SUSANTO. F01496044. Kalibrasi Pantulan Infra Merah Dekat dengan Jaringan Saraf Tiruan untuk Menduga Konsentrasi Sukrosa dan Asarn Malat Mangga Gedong. Dibawah birnbingan Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria IPrn. dan Dr. Ir. Suroso. Indonesia merupakan penghasil mangga nomor empat di dunia. Walaupun produksi buah mangga cukup besar, hanya sebagian kecil saja yang dapat diekspor. Pada tahun 1994, produksi mangga sebesar 668,048 ton, tetapi hanya 885,131 kg (1.32 %) saja yang dapat diekspor. Hal itu disebabkan varietas yang ditanam sangat beragam dap mutu buah tidak memenuhi syarat negara pengimpor. (Satuhu, 1997). Dalam upaya peningkatan ekspor buah mangga, pemilihan buah mangga yang selama ini hanya dilakukan secara visual berdasarkan aroma dan pengalaman (subjektif) perlu diganti dengan metode pengukuran secara kuantitatif Metode kuantitatif perlu dilakukan untuk mengukur kandungan kimia buah tanpa merusak buah (non destruktif). Teknologi pantulan cahaya infra merah dekat dapat diterapkan sebagai metode non destruktif yang sederhana, teliti dan cepat dalam mengukur kandungan kimia bahan. Akan tetapi, spektrum pantulan infra merah dekat sulit dianalisis karena merupakan gabungan dari karakteristik kimia dan fisik buah. Jaringan saraf tiruan merupakan metode yang cocok untuk menganalisis spektrum infra merah dekat. Hal ini disebabkan jaringan saraf tiruan dapat mempelajari sistem berdasarkan contoh yang diberikan selama pelatihan dan dapat digunakan untuk menduga contoh baru. Akan tetapi, dimensi data pantulan infra merah dekat yang besar perlu direduksi agar dapat digunakan sebagai input jaringan saraf tiruan. Salah satu metode reduksi data yang umum digunakan adalah analisis komponen utama. Tujuan penelitian ini adalah : 1) mempelajari kelayakan analisis komponen utama untuk mereduksi data pantulan infra merah dekat mangga Gedong sebagai input jaringan saraf tiruan, 2) merancang arsitektur jaringan saraf tiruan yang sesuai untuk menduga konsentrasi sukrosa dan asam malat mangga Gedong, 3) memvelajari pengaruh umur panen mangga Gedong terhadap performansi jaringan saraf tiruan dalam menduga kandungan sukrosa dan asam malat mangga Gedong. Jaringan saraf tiruan dengan input berupa komponen utama yang diekstrak dari data pantulan infra merah dekat telah digunakan sebagai metode analisis. Wang dan Lacey (1999) menggunakan jaringan saraf tiruan untuk mengklasifikasikan warna biji gandum ke dalam warna merah dan putih berdasarkan spektrum pantulan infra merah dekat. Analisis komponen utama dan divergence feature selection digunakan untuk mereduksi data pantulan infra merah dekat sebagai input jaringan saraf tiruan. Dari studi tersebut disimpulkan bahwa kedua metode tersebut merupakan metode yang efektif untuk mereduksi data pantulan infra merah dekat sebagai input jaringan saraf tiruan. Pada penelitian ini, jaringan saraf tiruan dengan tiga lapisan (input, terselubung dan output) digunakan untuk menganalisis data pantulan infra merah dekat mangga Gedong pada panjang gelombang 1405-2001 nm dengan selang 4 nm (150 titik pengukuran). Data pantulan infra merah dekat ditransformasi dengan Log (1IR) dan dihaluskan dengan metode Savistky Golay dengan polinomial orde lima dan dua puluh titik perataan. Analisis komponen utama digunakan untuk mereduksi data absorbansi yang telah dihaluskan sebagai input jaringan saraf tiruan. Sebanyak dua puluh komponen utama pertama diekstrak dari data absorbansi yang telah dihaluskan. Beberapa komponen utama pertama digunakan sebagai input jaringan saraf tiruan. Kandungan sukrosa atau asam malat digunakan sebagai output untuk membangun jaringan saraf tiruan. Untuk menduga konsentrasi asam malat, dibangun. model jaringan saraf tiruan dengan 5, 10, 15, dan 20 komponen utama sebagai input dan divariasikan dengan 5, 10, 15 dan 20 noda pada lapisan terselubung. Sedangkan untuk menduga konsentrasi sukrosa digunakan 5, 7, 10 dan 20 komponen sebagai input dan divariasikan dengan 5, 10, 15 dan 20 noda pada lapisan terselubung. Model jaringan saraf tiruan kedua dibangun dengan menarnbahkan tiga noda umur panen mangga Gedong (80, 90, dan 100 hari) ke dalam model pertama baik untuk penentuan asam malat maupun sukrosa. Jaringan saraf tiruan dilatih dengan algoritma backp~opagafiondan hngsi sigmoid digunakan sebagai fungsi transfer. Sebanyak 50 contoh digunakan sebagai set pelatihan dan 14 contoh digunakan untuk menguji jaringan saraf tiruan selama pelatihan. Pengujian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya oi~erfifting. Jaringan saraf tiruan yang telah dilatih dengan baik digunakan untuk menduga 16 contoh pada set validasi. Kinerja jaringan diuji dengan set validasi dan pemilihan model berdasarkan nilai RMSEP. Semakin kecil nilai RMSEP maka kinerja jaringan saraf tiruan semakin baik. Pada jaringan saraf tiruan model pertama, konfigurasi 10-20-1 (10 komponen utama sebagai noda input, 20 noda lapisan terselubung dan satu noda lapisan output) merupakan konfigurasi terbaik untuk menentukan asam malat dengan RMSEP sebesar 0.1170 % sedangkan untuk sukrosa konfigurasi 5-5-1 merupakan konfigurasi terbaik dengan RMSEP sebesar 0.1578 %. Pada jaringan saraf tiruan model kedua, konfigurasi 8- 15-1 (5 komponen utama dan 3 umur panen sebagai input, 15 noda pada lapisan terselubung, dan satu noda output) merupakan model terbaik dengan RMSEP sebesar 0.0699 %. Untuk penentuan kandungan sukrosa, konfigurasi 8-10-1 dengan RMSEP sebesar 0.1483 % merupakan model terbaik. Penambahan umur panen ke dalam komponen utama dapat memperbaiki performansi jaringan saraf tiruan pada penentuan kandungan asam malat dengan RMSEP sebelum dan sesudah ditambahkan umur panen berturut-turn adalah : 0.1170 -0.2034 %, 0.0699 - 0.1464 %. Nilai RMSEP terendah didapatkan pada model jaringan saraf tiruan kedua baik untuk penentuan asam malat maupun sukrosa. Untuk mendapatkan model jaringan saraf tiruan yang lebih baik, pengaruh metode presentasi data, laju pelatihan dan momentum, dan ukuran epoch perlu diteliti dan diuji terhadap contoh data yang lebih besar. Selain itu untuk mengembangkan sistem sortasi buah mangga Gedong berdasarkan pantulan cahaya infra merah dekat, jaringan saraf tiruan juga dapat digunakan untuk keperluan klasifikasi. Jaringan saraf tiruan juga dapat dibangun untuk menduga beberapa jenis kandungan kimia buah secara simultan dengan cara memasukkan beberapa komponen utama sebagai input dengan beberapa output. Untuk itu penelitian lanjut perlu dilakukan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk mendapatkan persamaan kalibrasi pada jangkauan kandungan kimia bahan yang lebih luas. Keywords : mangga Gedong, pantulan infra merah dekat, jaringan saraf tiruan, asam malat, sukrosa.