonesia oleh Afrizal (2009), menyatakan ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada iklim investasi di Indonesia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrasruktur dasar (listrik, telekomunikasi, prasarana jalan, dan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja, regulasi dan 8 perpajakan, birokrasi, masalah good governance termasuk masalah korupsi. Konsistensi dan kepastian dalam kebijakan pemerintah juga memengaruhi iklim investasi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyusun penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Belanja Modal, TPAK, Distribusi Listrik, dan Jumlah Tindak Pidana terhadap Investasi di Indonesia Tahun 2010-2014” sebagai langkah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi investasi di Indonesia. 1.2 Keaslian Penelitian Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi menjadi studi yang penting, karena investasi menjadi salah indikator yang berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan sebuah negara. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebagai berikut. 1. Salahuddin dan Rabiul Islam (2008) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi investasi di negara-negara berkembang. Penelitian ini menggunakan data panel 97 negara berkembang dengan rentang waktu 19732002. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi bruto di negara-negara berkembang. 2. Yasmin, Hussain, dan Chaudhary (2003) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi Foreign Direct Invesment (FDI) di negara berkembang. Penelitian ini menggunakan panel data dengan pendekatan secara terpisah menjadi tiga kelompok negara yaitu, lower-income group, middle-income group, dan upper-middle group. Sampel data yang digunakan 15 negara 9 berkembang dengan rentang waktu 27 tahun, 1970-1997. Tujuan penelitian ini menemukan volume dan determinan FDI di negara berkembang. 3. Onyeiwu dan Shreshtha (2004) meneliti determinan Foreign Direct Invesment (FDI) di Afrika. Penelitian ini menggunakan analisis panel data dengan menggunakan data 29 negara di Afrika perode 1975-1999. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis determinan FDI di Afrika. 4. Afrizal (2009) meneliti tentang investasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model dinamik yaitu, Error Correction Model (ECM). Data yang digunakan adalah data time series periode tahun 1992-2007. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis investasi di Indonesia. 5. Sarwedi (2002) meneliti investasi langsung dan faktor yang memengaruhi investasi langsung di Indonesia. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan karakteristik dalam negeri suatu negara, yang akan dikombinasikan dalam periode jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan perhitungan kuadrat terkecil sederhana (Ordinary Least Square = OLS). Dengan mengaplikasikan model koreksi kesalahan (Error Correction Model=ECM) dan Uji Kausalitas Granger. Tujuan penelitian ini menganalisis variabel yang memengaruhi penanaman modal asing langsung selama rentang waktu 1978-2001. 6. Sutawijaya dan Zulfahmi (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi investasi swasta di Indonesia. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan rentang waktu dari tahun 1986-2011. Tujuan 10 penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel-variabel yang belum digunakan pada penelitian sebelumnya antara lain belanja modal untuk memproksi belanja pemerintah, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), distribusi listrik sebagai proksi dari variabel infrastruktur, dan jumlah tindak pidana yang merupakan proksi dari stabilitas keamanan. Penelitian ini juga berbeda pada rentang waktu dan tempat. Untuk analisinya sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu dengan analisis data panel. 1.3 Rumusan Masalah Dalam rangka melaksanakan pembangunan ekonomi maka suatu negara memerlukan investasi. Investasi di Indonesia baik investasi asing maupun domestik mengalami peningkatan setiap tahun, namun investasi tersebut masih tidak merata, dan terkonsentrai di wilayah Jawa, Kalimantan Timur, dan Papua. Penelitian terkait investasi dari berbagai negara telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi investasi. Penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa faktorfaktor yang memengaruhi investasi tidak hanya faktor ekonomi saja, namun juga faktor-faktor non ekonomi. Faktor-faktor yang memengaruhi investasi yang digunanakan dalam penelitian ini adalah belanja modal, tingkat partisipasi angkatan kerja, distribusi listrik, dan jumlah tindak pidana. 11 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh belanja modal terhadap investasi di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap investasi di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh distribusi listrik terhadap investasi di Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh tindak pidana terhadap investasi di Indonesia? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh belanja modal terhadap investasi di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap investasi di Indonesia. 3. Menganalisis pengaruh distribusi listrik terhadap investasi di Indonesia. 4. Menganalisis pengaruh tindak pidana terhadap investasi di Indonesia. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dengan adanya penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: 12 1. Manfaat Ilmiah. Untuk memahami dan mendalami masalah-masalah di bidang Ekonomika Pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Indonesia. 2. Manfaat Praktis. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitipeneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah serupa. 3. Manfaat Kebijakan. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merestrukturisasi suatu kebijakan tentang investasi. Pemerintah perlu mendorong dan menjadi fasilitator dalam meningkatkan investasi dalam negeri maupun luar negeri. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari 5 Bab, secara garis besar sebagai berikut. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari teori, model penelitian, kerangka penelitian, dan kajian penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, model analisis data. Bab IV Pembahasan yang terdiri dari mengenai deskripsi data dan pembahasan. Bab V merupakan bagian yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran. 13