PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM “EMAK INGIN NAIK HAJI” Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : AYU FARAHDISA NIM : 107051000293 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM “EMAK INGIN NAIK HAJI” Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : AYU FARAHDISA NIM : 107051000293 Pembimbing Gun Gun Heryanto, M.Si NIP: 19760812 200501 1 005 KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul: Pengemasan Pesan Moral Analisis Framing Film “Emak Ingin Naik Haji”, telah diajukan dalam siding munaqasyah fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) program Strat satu (S I) pada jurusan Manajemen Dakwah. Jakarta, 14 Juni 2011 Panitia Sidang Munaqasyah, Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Anggota Pembimbing, Gun Gun Heryanto, M.Si NIP: 19760812 200501 1 005 iii ABSTRAK Ayu Farahdisa 107051000293 PENGEMASAN PESAN MORAL ANALISIS FRAMING FILM “EMAK INGIN NAIK HAJI” Film merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, karena film dapat memberikan efek baik dari aspek edukatif, afektif, maupun kognitif dengan mudah kepada penonton. Dalam penyampaian pesannya media film tidak hanya sekedar bercerita akan tetapi juga memberikan gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Begitu juga dengan film Emak Ingin Naik Haji yang menggambarkan kondisi keseharian masyarakat Indonesia, tentang cinta tulus dan tak terbatas antara seorang Ibu dan anaknya. Film Emak Ingin Naik Haji adalah sebuah mega film buah karya Aditya Gumay yang diambil dari cerpen karya Asma Nadia yang berjudul “Emak Ingin Naik Haji”. Cerpen yang diangkat oleh sang Sutradara dari Majalah Noor tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu skenario film Emak Ingin Naik Haji yang judulnya sama persis seperti cerpennya. Film ini mendapat respon positif dari masyarakat dengan jumlah penonton yang luar biasa. Dengan berbagai keunggulan film tersebut, maka penulis melakukan penelitian mendalam pada aspek cerita film khususnya pada naskah film ini, guna memahami isu dan pesan yang sebenarnya hendak disampaikan. Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana isi cerita film yang dibingkai oleh Aditya Gumay sebagai Sutradara film Emak Ingin Naik Haji. Dengan menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dan menggunakan Teori Agenda Setting Media, dapat ditelaah bagaimana realitas simbolik yang disajikan dalam film Emak Ingin Naik Haji dan bagaimana proses pengemasan pesan oleh Aditya Gumay dalam film ini melalui elemen Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris sesuai isu pesan yang ditonjolkan dalam frame-frame yang terdapat dalam cerita film tersebut. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam pelaksanaannya lebih dilakukan pada pemaknaan teks. Pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi, kemudian data-data dianalisis melalui struktur framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa dengan menganalisa film menggunakan analisis framing dan strukturnya, dapat mengungkap isu pesan yang ingin disampaikan oleh Sutradara kepada penonton. Hasil dari analisis framing film Emak Ingin Naik Haji ini juga dapat ditemukan pesan-pesan yang mengandung unsur kebaikan (pesan moral). Pesan moral yang penulis dapatkan dari hasil analisis yaitu: Naik haji karena kecintaan kepada Allah, Naik haji karena mengedepankan gengsi, dan Naik haji karena tuntutan jabatan. iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Bismillahirrahmanirrohiim. Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridho dan hidayah-Nya pula skripsi yang berjudul Pengemasan Pesan Moral dalam Film “Analisis Framing Film Emak Ingin Naik Haji” ini dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) program studi S 1 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kemajuan kita bersama di masa depan. Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Kiswantoro dan Ibunda tercinta Melly Amelia serta Kakaku satu-satunya Haris Kisumal atas inspirasi dan dorongan motivasi yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di UIN Jakarta hingga penulisan skripsi ini. v 2. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Pembantu Dekan. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek 1, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III. 3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si dan Dra. Umi Musyarofah, MA, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan sejumlah berkas-berkas perkuliahan. 4. Bapak Drs. Gun Gun Heryanto, M. Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan masukan dan ilmunya demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakhti, MA, selaku dosen penasehat akademik yang sejak awal penulis kuliah di FIDIKOM dengan jurusan KPI serta sebelum penyusunan skripsi ini telah banyak memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik sesuai harapan. 6. Seluruh Dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal, terutama ilmu dan pengalaman. 7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi ini. vi 8. Bapak Aves, selaku Produser film “Emak Ingin Naik Haji” yang telah memberikan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman KKN ‘95’ 2010, Disya, Ica, Wildah, Gauzi, Irvan, Sholahudin, Abi, Dede, Fawas, Aris, Arman, Kiki, Maris, Saeful, Bukhori, Badrus, Ridwan, Bangkit, dan Abil yang telah mau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama selama sebulan di Bandung Barat, Desa Cicangkang Hilir. 10. Teman-temn KPI Angkatan 2007 khusunya kelas D yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan masukan, inspirasi, motivasi, dan kenangan indah selama penulis kuliah. 11. Sahabat-sahabat tersayang, Shohib, Irvan, Rajesh, Vera, Anay, Azis, Kanda Umar, Nisa, Suci, Fitria, Ayu, Lala, Fuad, Ichal, Mitha, Rekha, Reza, Ida, Ecca, Ella, Rifat, Farah, Arini, Nunu, Niken, Wempi, Kanda Very, Fauzan, Adit, Salsha yang selalu memberikan semangat dan dorongan bagi penulis. 12. Teman-teman HMI KOMFAKDA, BEM-Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, BEM-Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan pembelajaran di luar Universitas. 13. Teman-teman seperjuangan, MD, BPI, PMI, Kessos dan Jurnalistik, serta seluruh senior yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan motivasi dan informasi kepada penulis. vii Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, namun tak mengurangi Respect penulis kepada mereka semua. Terimakasih atas bantuan, dorongan dan motivasi untuk penulis sampai penulisan skripsi ini selesai. Besar harapan penulis adanya Saran dan Kritik dari pembaca sehingga menjadi pijakan keberhasilan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa membawa manfaat. Amin ya Robbal Alamin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jakarta, Juni 2011 Ayu Farahdisa viii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBING ............................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv KATA PENGANTAR......................................................................................... v DAFTAR ISI........................................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8 D. Metodologi Penelitian ................................................................... 9 E. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 21 F. Sistematika Penulisan ................................................................... 22 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Agenda Setting Media ......................................................... 23 B. Konstruksi Realitas ....................................................................... 26 C. Konseptualisasi Film..................................................................... 29 D. Pengertian Moral........................................................................... 33 E. Definisi Pesan ............................................................................... 35 F. Konseptualisasi Framing .............................................................. 36 ix BAB III GAMBARAN UMUM A. Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji 1. Tim Produksi Film Emak Ingin Naik Haji.............................. 42 2. Pemeran Tokoh Film Emak Ingin Naik Haji .......................... 43 B. Sinopsis Film Emak Ingin Naik Haji ............................................ 44 BAB IV ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI A. Realitas Simbolik dalam Film Emak Ingin Naik Haji................... 47 B. Pengemasan Pesan Moral dalam Film Emak Ingin Naik Haji ...... 56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 81 B. Saran-saran.................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 85 LAMPIRAN x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film adalah media komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan suatu pesan sosial maupun moral kepada khalayak banyak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu yang tentunya bermanfaat dan mendidik ketika dilihat dan didengar oleh khalayak banyak. Film mempunyai seni tersendiri dalam memilih suatu peristiwa untuk dijadikan sebuah cerita. Film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan. Ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.1 Film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan jenis komunikasi massa lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film atau cinemathograpie berasal dari dua kata cinema + tho yaitu phytos (cahaya) dan grapie (tulisan, gambar dan citra). Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotograpi dan proyektor. 2 Film adalah salah satu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan dengan media lainya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahanya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas 1 Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992), h. 6. 2 Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, h.19. 1 ragamnya, berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanaya. Yang tak kalah pentingnya, film merupakan ekspersi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang kurang terlihat jelas terlihat dalam masyarakat.3 Film juga termasuk media massa dan media massa ini adalah surat kabar, film, radio, dan televisi. Jadi yang diartikan komunikasi massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film, tidak tampak oleh si komunikator. Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way trafic). Begitu pesan disebarkan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. Wartawan surat kabar, penyiar radio, penyiar televisi, atau sutradara film tidak mengetahui nasib pesan yang disampaikan kepada khalayak itu.4 Jadi menurut peneliti bahwa penonton film belum tentu mengamalkan atau mengikuti apa yang dia lihat atau apa yang dia tonton dalam film. Sifatnya belum pasti karena mungkin dia hanya melihat film itu untuk sekedar hiburan karena tokoh yang membintangi film tersebut dia senangi dan lain-lain sebagainya. walaupun terkadang film itu diangkat dari kisah nyata yang seharusnya diambil hikmahnya (informasinya). 3 Pranajaya, Film dan Masyarakat; Sebuah Pengantar, h.19. Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) Cet Ke-4, h. 50. 4 2 Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada Tahun 1927-1928-an Krueger Corporation memproduksi film Eulis Atjih, dan sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Loetoeng Kasaroeng, Si Conat dan Pareh Film-film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina.5 Film bicara yang pertama berjudul Terang Bulan yang bintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina itu berpindah tangan kepada pemerintah Jepang, diantaranya adalah NV. Multi Film yang diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha, yang selanjutnya memproduksi film feature dan film dokumenter. Jepang telah memanfaatkan film untuk media informasi dan propaganda. Namun, tatkala bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada pemerintah Republik Indonesia.6 Effendi sebagaimana dikutip Elvinaro Ardiyanto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, setiap halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film akan terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional, film nasional dapat digunakan sebagai 5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) Cet Ke-3, h. 217. 6 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2007) Cet Ke-3, h. 134-135. 3 media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nations and charakter building.7 Abad ke-21 sepertinya telah menjadi babak baru bagi kehidupan umat manusia, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia. Oleh karena pada masa itu telah terjadi revolusi kehidupan hampir di semua sektornya. Era pasar bebas sebagai konsekuensi dari adanya globalisasi seakan-akan memaksa setiap orang untuk terus bekerja keras tanpa mengenal lelah dan mengenal waktu hanya demi mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan jaman. Sehingga hampir saja tidak ada waktu untuk menghadiri forum pengajian dan semacamnya. Padahal kalau boleh jujur, baik secara langsung maupun tidak langsung, sesungguhnya mereka juga membutuhkan hal-hal yang bersifat spiritual (ketenangan batiniah) yang hanya dapat diperoleh lewat jalan dakwah.8 Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku Syiar Deddy Mizwar karangan Zaenal Arifin, Berangkat dari fenomena itu, model dakwah melalui tayangan film dan sinetron menjadi salah satu pilihan tepat untukk menjawab berbagai persoalan di atas karena karena dakwah dalam konteks ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya, tetapi juga menjadi media hiburan. Film dan sinetron itu sendiri adalah dua hal yang serupa tetapi tak sama. Maksudnya, yang disebut film dalam masyarakat kita sesungguhnya adalah film teatrikal yang di produksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung-gedung pertunjukan atau bioskop (cinema). Dalam istilah lain, sinetron juga dapat disebut dengan film televisi (television film) yang dibuat khusus untuk siaran televisi. Namun demikian, keduannya merupakan hasil karya seni peran yang bersifat imajinatif 7 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 136. Zaenal Arifin, Syiar Deddy Mizwar, (Yokyakarta: STAIN Purwekerto Press & Unggun Religi, 2006) Cet Ke-1, h. 92. 8 4 (tidak sebenarnya) untuk menggambarkan suatu objek atau sebuah realitas kehidupan dan mengandung misi atau tujuan tertentu dari pihak yang memproduksinya.9 Film “Emak Ingin Naik Haji” sukses meraih penghargaan terpuji dalam festival film Bandung, di Hotel Horison, Bandung, Jumat (23/4). Film ini terpilih sebagai Film terpuji, selain meraih penghargaan sebagai Film terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2010, Film Emak Ingin Naik Haji juga menang di kategori Pemeran Utama Pria Terpuji yang diraih Reza Rahardian, Pemeran Utama Terpuji diraih Ati Kanser, Sutradara Terbaik diraih Aditya Gumay, dan Penata Artistik terpuji diraih Herlin Lanang. Dengan demikian dalam Festival Film Bandung 2010 ini, film Emak Ingin Naik Haji total meraih lima penghargaan.10 Seperti diketahui film merupakan salah satu acara yang ditayangkan televisi. Terdapat beberapa pesan moral yang dapat diangkat atau diambil maknanya dari tayangan-tayangan film yang disesuaikan dengan alur atau jalan cerita dari isi film tersebut. Sebab film memberikan peluang untuk terjadinya peniruan apakah itu positif ataupun negatif. Dikarenakan dampak yang ditimbulkan lewat acara-acara film begitu besar maka sungguh pas dan tepat jika proses dakwah pun dilakukan melalui film-film yang bertemakan dakwah. Salah satu film yang memberikan pesan dakwah sekaligus pesan moral adalah film “Emak Ingin Naik Haji”. Film “Emak Ingin Naik Haji” bercerita tentang: Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam 9 Zaenal Arifin, Syiar Deddy Mizwar, h. 93-94. Film ‘Emak Ingin Naik Haji’ Rajai Festival Film Bandung 2010, http://www.facebook.com/I/9d4ee;www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/2796-film-emakingin-naik-haji-rajai-festival-film-bandung-2010. html, diakses pada tanggal, 31 Januari 2011 pada pukul 09.00. 10 5 lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue. Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, Keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik. Alasan peneliti mengapa memilih film Emak Ingin Naik Haji dalam penelitian yaitu karena film ini memang banyak terjadi dalam kehidupan seharihari yang bisa dijadikan contoh yang baik atau buruk untuk para penontonnya. Menceritakan seorang anak sholeh yang ingin membahagiakan Emaknya untuk pergi haji. Kecintaan dan perjuangan seorang anak agar Emaknya bisa naik haji, membuat penonton tak terasa meneteskan air mata ketika menontonnya dan merasa kesal ketika melihat dalam peran lain bahwa seseorang di tempat yang berbeda naik haji dengan begitu gampangnya. Karena orang kaya atau karena jabatan yang memaksanya untuk naik haji. Sinematografi film ini memang tidak indah, tapi kameramen mampu menangkap indahnya sebuah perkampungan. Musiknya pun boleh dikatakan biasa, dan sekali lagi penceritaan yang kuatlah 6 menutupi segala kekurangan film ini. Aty Cancer dan Reza Rahardian yang bermain dengan sangat mantap. Hubungan antara anak dan Emak sangat klop dan apa yang dimainkan mereka adalah sebuah contoh bagaimana aktor seharusnya menjiwai peran dengan sungguh-sungguh. Ada banyak pesan yang terkandung dalam film Emak Ingin Naik Haji, diantaranya: Mencari gelar haji/hajjah menaikkan status sosial atau unjuk kekayaan adalah niatan-niatan yang semestinya harus dikubur dalam-dalam saat hendak menunaikan ibadah haji. Karena tiap amalan sekecil apapun hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih ibadah haji merupakan amalan mulia yang memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam. Haji ke Baitullah merupakan ibadah yang sangat mulia dalam Islam. Kemudian dilihat dari aspek penonton pemutaran perdana film Emak ingin Naik Haji di PIM I Jakarta Selatan, tim 21cineplex.com yang diundang untuk menyaksikan film ini bersama sang sutradara Aditya Gumay, penulis novel Asma Nadia dan penulis naskah film ini Adenin Adlan, benar-benar merasa tersentuh dengan apa yang baru saja kami saksikan. Lebih dari 80 menit pemutaran film ini, kami menyaksikan sebuah karya yang menurut kami sangat menyentuh perasaan.11 Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul Pengemasan Pesan Moral Dalam Film: Analisis Framing Film “Emak Ingin Naik Haji” 11 Komentar penonton ‘film emak ingin naik haji’, http://www.21cineplex.com/slowmotion/emak ingin naik haji dari cerpen menjadi film,1031.html, diakses pada tanggal, 7 Maret 2011 pada pukul 12.30. 7 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari semakin luas dan melebarnya pembatasan maka penelitian ini dibuat suatu batasan. Ruang lingkup dibatasi hanya pada analisis tekstual dalam naskah film (Final Draft Scenario) Emak Ingin Naik Haji karya Aditya Gumay. Sedangkan perumusan masalah yang diangkat adalah : 1. Bagaimanakah Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak Ingin Naik Haji? 2. Bagaimanakah Pengemasan pesan moral yang disampaikan Aditya Gumay dalam film Emak Ingin Naik Haji? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui Realitas Simbolik yang disajikan dalam film Emak Ingin Naik Haji 2. Untuk mengetahui Pengemasan pesan yang disampaikan Aditya Gumay dalam film Emak Ingin Naik Haji b. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kajian dakwah dan kajian komunikasi terutama media komunikasi massa, serta memberikan pandangan baru tentang analisis Framing sebagai sebuah metode penelitian dalam analisis teks media. 8 2. Manfaat Praktis Memberi kontribusi pada para praktisi media terutama praktisi film dalam menganalisis framing film bernuansa religi. D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Konstruktivisme Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma kontruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma kostruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku alam, karena manusia pemberian makna ataupun pemahaman perilaku di kalangan mereka sendiri. Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa setiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya tetapi dengan beberapa catatan, dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman (interpretive understanding). 12 Kajian paradigma kostruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengkontruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti. 12 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72. 9 Menurut kamus komunikasi definisi Konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus yang dapat diamati dan diukur. Implikasi dalam paradigma konstruktivisme menerangkan bahwa pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar untuk mengerti. Menurut Ardianto, konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. 13 Sehingga komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini kita dapat mengemukakan teori Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, -pada dirinya terdapat atribut sosial budaya masyarakatnya, sedangkan Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya masyarakatnya. Implikasi paradigma konstuktivisme tiodak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekpresif, konvensional, dan retoris.14 Logika ekpresif dimana memperlakukan komunikasi sebagai suatu model ekpresif diri, memiliki sifat pesan yang terbuka, relatif secara alami, dan sedikit memperhatikan yang menjadi keinginan orang lain. Logika konvensional dimana memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur, komunikasi biasanya dilakukan berdasarkan norma, kesopanan, atau aturan yang diterima bersama, sehingga komunikasi berlangsung secara sopan dan tertib, serta terkadang mengandung bentuk-bentuk jebakan kesopanan (seperti: “tolong”, “silahkan/please”, dll). Logika retoris dimana memandang komunikasi sebagai 13 14 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, h. 72. Elvinaro Ardianto, Filsafat Ilmu Komunikasi, h. 164. 10 suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi, pesannya bisa dirancang fleksibel, berwawasan, dan berpusat pada orang. 2. Metode Penelitian Metodelogi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat menunjukan pada penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, atau hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur melalui data sensus, tetapi analisisnya adalah analisis data kualitatif. Beberapa peneliti memperoleh data dengan cara interview dan observasi. Teknik-tekniknya menghubungkan secara normal dengan metode kualitatif.15 Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.16 Dan penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam pelaksanaanya lebih dititik beratkan pada pemaknaan teks, dari pada penjumlahan kategori. Analisis ini tidak digunakan untuk mencari data frekuensi, akan tetapi untuk menganalisis dari data yang tampak, maka analisis ini digunakan untuk memahami fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut.17 3. Jenis Penelitian Berdasarkan dari tujuannya ini menggunakan jenis penelitian eksplantif kaitannya dengan penelitian analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald 15 Syamsir Salam, MS, Metodologi Penelitian (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta & UIN Jakarta Press, 2006), h. 30. 16 Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 303. 17 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet, 1, h, 33-34. 11 M, Kosicki dalam struktur sintaksis adalah untuk mengetahui cara penulis menyusun cerita, struktur skrip untuk mengetahui cara penulis mengisahkan cerita, struktur tematik untuk mengetahui cara penulis menulis cerita, dan struktur retoris untuk mengetahui cara penulis menekankan cerita.18 Peneliti mencoba mencari tahu sebab dan alasan mengapa peristiwa bisa terjadi, diantaranya menjelaskan secara akurat mengenai satu topik masalah, menghubungkan topiktopik yang berbeda namun memiliki keterkaitan. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan antara peneliti yaitu seseorang yang berharap mendapat informasi dan informan yaitu seorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya.19 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Bpk. Aves, selaku Produser film “Emak Ingin Naik Haji.” b. Dokumentasi Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan dalam berbagai metode pengumpulan data. Metode observasi yaitu dengan mendatangi langsung lokasi kantor Mizan Productions House dan wawancara langsung dengan Produser Film Emak Ingin Naik Haji, kegiatan ini yang sering dilengkapi dengan kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. 18 Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayattullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006). 19 Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007), cet. Ke-2, h. 116. 12 Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat, 20 melalui potongan film, buku-buku, dan media massa yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat. 5. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Framing. Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada tersebut. Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan.21 Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal.22 Framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.23 20 Rachmat Kriyanto, Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, h. 116. Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 163. 22 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 164. 23 Eriyanto, Analisis Framing (Yogyakarta: LKiS, 2002). 21 13 Analisis bingkai merupakan dasar stuktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas ―membongkar ideologi dibalik penulisan informasi, Menjelaskan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap sebuah peristiwa. 24 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang merupakan salah satu dari analisis framing terpopuler yang digunakan untuk memperoleh gambaran isi pesan yang disampaikan. Model analisis ini dibagi dalam empat struktur besar, yakni meliputi struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Struktur berhubungan dengan bagaimana penulis menyusun gagasan dalam sebuah cerita. Bagian- bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya. Bagian ini disusun dalam bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana cerita hendak disusun.25 Dalam sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk diperhatikan adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi.26 1. Struktur Sintaksis Struktur berhubungan dengan bagaimana penulis menyusun gagasan dalam sebuah cerita. Bagian-bagain yang diamati adalah judul, latar dan lainnya. Bagian ini disusun dalam bentuk tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana cerita hendak disusun. 24 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, h. 92. Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yokyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 113. 26 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113. 25 14 Dalam sebuah plot (peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang berdasarkan sebab akibat), hal yang sangat esensial untuk diperhatikan adalah peristiwa, konflik dan klimaks. Eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi.27 Peristiwa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu peristiwa fungsional, kaitan dan acuan. Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa peristiwa fungsional merupakan inti sebuah karya fiksi yang bersangkutan. Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwaperistiwa penting (baca : peristiwa fungsional) dalam pengurutan penyajian cerita (atau : secara plot). 28 Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh. Dalam hal ini bukannya alur dan peristiwaperistiwa penting yang diceritakan melainkan bagaimana suasana alam dan batin dilukiskan. Selain peristiwa dalam sebuah plot cerita dikenal juga adanya konflik. Konflik menyarankan pada sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh (-tokoh) cerita yang jika tokoh (-tokoh) itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia (mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian, dapat dibedakan dalam dua kategori; konflik fisik dan konflik batin, konflik eksternal dan konflik internal. 27 28 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 113. Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian, h. 118. 15 Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi dengan sesuatu yang diluar dirinya – dengan ingkungan alam – dengan lingkungan manusia. Sedangkan konflik internal (atau: konflik batin) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh(atau: tokoh-tokoh)cerita.29 Ada satu lagi yang menetukan (arah) perkembangan plot adalah klimaks. Menurut Stanton dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyanto menyatakan, klimaks adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan saat itu memang harus terjadi tidak boleh tidak. 30 2. Struktur Skrip Struktur skrip melihat bagaimana strategi penulis cerita mengisahkan atau menceritakan peristiwa sesuai dengan plotnya, dan berdasarkan nilai konstruksi dramatik sebuah cerita dalam skenario. Dalam berita, wartawan menggunakan beberapa peringkat dalam struktur skrip ini yaitu What (apa), When (kapan), Who (siapa), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Begitu juga dengan penulis cerita tetap menggunakan unsur-unsur tersebut dalam mengisahkan cerita, namun sudah dikemas dalam unsur-unsur skenario film. Cerita adalah perjuangan protagonis dalam mengatasi problema tema dan untuk mencapai goal. Lintasan perjuangan tersebut berupa rangkaian adegan, yakni adegan yang merupakan pokok-pokok cerita, adegan-adegan yang indah dan 29 30 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 122-124. Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian , h. 127. 16 memiliki nilai dramatik, yakni yang mengandung konflik, ketakutan, dan sebagainya.31 3. Struktur Tematik Struktur tematik berhubungan cara penulis berita mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Perangkat framing yang digunakan adalah detail, koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Melalui perangkat-perangkat ini membantu melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.32 Detail merupakan strategi komunikator mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Komunikator detail dalam mengemas pesan, mana yang dikembangkan dan mana yang diceritakan dengan detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Sehingga cerita yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. 33 Koherensi memiliki beberapa macam kategori: pertama, koherensi sebabakibat, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas, yakni proposisi atau satu kalimat sebagai penjelas proposisi atau kata lain. Ketiga, koherensi pembeda, yakni 31 Misbach Yusa Biran, Teknik Menulis Skenario Film Cerita (Yokyakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 128. 32 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yokyakarta: LkiS, 2006), cet. ke-6, hal. 238. 33 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238 17 proposisi atau kalimat satu dipandang menjadi kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.34 Adapun kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal, dan gagasan yang bersegi dinyatakan dalam kalimat majemuk.35 Perangkat lain adalah proposisi, menurut Poespoprodjo proposisi adalah suatu penuturan yang utuh, atau ungkapan keputusan dalam kata-kata.36 Kata ganti adalah elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana.37 4. Struktur Retoris Retoris berhubungan dengan bagaimana penulis cerita menekankan arti tertentu ke dalam cerita. Struktur ini akan melihat bagaimana penulis memakai pilihan kata, idiom, bentuk cerita yang ditampilkan sebagai penekanan arti tertentu kepada pembaca atau penonton. Leksikon adalah pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan ideologi tertentu.38 Sedangkan metafora, dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu cerita. Pemakaian metafora ini bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti 34 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 2. 263. E. Zaenal Arifin, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademik Pressindo, 1995), Cet. Ke-1, h. 78. 36 Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu (Bandung: Pustaka Grafika, 1999), h. 170. 37 Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, h. 253. 38 Eriyanto, Analisis Framing, h. 257. 35 18 makna suatu teks. Penulis cerita menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci untuk memperkuat pesan utama. Penggunaan metafora ini sebagai landasan berfikir atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.39 Tabel Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Sumber : Alex Sobur, (Analisis Teks Media) Struktur Perangkat Framing Struktur Yang Di amati SINTAKSIS Cara wartawan menyusun cerita 1. Skema berita Judul, latar informasi, pelaku dan dialog SKRIP Cara wartawan mengisahkan cerita TEMATIK Cara wartawan menulis cerita 2. Kelengkapan cerita (unsur-unsur skenario film) 3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk Kalimat 6. Kata Ganti 7. Leksikon 8. Metafora Konstruksi dramatik, scene RETORIS Cara wartawan menekankan cerita Tema, Proposisi dan kalimat Kata, Idiom, Gambar, Foto, Grafik E. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Pengemasan Pesan Moral Dalam Film: Analisis Framing Film “Emak Ingin Naik Haji”, peneliti terinspirasi pada skrisi-skripsi terdahulu. Diantaranya Analisis Framing Film Ketika Cinta Bertasbih 2 oleh Nur Ani Handayani. Persamaannya yaitu sama-sama membahas analisis framing terhadap film. Perbedaannya yaitu di skripsi ini menggunakan analisis framing 39 Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, h. 259. 19 model Gamson dan Modigliani.40 Skripsi yang kedua yaitu Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Politik Pilkada DKI Jakarta Di Koran Harian Warta Kota. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas analisis framing. Sedangkan pebedaannya dimana skripsi ini subjek yang diteliti adalah pemberitaan kampanye politik pilkada DKI Jakarta di Koran warta kota.41 Skripsi yang ketiga yaitu Analisis Framing Pesan Moral Film Get Married oleh Yayu Rulia. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas analisis Framing mengenai pengemasan pesan moral. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek yang diteliti adalah Film Get Married.42 Skripsi yang keempat yaitu Analisis Isi Pesan Dakwah Film “Emak Ingin Naik Haji”. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan subjek Film yang sama yaitu Film “Emak Ingin Naik Haji”. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek yang diteliti adalah Analisis Isi Pesan Dakwah. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki beberapa sub-bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian. 40 Nur Ani Handayani, Analisis Framing Film Ketika Cinta Bertasbih 2, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009. 41 Sarmoko, Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Politik Pilkada DKI Jakarta Di Koran Harian Warta Kota, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009. 42 Yayu Rulia, Analisis Framing Pesan Moral Film Get Married, Fak. Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2009. 20 BAB II LANDASAN TEORITIS membahas teori agenda setting media, konseptualisasi film, definisi pesan, konseptualisasi framing. BAB III GAMBARAN UMUN FILM EMAK INGIN NAIK HAJI yang terdiri dari Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji, Tim Produksi Film Emak Ingin Naik Haji, Pemeran Tokoh Film Emak Ingin Naik Haji, Deskripsi Karakter Pemain Film Emak Ingin Naik Haji, Sinopsi Film Emak Ingin Naik Haji. BAB IV ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI membahas hasil penelitian yang berisi tentang bagaimana pengemasan pesan dan realitas simbolik apa saja yang disajikan Aditya Gumay dalam film Emak Ingin Naik Haji. BAB V PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. 21 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori Agenda Setting Media Jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Teori ini menyatakan bahwa media assa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk mengetahui isu yang diangkat oleh media massa dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang dipilihkan oleh media massa. Maxwel McCombs dan Donald L. Shaw adalah orang yang pertama kali memperkenalkan teori agenda setting ini. Teori ini muncul sekitar tahun 1973 dengan publikasi pertamanya “The Agenda Setting of The Mass Media.”43 Munculnya Teori Agenda Setting merupakan respons terhadap beberapa teori yang telah ada sebelumnya. Teori sebelumnya yang merujuk pada paradigma Magic Bullet, paradigma ini dipengaruhi situasi perang dunia II dan masa kejayaan Hitler, sehingga media menjadi corong utama kekuasaan. Magic Bullet menganggap bahwa media mempunyai pengaruh yang besar dan efek langsung pada audiens yang menjadi komunikan.44 Seorang teoritisi Agenda Setting, Cohen, faktanya media tidak selalu berhasil 43 Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007), h. 195. 44 Teori Komunikasi http://cahpct.prigadshop.com/wpcontent/uploads/2009/10/ theorycommunication.html, diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pada Pukul 15.00. 22 untuk membuat orang langsung meyakini sebuah realitas. Dalam pengertian umum Agenda Setting berhubungan dengan tiga agenda yang saling berhubungan dalam teori-teorinya yakni Agenda Media, Agenda Publik, dan Agenda Kebijakan pemerintah. Namun yang peneliti guakan ialah Agenda Media. Agenda media adalah seperangkat topik atau isu yang dibahas oleh media (televisi, radio, koran, dan lain-lain). Agenda Setting dalam pengertian khusus adalah proses dimana berita media mengarahkan publik dalam menetapkan hal-hal yang bersifat relatif penting untuk melihat beragam isu publik. Agenda Setting mempengaruhi publik bukan dengan mengangkat “isu-isu ini penting” secara terbuka, namun lebih dengan memberikan ruang dan waktu agar publik menganggap isu-isu itu penting. Teori Agenda Setting melakukan penelitian secara luas kepada berbagai macam jenis media, baik cetak maupun elektronik. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa media lebih menekankan untuk membangun kesadaran audiens akan sebuah isu atau realitas, bukan membangun keyakinan akan isu atau realitas itu.45 Teori ini menyatakan bahwa media massa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk mengetahui isu yang diangkat oleh media massa dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang dipilihkan oleh media massa. Sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya David Heaver “Media Agenda Setting and Media Manipulations” (1981) menuliskan bahwa pers sebagai media komunikasi massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan menbentuk 45 Teori Komunikasi http://cahpct.prigadshop.com/wpcontent/uploads/2009/10/ theorycommunication.html, diakses pada tanggal, 17 Maret 2011 pada Pukul 15.00. 23 seperti sebuah kaledioskop yang menyaring dan membentuk cahaya. Sehingga media tidak hanya sekedar merefleksikan hal-hal atau peristiwa, melainkan menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita (news value) dan hanya sedikit saja yang tidak bernilai berita.46 Agenda Setting mengembangkan isu atau citra yang menyolok dalam pikiran publik. Fungsi agenda setting merupakan proses linier yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun, proses ini memunculkan isu-isu bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik terhadap pentingnya isu. Ketiga, proses bagaimana memunculkan pertanyaan, bagaimana kekuasaan media mempengaruhi agenda publik. 47 Agenda setting meggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. Mengutip dari tulisan S. Djuarsa Senjdaya dalam bukunya “Teori Komunikasi”. “Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda”48 Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik justru hanya jika media massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh perhatian dari masyarakat. Semakin besar tempat yang 46 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 287. 47 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 37. 48 S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka), h. 199. 24 diberikan semakin besar pula perhatian yang diberikan oleh khalayak. Pada konteks ini media massa memiliki fungsi agenda setter sebagaimana yang dikenal dengan Teori Agenda Setting. Tesis utama teori ini adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap sebuah isu amat bergantung seberapa besar media memberikan perhatian pada isu tersebut. Bila satu media, apalagi sejumlah media, menaruh sebuah kasus sebagai headline, diasumsikan kasus itu pasti memperoleh perhatian yang besar dari khalayak. Ini tentu berbeda jika, misalnya kasus tersebut dimuat di halaman dalam, bahkan di pojok bawah pula. Faktanya, konsumen media jarang memperbincangkan kasus yang tidak dimuat oleh media, yang boleh jadi kasus itu justru sangat penting untuk masyarakat.49 Menurut McCombs dan Shaw berpendapat sebagaimana yang telah dikutip oleh Jalaludin Rahmat bahwa: Dampak media massa adalah kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif diantara individu-individu telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa, disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia kita. Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkan.50 Jadi, menurut peneliti media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan menekankan topik tertentu yang dianggapnya penting (menetapkan agenda) sehingga membuat khalayak berpikir bahwa isu yang dipilih media itu penting. 49 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 167. 50 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 229. 25 B. Konstruksi Realitas Dalam konstruksi realitas bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas dan sekaligus menetukan makna yang muncul dari bahasa.51 Istilah Konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku yang berjudul Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. Dalam buku tersebut mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan innteraksinya, dimana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Berger dan Luckmann memulai penjelasan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan” mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realias-realita situ nyata dan memilki karakteristik secara spesifik.52 Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui 3 proses sosial, yaitu eksternalisasi, objektifasi, dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis.53 51 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 90-91. 52 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Framing, h. 91. 53 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 85-86. 26 1. Realitas Objektif Menurut Subiakto yang dikutip oleh Burhan Bungin bahwa realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain. 2. Realitas Simbolis Realitas simbolis adalah merupakan ekpresi simbolis dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi yang berfungsi untuk membuat objektif dan subjektif yang masuk akal dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan. 3. Realitas Subjektif Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.54 Dapat dikatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat secara objektif, namun pada kenyataannya semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui interaksi. 4. Tahap Konstruksi Sosial Pada Media Massa Substansi teori dan pendekatan konstruksi atas realitas Berger dan Luckmann adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam 54 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 192. 27 kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah masyarakat transisi modern di Amerika Serikat tahun 1960-an, di mana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan.55 C. Konseptualisasi Film 1. Pengertian Film Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 2003), film diartikan sebagai (1) Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat positif yang akan dimainkan di bioskop; (2) Lakon (cerita) gambar hidup.56 Para teoritikus film menyatakan bahwa film adalah perkembangan yang bermuncul dari fotografi. Hanya saja foto tidak memperlihatkan ilusi gerak (baca: statis), sedangkan film memberikan ilusi gerak (moving camera). Film adalah gambar hidup, juga sering disebut dengan movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film merupakan teknologi hiburan massa dan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan skala luas di samping pers, radio, dan televisi.57 Berdasarkan undang-undang perfilman No. 8 Tahun 1992: film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya 55 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 202. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi. Ke-3, h. 316. 57 Sean McBridge, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dimensi (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), h. 20. 56 28 dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik atau lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, dan/atau penayangan film.58 Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia pada masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “Citra Bergerak” (Moving Images). Namun telah diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya hidup.59 Jadi, menurut peneliti bahwa film adalah cerita atau gambaran kehidupan nyata sehari-hari yang digambarkan melalui media elektronik baik audio maupun visual untuk disampaikan dan disajikan kepada khalayak banyak agar dapat dinikmati pesannya yang terkandung. 2. Jenis-Jenis Film Jenis-Jenis film dibedakan menurut sifatnya, yaitu sebagai berikut : a. Film Cerita (story film) Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita, sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Cerita dalam film ini diambil dari kisah-kisah sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari, atau khayalan yang diolah untuk menjadi film. Film cerita 58 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32. Victor C. Mambor, “Satu Abad”Gambar Idoep” Http://Kunci.co.id/Teks/Victor I. 59 29 di Indonesia, diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, dengan pertolongan gambar-gambar, gerak dan dikemas yang memungkinkan pembuat film melahirkan realitas rekaan yang merupakan suatu alternatif dari realitas nyata bagi penikmatnya. Ide atau pesan cerita menggunakan pendekatan yang bersifat membujuk. Oleh karena itu film cerita dapat dipandang sebagai wahana penyebaran nilai-nilai. 60 b. Film Berita (newsreel) Film berita adalah filom mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Kamera sekedar merekam peristiwa, karena sifatnya berita, film ini disajikan kepada publik harus bernilai berita (newsvalue), film berita menitikberatkan pada segi pemberitaan kejadian aktual, misalnya dokumentasi peristiwa perang, dan komunikasi upacara kenegaraan.61 c. Film Dokumentar (Documentary Film) Istilah dokumentary awalnya digunakan oleh seorang (sutradara director) Inggris Jhon Grierson. Film dokumenter didefinisikan oleh Grierson sebagai karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality). Titik berat dalam film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Raymond Spottiswoode dalam bukunya A Grammar of the Film menyatakan “Film dokumenter dilihat dari segi subjek dan pendekatannya adalah penyajian hubungan manusia yang di dramatis dengann kehidupan kelembagaannya, baik lembaga industri, sosial, maupun politik.” Dan dilihat dari segi teknik merupakan bentuk yang kurang penting dibandingkan dengan isinya.62 60 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 211. Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta : PT Grasindo, 1996), h. 13. 62 Effendy, Ilmu Teori, h. 212-214. 61 30 d. Film Kartun (cartoon film) Film kartun adalah film yang berasal dari lukisan para seniman. Titik berat dalam pembuatan film kartun adalah seni lukis. Film ini adalah hasil dari imajinatif para seniman lukis yang kemudian menghidupkan gambar-gambar seolah-olah hidup.63 Film kartun juga disebut sebagai film animasi filom animasi memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti; boneka, meja dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi seperti halnya Mickey Mouse, Donald Duck dan Shincan.64 3. Unsur-unsur Film Beberapa unsur yang terdapat dalam sebuah film. Unsur-unsur tersebut adalah: a. Title (Judul) b. Crident Title, meliputi : produser, karyawan, artis dll c. Tema film d. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan e. Klimaks, yaitu benturan antara kepentingan f. Plot (alur cerita) g. Suspend atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung h. Million Setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagi kota, perlengkapan, aksesoris. i. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaranm dengan cepat kepada orang yang berkepentingan j. Trailer, yaitu bagian film yang menarik 63 64 Effendy, Ilmu Teori, h. 216 Sumarno, Dasar-Dasar, h. 17. 31 k. Character, yaitu karakteristik pelaku-pelaku 4. Struktur-struktur Film Adapun struktur-struktur dalam film adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. Pembagian cerita (scene) Pembagian adegan (squence) Jenis pengambilan gambar (shoot) Pemilihan adegan pembuka (opening) Alur cerita dan contunuity Intrique, meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat dll Anti Klimaks, penyelesaian masalah. Ending, akhir cerita dari sebuah film, bisa berakhir bahagia (happy ending) atau berakhir menyedihkan (sad ending).65 D. Pengertian Moral Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.66 Kata moral sendiri berasal dari bahasa latin yaitu mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan kelakuan, tabiat, watak, dan cara hidup. Sedangkan secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan untuk menetukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat atau perbuatan buruk yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.67 Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajarann agama dan ideologiideologi tertentu.68 65 Pranajaya, Film dan Masyarakat, h. 103. W. J. S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XXI, h. 278. 67 Abudin, Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Press, 2003), cet. 5, h. 94. 68 Sudirmann Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12. 66 32 Dalam buku Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa moral adalah kesusilaan atau kebiasaan yang dapat mencakup: 1. Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu kelompok tertentu. 2. Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika, falsafah moral dan teknologi moral. Menurut Zakiah Darajat, Moral adalah kelakuan sesuai dengan ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Ajaran moral membuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara sekelompok manusia. Norma moral adalahy tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Adapaun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam: 1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan. 2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi harga diri, takut dan lain-lain. 3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk hubungan dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori; persahabatan, kesetiaan, penghianatan, permusuhan dan lain-lain.69 E. Definisi Pesan Pesan menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan adalah : “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan 69 Zakiah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1993), h. 63. 33 seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”. Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk fiktif yang nyata yang di hasilkan oleh sumber – encoder” (Siahaan, 1991). Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan.70 Pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau tanda seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan), gestur dll.71 Pesan berarti amanat yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan.72 Jadi, menurut peneliti pesan adalah kata-kata baik lisan maupun tulisan yang akan disampaikan pemberi pesan kepada penerima pesan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. F. Konseptualisasi Framing Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh ooleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. 70 Definisi Pesan http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-pesan.html, diakses pada tanggal,16 Maret 2011 pada pukul 10.30. 71 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XII, h. 278. 72 Asmuni Sukir, Dasar-dasar strategi dakwah islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60. 34 Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.73 Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspekaspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwaperistiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorgamisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalamanpengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu 73 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 161-162. 35 disebut frames, yang memungkinkan individu dapat merasakan, mengidentifikasi, dan member label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.74 Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan. Dalam persepektif didiplin ilmu lain, konsep framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frame kerap dikatakan sebagai struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting. Artinya peristiwa itu penting dan bernilai berita, media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai sebagai penting. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya.75 Menurut G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.76 74 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 163. 76 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 165. 75 36 Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti objektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaiknya dikonstruksi.77 Framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya, untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimngerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.78 Ada beberapa model framing menurut 4 para ahli, diantaranya sebagai berikut: a. Pan dan Kosicki Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan 77 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2005), cet. Ke-3, h. 139. 78 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 252-253. 37 empat dimensi struktural teks berita/ cerita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita/ cerita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita/ cerita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita/ cerita ―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ―ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.79 b. Gamson dan Modigliani Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media ―berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan stuktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.80 Gamson ―ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep framing ―mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur 79 80 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 175. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 176. 38 cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu.81 c. Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sebagai sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain.82 d. Murray Edelman Pendapat Murray hampir sama dengan Robert, dimana mereka menitik beratkan pada bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemulihan fakta yang dilakukan oleh media.83 Model framing yang peneliti gunakan dalam merumuskan skripsi ini ialah jenis yang pertama yaitu model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dapat ditarik kesimpulan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita ―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. 81 Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media, h. 177. Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 253. 83 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media. h. 253 82 39 BAB III GAMBARAN UMUM FILM EMAK INGIN NAIK HAJI A. Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji Film yang disutradarai oleh seorang berbakat, yaitu Aditya Gumay. Film ini awalnya diangkat dari sebuah cerpen di majalah, karya Asma Nadia yang berjudul “Emak Ingin Naik Haji.” Film yang meledak pada November 2009 ini banyak menarik khalayak untuk menonton film tersebut. Film yang diproduksi oleh Mizan Productions setelah sebelumnya memproduksi dua film box office yaitu Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku. Film yang memotret realitas hidup yang terjadi di masyarakat ini digarap dengan apik, sehingga dapat mengaduk emosi dan membuat penonton larut sepanjang film. Film ini utamanya bercerita tentang keseharian kita, tentang cinta tulus dan tak terbatas antara seorang ibu dan anaknya. Atas dasar itulah sang anak (Zein) berupaya dengan sekuatnya mewujudkan mimpi emak untuk haji, seperti juga mimpi setiap muslim untuk melakukan perjalanan spiritual puncak itu. Meski menyangga hidup dengan membuat kue untuk dititip jual di pasar dan untuk keperluan perhelatan para tetangga, emak sederhana ini mencoba menabung sedikit demi sedikit untuk biaya naik haji. 84 Karena film ini diangkat hanya dari sebuah cerpen, yang hanya seperti sebuah sinopsis tentu sangat kurang materinya untuk diangkat menjadi sebuah skenario film 84 Catatan Aditya Gumay http://emakinginnaikhaji.com /catatan-aditya gumay-sutradarafilm-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.30. 40 yang berdurasi sekitar 90 Menit. Berbeda dengan kebanyakan film yang diangkat dari novel yang malah ketika dijadikan scenario banyak bagian cerita yang dikurangi. Aditya Gumay, pengurus sanggar Lenong Bocah dan pemimpin sanggar Ananda, seperti telah sangat berpengalaman dalam menyantroni film ini. Bahkan mengalahi kualitas dari sineas lokal yang telah berpuluh-puluh film diproduksi. Untuk filmnya ini, Aditya mengajak penonton untuk belajar bagaimana sikap kita jika ada di posisi para karakter. Tanpa ada kesan penguliahan dini. Ditambah juga bagaimana Aditya memfokuskan dunia kehajian dengan berbagai aspek dan subjek. Di sini jelas kita sadar dan tau jika gelar haji bukan semata tuntutan Tuhan, tetapi juga dengan maksud lain. Gengsi, tujuan reklame promosi kampanye, serta kesombongan belaka. Lewat karakter Emaklah, arti haji dipaparkan dengan benar dan penuh kebijkasanaan. Bagaimana proses Emak menggapai cita-citanya tidak hanya patut diikuti tetapi juga dipelajari setiap detail-nya. Niscaya, guliran itulah yang akan membuat kelopak mata Anda basah dengan sendirinya. Film ini diharapkan nantinya akan menjadi film yang memberikan hawa segar perfilman Indonesia. Film ini mengadaptasi dari sebuah cerita pendek milik Asma Nadia yang coba diangkat ke layar lebar dengan sentuhan cerita yang sangat menarik dan menyentuh untuk film Emak Ingin Naik Haji ini, tidak terlalu sullit meraup penonton untuk datang menyaksikan film ini yang nota benenya mayoritas penduduk indonesia adalah muslim. Hasil buah karya dari Produksi Mizan yang mampu melahirkan kreatif sineas cerdas yang lama tidak muncul, Aditya Gumay, Momentum bulan Haji 41 menjadi kekuatan film ini untuk Anda yang ingin membahagiakan orang tua. Sineas muda berbakat Aditya Gumay bersama dengan Ati Kanser, Didi Petet dan Niniek L Karim sebagai artis senior bersama berkolaborasi dengan bintang muda berbakat Reza Rahadian dan Ayu Pratiwi. Betul-betul menjadi sesuatu yang menantang untuk menerjemahkan sebuah karya sastra walau bukan novel tapi cerpen karya Asma Nadia tapi tetaplah bahasa gambar menjadi sebuah pengalaman yang baru. Aditya Gumay bersama dengan Adenin Adian sebagai penulis skenario mampu menterjemahkan bahasa bertutur prosa Asma Nadia ke dalam visualisasi pop. Film Emak Ingin Naik Haji sendiri diangkat dari sebuah cerpen karya penulis Asma Nadia yang kini sudah dibuatkan buku. Kendati ini adalah karyanya yang pertama difilmkan, ibu dua anak ini ternyata sudah hampir menulis lebih dari 40 buku. Hadir juga dalam pemutaran perdana film ini, teman-teman dari milis productions pembaca Asma Nadia yang memenuhi gedung bioskop. Tema yang diangkat oleh film Emak Ingin Naik Haji memang bisa dibilang sangat islami, karena haji identik dengan Islam namun film ini bisa dinikmati oleh semua orang. Film ini juga tidak bermaksud menggurui ataupun membanggakan agama itu sendiri. Di cerpen tidak ada penjelasan tentang norma tokoh seperti H. Saun, Hj. Markonah, Pak Joko, Nyonya Nonik, dll. Sehingga untuk memudahkannya sang penulis scenario yaitu Adenin Adlan memberikan nama dan latar belakang mereka lebih diperjelas. Selain itu Adenin Adlan juga menambahkan beberapa konflik seperti tetangga Emak yang sangat miskin sampai memakan bangkai burung piaraan Zein. Dan tokoh Dika (anak H. Saun) yang keritis mengenai beberapa 42 hukum di Al-Qur’an yang bertentangan dengan hadits serta tokoh Alifa (anak tertua H. Saun) yang sangat berperan penting dalam alur cerita film ini. Oleh karena itu film ini lebih menarik dari cerpennya karena lebih banyak konflik di dalamnya dan banyak hikmah yang dapat diambil penonton. Ini sebuah nilai tambah yang tak terkira. 85 Selain itu, beberapa musisi menghiasi film ini dengan lagu-lagu mereka. Pertama adalah Iwan Abdurrahman, dengan lagu berjudul Cerita Buat Orang yang Lupa. Abah Iwan, begitu biasanya dia dipanggil, adalah pencipta lagu abadi seperti Flamboyan danMelati dari Jayagiri. Ki Slamet Gundono, yang terkenal dengan julukan dalang wayang suket itu, menampilkan potongan lagunya yang berjudul Tuhan Maha Dalangyang magis. Sulis, penyanyi muda yang populer dengan lagu-lagu Islami, menyanyikan lagu Merindumu. Yang terakhir adalah Haddad Alwi. Selain itu, produksi ini juga melibatkan tim kreatif Mizan Productions yang terdiri dari Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Hikmat Darmawan. Masukan dari tim ini menambah bobot kualitas film Emak Ingin Naik Haji.86 1. Tim Produksi Film “Emak Ingin Naik Haji” Sutradara :Aditya Gumay Produser :Putut Widjanarko, Aves Produser Eksekutif :Haidar Bagir Co Produser :Gangsar Sukrisno, M Machdom Penulis Skenario :Adenin Adlan, Aditya Gumay Desain Produksi :Haryanto Corakh 85 Catatan Adenin Adlan http://emakinginnaikhaji.com /catatan-adenin adlan-penulisskenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.45. 86 Catatan Putut Widjanarko http://emakinginnaikhaji.com /catatan-putut widjanarkopenulis-skenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 13.00. 43 Pimpinan Produksi : Boy Whitemore Penata Artistik : Herlin Lanang Penata Kostum & Rias : Hanz Perez Supervisi Penata Suara : Irwan Ali Akbar Penata Suara : Edo WF Sitanggang Penata Musik : Adam S Permana Editor : Cesa David Lukmansyah, Dhimas Adhi Putra Koordinator Tehnik : Amir Gumay Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan, (EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario) 2. Pemeran Tokoh Film “Emak Ingin Naik Haji” Emak : Aty Kanser Zein : Reza Rahardian Haji Saun : Didi Petet Hj. Markonah (Istri Haji Saun) : Niniek L. Karim Pak Joko : Aswin Fabanyo Nyonya Nonik (Istri Pak Joko) : Henidar Amroe Pak Ustad : Jefri Al-Bukhori Alifa (Anak Pertama Haji Saun) : Ayu Pratiwi Zia (Mantan Isteri Zein) : Helsi Herlinda Yanti (Sekretaris dan Selingkuhan Pak Joko) : Cut Memey Dika (Anak Kedua Haji Saun) : Gagan Ramdhani Nita (Anak Ketiga Haji Saun) : Alexia Deni (Suami Aliva) : Dedi Maulana Siti (Pembantu Rumah Tangga Pak Joko) : Genta Windi Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan, (EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario) 44 B. Sinopsis Film Emak Ingin Naik Haji Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue. Emak, seorang janda tua penjual kue keliling. Dia tinggal bersama anak lelaki keduanya yang berusia 30 tahun bernama zein, seorang duda penjual lukisan kaligrafi. Emak memiliki kerinduan dan impian yang disimpannya sekian lama, yaitu naik haji. Dia pun menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya tersebut. Ironisnya, di depan rumah sederhana Emak yang semipermanen berdinding kayu, berdiri menjulang rumah mewah milik Haji Saun—pengusaha besi tua dan jual-beli kapal yang kaya raya. Hampir setiap tahun Haji Saun berangkat haji atau umrah bersama keluarganya. Zein menyadari impian Emak. Dia merasa menjadi anak yang tidak berguna. Untuk biaya sehari-hari pun dia belum bisa memenuhi karena lukisan kaligrafinya sangat jarang dibeli orang. Beban hidup mereka bertambah saat anak Zein sakit dan harus dioperasi. Emak sudah mengikhlaskan tabungan hajinya untuk biaya rumah sakit tapi Zein menolak. Dia malah menyusun rencana untuk mencuri uang milik Haji Saun. Tetapi ditengah aksinya Zein tersadar bahwa itu perbuatan yang sangat tak pantas. Dia pun mengurungkan niatnya. Namun, saat melompat pagar hendak pulang, beberapa warga kampung memergokinya. Zein pun dikejar. Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi 45 rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Emak, seorang wanita paruh baya yang juga sama seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah Rukun Islam yang kelima yaitu pergi haji, seperti yang setiap tahun selalu dilakukan oleh keluarga Juragan Haji, tetangga Emak yang kaya raya. Tetapi sayangnya, Emak tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau pesanan orang yang mengadakan syukuran. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang berjualan lukisan keliling. Namun, walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, juga berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, Keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalahmasalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik. Diwarnai berbagai drama yang saling jalin-berkelin dan, film ini berkisah tentang ketulusan hati dan kerinduan kepada Tuhan, serta kecintaan luar biasa seorang anak kepada ibunya.87 87 Sinopsis Emak Ingin Naik Haji http://acidarmy06.blogspot.com/2009/12/emak-inginnaik-haji.html, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 11.00. 46 BAB IV ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI A. Realitas Simbolik Film Emak Ingin Naik Haji Film ini berusaha memberikan gambaran fenomena kehidupan sehari-hari masyarakat khususnya di Indonesia. Dimana seseorang yang berkeinginan untuk mencapai sesuatu yang diharapkannya yaitu dengan berusaha dan berdoa. Walaupun sempat terpikir bahwa sulit untuk mencapai apa yang diinginkannya karena hidupnya pas-pasan, tetapi tetap optimis dan tersenyum dalam berusaha. Berusaha tetap tegar walaupun banyak sekali cobaan yang dihadapinya, namun sebenarnya hatinya menangis. Sedangkan lingkungan di sekitarnya dengan mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya hingga membuat orang lain iri hati dan berniat berbuat jahat. Ditambah lagi dengan pencitraan tokoh utama dalam film ini, seorang Emak yang hidup serba pas-pasan ditemani putranya yang kedua (anak pertamanya meninggal di lautan bersama suaminya) yang hanya bekerja sebagai tukang penjual lukisan keliling. Di dalam kesederhanaannya Emak punya keinginan untuk naik haji walaupun dia sadar bahwa sangat sulit bahkan mungkin akan lama untuk sampai ke tanah suci Mekkah. Tetapi Emak sangat optimis dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan uang yang dia setorkan ke Bank Syariah. Anak Emak, Zein melihat kegigihan Emaknya yang ingin pergi haji dia sangat ingin membantu mencari biayanya. Sampai akhirnya Zein dibutakan mata hatinya untuk mencuri uang H. Saun di rumahnya karena lukisan yang dia jual tidak kunjung laku terjual, tetapi akhirnya tidak jadi. Ditempat lain dengan 47 mudahnya pergi haji dan umroh sesuka hatinya karena uang yang dimilikinya berlebihan dan naik haji untuk kepentingan gelarnya sebagai calon walikota. Wawancara khusus bersama Bapak Aves selaku Produser film Emak Ingin Naik Haji beliau menjelaskan film ini diangkat dari sebuah cerpen karya Asma Nadia. Cerpen ini sangat menarik karena mengangkat tema tentang kesalehan sosial dan ini sesuai dengan tema yang ingin diangkat menjadi sebuah naskah. Kemudian dia menjelaskan lagi bahwa film ini tidak mengalami perubahan naskah dari cerpennya Dari cerpenya di majalah yang medianya hanya Visual (dilihat) kemudian dijadikan ke adaptasi film yang medianya Audio (dilihat) dan juga Visual (didengar). Hanya saja di film ini ada beberapa yang harus ditambahtambah dalam naskah, namun tidak mengurangi inti cerita dari cerpennya itu sendiri. Dari ungkapan Bapak Aves tadi saya menyimpulkan ada Agenda Setting di dalam pembuatan naskah ini yaitu disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia kita. Banyak hal yang masih samar yang terdapat dalam film ini, sehingga membutuhkan penafsiran lebih lanjut. Dari judul filmnya Emak Ingin Naik Haji memang maknanya hanya seorang Emak yang ingin pergi haji untuk memenuhi rukun islam yang kelima. Tetapi untuk memenuhi keinginannya dibutuhkan doa dan usaha, dan pastinya juga banyak cobaan-cobaan dan halangan-halangan yang menimpanya dalam berusaha. Realitas simbolik semacam itulah yang akan dikemukakan penulis dengan menggunakan pendekatan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. 48 1. Realitas Simbolik Keberagamaan pada Frame: Naik Haji Karena Kecintaan kepada Tuhan (scene 11 menit 00:03:40 - scene12 menit 00:04:50) Seperti yang kita ketahui umat muslim yang mampu diwajibkan melaksanakan ibadah haji dan bukan berarti yang tidak mampu tidak boleh pergi haji melainkan sah-sah saja. Naik haji ialah rukun Islam yang kelima. Maka untuk mewujudkan apa yang kita inginkan salah satunya naik haji ialah diharuskannya manusia untuk berdoa dan berusaha, karena naik haji membutuhkan biaya yang cukup besar dan kesiapan mental yang cukup besar pula. Karena usaha tanpa doa adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia. Keduanya harus dilakukan dengan beriringan, jangan berat sebelah, sebab apabila dilakukan tidak beriringan atau tidak seimbang, maka keutaman doa atau usaha tersebut untuk mencapai suatu keinginan, tidak akan berjalan secara semestinya. Dalam konteks film ini dapat kita lihat Emak selain berdoa yaitu berusaha dengan berjualan kue, mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk mewujudkan keinginannya pergi haji ke tanah suci Mekkah. Dalam mewujudkan keinginan selain kita harus berdoa dan berusaha seperti yang dibahas sebelumnya, kita juga dituntut untuk sabar dan saling berbagi sesama manusia yang membutuhkan, bukan malah acuh tak acuh karena kita sedang mengumpulkan uang untuk bakal naik haji. Justru dengan berbagi Allah akan semakin menambah rezeki kita. Jadi sabar dan saling berbagi juga adalah kunci untuk mencapai suatu keinginan yang kita capai selain usaha dan doa. Pada frame ini Emak sebagai tokoh utama, menyertakan kesabaran dan sikap saling berbagi pada sesama yang membutuhkan, sehingga doa yang dia 49 panjatkan terkabul dan rezeki naik haji secara cuma-cuma tak disangka-sangka datang dari Allah, ditambah lagi gigihnya usaha yang dia lakukan untuk mencapai keinginan dan doa yang diminta. Realitas simbolik yang menunjukan ada pada skenario scene 12 menit 00:04:50 yang dikatakan Emak dan Zein sebagai berikut: Emak : Namanya juga orang kaya, Zein. Duitnya banyak. Emak nabung bertahun-tahun nggak ngumpul-ngumpul duitnya. Berapa yah Zein, sekarang naik haji? Zein : Tiga ribuan, mak.... Emak : Hah... Becanda ah, tiga ribuan? Zein : Tiga ribu dolar, Mak. Ya sekitar tiga puluh jutaan, lah.... Emak : Oh, makin mahal saja ya.... Kapan Emak bisa naik haji? Tabungan Emak baru lima jutaan. Zein : Doain Mak. Biar lukisan Zein banyak laku Emak : Kalo doa sih setiap hari, Zein. Makna atau pesan yang disampaikan oleh sutradara pada film ini berupa pesan-pesan yang membangun, memberikan gambaran kepada masyarakat agar selalu bersabar dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, optimis terhadap apa yang diinginkan serta percaya bahwa Allah mendengar doa kita, melihat usaha kita dan mengabulkan doa kita. Kemudia Bapak Aves mengungkapkan pula tentang pesan dalam film ini yaitu pentingnya kesalehan sosial. Jadi, menurut dia bahwa jangan hanya mendahulukan kepentingan pribadi tetapi alangkah lebih baik dahulukanlah kepentingan orang lain juga. 2. Realitas Simbolik Prestise (Penghargaan) Sosial pada Frame: Naik Haji Karena Mengedepankan Gengsi (scene 15 menit 00:05:58 - scene 16 menit 00:06:36) Film ini memberikan pesan berupa nasehat agar kita sebagai umat muslim untuk tidak sombong dan hidup riya. Nilai plus dari film ini juga memberikan 50 gambaran bahwa kekayaan tidak selamanya membuat seseorang bahagia, malah dengan kekayaannya itu orang menjadi sengsara apabila dia jauh dari sang pemberi kekayaan yaitu Allah. Di frame keluarga haji Saun seperti diterangkan sebelumnya, dia tahu bahwa yang dia lakukan dengan pergi haji berkali-kali yaitu tidak salah namun seharusnya mereka mendahulukan seseorang yang belum pergi haji. Dengan seperti menyumbangkan sebagian kekayaannya kepada yang membutuhkan di sekitar lingkungan ia tinggali. Tetapi ia malah menumpuk uang-uangnya di kamarnya. Sehingga tetangga sekitar haji Saun ada yang berniat untuk merampok uang-uang haji Saun. Kekayaan bisa menjadi nikmat atau bahkan ujian, itu semua tergantung kepada orang yang menerima kekayaan tersebut, apabila dia bersyukur maka kekayaan yang dia miliki akan menjadi kenikmatan bagi dia, namun apabila yang diberi nikmat tidak bersyukur maka kenikmatan itu hanya akan menjadi siksaan baginya, hidupnya tidak akan tenang dan akan selalu dihantui rasa takut dengan semua kekayaan yang dia miliki. Naik haji dilaksanakan karena semata-mata untuk Allah dan dilaksanakan cukup sekali saja. Ingatlah masih banyak orang-orang yang membutuhkan sekitar kita. Jangan karena gengsi kita bolak-balik pergi haj dan karena mampu dalam segi materi itu akan mengakibatkan kesombongan bahkan riya. Hasilnya bukan pahala yang kita dapat tapi malah dosa karena darisitu kita seperti menebar kesombongan. Realitas simbolik menurut penulis yang terkandung dalam frame ini adalah pergi haji cukuplah sekali dan berilah kesempatan kepada yang lebih membutuhkan lainnya dengan menyumbangkan sebagian hartanya kepada yang 51 membutuhkan. Siapapun orang itu saling membantu terhadap sesama adalah kewajiban setiap umat muslim dan Allah pasti akan melibatgandakan harta seseorang yang suka membantu terhadap yang membutuhkan, karena Allah Maha Melihat. Hal ini terlihat pada dialog scene 15 menit 00:05:58 sebagai berikut: Nita : Eh.... lu tau nggak? Kali ini, gue umrahnya bareng Dude Harlino, lho. (berbicara di telpon dengan temannya) iya, gue udah nyiapi baju-baju muslim rancangan Ivan Gunawan. Nanti gue pake bajunya buat foto-foto bareng Dude di depan Masjidil Haram. Dika : Heh, mandi! (menegur Nita) Nita : Iya, tenang aja (cuek, tetap berbicara di hp) gue pasti nggak lupa kok bawain oleh-oleh buat lu. Dika : Mandi.... Mandi! Nita : Eh, sudah dulu ya, ada pengganggu nih satu. (menutup ponsel) Dika : Eh, jangan sampai salah niat. Nita : Maksudnya? Dika : Niat umrahnya jangan karena pergi sama artis. Nita : Emang perginya sama artis, wee. Dika : Ya, boleh aja pergi umrah sama artis tapi niatnya mesti tetap karena Allah.... 3. Realitas Simbolik Kepentingan Pribadi (Pragmatisme) pada Frame: Naik Haji Karena Tuntutan Jabatan (Scene 22 menit 00:08:50-00:09:51) Naik haji memang diwajibkan bagi umat muslim yang mampu, tapi bukan untuk tujuan pribadi semata karena ingin disanjung sebagai pemimpin beragama dan sebagainya. Seperti yang dilakukan Pak Joko dia naik haji karena ingin mengikuti Pemilihan Ketua Daerah (PILKADA). Secara materi dia memang mampu untuk melakukan apapun yang dia mau untuk agar dia memenangkan pemilihan itu. Tetapi Allah tidak menyukai perbuatan itu, karena naik hajinya terpaksa hanya untuk kepentingan pribadi dan bukan karena ingin melaksanakan haji karena Allah. 52 Perbuatan Pak Joko diatas masih banyak kita temui di kehidupan masyarakat di sekitar kita, naik haji hanya untuk memenangkan suatu perlombaan atau sebagainya bukan dari niat ikhlas kita untuk berhaji. Dia haji karena ingin dipuja-puja orang banyak dan mendapat gelar muslim untuk sebagian masyarakat yang mayoritas Islam tersebut. Seolah-olah dia tidak tahu bahwa hidup yang kekal yaitu di Akhirat bukan hanya di Dunia, dan bukan masyarakat yang akan menyelamatkan dia di Akhirat melainkan hanya Allah. Frame naik haji karena jabatan semata mengandung realitas simbolik yang berupa mengatasnamakan Allah untuk kepentingan pribadinya di dunia yang dilakukan Pak Joko dengan cara pergi haji. Apabila seseorang yang mampu sudah ingin mewujudkan apa yang diinginkannya, pasti akan melakukan berbagai cara walaupun mengeluarkan uang banyak sekalipun untuk berhaji. Dia akan mencari jalan pntas untuk menggapai tujuannya, tidak dipikirkannya lagi baik atau buruknya demi mendapat apa yang diinginkannya. Hal tersebut bisa dilihat pada dialog scence 22 sebagai berikut: Yanti : Pokonya, PILKADA tahun depan Pak Joko harus sudah pakai gelar haji. Karena masyarakat di daerah pemilihan Bapak itu mayoritas muslim fanatik, Pak. Pak Joko : Saya tahu itu.... Yanti : Dan nati di spanduk akan terpampang, pilihlah Bapak HAJI JOKO SATRIANTO! Gitu, Pak. Banyak sekali kita jumpai bahwa masyarakat sekarang terutama masyarakat yang mampu secara materi dan ekonominya serta masyrakat yang kurang akan ilmu pengetahuan agama, mereka selalu menginginkan semua hal bisa didapatkan secara mudah atau instant, salah satu caranya adalah melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah, contohnya Hj. A pergi haji karena ingin menjadi 53 ketua pengajian Majelia Ta’lim ibu-ibu di tempat tinggalnya, dan banyak lagi hal serupa yang masih dilakukan masyarakat di Indonesia ini. Film Emak Ingin Naik Haji berhasil menciptakan situasi dimana seseorang sudah tidak peduli adanya akhirat yang dikejar hanyalah dunia, nikmat yang sementara padahal sesungguhnya nikmat yang kekal yaitu di akhirat. Selain itu film ini juga memperlihatkan bahwa keikhlasan dalam beribadah akan membuahkan kemanisan, dan ibadah yang dipaksakan akan membuahkan kepahitan bagi diri sendiri. Ending dari film ini diperlihatkan Zein terkapar di rumah sakit karena tertabrak Pak Joko yang ugal-ugalan mengendarai mobil karena sedang ribut dengan istrinya nyonya Nonik. Zein selamat tetapi 1 kaki nya lumpuh. Pak Joko bertanggung jawab atas kesalahannya dengan membiayai semua biaya Rumah Sakit tempat Zein dirawat. Dalam akhir film itu juga memperlihatkan bahwa Emak dan Zein akhirnya pergi haji secara gratis karena Nazar hadiah yang diberikan Alifa Anak pertama haji Saun, janjinya akan memberikan hadiah naik haji gratis untuk Emak dan Zein jika anaknya lahir dengan proses kelahiran normal. Di akhir diperlihatkan gambar sewaktu Emak dan Zein berada di Tanah Suci Mekkah selagi melakukan ibadah naik haji. B. Pengemasan Pesan dalam Film Emak Ingin Naik Haji Setelah penulis mengamati dan dan menemukan realitas simbolik di atas tersebut, maka penulis mendapatkan hasil analisa pengemasan pesan yang terdapat pada film Emak Ingin Naik Haji. Pesan-pesan yang akan dikemukakan 54 berikut ini dengan menggunakan pendekatan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Dalam film Emak Ingin Naik Haji terlihat jelas skema ini sangat menekankan pada frame tentang kesabaran dalam menginginkan sesuatu, baik kecil maupun besar. Dalam film ini sudah memulai inti dari cerita film yang berjudul Emak Ingin Naik Haji ini. Karena, dalam adegan-adegan awal sutradara sudah menyuguhkannya di awal ceritanya. Dimana seorang Emak yang hidup tidak berkecukupan tetapi beliau tetap sabar dalam menginginkan sesuatu yang ia yakini bisa dikabulkan Allah dengan taat beribadah kepada Allah tanpa lelah. Hal tersebut bisa kita lihat pada skema framing berikut ini. Tabel 1. Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS PERANGKAT FRAMING Skema Cerita ― Skematik: UNIT YANG DIAMATI Judul: Cara penulis Cerita berawal di sebuah desa Emak Ingin Naik Haji menyusun sederhana dimana penduduknya Latar Informasi: cerita sebagian besar pencaharian bermata Cita-cita tidak hanya dicapai Nelayan seperti dengan berdoa tetapi juga pekerjaan Suami dari Emak dengan berusaha yang telah meninggal bersama Pelaku: putra sulungnya di lautan ketika Emak dan Zein mengambil ikan. Tetapi Emak Dialog: tidak pernah putus asa Scene 12 menit 00:03:40- menjalankan hidup meskipun 00:04:50 Emak hidup serba pas-pasan Zein: Tadi kedengarannya Haji bersama putra keduanya, Zein. Saun mau umrah, Mak? Zein duda beranak satu. Zein Emak: Iya tuh.... tidak bekerja, dia hanya penjual Zein:Naik haji sudah tiga kali, lukisan keliling yang ini kalau nggak salah umrah 55 pendapatannya tidak dapat yang keenam kali kan, Mak? setiap hari. Walaupun hidup Emak: Namanya juga orang sederhana Emak punya kaya, Zein. Duitnya banyak. keinginan yaitu Naik Haji yang Emak nabung bertahun-tahun dirindukan sejak lama, Emak nggak kumpul-kumpul duitnya. menabung bertahun-tahun untuk Berapa yah Zein, sekarang biaya naik haji, tetapi banyak naik haji? halangan dan cobaan yang Zein: Tiga ribu dolar, Mak. Ya menimpanya. Tetapi Emak tetap sekitar tiga puluh jutaan, lah.... sabar. Emak: Oh, makin mahal saja, ya.... Kapan Emak bisa naik haji? Tabungan Emak saja baru lima jutaan. Zein: Doain, Mak. Biar lukisanh Zein banyak yang laku. Emak: Kalo doa sih setiap hari, Zein. Seperti anak pada umumnya, Zein ingin sekali membahagiakan Emaknya yang sangat disayanginya untuk bisa pergi naik haji seperti apa yang diinginkan Emaknya. Untuk itu Zein berusaha menjual semua lukisan hasil buatannya sendiri agar bisa membantu memberikan biaya untuk Emaknya pergi haji. Tetapi ada saja halangan yang datang sehingga membuat Zein putus asa dan ingin melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Emak ialah seorang sabar dan penyanyang sehingga dapat membuat hati Zein kuat lagi dan selalu terlihat tegar dan ceria di hadapan Zein, padahal hatinya sangat menginginkan naik haji yang dia rindukan segera tiba. 56 Tabel 2. Skema Framing Skrip STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Konstruksi dramatik: Kelengkapan Cerita Cara Penulis (unsur-unsur skenario film): Pada scene-scene di atas, mengisahkan Cerita lebih dikedepankan, pada sebuah cerita persoalan Emak yang konflik kurang diperlihatkan mampu ingin sekali naik haji, sutradara, sedangkan di sekitarnya ada yang yaitu berupa oleh konflik godaan- seseorang yang dengan mudahnya godaan bagi Zein sebagai pulang pergi haji dan naik haji anak untuk membahagiakan karena kepentingan politik. Emaknya. Scene: 61 menit 00:30:46-00:31:07 62 menit 00:31:08-00:31:24 63 menit 00:31:25-00:31:28 64 menit 00:31:29-00:31:50 Tujuan dari bersabar adalah agar kita bisa menerima apa yang sudah diberikan Allah dan percaya kepada Allah bahwa keinginan kita akan dikabulkan dengan berdoa dan berusaha tentunya. Begitu juga dengan keinginan Emak yang ingin sekali naik haji. Dan juga Emak pun ingin membahagiakan sekitarnya sebagai sesama muslim, sehingga walaupun Emak hidup serba kurang tetapi dia rela menolong orang lain. Padahal dengan susah payah dia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk bisa naik haji. Hal ini bisa dilohat pada skema framing berikut. 57 Tabel 3. Skema Framing Tematik STRUKTUR TEMATIK UNIT YANG PERANGKAT FRAMING DIAMATI Detail: Tema: Cara penulis Seorang Emak yang menginginkan Cita-cita menulis naik haji sejak lama. Proposisi: cerita Koherensi: Keinginan Emak adalah Keinginan naik haji yang disimpannya naik haji dan Emak ingin sejak lama. memenuhi rukun Islam Bentuk kalimat: yang kelima. Keinginan Emak adalah naik haji karena Emak ingin memenuhi rukun Islam yang kelima. Retoris adalah cara penulis menekankan cerita. Dan untuk lebih jelasnya lagi struktur framing retoris dapat dilihat pada tabel yang telah tergambar berikut. Tabel 4. Skema Framing Retoris PERANGKAT STRUKTUR RETORIS: UNIT YANG DIAMATI FRAMING Leksikon: Cara penulis Ingin Idiom: naik menekankan dilimpahkan cerita dijauhkan haji, --- rezeki dari dan Cerita: cobaan- Seperti kebanyakan muslim pada cobaan berat. umumnya yang melaksanakan naik Metafora: haji, --- melaksanakannya juga dan Zein anak Emak Emak membahagiakan pun ingin ingin sekali Emaknya, membantu mencari biaya untuk Emaknya naik haji. 58 Jadi penulis dapat menyimpulkan frame pertama yang terdapat dalam film Emak Ingin Naik Haji ini yaitu: Frame 1: Naik Haji Karena Kecintaan kepada Tuhan (scene 11 menit 00:03:40 - scene12 menit 00:04:50) Dalam frame ini menekankan pesan pada penonton, bahwasannya apabila kita meninginkan sesuatu harus sabar dan dibarengi doa kepada Allah serta kerja keras pastinya, dan jangan menyerah apabila keinginan yang diminta belum tercapai, terus berdoa dan berusaha agar semua yang dicitaq-citakan tercapai. Kemudian juga pastinya meminta suatu permintaan atau memimpikan suatu citacita diiringi dengan niat dan yakin kita pasti bisa meraihnya. Di sini cerita film lebih menarik dan penonton akan merasakan keaslian ceritanya ketika menontonnya. Pada frame dikemukakan fenomena yang sering terjadi di kehidupan nyata masyarakat Indonesia. Sudah banyak kita jumpai di lingkungan kita sendiri bahwa naik haji hanya untuk berlagak hidup kemewahmewahan, hidup serba lebih dan mengedapankan nafsu ingin dipuji-puji orang banyak, sehingga dia sampai beberapa kali naik haji dan umroh. Tujuannya memang beribadah kepada Allah dan memenuhi rukun Islam yang kelima tetapi tak jarang mereka pergi haji bukan karena niat sepenuhnya untuk Allah tetapi karena ingin Riya dan pamer. Hal tersebut dapat dilihat dalam skema berikut ini: 59 Tabel 5. Skema Framing Sintaksis STRUKTUR PERANGKAT FRAMING SINTAKSIS Cara penulis menyusun cerita Skema Cerita ― Skematik: Dialog antara adik kakak anak dari haji Saun yaitu Dika dan Nita, membicarakan tentang niat umrah. UNIT YANG DIAMATI Judul: Emak Ingin Naik Haji Latar Informasi: Naik haji dan Umrah harus diiringin niat karena Allah. Pelaku: Dika dan Nita Dialog: Scence 15 menit 00:05:5800:06:36 Nita: Eh.. lu tau nggak? Kali ini, gue umrahnya bareng Dude Harlino, lho. Iya, gue udah nyiapin baju-baju muslim rancangan Ivan Gunawan. Nanti gue pake bajunya buat fotofoto bareng Dude di depan Masjidil Haram. Dika: Heh, mandi! Nita: Iya, tenang aja. Gue pasti nggak lupa kok bawain oleh-oleh buat lu. Dika: Mandi…. Mandi Nita: Eh, sudah dulu ya, ada pengganggu nih satu. Dika: Eh jangan sampai salah niat. Nita: Maksudnya? Dika: Niat umrahnya jangan karena pergi sama artis. Nita: Emang perginya sama artis,. wee. Dika: Ya, boleh aja pergi sm artis tapi niatnya mesti karena Allah……… Nita: Berisik! Dika: Sudah bolak-balik ke Mekkah, kelakuan nggak berubah juga…. 60 Tidak semua haji mabrur karena salah satunya adalah salah niat, bukan karena Allah tapi karena riya ingin dipuji-puji orang banyak, dan karena ingin derajatnya naik misalnya. Seharusnya orang yang ingin melaksanakan naik haji, hati harus tulus, ikhlas dan berserah diri kepada Allah, karena rezeki yang dia dapat untuk melaksanakan pergi haji itu didapat dari Allah juga. Jadi tidak sepantasnyalah kita riya atau sombong di depan orang banyak karena hukuman Allah nyata bagi orang seperti itu. Dia tidak menyadari bahwa di sekelilingnya masih bnayak orang yang lebih membutuhkan daripada dia harus bolak-balik pergi tanpa niat yang tulus karena Allah. Seperti Cerita Emak di film ini, Emak ingin sekali naik haji dan karena keinginannya dia terus berdoa kepada Allah dan berusaha ia lakukan, tapi tetap saja dalam setahun dia menabung duit untuk naik haji yang dia harapkan belum juga terkumpul, masih saja kurang. Olehkarenanya Zein anak Emak, ingin sekali membantu Emaknya mengumpulkan uang dengan usaha berjualan lukisan. Tapi walaupun keinginan Emak yang sangat ingin naik haji tapi dia bisa tetap sabar dan membantu memberikan sedikit makanan dan uang untuk tetangganya yang kelaparan. Paparan tadi menjelaskan kaitannya dengan teori Agenda Setting yaitu menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. Skrip adalah bagaimana penulis mengisahkan cerita. Dan untuk lebih jelasnya lagi struktur framing skrip dapat dilihat pada tabek/skema yang telah tergambar berikut. 61 Tabel 6. Skema Framing Skrip STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Konstruksi dramatik: Kelengkapan Cerita Cara penulis (unsur-unsur skenario film): Cerita semakin membuat mengisahkan Cerita menjelaskan bahwa Emak penasaran tentang Emak yang cerita yang memiliki kerinduan dan melihat keluarga Haji Saun impian yang disimpannya sekian dengan mudahnya lama, yaitu naik haji. Dia pun mendapatkan uang terutama menabung bertahun-tahun untuk sangat gampangnya bolak- mewujudkan impiannya tersebut. balik naik haji dan umrah. Tetapi, di depan rumah Emak Dengan berbagai ide-ide yang sutradara untuk sederhana dan kreatif semipermanen berdinding kayu, menguras airmata penonton berdiri rumah mewah milik Haji dalam perjalanan Emak Saun, seorang pengusaha besi meraih cita-citanya. tua dan jual beli kapal. Hampir Scene: setiap tahun Haji Saun berangkat 10 menit 00:02:25-00:02:38 haji atau umrah bersama 11 menit 00:02:38-00:03:27 keluarganya. 12 menit 00:03:38-00:04:51 Penonton dibuat kagum ketika Emak berdoa dan berusaha untuk mendapatkan cita-citanya, sang Sutradara Aditya Gumay sangat cerdas dalam mengemas semua adegan dalam scene-scene ini dengan berbagai ide-ide kreatif untuk menguras airmata penonton dalam perjalan Emak meraih impiannya. Semakin menarik ceritanya sehingga membuat penonton enggan meninggalkan film ini ketika Zein anak Emak memutuskan untuk merampok uang Haji Saun untuk biaya Emaknya naik haji, kesabaran dia sudah memuncak ketika dia menyadari bahwa dia tidak bisa apa-apa untuk membantu Emaknya. Sebagai layaknya seorang anak Zein ingin sekali membahagiakan Emaknya dengan 62 mewujudkan impian Emaknya. Akhirnya malam itu Zein memutuskan untuk merampok rumah Haji Saun (scene 61 menit 00:30:46-00:31:07 - 63 menit 00:31:25-00:31:28). Lalu Zein tersadar ketika melihat Al-Qur’an yang terbuka di atas kasur Haji Saun (scene 64 menit 00:31:29-00:31:50). Setelah dia sadar bahwa apa yang dilakukannya salah kemudian dia berlari keluar rumah Haji Saun tetapi warga sudah terlanjur mencium keberadaan maling di rumah Haji Saun dan mengejar sampai di laut, Zein berhasil menyelamatkan diri dari kejaran amukan warga dengan mengumpat di antara kapal-kapal Nelayan (scene 65 menit 00:31:51). Sampai akhirnya warga dan hansip kehilangan jejak Zein dan zein berhasil masuk menyelinap ke dalam rumahnya. Zein masuk ke kamar tidurnya terduduk lemas di samping tempat tidur dan langsung tersungkur bersujud di lantai sambil menangis(scene 66 menit 00:32:20 - 67 menit 00:33:13). Adapun untuk skema framing tematik dapat dilihat pada tabel di bawah ini: STRUKTUR TEMATIK: PERANGKAT FRAMING Detail: UNIT YANG DIAMATI Tema: Cara penulis Haji Saun sudah berkali-kali Naik haji karena mengedapankan menulis naik haji dan umrah gengsi cerita Kohererensi: Proposisi: Mempertanyakan niat haji Haji dan umrahnya Haji Saun dan Bentuk Kalimat: keluarganya terkadang salah niat Haji Saun dan keluarganya bukan karena Allah dan Haji Saun yang sering bolak-balik naik naik haji dan umrahnya bersama haji dan umrah terkadang salah artis terkenal papan atas dan niat bukan karena Allah, sebab karena ingin dipuji orang-orang. Haji Saun pergi naik haji dan umrahnya bersama artis terkenal papan atas dan karena ingin dipuji orang-orang. 63 Fenomena yang dialami Haji Saun pada cerita ini sering terjadi dalam kehidupan nyata khususnya penduduk yang tinggal di perkotaan dan hidup serba cukup dan mewah, dimana mereka dengan mudahnya bolak-balik naik haji dan umrah jarang dengan niat yang tulus melainkan untuk mengedepankan gengsi di depan teman-temannya bahkan tetangganya. Maka jatuhnya bukan tulus ikhlas melainkan riya dan sombong. Padahal pengetahuan agama mereka telah mereka dapat, namun tetap saja mereka melakukan sesuai kehendaknya karena dalam segi materi mereka mampu. Inilah yang dilakukan Haji Saun dan keluarganya, bolakbalik naik haji dan umrah tetapi tidak melihat tetangga sekitar yang lebih membutuhkan bantuannya, daripada dia harus naik haji dan umrah karena riya bahkan gengsi. Hal ini bisa dilihat pada skema framing retoris berikut ini: STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI RETORIS Idiom: Leksikon: Cara penulis Naik haji dan umrahnya bersama ‘Ka’bah Cuma ada di ujung menekankan artis terkenal papan atas. lidah’ maksudnya adalah cerita Metafora: selama ini Ka’bah hanya ada Bagaimana kalau kita melihat di lisan (kata-kata) kita Ka’bah? Bohong kalau tidak Cerita: menangis, selama ini ‘Ka’bah Haji Saun naik haji dan Cuma ada di ujung lidah’. umrahnya bukan karena tulus Ketika kita lihat dalam kondisi karena Allah tapi karena bernyawa, hidup, Allah SWT gengsi. kasih kita melihat kesempatan nisa Ka’bah....Allahu Akbar.... Semua yang dilakukan Haji Saun dan keluarganya tidak mencerminkan keluarga beragama yang seharusnya saling menolong satu sama lain, walaupun 64 cara berpakaian Haji Saun dan Hj. Markonah menggunakan busana layaknya muslim yang tahu pendidikan agama. Di dalam kehidupan Haji Saun yang serba mewah dan hobi menghamburkan uang untuk bolak-balik pergi haji dan umrah, berbahagialah mereka karena mempunyai Alifa anak pertama Haji Saun yang solehah dan kaya hati. Dia sedang mengandung anak pertamnya, ketika periksa ke dokter, kehamilan Alifa ternyata posisi anak yang dikandungnya melintang sehingga dokter menyarankan untuk di operasi saja proses kelahirannya, tetapi Alifa menolak untuk di operasi. Frame 2: Naik Haji Karena Mengedepankan Gengsi (scene 15 menit 00:05:58 - scene 16 menit 00:06:36) Menjadi orang yang sukses adalah dambaan semua orang, maksud dari sukses disinilah adalah sukses materi dan non materi, sukses materi bisa dikatakan sukses dalam hal ekonomi, sedangkan sukses non materi adalah sukses dalam hal menjalani kehidupan keluarga yang harmonis, bisa kita ibaratkan adalah sukses lahir batin. Namun tidak semua orang yang sukses dalam segi ekonomi sukses pula dalam segi keharmonisan keluarga, begitu juga sebaliknya, orang yang sukses dalam membina rumah tangga namun kurang sukses dalam segi ekonomi. Salah satu hal di atas terdapat dalam karakter Pak joko, pengusaha kaya yang berambisi mengikuti pilkada untuk menjadi walikota daerahnya. Dia ingin naik haji agar dapat gelar haji untuk mendukung promosi pilkadanya. Apa yang dialami Pak Joko mungkin sering sekali kita dengar di Indonesia ini, meraup keberuntungan dengan menarik simpati masyarakat di daerahnya untuk memilihnya dengan menggunakan gelar haji di namanya, sehingga masyarakat 65 tahu bahwa dia adalah pemimpin muslim. Perencanaan yang dilakukan oleh Pak Joko dapat dilihat dalam skema framing berikut ini: Tabel 10. Skema Framing Sintaksis STRUKTUR SINTAKSIS Cara penulis menyusun cerita PERANGKAT FRAMING Skema Cerita ― Skematik: Dialog antara Pak Joko dan sekretarisnya, Yanti. Dimana sekretarisnya sedang membantu Pak Joko untuk naik haji demi kelancaran promosi sebagai calon walikota. Ditambah Yanti Sekretarisnya malah menggoda Pak Joko sehingga rumah tangga Pak Joko dan Nyonya Nonik berantakan. 66 UNIT YANG DIAMATI Judul: Emak Ingin Naik Haji Latar Belakang: Jabatan tidak selalu membawa keberuntungan Pelaku: - Pak Joko - Pak Joko dan Yanti - Andi dan Nyonya Nonik Dialog: Scene 20 menit 00:08:48-00:09:21 Yanti: Kuotanya sudah penuh? Bukannya masih 6 bukan lagi, mbak?Bisa tolong usahain, nggak? Saya bayar lebih deh. Saya minta ONH plus... Atas nama Bapak JOKO SATRIANTO. Saya tunggu kabarnya ya... secepatnya. Terima kasih. (menutup telpon) Pak Joko: Bisa nggak ya, saya berangkat? Yanti: Kalau Yanti yang urus, Pak. Semua yang nggak mungkin bisa jadi mungkin. Pak Joko: Hahaha, kamu memang sekretaris yang bisa saya andalkan. Scene 22 menit 00:09:39-00:09:51 Yanti: Pokonya, PILKADA tahun depan Pak Joko harus sudah pakai gelar Haji. Karena masyarakat di daerah pemilihan Bapak itu mayoritas muslim fanatik, Pak. Pak Joko: Saya tahu itu.... Yanti: Dan nanti di spanduk akan terpampang, pilihlah Bapak Haji Satrianto! Gitu Pak. Scene 73 menit 00:03:27-00:03:47 Pak Joko : Core bisnis saya itu di bidang ekspor-impor. Alhamdulillah tahun ini kita ada sedikit kelebihan rezeki. Untuk itu, kita akan membantu memperluas masjid ini. Scene 75 menit 00:03:54-00:04:18 Pak Joko: Kami mengundang para wartawan di sini, bukan mau pamer. Karena saya tahu, kalau tangan tangan memberi, tangan kiri tidak usah tahu. Tapi, kalau pemberitaan dari para wartawan dapat mengetuk hati para pengusaha agar berbuat hal yang sama... saya rasa tidak ada salahnya, kan? Yanti: Makanya, nanti beritanya yang gede ya! Scene 92 menit 00:16:50-00:17:33 Andi : Berantem lagi, Ma? Nggak bosan-bosan? Nyonya Nonik: Ga usah ikut campur, deh.... Andi: Papa naik haji? Mama kok ngaak? Nyonya Nonik: Papa kamu itu naik haji Cuma nyari gelar, tok. Ngapain mama ikut-ikutan? Andi: Wajib lho Ma, bagi yang mampu. Mama kan mampu? Nyonya Nonik: Mama belum ada panggilan. Andi: Panggilan? Panggilan dari Allah maksudnya, Ma? Mati, dong. Hehe.... Nyonya Nonik: Kamu mau mama mati? Semua orang di dunia ini pasti ingin naik haji sebagi seorang muslim yang ingin menunaikan rukun Islam yang kelima, jadi jika sudah mampu dan siap lahir batin maka cepat-cepatlah melaksanakan haji seperti yang diperintahkan Allah. 67 Jangan seperti Nyonya Nonik yang tidak mau melaksanakan haji padahal dia sudah mapan dan mampu lahir batin, tetapi jangan juga seperti Pak Joko yang naik haji karena kepentingan duniawi nya saja, Cuma menuruti nafsu sesaat. Ditambah lagi jika tidak dibekali iman dalam meraih keinginan sebagai calon Walikota maka akan sengsara dan akan banyak godaan-godaan yang menimpanya, seperti godaan-godaan sekretarisnya dan masalah-masalah yang sering timbul dalm rumah tangganya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel framing skrip di bawah ini: STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI SKRIP Konstruksi Dramatik: Kelengkapan Cerita Cara Penulis (unsur-unsur skenario fiilm): Drama yang dibentuk di sini mengisahkan Penekanan cerita lebih dikedepan Sutradara cerita kan pada usaha Pak Joko untuk sikap memperlihatkan kurang baik yang menjadi calon Wlikota, tetapi dilakukan oleh Pak Joko disaat dia sedang butuh dukungan sebagai seorang dari keluarganya malah banyak pemiimpin masalah yang timbul calon masyarakat, dan akibat apa yang dia lakukan ditambah lagi aksi menjatuhkan kurang baik maka berbuntut Pak Joko yaitu dari Istrinya tidak baik pula. Dimana Pak sendiri, Nyonya Nonik. Joko image ingin membangun positif kepada masyarakat malah berujung image negatif terhadap masyarakat. Scene 79 menit 00:09:21-00:10:25 80 menit 00:10:26-00:10:35 81 menit 00:10:50-00:12:24 82 menit 00:10:47-00:12:22 83 menit 00:12:23-00:12:38 68 Lain halnya dengan Nyonya Nonik, Istri Pak Joko, Modern, cantik, temperamen tinggi. Dia mengetahui suaminya berselingkuh dan memanfaatkannya dengan memeras suaminya sendiri. Nyonya Nonik tahu berita itu dari Sopir Suaminya, Pak Udin. Rencana Nyonya Nonik tercium oleh Pak Joko dan hal yang akan terjadi selanjutnya di jelaskan pada tabel skema framing tematik yang telah tergambar sebagi berikut: STRUKTUR PERANGKAT FRAMING TEMATIK: Detail: Cara penulis Nyonya Nonik UNIT YANG DIAMATI Tema: mengetahui Mewujudkan Keinginan menulis suaminya berselingkuh cerita memanfaatkannya dengan Karena Pakk Joko mengetahui memeras sendiri. tindakan suaminya Karena dan Proposisi: istrinya, Nyonya seringnya mereka Nonik ingin memeras dirinya dalam rumah dengan cara mengirimkan foto- bertengkar tangganya. foto mesra Pak Joko dengan Koherensi: Sekretarinya ke Pak Joko, dan Mewujudkan keinginan dengan mereka ribut besar dalm mobil mengandalkan orang lain Pak Joko Bentuk Kalimat: mengakibatkan sehingga mobil yang Karena Pak Joko mengetahui dikendarai Pak Joko hilang tindakan Istrinya, Nyonya kendali kemudian menabrak Nonik ingin memeras dirinya Zein yang dengan cara mengirimkan foto- tergesa-gesa. foto mesra Pak Joko dengan Sekretarisnya ke Pak Joko, lalu mereka berdua ribut besar dalam mobil Pak Joko sehingga mengakibatkan mobil yang dikendarai Pak Joko hilang kendali kemudian Menabrak Zein yang sedang berjalan tergesa-gesa. 69 sedang berjalan Pada zaman modern ini masih banyak orang yang mencari kebahagiaan, baik harta, kekuasaan, dan lain sebagainya dengan berbagai macam cara, yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan, mungkin alasan yang digunakan oleh Nyonya Nonik adalah keterpaksaan, disebabkan tekanan hidup dan kecemburuan yang menderanya. Retoris adalah cara penulis menekankan cerita. Dan untuk lebih jelasnya lagi struktur framing retoris dapat dilihat dalam tabel yang telah tergambar berikut. Tabel 12. Skema Framing Retoris STRUKTUR RETORIS: Cara penulis menekankan cerita PERANGKAT FRAMING Leksikon: Pak Joko sadar setelah Istrinya meninggal dalam kecelakaan bahwa jabatan dan kekuasaan bukan jaminan kebahagiaan seseorang di dunia, karena masih ada akhirat tempat kita hidup kekal. Metafora: ‘Naik haji wajib lho, Ma bagi yang mampu, mama kan mampu?’ Mama belum ada panggilan. Panggilan? Panggilan dari Allah maksudnya, Ma? Mati dong. Hehe... 70 UNIT YANG DIAMATI Idiom: ‘Naik haji wajib lho, Ma bagi yang mampu, mama kan mampu?’ Cerita: Setelah Pak Joko menyadari bahwa tindakan yang dia lakukan selama ini menyalahi aturan agama, akhirnya Pak Joko bertaubat, bahwa jabatan dan kekuasaan bukan jaminan kebahagiaan seseorang di dunia, karena masih ada akhirat tempat kita hidup kekal. Percuma saja gelar haji tetapi kelakuan bukan layaknya seorang yang udah pergi haji. Seharusnya sebelum dia pergi haji perbaiki dahulu kelakuan yang buruk-buruknya agar sesampainya di Tanah Suci nanti kita menghadap rumah Allah dengan suci dan bersih baik lahir maupun batin. Penulis dapat menyimpulkan frame ketiga yang terdapat dalam film Emak Ingin Naik Haji ini yaitu: Frame 3: Naik Haji Karena Tuntutan Jabatan (Scene 22 menit 00:08:5000:09:51) C. INTERPRETASI Dari semua analisis diatas peneliti bisa mengambil interpretasi bahwasannya film ini menunjukan bahwa perlunya kesabaran dalam meraih citacita serta pentingnya kesalehan sosial. Kesabaran selain membuat kita dapat lebih tegar mejalani hidup ini juga Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang bersabar dalam menginginkan sesuatu. Bukan tidak mungkin Allah tidak mengabulkan doa seseorang yang mempunyai keinginan tetapi tentunya tidak instan melainkan berdoalah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan dan tentunya dengan usaha juga, usaha tanpa doa adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia tentunya. Apabila ditunda berarti belum saatnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan, namun apabila Allah mengabulkan doa kita tetapi dalam bentuk lain, berarti apa yang kita inginkan bukanlah yang terbaik untuk kita, maka Allah mengganti dengan yang lain. Apa yang di anugerahkan kepada kita seluruhnya hendaknya kita selalu bersyukur atas karunia Nya yang diberikan kepada kita umatnya. Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, oleh karenanya kita dituntut untuk menyempurnakan diri kita sendiri dengan selalu bersyukur, taat beribadah, suka beramal, suka membantu sesama, taat kepada kedua orangtua, serta selalu menuntut ilmu dan sebagainya itulah cara bagaimana kita sedikit lebihnya 71 menyempurnakan diri kita sendiri, tetapi bukan dengan itu kita sudah menganggap diri kita sempurna, yang menilai diri kita sempurna atau tidak itu hanya Allah. Maka janganlah kita bersikap sombong kepada sesama apalagi riya memamerkan kekayaan dan jabatan kita dihadapan orang-orang yang mungkin kurang mampu. Seharusnyalah kita membantu mereka yang kurang beruntung dibanding kita yang sudah hidup berkecukupan. Tidak boleh kita mengeluh dari semua apa yang telah diberikan oleh Allah terhadap kita, Allah akan menambah nikmat-Nya apabila kita bersyukur, namun apabila kita tidak bersyukur maka semua apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita hanya akan menjadi siksaan bagi diri kita sendiri. Sebagai makhlik ciptaan Allah yang paling sempurna diciptakan-Nya tidak seharusnyalah kita berputus asa, putus asa adalah perbuatan yang dibenci Allah. Jika kita menginginkan sesuatu tetapi belum juga terwujud, kita bisa terus berusaha. Mungkin usaha kita yang lakukan di awal kurang maksimal dan belum di izinkan Allah, dan pasti akan ada hasil dari usaha-usaha kita yang selanjutnya dan tentunya atas izin Allah, sebab segala sesuatu yang baik untuk kita sudah diatur oleh sang Maha Pengatur yaitu Allah SWT. Sebab tidak ada yang bisa merubah semua yang telah diatur oleh Allah dan juga tidak semua yang kita inginkan dan kita anggap baik belum tentu baik di hadapan Allah. Ilmu agama sangatlah penting bagi kehidupan kita sampai kelak kita mati sekalipun. Karena dengan ilmu agama lah kita bisa mengetahui mana yang salah dan mana yang benar, dengan ilmu agama pun kita bisa mengambil pelajaran dari setiap apa yang kita alami, sehingga kita tidak akan salah langkah apabila kita telah kuat dalam masalah agama dan semua ilmu yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu ilmu agama itu harus menjadi ilmu yang pertama kita kuasai, setelah itu 72 baru ilmu-ilmu yang lain, sebab apabila kita telah menguasai ilmu agama maka hidup kita tidak akan mudah terpengaruh, karena kita telah memiliki pegangan yang kita tidak akan mudah terpengaruh, karena kita telah memiliki pegangan yang kita dapat dari ilmu agama yang kita miliki. Film Emak Ingin Naik Haji mengambarkan sesuatu kisah yang banyak terjadi di lingkungan kita, dimana seorang Emak yang menginginkan naik haji tetapi kondisi ekonominya memungkinkan agak lama akan naik hajinya dikarenakan kurangnya biaya. Sementara di dekat lingkungan rumah Emak berdiri sebuah rumah mewah dengan perekonomian keluarganya lebih dari cukup jauh jika dibandingkan dengan kehidupan Emak sehari-hari. Naik haji dan Umrah sudah dia lakukan dengan mudahnya tanpa jangka waktu yang lama dan kebutuhannya pun tercukupi. Tetapi sayangnya mereka agak sombong sebab harta yang berlimpah, tidak mau berbagi kepada sesamanya yang membutuhkan bantuannya, sampai Umrah pun memilih untuk berangkat bersama artis terkenal bukan karena Allah. Pakaian yang keluarganya gunakan sopan layaknya seorang muslim hanya munngkin pengetahuan agama mereka yangt kurang dalam diri mereka, sehingga semua yang dilakukan tidak ada dasar yang menopangnya, hanya pikiran dan nafsu saja yang dimainkan sedangkan agama dikesampingkan, sehingga khalayak ramai dapat berpikir dan bisa menjadikan contoh kognitif bagi mereka dan bisa diambil yang baiknya dan membuang yang buruknya. Kemudian di tempat lain sekitar Emak pun ada seseorang yang diberikan harta yang berlimpah dan kedudukan yang enak, tinggal tunjuk saja apa yang dia inginkan akan dipenuhi oleh orang lain. Sebab karena harta dan jabatannya yang membuat dia berkuasa, tetapi dia belum naik haji dan mau melaksanakan haji karena 73 tuntutan jabatan calon seorang Walikota. Bagi dia hal sepele dan tinggal mengeluarkan uang secukupnya dan selesai naik haji kemudian namanya namanya bertambah haji didepan namanya, sehingga masyarakat dapat simpati kepada dia karena akan dikenal sebagai pemimpin yang beragama. Hal inilah yang banyak merusak citra haji padahal moral orang tersebut yang buruk tapi efeknya akan mengenai gelar hajinya. Naik haji hanya demi mendapatkan gelarnya saja, haji model seperti ini belum dikatakan Haji Mabrur karena hajinya hanya untuk jabatan bukan karena Allah SWT. Sedangkan Emak yang tulus ikhlas menginginkan naik haji, berdoa dan berusaha dia lakukan terus menerus tapi apa mau dikatakan jika memang belum waktunya Emak pun tidak bisa naik haji dulu, dan jika Allah sudah berkehendak rezeki darimanapun akan datang dan itu tanda Allah sudah mengizikan Emak untuk naik haji. Rezeki Cuma-Cuma dia dapatkan dari anak majikannya dan akhirnya Emak pun naik haji didampingin anaknya, Zein. Tidak sedikit orang yang tidak pandai bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya, mereka terus mencari kenikmatan duniawi apa yang belum mereka dapatkan tanpa memikirkan Akhirat. Gengsi (image), jabatan dan kekuasaan yang diperlihatkan tanpa mereka sadari semua itu akan lenyap dan tidak akan abadi, yang abadi yaitu hidup di akhirat. Bekerja keras itu baik tapi lebih baik jika kerja keras diimbangi dengan ibadah, justru dengan seimbang bekerja keras dan beribadah akan terasa nikmat dalam menjalani hidup dan untuk bekal di akhirat nanti. Walaupun kita miskin tetapi tetap kewajiban kita yaitu menolong sesama apalagi satu agama, yang beda agama saja Allah mewajibkan untuk saling menolong apalagi sesama. Rezeki sudah Allah atur masing-masing untuk kita jadi 74 jangan pernah takut tidak akan mendapatkan rezeki dari Allah, berusaha dan berdoa niscaya akan ada rezeki dari Sang Maha Pemberi Rezeki. Daripada menghamburkan harta kita untuk yang kurang perlu lebih baik menyumbangkan sedikit untuk yang membutuhkan, insya Allah, Allah akan menggantinya dengan berlipat-lipat kepada kita dengan apa yang telah kita berikan. Film ini mengajarkan kita tentang itu. 75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sasaran akhir dari sebuah penelitian adalah berusaha menjawab permasalahan penelitian dan membuktikan tujuan penelitian. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat, maka diperoleh kesimpulan: Sang sutradara berusaha menciptakan realitas simbolik dalam film Emak Ingin Naik Haji yaitu cenderung menyeleksi dan menonjolkan isu negatif dari pelaksanaan pergi haji itu sendiri. Seperti pergi haji karena kepentingan politik dan demi mendapat gelar haji untuk pencitraan sosok pemimpin yang kuat agamanya sampai pergi haji yang dilakukan berkali karena latar belakang seseorang tersebut lebih dari cukup dalam penghasilannya sehingga melakukan pergi haji seperti biasa saja, tanpa mendahulukan seseorang yang belum pergi haji sama sekali. Justru dalam implementasinya penyampain pesan lebih didominasi dengan scene-scene (adegan-adegan) yang berisi pencitraan negatif terhadap masing-masing tokoh. Dipandang dari paradigma kontruktivisme yaitu nilai-nilai yang disampaikan film Emak Ingin Naik Haji merupakan usaha pencitraan pembenaran terhadap realitas (objektif), bahwa pergi haji hanya untuk mendapat gelar dan hanya untuk mendapat status sosial saja, ini lebih banyak sisi negatifnya dibandingkan sisi positifnya, sedangkan dalam paradigma konstruktivisme bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja melainkan dilihat dari tindakan perorangan (subjektif). Dari sudut efek komunikasi massa (film), bisa saja khalayak yang selama ini belum memiliki penilaian apapun 76 terhadap tindakan pergi haji hanya untuk gelar haji atau hajah, terkonstruksi untuk mempercayai dan memahami makna pergi haji seperti itu juga. Dari film ini kita dapat mengambil pesan moralnya. Mengambil yang baik-baik dan membuang yang buruknya. Sang Sutradara pun berusaha menciptakan realitas simbolik dengan usaha penciptaan pembenaran terhadap realitas (objektif) bahwa kekuatan doa sangat lah terbukti adanya, maka berdoalah dengan tujuan yang baik yakinlah bahwa Allah pasti akan selalu mendengarkan doa hamba-Nya. Asalkan kita ikhlas dan yakin bahwa doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu janganlah ragu untuk berdoa dan meminta hanya kepada-Nya. Realitas simbolik yang penulis dapatkan dari analisis ini yaitu: Keberagamaan, Prestise Sosial (Penghargaan), dan Kepentingan Pribadi (Pragmatisme). Sedangkan Pengemasan pesan moral yang penulis dapatkan hasil analisi yaitu: Naik Haji Karena Kecintaan Kepada Tuhan, Naik Haji Karena Mengedepan gengsi, dan Naik Haji Karena Tuntutan Jabatan. B. Saran-saran Dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang disampaikan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan serta evaluasi terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Saran-saran ini ditujukan oleh penulis kepada: 1. Penulis Skenario dan Sutradara Dalam proses pengemasan pesan dalam bentuk skenario, sebaiknya dilakukan berdasarkan format standar penulisan skenario pada umumnya. Sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat muncul dan terlihat jelas. 77 2. Masyarakat Masyarakat khususnya pecinta film harus lebih teliti dengan kualitas filom yang ditonton. Agar masyarakat dapat menjadikan tontonan itu sebagai pelajaran dan sebagai tuntunan. Masyarakat diharapkan dapat lebih kritis dengan film yang disuguhkan sehingga menjadi komunikan (penerima pesan) yang aktif serta mangambil yang bauk-baiknya dan membuang yang buruknya. 3. Universitas Melihat perkembangan ilmu teknologi dan komunikasi, diharapkan universitas menyediakan sarana berupa mata kuliah yang lebih mendalam mengenai dunia komunikasi, film atau broadcast bagi mahasiswa/i khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Agar dapat menciptakan mahasiswa/i yang mampu bersaing di masyarakat global khususnya bidang komunikasi, perfilman dan broadcast. 4. Para Pemain Para aktor dan aktris film Emak Ingin Naik Haji hendaknya tetap menjaga norma, etika, dan menerapkan nilai-nilai syariat Islam dalam keseharian sesuai dengan peran (Islami) dalam film Emak Ingin Naik Haji. Dan bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan analisis dengan metode yang sama dengan skripsi ini, sebaiknya mengedepankan penelitian kepada film yang ditayangkan, tidak hanya terpaku kepada skrip atau naskah yang ada, sebab antara naskah dan film kadang ada perbedaan. Namun alangkah baiknya peneliti bisa menguasai keduanya, baik itu dari naskah maupun film yang ditayangkan. 78 DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama M edia, 2007. Arifin, Zaenal. Syiar Deddy Mizwar, Yokyakarta: Unggun Religi, 2006. STAIN Purwekerto Press & Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. Ke-2. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke-3. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Eriyanto, Analisis Framing Yokyakarta: LKIS, 2002. Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media: Yokyakarta: LKIS, 2006. Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006. Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006. Kriyanto, Rachmat. Tehnik Praktisi Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Pranada Group, 2007. McBridge, Sean, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan: Aneka Suara Satu Dimensi, Jakarta: Balai Pustaka, 1983. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yokyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005. Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007. Poespoprodjo, Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung: Pustaka Grafika, 1999. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, Cet. Ke-12. 79 Pranajaya, Adi. Film dan Masyarakat: sebuah pengantar, Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Sendjaya, S. Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka. Sobur, Alex. Analisis Teks, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: PT. Grasindo, 1996). Sukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Syamsir, salam. Metodologi Penelitian, Jakarta: Penelitian UIN UIN Jakarta Press, 2006. Jakarta dengan Yusa Biran, Misbach. Tehnik Menulis Skenario Film Cerita, Yokyakarta: Pustaka Jaya, 2006. Zaenal, E. Arifin, dan S. Amran, Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademik Pressindo, 1995, Cet. Ke-1. 80 81 Gambar 1 Cover Film Emak “Ingin Naik Haji” Gambar 2 Wawancara bersama Produser Film “Ingin Naik Haji” 82 Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser Film “Emak Ingin Naik Haji” Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser Film “Emak Ingin Naik Haji” 83 Wawancara Ekslusif dengan Bapak Aves Selaku Produser Film “Emak Ingin Naik Haji” (Seputar Naskah) 84