hubungan pelaksanaan inisiasi menyusui dini (imd)

advertisement
HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI
DINI (IMD) DENGAN RETENSIO PLASENTA
DI RUANG PONEK RSUD JOMBANG
SITI FATIMATUS ZAHRO
1211010130
Subject : IMD, Retensio plasenta,Ibu bersalin
DESCRIPTION
Kegagalan Inisiasi menyusui dini akan menyebabkan kegagalan menyusui
sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk menurunkan
angka kematian bayi. Tujuan penelitian menganalisis hubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang.
Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Variabel independent
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, sedangkan variable dependen retensio
plasenta.Populasi penetian ini yaitu semua ibu bersalin di ruang ponek RSUD
Jombang sejumlah 38 responden pada bulan Maret 2015.Sampel diambil dengan
teknik teknik concecutive sampling sebanyak 20 responden.Instrumen yang
digunakan lembar observasi.Analisa data dengan menggunakan chi square.
Hasil penelitian dari 15 responden yang berhasil dalam melaksanakan IMD
sebagian besar tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 13 responden (65%) dan
5 responden yang tidak berhasil dalam melakukan IMD sebagian besar mengalami
retensio plasenta sebanyak 4 responden (20%). Berdasarkan hasil uji fisher exact test
diperoleh nilai  = 0,014< 0,05 maka H1 diterima.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semakin baik IMD maka kejadian
retensio plasenta semakin berkurang karena proses berhasilnya inisiasi menyusu dini
dapat meningkatkan hormon oksitosin yang membantu otot rahim berkontraksi dan
mengurangi perdarahan.
Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan antara antara pelaksanaan IMD
dengan kejadian retensio plasenta.Diharapkan responden dapat meningkatkan
pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini melalui media massa maupun elektronik
sehingga ibu mau ikut dalam program inisiasi menyusu dini untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi.
ABSTRACT
Early breast feeding Initiation failure will cause the failure of breast
feeding so the baby does not get colostrum that beneficial to lowering infant
mortality. The purpose of the research was to analyze the relationship between
implementation of early breast feeding initiation with the retained placenta in Ponek
Room of RSUD Jombang.
Type of research was analytic cross sectional. Independent variable was
implementationof Early Initiation of Breast feeding, while the dependent variable
was retained placenta. The population was all inpartu mothers in Ponek Room of
RSUD Jombang as many as 38 respondents. Sample taken withconcecutive
sampling as many as 20mother. instrument used observation sheets. Analysis by
using chi square.
The Results of 15 respondents who succeeded in implementing early breast
feeding initation didn’t experience retained placenta as many as 13
respondents (65%) and of 5 respondents who did not succeed in doing the early
breast feeding initation experienced retained placenta as many as 4 respondents
(20%). Result of exact fisher test showed value  = 0.005 <0.05 it meant H1
accepted.
Based on the research results show that the better of early breast feeding
initation then the incidence of retained placenta will be less due to the succesfull
process of early breast feeding initation that able to increese oxytocin hormone that
helps uterus muscles to contract and reduce bleeding.
Conclusion of this study was There is a relationship between the
implementation of early breast feeding initation with the incidence of retained
placenta. It is expected that respondents can improve knowledge about early breast
feeding initiation through the mass media and electronic so that mothers will
participate in the program management of early breast feeding initiation program in
order to reduce maternal and infant mortality.
Keywords: early breast feeding initation, retained placenta
: 1. Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-klin
2. Agustin Dwi Syalfina, S.ST., SKM
Date
: 17 Juni 2015
Type Material: Laporan Penelitian
Identifier
:Right
: open document
Summary
:Contributor
Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini atau lebihdikenal dengan istilah IMD (EarlyInitiation)
merupakan suatu program yangsedang marak dianjurkan oleh pemerintah.IMD
bukan berarti menyusu tetapi bayiharus aktif menemukan putting susuibunya sendiri.
Di Indonesia inisiasi menyusu dini sering kali ditunda Karena beberapa alasan,
misalnya bayi dikhawatirkan kedinginan, setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk
menyusui, tenaga kesehatan yang kurang tersedia, kamar bersalin atau operasi sibuk,
ibu harus dijahit, suntikan vitamin K dan tetes mata pada bayi harus didahulukan.
Faktor penghambat inilah yang menjadikan proses adaptasi bayi untuk melakukan
kegiatan menyusui tidak berjalan maksimal (Roesli, 2009).
IMD dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayibaru lahir didada ibunya
dan membiarkanbayi merayap untuk menemukan putingsusu ibu menyusu (<60
menit).IMD harus dilakukan langsung saat lahir,tanpa boleh ditunda dengan
kegiatanmenimbang atau mengukur bayi.Bayi jugatidak boleh dibersihkan, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harusdilakukan skin to skin antara bayi dan
ibu(Maryunani, 2012). Dampak tidak dilakukanya Inisiasi menyusui dini adalah
terjadinya kegagalan menyusui sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum yang
bermanfaat untuk menurunkan angka kematian bayi, di samping itu resiko tidak
dilakukanya inisiasi menyusu dini pada bayi adalah terjadinya kematian di jam
pertama kelahiranya karena bayi tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya. Ibu bersalin tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini berdampak
terhadap masalah kala III persalinan sehingga dimungkinkan terjadinya resiko
perdarahan dan kelainan mengejan (Roesli, 2012).
Menurut penelitian Dr. Keren Edmond (2012) di Ghana pada 11.000 kelahiran
dari bulan Juni 2011 sampai Juni 2012 setelah diberi kesempatan menyusu dalam
satu jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi di bawah umur 28 hari dan 8 kali
lebih berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia pada tahun 2013 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, pada praktiknya
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sanggat rendah.
Penelitian yang dilakukan Rahmi (2013) di Jawa Timur dari 20 responden yang tidak
berhasil dalampelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sebanyak (60%) lambat
dalam proses pengeluaranplasenta dan dari 18 responden yang berhasil dalam
pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak (88,9%) cepat dalam proses pengeluaran
plasenta. Data Persalinan di RSUD Jombang pada bulan februari 2015 sejumlah 146
persalinan berdasarkan studi pendahulan pada tanggal 12-13 Maret 2015 yang
dilakukan peneliti secara observasi 5 (%) ibu bersalin yang melakukan IMD
didapatkan 2 (40%) ibu mengalami retensio plasenta dan 3 (60%) ibu tidak
mengalami retensio plasenta.
Inisiasi menyusu dini bertujuan untuk merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat merangkak di perut
ibu akan membantu masase uterus untuk merangsang kontraksi uterus. Efek hormon
oxitosin secara bersamaan memacu sels-selneometrium pada uterus sehingga terjadi
kontraksi dan reflek aliran ini di sebut dengan ledown reflek oksitosin akan
menyebabkan uterus berkontrasi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan
mengurangi terjadinya perdarahan pospartum (Lestari, 2011). Hal ini merupakan
peristiwa penting untuk kelangsungan hidup bayi.Meskipun banyak peneliti dan
penulis menyatakan hal ini merupakan perilaku bayi yang normal, kita baru
mengetahui sekarang bahwa pentingnya pemberian kesempatan menyusu dini
memberikan pengalaman pada ibu dan bayi.Untuk pertama kali para peneliti
menemukan pengaruh waktu pertama kali menyusu terhadap kematian bayi, baru
lahir dan kemampuan menyusu (Inayati, 2010).
Untuk mengurangi angka kejadian perdarahan pasca persalinan maka
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan harus dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD). Inisasi Menyusui Dini (IMD) dapat dilakukan dengan
sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, hisapan dan jilatan bayi pada
puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan mengurangi perdarahan,
hormon oksitosin juga merangsang produksi hormon lain yang membuat ibub
menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya dan perasaan sangat bahagia, dan jika
bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak
kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) dapat mempercepat pelepasan retensio
plasenta (Rahadi, 2014).
Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
dipengaruhi olehtingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang
rendahkarena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak
adadorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman,
ketersediaaninformasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita
yangmenyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari
orangterdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya
promosiInsiasi Menyusui Dini. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul ”hubungan pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang.
METODOLOGI
Desain penelitian observasional, dengan rancangan penelitian yang digunakan
adalah cross sectional. adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan
pada suatu saat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah retensio
plasenta.Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu bersalin di ruang ponek
RSUD Jombang sejumlah 38 responden pada bulan Maret 2015.Pada penelitian ini
sampelnya adalah sebagian ibu dengan persalinan normal di ruang ponek RSUD
Jombang sejumlah 20 responden.Instrumen adalah alat ukur pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan untuk penatalaksanaan IMD dengan retensio plasenta
adalah Lembar observasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menunjukkan bahwa sebagian besar inisiasi menyusu dini berhasil sejumlah
15 orang (75%) dan sebagian kecil tidak berhasil melakukan IMD sebanyak 5
orang (25%).
Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal
dan eksternal meliputi faktor internal diantaranya usia bayi baru lahir atau gestasi,
bayi sakit, fungsi fisiologis, aktivitas bayi baru lahir (hasil apgar score), genetik
dan faktor eksternal meliputi sentuhan kulit dan rangsangan, rawat gabung,
perawatan medis, introgenik sedativa dan naluri bayi.
Inisiasi dini’ merupakan ‘permulaan kegiatan menyusui dalam satu jam
pertama setelah bayi lahir Dalam waktu hampir 1 jam, bayi akan mulai bergerak
mencari puting ibu dan mulai menyusu sendiri (Sugeng, 2009).
Pada bayi sehat, langkah awal yang dilakukan setelah proses persalinan
berlangsung dalam persiapan inisiasi menyusu dini adalah mengeringkan dan
membersihkan tubuh bayi dan kemudian meletakkannya di atas tubuh ibu. Kontak
yang sesegera mungkin akan mengurangi perdarahan pada ibu dan menstabilkan
suhu bayi. Dengan memposisikan bayi di perut ibu, bayi yang sehat akan segera
merayap ke atas menuju puting payudara ibu.Menurut Rusli (2008) tahap inisiasi
menyusu dini yaitu istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit,
biasanya bayi hanya terdiam, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan
gerakan menghisap pada mulutnya. bayi mengeluarkan air liur, bayi sudah mulai
menggerakkan kakinya, bayi akan menjilati kulit ibunya, bayi menemukan puting
susu ibunya.
Keberhasilan IMD ini dapat di lihat bawasanya hampir semua bayi yang
mlaksanakan IMD dapat mencapai puting susu ibu sebelum mencapai 1 jam.
Keberhasilan proses IMD di sebabkan karena kondisi fisik bayi yang sehat agar
nilai apgar skore 7-10 dan tidak adanaya kelainan pada bayi dan penyulit pada
ibu. Keberhasilan IMD tidak hanya bisa di lihat dari kondisi fisik bayi melainkan
kondisi fisik ibu yang sehat dan sadar, setelah menjalani proses persalinan dan
tidak adanya penyulit pada diri ibu seperti perdarahan, kejang dan lain-lain yang
dapat menghambat proses IMD. Pada 30 menit pertama biasanya bayi yang hanya
terdiam bahkan terlihat tidur kondisi seperti ini wajar terjadi karena merupakan
tahap tidur siaga.
Pelaksanaan IMD di RS banyak berhasil dapat dilihat dari beberapa faktor
pendukung.Kompetensi petugas kesehatan dalam melaksanakan IMD sesuai
dengan standar operasional, prosedur RS selain itu pada saat penelitian ada ibu
yang mengalami perdarahan sehingga IMD tidak dapat dilaksanakan.Selain itu
persetujuan dari ibu dan keluarga dalam pelaksanaan IMD menunjang
keberhasilan karena persiapan psikologis ibu waktu yang kuat antara ibu dan bayi
dapat mendukung keberhasilan IMD.
Menunjukkan bahwa sebagian besarresponden tidak mengalami retensio
plasenta sebanyak 14 responden (70%) dan sebagian besar mengalami retensio
plasenta sebanyak 6 responden (30%).
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi (Nurasiah, 2012). Belum lepasnya plasenta dengan
melebihi waktu setengah jam, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan
plasenta manual dengan segera (manuaba,2010).
Sedikitnya kejadian retensio plasenta berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti bahwa tempat melekatnya plasenta tidak terlalu dalam sehingga plasenta
lahir secara fisiologis selain itu banyaknya darah yang keluar masih dalam
kategori normal dan hasil pemeriksaan peneliti bahwa plasenta yang dilahirkan
masih utuh hal ini adalah bukti bahwa perlekatan plasenta pada tempat yang
bagus.
Hal ini disebabkan karena sebagian ibu sudah mau melakukan inisiasi
menyusu dini. Secara normal plasenta akan keluar dengan sendirinya setelah bayi
lahir, hal ini karena hormon progesterone yang lama-kelamaan menurun
jumlahnya sehingga mengaktifkan pengeluaran hormon oksitosin dan prolactin.
Pengeluaran hormon oksitosin menyebabkan rahim berkontraksi dan berusaha
melepaskan plasenta yang masih melekat pada dinding Rahim. Pengeluaran
plasenta yang tidak lancar disebabkan oleh umur ibu > 35 tahun (risiko tinggi)
yang bisa menyebabkan kontraksi rahim lemah. Selain umur ibu yang berisiko
tinggi juga disebabakan karena pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang kurang
tepat, yaitu karena takut kedinginan bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut
bayi. Padahal tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut
ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu, kemudian ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas
dari kepala. Pada dasarnya setelah bayi lahir seharusnya dilakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 1 jam sehingga memudahkan proses percepatan kala
III (Sarwono, 2012).
Oleh karena itu tidak terjadinya retensio plasenta di pengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya pemberian oksitosin segera, pengendalian tarikan pada tali
pusat, pemijatan uterus dengan segera setelah plasenta lahir, inisiasi menyusu
dini, serta saat ibu merasa cemas dan bahagia karena telah dapat melahirkan
anaknya, namun perut ibu masih terasa mules dan nyeri pada vagina.
Retensio plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu diperoleh data responden yang
tidak mengalami retensio plasenta sebagian besar mempunyai 1 anak atau paritas
primipara sebanyak 12 orang (60%).
Teori lain mengatakan bahwa kejadian retensio lebih sering dijumpai pada
ibu grandemultipara, karena semakin tinggi paritas ibu maka semakin kurang baik
fungsi reproduksinya (Manuaba, 2008). Pada multipara akan terjadi kemunduran
dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi
berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta akan
mengadakan perluasan implantasi dan vili khorialis akan menembus dinding
uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta.
Ashar Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada
multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio plasenta
tertinggi pada paritas 4-5 (Cahyono, 2012).
Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa mereka masih
melahirkan sebanyak 1 kali sehingga kekuatan otot rahim masih mempunyai
kekuatan yang baik sehingga tidak terjadi kemunduran dan cacat pada
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi
plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi cukup
terpenuhi dan tidak terjadi retensio plasenta.
Menunjukkan bahwa setengahnya responden berusia 21-35 tahun sebanyak
10 orang (50%).
Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. (Soerjono, 2012). Makin tua umur ibu
maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih
luas.Kesehatan reproduksi wanita sangat penting pengaruhnya dalam kehamilan.
Usia ibu merupakan faktor resiko terhadap terjadinya retensio (Varney 2007) .
Usia ibu lebih dari 35 mempunyai resiko tinggi terjadi komplikasi persalinan
dikarenakan otot-otot rahim yang sudah lemah sehingga persalinan akan
berlangsung lama yang salah satunya akan menyebabkan terjadinya retensio akan
tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa retensio plasenta banyak dialami ibu
pada usia 20-35 tahun hal ini disebabkan bukan dari faktor usia akan tetapi bisa
dikarenakan kondisi ibu dan perlekatan plasenta yang terlalu dalam sehingga
menyebabkan retensio plasenta.
Diketahui bahwa dari dari 15 responden yang berhasil dalam melaksanakan
IMD sebagian besar tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 13 responden
(65%) dan dari 5 responden yang tidak berhasil dalam melakukan IMD sebagian
besar mengalami retensio plasenta sebanyak 4 responden (20%).
Berdasarkan hasil analisa melalui uji chi square dengan SPSS, pada taraf
kesalahan α = 0,05 dan dan terdapat syarat uji yang tidak terpenuhi yaitu 3 cell
memiliki nilai frekuensi harapan kurang dari 5 (75%) sehingga menggunakan
nilai uji fisher exact test dengan hasil 0,014 sehingga ρ = 0,014 <α = 0,05
sehingga terdapat ada hubungan pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD)
dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang dengan cara observasi
langsung.
Hisapan dan jilatan bayi pada puttingsusu ibu akan membuat ibu
mendapatkan rangsangan sensorik yang kemudian memerintah otak untuk
mengeluarkan hormon oksitosin dan prolaktin sehingga membantu rahim
berkontraksi. Kontraksi rahim kemudian menjepit pemubuluh darah untuk
membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan pada ibu.
Oksitosin juga merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi
lebih rileks, lebih mencintai bayi, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan
sangat bahagia (Utami, 2008).
Menurut Winkjosastro (2010) sebab retensio plasenta adalah his yang kurang
kuat, tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba),
ukuran plasenta terlalu kecil, lingkaran kontriksi pada bagian bawah
perut(perlekatan plasenta yang abnormal) dan plasenta belum terlepas dari
dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam.
Keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat mencegah terjadinya retensio
plasenta. Karena proses inisiasi menyusu dini tersebut berlangsung, terjadi
pembentukan hormon oksitosin yang membantu otot rahim berkontraksi dan
mengurangi perdarahan. Banyak sekali alasan mengapa sebagian besar ibu tidak
melakukan inisiasi menyusu dini, ini dikarenakan sedikitnya informasi pada
tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Bagi sebagian
masyarakat inisiasi menyusu dini dianggap barang aneh sehingga sulit untuk
dapat menemui inisiasi menyusu dini yang sesuai prosedur yang telah ada.
Hormon oksitosin juga membantu payudara untuk mengeluarkan kolostrum yang
banyak mengandung antibody, vitamin A, dan beberapa faktor pendukung. Oleh
karena itu, kolostrum dikenal dengan istilah pemberi imunisasi awal (Rulina,
2010). Pada dasarnya semua petugas kesehatan tahu dan mengerti arti dan
manfaat dari inisiasi menyusu dini. Akan tetapi hal tersebut sering kali tidak
diterapkan atau tidak dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun manfaat dari inisiasi
menyusu dini yakni mempererat hubungan atau ikatan antara ibu dan anak dan
memperlancar atau mempercepat proses kala III (Roesli, 2008).
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa ada responden yang mengalami
retensio plasenta walaupun pelaksanaan IMD berhasil, hal ii dapat disebabkan
oleh perlekatan plasenta yang terlalu dalam sehingga hisapan bayi pada putting
susu yang dapat merangsang uterus tidak cukup kuat melepaskan plasenta dari
implantasinya sehingga petugas melaksanakan plasenta manual. Selain itu
ditemukan responden yang tidak berhasil melaksanakan IMD tetapi tidak
mengalami retensio plasenta hal ini dapat disebabkan oleh pelekatan plasenta
yang baik serta kontraksi uterus baik. Sehingga plasenta tetap lepas dari
implantasinya sesuai waktu normal, selain itu kondisi lain dapat dipengaruhi oleh
paritas ibu.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hisapan bayi pada puting susu ibu
yang mendorong untuk mengeluarkan hormon oksitosin sehingga menimbulkan
kontraksi uterus dan membantu cepatnya pengeluaran plasenta.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diRuangPONEK RSUD Jombang dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan IMD sebagian besar berhasil sejumlah 15responden (75%)
2. Retensio plasenta sebagian besarresponden tidak mengalami retensio plasenta
sebanyak 14 responden (70%)
Ada Hubungan Pelaksanaan IMD dengan Retensio Plasenta di Ruang Ponek
RSUD Jombang yang ditunjukkan nilai uji fisher exact test dengan ρ = 0,014 <α =
0,05maka H0 ditolak atau H1 diterima
REKOMENDASI
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
percepatan kala III dan mensosialisasikan kepada ibu yang akan melaksanakan
persalinan bahwa IMD dapat mempercepat keluarnya plasenta.
Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini
dan melakukan inisiasi menyusu dini sebagai kegiatan rutin dalam menolong
persalinan.
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu
dini baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga ibu mau ikut
serta dalam program penatalaksanaan inisiasi menyusu dini dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
ALAMAT CORRESPONDENSI:
Email
: [email protected]
No.Hp
: 082244878639
Alamat
: Ds.Tegal Bangsri Kec.Ranuyoso Kab.Lumajang
Download