FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL 5 PERENCANAAN MEREK 3 SKS Dosen: A. Judhie Setiawan, M.Si MANAJEMEN MEREK DAN STRATEGINYA (1) PIONEER BRAND & IMITATOR BRAND Urutan memasuki pasar (order of market entry) merupakan salah satu isu kontroversial. Dalam konteks ini, pilihan strategik bagi setiap perusahaan adalah apakah ingin menjadi pionir (first-mover) ataukah follower (imitator)(Lowe & Taylor, 1999). Riset empiris mengungkap sejumlah perdebatan menyangkut keterkaitan antara urutan memasuki pasar dan kepemimpinan pasar. Di satu pihak, sejumlah pakar berargumen bahwa kepeloporan pasar (market pioneering) sangat penting dalam menentukan kesuksesan jangka panjang perusahaan, merek dan produk. Dengan menjadi yang pertama dalam memperkenalkan (mengkomunikasikan) dan memasarkan sebuah produk, pionir bisa menikmati keunggulan berkesinambungan dalam hal pangsa pasar, akses distribusi, brand familiarity, loyalitas merek, skala ekonomis, dan potensi laba. Kepeloporan pasar juga merupakan entrepreneurial strategy yang seringkali direkomendasikan (Covin, Slevin & Heeley, 2000; Michael, 2003). Definisi Pionir Istilah pionir mempunyai beberapa macam lingkup definisi. Definisi yang paling luas dirumuskan oleh Buzzell & Gale (1997) yang menyatakan bahwa pionir adalah perusahaan yang pertama kali mengembangkan suatu produk dan jasa. Dari definisi ini kategori produk, dimungkinkan ada beberapa inventor atau penemu sebuah karena PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB sebuah produk yang benar-benar A.Judhie Setiawan, M.Si baru bisa PERENCANAAN MEREK 1 direalisasikan menggunakan berbagai gagasan dan proses. Padahal, belum tentu semua inventor tersebut memasarkan produknya pertama kali. Inventor adalah perusahaan yang mengembangkan paten atau teknologi penting dalam sebuah kategori produk baru. Pionir produk (product pioneer) adalah perusahaan pertama yang membuat working model atau sampel dalam sebuah kategori produk baru. Pionir pasar (market pioneer) adalah perusahaan pertama yang menjual sebuah kategori produk baru. Kategori produk dalam konteks ini diartikan sebagai serangkaian merek-merek yang saling bersaing dan dipersepsikan konsumen sebagai close substitutes, contohnya popok sekali pakai, microwave ovens, dan mesin fotokopi. Sementara itu. Definisi yang lebih spesifik dikemukakan oleh Schnaars (1994) yang merumuskan pionir sebagai perusahaan yang memperkenalkan suatu produk ke pasar dan pertama kali menjualnya dengan sukses. Jadi, kriteria utama pionir lebih ditekankan pada keberhasilannya dalam memasarkan suatu produk pertama kali ke pasar baru. Pioneer Brand Advantages Hingga saat ini banyak pelaku bisnis yang mendambakan posisi pionir dalam setiap kategori produk yang dimasukinya. Pandangan ini dilatarbelakangi hasil berbagai riset yang menunjukkan bahwa pionir pasar mendapatkan keuntungan terbesar dalam kompetisi memperebutkan kepemimpinan pasar (Robinson & Fornell, 1995). Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan pionir seperti CocaCola, Xerox, dan Amazon.com mendominasi pasar hingga saat ini (Kotler, 2000). Istilah pioneer advantage mengacu pada pionir pasar yang menikmati keunggulan pangsa pasar, distirbusi, kualitas, dan kelengkapan produk jangka panjang (Chen & Pereira, 1999). Berbagai literatur mengungkap paling tidak sembilan aspek yang diyakini sebagai keunggulan pionir (Schnaars, 1994; Jain, 2000), yakni: 1. Response lags antara pionir yang pertama memasuki pasar dan perusahaan kedua yang memasuki pasar memberikan kesempatan kepada pionir untuk menjadi monopolis temporer dan meraup pendapatan. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 2 2. Pionir berkesempatan untuk mencapai skala ekonomis sebelum later entrants masuk. Ini dikarenakan pionir cenderung memiliki pasar yang dilayani lebih luas dibandingkan para pesaingnya. 3. Pionir berpeluang membangun loyalitas merek dan switching cost (baik ekonomis maupun psikologis) terlebih dahulu, sehingga setiap pendatang baru harus bekerja keras guna meyakinkan pelanggan agar bersedia beralih ke produknya. Dengan demikian, pionir bisa mendapatkan loyalitas dari konsumen-konsumen yang tergolong risk averse. 4. Pionir berpeluang mendapatkan citra dan reputasi positif atas daya inovasi dan keprogresifannya dalam membuka pasar. 5. Terciptanya hambatan masuk bagi para later entrants bila pionir mendapatkan perlindungan hak paten. 6. Pionir berkesempatan mendominasi jaringan distribusi dan periklanan, sehingga hanya akan tersedia tempat terbatas bagi para pendatang berikutnya. 7. Pionir bisa menciptakan standar produk, standar industri, dan basis pelanggan yang berguna untuk mendukung penyempurnaan produk selanjutnya. Dalam beberapa industri, seperti jasa telekomunikasi dan Internet Service Provider (ISP), nilai sebuah perusahaan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan. Pada situasi seperti ini, pionir biasanya memperoleh keunggulan kompetitif dibandingkan later entrants. 8. Pionir berpeluang untuk mempercepat proses belajarnya dalam hal produksi dan teknologi dibandingkan para pesaingnya. 9. Pionir dapat mendominasi berbagai aset langka, sumber daya alam, lokasi, dan rak pajangan di gerai ritel. Implikasinya, pionir cenderung berhasil meraih pangsa pasar terbesar dalam industrinya. Pemosisian Merek Perusahaan pemegang merek harus mengetahui posisi mereknya dalam benak pelanggan. Apabila sebuah perusahaan membangun merek dengan mengacu pada konsep merek yang berbasis pada pelanggan dan mereka menerima ide tertentu mengenai sifat alami suatu strategi yang dimulai dari kebutuhan dan PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 3 perilaku konsumen, maka strategi merupakan sesuatu yang kompetitif dan penuh tantangan dalam membangun sebuah merek. Sebelum melakukan penempatan merek, perlu merancang identitas merek. Identitas merek dibuat untuk mendapatkan citra sebuah merek. Citra sebuah merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemegang merek. Asosiasi-asosiasi tersebut menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada pelanggan. Identitas merek adalah citra merek yang ingin ditanamkan di benak konsumen. Perusahaan bisa menginginkan sesuatu hal, namun hasilnya tidak selalu sama dengan yang diharapkan. Menurut Kotler & Keller (2006:268), citra sebuah merek (brand image) “is the perception and beliefs held by consumers, as reflected in associations held in consumer memory”. Penempatan merek dalam benak pelanggan merupakan upaya keras dan terusmenerus (konsisten) yang harus dilakukan dalam rangka membangun kekuatan sebuah merek. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana tawaran diberikan kepada pelanggan dan bagaimana mereka menerimanya dibandingkan dengan menawarkan atribut-atribut produk yang menyertainya. Manajemen merek juga merupakan segala upaya yang berkaitan dengan bagaimana menempatkan merek ke dalam benak konsumen di antara merekmerek lain yang telah ada. Strategi merek merupakan proses di mana tawaran diposisikan dalam benak konsumen yang akan menghasilkan persepsi yang bermanfaat. Positioning is an act of designing the company’s offering and image to occupy a distinctive place in the mind of the target market (Kotler & Keller, 2006:288). Pemosisian dilakukan berdasarkan nilai, harga, kualitas, manfaat, dan hal lain yang berkaitan dengan psikologis pelanggan. Sementara untuk produk global, biasanya dapat dilakukan berdasarkan high-tech dan hig-touch. Menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap sebuah merek merupakan tujuan utama dalam strategi merek (brand strategy). Kegiatankegiatan dalam menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan tersebut dilakukan dalam rangka kristalisasi hakikat kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga membentuk suatu nilai merek (brand value) yang digunakan. Produk yang memiliki nilai merek yang jelas dapat lebih mudah dikomunikasikan dan mudah pula diterima oleh pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 4 tidak lagi berpikir tentang cara merebut pasar tetapi lebih diarahkan kepada cara menciptakan pasar baru dengan kekuatan merek (powerful brand) yang lebih unggul daripada merek pesaing. Penempatan produk-merek merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan berkaitan dengan manajemen merek. Pada dasarnya, sebuah merek ialah persepsi pelanggan mengenai penempatan merek, yaitu proses di mana perusahaan menawarkan merek kepada pelanggan. Jika posisi merek ialah citra merek yang jelas, berbeda, dan unggul secara relatif daripada pesaing, maka proses menempatkan merek ke dalam benak konsumen akan semakin mudah dilakukan melalui komunikasi yang efektif. Memosisikan merek ke dalam benak konsumen (brand positioning) juga merupakan upaya menjelaskan citra merek yang jelas, berbeda, dan relatif unggul dibandingkan dengan pesaing. Pemosisian merek (brand positioning) merupakan upaya mengkomunikasikan realitas merek kepada konsumen, namun tidak semua realitas tersebut dapat dikomunikasikan kepada para pelanggan. Sebuah posisi merek yang unggul dapat dibangun berdasarkan segala hal yang berkaitan dengan nilai bagi pelanggan. Itu bisa meliputi citra, kepribadian, atau karena merek tersebut paling dikenal karena sebagai perintis (pioneer). Posisi tersebut harus dikomunikasikan secara konsisten oleh semua elemen dari bauran pemasaran. Dalam memilih strategi positioning, ada beberapa langkah yang harus dilakukan; Step for a Choosing Positioning Strategy (Kotler & Keller, 2006) Langkah 1: Identifikasi Keunggulan Kompetitif Langkah 2: Pilih Keunggulan Kompetitif yang tepat Langkah 3: Komunikasikan dan sampaikan posisi yang dikehendaki PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 5 Strategi merek dapat dikatakan sebagai suatu proses di mana penawaran yang dilakukan oleh perusahaan akan sebuah merek yang diposisikan dalam benak konsumen untuk menghasilkan suatu persepsi dan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan yang menciptakan merek tersebut. Apabila kita memiliki merek yang mewakili produk kita dengan kualitas rendah dan kita menetapkan harga yang rendah maka merek tersebut dapat dikatakan sebagai economy brand dan dapat disebutkan sebagai merek yang memiliki segmen bawah. Apabila produk kita memiliki harga tinggi dengan kualitas rendah maka merek tersebut jarang dilirik pelanggan. Apabila produk kita memiliki kualitas tinggi dengan harga tinggi yang disebut dengan premium brand maka kita memiliki segmen atas dan memiliki tingkat kegunaan yang tinggi karena dengan harga yang tinggi kita juga mendapat kualitas yang tinggi. Ada yang dinamakan dengan bargain brand di mana merek tersebut banyak dicari pelanggan karena memiliki kualitas tinggi dengan harga yang rendah/terjangkau. Produk-merek tersebut mempunyai kekuatan karena unggul dalam merebut hati pelanggan. Strategi pemosisian merek merupakan pengembangan dari strategi alternatif. Strategi tersebut menyangkut dua variabel utama, yaitu komposisi yang sesuai antara produk-merek dengan pasar sasaran. Proses menjembatani kedua wilayah itulah yang dinamakan positioning. Oleh karena merek berada pada titik pusat dalam benak konsumen, maka pemilihan strategi pemosisian merek yang diinginkan adalah strategi merek. Semakin tepat pemosisian merek di benak pelanggan, berarti merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk mengelola hal tersebut, kita perlu mengetahui brand value. Brand value bertujuan memuaskan pelanggan, sedangkan untuk mengelola brand positioning dibutuhkan pengetahuan dari brand value. Misalkan, sebuah pakaian, pemosisiannya yakni pada kesesuaian ukuran bagi pemakainya. Sementara itu, brand value adalah keindahan warna serta model pakaian tersebut. Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat kepada konsumen harus didukung oleh konsep yang tepat. Pengembangan konsep merupakan proses kreatif karena berbeda dari positioning, konsep dapat PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 6 terus berubah sesuai daur hidup produk (product life cycle) yang bersangkutan. Konsep yang baik adalah dapat mengkomunikasikan semua elemen brand value dan positioning yang tepat sehingga dapat meningkatkan brand image. Memahami pasar sasaran dengan cara mengetahui perilaku konsumen dan pandangan-pandangannya merupakan syarat penting bagi pengembangan brand value atau produk. Membangun posisi produk-merek adalah aktivitas menempatkan semua aspek nilai produk-merek (product-brand value) yang meliputi manfaat fungsional, manfaat emosional, manfaat ekonomi, dan manfaat lain secara konsisten sehingga akan menduduki posisi paling tinggi di dalam benak konsumen. Elemen Merek dan Kinerja Merek Elemen merek (brand elements) adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh suatu merek dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara satu merek dengan merek yang lain. Komponen utama dari elemen-elemen merek adalah nama merek, logo merek, simbol, karakter slogan, nyanyian (jingles), dan kemasan. Elemen-elemen merek dapat meningkatkan kesadaran merek (brand awareness) serta asosiasi merek (brand association). Elemen-elemen merek sering disebut sebagai identitas merek. Elemen merek dapat menjadi alat yang dapat digunakan untuk memperkenalkan dan membedakan suatu merek. Terdapat 5 kriteria dalam memilih elemen-elemen merek: 1. Mudah diingat (memorable) Dalam mencapai tujuan, elemen-elemen merek dapat menjadi pilihan yang melekat dalam benak sehingga memudahkan ingatan dan atau pengakuan dalam pembelian dan atau pengonsumsian secara teratur. 2. Dapat dimengerti (understandable) Elemen-elemen merek dapat juga menjadi pemilihan yang melekat yang berarti meningkatkan bentuk dari kesatuan merek. 3. Perlindungan (protecable) Elemen merek mendapat perlindungan yang legal dalam persaingan. 4. Penyesuaian (adaptable) PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 7 Sebuah merek harus dapat disesuaikan dengan keadaan pasar selama mungkin jika konsumen berbeda generasi maka juga akan mempengaruhi juga opini-opini mereka terhadap suatu merek tertentu. 5. Mudah ditransfer (transferable). Kriteria pemilihan elemen merek ini dapat diartikan sebagai merek yang mudah diartikan dalam berbagai bahasa karena pasar bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Pemilihan elemen tersebut harus didukung oleh strategi pemasaran dan komunikasi pemasaran yang baik. Apabila beberapa elemen tersebut tidak saling mendukung maka kinerja merek yang dihasilkan akan berjalan tidak baik. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membangun kinerja merek. 1. Identitas merek (brand identity) Merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek. Asosiasi-asosiasi tersebut mewakili pengertian suatu merek dan secara tidak langsung merupakan janji kepada konsumen. Ada 4 perspektif identitas merek, yaitu merek sebagai produk, merek sebagai organisasi, merek sebagai seseorang, dan merek sebagai simbol. 2. Nilai proposisi merek (brand value proposition) Merupakan sebuah pernyataan secara fungsional dan emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan. 3. Posisi merek (brand position) Merupakan bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran sehingga dapat memperoleh keuntungan melalui persaingan pasar. 4. Keputusan pelaksanaan (execution) Pelaksanaan program komunikasi tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning tetapi juga sampai memperoleh ekuitas merek yang tinggi. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 8 5. Konsisten (consistency over time) Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat. 6. Sistem merek (brand system) Kunci untuk mengelola merek dalam sebuah lingkungan bisnis yang kompleks adalah dengan mempertimbangkan merek sebagai suatu sistem yang saling mendukung satu sama lain. Sebuah sistem merek dapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi produk-produk baru atau merek baru. 7. Penyampaian merek (brand leverage) Cara yang paling mudah adalah dengan menciptakan line extension dalam kelas produk yang ada. Mengembangkan merek ke atas atau ke bawah dalam kelas produk yang ada adalah sebuah alternatif. Apabila brand identity akan digunakan dan dikuatkan maka memperluas merek dan membangun program co-branding merupakan salah satu strategi pilihan dalam menyampaikan merek ke pasar. 8. Jejak merek (brand-tracking) Mengamati secara terus-menerus ekuitas merek, termasuk kesadaran merek, persepsi kualitas, loyalitas merek, dan khususnya asosiasi merek. Mempunyai spesifikasi komunikasi komunikasi yang obyektif, terutama di daerah di mana identitas merek tidak digambarkan di dalam citra merek. 9. Tanggung jawab merek (brand responsibility) Mempunyai seseorang yang bertanggung jawab atas merek, sehingga ia dapat selalu memelihara, menciptakan dan menjaga identitas serta posisi merek yang dikoordinasikan dengan keputusan-keputusan yang akan dilakukan oleh masing-masing fungsi manajemen. 10. Investasi dalam merek (invest in brands) Tetap konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan finansial perusahaan belum terpenuhi. Referensi: Surachman, Dasar-Dasar Manajemen Merek, Bayumedia, Malang, 2008. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB A.Judhie Setiawan, M.Si PERENCANAAN MEREK 9