tinjauan yuridis tanggung jawab direktur pt terhadap kepailitan pt

advertisement
BAB II
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR PT DALAM UU NO. 40
TAHUN 2007
A. Kewajiban Untuk Menyelenggarakan RUPS
RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai organ
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan sebagaimana ditentukan dalam
pasal 1 butir 4 UUPT yang menyatakan 11:
“ Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ
perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau
komisaris.”
Akan tetapi, bila melihat pada bunyi kalimat “memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris”, maka apa yang dimaksud di
Pasal 1 butir 3 UUPT tersebut di atas sebenarnya kekuasaan RUPS adalah tidak
mutlak. Artinya, kekuasaan yang tertinggi yang diberikan oleh undang-undang
kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS tidak dapat melakukan lingkup tugas dan
wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada Direksi
dan komisaris. Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai
wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris, dengan dermikian
11
Lihat Pasal 1 ayat (4) UUPT
Universitas Sumatera Utara
dapat disimpulkan pula bahwa Direksi atau Komisaris mempunyai wewenang yang
tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. 12
Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencampuri tindakan pengurusan
perseroan sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan Direksi semata-mata
adalah untuk kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS. 13
Wewenang RUPS yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain, yang
ditetapkan dalam UUPT antara lain adalah sebagai berikut 14 :
1. Penetapan Perubahan Anggaran Dasar
2. Penerapan pengurangan modal
3. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan
4. Penetapan penggunaan laba
5. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris.
Direksi dan Komisaris mempunyai kekuasaan berdasarkan mandat atau kuasa
dari RUPS sehingga apabila RUPS menghendakinya sewaktu-waktu dapat
mencabutnya kembali.
Direksi dibebani berbagai kewajiban dalam
melaksanakan tugasnya
sehubungan dengan pengurusan Perseroan, termasuk menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), baik RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa. RUPS
12
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 57
13
Ibid, hal. 58
14
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
1996), hal. 66
Universitas Sumatera Utara
Tahunan wajib dilakukan di mana Direksi menyampaikan laporan tahunan mengenai
jalannya Perseroan.
Menurut pasal 78 UUPT, RUPS dapat diselenggarakan dengan 2 (dua) macam
RUPS, yaitusebagai berikut : 15
1. RUPS Tahunan, yang diselenggarakan dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku berakhir.
2. RUPS
lainnya,
yang dapat
diselenggarakan sewaktu-waktu berdasarkan
kebutuhan untuk kepentinghan Perseroan.
Penyelenggara RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada
prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah Direksi, kecuali Direksi
berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara Direksi dan perseroan, maka
pemanggilan dilakukan oleh komisaris.
Selanjunya, menurut Pasal 78 ayat (3) dalam RUPS tahunan, Direksi harus
mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan perseroan sesuai dengan Pasal 66
ayat (2).
Pasal 66 ayat (2) terdiri atas pokok-pokok berikut :
a. Laporan keuangan
b. Laporan mengenai kegiatan perseroan
c. Laporan mengenai pelaksanaan TJSL
15
Lihat Pasal 78 angka 1 UUPT
Universitas Sumatera Utara
d. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
perseroan
e. Laporan tugas pengawasan yang dilaksanakan dewan komisaris
f. Nama anggota direksi dan dewan komisaris
g. Gaji dan tunjangan anggota direksi dan dewan komisaris
Oleh karena itu, RUPS tahunan mesti dilaksanakan oleh direksi dalam batas
jangka waktu yang ditentukan undang-undang, yakni paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku berakhir.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan alat perlengkapan
perseroan yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan
Undang-undang perseroan atau anggaran dasar perseroan. Di sini yang harus menjadi
perhatian adalah bahwa para pemegang saham sebagai perseorangan bukanlah
merupakan alat atau organ dari perseroan, melainkan yang menjadi alat atau organ
adalah RUPS. 16
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan wajib dilakukan sekali
dalam setahun, kerena itu diminta atau tidak diminta oleh siapapun adalah sudah
merupakan kewajiban pihak Direksi perseroan untuk menyelenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 79
ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
16
Chaidir Ali, Badan Hukum, (Bandung,: Alumni, 1996), hal. 96
Universitas Sumatera Utara
Apabila tidak menyelenggarakan RUPS Tahunan, Direksi dianggap telah
melalaikan fiduciary duty-nya terhadap Perseroan. RUPS Luar Biasa tidak wajib
diadakan, namun dapat diadakan jika kepentingan Perseroan menghendakinya.
Permintaan RUPS Luar Biasa ini dapat muncul dari Dewan Komisaris ataupun juga
atas permintaan pemegang saham yang memenuhi syarat berdasarkan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT)..
Pada Pasal 78 ayat (1) maupun ayat (4) menyebutkan RUPS lainnya. Akan
tetapi penjelasan Pasal 78 ayat (1) mengatakan, yang dimaksud dengan RUPS lainnya
dalam praktik, sering dikenal sebagai Rapat Umum Pemegang Sahan Luar Biasa
(RUPSLB) yang diadakan setiap waktu dan digantungkan berdasar kebutuhan untuk
kepentingan perseroan
Jadi, kapan saja kepentingan perseroan membutuhkan diadakan RUPS,
Direksi dapat menyelenggarakan RUPSLB, asal benar-benar secara objektif
kepentingan perseroan membutuhkannya. 17
Lain halnya dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa yang
tidak wajib dilakukan kecuali ada alasan lain untuk itu. Yang menjadi pertanyaan
penting dan sering timbul percekcokan dalam praktek adalah tentang siapakah yang
memutuskan suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa harus
17
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 316
Universitas Sumatera Utara
dilakukan atau tidak, dan siapakah yang berhak meminta untuk diselenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut. 18
Yang behak untuk meminta dilakukannya suatu Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), terlepas disebutkan atau tidak dalam anggaran dasar adalah sebagai
beriku : 19
1. Pihak Direksi atas inisiatif sendiri
Hal ini sudah sewajarnya mengingat Direksi sebagai pihak pelaksana kegiatan
perseroan, jika melihat adanya keperluan untuk menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang
Saham
(RUPS)
untuk
kepentingan
perseroan,
dia
dapat
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas inisiatifnya
sendiri
2. Pemegang dari minimal 10 % (sepuluh persen) saham dengan hak suara yang sah.
Pemegang dari minimal 10 % (sepuluh persen) saham dengan hak suara yang sah
juga (di samping direksi) dapat meminta dilaksanakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Hak dari pemegang 10 % (sepuluh persen) saham tersebut tetap
ada meskipun anggaran dasar tidak menyebutkan secara eksplisit.
3. Pihak Komisaris setelah dia melakukan pemberhentian Direksi untuk sementara.
18
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma baru, (Bandung: Citra Adiya Dakti, 2003),
19
Ibid, hal. 152
hal. 151
Universitas Sumatera Utara
Kembali kepada pertanyaan di tangan siapakah terletak kewenangan untuk
menentukan diselenggarakan atau tidak suatu Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), terutama Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa. Jawabannya
adalah di tangan Direksi atau Komisaris jika Direksi berhalangan atau mempunyai
konflik kepentingan. Dengan demikian, meskipun penjelasan Pasal 81 ayat (2) UUPT
dengan tegas menentukan bahwa pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) merupakan kewajiban Direksi, Direksi atau Komisaris dapat menolak
diselenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) jika dia melihat tidak ada
alasan yang kuat untuk itu.
Jika Direksi atau Komisaris menolak diselenggarakannya Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), pihak pemegang saham yang meminta diselenggarakan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat mengajukan ke Pengadilan Negeri
untuk memberi izin agar pihak pemegang yang meminta diselenggarakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) memanggil sendiri Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) tersebut. Dalam hal ini, Pengadilan Negeri dalam tingkat pertama dan
terakhir dapat member izin pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
tersebut, sekaligus bila perlu menetapkan bentuk, isi dan jangka waktu
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), menunjuk ketua rapat
tanpa terikat dengan ketentuan dalam undang-undang dan anggaran dasar, bahkan
Universitas Sumatera Utara
dapat pula memerintahkan Direksi dan atau Komisaris untuk hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) tersebut. 20
Pada dasarnya yang befungsi dan berwenang menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Sahan Luar Biasa (RUPSLB)
adalah Direksi. Hal itu ditegaskan oleh Pasal 79 ayat (1) UUPT. Penyelengara
diadakan RUPS, sepenuhnya merupakan inisiatif dari Direksi. Akan tetapi ketentuan
itu, tidak menutup kemungkinan penyelenggaraan RUPS tahunan dan RUPSLB
dilakukan atas permintaan, sebagaimana diatur pada Pasal 79 ayat (1) UUPT. 21
Direksi selaku penyelenggara menurut Pasal 79 ayat (2) UUPT dapat pula
terjadi karena dimohon oleh satu pemegang saham atau lebih yang bersama-sama
mewakili 1/10 (sepersepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara
yang sah atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar Perseroan yang bersangkutan. 22
Apabila ada permintaan dari pemegang saham atau dari Dewan Komisaris
yang memenuhi syarat kepada Direksi agar diadakan RUPS, maka menurut Pasal 79
ayat (5) Direksi wajib melakukan pemangilan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) harus dilakukan
20
Ibid
Lihat Pasal 79 ayat (1) UUPT
22
Lihat Pasal 79 ayat (2) UUPT
21
Universitas Sumatera Utara
Direksi paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan
penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diterima Direksi. 23
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan Direksi
berdasarkan pangilan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas permintaan, pada
prinsipnya hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan yang
dikemukakan pada surat permintaan. Namun demikian Pasal 79 ayat (8),
membolehkan membicarakan mata acara rapat lainnya yang dipandang perlu oleh
Direksi.
Jika Direksi tidak melakukan pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari dari tanggal permintaan diterimanya
maka pemegang saham dapat mengajukan kembali permintaan itu kepada Dewan
Komisaris atau jika yang meminta kepada Direksi adalah Dewan Komisaris, maka
Dewan Komisaris melakukan panggilan sendiri Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Bahkan menurut pasal 80 ayat (1) UUPT pemohon dapat diberi izin oleh
pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan
untuk :
23
M.Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 317
Universitas Sumatera Utara
a. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS atas permohonan pemegang saham apabila
direksi atau komisaris tidak menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang
telah ditentukan;
b. Melakukan sendiri pemanggilan RUPS lainnya atas permohonan satu atau lebih
pemegang saham seperti tersebut diatas jika direksi atau komisaris setelah lewat
waktu 30 hari, terhitung sejak permintaan tidak melakukan pemanggilan RUPS
lainnya.
Yang berhak memanggil para pemegang saham untuk menghadiri RUPS itu
biasanya/umumnya dilakukan oleh Direksi ataupun oleh Dewan Komisaris. Hal ini
biasanya dinyatakan dengan tegas dalam Anggaran Dasar suatu perseroan kecuali
RUPS tersebut dilakukan dengan campur tangan hakim, maka hakim dapat
menentukan cara pemanggilan. 24
Menurut cara yang lazim dipakai untuk pemanggilan RUPS ini, dilakukan
dengan pengumuman dalam mass media dari kota mana perseroan tersebut
berkedudukan, kecuali didalam anggaran dasar ditetntukan cara pemanggilan lain.
Direksi serta Dewan Komisaris dalam melakukan pemanggilan untuk RUPS tersebut
harus memberitahukan juga acara rapat dalam RUPS yang akan diadakan atau
setidak-tidaknya diberitahukan bahwa soal-soal yang akan dirundingkan dalam rapat
dilihat di kantor perseroan.
24
Rahmat Soemitro, Penuntun Perseroan Terbatas dan Undang-undang Pajak Perseroan,
(Bandung: PT Erosco, 1982), hal. 65
Universitas Sumatera Utara
1. RUPS dapat dilakukan dengan memenuhi syarat formil dan syarat materil,
yaitu : 25 Pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak
memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS
2. Pemanggilan RUPS dilakukan dengan surat tercatat dan/atau dengan iklan
dalam surat kabar.
3. Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat, dan mata
acara rapat disertai pemberitahuan bahwa yang akan dibicarakan dalam RUPS
tersedia di kantor perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS
sampai dengan tanggal RUPS diadakan.
4. Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) kepada pemegang saham secara Cuma-cuma jika diminta.
5. Dalam hal pemanggilan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), dan panggilan tidak sesuai dengan ketentuan ayat
(3). Keputusan RUPS tetap sah jika semua pemegang saham dengan hak suara
hadir ataw diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan
suara bulat.
1. Syarat Formil
Suatu keputusan sah jika syarat-syarat formil yang tercantum dalam UndangUndang dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (PT) tidak terpenuhi, seperti
dalam hal pemanggilan para pemegang saham atau jangka waktu pemanggilan
tersebut tidak dilakukan menurut yang ditentukan dalam anggaran dasar
Perseroann Terbatas (PT) dan Undang-undang.
2. Syarat Materil
Suatu keputusan batal jika keputusan bertentang dengan ketentuan meteril dalam
Undang-Undang maupun dalam anggaran dasar.
25
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya guna kepentingan penyelenggaraan RUPS, Direksi melakukan
pemanggilan kepada para pemegang saham dengan mengacu pada ketentuan pasal 82
UUPT yang menentukan sebagai berikut :26
Setiap penyelenggaran RUPS wajib dibuat risalah dan dibubuhi tanda tangan
ketua rapat dan paling sedikit satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan
oleh RUPS. Maksud pembuatan risalah dengan penandatanganan tersebut
dimaksudkan adalah untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi risalah RUPS
tersebut, kalau risalah RUPS tersebut dibuat oleh notaris maka kewajiban untuk
menandatangani sebagaiman dimaksud di atas tidak diperlukan. 27
Bagi perseroan terbuka, sebagaimana ditentukan dalam pasal 83 UUPT,
sebelum dilakukan pemanggilan RUPS, wajib didahului pengumuman mengenai akan
diadakan pemanggilan RUPS dalam 2 (dua) surut kabar harian. Pengumuman ini
dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum pemanggilan RUPS.
B. Kewajiban Untuk Menyelenggarakan Pembukuan.
Perihal pembukuan diatur dalam buku I Bab II Pasal 6 KUHD. Pembukuan itu
dimaksudkan, agar siapa saja yang mempunyai suatu perusahaan yang ingin
mempunyai pengertian baik tentang perjalanan perusahaannya, maka ia harus
26
27
Lihat Pasal 82 UUPT
I.G Ray Widjaya, Hukum Perusahaan, (Jakarta: Megapoin, 2000), hlm. 265
Universitas Sumatera Utara
membuat pembukuan yang baik dan teratur. Keharusan pembukuan ini bertujuan
untuk kepentingan pengusaha itu sendiri.
Kewajiban membuat pembukuaan adalah kewajiban dan keharusan setiap
pengusaha dari persekutuan atau perseroan membuat pembukuan. Jadi setiap yang
menjalankan perusahaan diwajibkan membuat catatan-catatan tentang harta
kekayaannya, sehingga setiap saat diketahui dari padanya segala hak-hak dan
kewajiban si pengusaha. Apabila pengurus tidak menyelenggarakan catatan
pembukuan akan diberikan sanksi yang bersifat administratif misalnya dicabut izin
usahanya, pajaknya dinaikkan samapai batas maksimum dan lain-lain. 28
Menurut Pasal 6 ayat (2) KUHD, setiap perusahaan pada tiap-tiap tahunnya
dalam masa waktu 6 bulan yang pertama, harus membuat neraca, dengan syaratsyarat perusahaan. Pasal 6 ayat (2) mewajibkan Direksi perseroan selaku pengurus
untuk tiap tahunnya membuat neraca dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
berikutnya. 29
1. Pemberitahuan Neraca dan perhitungan laba rugi itu haruss disertai engan
keterangan selengkap lengkapnya.
2. Perseolan Neraca dan daftar perhitungan laba rugi bagi Perseroan Terbatas
diatur dalam Pasal 55 KUHD yang mewajibkan memberitahukan segala
keuntungan yang diperoleh.
3. Neraca dan daftar perhitungan laba rugi dibuat oleh Direksi dan diawasi oleh
Komisaris.
4. Karena dengan menetapka sahnya Neraca dan Daftar perhitungan laba rugi itu
adalah rapat pemegang saham, maka sebelum rapat umum diselenggarakan
“Neraca dan Daftar Perhitungan laba rugi itu” harus sudah dapat dibaca dan
diketahui oleh pemegang saham.
28
29
Muhammad Rizal SE, Hukum Bisnis, (Medan: Diktat, 2008), hal. 32
Lihat Pasal 6 ayat (2) KUHD
Universitas Sumatera Utara
5. Dari itu, “Neraca dan Daftar Perhitungan laba rugi” ini harus diletakkan di
kantor perseroan.
6. Kalau Neraca dan Daftar Perhitungan laba rugi ini harus selesai selambatlambatnya enam bulan sekali.
7. Tentang persisnya rapat umum ini diselenggarakan undang-undang tidak
ditetapkan.
Pengumuman Neraca, daftar perhitungan laba rugi beserta penjelasannya
dengan cara meletakkan di Kantor Pendaftaran Perusahaan. Tiap-tiap tahun sekali
Direksi diwajibkan memberitahukan Neraca dan Daftar Perhitungan laba rugi beserta
penjelasannya kepada semua persero.
Tanggung jawab Direksi dan Komisaris terhadap isi Neraca dan perhitungan
laba rugi adalah neraca perhitungan laba rugi dikerjakan oleh Direksi dan
pengawasannya oleh Komisaris karena itu harus ditandatangani oleh Direksi dan
Komisaris, tetapi pembebasan tanggung jawab itu tidak berlaku mengenai hal-hal
yang kurang cukup dijelaskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam hal ini
Direksi selaku pengurus dan Komisaris masih bertanggung jawab meskipun mereka
dapat menyangkal sehingga mereka itu tidak ada kesalahan. 30
Para pemegang saham mempunyai hak untuk melihat dan meneliti buku-buku
dan surat-surat perseroan.
Pasal 55 ayat (2) KUHD menyinggung tentang “Hak Pemegang Saham”
untuk memeriksa Neraca dan Daftar perhitungan laba rugi dengan kata-kata “mereka
dapat memeriksa selam tenggang waktu yang ditentukan”. 31
30
31
Ibid, hal 35
Lihat Pasal 55 ayat (2) KUHD
Universitas Sumatera Utara
Mengingat para pemegang saham itu belum tentu orang yang mengetahui
tentang neraca perhitungan laba rugi yang mengakibatkan ketakutan akan adanya
manipulasi data oleh Direksi selaku pengurus maka pemegang saham dapat menunjuk
satu perusahaan akuntan untuk memeriksa neraca dan daftar laba rugi dan bila
mereka kurang puas atas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
akuntan, mereka dapat menunjuk satu perussahaan akuntan lain untuk memeriksa
neraca dan daftar laba rugi, hal ini merupakan satu kewajaran apalagi untuk
perusahaan-perusahaan yang besar.
Akuntan (orang ahli) yang diangkat untuk memeriksa neraca dan daftar laba
rugi berhak melihat buku-buku dan surat-surat milik perusahaan perseroan untuk
memenuhi kewajibannya. Akuntan memiliki kewajiban untuk menyimpan rahasia
perusahaan dan kalau ia membocorkan rahasia perusahaan dapat dikenai sansi pidana
maksimal 9 bulan yang termuat dalam Pasal 322 KUHP mengenai pembocoran
rahasia. 32
Walaupun tujuan pembukuan agar pihak ketiga dapat mengetahui hak-hak dan
kewajiban-kewajiban pengusaha namun tidak semua orang dapt memeriksa dan
menelaah pembukuan dari suatu perusahaan sebab dalam hal ini berlaku asas
kerahasiaan. Bila terjadi suatu permasalahan maka asas ini dapat diterobos dengan
beberapa jalan yaitu:
a. Representation (pembukaan pembukuan oleh hakim. Vide pasal 8 KUHD)
32
Lihat Pasal 322 KUHP
Universitas Sumatera Utara
Apabila dalam memeriksa perkara yang sedang berjalan seorang hakim memiliki
kewenangan (Ambtcshalve) berdasarkan jabatannya sebagai seorang hakim
berhak untuk memeriksa pembukuan dari kedua belah pihak. Atau juga hakim
dapat meminta seorang ahli (akuntan) untuk mempelajari pembukuan tersebut
yang hasilnya akan diserahkan kepada hakim.
b. Communication
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan
langsung terhadap pembukuan tersebut misalnya;
1. Para Pewaris
2. Yang berkepentingan dalam suatu persekutuan
3. Kreditor dalam hal kepailitan
4. Pesero
5. Orang yang mengangkat pimpinan usaha perniagaan
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas direksi dalam menjalankan
perseroan,
Direksi diwajibkan untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam
perseroaan, yang harus disusun menurut Standart Akuntansi Keuangan yang berlaku
di negara Republik Indonesia. Pembukuan ini akan menjadi bukti atas setiap transaksi
keuangan perseroan selaman satu tahun buku berjalan, yang harus dilaporkan dan
dipertanggung jawabkan oleh Direksi perseroan bersama dengan pelaporan dan
Universitas Sumatera Utara
pertanggung jawaban atas laporan tahunan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Perseroan. 33
Direksi wajib membuat risalah RUPS dan risalah rapat direksi. Risalah RUPS
dan risalah rapat Direksi memuat segala sesuatu :
1. Apa saja yang dibicarakan, dan
2. Apa saja yang diputuskan pada setiap rapat.
Mengenai kewajiban administratif membuat Risalah RUPS konvensional
secara fisik, telah diperintahkan juga oleh Pasal 90, dan cara penandatanganannya
ditentukan secara bervariasi : 34
1. Risalah RUPS yang tidak dibuat dengan Akta Notaris, harus ditandatangani
oleh Ketua rapat ditambah paling sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang
ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
2. Apabila Risalah RUPS dibuat dengan Akta Notaris, tidak disyaratkan tanda
tangan.
Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) berikut risalah-risalah rapat
Direksi atau Komisaris Perseroan wajib disimpan dalam suatu tempat yang terbuka
yang memudahkan bagi setiap pemegang saham untuk memeriksa dan melihatnya. 35
Dalam menyelenggarakan pembukuan Direksi juga di wajibkan untuk
membuat Laporan Tahunan. Kewajiban Direksi membuat Laporan Keuangan telah
33
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 107
Lihat Pasal 90 UUPT
35
Gunawan Widjaya, Tanggung jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo apersada, 2003), hal. 62
34
Universitas Sumatera Utara
diperintahkan juga oleh Pasal 66 UUPT 2007. Direksi wajib membuat dan
menyampaikan Laporan Tahunan kepada RUPS setelah ditelaah Dewan Komisaris
dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan
berakhir. Laporan Tahunan sekurang-kurangnya memuat:
a. Laporan Keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun
buku yang baru lampau, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan
keuangan tersebut,
b. Laporan mengenai kegiatan perseroan,
c. Laporan pelaksanaan TJSL,
d. Rincian masalah yang rimbul selam tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
usaha perseroan,
e. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan Dewan
Komisaris selama tahun buku yang telah lampau,
f. Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris,
g. Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan
tunjangan anggota Dewan Komisaris perseroan untuk tahun buku yang baru
lampau. 36
C. Prinsip Umum Mengenai Tugas dan Tanggungjawab Direktur
Sebagaiman dimafhumi bahwa organ perseroan terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), komisaris, dan direksi. Ketiga organ ini memeliki tugas ,
wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda satu sama lain.
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan tujuan perseroan serta
36
Lihat Pasal 66 ayat (2) UUPT
Universitas Sumatera Utara
mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilaan sesuai dengan
Anggaran Dasar demikian menuru Pasal 1 ayat (5) UUPT.37
Tanggung jawab Direksi pada dasarnya beriringan dengan keberadaan, tugas,
kewenangan, dan kewajiban yang melekat pada dirinya, termasuk yang terdapat pada
teori dan doktri hukum.
Adapun mengenai pentingnya fungsi dan kedudukan Direksi dalam Perseroan
Terbatas, Nindyo Pramono menyitir teori organisme dari Otto Von Gierke dan teori
perwakilan dari Paul Scolten dan Bregstein. Menurut teori organisme dari Otto Von
Gierke, pengurus adalah organ atau alat perlengkapan dari badan hukum. Seperti
halnya manusia mempunyai organ-organ seperti : kaki, tangan, panca indra, dan
karena setiap gerakan organ-organ itu dikehendaki atau diperintahkan oleh otak
manusia, maka setiap gerakan atau aktivitas pengurus badan hukum dikehendaki atau
diperintah oleh badan hukum itu sendiri, sehingga pengurus adalah personifikasi dari
badan hukum itu sendiri. 38
Sedangkan menurut Paul Scolten dan Bregstein, pengurus mewakili badan
hukum. Analog dengan pendapat Gierke dan Paul Scolten maupun Bregstein tersebut,
maka Direksi PT bertindak mewakili PT sebagai badan hukum. Hakikat dari
perwakilan adalah bahwa seseorang melakukan suatu perbuatan untuk kepentingan
orang lain atas tanggung jawab orang itu.39
37
Lihat Pasal 1 ayat (5) UUPT
Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Publik dan Hukum Pasar Modal di Indonesia,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 94
39
Ibid, hal. 95.
38
Universitas Sumatera Utara
Dalam kepustakaan ada yang menyebut tugas perwakilan ini dengan sebutan
tugas representasi. 40 Yang dimaksud dengan tugas representasi adalah tugas dari
Direksi untuk mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Tugas
mewakili perseroan di luar pengadilan adalah seperti mewakili perseroan dalam hal
melakukan deal atau transaksi bisnis dengan pihak ketiga, menandatangani kontrakkontrak, menghadap pejabat negara, dan lain sebagainya. 41
Di samping tugas utama Direktur tersebut, Rudhi Prasetya menyatakan bahwa
termasuk sebagai tugas Direksi dalam perbuatan dan kejadian sehari-hari tersebut,
menurut Anggaran Dasar :
1. Menandatangani saham-saham yang dikeluarkan, bersama-sama Komisaris;
2. Menyusun laporan neraca untung rugi perseroan pada akhir tahun, sebagai
pertanggung jawaban Direksi, dengan menyampaikan dan meminta untuk
disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS);
3. Melakukan pemanggilan (RUPS) dan meminta RUPS (khusus untuk PT terbuka
RUPS dipimpin oleh komisaris). 42
Pasal 92 ayat (1) UUPT mengatakan bahwa Direksi menjalankan pengurusan
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
ketentuan ini merupakan penyempurnaan rumusan Pasal 82 ayat (1) UU No. 1 Tahun
1995 tentang PT. Menurut Pasal 92 ayat (1) jo Pasal 1 ayat (5) dapat diketahui tegas
40
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit, hal. 59
Ibid, hal. 60
42
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Adytia Bakti,
1996), hal. 18
41
Universitas Sumatera Utara
bahwa tugas dan tanggung jawab direksi adalah mengurus perseroan ( beheer van
daden) antara lain pengurusan sehari-hari.
Kata “pengurusan sehari-hari perseroan” ini sejalan dengan pandangan para
ahli di bidang hukum bisnis yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
perbuatan pengurusan atau dalam bahasa belanda disebut dengan istilah “beheer van
daden” adalah tiap-tiap perbuatan yang bisa dilakukan untuk mengurus dan
memelihara perserikatan perdata.43
Di dalam UUPT terdapat rumusan “beschikking daden” sebagaimana dapat
dilihat dalam ketentuan pasal 102 ayat (1) yang menyatakan bahwa Direksi wajib
meminta persetujuan RUPS seperti untuk mengalihkan kekayaan perseroan, atau
menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50 % (lima
puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih, baik
yang berkaitan satu sama lain maupun tidak. 44
Tugas utama seorang Direksi adalah melaksanakan pengurusan perseroan
sebaik-baiknya untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan di
dalam dan di luar pebgadilan, sehingga maksud dan tujuan perseroan akan tercapai.
Tugas pengurusan Direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga
berwenang dan wajib mengambil inisiatf membuat rencana dan perkiraan mengenai
43
Nindyo Pramono, Tanggung jawab dan kewajiban pengurus Perseroan terbatas, (Buletin
Hukum Perbankan dan Kebanksentralan. Voleme 5 no.3, 2007), hlm. 15
44
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Op. Cit, hal. 67
Universitas Sumatera Utara
perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud
dan tujuan perseroan. 45
Dalam menjalankan tugasnya, Direksi juga dapat memberikan kuasa tertulis
kepada satu orang karyawan perseroan atau lebih atau orang lain untuk dan atas nama
perseroan untuk melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan
dalam surat kuasa.
Direksi selaku organ perseroan memiliki tanggung jawab masing-masing.
Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan. Pengurusan perseroan
sebagaimana dimaksud, wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikat baik
dan penuh tanggung jawab, yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah
memperhatikan perseroan dengan penuh seksama dan tekun.
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya
dengan tidak bertanggung jawab dan tidak beritikat baik.
Rudhi Prasetya menyatakan bahwa jika berbicara mengenai pertanggung
jawaban, maka dapat dilihat dari segi hubungan ekstern dan dari segi hubungan
intern. 46 Tanggung jawab ekstern adalah tanggung jawab sebagai dampak dalam
hubungan dengan pihak luar. Sedangkan tanggung jawab intern adalah dampak dari
45
Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, hal. 73
Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), hal. 7
46
Universitas Sumatera Utara
hubungan si pengurus sebagai organ terhadap organ lainnya, yaitu institusi komisaris
dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham. 47
Sedangkan jika dilihat dari segi substantifnya, maka tanggung jawab Direksi
Perseroan Terbatas dibedakan setidak-tidaknya menjadi empat kategori, yakni : 48
1. Tanggung jawab berdasarkan prinsip fiduciary duties dan duty to skill and care;
2. Tanggung jawab berdasarkan doktrin manajemen ke dalam (indoor manajement
rule)
3. Tanggung jawab berdasarkan prinsip Ultra vires; dan
4. Tanggung jawab berdasarkan prinsip piercieng the corporate veil.
Adapun yang dimaksud dengan tugas fiduciary duties dari seoran direksi
dalam hal ini adalah tugas yang terbit secara hukum dari suatu hubungan fiduciary
antara Direksi dan perusahaan yang dipimpinya, sehingga seorang sehingga seorang
Direksi haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan (duty of care and skill),
itikad baik, loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya dengan derajat yang
tinggi. 49 Karena kedudukannya yang bersifat fiduciary, maka tanggung jawab Direksi
menjadi sangat tinggi. Tidak hanya dia bertanggung jawab ketidak jujuran yang
disengaja, tetapi dia bertanggung jawab juga secara hukum terhadap tindakan
47
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Op. Cit, hal. 205
Ibid
49
Munir Fuadi, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, Op. Cit, hal. 81
48
Universitas Sumatera Utara
mismanajemen, kelalaian atau kegagalan atau tidak melakukan sesuatu yang penting
bagi perusahaan. 50
Sedangkan doktrin manajemen ke dalam (indoor manajement rule)
merupakan doktrin kontemporer yang mengajarkan bahwa jika pihak-pihak yang
menjalankan tugas-tugas perusahaan dalam menjalankan tugas-tugasnya konsisten
dengan isi anggaran dasar perseroan, maka pihak perusahaan terikat dengan pihak
ketiga atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut, meskipun
dalam menjalankan tuganya itu, pihak perusahaaan tidak memenuhi ketentuan
internal perseroan, dan meskipun pihak luar perusahaan yang melakukan bisnis
dengan perusahaan diasumsi telah mengetahui dan mempelajari dokumen-dokumen
perusahaan yang telah di umumkan kepada publik, seperti anggaran dasar
perseroan. 51
Tanggung jawab Direksi berdasarkan doktrin manajemen ke dalam (indoor
manajement rule) ini diberi batasan-batasan antara lain : pihak yang melakukan
kegiatan perseroan memang bewenang melakukannya, para pihak telah tidak
berpegang pada dokumen-dokumen yang dipalsukan, pihak ketiga yang melakukan
kegiatan dengan persesoroan merupakan pihak ketiga yang beritikad baik, dan pihak
ketiga yang melakukan kegiatan dengan perseroan telah melakukan penyelidikan dan
layak terhadap transaksi tersebut.
50
51
Ibid, hal. 82
Ibid, hal. 90
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang dimaksud dengan prinsip Ultra vires (pelampauan kewenangan
perseroan) adalah suatu prinsip yang mengatur akibat hukum seandainya ada tindakan
Direksi untuk dan atas nama perseroan, tetapi tindakan Direksi tersebut sebenarnya
melebihi dari apa yang diatur dalam anggaran dasar perseroan.
Doktrin Ultra vires berdampak pada perikatan antara perseroan dengan pihak
ketiga, dimana transaksi yang dilakukan bersifat ultra vires. Menurut Chatamarasjid
Ais bahwa suatu transaksi ultra vires adalah tidak sah dan tidak dapat disah kan
kemudian oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).52
Fred B.G Tumbuan menggungkapkan bahwa batas-batas dimana perbuatan
Direksi itu merupakan perbuatan ultra vires apabila terpenuhi salah satu atau lebih
kriteria sebagai berikut :53
1. Perbuatan hukum yang bersangkutan secara tegas dilarang oleh anggaran dasar;
2. Dengan memperhatikan keadaan-keadaan khusus, perbuatan hukum yang
bersangkutan tidak dapat dikatakan akan menunjang kegiatan-kegiatan yang
disebut dalam anggaran dasar;
3. Dengan memperhatikan keadaan-keadan khusus, perbuatan hukum yang
bersangkutan tidak dapat diartikan sebagai tertuju kepada kepentingan perseroan
terbatas.
52
Chatamarasyid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum
Perusahaan, 2004, (Bandung: Citra Aditya Abadi) hal. 41
53
Fred B.G Tumbuan, Perseroan Terbatas dan Organ-organnya, (Surabaya: Makalah, 1998),
hal. 4
Universitas Sumatera Utara
Doktrin piercieng the corporate veil ini juga dianut dalam UUPT. Dalam
pasal 3 ayat (1) UUPT bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.
Dalam hal direksi terdiri dari 2 orang atau lebih tanggung jawab sebagaimana
dimaksud berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota direksi.
Anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kepailitan
Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan : 54
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
b. Telah melakukan pengurusan dengan itikat baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan kepengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan
d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut. Yang dimaksud dengan “mengambil tindakan untuk
mencegah timbul dan berlanjutnya kerugian” termasuk juga langkah-langkah
untuk memperoleh informasi mengenai tindakan pengurusan yang dapat
mengakibatkan kerugian, antara lain melalui forum rapat direksi.
Ketentuan anggota Direksi tidak dapat di minta pertanggung jawaban tersebut,
tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris.
D. Tugas dan Tanggung jawab Direktur dalam Perseroan Terbatas
Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 mendefinisikan
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
54
Lihat Pasal 104 ayat (4) UUPT
Universitas Sumatera Utara
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini serta peraturan pelaksananya. 55
Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian
perseroan diserahkan oleh Menteri Kehakiman. Selanjutnya sebagai sebuah organ,
Perseroan Terbatas melaksanakan kegiatannya melalui organ-organ yang dimilikinya,
yang terdiri dari: Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.
Sebagai organ Perseroan Terbatas, Direksi bertanggung jawab penuh atas
kegiatan pengurusan perseroan untuk kepentingan dan dalam mencapai perseroan,
serta mewakili perseroan dalam segala tindakannya, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Meskipun secara umum dikatakan bahwa Direksi berwenang mewakili
perseroan untuk segala hal, di dalam dan di luar pengadilan, namun demikian
undang-undang memberikan kemungkinan kepada para pendiri dan atau pemegang
saham perseroan untuk membatasi kewenangan Direksi dalam anggaran dasar
perseroan. 56
Direksi melakukan kepengurusan atas perseroan, dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan tersebut, untuk kepentingan dan dalam mencapai tujuan
perseroan, serta mewakili perseroan dalam segala tindakannya. Dalam melaksanakan
kepengurusan terhadap perseroan tersebut, Direksi tidak hanya bertanggung jawab
kepada perseroan dan para pemegang saham perseroan, melainkan juga terhadap
55
56
Lihat Pasal 1 ayat (1) UUPT
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 119
Universitas Sumatera Utara
setiap pihak ketiga yang berhubungan hukum, baik langsung maupun tidak langsung
dengan perseroan. 57
Pasal 97 ayat (1) UUPT menegaskan Direksi bertanggung jawab atas
pengurusan perseroan sebagaimana di maksud pasal 92 ayat (1) yaitu direksi dalam
melakukan pengurusan harus bertanggung jawab dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan.
Direksi wajib menjalankan pengurusan untuk kepentingan perseroan
maksudnya pengurusan perseroan yang dilaksanakan anggota direksi harus sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan
pelaksanaan, meliputi pengurusan sehari-hari.
Dalam menjalankan pengurusan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam AD, anggota Direksi harus menjalankan
pengurusan sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat. Segala
kebijakan yang dilakukan dalam melaksanakan pengurusan perseroan, harus
kebijakan yang dianggap tepat dan suatu kebijakan atau diskresi yang dianggap tepat
menurut hukum adalah kebijakan pengurusan yang mesti berada dalam batas-batas
yang ditentukan UUPT No. 40 Tahun 2007 dan AD perseroan. 58
Direksi wajib menjalankan pengurusan dengan itikat baik dan penuh tanggung
jawab, tanggung jawab anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan,
tidak cukup hanya dilakukan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan
57
58
Ibid, hal. 104
M.Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 375
Universitas Sumatera Utara
tujuan yang ditetapkan dalam AD. Akan tetapi pengurusan, itu wajib dilaksanakan
setiap anggota Direksi dengan “iktikad baik” dan penuh tanggung jawab. 59
Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan pengurusan perseroan. Kewajiban
melakukan pengurusan itu, harus pula dilakukan dengan “iktikad baik”. Setiap
anggota direksi “wajib dipercaya” dalam melaksanakan tanggung jawab pengurusan
perseroan, berarti setiap anggota Direksi selamanya dapat dipercaya serta selamanya
harus jujur. Direksi dalam melaksanakan pengurusan harus beritikad baik juga
meliputi kewajiban, anggota direksi harus melaksanakan kekuasaan atau fungsi dan
kewenangan pengurusan itu untuk tujuan yang wajar.
Direksi dalam melaksanakan pengurusan harus patuh menaati undang-undang.
Ketaatan mamatuhi peraturan perundang-undangan dalam rangka mengurus
perseroan, harus dilakukan dengan itikad baik, mengandung arti, setiap anggota
Direksi dalam pengurusan perseroan, wajib melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku . Jika anggota Direksi tahu tindakannya melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau tidak berhati-hati dalam
melaksanakan kewajiban mengurus perseroan, yang mengakibatkan pengurusan itu
melanngar peraturan perundang-undangan maka tindakan pengurusan itu melawan
hukum (onwettig, unlawful) yang dikategari sebagai perbuatan melawan hukum
(onrecht matigedaad, unlawful act).
Makna atau aspek lain yang terkandung dalam pada itikad baik dalam konteks
kewajiban anggota Direksi malaksanakan pengurusan perseroan secara bertanggung
59
Ibid
Universitas Sumatera Utara
jawab adalah “wajib loyal” terhadap perseroan. Dengan demikian, makna loyal
adalah sama dengan good faith duty :
1. Loyal dan terpercaya mengurus perseroan
2. Oleh karena itu, hubungan yang paling utama antara anggota Direksi dengan
perseroan adalah kepercayaan (trust) berdasarkan loyalitas.
Anggota Direksi wajib menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam
melaksanakan pengurusan perseroan. Setiap tindakan pengurusan yang mengandung
benturan kepentingan, dikategorikan sebagai tindakan iktikad buruk, sebab tindakan
yang demikian melanggar kewajiban kepercayaan dan kewajiban menaati undangundang.
Anggota
Direksi
dalam
melaksanakan
pengurusan
perseroan
harus
menghindari benturan kepentingan. Anggota Direksi tidak diperkenankan untuk
menggunakan uang dan kekayaan perseroan untuk kepentingan pribadinya, tidak
biperkenankan untuk
mempergunakan informasi perseroan untuk kepentingan
pribadinya, tidak menggunakan posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi, tidak
menahan atau mengambil sebagian dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan
pribadinya. Mengambil atau menahan sebagian keuntungan perseroan untuk
kepentingan pribadi, dikatagorikan sebagai keuntungan yang dirahasiakan oleh
anggota direksi yang bersangkutan.
Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan harus dengan penuh
tanggung jawab. Menurut penjelasan Pasal 97 ayat (2) UUPT, yang di maksud
Universitas Sumatera Utara
dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan perseroan dengan “seksama”
dan “tekun”. Anggota Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan wajib
berhati-hati (the duty of the due care). Apabila patokan kehati-hatian ini diabaikan
oleh anggota Direksi dalam menjalankan kepengurusan perseroan, dia dianggap
bersalah melanggar kewajiban mesti melaksanakan pengurusan dengan penuh
tanggung jawab. Tidak ada maaf bagi seorang yang menduduki jabatan anggota
Direksi dengan gaji dan tunjangan yang cukup besar, tetapi tidak hati-hati
melaksanakan pengurusan perseroan. 60
Setiap tindakan pengurusan perseroan yang hendak dilaksanakan, harus
dipertimbangkan
dengan
wajar
(reasonable
judgment).
Dalam
mengambil
pertimbangan, tidak boleh mengabaikan ketentuan hukum dan AD perseroan. Setiap
pelanggaran hukum yang dilakukan anggota Direksi dalam pengurusan perseroan,
tidak dapat dimaafkan dan ditoleransi meskipun hal yang diambil berdasarkan
pertimbangan yang hati-hati, apabila dia sendiri mengetahui dasar pertimbangan itu
bertentangan dengan ketentuan hukum atau AD perseroan.
Direksi bertanggung jawab atas kerugian pengurusan perseroan. Pasal 97 ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5), mengatur tentang tanggung jawab Direksi atas kerugian
perseroan yang timbul dari kelalaian menjalankan tugas pengurusan perseroan.
Anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian yang
dialami perseroan apabila anggota Direksi bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya melaksanakan pengurusan perseroan.
60
Lihat Pasal 97 ayat (2)
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang sudah di jelaskan, dalam melaksanakan pengurusan perseroan,
anggota direksi wajib melakukan dengan iktikad baik yang meliputi aspek :
61
1. Wajib dipercaya (fiduciary duty) yakni selamanya dapat dipercaya dan selamanya
harus jujur.
2. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar atau layak.
3. Wajib menaati peraturan perundang-undangan
4. Loyal terhadap perseroan, tidak menggunakan dana dan aset perseroan untuk
kepentingan pribadi, wajib merahasiakan segala informasi perseroan.
5. Wajib menghindari terjadinya benturan kepentingan pribadi dengan kepentingan
perseroan,
dilarang
mempergunakan
harta
kekayaan
perseroan,
tidak
menggunakan posisi untuk kepentingan pribadi, tidak mengambil atau menahan
sebagian keuntungan perseroan untuk pribadi, tidak melakukuan transaksi antar
pribadi dengan perseroan, juga wajib melaksanakan pengurusan perseroan dengan
penuh tanggung jawab.
Dalam hal anggota direksi terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, Pasal 97 ayat
(4) menegakkan prinsip penerapan tanggung jawab secara renteng. Dengan demikian,
apabila anggota Direksi lalai atau melanggar kewajiban pengurusan secara itikad baik
dan penuh tanggung jawab sesuai dengan lingkup aspek-aspek itikad baik dan
pertanggung jawaban pengurusan yang disebut di atas, maka setiap anggota Direksi
61
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 380
Universitas Sumatera Utara
sama-sama ikut memikul tanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian
yang dialami perseroan.
Berdasarkan ketentuan tanggung jawab renteng tersebut maka setiap anggota
Direksi diharapkan dapt menjadi “controller” satu terhadap yang lainnya walaupun
demikian, pada prakteknya fungsi kontrol melalui mekanisme check and balance sulit
dilakukan. Untuk itu maka diperlukan pembagian tugas dan wewenang serta
tanggungjawab yang jelas. Dengan adanya pembagian tersebut, maka masalah
pembuktian anggota Direksi yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas
tindakannya yang merugikan kepentingan perseroan lebih mudah. 62
Penegakan penerapan tanggung jawab secara tanggung renteng dalam hukum
perseroaan Indonesia dikenal dalam UUPT Tahun 2007. Sebelumnya baik pada
KUHD dan UUPT Tahun 1995, yang ditegakkan adalah prinsip tanggung jawab
pribadi yang bergantung pada faktor siapa pelaku yang melakukan kesalahan,
kalalaian, atau pelanggaran itu. Tanggung jawab hukumnya, hanya dipikulkan kepada
anggota Direksi yang melakukannya. Tidak dilibatkan anggota Direksi yang lain
secara tanggung renteng.
Jadi kalau tindakan kesalahan, kelalaian, atau pelanggaran itu dilakukan
seorang anggota Direksi tanpa sepengetahuan anggota Direksi yang lain atau dia tidak
ikut ambil bagian atas perbuatan itu, anggota Direksi yang lain tidak ikut bertanggung
jawab terhadapnya
62
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Meskipun undang-undang memberikan ketentuan berupa sanksi perdata yang
sangat berat kepada setiap anggota Direksi perseroan atas setiap kesalahan atau
kelalaiannya, namun pelaksanaan dan pemberian sanksi itu sendiri sebenarnya tidak
perlu terlalu dikhawatirkan, selama anggota Direksi yang bersangkutan bertindak
sesuai dengan dan tidak menyimpang dari aturan main yang telah diterapkan dalam
anggaran dasar perseroan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para
pemegang saham perseroan maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh
tindakan direksi harus membuktikan terlebih dahulu apakah memang benar kerugian
tersebut terjadi sebagai akibat kesalahn atau kelalaian Direksi. 63
E. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Kepada Perseroan Dan Pemegang
Saham Perseroan
Karakteristik dari suatu Perseroan Terbatas adalah pemisahan antara pemilik
(saham) dalam perseroan dan pengurusan Perseroan Terbatas. Hal inilah yang
kemudian menjadi dasar bagi pengembangan Good Corporate Governance. Makin
tidak terlibat pemegang saham dengan kegiatan oprasional perseroan, maka makin
tinggi Good Corporate Governance bagi suatu Perseroan Terbatas, namun demikian
tidak dapat dipungkiri bahwa pemegang saham tetap menginginkan kontrol atau
pengawasan terhadap jalannya perseroan. Dengan demikin dapat dimengerti kenapa
dalam Perseron Terbatas, pendiri atau pemegang saham, dewasa ini sering kali tidak
menjadi pengurus atau pengelola dari perseron yang didirikan.
63
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 117
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal yang disebut di atas, jelas bahwa para pendiri atau pemegang
saham tersebut memerlukan jaminan dan kepastian bahwa harta kekayaan mereka
pribadi tidak akan diganggu gugat sehubungan dengan kegiatan usaha yang
diselenggarakan atau dilaksanakan oleh Perseroan Terbatas tersebut. Dalam konteks
yang demikian pertanggung jawaban terbatas pendiri atau pemegang saham menjadi
penting artinya. Pendiri atau pemegang saham akan menanggung kerugian yang tidak
lebih dari bagian penyertaan yang telah disetujukan untuk diambil bagian, guna
penyelenggaraan dan pengelolaan jalannya perseroan dengan baik. 64
Keperluan adanya tanggung jawab terbatas bagi harta kekayaaan pribadi
pendiri atau pemegang saham, memberikan manfaat kepada pemilik saham bahwa
tidak setiap kegiatan dari pengurusan Perseroan Terbatas memerlukan pengetahuan
atau bahkan persetujuan dari pendiri atau pemilik saham. Konteks ini pada akhirnya
mengurangi peran pemilik saham dalam keterlibatannya terhadap kegiatan oprasional
perseroan bahkan juga untuk melakukan pengawasan secara terus menerus dan dari
waktu ke waktu terhadap jalannya kegiatan pengelolaan perseroan secara langsung.
Peran pemegang saham ini kemudian disederhanakan menjadi peran yang diletakkan
dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada setiap tahunnya dalam
bentuk RUPS Tahunan. Dalam hal tertentu, yang diperkirakan membawa akibat
pengaruh finansial atau kebijakan yang luas dan besar bagi perseroan, keterlibatan
64
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pemegang
saham
dapat
juga
dimintakan
yang
terwujud
dalam
bentuk
penyelenggaraan rapat umum luar biasa pemegang saham . 65
Hal tersebut diatas, disadari atau tidak, pada akhirnya memberikan kebebasan
kepada pengurus perseroan untuk mengelola perseroan dan mencari keuntungan bagi
perseroan dengan tetap berpedoman pada maksud dan tujuan serta untuk kepentingan
perseroan. Hal ini jugalah yang nantinya mendasari kebijakan bagi lahirnya prinsip
Business Judgment Rule yang memberikan perlindungan bagi setiap keputusan usaha
atau bisnis yang diambil Direksi yang telah dilakukannya dengan penuh kehatihatian, dengan itikad baik sesuai dengan maksud dan tujuan serta untuk kepentingan
perseroan.
Selain bagian dari upaya untuk mempertahankan konsep bahwa pendiri atau
pemegang saham tetap dapat melakukan monitoring atau pengawasan atau bahkan
penentuan kebijakan pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan, kepada para pendiri atau pemegang saham ini kemudian diberikan sahamsaham yang merefleksikan sampai berapa jauh pemegang saham tersebut dapat
melakukan monitoring atau pengawasan atau bahkan penentuan kebijakan
pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan melalui RUPS.
Makin besar jumlah saham yang dimiliki makin besar kewenangan yang dimilikinya
dalam RUPS. 66
65
Gunawan Widjaya, Hak Individu dan Kolektif para Pemegang Saham, (Jakarta: Forum
Sahabat, 2008), hal. 66
66
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Tugas dan Tanggung jawab direksi kepada perseroan dan pemegang saham
perseroan telah dimulai sejak perseroan status badan hukum.
Seiring dengan pelaksanaan tugasnya, secara simultan Direksi perseroan juga
diwajibkan untuk meyelenggarakan dan memelihara :67
1. Daftar Pemegang Saham Perseroan, yang berisaikan keterangan mengenai
kepemilikan saham dalam perseroan oleh para pemegang saham;
2. Daftar khusus yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham oleh direksi
dan komisaris perseroan, beserta keluarganya, atas setiap saham yang dimilinya
oleh mereka dalam perseroan maupun pada perseroan-perseroan terbatas lainnya;
3. Risalah Rapat Umum Pemegang Saham dan Rapat Direksi Perseroan.
Seperti diuraikan di atas, Daftar pemegang saham memuat segala macam
informasi yang ada mengenai kepemilikan saham dalam perseroan, pengalihan hak
maupun penjaminan yang mungkin diberikan atas saham-saham tersebut.
Daftar tersebut harus dipelihara oleh Direksi dan menjadi dasar untuk setiap
pemanggilan terhadap pemegang saham perseroan untuk setiap Rapat Umum
Pemegang Saham perseroan, maupun dalam rangka pengalihan dan penjaminan
dalam kaitannya dengan status kepemilikan, penguasaan dan hak-hak yang melekat
pada diri pemegang saham tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada hak untuk
hadir dan bersuara dalam rapat, hak untuk menerima deviden dan hak-hak lainnya
67
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 105-106
Universitas Sumatera Utara
yang
diberikan
oleh
Undang-undang
kepada
pemegang
saham,
dengan
memperhatikan kepentingan pihak ketiga. 68
Pasal 50 ayat (1) UUPT mengatur Daftar Khusus pengadaan dan
penyimpanan Daftar Pemegang Saham. Direksi perseroan wajib mengadakan dan
menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya : 69
a. Nama dan alamat pemegang saham ;
b. Jumlah, nomor, tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang saham, dan
klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi saham ;
c. Jumlah yang disetor atas setiap saham ;
d. Nama dan alamat dari orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai
hak gadai atas saham dan sebagai penerima jaminan fidusia saham dan
tabggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan fidusia tersebut;
e. Keterangan penyetoran saham dalam bentuk lain sebagaiman dimaksud dalam
pasal 34 ayat (2).
Itulah pokok-pokok paling minimal yang harus termuat dalam Daftar
Pemegang Saham, lebih dari itu tidak dilarang.
Selain kewajiban mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham
sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (1), Pasal 50 ayat (2) Direksi perseroan wajib
mengadakan dan menyimpan daftar khusus. Penjelasan ini mengatakan, yang
dimaksud dengan daftar khusus adalah salah satu sumber informasi mengenai
besarnya kepemilikan dan kepentingan anggota direksi dan dewan komisaris pada
perseroan yang
bersangkutan atau perseroan lainnya,sehingga pertentangan
kemungkinan tidak mungkin timbul, dapat ditekan sekecil mungkin. 70
68
Ibid
Lihat Pasal 59 UUPT
70
M.Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 261
69
Universitas Sumatera Utara
Daftar khusus memuat keterangan mengenai : 71
1. Saham anggota direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya dalam perseroan
dan/atau pada perseroan lainnya. Yang dimaksud dengan keluarganya menurut
penjelasan pasal ini, adalah istri atau suami dan anak-anaknya;
2. serta tanggal saham itu diperoleh.
Untuk lebih meningkatkan kualitas bagi organ-organ perseroan dalam
melaksanakan fungsinya secara baik, Pasal 43 ayat (2) Undang-undang Perseroan
Terbatas mewajibkan perseroan untuk menyelenggarakan suatu daftar khusus
pemegang saham yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham dari
anggota Direksi dan atau Komisaris perseroan beserta keluarganya pada perseroan,
dengan tujuan untuk memperkecil pertentangan kepentingan yang mungkin terbit
dalam rangka kepemilikan saham tersebut. Ketentuan ini ditindak lanjuti dengan
mewajibkan kepada para anggota Direksi dan atau Komisaris perseroan untuk
melaporkan kepemilikan saham mereka beserta keluarga mereka dalam perseroan
terbatas tersebut.72
Kewajiban Direksi yang lain sehubungan dengan pengadaan dan penyediaan
daftar pemegang saham dan daftar khusus yaitu menyediakan daftar pemegang saham
dan daftar khusus di tempat kedudukan perseroan, dan para pemegang saham dapat
memeliharanya.
71
72
Ibid
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Op. Cit, hal. 107
Universitas Sumatera Utara
Dalam ketentuan ini, yang dapat melihat daftar pemegang saham dan daftar
khusus, hanya terbatas pemegang saham saja, tidak meliputi semua pihak. Oleh
karena itu, di luar pemegang saham tidak dapat melaksanakan kehendak untuk
melihatnya. Pembatasan ini dianggap wajar, karena yang bukan pemegang saham
tidak ada kepentingan untuk mengetahui perubahan susunan pemegang saham
perseroan yang bersangkutan. 73
Dalam daftar pemegang saham dan daftar khusus dicatat juga setiap
perubahan kepemilikan saham, dan daftar pemegang saham dan daftar khusus
disediakan di tempat kedudukan perseroan agar dapat dilihat oleh para pemegang
saham.
73
M.Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 262
Universitas Sumatera Utara
Download