PENGARUH NAUNGAN DAN PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BIOMASS SIMPLISIA TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis sejak zaman dahulu telah dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Kondisi iklim yang hangat dan curah hujan yang tinggi memungkinkan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan secara subur. Diantara tumbuhan tersebut terdapat berbagai spesies tumbuhan liar yang belum banyak diteliti. Seiring perkembangan teknologi dan kemajuan pengetahuan umat manusia, telah banyak spesies tumbuhan yang diketahui manfaatnya. Tanaman tersebut digunakan dalam berbagai bidang industri, pengobatan tradisional, pangan, kosmetika dan bidang lainnya. Beberapa tumbuhan, terutama dibidang kesehatan telah terbukti mampu mengobati penyakit-penyakit yang berbahaya seperti batu ginjal, asam urat, kolesterol, hipertensi, asma selain itu juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan rasa pegal dan lesu serta sebagai senyawa anti kanker. Tempuyung adalah salah satu jenis gulma yang banyak tumbuh liar di alam. Pemanfaatan tempuyung sebagai tanaman obat pertama kali dipelopori oleh Dr. Sardjito yang tanpa sengaja menemukan khasiat tempuyung sebagai peluruh batu ginjal. Selanjutnya, penelitian dan pengembangan tempuyung terus berkembang. Saat ini tempuyung menempati sepuluh besar tanaman obat potensial Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku industri obat modern dan obat tradisional. Tanaman ini digunakan untuk pengobatan asma, batuk dan dapat menenangkan saraf (Xu et al., 2008) dan dapat meluruhkan atau menghancurkan batu ginjal (Winarto et al., 1999). Khasiat pengobatan tempuyung tersebut diketahui merupakan hasil aktivitas golongan flavonoidnya (Soedibyo, 1998). Sebagai tanaman yang mengandung klorofil, tempuyung membutuhkan cahaya dalam pertumbuhannya. Fungsi cahaya bagi tanaman yang memiliki klorofil adalah untuk proses fotosintesis. Fotosintesis berperan untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbanyak jumlah daun serta untuk produksi bunga. Selain berperan dalam fotosintesis, cahaya juga berfungsi sebagai sumber energi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Intensitas cahaya memiliki keterkaitan dengan energi tanaman. Hasil fotosintesis akan berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap daun pada tumbuhan harus memproduksi energi yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi energi untuk respirasi. Jika tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang maka tumbuhan lambat laun akan mati. Setiap jenis tanaman memerlukan cahaya yang berbeda tergantung pada kondisi habitat aslinya. Tempuyung dapat ditemukan di pinggir selokan, tebing-tebing, tembok rumah, trotoar, pinggir jalan, pekarangan, hutan maupun pematang sawah. Lokasi-lokasi tersebut memiliki intensitas cahaya dan penaungan yang berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada lokasi-lokasi tersebut tempuyung dapat tumbuh meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang beragam sehingga perlu diketahui kondisi lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi tempuyung. Mikoriza merupakan jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Mikoriza dapat ditemukan dalam semua jenis tanah meskipun dengan jumah yang berbeda-beda tiap jenis tanah tergantung pada kondisi lingkungan tanah tersebut. Jamur ini bermanfaat antara lain meningkatkan penyerapan unsur hara dan air, melindungi akar dari serangan pathogen, menstabilkan agregat tanah, meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dan meningkatkan pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman inang (Sukarno (2003), Jayanegara (2011)). Respon tiap tanaman terhadap pemberian mikoriza berbeda-beda, menurut Sawers et al; (2007) tanggapan mikoriza FMA juga relatif berbeda antar spesies tanaman (interspesifik) dan antar kultivar dalam spesies (intraspesifik). Penggunaan mikoriza nyata pengaruhnya terhadap pertambahan pertumbuhan tanaman, bobot segar daun, bobot kering batang dan daun serta Indeks Luas Daun kumis kucing. Inokulasi Glomus agregatum menghasilkan pertambahan tinggi, jumlah daun dan cabang, bobot kering daun dan batang, serta luas permukaan daun tertinggi pada ketiga klon kumis kucing dibandingkan Mikoriza arbuskular jenis lainnya (Trisilawati, 2004). Menurut Trisilawati dan Djazuli (2009), fungi mikoriza arbuskularr (FMA) sebagai agen biologis membentuk simbiosis muatualisme antara akar tanaman dan mikoriza. Simbiosis tersebut secara positif mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman serta tahan terhadap cekaman kekeringan. Simbiosis antara FMA dan akar nilam terbukti menigkatkan penyerapan nutrisi nitrogen, fosfor dan potassium, meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil dan kandungan minyak nilam. Nilam yang diaplikasikan mikoriza juga memiliki toleransi yang lebih baik terhadap cekaman kekeringan (sampai 25% kapasitas tanah). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tanaman tempuyung pada empat taraf naungan serta pemberian mikoriza arbuskular (FMA) terhadap pertumbuhan dan biomasa simplisia tempuyung. C. Kegunaan Dari penelitian ini, didapatkan informasi mengenai pengaruh pemberian mikoriza dan naungan yang paling optimal untuk budidaya tempuyung di dataran rendah dan dapat mengetahui hasil interaksi kedua perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan simplisia tempuyung. Hasil data tersebut dapat digunakan oleh petani atau pengusaha yang akan membudidayakan tempuyung sehingga didapatkan pengaturan teknik budidaya yang efisien dan optimal.