JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 70-76 PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Hurun Ain, Kasiati, Sri Rahayu Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Ijen No 77C Malang email: [email protected] Abstract: The research To determine fulfilling the nutritional needs of infants who are hospitalized. Design descriptive explorative. Populations around the subject of children who are hospitalized at Children’s Hospital room Jatiroto Lumajang of 40 people. Samples obtained as many as 40 people with total sampling technique. The variables of this study is the fulfillment of the nutritional needs of infants who are hospitalized. Data taken by observation intake of nutrients during 3x24 hours using observation sheet instruments with ratings 0 = Not consume a diet that is provided at all, 1 = Spent diet supplied ¼ part, 2 = Spend ½ parts supplied diet, 3 = Spent ¾ parts diet provided, 4 = Spent the whole diet provided. Data analysis and processing sub variables of knowledge and action by way of acquisition of each score divided respondents maximum score multiplied by 100%, the results are then categorized into two:>50% = nutritional needs are met, <50% = nutritional needs are not met. The results showed more than half of respondents were that 22 people (55%) nutritional needs are not met. Based on the analysis There are several factors that contribute to the majority of respondents nutritional needs are not met, among others: age, length of hospitalization, illness, and a history of previous hospitalization. Based on the results concluded that more than half of respondents (55%) are not met nutritional needs during hospitalization at the hospital. Keywords: meeting the nutritional needs, toddler, inpatient hospital Abstrak: Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan nutrisi balita yang dirawat inap di rumah sakit. Desain penelitian ini deskriptif eksploratif. Populasi subjek seluruh balita yang dirawat inap di Ruang Anak Rumah Sakit Jatiroto Lumajang berjumlah 40 orang. Sampel didapatkan sebanyak 40 orang dengan teknik total sampling. Variabel penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi balita yang dirawat inap. Data diambil dengan melakukan observasi jumlah asupan nutrisi selama 3x24 jam menggunakan instrument lembar observasi dengan penilaian 0 = Tidak mengkonsumsi diet yang disediakan sama sekali, 1 = Menghabiskan ¼ bagian diet yang disediakan, 2 = Menghabiskan ½ bagian diet yang disediakan, 3 = Menghabiskan ¾ bagian diet yang disediakan, 4 = Menghabiskan seluruh diet yang disediakan. Pengolahan dan analisis data sub variabel pengetahuan dan tindakan dengan cara skor perolehan tiap-tiap responden dibagi skor maksimal dikalikan 100%, hasilnya kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu > 50% = kebutuhan nutrisi terpenuhi, < 50% = kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengahnya responden sebanyak yaitu 22 orang (55%) kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil analisis terdapat beberapa faktor yang turut menyebabkan sebagian besar kebutuhan nutrisi responden tidak terpenuhi antara lain : umur, lama rawat inap, penyakit yang diderita, dan riwayat rawat inap sebelumnya. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa lebih dari setengah responden (55%) kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama dirawat inap di rumah sakit. Kata kunci: pemenuhan kebutuhan nutrisi, balita, rawat inap di rumah sakit PENDAHULUAN hospitalisasi adalah perpisahan dengan orang terdekat, lingkungan asing dan rasa nyeri akibat penyakitnya atau tindakan medis serta hilangnya otonomi anak. Stress pada anak saat ISSNmenjalani 2301-4024 Anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit akan mengalami stress fisik maupun psikologis. Stressor terbesar saat anak menjalani 70 70 Ain, Pemenuhan kebutuhan nutrisi balita yang dirawat inap di rumah sakit rawat inap akan berdampak pada hilangnya atau menurunnya nafsu makan anak. Sehingga kebutuhan nutrisi tidak atau kurang terpenuhi. Selain dari stress hospitalisasi faktor penyakit juga dapat menjadi penyebab kebutuhan nutrisi atau kurang terpenuhi misalnya pada penyakit sindrom nefrotik. Pada anak dengan penyakit sindrom nefrotik akan mengalami gangguan fungsi pencernaan dalam penyerapan garam, sehingga dapat terjadi gangguan perasa yang bisa mengakibatkan anak mengalami penurunan nafsu makan. Pada umumnya anak yang dirawat dirumah sakit akan timbul rasa takut pada dokter atau perawat, dalam bayangannya perawat atau dokter akan menyakiti dengan menyuntik, selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orangtua atau saudaranya. Lingkungan dirumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan alatalat yang berada diruang perawatan. Reaksi pertama selain ketakutan juga pasien kurang nafsu makan bahkan anak yang masih kecil menangis, tidak mau minum susu atau makan makanan yang diberikan (Ngastiyah, 2005) Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di Rumah Sakit. Malnutrisi rumah sakit adalah suatu keadaan penurunan berat badan akibat dari asupan nutrisi yang tidak adekuat. Sebanyak 6,1-51% anak mengalami malnutrisi rumah sakit. Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009 jumlah anak yang mengalami malnutrisi yaitu sebanyak 40-50% (Sudaryati, 2007). Di Indonesia malnutrisi menjadi penyebab kematian nomor dua setelah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Tipe malnutrisi yang biasa menjadi penyebab kematian adalah kekurangan nutrisi (Suhada, 2012). Menurut Delgado (2008) dalam suhada (2012). Insiden malnutrisi pada anak yang dirawat di rumah sakit jarang teridentifikasi oleh tim kesehatan di rumah sakit. Hal ini membuat jumlah nutrisi yang diberikan pada anak tidak sesuai dengan kebutuhannya, yang berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi anak. Keadaan ini akan dapat memperburuk status kesehatan anak, yang akan berakibat lanjut pada terhambatnya ISSN 2301-4024 proses penyembuhan anak di rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara, 10 pasien yang dirawat inap di Ruang Anak Rumah Sakit Jatiroto pada tanggal 21 November 2013 saat bertanya kepada ibu pasien tentang pemenuhan nutrisi pada anak yang sedang dirawat di Rumah Sakit Jatiroto, 6 orang ibu mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan 1-2 kg selama 3-6 hari dirawat, berat badan awal masuk rumah sakit normal dan 4 orang ibu mengatakan anaknya tidak mengalami penurunan nafsu makan dan tidak mengalami penurunan berat badan, berat badan awal masuk rumah sakit sampai pasien pulang tetap stabil berat badannya. Jadi bila dipersentasekan 60% dari 10 balita yang mengalami penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan, 40% yang tidak mengalami penurunan berat badan dan tidak mengalami penurunan nafsu makan. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan sebagian besar dari anak yg dirawat mengalami penurunan nafsu makan. Menurut Kac (2000) dan Bejon (2008) dalam Suhada (2012), disamping berfungsi sebagai komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sehat, nutrisi pun sangat dibutuhkan bagi anak yang sedang mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit. Bagi anak yang dirawat di rumah sakit, kebutuhan nutrisi akan meningkat karena nutrisi dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit dan sekaligus untuk tetap digunakan sebagai zat pembantu tumbuh kembangnya. Bila anak yang dirawat di rumah sakit tidak terpenuhi nutrisinya maka akan memperpanjang waktu rawatnya di rumah sakit. Nafsu makan yang kurang bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala klinis dari suatu penyakit. Kekurangan gizi yang ada karena nafsu makan yang kurang perlu diperbaiki dengan pengaturan makan yang sesuai selera anak, memilih menu makanan yang kandungan gizinya cukup tinggi dan lebih variatif supaya anak tidak bosan. Balita lebih suka makanan dalam bentuk sederhana, tidak banyak bumbu, seperti sup, telur ceplok, semur dan puding berikan makanan dengan warna menarik misalnya wortel dan tomat. Selain itu dengan membuat suasana makan pada 71 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 70-76 anak menjadi begitu menyenangkan, membuat hiburan atau lelucon agar anak menjadi senang (Sudarmoko, 2011). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada balita yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Jatiroto Kabupaten Lumajang. Populasi subjek penelitian ini adalah seluruh balita yang dirawat inap di Ruang Anak Rumah Sakit Jatiroto Lumajang. Populasi responden adalah seluruh orang tua (Bapak/Ibu) dari balita yang dirawat inap di Ruang Anak Rumah Sakit Jatiroto. Jumlah populasi masing-masing sebanyak 40 orang Besar sampel pada penelitian ini adalah 40 orang diambil dengan teknik total sampling Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) melakukan pendekatan dan menjelaskan kepada orang tua hal yang berhubungan dengan penelitian. Orangtua yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden dan bila orangtua tidak bersedia peneliti tidak memaksa, 2) menjelaskan dan mendampingi orangtua selama 1 hari cara mengisi lembar observasi, kemudian peneliti memberi contoh cara mengisi asupan pada makan pagi dan peneliti meminta orangtua untuk mengisi kembali asupan pada makan siang 3) mengobservasi jumlah asupan nutrisi hanya makan pagi saja dan orangtua mengobservasi dari makan siang, sampai makan malam setiap harinya. Kemudian dicatat dalam lembar observasi, 4) observasi dilakukan selama minimal 3 hari pada setiap anak. Data diambil dengan melakukan observasi jumlah asupan nutrisi selama 3x24 jam menggunakan instrument lembar observasi dengan penilaian 0 = Tidak mengkonsumsi diet yang disediakan sama sekali, 1 = Menghabiskan ¼ bagian diet yang disediakan, 2 = Menghabiskan ½ bagian diet yang disediakan, 3 = Menghabiskan ¾ bagian diet yang disediakan, 4 = Menghabiskan seluruh diet yang disediakan. 72 Pengolahan dan analisis data sub variabel pengetahuan dan tindakan dengan cara skor perolehan tiap-tiap responden dibagi skor maksimal dikalikan 100%, hasilnya kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu >50% = kebutuhan nutrisi terpenuhi, <50% = kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. HASIL PENELITIAN Data penelitian meliputi umur, lama rawat inap, riwayat inap sebelumnya dan diagnosa penyakit yang diderita. Berdasarkan Gambar 1 diketahui sebagian besar responden sebanyak yaitu 30 orang (75%) berumur antara 1-3 tahun Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa lebih dari setengahnya responden sebanyak yaitu 27 orang (67%) menjalani rawat inap selama 3 hari. 25% 1-3 Tahun 75% 4-5 tahun Gambar 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 33% 3 hari 6 7% > 3 h a ri Gambar 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama rawat inap ISSN 2301-4024 Ain, Pemenuhan kebutuhan nutrisi balita yang dirawat inap di rumah sakit 12 10 8 Terpenuhi 6 4 2 20% 27,5% 17,5% 15% 7,5% 45% 55% 10% 0 DB Febris KDK GE ISPA BP 2,5% TB Gambar 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan diagnosa medis Gambar 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat rawat inap sebelumnya Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa kurang dari setengahnya responden sebanyak yaitu 11 orang (27.5) menderita Gastroenteritis Akut Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak yaitu 24 orang (60%) tidak pernah dirawat inap di Rumah Sakit sebelumnya Gambar 5 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden, yaitu sebanyak 22 orang (55%) kebutuhan nutrisi pada anak yang menjalani rawat inap tidak terpenuhi. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden 22 orang (55%) kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi. Berdasarkan analisis pada lembar pengumpulan data diketahui bahwa 22 responden ini sebagian besar hanya ISSN 2301-4024 Tidak terpenuhi Gambar 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi menghabiskan ¼ porsi dari diet yang disediakan rumah sakit. Terdapat beberapa faktor yang turut menyebabkan sebagian besar kebutuhan nutrisi responden tidak terpenuhi antara lain : umur, lama rawat inap, penyakit yang diderita, dan riwayat rawat inap sebelumnya. Faktor pertama yang menyebabkan responden sebagain besar tidak terpenuhi nutrisinya adalah umur. Gambar 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 1-3 tahun. Menurut peneliti usia 1-3 tahun akan relatif lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru dari pada pada usia bayi ataupun anak yang lebih tua. Menurut fase perkembangan Erick Ericsson usia 1-3 tahun meruapakan fase perkembangan phallic vs oedipus kompleks dimana pada fase ini anak akan sangat dekat dan mencintai orangtuanya secara berlebihan, anak laki-laki lebih dekat kepada ibunya sedangkan anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya. Anak usia 1-3 tahun yang menjalani rawat inap di rumah sakit akan sangat mengalami kehilangan/perpisahan dengan orang yang dicintainya sehingga akan mengalami stress. Pendapat ini didukung oleh pendapat Nursalam, dkk (2008) yang menyatakan bahwa anak usia toddler (1-3 tahun) bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber stresnya. Sumber stres yang utama adalah perpisahan. Respon perilaku anak sesuai dengan tahapnya yaitu tahap protes, putus asa dan pengingkaran. Tahap ini dimanifestasikan dengan mencoba untuk membuat orang tuanya 73 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 70-76 tetap tinggal bersamanya dan menolak perhatian orang lain. Faktor kedua yang menyebabkan responden sebagain besar tidak terpenuhi nutrisinya adalah lama rawat inap. Gambar 2 menunjukkan bahwa pada saat pengambilan data dilakukan sebagian besar responden menjalani rawat inap hari ke-3. Menurut peneliti tiga hari merupakan waktu yang relatif kurang bagi anak untuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungan yang asing apalagi sebagian besar mereka baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Kondisi ini menimbulkan stress yang tinggi pada anak. Responden masih dalam tahap beradaptasi dengan lingkungan dan suasana baru di rumah sakit yang berbeda sekali dengan lingkungan di rumahnya. Anak yang dirawat inap di rumah sakit akan mengalami stress yang disebabkan beberapa faktor antara lain karena berpisah dengan orang terdekat, menghadapi lingkungan asing termasuk dalam hal ini petugas kesehatan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri akibat tindakan medis, dan kehilangan kendali akibat pembatasan-pembatasan yang harus dialaminya. Beberapa stressor ini akan menyebabkan anak mengalami stress fisik maupun psikologis yang akan berdampak pada fisik maupun psikologisnya. Sesuai dengan pernyataan Supartini (2004) bahwa sistem adaptasi antara individu sangat unik dan bervariasi tergantung pada pengalaman yang didapat sebelumnya, status kesehatan individu dan stressor yang diberikan seperti hospitalisasi yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan yang relatif lama mulai dari masuk rumah sakit sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian seperti pengalaman traumatik dan penuh dengan stress. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perasaan tersebut timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Nursalam, dkk (2008) menyatakan bahwa respon 74 perilaku anak akibat hospitalisasi dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap protes, tahap putus asa, dan tahap menolak. Pada tahap putus asa anak tampak tegang, tidak aktif, tangisnya berkurang, kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (misalnya mengompol atau mengisap jari). Pada tahap ini kondisi anak mengkhawatirkan karena anak akan menolak untuk makan, minum, atau bergerak. Faktor ketiga yang menyebabkan stress pada anak yang dirawat inap adalah penyakit yang diderita anak. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden didiagnosis diare. Diare merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan dimana penderita akan mengalami peningkatan peristaltik usus, penurunan absorbsi nutrien. Gejala klinis yang paling banyak ditemukan pada responden adalah buang air besar lebih dari 3x sehari dengan konsistensi encer, beberapa responden mengalami mual dan muntah serta penurunan nafsu makan. Keluhan ini menimbulkan ketidaknyamanan pada anak, didukung juga menu yang disediakan oleh rumah sakit yang tidak sesuai dengan selera anak. Sehingga anak tidak mau untuk makan. Menurut Ngastiyah (2005) pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika pasien juga menderita muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai dan nafsu makan semakin menurun bahkan timbul seperti pasien malabsorbsi akhirnya akan menderita MEP (Malabsorbsi Energi Protein) bila tidak mendapatkan penanganan yang baik. Untuk mencegah kurangnya masukan nutrisi dan membantu menaikkan daya tahan tubuh,pasien yang diare harus segera diberi makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung cukup kalori,protein,vitamin dan mineral. Faktor keempat adalah riwayat rawat inap sebelmnya. Gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum pernah menjalani rawat inap di rumah sakit. Anak yang pertama ISSN 2301-4024 Ain, Pemenuhan kebutuhan nutrisi balita yang dirawat inap di rumah sakit kali menjalani rawat inap lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan asing. Mereka lebih membutuhkan orang tua yang selalu mendampingi. Anak cenderung menunjukan sikap memberontak saat dilakukan tindakan oleh perawat maupun dokter. Menurut Ngastiyah (2005) Pada umumnya anak yang dirawat dirumah sakit akan timbul rasa takut pada dokter atau perawat, dalam bayangannya perawat atau dokter akan menyakiti dengan menyuntik,selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orangtua atau saudaranya.Lingkungan dirumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan alat-alat yang berada diruang perawatan. Reaksi pertama selain ketakutan juga pasien kurang nafsu makan bahkan anak yang masih kecil menangis, tidak mau minum susu atau makan makanan yang diberikan. Menurut Supartini (2004) perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakan nyaman, penuh kasih sayang dan menyenangkan yaitu lingkungan rumah dan permainan. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah dan ketergantungan kepada orang tua PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa lebih dari setengahnya atau 22 responden (55%) kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang turut menyebabkan sebagian besar kebutuhan nutrisi responden tidak terpenuhi, faktor tersebut antara lain : umur, lama rawat inap, penyakit yang diderita, dan riwayat rawat inap sebelumnya. Saran dari penelitian ini Bagi orangtua diharapkan dapat mengusahakan untuk selalu mendampingi anak saat makan, mengatur jadwal makan anak serta memberi dukungan untuk anak agar selalu menghabiskan makanan yang ISSN 2301-4024 disediakan contohnya sambil membacakan buku/ bermain ditempat tidur untuk membujuk anak agar anak menghabiskan makanan yang disediakan, membina kebiasaan makan anak yang baik mengenai waktu dan cara makan contohnya tidak membawakan jajanan dari rumah atau luar Rumah Sakit Bagi rumah sakit diharapkan untuk lebih memperhatikan dalam memberikan menu makan untuk balita agar lebih bervariasi supaya anak tidak bosan dengan menu yang ada dirumah sakit. Selain itu Rumah Sakit dapat memfasilitasi ruang rawat inap khusus anak, menghiasi tembok ruangan dengan tokoh kartun agar anak dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dan orang tua dapat menyajikan makanan yang diberikan dengan sendok, piring ,mangkok plastik yang bergambar tokoh kartun kesukaan anak yang membuat anak lebih bersemangat untuk makan, selain itu dengan membuat tampilan menu yang menarik contonya mencetak nasi dalam cetakan teddy bear atau bebek kecil. Diharapkan Rumah Sakit juga dapat mengurangi stress pada anak dengan cara terapi bermain secara rutin, melakukan rooming-in, memberi kesempatan pada anak untuk memilih, dan meminimalkan tindakan invasif jika tidak perlu . DAFTAR PUSTAKA Alimul, dkk. 2011. Keterampilan Dasar Praktek. Health book Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika Alimul, Aziz.2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Cahyaningsih, Dwi. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Trans Info Media Purnamasari, Eka. 2011. Pelayanan Gizi Rumah Sakit, (Online), (http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/ docjurnal/2011/Eka_Purnamasari-jurnal.pdf, diakses 02 Januari 2014) Fajar, Ibnu. 2013. .Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan, Yogyakarta: Graham Ilmu 75 JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 70-76 Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC Istiany, Ari. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset Latief, Abdul. 1985. .Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Ksesehatan Anak Maryunani, Anik. 2010. .Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Media Nursalam. 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Infomedika Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC Sudaryati, Nasar. 2007. Skrining Malnutrisi Pada Anak Yang Dirawat Dirumah Sakit, (Online), (http :// eprints.undip.ac.id/ diakses 23 desember 2013) Sudarmoko, Arief. 2011. Mengenal, Mencegah Dan Mengobati Gangguan Kesehatan Pada Balita. Yogyakarta. 76 Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Suhada, Khreshna. 2012, Model Prediksi Statistika Sebagai “Alarm Malnutrisi Anak”Untuk Mendeteksi Risiko Kejadian Malnutrisi Didapat Dirumah Sakit. (http://research,itb.Ac.id/riset/research/rfprespon/188/1322206229-proposal-risetdesentralisasi.ksyuhada.pdf diakses 25 November 2012) Yulianti, Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Jakarta : TIM, 2012American Academy of Pediatrics and The Canadian Paediatric Society. (2006). Prevention and management of pain and stress in the neonate. Journal Paediatric Child Health, 5:31-8. Diakses 20 Mei 2010 (http:// proquest.umi.com/) ISSN 2301-4024