BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pemberian fasilitas pinjaman polis di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak tidak berdasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan hanya berdasarkan kepada peraturan intern perusahaan saja yang berupa SK Direksi. Peminjam polis kurang paham atau tidak mengetahui mengenai legalitas dari fasilitas pinjaman polis yang diadakan oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak, kendala yang timbul dalam pelaksanaan pinjaman polis ini bagi pemegang polis adalah bunga dan denda yang terlalu besar sedangkan bagi perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak adalah kelalaian peminjam polis dalam membayar angsuran beserta bunga dari pinjaman tersebut. Polis asuransi tidak dapat dijadikan sebagai jaminan karena tidak memenuhi minimal tiga syarat sebagai benda yang dapat dijaminkan, yaitu tidak mempunyai nilai ekonomis, tidak mempunyai legalitas yang jelas dan tidak dapat untuk diperjualbelikan. 2. Akibat hukum dari pelaksanaan perjanjian pinjaman polis ini dapat dinyatakan batal demi hukum karena tidak sesuai dengan salah satu syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 yaitu kausa yang halal, seperti yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian mengenai ruang lingkup usaha perasuransian tidak mengatur perusahaan asuransi dapat menyalurkan dana kepada pemegang polis sehingga dalam pelaksanaan perjanjian pinjaman polis ini dapat dikatakan tidak sesuai dengan aturan yang ada, Polis tidak mungkin untuk dijual melalui lelang umum seperti pada gadai, tidak adanya keseimbangan dan kebebasan berkontrak dalam membuat perjanjian ini karena perjanjian pinjaman polis ini dibuat sepihak oleh perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak sehingga dalam. Perjanjian pinjaman polis pada perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak dibuat dibawah tangan sehingga kekuatan hukum atau pembuktiannya dapat dikatakan tidak kuat apabila pada suatu saat terjadi perselisihan atau sengketa. B. Implikasi 1. Polis asuransi tidak dapat dijadikan jaminan karena unsur-unsur jaminan yang ada didalamnya dapat tidak dikatakan tidak sempurna sehingga dalam proses penjaminannya tidak optimal, selain itu tidak ada peraturan yang mengatur tentang polis asuransi ini sendiri secara khusus dan perusahaan asuransi dalam hal ini pun tidak mempunyai dasar yang kuat yang menyatakan bahwa perusahaan asuransi juga dapat berfungsi sebagai lembaga penyalur pelaksanaannya dana dapat kepada pemegang polis sehingga dalam dikatakan melanggar ketentuan dalam Undang- Undang Perasuransian Nomor 40 Tahun 2014 2. Perjanjian pinjaman polis atau perjanjian gadai polis di Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak dalam hal ini sebenarnya hanyalah perjanjian hutang piutang biasa karena tidak mungkin untuk melakukan proses eksekusi terhadap polis asuransi ini dan dapat dikatakan dalam perjanjian gadai polis ini tidak ada benda yang dijaminkan, selain itu perjanjian gadai polis ini dapat menimbulkan kerugian yang besar untuk pemegang polis karena tidak terdapat perlindungan hukum untuk melindungi pemegang polis terhadap aturan intern dari perusahaan yang telah baku yang mana aturan mengenai gadai polis ini dibuat oleh pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak. C. Saran 1. Diperlukan payung hukum yang jelas dan tegas dalam mengatur pinjaman polis untuk menciptakan kepastian hukum, perlindungan hukum kepada para pihak dan keadilan dalam pelaksanaannya. 2. Perjanjian pinjaman polis oleh Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang Pontianak ini seharusnya dibuat dihadapan notaris berdasarkan kehendak dari kedua belah pihak sehingga terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian tersebut dan supaya perjanjian pinjaman polis ini memiliki pembuktian yang sempurna karena dibuat dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu agar kedepannya tidak terdapat pihak yang merasa dirugikan.