pengemasan pesan moral analisis framing film

advertisement
PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM
“EMAK INGIN NAIK HAJI”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
AYU FARAHDISA
NIM : 107051000293
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM
“EMAK INGIN NAIK HAJI”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
AYU FARAHDISA
NIM : 107051000293
Pembimbing
Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP: 19760812 200501 1 005
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: Pengemasan Pesan Moral Analisis Framing Film
“Emak Ingin Naik Haji”, telah diajukan dalam siding munaqasyah fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni
2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) program Strat satu (S I) pada jurusan Manajemen
Dakwah.
Jakarta, 14 Juni 2011
Panitia Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota
Pembimbing,
Gun Gun Heryanto, M.Si
NIP: 19760812 200501 1 005
iii
ABSTRAK
Ayu Farahdisa
107051000293
PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM “EMAK
INGIN NAIK HAJI”
Film merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam
menyampaikan pesan, karena film dapat memberikan efek baik dari aspek
edukatif, afektif, maupun kognitif dengan mudah kepada penonton. Dalam
penyampaian pesannya media film tidak hanya sekedar bercerita akan tetapi juga
memberikan gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Begitu juga
dengan film Emak Ingin Naik Haji yang menggambarkan kondisi keseharian
masyarakat Indonesia, tentang cinta tulus dan tak terbatas antara seorang Ibu dan
anaknya. Film Emak Ingin Naik Haji adalah sebuah mega film buah karya Aditya
Gumay yang diambil dari cerpen karya Asma Nadia yang berjudul “Emak Ingin
Naik Haji”. Cerpen yang diangkat oleh sang Sutradara dari Majalah Noor tersebut
kemudian dikembangkan menjadi suatu skenario film Emak Ingin Naik Haji yang
judulnya sama persis seperti cerpennya. Film ini mendapat respon positif dari
masyarakat dengan jumlah penonton yang luar biasa. Dengan berbagai
keunggulan film tersebut, maka penulis melakukan penelitian mendalam pada
aspek cerita film khususnya pada naskah film ini, guna memahami isu dan pesan
yang sebenarnya hendak disampaikan.
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin melihat
bagaimana isi cerita film yang dibingkai oleh Aditya Gumay sebagai Sutradara
film Emak Ingin Naik Haji. Dengan menggunakan analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dan menggunakan Teori Agenda Setting
Media, dapat ditelaah bagaimana realitas simbolik yang disajikan dalam film
Emak Ingin Naik Haji dan bagaimana proses pengemasan pesan oleh Aditya
Gumay dalam film ini melalui elemen Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris
sesuai isu pesan yang ditonjolkan dalam frame-frame yang terdapat dalam cerita
film tersebut.
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
dalam pelaksanaannya lebih dilakukan pada pemaknaan teks. Pengumpulan data
melalui wawancara dan dokumentasi, kemudian data-data dianalisis melalui
struktur framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa dengan menganalisa film
menggunakan analisis framing dan strukturnya, dapat mengungkap isu pesan yang
ingin disampaikan oleh Sutradara kepada penonton. Hasil dari analisis framing
film Emak Ingin Naik Haji ini juga dapat ditemukan pesan-pesan yang
mengandung unsur kebaikan (pesan moral). Pesan moral yang penulis dapatkan
dari hasil analisis yaitu: Naik haji karena kecintaan kepada Allah, Naik haji karena
mengedepankan gengsi, dan Naik haji karena tuntutan jabatan.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrohiim.
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridho dan
hidayah-Nya pula skripsi yang berjudul Pengemasan Pesan Moral dalam Film
“Analisis Framing Film Emak Ingin Naik Haji” ini dapat penulis selesaikan,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.
Kom. I) program studi S 1 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menjadi
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran
selalu penulis harapkan demi kemajuan kita bersama di masa depan.
Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Kiswantoro dan Ibunda tercinta Melly
Amelia serta Kakaku satu-satunya Haris Kisumal atas inspirasi dan
dorongan
motivasi
yang
tak
terhingga
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan perkuliahan di UIN Jakarta hingga penulisan skripsi ini.
v
2. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Pembantu Dekan. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A
selaku Pudek 1, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan
Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si dan Dra. Umi Musyarofah, MA, selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang banyak
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan
sejumlah
berkas-berkas
perkuliahan.
4. Bapak Drs. Gun Gun Heryanto, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi
yang banyak memberikan masukan dan ilmunya demi perbaikan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakhti, MA, selaku dosen penasehat akademik yang
sejak awal penulis kuliah di FIDIKOM dengan jurusan KPI serta sebelum
penyusunan skripsi ini telah banyak memberikan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik sesuai
harapan.
6. Seluruh Dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal,
terutama ilmu dan pengalaman.
7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan
fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi ini.
vi
8. Bapak Aves, selaku Produser film “Emak Ingin Naik Haji” yang telah
memberikan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN ‘95’ 2010, Disya, Ica, Wildah, Gauzi, Irvan,
Sholahudin, Abi, Dede, Fawas, Aris, Arman, Kiki, Maris, Saeful, Bukhori,
Badrus, Ridwan, Bangkit, dan Abil yang telah mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama selama sebulan di Bandung Barat, Desa
Cicangkang Hilir.
10. Teman-temn KPI Angkatan 2007 khusunya kelas D yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan masukan,
inspirasi, motivasi, dan kenangan indah selama penulis kuliah.
11. Sahabat-sahabat tersayang, Shohib, Irvan, Rajesh, Vera, Anay, Azis,
Kanda Umar, Nisa, Suci, Fitria, Ayu, Lala, Fuad, Ichal, Mitha, Rekha,
Reza, Ida, Ecca, Ella, Rifat, Farah, Arini, Nunu, Niken, Wempi, Kanda
Very, Fauzan, Adit, Salsha yang selalu memberikan semangat dan
dorongan bagi penulis.
12. Teman-teman HMI KOMFAKDA, BEM-Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, BEM-Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah
banyak memberikan penulis pengalaman dan pembelajaran di luar
Universitas.
13. Teman-teman seperjuangan, MD, BPI, PMI, Kessos dan Jurnalistik, serta
seluruh senior yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan
motivasi dan informasi kepada penulis.
vii
Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, namun tak mengurangi Respect penulis kepada mereka semua.
Terimakasih atas bantuan, dorongan dan motivasi untuk penulis sampai penulisan
skripsi ini selesai. Besar harapan penulis adanya Saran dan Kritik dari pembaca
sehingga menjadi pijakan keberhasilan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini bisa membawa manfaat. Amin ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta,
Juni 2011
Ayu Farahdisa
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBING ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 9
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 21
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 22
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Agenda Setting Media ......................................................... 23
B. Konstruksi Realitas ....................................................................... 26
C. Konseptualisasi Film..................................................................... 29
D. Pengertian Moral........................................................................... 33
E. Definisi Pesan ............................................................................... 35
F. Konseptualisasi Framing .............................................................. 36
ix
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji
1. Tim Produksi Film Emak Ingin Naik Haji.............................. 42
2. Pemeran Tokoh Film Emak Ingin Naik Haji .......................... 43
B. Sinopsis Film Emak Ingin Naik Haji ............................................ 44
BAB IV
ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI
A. Realitas Simbolik dalam Film Emak Ingin Naik Haji................... 47
B. Pengemasan Pesan Moral dalam Film Emak Ingin Naik Haji ...... 56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 81
B. Saran-saran.................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film adalah media komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan
suatu pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak dengan tujuan
memberikan informasi, hiburan, dan ilmu yang tentunya bermanfaat dan mendidik
ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni tersendiri
dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah cerita.
Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan. Ia
juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas
terlihat dalam masyarakat.1
Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut
ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis.
Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa
lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau cinemathograpie
berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos (cahaya) dan grapie (tulisan,
gambar dan citra). Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan
prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor. 2
Film adalah salah satu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan
dengan media lainya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap,
penerjemahanya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata,
juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas
1
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman
H. Usmar Ismail, 1992), h. 6.
2
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, h.19.
1
ragamnya, berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif
yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa
yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik
ceritanaya. Yang tak kalah pentingnya, film merupakan ekspersi atau pernyataan
dari sebuah kebudayaan ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang
kadang kurang terlihat jelas terlihat dalam masyarakat.3
Film juga termasuk media massa dan media massa ini adalah surat kabar,
film, radio, dan televisi. Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran
pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat
kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si
komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau
komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu
pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima,
dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. Wartawan surat kabar, penyiar radio,
penyiar televisi, atau sutradara film tidak mengetahui nasib pesan yang
disampaikan kepada khalayak itu.4
Jadi menurut peneliti bahwa penonton film belum tentu mengamalkan atau
mengikuti apa yang dia lihat atau apa yang dia tonton dalam film. Sifatnya belum
pasti karena mungkin dia hanya melihat film itu untuk sekedar hiburan karena
tokoh yang membintangi film tersebut dia senangi dan lain-lain sebagainya.
walaupun terkadang film itu diangkat dari kisah nyata yang seharusnya diambil
hikmahnya (informasinya).
3
Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, h.19.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)
Cet Ke-4, h. 50.
4
2
Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama diputar berjudul
Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada
Tahun 1927-1928-an Krueger Corporation memproduksi film Eulis Atjih, dan
sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Loetoeng Kasaroeng, Si Conat dan
Pareh Film-film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang-orang
Belanda dan Cina.5
Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan yang bintangi oleh
Roekiah dan R. Mochtar. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun
1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu
berpindah tangan kepada pemerintah Jepang, diantaranya adalah NV. Multi Film
yang diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha, yang selanjutnya memproduksi
film feature dan film dokumenter. Jepang telah memanfaatkan film untuk media
informasi
dan
propaganda.
Namun,
tatkala
bangsa
Indonesia
sudah
memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon
Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada pemerintah Republik Indonesia.6
Effendi sebagaimana dikutip Elvinaro Ardiyanto dalam bukunya yang
berjudul Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, setiap halnya televisi siaran, tujuan
khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi
dalam film akan terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.
Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain
sebagai media hiburan, film nasional, film nasional dapat digunakan sebagai
5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003) Cet Ke-3, h. 217.
6
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media,2007) Cet Ke-3, h. 134-135.
3
media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nations and
charakter building.7
Abad ke-21 sepertinya telah menjadi babak baru bagi kehidupan umat
manusia, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia. Oleh karena pada
masa itu telah terjadi revolusi kehidupan hampir di semua sektornya. Era pasar
bebas sebagai konsekuensi dari adanya globalisasi seakan-akan memaksa setiap
orang untuk terus bekerja keras tanpa mengenal lelah dan mengenal waktu hanya
demi mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan jaman. Sehingga hampir
saja tidak ada waktu untuk menghadiri forum pengajian dan semacamnya. Padahal
kalau boleh jujur, baik secara langsung maupun tidak langsung, sesungguhnya
mereka juga membutuhkan hal-hal yang bersifat spiritual (ketenangan batiniah)
yang hanya dapat diperoleh lewat jalan dakwah.8
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Syiar Deddy Mizwar
karangan Zaenal Arifin, Berangkat dari fenomena itu, model dakwah melalui
tayangan film dan sinetron menjadi salah satu pilihan tepat untukk menjawab
berbagai persoalan di atas karena karena dakwah dalam konteks ini bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya, tetapi juga menjadi media hiburan. Film
dan sinetron itu sendiri adalah dua hal yang serupa tetapi tak sama. Maksudnya,
yang disebut film dalam masyarakat kita sesungguhnya adalah film teatrikal yang
di produksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung-gedung pertunjukan atau
bioskop (cinema). Dalam istilah lain, sinetron juga dapat disebut dengan film
televisi (television film) yang dibuat khusus untuk siaran televisi. Namun
demikian, keduannya merupakan hasil karya seni peran yang bersifat imajinatif
7
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 136.
Zaenal Arifin, Syiar Deddy Mizwar, (Yokyakarta: STAIN Purwekerto Press & Unggun
Religi, 2006) Cet Ke-1, h. 92.
8
4
(tidak sebenarnya) untuk menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas
kehidupan dan mengandung misi atau tujuan tertentu dari pihak yang
memproduksinya.9
Film “Emak Ingin Naik Haji” sukses meraih penghargaan terpuji dalam
festival film Bandung, di Hotel Horison, Bandung, Jumat (23/4). Film ini terpilih
sebagai Film terpuji, selain meraih penghargaan sebagai Film terpuji Festival Film
Bandung (FFB) 2010, Film Emak Ingin Naik Haji juga menang di kategori
Pemeran Utama Pria Terpuji yang diraih Reza Rahardian, Pemeran Utama Terpuji
diraih Ati Kanser, Sutradara Terbaik diraih Aditya Gumay, dan Penata Artistik
terpuji diraih Herlin Lanang. Dengan demikian dalam Festival Film Bandung
2010 ini, film Emak Ingin Naik Haji total meraih lima penghargaan.10
Seperti diketahui film merupakan salah satu acara yang ditayangkan
televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat atau diambil
maknanya dari tayangan-tayangan film yang disesuaikan dengan alur atau jalan
cerita dari isi film tersebut. Sebab film memberikan peluang untuk terjadinya
peniruan apakah itu positif ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang
ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar maka sungguh pas dan tepat jika
proses dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah. Salah
satu film yang memberikan pesan dakwah sekaligus pesan moral adalah film
“Emak Ingin Naik Haji”.
Film “Emak Ingin Naik Haji” bercerita tentang: Emak, seorang wanita
berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam
9
Zaenal Arifin, Syiar Deddy Mizwar, h. 93-94.
Film ‘Emak Ingin Naik Haji’ Rajai Festival Film Bandung 2010,
http://www.facebook.com/I/9d4ee;www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/2796-film-emakingin-naik-haji-rajai-festival-film-bandung-2010. html, diakses pada tanggal, 31 Januari 2011 pada
pukul 09.00.
10
5
lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki
biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya
bergantung pada hasil jualan kue. Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein,
anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi
haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia
tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di
bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk
dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, Keterbatasannya sebagai penjual
lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya
yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara,
tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi
umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk
kepentingan politik.
Alasan peneliti mengapa memilih film Emak Ingin Naik Haji dalam
penelitian yaitu karena film ini memang banyak terjadi dalam kehidupan seharihari yang bisa dijadikan contoh yang baik atau buruk untuk para penontonnya.
Menceritakan seorang anak sholeh yang ingin membahagiakan Emaknya untuk
pergi haji. Kecintaan dan perjuangan seorang anak agar Emaknya bisa naik haji,
membuat penonton tak terasa meneteskan air mata ketika menontonnya dan
merasa kesal ketika melihat dalam peran lain bahwa seseorang di tempat yang
berbeda naik haji dengan begitu gampangnya. Karena orang kaya atau karena
jabatan yang memaksanya untuk naik haji. Sinematografi film ini memang tidak
indah, tapi kameramen mampu menangkap indahnya sebuah perkampungan.
Musiknya pun boleh dikatakan biasa, dan sekali lagi penceritaan yang kuatlah
6
menutupi segala kekurangan film ini. Aty Cancer dan Reza Rahardian yang
bermain dengan sangat mantap. Hubungan antara anak dan Emak sangat klop dan
apa yang dimainkan mereka adalah sebuah contoh bagaimana aktor seharusnya
menjiwai peran dengan sungguh-sungguh.
Ada banyak pesan yang terkandung dalam film Emak Ingin Naik Haji,
diantaranya: Mencari gelar haji/hajjah menaikkan status sosial atau unjuk
kekayaan adalah niatan-niatan yang semestinya harus dikubur dalam-dalam saat
hendak menunaikan ibadah haji. Karena tiap amalan sekecil apapun hanya pantas
ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih ibadah haji merupakan
amalan mulia yang memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam. Haji ke Baitullah
merupakan ibadah yang sangat mulia dalam Islam.
Kemudian dilihat dari aspek penonton pemutaran perdana film Emak ingin
Naik Haji di PIM I Jakarta Selatan, tim 21cineplex.com yang diundang untuk
menyaksikan film ini bersama sang sutradara Aditya Gumay, penulis novel Asma
Nadia dan penulis naskah film ini Adenin Adlan, benar-benar merasa tersentuh
dengan apa yang baru saja kami saksikan. Lebih dari 80 menit pemutaran film ini,
kami menyaksikan sebuah karya yang menurut kami sangat menyentuh
perasaan.11
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud
menyusun skripsi dengan judul Pengemasan Pesan Moral Dalam Film: Analisis
Framing Film “Emak Ingin Naik Haji”
11
Komentar
penonton
‘film
emak
ingin
naik
haji’,
http://www.21cineplex.com/slowmotion/emak ingin naik haji dari cerpen menjadi film,1031.html,
diakses pada tanggal, 7 Maret 2011 pada pukul 12.30.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya pembatasan maka
penelitian ini dibuat suatu batasan. Ruang lingkup dibatasi hanya pada analisis
tekstual dalam naskah film (Final Draft Scenario) Emak Ingin Naik Haji karya
Aditya Gumay.
Sedangkan perumusan masalah yang diangkat adalah :
1. Bagaimanakah Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak Ingin
Naik Haji?
2. Bagaimanakah Pengemasan pesan moral yang disampaikan Aditya Gumay
dalam film Emak Ingin Naik Haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak
Ingin Naik Haji
2. Untuk mengetahui Pengemasan pesan yang disampaikan Aditya
Gumay dalam film Emak Ingin Naik Haji
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kajian dakwah dan kajian komunikasi terutama media
komunikasi massa, serta memberikan pandangan baru tentang analisis
Framing sebagai sebuah metode penelitian dalam analisis teks media.
8
2. Manfaat Praktis
Memberi kontribusi pada para praktisi media terutama praktisi film
dalam menganalisis framing film bernuansa religi.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Konstruktivisme
Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis. Menurut paradigma kontruktivisme, realitas sosial yang
diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa
dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma kostruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku alam, karena manusia
pemberian makna
ataupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri.
Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber,
menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat
dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang
timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa setiap individu
akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan,
dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan
dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta
pemahaman (interpretive understanding). 12
Kajian paradigma kostruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara
dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengkontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
12
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72.
9
Menurut kamus komunikasi definisi Konstruksi adalah suatu konsep, yakni
abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus yang dapat diamati dan
diukur. Implikasi dalam paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa
pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar untuk
mengerti. Menurut Ardianto, konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi
(bentukan) kita sendiri. 13
Sehingga komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di
tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini kita dapat mengemukakan teori
Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah diri yang
terlibat dalam lingkup publik, -pada dirinya terdapat atribut sosial budaya
masyarakatnya, sedangkan Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran
khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Implikasi
paradigma konstuktivisme tiodak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain
pesan, yaitu ekpresif, konvensional, dan retoris.14
Logika ekpresif dimana memperlakukan komunikasi sebagai suatu model
ekpresif diri, memiliki sifat pesan yang terbuka, relatif secara alami, dan sedikit
memperhatikan yang menjadi keinginan orang lain. Logika konvensional dimana
memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur,
komunikasi biasanya dilakukan berdasarkan norma, kesopanan, atau aturan yang
diterima bersama, sehingga komunikasi berlangsung secara sopan dan tertib, serta
terkadang mengandung bentuk-bentuk jebakan kesopanan (seperti: “tolong”,
“silahkan/please”, dll). Logika retoris dimana memandang komunikasi sebagai
13
14
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72.
Elvinaro Ardianto, Filsafat Ilmu Komunikasi, h. 164.
10
suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi, pesannya bisa dirancang fleksibel,
berwawasan, dan berpusat pada orang.
2. Metode Penelitian
Metodelogi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif dapat menunjukan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat,
sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur
melalui data sensus, tetapi analisisnya adalah analisis data kualitatif. Beberapa
peneliti memperoleh data dengan cara interview dan observasi. Teknik-tekniknya
menghubungkan secara normal dengan metode kualitatif.15
Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum
yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.
Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial
dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan
untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.16 Dan penelitian ini
bersifat kualitatif karena dalam pelaksanaanya lebih dititik beratkan pada
pemaknaan teks, dari pada penjumlahan kategori. Analisis ini tidak digunakan
untuk mencari data frekuensi, akan tetapi untuk menganalisis dari data yang
tampak, maka analisis ini digunakan untuk memahami fakta dan bukan untuk
menjelaskan fakta tersebut.17
3. Jenis Penelitian
Berdasarkan dari tujuannya ini menggunakan jenis penelitian eksplantif
kaitannya dengan penelitian analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald
15
Syamsir Salam, MS, Metodologi Penelitian (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
& UIN Jakarta Press, 2006), h. 30.
16
Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 303.
17
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet, 1, h, 33-34.
11
M, Kosicki dalam struktur sintaksis adalah untuk mengetahui cara penulis
menyusun cerita, struktur skrip untuk mengetahui cara penulis mengisahkan
cerita, struktur tematik untuk mengetahui cara penulis menulis cerita, dan struktur
retoris untuk mengetahui cara penulis menekankan cerita.18 Peneliti mencoba
mencari tahu sebab dan alasan mengapa peristiwa bisa terjadi, diantaranya
menjelaskan secara akurat mengenai satu topik masalah, menghubungkan topiktopik yang berbeda namun memiliki keterkaitan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara peneliti yaitu seseorang yang
berharap mendapat informasi dan informan yaitu seorang yang diasumsikan
mempunyai informasi langsung dari sumbernya.19 Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan kepada Bpk. Aves, selaku Produser film “Emak Ingin
Naik Haji.”
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan
dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi yaitu dengan
mendatangi langsung lokasi kantor Mizan Productions House dan wawancara
langsung dengan Produser Film Emak Ingin Naik Haji, kegiatan ini yang
sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk
mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.
18
Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayattullah Jakarta (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006).
19
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Pranada
Group, 2007), cet. Ke-2, h. 116.
12
Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat,
20
melalui
potongan film, buku-buku, dan media massa yang berhubungan dengan judul
yang penulis angkat.
5. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Framing. Framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan
informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada tersebut.
Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi
dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen suatu isu memperoleh alokasi
sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang
terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam
penarikan kesimpulan.21
Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat sebuah
informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam
penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi,
melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam
ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara
penempatannya atau pengulangan dengan simbol-simbol budaya yang sudah
dikenal.22
Framing secara sederhana dapat digambarkan
sebagai analisis untuk
mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja)
dibingkai oleh media.23
20
Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, h. 116.
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 163.
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 164.
23
Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LKiS, 2002).
21
13
Analisis bingkai merupakan dasar stuktur kognitif yang memandu persepsi
dan representasi realitas ―membongkar ideologi dibalik penulisan informasi,
Menjelaskan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap
sebuah peristiwa. 24
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang merupakan salah satu dari
analisis framing terpopuler yang digunakan untuk memperoleh gambaran isi pesan
yang disampaikan. Model analisis ini dibagi dalam empat struktur besar, yakni
meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Struktur berhubungan
dengan bagaimana penulis menyusun gagasan dalam sebuah cerita.
Bagian-
bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya. Bagian ini disusun dalam
bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman
bagaimana cerita hendak disusun.25
Dalam sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita
yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk diperhatikan
adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan
oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar
kemenarikan sebuah cerita fiksi.26
1. Struktur Sintaksis
Struktur berhubungan dengan bagaimana penulis menyusun gagasan
dalam sebuah cerita. Bagian-bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya.
Bagian ini disusun dalam bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema
yang menjadi pedoman bagaimana cerita hendak disusun.
24
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 92.
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yokyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), h. 113.
26
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113.
25
14
Dalam sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita
yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk diperhatikan
adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan
oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar
kemenarikan sebuah cerita fiksi.27
Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu peristiwa fungsional,
kaitan dan acuan. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang
menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa
peristiwa fungsional merupakan inti sebuah karya fiksi yang bersangkutan.
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwaperistiwa penting (baca : peristiwa fungsional) dalam pengurutan penyajian cerita
(atau : secara plot). 28
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh
dan atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur
lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang
melingkupi batin seorang tokoh. Dalam hal ini bukannya alur dan peristiwaperistiwa penting yang diceritakan melainkan bagaimana suasana alam dan batin
dilukiskan. Selain peristiwa dalam sebuah plot cerita dikenal juga adanya konflik.
Konflik menyarankan pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi
atau dialami oleh tokoh (-tokoh) cerita yang jika tokoh (-tokoh) itu mempunyai
kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa
dirinya. Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian, dapat dibedakan dalam dua
kategori; konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik internal.
27
28
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113.
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 118.
15
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang diluar dirinya –
dengan ingkungan alam – dengan lingkungan manusia. Sedangkan konflik
internal (atau: konflik batin) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang
tokoh(atau: tokoh-tokoh)cerita.29
Ada satu lagi yang menetukan (arah) perkembangan plot adalah klimaks.
Menurut Stanton dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyanto
menyatakan, klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas
tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan
saat itu memang harus terjadi tidak boleh tidak. 30
2. Struktur Skrip
Struktur skrip melihat bagaimana strategi penulis cerita mengisahkan atau
menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan berdasarkan nilai konstruksi
dramatik sebuah cerita dalam skenario. Dalam berita, wartawan menggunakan
beberapa peringkat dalam struktur skrip ini yaitu What (apa), When (kapan), Who
(siapa), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Begitu juga
dengan
penulis
cerita
tetap
menggunakan
unsur-unsur
tersebut
dalam
mengisahkan cerita, namun sudah dikemas dalam unsur-unsur skenario film.
Cerita adalah perjuangan protagonis dalam mengatasi problema tema dan untuk
mencapai goal. Lintasan perjuangan tersebut berupa rangkaian adegan, yakni
adegan yang merupakan pokok-pokok cerita, adegan-adegan yang indah dan
29
30
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 122-124.
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 127.
16
memiliki nilai dramatik, yakni yang mengandung konflik, ketakutan, dan
sebagainya.31
3. Struktur Tematik
Struktur tematik berhubungan cara penulis berita mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar
kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Perangkat framing yang
digunakan adalah detail, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Melalui
perangkat-perangkat
ini
membantu
melihat
bagaimana
pemahaman
itu
diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.32
Detail merupakan strategi komunikator mengekspresikan sikapnya dengan
cara yang implisit. Komunikator detail dalam mengemas pesan, mana yang
dikembangkan dan mana yang diceritakan dengan detail yang besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Koherensi
adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Sehingga cerita
yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya. 33
Koherensi memiliki beberapa macam kategori: pertama, koherensi sebabakibat, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari
proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas, yakni proposisi atau satu kalimat
sebagai penjelas proposisi atau kata lain. Ketiga, koherensi pembeda, yakni
31
Misbach Yusa Biran, Teknik Menulis Skenario Film Cerita (Yokyakarta: Pustaka Jaya,
2006), h. 128.
32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yokyakarta: LkiS, 2006),
cet. ke-6, hal. 238.
33
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238
17
proposisi atau kalimat satu dipandang menjadi kebalikan atau lawan dari proposisi
atau kalimat lain.34
Adapun kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Gagasan yang tunggal
dinyatakan dalam kalimat tunggal, dan gagasan yang bersegi dinyatakan dalam
kalimat majemuk.35
Perangkat lain adalah proposisi, menurut Poespoprodjo proposisi adalah
suatu penuturan yang utuh, atau ungkapan keputusan dalam kata-kata.36
Kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan
suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh
komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana.37
4. Struktur Retoris
Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita menekankan arti
tertentu ke dalam cerita. Struktur ini akan melihat bagaimana penulis memakai
pilihan kata, idiom, bentuk cerita yang ditampilkan sebagai penekanan arti
tertentu kepada pembaca atau penonton.
Leksikon adalah pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk
menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai
menunjukan sikap dan ideologi tertentu.38
Sedangkan metafora, dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari
suatu cerita. Pemakaian metafora ini bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti
34
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 2. 263.
E. Zaenal Arifin, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi (Jakarta: Akademik Pressindo, 1995), Cet. Ke-1, h. 78.
36
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu (Bandung: Pustaka
Grafika, 1999), h. 170.
37
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, h. 253.
38
Eriyanto, Analisis Framing, h. 257.
35
18
makna suatu teks. Penulis cerita menggunakan kepercayaan masyarakat,
ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno bahkan
mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan
utama. Penggunaan metafora ini sebagai landasan berfikir atas pendapat atau
gagasan tertentu kepada publik.39
Tabel Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Sumber : Alex Sobur, (Analisis Teks Media)
Struktur
Perangkat Framing
Struktur Yang Di amati
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun cerita
1. Skema berita
Judul, latar informasi,
pelaku dan dialog
SKRIP
Cara wartawan
mengisahkan cerita
TEMATIK
Cara wartawan menulis
cerita
2. Kelengkapan cerita
(unsur-unsur
skenario film)
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
7. Leksikon
8. Metafora
Konstruksi dramatik,
scene
RETORIS
Cara wartawan
menekankan cerita
Tema, Proposisi dan
kalimat
Kata, Idiom, Gambar,
Foto, Grafik
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Pengemasan Pesan Moral Dalam Film: Analisis
Framing Film “Emak Ingin Naik Haji”, peneliti terinspirasi pada skrisi-skripsi
terdahulu. Diantaranya Analisis Framing Film Ketika Cinta Bertasbih 2 oleh Nur
Ani Handayani. Persamaannya yaitu sama-sama membahas analisis framing
terhadap film. Perbedaannya yaitu di skripsi ini menggunakan analisis framing
39
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, h. 259.
19
model Gamson dan Modigliani.40 Skripsi yang kedua yaitu Analisis Framing
Pemberitaan Kampanye Politik Pilkada DKI Jakarta Di Koran Harian Warta
Kota. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas analisis framing.
Sedangkan pebedaannya dimana skripsi ini subjek yang diteliti adalah
pemberitaan kampanye politik pilkada DKI Jakarta di Koran warta kota.41 Skripsi
yang ketiga yaitu Analisis Framing Pesan Moral Film Get Married oleh Yayu
Rulia. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas analisis Framing
mengenai pengemasan pesan moral. Sedangkan perbedaannya terletak pada
subjek yang diteliti adalah Film Get Married.42 Skripsi yang keempat yaitu
Analisis Isi Pesan Dakwah Film “Emak Ingin Naik Haji”. Persamaannya yaitu
sama-sama menggunakan subjek Film yang sama yaitu Film “Emak Ingin Naik
Haji”. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek yang diteliti adalah Analisis Isi
Pesan Dakwah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang
terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
40
Nur Ani Handayani, Analisis Framing Film Ketika Cinta Bertasbih 2, Fak. Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009.
41
Sarmoko, Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Politik Pilkada DKI Jakarta Di
Koran Harian Warta Kota, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009.
42
Yayu Rulia, Analisis Framing Pesan Moral Film Get Married, Fak. Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009.
20
BAB II
LANDASAN TEORITIS membahas teori agenda setting media,
konseptualisasi film, definisi pesan, konseptualisasi framing.
BAB III
GAMBARAN UMUN FILM EMAK INGIN NAIK HAJI yang terdiri
dari Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji, Tim
Produksi Film Emak Ingin Naik Haji, Pemeran Tokoh Film Emak
Ingin Naik Haji, Deskripsi Karakter Pemain Film Emak Ingin Naik
Haji, Sinopsi Film Emak Ingin Naik Haji.
BAB IV
ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI membahas
hasil penelitian yang berisi tentang bagaimana pengemasan pesan dan
realitas simbolik apa saja yang disajikan Aditya Gumay dalam film
Emak Ingin Naik Haji.
BAB V PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
21
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Teori Agenda Setting Media
Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu
akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Teori ini
menyatakan bahwa media assa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu
yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana
publik. Publik cenderung untuk mengetahui isu yang diangkat oleh media massa
dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang dipilihkan
oleh media massa.
Maxwel McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973
dengan publikasi pertamanya “The Agenda Setting of The Mass Media.”43
Munculnya Teori Agenda Setting merupakan respons terhadap beberapa
teori yang telah ada sebelumnya. Teori sebelumnya yang merujuk pada paradigma
Magic Bullet, paradigma ini dipengaruhi situasi perang dunia II dan masa
kejayaan Hitler, sehingga media menjadi corong utama kekuasaan. Magic Bullet
menganggap bahwa media mempunyai pengaruh yang besar dan efek langsung
pada audiens yang menjadi komunikan.44
Seorang teoritisi Agenda Setting, Cohen, faktanya media tidak selalu
berhasil
43
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007), h.
195.
44
Teori Komunikasi http://cahpct.prigadshop.com/wpcontent/uploads/2009/10/
theorycommunication.html, diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pada Pukul 15.00.
22
untuk membuat orang langsung meyakini sebuah realitas. Dalam pengertian
umum Agenda Setting berhubungan dengan tiga agenda yang saling berhubungan
dalam teori-teorinya yakni Agenda Media, Agenda Publik, dan Agenda Kebijakan
pemerintah. Namun yang peneliti guakan ialah Agenda Media. Agenda media
adalah seperangkat topik atau isu yang dibahas oleh media (televisi, radio, koran,
dan lain-lain).
Agenda Setting dalam pengertian khusus adalah proses dimana berita
media mengarahkan publik dalam menetapkan hal-hal yang bersifat relatif penting
untuk melihat beragam isu publik. Agenda Setting mempengaruhi publik bukan
dengan mengangkat “isu-isu ini penting” secara terbuka, namun lebih dengan
memberikan ruang dan waktu agar publik menganggap isu-isu itu penting. Teori
Agenda Setting melakukan penelitian secara luas kepada berbagai macam jenis
media, baik cetak maupun elektronik. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa
media lebih menekankan untuk membangun kesadaran audiens akan sebuah isu
atau realitas, bukan membangun keyakinan akan isu atau realitas itu.45
Teori ini menyatakan bahwa media massa mengangkat sejumlah isu dan
mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa
sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk mengetahui isu yang diangkat
oleh media massa dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan
urutan yang dipilihkan oleh media massa. Sebagaimana dikutip oleh Onong
Uchjana Effendy di dalam bukunya David Heaver “Media Agenda Setting and
Media Manipulations” (1981) menuliskan bahwa pers sebagai media komunikasi
massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan menbentuk
45
Teori
Komunikasi
http://cahpct.prigadshop.com/wpcontent/uploads/2009/10/
theorycommunication.html, diakses pada tanggal, 17 Maret 2011 pada Pukul 15.00.
23
seperti sebuah kaledioskop yang menyaring dan membentuk cahaya. Sehingga
media tidak hanya sekedar merefleksikan hal-hal atau peristiwa, melainkan
menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita (news value) dan hanya
sedikit saja yang tidak bernilai berita.46
Agenda Setting mengembangkan isu atau citra yang menyolok dalam
pikiran publik. Fungsi agenda setting merupakan proses linier yang terdiri dari
tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun, proses ini
memunculkan isu-isu bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang
pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau
berinteraksi dengan agenda publik terhadap pentingnya isu. Ketiga, proses
bagaimana memunculkan pertanyaan, bagaimana kekuasaan media mempengaruhi
agenda publik. 47
Agenda setting meggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat
terhadap pembentukan opini masyarakat. Mengutip dari tulisan S. Djuarsa
Senjdaya dalam bukunya “Teori Komunikasi”.
“Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan
mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat
umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang
diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan
media massa terhadap isu-isu yang berbeda”48
Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik justru hanya
jika media massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa
akan memperoleh perhatian dari masyarakat. Semakin besar tempat yang
46
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 287.
47
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 37.
48
S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka), h. 199.
24
diberikan semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada
konteks ini media massa memiliki fungsi agenda setter sebagaimana yang dikenal
dengan Teori Agenda Setting. Tesis utama teori ini adalah besarnya perhatian
masyarakat terhadap sebuah isu amat bergantung seberapa besar media
memberikan perhatian pada isu tersebut. Bila satu media, apalagi sejumlah media,
menaruh sebuah kasus sebagai headline, diasumsikan kasus itu pasti memperoleh
perhatian yang besar dari khalayak. Ini tentu berbeda jika, misalnya kasus tersebut
dimuat di halaman dalam, bahkan di pojok bawah pula. Faktanya, konsumen
media jarang memperbincangkan kasus yang tidak dimuat oleh media, yang boleh
jadi kasus itu justru sangat penting untuk masyarakat.49
Menurut McCombs dan Shaw berpendapat sebagaimana yang telah dikutip
oleh Jalaludin Rahmat bahwa:
Dampak media massa adalah kemampuan untuk menimbulkan perubahan
kognitif diantara individu-individu telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting
dari komunikasi massa, disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting,
kemampuan media untuk menstruktur dunia kita. Teori Agenda Setting dimulai
dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan
yang akan disiarkan.50
Jadi, menurut peneliti media massa mempunyai kemampuan untuk
memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan
agenda) sehingga membuat khalayak berpikir bahwa isu yang dipilih media itu
penting.
49
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.
167.
50
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), h. 229.
25
B. Konstruksi Realitas
Dalam konstruksi realitas bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan
instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Pilihan kata dan cara penyajian
suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas dan sekaligus
menetukan makna yang muncul dari bahasa.51
Istilah Konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku yang berjudul Tafsir Sosial atas
Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Dalam buku tersebut mereka
menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan innteraksinya, dimana
individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami
bersama secara subjektif. Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas
sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan” mereka
mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas, yang
diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri.
Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realias-realita situ
nyata dan memilki karakteristik secara spesifik.52
Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan
melalui 3 proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektifasi, dan internalisasi. Proses
ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan
realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan
simbolis.53
51
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 90-91.
52
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Framing, h. 91.
53
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 85-86.
26
1. Realitas Objektif
Menurut Subiakto yang dikutip oleh Burhan Bungin bahwa realitas
objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang
berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan.
Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang
diberikan oleh orang lain.
2. Realitas Simbolis
Realitas simbolis adalah merupakan ekpresi simbolis dari realitas objektif
dalam berbagai bentuk. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia
menciptakan dunia dalam makna simbolik yang universal, yaitu pandangan
hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi yang berfungsi untuk
membuat objektif dan subjektif yang masuk akal dan mengatur bentuk-bentuk
sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan.
3. Realitas Subjektif
Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses
penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui
proses internalisasi.54 Dapat dikatakan institusi masyarakat tercipta dan
dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
masyarakat dan institusi sosial terlihat secara objektif, namun pada
kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui interaksi.
4. Tahap Konstruksi Sosial Pada Media Massa
Substansi teori dan pendekatan konstruksi atas realitas Berger dan Luckmann
adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam
54
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 192.
27
kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis
sosial teori dan pendekatan ini adalah masyarakat transisi modern di Amerika
Serikat tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena
yang menarik untuk dibicarakan.55
C. Konseptualisasi Film
1. Pengertian Film
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2003), film diartikan
sebagai (1) Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif
(yang akan dibuat potret) atau tempat positif yang akan dimainkan di bioskop; (2)
Lakon (cerita) gambar hidup.56
Para teoritikus film menyatakan bahwa film adalah perkembangan yang
bermuncul dari fotografi. Hanya saja foto tidak memperlihatkan ilusi gerak (baca:
statis), sedangkan film memberikan ilusi gerak (moving camera). Film adalah
gambar hidup, juga sering disebut dengan movie. Gambar hidup adalah bentuk
seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film merupakan teknologi
hiburan massa dan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan
skala luas di samping pers, radio, dan televisi.57
Berdasarkan undang-undang perfilman No. 8 Tahun 1992: film adalah
karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada seluloid,
pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
55
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 202.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Edisi. Ke-3, h. 316.
57
Sean McBridge, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara
Satu Dimensi (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), h. 20.
56
28
dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik atau
lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan,
pengedaran, pertunjukan, dan/atau penayangan film.58
Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki
realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film
menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara
menghadapi masa kini dan keinginan manusia pada masa yang akan datang.
Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan
“Citra Bergerak” (Moving Images). Namun telah diikuti oleh muatan-muatan
kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya
hidup.59
Jadi, menurut peneliti bahwa film adalah cerita atau gambaran kehidupan
nyata sehari-hari yang digambarkan melalui media elektronik baik audio maupun
visual untuk disampaikan dan disajikan kepada khalayak banyak agar dapat
dinikmati pesannya yang terkandung.
2. Jenis-Jenis Film
Jenis-Jenis film dibedakan menurut sifatnya, yaitu sebagai berikut :
a. Film Cerita (story film)
Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita,
sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa
manusia. Cerita dalam film ini diambil dari kisah-kisah sejarah, cerita nyata dari
kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang diolah untuk menjadi film. Film cerita
58
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32.
Victor
C.
Mambor,
“Satu
Abad”Gambar
Idoep”
Http://Kunci.co.id/Teks/Victor I.
59
29
di
Indonesia,
diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, dengan pertolongan gambar-gambar,
gerak dan dikemas yang memungkinkan pembuat film melahirkan realitas rekaan
yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata bagi penikmatnya. Ide atau
pesan cerita menggunakan pendekatan yang bersifat membujuk. Oleh karena itu
film cerita dapat dipandang sebagai wahana penyebaran nilai-nilai. 60
b. Film Berita (newsreel)
Film berita adalah filom mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar
terjadi. Kamera sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya berita, film ini
disajikan kepada publik harus bernilai berita (newsvalue), film berita
menitikberatkan pada segi pemberitaan kejadian aktual, misalnya dokumentasi
peristiwa perang, dan komunikasi upacara kenegaraan.61
c. Film Dokumentar (Documentary Film)
Istilah dokumentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara director)
Inggris Jhon Grierson. Film dokumenter didefinisikan oleh Grierson sebagai karya
ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Titik berat dalam
film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Raymond Spottiswoode
dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan “Film dokumenter dilihat
dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang di
dramatis dengann kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial,
maupun politik.” Dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang
penting dibandingkan dengan isinya.62
60
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 211.
Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta : PT Grasindo, 1996), h. 13.
62
Effendy, Ilmu Teori, h. 212-214.
61
30
d. Film Kartun (cartoon film)
Film kartun adalah film yang berasal dari lukisan para seniman. Titik berat
dalam pembuatan film kartun adalah seni lukis. Film ini adalah hasil dari
imajinatif para seniman lukis yang kemudian menghidupkan gambar-gambar
seolah-olah hidup.63 Film kartun juga disebut sebagai film animasi filom animasi
memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti;
boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi seperti
halnya Mickey Mouse, Donald Duck dan Shincan.64
3. Unsur-unsur Film
Beberapa unsur yang terdapat dalam sebuah film. Unsur-unsur tersebut
adalah:
a. Title (Judul)
b. Crident Title, meliputi : produser, karyawan, artis dll
c. Tema film
d. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan
e. Klimaks, yaitu benturan antara kepentingan
f. Plot (alur cerita)
g. Suspend atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung
h. Million Setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagi kota,
perlengkapan, aksesoris.
i. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaranm dengan cepat
kepada orang yang berkepentingan
j. Trailer, yaitu bagian film yang menarik
63
64
Effendy, Ilmu Teori, h. 216
Sumarno, Dasar-Dasar, h. 17.
31
k. Character, yaitu karakteristik pelaku-pelaku
4. Struktur-struktur Film
Adapun struktur-struktur dalam film adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pembagian cerita (scene)
Pembagian adegan (squence)
Jenis pengambilan gambar (shoot)
Pemilihan adegan pembuka (opening)
Alur cerita dan contunuity
Intrique, meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat dll
Anti Klimaks, penyelesaian masalah.
Ending, akhir cerita dari sebuah film, bisa berakhir bahagia (happy ending)
atau berakhir menyedihkan (sad ending).65
D. Pengertian Moral
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk
terhadap perbuatan dan kelakuan.66 Kata moral sendiri berasal dari bahasa latin
yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan kelakuan, tabiat, watak,
dan cara hidup. Sedangkan secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan
untuk menetukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau perbuatan
buruk yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.67
Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah,
patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis tentang
bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik. Sumber dasar
ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajarann agama dan ideologiideologi tertentu.68
65
Pranajaya, Film dan Masyarakat, h. 103.
W. J. S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), cet. XXI, h. 278.
67
Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), cet. 5, h. 94.
68
Sudirmann Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12.
66
32
Dalam buku Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa moral adalah kesusilaan
atau kebiasaan yang dapat mencakup:
1. Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu
kelompok tertentu.
2. Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika, falsafah
moral dan teknologi moral.
Menurut Zakiah Darajat, Moral adalah kelakuan sesuai dengan ukuran
(nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang
disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Ajaran moral
membuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara sekelompok
manusia. Norma moral adalahy tentang bagaimana manusia harus hidup supaya
menjadi baik sebagai manusia. Adapaun kategori berdasarkan pesan moral ada
tiga macam:
1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.
2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi
harga diri, takut dan lain-lain.
3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial
termasuk hubungan dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori;
persahabatan, kesetiaan, penghianatan, permusuhan dan lain-lain.69
E. Definisi Pesan
Pesan menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan adalah : “suatu
komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan
69
Zakiah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji
Masagung, 1993), h. 63.
33
seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya
disampaikan kepada orang lain”. Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa
pesan itu adalah “produk fiktif yang nyata yang di hasilkan oleh sumber –
encoder” (Siahaan, 1991). Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika
menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan.70
Pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau tanda
seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan), gestur dll.71
Pesan berarti amanat yang disampaikan dari komunikator kepada
komunikan.72
Jadi, menurut peneliti pesan adalah kata-kata baik lisan maupun tulisan
yang akan disampaikan pemberi pesan kepada penerima pesan untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan.
F. Konseptualisasi Framing
Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali
dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik,
kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh ooleh
Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan
perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.
70
Definisi Pesan http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-pesan.html,
diakses pada tanggal,16 Maret 2011 pada pukul 10.30.
71
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), cet. XII, h. 278.
72
Asmuni Sukir, Dasar-dasar strategi dakwah islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60.
34
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan
dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil
akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah
tampak. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak
disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama
sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.73
Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu
komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspekaspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam perspektif komunikasi, analisis
framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat
mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan
pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti
atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke
mana berita tersebut. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai
kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan
diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide
yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman,
secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita
mengklasifikasi, mengorgamisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalamanpengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu
73
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h.
161-162.
35
disebut frames, yang memungkinkan individu dapat merasakan, mengidentifikasi,
dan member label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.74
Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan
informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu
memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya,
elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian
individu dalam penarikan kesimpulan. Dalam persepektif didiplin ilmu lain,
konsep framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frame kerap dikatakan sebagai
struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana
politik. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting.
Artinya peristiwa itu penting dan bernilai berita, media dan wartawanlah yang
mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai sebagai
penting. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih
mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan
dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta
yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya.75
Menurut G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode
penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara
total, melainkan dibelokan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap
aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya
konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.76
74
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163.
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163.
76
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 165.
75
36
Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia
dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan
disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai
secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda.
Kalau saja ada realitas dalam arti objektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan
dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena pada
dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaiknya dikonstruksi.77
Framing
dipahami
sebagai
proses
bagaimana
seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya,
untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi
membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimngerti
karena sudah dilabeli dengan label tertentu.
Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana
seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu.
Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang
unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu/ peristiwa tersebut
menjadi penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan
tentang realitas.78
Ada beberapa model framing menurut 4 para ahli, diantaranya sebagai
berikut:
a. Pan dan Kosicki
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka
“Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan
77
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2005),
cet. Ke-3, h. 139.
78
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 252-253.
37
empat dimensi struktural teks berita/ cerita sebagai perangkat framing: sintaksis,
skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam
tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita/ cerita dalam
suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita/ cerita
mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan
suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita/ cerita
―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ―ke
dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana
seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang
dimunculkan dalam teks.79
b. Gamson dan Modigliani
Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan
konstruksionis yang melihat representasi media ―berita dan artikel, terdiri atas
package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam
package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols.
Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu
komunikator untuk menunjukan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan
stuktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan
reasoning devices.80
Gamson ―ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep
framing ―mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur
79
80
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 175.
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 176.
38
cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan
suatu isu.81
c. Robert N. Entman
Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari
peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan
penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sebagai sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain.82
d. Murray Edelman
Pendapat Murray hampir sama dengan Robert, dimana mereka menitik
beratkan pada bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemulihan fakta
yang dilakukan oleh media.83
Model framing yang peneliti gunakan dalam merumuskan skripsi ini ialah
jenis yang pertama yaitu model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dapat
ditarik kesimpulan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita ―kutipan sumber,
latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara
keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai
suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
81
Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 177.
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 253.
83
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media. h. 253
82
39
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM EMAK INGIN NAIK HAJI
A. Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji
Film yang disutradarai oleh seorang berbakat, yaitu Aditya Gumay. Film
ini awalnya diangkat dari sebuah cerpen di majalah, karya Asma Nadia yang
berjudul “Emak Ingin Naik Haji.” Film yang meledak pada November 2009 ini
banyak menarik khalayak untuk menonton film tersebut. Film yang diproduksi
oleh Mizan Productions setelah sebelumnya memproduksi dua film box office
yaitu Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku. Film yang memotret realitas hidup
yang terjadi di masyarakat ini digarap dengan apik, sehingga dapat mengaduk
emosi dan membuat penonton larut sepanjang film.
Film ini utamanya bercerita tentang keseharian kita, tentang cinta tulus dan
tak terbatas antara seorang ibu dan anaknya. Atas dasar itulah sang anak (Zein)
berupaya dengan sekuatnya mewujudkan mimpi emak untuk haji, seperti juga
mimpi setiap muslim untuk melakukan perjalanan spiritual puncak itu. Meski
menyangga hidup dengan membuat kue untuk dititip jual di pasar dan untuk
keperluan perhelatan para tetangga, emak sederhana ini mencoba menabung
sedikit demi sedikit untuk biaya naik haji. 84
Karena film ini diangkat hanya dari sebuah cerpen, yang hanya seperti
sebuah sinopsis tentu sangat kurang materinya untuk diangkat menjadi sebuah
skenario film
84
Catatan Aditya Gumay http://emakinginnaikhaji.com /catatan-aditya gumay-sutradarafilm-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.30.
40
yang berdurasi sekitar 90 Menit. Berbeda dengan kebanyakan film yang diangkat
dari novel yang malah ketika dijadikan scenario banyak bagian cerita yang
dikurangi.
Aditya Gumay, pengurus sanggar Lenong Bocah dan pemimpin sanggar
Ananda, seperti telah sangat berpengalaman dalam menyantroni film ini. Bahkan
mengalahi kualitas dari sineas lokal yang telah berpuluh-puluh film diproduksi.
Untuk filmnya ini, Aditya mengajak penonton untuk belajar bagaimana sikap kita
jika ada di posisi para karakter. Tanpa ada kesan penguliahan dini.
Ditambah juga bagaimana Aditya memfokuskan dunia kehajian dengan
berbagai aspek dan subjek. Di sini jelas kita sadar dan tau jika gelar haji bukan
semata tuntutan Tuhan, tetapi juga dengan maksud lain. Gengsi, tujuan reklame
promosi kampanye, serta kesombongan belaka. Lewat karakter Emaklah, arti haji
dipaparkan dengan benar dan penuh kebijkasanaan. Bagaimana proses Emak
menggapai cita-citanya tidak hanya patut diikuti tetapi juga dipelajari setiap
detail-nya. Niscaya, guliran itulah yang akan membuat kelopak mata Anda basah
dengan sendirinya.
Film ini diharapkan nantinya akan menjadi film yang memberikan hawa
segar perfilman Indonesia. Film ini mengadaptasi dari sebuah cerita pendek milik
Asma Nadia yang coba diangkat ke layar lebar dengan sentuhan cerita yang
sangat menarik dan menyentuh untuk film Emak Ingin Naik Haji ini, tidak terlalu
sullit meraup penonton untuk datang menyaksikan film ini yang nota benenya
mayoritas penduduk indonesia adalah muslim.
Hasil buah karya dari Produksi Mizan yang mampu melahirkan kreatif
sineas cerdas yang lama tidak muncul, Aditya Gumay, Momentum bulan Haji
41
menjadi kekuatan film ini untuk Anda yang ingin membahagiakan orang tua.
Sineas muda berbakat Aditya Gumay bersama dengan Ati Kanser, Didi Petet dan
Niniek L Karim sebagai artis senior bersama berkolaborasi dengan bintang muda
berbakat Reza Rahadian dan Ayu Pratiwi. Betul-betul menjadi sesuatu yang
menantang untuk menerjemahkan sebuah karya sastra walau bukan novel tapi
cerpen karya Asma Nadia tapi tetaplah bahasa gambar menjadi sebuah
pengalaman yang baru. Aditya Gumay bersama dengan Adenin Adian sebagai
penulis skenario mampu menterjemahkan bahasa bertutur prosa Asma Nadia ke
dalam visualisasi pop.
Film Emak Ingin Naik Haji sendiri diangkat dari sebuah cerpen karya
penulis Asma Nadia yang kini sudah dibuatkan buku. Kendati ini adalah karyanya
yang pertama difilmkan, ibu dua anak ini ternyata sudah hampir menulis lebih dari
40 buku. Hadir juga dalam pemutaran perdana film ini, teman-teman dari milis
productions pembaca Asma Nadia yang memenuhi gedung bioskop. Tema yang
diangkat oleh film Emak Ingin Naik Haji memang bisa dibilang sangat islami,
karena haji identik dengan Islam namun film ini bisa dinikmati oleh semua orang.
Film ini juga tidak bermaksud menggurui ataupun membanggakan agama itu
sendiri.
Di cerpen tidak ada penjelasan tentang norma tokoh seperti H. Saun, Hj.
Markonah, Pak Joko, Nyonya Nonik, dll. Sehingga untuk memudahkannya sang
penulis scenario yaitu Adenin Adlan memberikan nama dan latar belakang mereka
lebih diperjelas. Selain itu Adenin Adlan juga menambahkan beberapa konflik
seperti tetangga Emak yang sangat miskin sampai memakan bangkai burung
piaraan Zein. Dan tokoh Dika (anak H. Saun) yang keritis mengenai beberapa
42
hukum di Al-Qur’an yang bertentangan dengan hadits serta tokoh Alifa (anak
tertua H. Saun) yang sangat berperan penting dalam alur cerita film ini. Oleh
karena itu film ini lebih menarik dari cerpennya karena lebih banyak konflik di
dalamnya dan banyak hikmah yang dapat diambil penonton. Ini sebuah nilai
tambah yang tak terkira. 85
Selain itu, beberapa musisi menghiasi film ini dengan lagu-lagu mereka.
Pertama adalah Iwan Abdurrahman, dengan lagu berjudul Cerita Buat Orang yang
Lupa. Abah Iwan, begitu biasanya dia dipanggil, adalah pencipta lagu abadi
seperti Flamboyan danMelati dari Jayagiri. Ki Slamet Gundono, yang terkenal
dengan julukan dalang wayang suket itu, menampilkan potongan lagunya yang
berjudul Tuhan Maha Dalangyang magis. Sulis, penyanyi muda yang populer
dengan lagu-lagu Islami, menyanyikan lagu Merindumu. Yang terakhir adalah
Haddad Alwi.
Selain itu, produksi ini juga melibatkan tim kreatif Mizan Productions
yang terdiri dari Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Hikmat Darmawan. Masukan
dari tim ini menambah bobot kualitas film Emak Ingin Naik Haji.86
1. Tim Produksi Film “Emak Ingin Naik Haji”
Sutradara
:Aditya Gumay
Produser
:Putut Widjanarko, Aves
Produser Eksekutif
:Haidar Bagir
Co Produser
:Gangsar Sukrisno, M Machdom
Penulis Skenario
:Adenin Adlan, Aditya Gumay
Desain Produksi
:Haryanto Corakh
85
Catatan Adenin Adlan http://emakinginnaikhaji.com /catatan-adenin adlan-penulisskenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.45.
86
Catatan Putut Widjanarko http://emakinginnaikhaji.com /catatan-putut widjanarkopenulis-skenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul
13.00.
43
Pimpinan Produksi
: Boy Whitemore
Penata Artistik
: Herlin Lanang
Penata Kostum & Rias
: Hanz Perez
Supervisi Penata Suara
: Irwan Ali Akbar
Penata Suara
: Edo WF Sitanggang
Penata Musik
: Adam S Permana
Editor
: Cesa David Lukmansyah, Dhimas Adhi Putra
Koordinator Tehnik
: Amir Gumay
Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan,
(EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario)
2. Pemeran Tokoh Film “Emak Ingin Naik Haji”
Emak
: Aty Kanser
Zein
: Reza Rahardian
Haji Saun
: Didi Petet
Hj. Markonah (Istri Haji Saun)
: Niniek L. Karim
Pak Joko
: Aswin Fabanyo
Nyonya Nonik (Istri Pak Joko)
: Henidar Amroe
Pak Ustad
: Jefri Al-Bukhori
Alifa (Anak Pertama Haji Saun)
: Ayu Pratiwi
Zia (Mantan Isteri Zein)
: Helsi Herlinda
Yanti (Sekretaris dan Selingkuhan Pak Joko) : Cut Memey
Dika (Anak Kedua Haji Saun)
: Gagan Ramdhani
Nita (Anak Ketiga Haji Saun)
: Alexia
Deni (Suami Aliva)
: Dedi Maulana
Siti (Pembantu Rumah Tangga Pak Joko)
: Genta Windi
Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan,
(EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario)
44
B. Sinopsis Film Emak Ingin Naik Haji
Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan
hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya,
Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak
sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue.
Emak, seorang janda tua penjual kue keliling. Dia tinggal bersama anak
lelaki keduanya yang berusia 30 tahun bernama zein, seorang duda penjual
lukisan kaligrafi. Emak memiliki kerinduan dan impian yang disimpannya sekian
lama, yaitu naik haji. Dia pun menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan
impiannya tersebut.
Ironisnya, di depan rumah sederhana Emak yang semipermanen
berdinding kayu, berdiri menjulang rumah mewah milik Haji Saun—pengusaha
besi tua dan jual-beli kapal yang kaya raya. Hampir setiap tahun Haji Saun
berangkat haji atau umrah bersama keluarganya.
Zein menyadari impian Emak. Dia merasa menjadi anak yang tidak
berguna. Untuk biaya sehari-hari pun dia belum bisa memenuhi karena lukisan
kaligrafinya sangat jarang dibeli orang. Beban hidup mereka bertambah saat anak
Zein sakit dan harus dioperasi. Emak sudah mengikhlaskan tabungan hajinya
untuk biaya rumah sakit tapi Zein menolak. Dia malah menyusun rencana untuk
mencuri uang milik Haji Saun. Tetapi ditengah aksinya Zein tersadar bahwa itu
perbuatan yang sangat tak pantas. Dia pun mengurungkan niatnya. Namun, saat
melompat pagar hendak pulang, beberapa warga kampung memergokinya. Zein
pun dikejar.
Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual
lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang
mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi
45
rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan
Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak.
Emak, seorang wanita paruh baya yang juga sama seperti umat Islam
lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah Rukun Islam yang kelima yaitu pergi
haji, seperti yang setiap tahun selalu dilakukan oleh keluarga Juragan Haji,
tetangga Emak yang kaya raya. Tetapi sayangnya, Emak tidak memiliki
kemampuan finansial yang cukup untuk mewujudkan keinginannya.
Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue
yang dititipkan di warung atau pesanan orang yang mengadakan syukuran. Kalau
beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang berjualan
lukisan keliling. Namun, walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu
hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap
mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank.
Zein, yang melihat kegigihan Emak, juga berusaha dengan berbagai cara untuk
dapat mewujudkan keinginan Emak.
Tapi, Keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalahmasalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein
hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya
sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada
orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik. Diwarnai
berbagai drama yang saling jalin-berkelin dan, film ini berkisah tentang ketulusan
hati dan kerinduan kepada Tuhan, serta kecintaan luar biasa seorang anak kepada
ibunya.87
87
Sinopsis Emak Ingin Naik Haji http://acidarmy06.blogspot.com/2009/12/emak-inginnaik-haji.html, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 11.00.
46
BAB IV
ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI
A. Realitas Simbolik Film Emak Ingin Naik Haji
Film ini berusaha memberikan gambaran fenomena kehidupan sehari-hari
masyarakat khususnya di Indonesia. Dimana seseorang yang berkeinginan untuk
mencapai sesuatu yang diharapkannya yaitu dengan berusaha dan berdoa.
Walaupun sempat terpikir bahwa sulit untuk mencapai apa yang diinginkannya
karena hidupnya pas-pasan, tetapi tetap optimis dan tersenyum dalam berusaha.
Berusaha tetap tegar walaupun banyak sekali cobaan yang dihadapinya, namun
sebenarnya hatinya menangis. Sedangkan lingkungan di sekitarnya dengan
mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya hingga membuat orang lain iri
hati dan berniat berbuat jahat.
Ditambah lagi dengan pencitraan tokoh utama dalam film ini, seorang
Emak yang hidup serba pas-pasan ditemani putranya yang kedua (anak
pertamanya meninggal di lautan bersama suaminya) yang hanya bekerja sebagai
tukang penjual lukisan keliling. Di dalam kesederhanaannya Emak punya
keinginan untuk naik haji walaupun dia sadar bahwa sangat sulit bahkan mungkin
akan lama untuk sampai ke tanah suci Mekkah. Tetapi Emak sangat optimis
dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan uang yang dia setorkan ke Bank
Syariah. Anak Emak, Zein melihat kegigihan Emaknya yang ingin pergi haji dia
sangat ingin membantu mencari biayanya. Sampai akhirnya Zein dibutakan mata
hatinya untuk mencuri uang H. Saun di rumahnya karena lukisan yang dia jual
tidak kunjung laku terjual, tetapi akhirnya tidak jadi. Ditempat lain dengan
47
mudahnya pergi haji dan umroh sesuka hatinya karena uang yang dimilikinya
berlebihan dan naik haji untuk kepentingan gelarnya sebagai calon walikota.
Wawancara khusus bersama Bapak Aves selaku Produser film Emak Ingin
Naik Haji beliau menjelaskan film ini diangkat dari sebuah cerpen karya Asma
Nadia. Cerpen ini sangat menarik karena mengangkat tema tentang kesalehan
sosial dan ini sesuai dengan tema yang ingin diangkat menjadi sebuah naskah.
Kemudian dia menjelaskan lagi bahwa film ini tidak mengalami perubahan
naskah dari cerpennya Dari cerpenya di majalah yang medianya hanya Visual
(dilihat) kemudian dijadikan ke adaptasi film yang medianya Audio (dilihat) dan
juga Visual (didengar). Hanya saja di film ini ada beberapa yang harus ditambahtambah dalam naskah, namun tidak mengurangi inti cerita dari cerpennya itu
sendiri. Dari ungkapan Bapak Aves tadi saya menyimpulkan ada Agenda Setting
di dalam pembuatan naskah ini yaitu disinilah terletak efek komunikasi massa
yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia kita.
Banyak hal yang masih samar yang terdapat dalam film ini, sehingga
membutuhkan penafsiran lebih lanjut. Dari judul filmnya Emak Ingin Naik Haji
memang maknanya hanya seorang Emak yang ingin pergi haji untuk memenuhi
rukun islam yang kelima. Tetapi untuk memenuhi keinginannya dibutuhkan doa
dan usaha, dan pastinya juga banyak cobaan-cobaan dan halangan-halangan yang
menimpanya dalam berusaha.
Realitas simbolik semacam itulah yang akan dikemukakan penulis dengan
menggunakan pendekatan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M
Kosicki.
48
1. Realitas Simbolik Keberagamaan pada Frame: Naik Haji Karena
Kecintaan kepada Tuhan (scene 11 menit 00:03:40 - scene12 menit
00:04:50)
Seperti yang kita ketahui umat muslim yang mampu diwajibkan
melaksanakan ibadah haji dan bukan berarti yang tidak mampu tidak boleh pergi
haji melainkan sah-sah saja. Naik haji ialah rukun Islam yang kelima. Maka untuk
mewujudkan apa yang kita inginkan salah satunya naik haji ialah diharuskannya
manusia untuk berdoa dan berusaha, karena naik haji membutuhkan biaya yang
cukup besar dan kesiapan mental yang cukup besar pula. Karena usaha tanpa doa
adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia. Keduanya harus dilakukan
dengan beriringan, jangan berat sebelah, sebab apabila dilakukan tidak beriringan
atau tidak seimbang, maka keutaman doa atau usaha tersebut untuk mencapai
suatu keinginan, tidak akan berjalan secara semestinya.
Dalam konteks film ini dapat kita lihat Emak selain berdoa yaitu berusaha
dengan berjualan kue, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk
mewujudkan keinginannya pergi haji ke tanah suci Mekkah.
Dalam mewujudkan keinginan selain kita harus berdoa dan berusaha
seperti yang dibahas sebelumnya, kita juga dituntut untuk sabar dan saling berbagi
sesama manusia yang membutuhkan, bukan malah acuh tak acuh karena kita
sedang mengumpulkan uang untuk bakal naik haji. Justru dengan berbagi Allah
akan semakin menambah rezeki kita. Jadi sabar dan saling berbagi juga adalah
kunci untuk mencapai suatu keinginan yang kita capai selain usaha dan doa.
Pada frame ini Emak sebagai tokoh utama, menyertakan kesabaran dan
sikap saling berbagi pada sesama yang membutuhkan, sehingga doa yang dia
49
panjatkan terkabul dan rezeki naik haji secara cuma-cuma tak disangka-sangka
datang dari Allah, ditambah lagi gigihnya usaha yang dia lakukan untuk mencapai
keinginan dan doa yang diminta.
Realitas simbolik yang menunjukan ada pada skenario scene 12 menit
00:04:50 yang dikatakan Emak dan Zein sebagai berikut:
Emak : Namanya juga orang kaya, Zein. Duitnya banyak. Emak nabung
bertahun-tahun nggak ngumpul-ngumpul duitnya. Berapa yah Zein,
sekarang naik haji?
Zein : Tiga ribuan, mak....
Emak : Hah... Becanda ah, tiga ribuan?
Zein : Tiga ribu dolar, Mak. Ya sekitar tiga puluh jutaan, lah....
Emak : Oh, makin mahal saja ya.... Kapan Emak bisa naik haji? Tabungan Emak
baru lima jutaan.
Zein : Doain Mak. Biar lukisan Zein banyak laku
Emak : Kalo doa sih setiap hari, Zein.
Makna atau pesan yang disampaikan oleh sutradara pada film ini berupa
pesan-pesan yang membangun, memberikan gambaran kepada masyarakat agar
selalu bersabar dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, optimis terhadap apa
yang diinginkan serta percaya bahwa Allah mendengar doa kita, melihat usaha
kita dan mengabulkan doa kita. Kemudia Bapak Aves mengungkapkan pula
tentang pesan dalam film ini yaitu pentingnya kesalehan sosial. Jadi, menurut dia
bahwa jangan hanya mendahulukan kepentingan pribadi tetapi alangkah lebih baik
dahulukanlah kepentingan orang lain juga.
2. Realitas Simbolik Prestise (Penghargaan) Sosial pada Frame: Naik Haji
Karena Mengedepankan Gengsi (scene 15 menit 00:05:58 - scene 16 menit
00:06:36)
Film ini memberikan pesan berupa nasehat agar kita sebagai umat muslim
untuk tidak sombong dan hidup riya. Nilai plus dari film ini juga memberikan
50
gambaran bahwa kekayaan tidak selamanya membuat seseorang bahagia, malah
dengan kekayaannya itu orang menjadi sengsara apabila dia jauh dari sang
pemberi kekayaan yaitu Allah.
Di frame keluarga haji Saun seperti diterangkan sebelumnya, dia tahu
bahwa yang dia lakukan dengan pergi haji berkali-kali yaitu tidak salah namun
seharusnya mereka mendahulukan seseorang yang belum pergi haji. Dengan
seperti menyumbangkan sebagian kekayaannya kepada yang membutuhkan di
sekitar lingkungan ia tinggali. Tetapi ia malah menumpuk uang-uangnya di
kamarnya. Sehingga tetangga sekitar haji Saun ada yang berniat untuk merampok
uang-uang haji Saun.
Kekayaan bisa menjadi nikmat atau bahkan ujian, itu semua tergantung
kepada orang yang menerima kekayaan tersebut, apabila dia bersyukur maka
kekayaan yang dia miliki akan menjadi kenikmatan bagi dia, namun apabila yang
diberi nikmat tidak bersyukur maka kenikmatan itu hanya akan menjadi siksaan
baginya, hidupnya tidak akan tenang dan akan selalu dihantui rasa takut dengan
semua kekayaan yang dia miliki.
Naik haji dilaksanakan karena semata-mata untuk Allah dan dilaksanakan
cukup sekali saja. Ingatlah masih banyak orang-orang yang membutuhkan sekitar
kita. Jangan karena gengsi kita bolak-balik pergi haj dan karena mampu dalam
segi materi itu akan mengakibatkan kesombongan bahkan riya. Hasilnya bukan
pahala yang kita dapat tapi malah dosa karena darisitu kita seperti menebar
kesombongan. Realitas simbolik menurut penulis yang terkandung dalam frame
ini adalah pergi haji cukuplah sekali dan berilah kesempatan kepada yang lebih
membutuhkan lainnya dengan menyumbangkan sebagian hartanya kepada yang
51
membutuhkan. Siapapun orang itu saling membantu terhadap sesama adalah
kewajiban setiap umat muslim dan Allah pasti akan melibatgandakan harta
seseorang yang suka membantu terhadap yang membutuhkan, karena Allah Maha
Melihat. Hal ini terlihat pada dialog scene 15 menit 00:05:58 sebagai berikut:
Nita : Eh.... lu tau nggak? Kali ini, gue umrahnya bareng Dude Harlino, lho.
(berbicara di telpon dengan temannya) iya, gue udah nyiapi baju-baju
muslim rancangan Ivan Gunawan. Nanti gue pake bajunya buat foto-foto
bareng Dude di depan Masjidil Haram.
Dika : Heh, mandi! (menegur Nita)
Nita : Iya, tenang aja (cuek, tetap berbicara di hp) gue pasti nggak lupa kok
bawain oleh-oleh buat lu.
Dika : Mandi.... Mandi!
Nita : Eh, sudah dulu ya, ada pengganggu nih satu. (menutup ponsel)
Dika : Eh, jangan sampai salah niat.
Nita : Maksudnya?
Dika : Niat umrahnya jangan karena pergi sama artis.
Nita : Emang perginya sama artis, wee.
Dika : Ya, boleh aja pergi umrah sama artis tapi niatnya mesti tetap karena
Allah....
3. Realitas Simbolik Kepentingan Pribadi (Pragmatisme) pada Frame: Naik
Haji Karena Tuntutan Jabatan (Scene 22 menit 00:08:50-00:09:51)
Naik haji memang diwajibkan bagi umat muslim yang mampu, tapi bukan
untuk tujuan pribadi semata karena ingin disanjung sebagai pemimpin beragama
dan sebagainya. Seperti yang dilakukan Pak Joko dia naik haji karena ingin
mengikuti Pemilihan Ketua Daerah (PILKADA). Secara materi dia memang
mampu untuk melakukan apapun yang dia mau untuk agar dia memenangkan
pemilihan itu. Tetapi Allah tidak menyukai perbuatan itu, karena naik hajinya
terpaksa hanya untuk kepentingan pribadi dan bukan karena ingin melaksanakan
haji karena Allah.
52
Perbuatan Pak Joko diatas masih banyak kita temui di kehidupan
masyarakat di sekitar kita, naik haji hanya untuk memenangkan suatu perlombaan
atau sebagainya bukan dari niat ikhlas kita untuk berhaji. Dia haji karena ingin
dipuja-puja orang banyak dan mendapat gelar muslim untuk sebagian masyarakat
yang mayoritas Islam tersebut. Seolah-olah dia tidak tahu bahwa hidup yang kekal
yaitu di Akhirat bukan hanya di Dunia, dan bukan masyarakat yang akan
menyelamatkan dia di Akhirat melainkan hanya Allah.
Frame naik haji karena jabatan semata mengandung realitas simbolik yang
berupa mengatasnamakan Allah untuk kepentingan pribadinya di dunia yang
dilakukan Pak Joko dengan cara pergi haji. Apabila seseorang yang mampu sudah
ingin mewujudkan apa yang diinginkannya, pasti akan melakukan berbagai cara
walaupun mengeluarkan uang banyak sekalipun untuk berhaji. Dia akan mencari
jalan pntas untuk menggapai tujuannya, tidak dipikirkannya lagi baik atau
buruknya demi mendapat apa yang diinginkannya. Hal tersebut bisa dilihat pada
dialog scence 22 sebagai berikut:
Yanti
: Pokonya, PILKADA tahun depan Pak Joko harus sudah pakai gelar
haji. Karena masyarakat di daerah pemilihan Bapak itu mayoritas
muslim fanatik, Pak.
Pak Joko : Saya tahu itu....
Yanti
: Dan nati di spanduk akan terpampang, pilihlah Bapak HAJI JOKO
SATRIANTO! Gitu, Pak.
Banyak sekali kita jumpai bahwa masyarakat sekarang terutama
masyarakat yang mampu secara materi dan ekonominya serta masyrakat yang
kurang akan ilmu pengetahuan agama, mereka selalu menginginkan semua hal
bisa didapatkan secara mudah atau instant, salah satu caranya adalah melakukan
hal-hal yang tidak disukai Allah, contohnya Hj. A pergi haji karena ingin menjadi
53
ketua pengajian Majelia Ta’lim ibu-ibu di tempat tinggalnya, dan banyak lagi hal
serupa yang masih dilakukan masyarakat di Indonesia ini.
Film Emak Ingin Naik Haji berhasil menciptakan situasi dimana seseorang
sudah tidak peduli adanya akhirat yang dikejar hanyalah dunia, nikmat yang
sementara padahal sesungguhnya nikmat yang kekal yaitu di akhirat. Selain itu
film ini juga memperlihatkan bahwa keikhlasan dalam beribadah akan
membuahkan kemanisan, dan ibadah yang dipaksakan akan membuahkan
kepahitan bagi diri sendiri.
Ending dari film ini diperlihatkan Zein terkapar di rumah sakit karena
tertabrak Pak Joko yang ugal-ugalan mengendarai mobil karena sedang ribut
dengan istrinya nyonya Nonik. Zein selamat tetapi 1 kaki nya lumpuh. Pak Joko
bertanggung jawab atas kesalahannya dengan membiayai semua biaya Rumah
Sakit tempat Zein dirawat.
Dalam akhir film itu juga memperlihatkan bahwa Emak dan Zein akhirnya
pergi haji secara gratis karena Nazar hadiah yang diberikan Alifa Anak pertama
haji Saun, janjinya akan memberikan hadiah naik haji gratis untuk Emak dan Zein
jika anaknya lahir dengan proses kelahiran normal. Di akhir diperlihatkan gambar
sewaktu Emak dan Zein berada di Tanah Suci Mekkah selagi melakukan ibadah
naik haji.
B. Pengemasan Pesan dalam Film Emak Ingin Naik Haji
Setelah penulis mengamati dan dan menemukan realitas simbolik di atas
tersebut, maka penulis mendapatkan hasil analisa pengemasan pesan yang
terdapat pada film Emak Ingin Naik Haji. Pesan-pesan yang akan dikemukakan
54
berikut ini dengan menggunakan pendekatan analisis framing Zhongdang Pan
dan Gerald M Kosicki.
Dalam film
Emak Ingin Naik Haji terlihat jelas skema ini sangat
menekankan pada frame tentang kesabaran dalam menginginkan sesuatu, baik
kecil maupun besar. Dalam film ini sudah memulai inti dari cerita film yang
berjudul Emak Ingin Naik Haji ini. Karena, dalam adegan-adegan awal sutradara
sudah menyuguhkannya di awal ceritanya. Dimana seorang Emak yang hidup
tidak berkecukupan tetapi beliau tetap sabar dalam menginginkan sesuatu yang ia
yakini bisa dikabulkan Allah dengan taat beribadah kepada Allah tanpa lelah. Hal
tersebut bisa kita lihat pada skema framing berikut ini.
Tabel 1. Skema Framing Sintaksis
STRUKTUR
SINTAKSIS
PERANGKAT FRAMING
Skema Cerita ― Skematik:
UNIT YANG DIAMATI
Judul:
Cara penulis Cerita berawal di sebuah desa Emak Ingin Naik Haji
menyusun
sederhana dimana penduduknya Latar Informasi:
cerita
sebagian
besar
pencaharian
bermata Cita-cita tidak hanya dicapai
Nelayan
seperti dengan
berdoa
tetapi
juga
pekerjaan Suami dari Emak dengan berusaha
yang telah meninggal bersama Pelaku:
putra sulungnya di lautan ketika Emak dan Zein
mengambil ikan. Tetapi Emak Dialog:
tidak
pernah
putus
asa Scene
12
menit
00:03:40-
menjalankan hidup meskipun 00:04:50
Emak hidup serba pas-pasan Zein: Tadi kedengarannya Haji
bersama putra keduanya, Zein. Saun mau umrah, Mak?
Zein duda beranak satu. Zein Emak: Iya tuh....
tidak bekerja, dia hanya penjual Zein:Naik haji sudah tiga kali,
lukisan
keliling
yang ini kalau nggak salah umrah
55
pendapatannya
tidak
dapat yang keenam kali kan, Mak?
setiap hari. Walaupun hidup Emak: Namanya juga orang
sederhana
Emak
punya kaya, Zein. Duitnya banyak.
keinginan yaitu Naik Haji yang Emak nabung bertahun-tahun
dirindukan sejak lama, Emak nggak kumpul-kumpul duitnya.
menabung bertahun-tahun untuk Berapa yah Zein, sekarang
biaya naik haji, tetapi banyak naik haji?
halangan
dan
cobaan
yang Zein: Tiga ribu dolar, Mak. Ya
menimpanya. Tetapi Emak tetap sekitar tiga puluh jutaan, lah....
sabar.
Emak: Oh, makin mahal saja,
ya.... Kapan Emak bisa naik
haji? Tabungan Emak saja
baru lima jutaan.
Zein:
Doain,
Mak.
Biar
lukisanh Zein banyak yang
laku.
Emak: Kalo doa sih setiap
hari, Zein.
Seperti anak pada umumnya, Zein ingin sekali membahagiakan Emaknya
yang sangat disayanginya untuk bisa pergi naik haji seperti apa yang diinginkan
Emaknya. Untuk itu Zein berusaha menjual semua lukisan hasil buatannya sendiri
agar bisa membantu memberikan biaya untuk Emaknya pergi haji. Tetapi ada saja
halangan yang datang sehingga membuat Zein putus asa dan ingin melakukan
perbuatan yang tidak terpuji. Emak ialah seorang sabar dan penyanyang sehingga
dapat membuat hati Zein kuat lagi dan selalu terlihat tegar dan ceria di hadapan
Zein, padahal hatinya sangat menginginkan naik haji yang dia rindukan segera
tiba.
56
Tabel 2. Skema Framing Skrip
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SKRIP
Konstruksi dramatik:
Kelengkapan Cerita
Cara Penulis (unsur-unsur skenario film):
Pada scene-scene di atas,
mengisahkan
Cerita lebih dikedepankan, pada sebuah
cerita
persoalan
Emak
yang
konflik
kurang diperlihatkan
mampu ingin sekali naik haji, sutradara,
sedangkan
di
sekitarnya
ada yang
yaitu
berupa
oleh
konflik
godaan-
seseorang yang dengan mudahnya godaan bagi Zein sebagai
pulang pergi haji dan naik haji anak untuk membahagiakan
karena
kepentingan
politik. Emaknya.
Scene:
61 menit 00:30:46-00:31:07
62 menit 00:31:08-00:31:24
63 menit 00:31:25-00:31:28
64 menit 00:31:29-00:31:50
Tujuan dari bersabar adalah agar kita bisa menerima apa yang sudah
diberikan Allah dan percaya kepada Allah bahwa keinginan kita akan dikabulkan
dengan berdoa dan berusaha tentunya.
Begitu juga dengan keinginan Emak yang ingin sekali naik haji. Dan juga
Emak pun ingin membahagiakan sekitarnya sebagai sesama muslim, sehingga
walaupun Emak hidup serba kurang tetapi dia rela menolong orang lain. Padahal
dengan susah payah dia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk bisa naik
haji. Hal ini bisa dilohat pada skema framing berikut.
57
Tabel 3. Skema Framing Tematik
STRUKTUR
TEMATIK
UNIT YANG
PERANGKAT FRAMING
DIAMATI
Detail:
Tema:
Cara penulis Seorang Emak yang menginginkan Cita-cita
menulis
naik haji sejak lama.
Proposisi:
cerita
Koherensi:
Keinginan Emak adalah
Keinginan naik haji yang disimpannya naik haji dan Emak ingin
sejak lama.
memenuhi rukun Islam
Bentuk kalimat:
yang kelima.
Keinginan Emak adalah naik haji
karena Emak ingin memenuhi rukun
Islam yang kelima.
Retoris adalah cara penulis menekankan cerita. Dan untuk lebih jelasnya lagi
struktur framing retoris dapat dilihat pada tabel yang telah tergambar berikut.
Tabel 4. Skema Framing Retoris
PERANGKAT
STRUKTUR
RETORIS:
UNIT YANG DIAMATI
FRAMING
Leksikon:
Cara penulis Ingin
Idiom:
naik
menekankan
dilimpahkan
cerita
dijauhkan
haji, ---
rezeki
dari
dan Cerita:
cobaan- Seperti kebanyakan muslim pada
cobaan berat.
umumnya yang melaksanakan naik
Metafora:
haji,
---
melaksanakannya juga dan Zein
anak
Emak
Emak
membahagiakan
pun
ingin
ingin
sekali
Emaknya,
membantu mencari biaya untuk
Emaknya naik haji.
58
Jadi penulis dapat menyimpulkan frame pertama yang terdapat dalam film
Emak Ingin Naik Haji ini yaitu:
Frame 1: Naik Haji Karena Kecintaan kepada Tuhan (scene 11 menit
00:03:40 - scene12 menit 00:04:50)
Dalam frame ini menekankan pesan pada penonton, bahwasannya apabila
kita meninginkan sesuatu harus sabar dan dibarengi doa kepada Allah serta kerja
keras pastinya, dan jangan menyerah apabila keinginan yang diminta belum
tercapai, terus berdoa dan berusaha agar semua yang dicitaq-citakan tercapai.
Kemudian juga pastinya meminta suatu permintaan atau memimpikan suatu citacita diiringi dengan niat dan yakin kita pasti bisa meraihnya.
Di sini cerita film lebih menarik dan penonton akan merasakan keaslian
ceritanya ketika menontonnya. Pada frame dikemukakan fenomena yang sering
terjadi di kehidupan nyata masyarakat Indonesia. Sudah banyak kita jumpai di
lingkungan kita sendiri bahwa naik haji hanya untuk berlagak hidup kemewahmewahan, hidup serba lebih dan mengedapankan nafsu ingin dipuji-puji orang
banyak, sehingga dia sampai beberapa kali naik haji dan umroh. Tujuannya
memang beribadah kepada Allah dan memenuhi rukun Islam yang kelima tetapi
tak jarang mereka pergi haji bukan karena niat sepenuhnya untuk Allah tetapi
karena ingin Riya dan pamer. Hal tersebut dapat dilihat dalam skema berikut ini:
59
Tabel 5. Skema Framing Sintaksis
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
SINTAKSIS
Cara penulis
menyusun
cerita
Skema
Cerita
―
Skematik:
Dialog antara adik kakak
anak dari haji Saun yaitu
Dika
dan
Nita,
membicarakan tentang niat
umrah.
UNIT YANG DIAMATI
Judul:
Emak Ingin Naik Haji
Latar Informasi:
Naik haji dan Umrah harus
diiringin niat karena Allah.
Pelaku:
Dika dan Nita
Dialog:
Scence 15 menit 00:05:5800:06:36
Nita: Eh.. lu tau nggak? Kali ini,
gue umrahnya bareng Dude
Harlino, lho.
Iya, gue udah nyiapin baju-baju
muslim rancangan Ivan Gunawan.
Nanti gue pake bajunya buat fotofoto bareng Dude di depan
Masjidil Haram.
Dika: Heh, mandi!
Nita: Iya, tenang aja. Gue pasti
nggak lupa kok bawain oleh-oleh
buat lu.
Dika: Mandi…. Mandi
Nita: Eh, sudah dulu ya, ada
pengganggu nih satu.
Dika: Eh jangan sampai salah
niat.
Nita: Maksudnya?
Dika: Niat umrahnya jangan
karena pergi sama artis.
Nita: Emang perginya sama artis,.
wee.
Dika: Ya, boleh aja pergi sm artis
tapi
niatnya
mesti
karena
Allah………
Nita: Berisik!
Dika: Sudah bolak-balik ke
Mekkah, kelakuan nggak berubah
juga….
60
Tidak semua haji mabrur karena salah satunya adalah salah niat, bukan
karena Allah tapi karena riya ingin dipuji-puji orang banyak, dan karena ingin
derajatnya naik misalnya. Seharusnya orang yang ingin melaksanakan naik haji,
hati harus tulus, ikhlas dan berserah diri kepada Allah, karena rezeki yang dia
dapat untuk melaksanakan pergi haji itu didapat dari Allah juga. Jadi tidak
sepantasnyalah kita riya atau sombong di depan orang banyak karena hukuman
Allah nyata bagi orang seperti itu. Dia tidak menyadari bahwa di sekelilingnya
masih bnayak orang yang lebih membutuhkan daripada dia harus bolak-balik
pergi tanpa niat yang tulus karena Allah. Seperti Cerita Emak di film ini, Emak
ingin sekali naik haji dan karena keinginannya dia terus berdoa kepada Allah dan
berusaha ia lakukan, tapi tetap saja dalam setahun dia menabung duit untuk naik
haji yang dia harapkan belum juga terkumpul, masih saja kurang. Olehkarenanya
Zein anak Emak, ingin sekali membantu Emaknya mengumpulkan uang dengan
usaha berjualan lukisan. Tapi walaupun keinginan Emak yang sangat ingin naik
haji tapi dia bisa tetap sabar dan membantu memberikan sedikit makanan dan
uang untuk tetangganya yang kelaparan. Paparan tadi menjelaskan kaitannya
dengan teori Agenda Setting yaitu menggambarkan kekuatan pengaruh media
yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat.
Skrip adalah bagaimana penulis mengisahkan cerita. Dan untuk lebih
jelasnya lagi struktur framing skrip dapat dilihat pada tabek/skema yang telah
tergambar berikut.
61
Tabel 6. Skema Framing Skrip
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SKRIP
Konstruksi dramatik:
Kelengkapan Cerita
Cara penulis (unsur-unsur skenario film):
Cerita
semakin
membuat
mengisahkan
Cerita menjelaskan bahwa Emak penasaran tentang Emak yang
cerita
yang memiliki kerinduan dan melihat keluarga Haji Saun
impian yang disimpannya sekian dengan
mudahnya
lama, yaitu naik haji. Dia pun mendapatkan uang terutama
menabung bertahun-tahun untuk sangat
gampangnya
bolak-
mewujudkan impiannya tersebut. balik naik haji dan umrah.
Tetapi, di depan rumah Emak Dengan
berbagai
ide-ide
yang
sutradara
untuk
sederhana
dan kreatif
semipermanen berdinding kayu, menguras airmata penonton
berdiri rumah mewah milik Haji dalam
perjalanan
Emak
Saun, seorang pengusaha besi meraih cita-citanya.
tua dan jual beli kapal. Hampir Scene:
setiap tahun Haji Saun berangkat 10 menit 00:02:25-00:02:38
haji
atau
umrah
bersama 11 menit 00:02:38-00:03:27
keluarganya.
12 menit 00:03:38-00:04:51
Penonton dibuat kagum ketika Emak berdoa dan berusaha untuk
mendapatkan cita-citanya, sang Sutradara Aditya Gumay sangat cerdas dalam
mengemas semua adegan dalam scene-scene ini dengan berbagai ide-ide kreatif
untuk menguras airmata penonton dalam perjalan Emak meraih impiannya.
Semakin menarik ceritanya sehingga membuat penonton enggan
meninggalkan film ini ketika Zein anak Emak memutuskan untuk merampok uang
Haji Saun untuk biaya Emaknya naik haji, kesabaran dia sudah memuncak ketika
dia menyadari bahwa dia tidak bisa apa-apa untuk membantu Emaknya. Sebagai
layaknya seorang anak Zein ingin sekali membahagiakan Emaknya dengan
62
mewujudkan impian Emaknya. Akhirnya malam itu Zein memutuskan untuk
merampok rumah Haji Saun (scene 61 menit 00:30:46-00:31:07 - 63 menit
00:31:25-00:31:28). Lalu Zein tersadar ketika melihat Al-Qur’an yang terbuka di
atas kasur Haji Saun (scene 64 menit 00:31:29-00:31:50). Setelah dia sadar bahwa
apa yang dilakukannya salah kemudian dia berlari keluar rumah Haji Saun tetapi
warga sudah terlanjur mencium keberadaan maling di rumah Haji Saun dan
mengejar sampai di laut, Zein berhasil menyelamatkan diri dari kejaran amukan
warga dengan mengumpat di antara kapal-kapal Nelayan (scene 65 menit
00:31:51). Sampai akhirnya warga dan hansip kehilangan jejak Zein dan zein
berhasil masuk menyelinap ke dalam rumahnya. Zein masuk ke kamar tidurnya
terduduk lemas di samping tempat tidur dan langsung tersungkur bersujud di
lantai sambil menangis(scene 66 menit 00:32:20 - 67 menit 00:33:13). Adapun
untuk skema framing tematik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
STRUKTUR
TEMATIK:
PERANGKAT FRAMING
Detail:
UNIT YANG DIAMATI
Tema:
Cara penulis Haji Saun sudah berkali-kali Naik haji karena mengedapankan
menulis
naik haji dan umrah
gengsi
cerita
Kohererensi:
Proposisi:
Mempertanyakan niat haji
Haji dan umrahnya Haji Saun dan
Bentuk Kalimat:
keluarganya terkadang salah niat
Haji Saun dan keluarganya bukan karena Allah dan Haji Saun
yang sering bolak-balik naik naik haji dan umrahnya bersama
haji dan umrah terkadang salah artis terkenal papan atas dan
niat bukan karena Allah, sebab karena ingin dipuji orang-orang.
Haji Saun pergi naik haji dan
umrahnya
bersama
artis
terkenal papan atas dan karena
ingin dipuji orang-orang.
63
Fenomena yang dialami Haji Saun pada cerita ini sering terjadi dalam
kehidupan nyata khususnya penduduk yang tinggal di perkotaan dan hidup serba
cukup dan mewah, dimana mereka dengan mudahnya bolak-balik naik haji dan
umrah jarang dengan niat yang tulus melainkan untuk mengedepankan gengsi di
depan teman-temannya bahkan tetangganya. Maka jatuhnya bukan tulus ikhlas
melainkan riya dan sombong. Padahal pengetahuan agama mereka telah mereka
dapat, namun tetap saja mereka melakukan sesuai kehendaknya karena dalam segi
materi mereka mampu. Inilah yang dilakukan Haji Saun dan keluarganya, bolakbalik naik haji dan umrah tetapi tidak melihat tetangga sekitar yang lebih
membutuhkan bantuannya, daripada dia harus naik haji dan umrah karena riya
bahkan gengsi. Hal ini bisa dilihat pada skema framing retoris berikut ini:
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
RETORIS
Idiom:
Leksikon:
Cara penulis Naik haji dan umrahnya bersama ‘Ka’bah Cuma ada di ujung
menekankan
artis terkenal papan atas.
lidah’
maksudnya
adalah
cerita
Metafora:
selama ini Ka’bah hanya ada
Bagaimana kalau kita melihat di lisan (kata-kata) kita
Ka’bah? Bohong kalau tidak Cerita:
menangis, selama ini ‘Ka’bah Haji
Saun
naik
haji
dan
Cuma ada di ujung lidah’. umrahnya bukan karena tulus
Ketika kita lihat dalam kondisi karena
Allah
tapi
karena
bernyawa, hidup, Allah SWT gengsi.
kasih
kita
melihat
kesempatan
nisa
Ka’bah....Allahu
Akbar....
Semua yang dilakukan Haji Saun dan keluarganya tidak mencerminkan
keluarga beragama yang seharusnya saling menolong satu sama lain, walaupun
64
cara berpakaian Haji Saun dan Hj. Markonah menggunakan busana layaknya
muslim yang tahu pendidikan agama. Di dalam kehidupan Haji Saun yang serba
mewah dan hobi menghamburkan uang untuk bolak-balik pergi haji dan umrah,
berbahagialah mereka karena mempunyai Alifa anak pertama Haji Saun yang
solehah dan kaya hati. Dia sedang mengandung anak pertamnya, ketika periksa ke
dokter, kehamilan Alifa ternyata posisi anak yang dikandungnya melintang
sehingga dokter menyarankan untuk di operasi saja proses kelahirannya, tetapi
Alifa menolak untuk di operasi.
Frame 2: Naik Haji Karena Mengedepankan Gengsi (scene 15 menit
00:05:58 - scene 16 menit 00:06:36)
Menjadi orang yang sukses adalah dambaan semua orang, maksud dari
sukses disinilah adalah sukses materi dan non materi, sukses materi bisa dikatakan
sukses dalam hal ekonomi, sedangkan sukses non materi adalah sukses dalam hal
menjalani kehidupan keluarga yang harmonis, bisa kita ibaratkan adalah sukses
lahir batin.
Namun tidak semua orang yang sukses dalam segi ekonomi sukses pula
dalam segi keharmonisan keluarga, begitu juga sebaliknya, orang yang sukses
dalam membina rumah tangga namun kurang sukses dalam segi ekonomi.
Salah satu hal di atas terdapat dalam karakter Pak joko, pengusaha kaya
yang berambisi mengikuti pilkada untuk menjadi walikota daerahnya. Dia ingin
naik haji agar dapat gelar haji untuk mendukung promosi pilkadanya. Apa yang
dialami Pak Joko mungkin sering sekali kita dengar di Indonesia ini, meraup
keberuntungan dengan menarik simpati masyarakat di daerahnya untuk
memilihnya dengan menggunakan gelar haji di namanya, sehingga masyarakat
65
tahu bahwa dia adalah pemimpin muslim. Perencanaan yang dilakukan oleh Pak
Joko dapat dilihat dalam skema framing berikut ini:
Tabel 10. Skema Framing Sintaksis
STRUKTUR
SINTAKSIS
Cara penulis
menyusun
cerita
PERANGKAT FRAMING
Skema Cerita ― Skematik:
Dialog antara Pak Joko dan
sekretarisnya, Yanti. Dimana
sekretarisnya
sedang
membantu Pak Joko untuk
naik haji demi kelancaran
promosi
sebagai
calon
walikota. Ditambah Yanti
Sekretarisnya malah menggoda
Pak Joko sehingga rumah
tangga Pak Joko dan Nyonya
Nonik berantakan.
66
UNIT YANG DIAMATI
Judul:
Emak Ingin Naik Haji
Latar Belakang:
Jabatan tidak selalu membawa
keberuntungan
Pelaku:
- Pak Joko
- Pak Joko dan Yanti
- Andi dan Nyonya Nonik
Dialog:
Scene 20 menit 00:08:48-00:09:21
Yanti:
Kuotanya sudah penuh? Bukannya
masih 6 bukan lagi, mbak?Bisa
tolong usahain, nggak? Saya
bayar lebih deh. Saya minta ONH
plus...
Atas
nama
Bapak
JOKO
SATRIANTO.
Saya
tunggu
kabarnya ya... secepatnya. Terima
kasih. (menutup telpon)
Pak Joko:
Bisa nggak ya, saya berangkat?
Yanti:
Kalau Yanti yang urus, Pak.
Semua yang nggak mungkin bisa
jadi mungkin.
Pak Joko:
Hahaha, kamu memang sekretaris
yang bisa saya andalkan.
Scene 22 menit 00:09:39-00:09:51
Yanti:
Pokonya, PILKADA tahun depan
Pak Joko harus sudah pakai gelar
Haji. Karena masyarakat di
daerah pemilihan Bapak itu
mayoritas muslim fanatik, Pak.
Pak Joko:
Saya tahu itu....
Yanti:
Dan nanti di spanduk akan
terpampang, pilihlah Bapak Haji
Satrianto! Gitu Pak.
Scene 73 menit 00:03:27-00:03:47
Pak Joko : Core bisnis saya itu di
bidang
ekspor-impor.
Alhamdulillah tahun ini kita ada
sedikit kelebihan rezeki. Untuk itu,
kita akan membantu memperluas
masjid ini.
Scene 75 menit 00:03:54-00:04:18
Pak Joko: Kami mengundang para
wartawan di sini, bukan mau
pamer. Karena saya tahu, kalau
tangan tangan memberi, tangan
kiri tidak usah tahu. Tapi, kalau
pemberitaan dari para wartawan
dapat
mengetuk
hati
para
pengusaha agar berbuat hal yang
sama... saya rasa tidak ada
salahnya, kan?
Yanti: Makanya, nanti beritanya
yang gede ya!
Scene 92 menit 00:16:50-00:17:33
Andi : Berantem lagi, Ma? Nggak
bosan-bosan?
Nyonya Nonik: Ga usah ikut
campur, deh....
Andi: Papa naik haji? Mama kok
ngaak?
Nyonya Nonik: Papa kamu itu naik
haji Cuma nyari gelar, tok.
Ngapain mama ikut-ikutan?
Andi: Wajib lho Ma, bagi yang
mampu. Mama kan mampu?
Nyonya Nonik: Mama belum ada
panggilan.
Andi: Panggilan? Panggilan dari
Allah maksudnya, Ma? Mati,
dong. Hehe....
Nyonya Nonik: Kamu mau mama
mati?
Semua orang di dunia ini pasti ingin naik haji sebagi seorang muslim yang
ingin menunaikan rukun Islam yang kelima, jadi jika sudah mampu dan siap lahir
batin maka cepat-cepatlah melaksanakan haji seperti yang diperintahkan Allah.
67
Jangan seperti Nyonya Nonik yang tidak mau melaksanakan haji padahal dia
sudah mapan dan mampu lahir batin, tetapi jangan juga seperti Pak Joko yang
naik haji karena kepentingan duniawi nya saja, Cuma menuruti nafsu sesaat.
Ditambah lagi jika tidak dibekali iman dalam meraih keinginan sebagai calon
Walikota maka akan sengsara dan akan banyak godaan-godaan yang
menimpanya, seperti godaan-godaan sekretarisnya dan masalah-masalah yang
sering timbul dalm rumah tangganya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel
framing skrip di bawah ini:
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
UNIT YANG DIAMATI
SKRIP
Konstruksi Dramatik:
Kelengkapan Cerita
Cara Penulis (unsur-unsur skenario fiilm):
Drama yang dibentuk di sini
mengisahkan
Penekanan cerita lebih dikedepan Sutradara
cerita
kan pada usaha Pak Joko untuk sikap
memperlihatkan
kurang
baik
yang
menjadi calon Wlikota, tetapi dilakukan oleh Pak Joko
disaat dia sedang butuh dukungan sebagai
seorang
dari keluarganya malah banyak pemiimpin
masalah
yang
timbul
calon
masyarakat,
dan akibat apa yang dia lakukan
ditambah lagi aksi menjatuhkan kurang baik maka berbuntut
Pak Joko yaitu dari Istrinya tidak baik pula. Dimana Pak
sendiri, Nyonya Nonik.
Joko
image
ingin
membangun
positif
kepada
masyarakat malah berujung
image
negatif
terhadap
masyarakat.
Scene
79 menit 00:09:21-00:10:25
80 menit 00:10:26-00:10:35
81 menit 00:10:50-00:12:24
82 menit 00:10:47-00:12:22
83 menit 00:12:23-00:12:38
68
Lain halnya dengan Nyonya Nonik, Istri Pak Joko, Modern, cantik,
temperamen
tinggi.
Dia
mengetahui
suaminya
berselingkuh
dan
memanfaatkannya dengan memeras suaminya sendiri. Nyonya Nonik tahu berita
itu dari Sopir Suaminya, Pak Udin. Rencana Nyonya Nonik tercium oleh Pak Joko
dan hal yang akan terjadi selanjutnya di jelaskan pada tabel skema framing
tematik yang telah tergambar sebagi berikut:
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING
TEMATIK: Detail:
Cara penulis Nyonya
Nonik
UNIT YANG DIAMATI
Tema:
mengetahui Mewujudkan Keinginan
menulis
suaminya
berselingkuh
cerita
memanfaatkannya
dengan Karena Pakk Joko mengetahui
memeras
sendiri. tindakan
suaminya
Karena
dan Proposisi:
istrinya,
Nyonya
seringnya
mereka Nonik ingin memeras dirinya
dalam
rumah dengan cara mengirimkan foto-
bertengkar
tangganya.
foto mesra Pak Joko dengan
Koherensi:
Sekretarinya ke Pak Joko, dan
Mewujudkan keinginan dengan mereka ribut besar dalm mobil
mengandalkan orang lain
Pak
Joko
Bentuk Kalimat:
mengakibatkan
sehingga
mobil
yang
Karena Pak Joko mengetahui dikendarai Pak Joko hilang
tindakan
Istrinya,
Nyonya kendali kemudian menabrak
Nonik ingin memeras dirinya Zein
yang
dengan cara mengirimkan foto- tergesa-gesa.
foto mesra Pak Joko dengan
Sekretarisnya ke Pak Joko, lalu
mereka
berdua
ribut
besar
dalam mobil Pak Joko sehingga
mengakibatkan
mobil
yang
dikendarai Pak Joko hilang
kendali kemudian Menabrak
Zein
yang
sedang
berjalan
tergesa-gesa.
69
sedang
berjalan
Pada zaman modern ini masih banyak orang yang mencari kebahagiaan,
baik harta, kekuasaan, dan lain sebagainya dengan berbagai macam cara, yang
halal diharamkan dan yang haram dihalalkan, mungkin alasan yang digunakan
oleh Nyonya Nonik adalah keterpaksaan, disebabkan tekanan hidup dan
kecemburuan yang menderanya.
Retoris adalah cara penulis menekankan cerita. Dan untuk lebih jelasnya
lagi struktur framing retoris dapat dilihat dalam tabel yang telah tergambar
berikut.
Tabel 12. Skema Framing Retoris
STRUKTUR
RETORIS:
Cara penulis
menekankan
cerita
PERANGKAT FRAMING
Leksikon:
Pak Joko sadar setelah Istrinya
meninggal dalam kecelakaan
bahwa jabatan dan kekuasaan
bukan jaminan kebahagiaan
seseorang di dunia, karena masih
ada akhirat tempat kita hidup
kekal.
Metafora:
‘Naik haji wajib lho, Ma bagi
yang mampu, mama kan
mampu?’ Mama belum ada
panggilan. Panggilan? Panggilan
dari Allah maksudnya, Ma? Mati
dong. Hehe...
70
UNIT YANG DIAMATI
Idiom:
‘Naik haji wajib lho, Ma bagi
yang mampu, mama kan
mampu?’
Cerita:
Setelah Pak Joko menyadari
bahwa tindakan yang dia
lakukan selama ini menyalahi
aturan agama, akhirnya Pak
Joko bertaubat, bahwa jabatan
dan kekuasaan bukan jaminan
kebahagiaan seseorang di
dunia, karena masih ada
akhirat tempat kita hidup
kekal. Percuma saja gelar haji
tetapi
kelakuan
bukan
layaknya seorang yang udah
pergi haji. Seharusnya sebelum
dia pergi haji perbaiki dahulu
kelakuan yang buruk-buruknya
agar sesampainya di Tanah
Suci nanti kita menghadap
rumah Allah dengan suci dan
bersih baik lahir maupun batin.
Penulis dapat menyimpulkan frame ketiga yang terdapat dalam film Emak
Ingin Naik Haji ini yaitu:
Frame 3: Naik Haji Karena Tuntutan Jabatan (Scene 22 menit 00:08:5000:09:51)
C. INTERPRETASI
Dari semua analisis diatas peneliti bisa mengambil interpretasi
bahwasannya film ini menunjukan bahwa perlunya kesabaran dalam meraih citacita serta pentingnya kesalehan sosial. Kesabaran selain membuat kita dapat lebih
tegar mejalani hidup ini juga Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang
bersabar dalam menginginkan sesuatu. Bukan tidak mungkin Allah tidak
mengabulkan doa seseorang yang mempunyai keinginan tetapi tentunya tidak
instan melainkan berdoalah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan dan
tentunya dengan usaha juga, usaha tanpa doa adalah sombong dan doa tanpa usaha
adalah sia-sia tentunya. Apabila ditunda berarti belum saatnya kita mendapatkan
apa yang kita inginkan, namun apabila Allah mengabulkan doa kita tetapi dalam
bentuk lain, berarti apa yang kita inginkan bukanlah yang terbaik untuk kita, maka
Allah mengganti dengan yang lain.
Apa yang di anugerahkan kepada kita seluruhnya hendaknya kita selalu
bersyukur atas karunia Nya yang diberikan kepada kita umatnya. Tidak ada
manusia sempurna di dunia ini, oleh karenanya kita dituntut untuk
menyempurnakan diri kita sendiri dengan selalu bersyukur, taat beribadah, suka
beramal, suka membantu sesama, taat kepada kedua orangtua, serta selalu
menuntut ilmu dan sebagainya itulah cara bagaimana kita sedikit lebihnya
71
menyempurnakan diri kita sendiri, tetapi bukan dengan itu kita sudah menganggap
diri kita sempurna, yang menilai diri kita sempurna atau tidak itu hanya Allah.
Maka janganlah kita bersikap sombong kepada sesama apalagi riya memamerkan
kekayaan dan jabatan kita dihadapan orang-orang yang mungkin kurang mampu.
Seharusnyalah kita membantu mereka yang kurang beruntung dibanding kita yang
sudah hidup berkecukupan. Tidak boleh kita mengeluh dari semua apa yang telah
diberikan oleh Allah terhadap kita, Allah akan menambah nikmat-Nya apabila kita
bersyukur, namun apabila kita tidak bersyukur maka semua apa yang telah
diberikan oleh Allah kepada kita hanya akan menjadi siksaan bagi diri kita sendiri.
Sebagai makhlik ciptaan Allah yang paling sempurna diciptakan-Nya tidak
seharusnyalah kita berputus asa, putus asa adalah perbuatan yang dibenci Allah.
Jika kita menginginkan sesuatu tetapi belum juga terwujud, kita bisa terus
berusaha. Mungkin usaha kita yang lakukan di awal kurang maksimal dan belum
di izinkan Allah, dan pasti akan ada hasil dari usaha-usaha kita yang selanjutnya
dan tentunya atas izin Allah, sebab segala sesuatu yang baik untuk kita sudah
diatur oleh sang Maha Pengatur yaitu Allah SWT. Sebab tidak ada yang bisa
merubah semua yang telah diatur oleh Allah dan juga tidak semua yang kita
inginkan dan kita anggap baik belum tentu baik di hadapan Allah.
Ilmu agama sangatlah penting bagi kehidupan kita sampai kelak kita mati
sekalipun. Karena dengan ilmu agama lah kita bisa mengetahui mana yang salah
dan mana yang benar, dengan ilmu agama pun kita bisa mengambil pelajaran dari
setiap apa yang kita alami, sehingga kita tidak akan salah langkah apabila kita
telah kuat dalam masalah agama dan semua ilmu yang ada di dalamnya. Oleh
sebab itu ilmu agama itu harus menjadi ilmu yang pertama kita kuasai, setelah itu
72
baru ilmu-ilmu yang lain, sebab apabila kita telah menguasai ilmu agama maka
hidup kita tidak akan mudah terpengaruh, karena kita telah memiliki pegangan
yang kita tidak akan mudah terpengaruh, karena kita telah memiliki pegangan
yang kita dapat dari ilmu agama yang kita miliki.
Film Emak Ingin Naik Haji mengambarkan sesuatu kisah yang banyak
terjadi di lingkungan kita, dimana seorang Emak yang menginginkan naik haji
tetapi kondisi ekonominya memungkinkan agak lama akan naik hajinya
dikarenakan kurangnya biaya. Sementara di dekat lingkungan rumah Emak berdiri
sebuah rumah mewah dengan perekonomian keluarganya lebih dari cukup jauh
jika dibandingkan dengan kehidupan Emak sehari-hari. Naik haji dan Umrah
sudah dia lakukan dengan mudahnya tanpa jangka waktu yang lama dan
kebutuhannya pun tercukupi. Tetapi sayangnya mereka agak sombong sebab harta
yang berlimpah, tidak mau berbagi kepada sesamanya yang membutuhkan
bantuannya, sampai Umrah pun memilih untuk berangkat bersama artis terkenal
bukan karena Allah. Pakaian yang keluarganya gunakan sopan layaknya seorang
muslim hanya munngkin pengetahuan agama mereka yangt kurang dalam diri
mereka, sehingga semua yang dilakukan tidak ada dasar yang menopangnya,
hanya pikiran dan nafsu saja yang dimainkan sedangkan agama dikesampingkan,
sehingga khalayak ramai dapat berpikir dan bisa menjadikan contoh kognitif bagi
mereka dan bisa diambil yang baiknya dan membuang yang buruknya. Kemudian
di tempat lain sekitar Emak pun ada seseorang yang diberikan harta yang
berlimpah dan kedudukan yang enak, tinggal tunjuk saja apa yang dia inginkan
akan dipenuhi oleh orang lain. Sebab karena harta dan jabatannya yang membuat
dia berkuasa, tetapi dia belum naik haji dan mau melaksanakan haji karena
73
tuntutan jabatan calon seorang Walikota. Bagi dia hal sepele dan tinggal
mengeluarkan uang secukupnya dan selesai naik haji kemudian namanya namanya
bertambah haji didepan namanya, sehingga masyarakat dapat simpati kepada dia
karena akan dikenal sebagai pemimpin yang beragama. Hal inilah yang banyak
merusak citra haji padahal moral orang tersebut yang buruk tapi efeknya akan
mengenai gelar hajinya. Naik haji hanya demi mendapatkan gelarnya saja, haji
model seperti ini belum dikatakan Haji Mabrur karena hajinya hanya untuk
jabatan bukan karena Allah SWT. Sedangkan Emak yang tulus ikhlas
menginginkan naik haji, berdoa dan berusaha dia lakukan terus menerus tapi apa
mau dikatakan jika memang belum waktunya Emak pun tidak bisa naik haji dulu,
dan jika Allah sudah berkehendak rezeki darimanapun akan datang dan itu tanda
Allah sudah mengizikan Emak untuk naik haji. Rezeki Cuma-Cuma dia dapatkan
dari anak majikannya dan akhirnya Emak pun naik haji didampingin anaknya,
Zein.
Tidak sedikit orang yang tidak pandai bersyukur dengan apa yang telah
dimilikinya, mereka terus mencari kenikmatan duniawi apa yang belum mereka
dapatkan tanpa memikirkan Akhirat. Gengsi (image), jabatan dan kekuasaan yang
diperlihatkan tanpa mereka sadari semua itu akan lenyap dan tidak akan abadi,
yang abadi yaitu hidup di akhirat. Bekerja keras itu baik tapi lebih baik jika kerja
keras diimbangi dengan ibadah, justru dengan seimbang bekerja keras dan
beribadah akan terasa nikmat dalam menjalani hidup dan untuk bekal di akhirat
nanti. Walaupun kita miskin tetapi tetap kewajiban kita yaitu menolong sesama
apalagi satu agama, yang beda agama saja Allah mewajibkan untuk saling
menolong apalagi sesama. Rezeki sudah Allah atur masing-masing untuk kita jadi
74
jangan pernah takut tidak akan mendapatkan rezeki dari Allah, berusaha dan
berdoa niscaya akan ada rezeki dari Sang Maha Pemberi Rezeki. Daripada
menghamburkan harta kita untuk yang kurang perlu lebih baik menyumbangkan
sedikit untuk yang membutuhkan, insya Allah, Allah akan menggantinya dengan
berlipat-lipat kepada kita dengan apa yang telah kita berikan. Film ini
mengajarkan kita tentang itu.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sasaran akhir dari sebuah penelitian adalah berusaha menjawab
permasalahan penelitian dan membuktikan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat, maka diperoleh kesimpulan:
Sang sutradara berusaha menciptakan realitas simbolik dalam film Emak
Ingin Naik Haji yaitu cenderung menyeleksi dan menonjolkan isu negatif dari
pelaksanaan pergi haji itu sendiri. Seperti pergi haji karena kepentingan politik
dan demi mendapat gelar haji untuk pencitraan sosok pemimpin yang kuat
agamanya sampai pergi haji yang dilakukan berkali karena latar belakang
seseorang tersebut lebih dari cukup dalam penghasilannya sehingga melakukan
pergi haji seperti biasa saja, tanpa mendahulukan seseorang yang belum pergi haji
sama sekali. Justru dalam implementasinya penyampain pesan lebih didominasi
dengan scene-scene (adegan-adegan) yang berisi pencitraan negatif terhadap
masing-masing tokoh.
Dipandang dari
paradigma
kontruktivisme
yaitu
nilai-nilai
yang
disampaikan film Emak Ingin Naik Haji merupakan usaha pencitraan pembenaran
terhadap realitas (objektif), bahwa pergi haji hanya untuk mendapat gelar dan
hanya untuk mendapat status sosial saja, ini lebih banyak sisi negatifnya
dibandingkan sisi positifnya, sedangkan dalam paradigma konstruktivisme bentuk
kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja melainkan
dilihat dari tindakan perorangan (subjektif). Dari sudut efek komunikasi massa
(film), bisa saja khalayak yang selama ini belum memiliki penilaian apapun
76
terhadap tindakan pergi haji hanya untuk gelar haji atau hajah, terkonstruksi untuk
mempercayai dan memahami makna pergi haji seperti itu juga. Dari film ini kita
dapat mengambil pesan moralnya. Mengambil yang baik-baik dan membuang
yang buruknya.
Sang Sutradara pun berusaha menciptakan realitas simbolik dengan usaha
penciptaan pembenaran terhadap realitas (objektif) bahwa kekuatan doa sangat lah
terbukti adanya, maka berdoalah dengan tujuan yang baik yakinlah bahwa Allah
pasti akan selalu mendengarkan doa hamba-Nya. Asalkan kita ikhlas dan yakin
bahwa doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu
janganlah ragu untuk berdoa dan meminta hanya kepada-Nya.
Realitas simbolik yang penulis dapatkan dari analisis ini yaitu:
Keberagamaan, Prestise Sosial (Penghargaan), dan Kepentingan Pribadi
(Pragmatisme). Sedangkan Pengemasan pesan moral yang penulis dapatkan hasil
analisi yaitu: Naik Haji Karena Kecintaan Kepada Tuhan, Naik Haji Karena
Mengedepan gengsi, dan Naik Haji Karena Tuntutan Jabatan.
B. Saran-saran
Dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang disampaikan agar
dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap film Emak Ingin Naik
Haji. Saran-saran ini ditujukan oleh penulis kepada:
1. Penulis Skenario dan Sutradara
Dalam proses pengemasan pesan dalam bentuk skenario, sebaiknya
dilakukan berdasarkan format standar penulisan skenario pada umumnya.
Sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat muncul dan terlihat jelas.
77
2. Masyarakat
Masyarakat khususnya pecinta film harus lebih teliti dengan kualitas
filom yang ditonton. Agar masyarakat dapat menjadikan tontonan itu sebagai
pelajaran dan sebagai tuntunan. Masyarakat diharapkan dapat lebih kritis
dengan film yang disuguhkan sehingga menjadi komunikan (penerima pesan)
yang aktif serta mangambil yang bauk-baiknya dan membuang yang
buruknya.
3. Universitas
Melihat perkembangan ilmu teknologi dan komunikasi, diharapkan
universitas menyediakan sarana berupa mata kuliah yang lebih mendalam
mengenai dunia komunikasi, film atau broadcast bagi mahasiswa/i khususnya
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Agar dapat menciptakan
mahasiswa/i yang mampu bersaing di masyarakat global khususnya bidang
komunikasi, perfilman dan broadcast.
4. Para Pemain
Para aktor dan aktris film Emak Ingin Naik Haji hendaknya tetap
menjaga norma, etika, dan menerapkan nilai-nilai syariat Islam dalam
keseharian sesuai dengan peran (Islami) dalam film Emak Ingin Naik Haji.
Dan bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan analisis dengan metode
yang sama dengan skripsi ini, sebaiknya mengedepankan penelitian kepada film
yang ditayangkan, tidak hanya terpaku kepada skrip atau naskah yang ada, sebab
antara naskah dan film kadang ada perbedaan. Namun alangkah baiknya peneliti
bisa menguasai keduanya, baik itu dari naskah maupun film yang ditayangkan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa
Rekatama M edia, 2007.
Arifin, Zaenal. Syiar Deddy Mizwar, Yokyakarta:
Unggun Religi, 2006.
STAIN Purwekerto Press &
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ke-2.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Politik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Cet. Ke-3.
Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Eriyanto, Analisis Framing Yokyakarta: LKIS, 2002.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media: Yokyakarta: LKIS,
2006.
Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.
Kriyanto, Rachmat. Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Pranada
Group, 2007.
McBridge, Sean, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka
Suara Satu Dimensi, Jakarta: Balai Pustaka, 1983.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yokyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005.
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung:
Pustaka Grafika, 1999.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991,
Cet. Ke-12.
79
Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat: sebuah pengantar, Jakarta: Yayasan Pusat
Perfilman H. Usmar Ismail, 1992.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Sendjaya, S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka.
Sobur, Alex. Analisis Teks, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: PT. Grasindo, 1996).
Sukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Syamsir, salam. Metodologi Penelitian, Jakarta: Penelitian UIN
UIN Jakarta Press, 2006.
Jakarta dengan
Yusa Biran, Misbach. Tehnik Menulis Skenario Film Cerita, Yokyakarta: Pustaka
Jaya, 2006.
Zaenal, E. Arifin, dan S. Amran, Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademik Pressindo, 1995, Cet. Ke-1.
80
81
Gambar 1 Cover Film Emak “Ingin Naik Haji”
Gambar 2 Wawancara bersama Produser Film “Ingin Naik Haji”
82
Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser
Film “Emak Ingin Naik Haji”
Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser
Film “Emak Ingin Naik Haji”
83
Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser
Film “Emak Ingin Naik Haji” (Seputar Naskah)
84
Download