HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG PONEK RSUD JOMBANG SITI FATIMATUS ZAHRO 1211010130 Subject : IMD, Retensio plasenta,Ibu bersalin DESCRIPTION Kegagalan Inisiasi menyusui dini akan menyebabkan kegagalan menyusui sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk menurunkan angka kematian bayi. Tujuan penelitian menganalisis hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang. Jenis penelitian ini adalah analitik cross sectional. Variabel independent pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, sedangkan variable dependen retensio plasenta.Populasi penetian ini yaitu semua ibu bersalin di ruang ponek RSUD Jombang sejumlah 38 responden pada bulan Maret 2015.Sampel diambil dengan teknik teknik concecutive sampling sebanyak 20 responden.Instrumen yang digunakan lembar observasi.Analisa data dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian dari 15 responden yang berhasil dalam melaksanakan IMD sebagian besar tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 13 responden (65%) dan 5 responden yang tidak berhasil dalam melakukan IMD sebagian besar mengalami retensio plasenta sebanyak 4 responden (20%). Berdasarkan hasil uji fisher exact test diperoleh nilai = 0,014< 0,05 maka H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semakin baik IMD maka kejadian retensio plasenta semakin berkurang karena proses berhasilnya inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan hormon oksitosin yang membantu otot rahim berkontraksi dan mengurangi perdarahan. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan antara antara pelaksanaan IMD dengan kejadian retensio plasenta.Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini melalui media massa maupun elektronik sehingga ibu mau ikut dalam program inisiasi menyusu dini untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. ABSTRACT Early breast feeding Initiation failure will cause the failure of breast feeding so the baby does not get colostrum that beneficial to lowering infant mortality. The purpose of the research was to analyze the relationship between implementation of early breast feeding initiation with the retained placenta in Ponek Room of RSUD Jombang. Type of research was analytic cross sectional. Independent variable was implementationof Early Initiation of Breast feeding, while the dependent variable was retained placenta. The population was all inpartu mothers in Ponek Room of RSUD Jombang as many as 38 respondents. Sample taken withconcecutive sampling as many as 20mother. instrument used observation sheets. Analysis by using chi square. The Results of 15 respondents who succeeded in implementing early breast feeding initation didn’t experience retained placenta as many as 13 respondents (65%) and of 5 respondents who did not succeed in doing the early breast feeding initation experienced retained placenta as many as 4 respondents (20%). Result of exact fisher test showed value = 0.005 <0.05 it meant H1 accepted. Based on the research results show that the better of early breast feeding initation then the incidence of retained placenta will be less due to the succesfull process of early breast feeding initation that able to increese oxytocin hormone that helps uterus muscles to contract and reduce bleeding. Conclusion of this study was There is a relationship between the implementation of early breast feeding initation with the incidence of retained placenta. It is expected that respondents can improve knowledge about early breast feeding initiation through the mass media and electronic so that mothers will participate in the program management of early breast feeding initiation program in order to reduce maternal and infant mortality. Keywords: early breast feeding initation, retained placenta : 1. Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-klin 2. Agustin Dwi Syalfina, S.ST., SKM Date : 17 Juni 2015 Type Material: Laporan Penelitian Identifier :Right : open document Summary :Contributor Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau lebihdikenal dengan istilah IMD (EarlyInitiation) merupakan suatu program yangsedang marak dianjurkan oleh pemerintah.IMD bukan berarti menyusu tetapi bayiharus aktif menemukan putting susuibunya sendiri. Di Indonesia inisiasi menyusu dini sering kali ditunda Karena beberapa alasan, misalnya bayi dikhawatirkan kedinginan, setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui, tenaga kesehatan yang kurang tersedia, kamar bersalin atau operasi sibuk, ibu harus dijahit, suntikan vitamin K dan tetes mata pada bayi harus didahulukan. Faktor penghambat inilah yang menjadikan proses adaptasi bayi untuk melakukan kegiatan menyusui tidak berjalan maksimal (Roesli, 2009). IMD dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayibaru lahir didada ibunya dan membiarkanbayi merayap untuk menemukan putingsusu ibu menyusu (<60 menit).IMD harus dilakukan langsung saat lahir,tanpa boleh ditunda dengan kegiatanmenimbang atau mengukur bayi.Bayi jugatidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harusdilakukan skin to skin antara bayi dan ibu(Maryunani, 2012). Dampak tidak dilakukanya Inisiasi menyusui dini adalah terjadinya kegagalan menyusui sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk menurunkan angka kematian bayi, di samping itu resiko tidak dilakukanya inisiasi menyusu dini pada bayi adalah terjadinya kematian di jam pertama kelahiranya karena bayi tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Ibu bersalin tidak dilakukannya inisiasi menyusui dini berdampak terhadap masalah kala III persalinan sehingga dimungkinkan terjadinya resiko perdarahan dan kelainan mengejan (Roesli, 2012). Menurut penelitian Dr. Keren Edmond (2012) di Ghana pada 11.000 kelahiran dari bulan Juni 2011 sampai Juni 2012 setelah diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi di bawah umur 28 hari dan 8 kali lebih berhasil dalam pemberian ASI Eksklusif. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2013 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, pada praktiknya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sanggat rendah. Penelitian yang dilakukan Rahmi (2013) di Jawa Timur dari 20 responden yang tidak berhasil dalampelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) sebanyak (60%) lambat dalam proses pengeluaranplasenta dan dari 18 responden yang berhasil dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebanyak (88,9%) cepat dalam proses pengeluaran plasenta. Data Persalinan di RSUD Jombang pada bulan februari 2015 sejumlah 146 persalinan berdasarkan studi pendahulan pada tanggal 12-13 Maret 2015 yang dilakukan peneliti secara observasi 5 (%) ibu bersalin yang melakukan IMD didapatkan 2 (40%) ibu mengalami retensio plasenta dan 3 (60%) ibu tidak mengalami retensio plasenta. Inisiasi menyusu dini bertujuan untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada saat merangkak di perut ibu akan membantu masase uterus untuk merangsang kontraksi uterus. Efek hormon oxitosin secara bersamaan memacu sels-selneometrium pada uterus sehingga terjadi kontraksi dan reflek aliran ini di sebut dengan ledown reflek oksitosin akan menyebabkan uterus berkontrasi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan pospartum (Lestari, 2011). Hal ini merupakan peristiwa penting untuk kelangsungan hidup bayi.Meskipun banyak peneliti dan penulis menyatakan hal ini merupakan perilaku bayi yang normal, kita baru mengetahui sekarang bahwa pentingnya pemberian kesempatan menyusu dini memberikan pengalaman pada ibu dan bayi.Untuk pertama kali para peneliti menemukan pengaruh waktu pertama kali menyusu terhadap kematian bayi, baru lahir dan kemampuan menyusu (Inayati, 2010). Untuk mengurangi angka kejadian perdarahan pasca persalinan maka persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan harus dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisasi Menyusui Dini (IMD) dapat dilakukan dengan sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, hisapan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan mengurangi perdarahan, hormon oksitosin juga merangsang produksi hormon lain yang membuat ibub menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya dan perasaan sangat bahagia, dan jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) dapat mempercepat pelepasan retensio plasenta (Rahadi, 2014). Kesadaran akan pentingnya ASI termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dipengaruhi olehtingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendahkarena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak adadorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, ketersediaaninformasi, ketersediaan fasilitas kesehatan, pendapatan perkapita yangmenyebabkan ibu melakukan persalinan dengan dukun, dukungan dari orangterdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan adanya promosiInsiasi Menyusui Dini. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”hubungan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang. METODOLOGI Desain penelitian observasional, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah retensio plasenta.Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu bersalin di ruang ponek RSUD Jombang sejumlah 38 responden pada bulan Maret 2015.Pada penelitian ini sampelnya adalah sebagian ibu dengan persalinan normal di ruang ponek RSUD Jombang sejumlah 20 responden.Instrumen adalah alat ukur pengumpulan data. Instrumen yang digunakan untuk penatalaksanaan IMD dengan retensio plasenta adalah Lembar observasi HASIL DAN PEMBAHASAN Menunjukkan bahwa sebagian besar inisiasi menyusu dini berhasil sejumlah 15 orang (75%) dan sebagian kecil tidak berhasil melakukan IMD sebanyak 5 orang (25%). Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal meliputi faktor internal diantaranya usia bayi baru lahir atau gestasi, bayi sakit, fungsi fisiologis, aktivitas bayi baru lahir (hasil apgar score), genetik dan faktor eksternal meliputi sentuhan kulit dan rangsangan, rawat gabung, perawatan medis, introgenik sedativa dan naluri bayi. Inisiasi dini’ merupakan ‘permulaan kegiatan menyusui dalam satu jam pertama setelah bayi lahir Dalam waktu hampir 1 jam, bayi akan mulai bergerak mencari puting ibu dan mulai menyusu sendiri (Sugeng, 2009). Pada bayi sehat, langkah awal yang dilakukan setelah proses persalinan berlangsung dalam persiapan inisiasi menyusu dini adalah mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi dan kemudian meletakkannya di atas tubuh ibu. Kontak yang sesegera mungkin akan mengurangi perdarahan pada ibu dan menstabilkan suhu bayi. Dengan memposisikan bayi di perut ibu, bayi yang sehat akan segera merayap ke atas menuju puting payudara ibu.Menurut Rusli (2008) tahap inisiasi menyusu dini yaitu istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan menghisap pada mulutnya. bayi mengeluarkan air liur, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya, bayi akan menjilati kulit ibunya, bayi menemukan puting susu ibunya. Keberhasilan IMD ini dapat di lihat bawasanya hampir semua bayi yang mlaksanakan IMD dapat mencapai puting susu ibu sebelum mencapai 1 jam. Keberhasilan proses IMD di sebabkan karena kondisi fisik bayi yang sehat agar nilai apgar skore 7-10 dan tidak adanaya kelainan pada bayi dan penyulit pada ibu. Keberhasilan IMD tidak hanya bisa di lihat dari kondisi fisik bayi melainkan kondisi fisik ibu yang sehat dan sadar, setelah menjalani proses persalinan dan tidak adanya penyulit pada diri ibu seperti perdarahan, kejang dan lain-lain yang dapat menghambat proses IMD. Pada 30 menit pertama biasanya bayi yang hanya terdiam bahkan terlihat tidur kondisi seperti ini wajar terjadi karena merupakan tahap tidur siaga. Pelaksanaan IMD di RS banyak berhasil dapat dilihat dari beberapa faktor pendukung.Kompetensi petugas kesehatan dalam melaksanakan IMD sesuai dengan standar operasional, prosedur RS selain itu pada saat penelitian ada ibu yang mengalami perdarahan sehingga IMD tidak dapat dilaksanakan.Selain itu persetujuan dari ibu dan keluarga dalam pelaksanaan IMD menunjang keberhasilan karena persiapan psikologis ibu waktu yang kuat antara ibu dan bayi dapat mendukung keberhasilan IMD. Menunjukkan bahwa sebagian besarresponden tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 14 responden (70%) dan sebagian besar mengalami retensio plasenta sebanyak 6 responden (30%). Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi (Nurasiah, 2012). Belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera (manuaba,2010). Sedikitnya kejadian retensio plasenta berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa tempat melekatnya plasenta tidak terlalu dalam sehingga plasenta lahir secara fisiologis selain itu banyaknya darah yang keluar masih dalam kategori normal dan hasil pemeriksaan peneliti bahwa plasenta yang dilahirkan masih utuh hal ini adalah bukti bahwa perlekatan plasenta pada tempat yang bagus. Hal ini disebabkan karena sebagian ibu sudah mau melakukan inisiasi menyusu dini. Secara normal plasenta akan keluar dengan sendirinya setelah bayi lahir, hal ini karena hormon progesterone yang lama-kelamaan menurun jumlahnya sehingga mengaktifkan pengeluaran hormon oksitosin dan prolactin. Pengeluaran hormon oksitosin menyebabkan rahim berkontraksi dan berusaha melepaskan plasenta yang masih melekat pada dinding Rahim. Pengeluaran plasenta yang tidak lancar disebabkan oleh umur ibu > 35 tahun (risiko tinggi) yang bisa menyebabkan kontraksi rahim lemah. Selain umur ibu yang berisiko tinggi juga disebabakan karena pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang kurang tepat, yaitu karena takut kedinginan bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. Padahal tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu, kemudian ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepala. Pada dasarnya setelah bayi lahir seharusnya dilakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam sehingga memudahkan proses percepatan kala III (Sarwono, 2012). Oleh karena itu tidak terjadinya retensio plasenta di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pemberian oksitosin segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, pemijatan uterus dengan segera setelah plasenta lahir, inisiasi menyusu dini, serta saat ibu merasa cemas dan bahagia karena telah dapat melahirkan anaknya, namun perut ibu masih terasa mules dan nyeri pada vagina. Retensio plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu diperoleh data responden yang tidak mengalami retensio plasenta sebagian besar mempunyai 1 anak atau paritas primipara sebanyak 12 orang (60%). Teori lain mengatakan bahwa kejadian retensio lebih sering dijumpai pada ibu grandemultipara, karena semakin tinggi paritas ibu maka semakin kurang baik fungsi reproduksinya (Manuaba, 2008). Pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Cahyono, 2012). Responden pada penelitian ini menunjukkan bahwa mereka masih melahirkan sebanyak 1 kali sehingga kekuatan otot rahim masih mempunyai kekuatan yang baik sehingga tidak terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi cukup terpenuhi dan tidak terjadi retensio plasenta. Menunjukkan bahwa setengahnya responden berusia 21-35 tahun sebanyak 10 orang (50%). Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. (Soerjono, 2012). Makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas.Kesehatan reproduksi wanita sangat penting pengaruhnya dalam kehamilan. Usia ibu merupakan faktor resiko terhadap terjadinya retensio (Varney 2007) . Usia ibu lebih dari 35 mempunyai resiko tinggi terjadi komplikasi persalinan dikarenakan otot-otot rahim yang sudah lemah sehingga persalinan akan berlangsung lama yang salah satunya akan menyebabkan terjadinya retensio akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa retensio plasenta banyak dialami ibu pada usia 20-35 tahun hal ini disebabkan bukan dari faktor usia akan tetapi bisa dikarenakan kondisi ibu dan perlekatan plasenta yang terlalu dalam sehingga menyebabkan retensio plasenta. Diketahui bahwa dari dari 15 responden yang berhasil dalam melaksanakan IMD sebagian besar tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 13 responden (65%) dan dari 5 responden yang tidak berhasil dalam melakukan IMD sebagian besar mengalami retensio plasenta sebanyak 4 responden (20%). Berdasarkan hasil analisa melalui uji chi square dengan SPSS, pada taraf kesalahan α = 0,05 dan dan terdapat syarat uji yang tidak terpenuhi yaitu 3 cell memiliki nilai frekuensi harapan kurang dari 5 (75%) sehingga menggunakan nilai uji fisher exact test dengan hasil 0,014 sehingga ρ = 0,014 <α = 0,05 sehingga terdapat ada hubungan pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) dengan retensio plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang dengan cara observasi langsung. Hisapan dan jilatan bayi pada puttingsusu ibu akan membuat ibu mendapatkan rangsangan sensorik yang kemudian memerintah otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin dan prolaktin sehingga membantu rahim berkontraksi. Kontraksi rahim kemudian menjepit pemubuluh darah untuk membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan pada ibu. Oksitosin juga merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayi, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia (Utami, 2008). Menurut Winkjosastro (2010) sebab retensio plasenta adalah his yang kurang kuat, tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba), ukuran plasenta terlalu kecil, lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut(perlekatan plasenta yang abnormal) dan plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat mencegah terjadinya retensio plasenta. Karena proses inisiasi menyusu dini tersebut berlangsung, terjadi pembentukan hormon oksitosin yang membantu otot rahim berkontraksi dan mengurangi perdarahan. Banyak sekali alasan mengapa sebagian besar ibu tidak melakukan inisiasi menyusu dini, ini dikarenakan sedikitnya informasi pada tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Bagi sebagian masyarakat inisiasi menyusu dini dianggap barang aneh sehingga sulit untuk dapat menemui inisiasi menyusu dini yang sesuai prosedur yang telah ada. Hormon oksitosin juga membantu payudara untuk mengeluarkan kolostrum yang banyak mengandung antibody, vitamin A, dan beberapa faktor pendukung. Oleh karena itu, kolostrum dikenal dengan istilah pemberi imunisasi awal (Rulina, 2010). Pada dasarnya semua petugas kesehatan tahu dan mengerti arti dan manfaat dari inisiasi menyusu dini. Akan tetapi hal tersebut sering kali tidak diterapkan atau tidak dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun manfaat dari inisiasi menyusu dini yakni mempererat hubungan atau ikatan antara ibu dan anak dan memperlancar atau mempercepat proses kala III (Roesli, 2008). Hasil penelitian menunjukkkan bahwa ada responden yang mengalami retensio plasenta walaupun pelaksanaan IMD berhasil, hal ii dapat disebabkan oleh perlekatan plasenta yang terlalu dalam sehingga hisapan bayi pada putting susu yang dapat merangsang uterus tidak cukup kuat melepaskan plasenta dari implantasinya sehingga petugas melaksanakan plasenta manual. Selain itu ditemukan responden yang tidak berhasil melaksanakan IMD tetapi tidak mengalami retensio plasenta hal ini dapat disebabkan oleh pelekatan plasenta yang baik serta kontraksi uterus baik. Sehingga plasenta tetap lepas dari implantasinya sesuai waktu normal, selain itu kondisi lain dapat dipengaruhi oleh paritas ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hisapan bayi pada puting susu ibu yang mendorong untuk mengeluarkan hormon oksitosin sehingga menimbulkan kontraksi uterus dan membantu cepatnya pengeluaran plasenta. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diRuangPONEK RSUD Jombang dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan IMD sebagian besar berhasil sejumlah 15responden (75%) 2. Retensio plasenta sebagian besarresponden tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 14 responden (70%) Ada Hubungan Pelaksanaan IMD dengan Retensio Plasenta di Ruang Ponek RSUD Jombang yang ditunjukkan nilai uji fisher exact test dengan ρ = 0,014 <α = 0,05maka H0 ditolak atau H1 diterima REKOMENDASI Melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan kala III dan mensosialisasikan kepada ibu yang akan melaksanakan persalinan bahwa IMD dapat mempercepat keluarnya plasenta. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan melakukan inisiasi menyusu dini sebagai kegiatan rutin dalam menolong persalinan. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga ibu mau ikut serta dalam program penatalaksanaan inisiasi menyusu dini dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi. ALAMAT CORRESPONDENSI: Email : [email protected] No.Hp : 082244878639 Alamat : Ds.Tegal Bangsri Kec.Ranuyoso Kab.Lumajang