BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kematian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan,
ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk
hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik
karena
penyebab
alami
seperti
penyakit
atau
karena
penyebab tidak alami seperti kecelakaan, penganiayaan,
keracunan, overdosis dan bunuh diri. Sedangkan kematian
menurut
ilmu
kedokteran
diartikan
sebagai
fungsi
sirkulasi
dan
respirasi
secara
disebut
dengan
mati
klinis.
Dengan
teknolologi
terdapat
alat
yang
dapat
hilangnya
permanen
atau
berkembangnya
menilai
kedua
fungsi tersebut sehingga kematian di artikan menjadi
kematian batang otak (Idries, 1997).
Angka insidensi keracunan sampai saat ini sulit
terungkap karena kurangnya infomasi data yang gunakan
untuk
menentukan
penyebabnya.
Beberapa
kasus
yang
terjadi yaitu kasus buyat, kasus keracunan di Magelang,
kasus aktivis HAM Munir, dan keracunan makanana yang
terjadi
dibeberapa
wilayah
di
Indonesia
(Budiawan,
2008).
1
2
Berdasarkan American Association of Poison Control
Centers (AAPCC) National Poisoning Data System (NPDS)
didapatkan 6 orang menderita keracunan arsenik berat
dan 3 meninggal dunia akibat arsenik yang dilaporkan
tahun 2011 (Steven, 2014). Mengutip dari Doyle yang
menyatakan Kasus keracunan yang populer akibat arsenik
yang
terjadi
karena
pada
Napoleon
mengkonsumsi
Bonaparte
marzipan
yang
mengadung
meninggal
asetoarsenit
tembaga (Dacko, 2011).
Di
Indonesia
salah
satu
kasus
yang
banyak
dibicarakan adalah kasus pembunuhan Munir Said seorang
tokoh
pembelah
HAM
akibat
keracunan
senyawa
arsenik
tahun 2004 silam (Kepres No. 111 tahun 2004 TPF kasus
Munir).
Beberapa jenis logam yang sangat berbahaya selain
arsenik (As) yang walaupun dalam jumlah kecil dapat
menyebabkan keracunan pada manusia yaitu timbal
raksa
(Hg),
besi
(Fe),
dan
cadmium
(Cd)
(Pb),
(Darmono,
2001).
Arsenik merupakan salah satu logam beracun yang
tersebar dialam. Arsenik banyak digunakan di pabrikpabrik, alat-alat kesenian, pertanian dan perkebunan
yang kadang-kadang dapat menimbulkan keracunan. Selain
itu, arsenik juga digunakan sebagai bahan dasar cat,
3
fungsida, insektisida, pestisida, herbisida, dan bahan
pengawet
kayu.
Arsenik
dapat
ditemukan
pada
makanan
atau minuman yang terkontaminasi. Diperkirakan 100 juta
orang
beresiko
berasal
dari
menyebabkan
terpapar
air
arsenik
sumur
keracunan,
atau
dari
air
beresiko
minuman
tanah
terkena
yang
sehingga
kanker
dan
kematian (Ratnaike, 2003; Steven, 2011).
Arsenik merupakan unsur kimia yang terdapat dalam
tabel
periodik
dengan
simbol
As
dan
nomor
atom
33
(Slamet, 1994). Arsenik Terdiri dari dua bentuk senyawa
yaitu organik (contohnya Methylarsenic, arsenocholine)
dan anorganik (contohnya arsenic trioxide. Dikutip dari
Nriagu yang menyatakan bahwa arsenik disebut sebagai
raja
racun
karena
sifat
toksisitasnya
yang
tinggi
(Dacko, 2011).
Kasus-kasus pembunuhan sering menggunakan arsenik
sebagai senjata karena kandungannya yang tidak berbau,
tidak berasa, berwarna putih seperti gula dan mudah
dimasukkan
disadari
kedalam
oleh
makanan
korban
dalam
ataupun
hal
minuman
tindak
tanpa
kejahatan
(Ratnaike, 2003). Arsenik diabsorbsi sempurna melalui
gastrointestinal terikat dengan protein plasma selama
24
jam.
bentuk
Arsenik
arsenik
di
ekskresikan
termetilasi.
melalui
Konsentrasi
urin
dalam
terbanyak
4
arsenik terdapat pada hati, ginjal, limpa, paru-paru
dan saluran gastrointestinal. Dan terdeposit di rambut,
kuku, dan kulit (Di maio, 2001).
Serangga adalah kelompok hewan dengan jumlah ordo
terbanyak dari semua hewan (Moore, 2006) dan tersebar
luas di seluruh dunia dengan bermacam - macam keadaan
lingkungan (Elkinton, 2003). Lalat Callophoridae adalah
salah
satu
contoh
bangkai.
Sehingga
pedoman
untuk
serangga
nekrofagus
serangga
dapat
menentukan
yang
memakan
dijadikan
sebagai
postmortem
atau
waktu
kematian. Serangga dapat digunakan untuk investigasi
kriminal
yang
dikaji
dalam
ilmu
entomologi
forensik
(Amendt et al; 2004).
Dalam menyelidiki kasus kematian yang behubungan
dengan perkiraan waktu kematian digunakan umur larva
serangga sebagai penunjang yang ditentukan dengan post
mortem
interval
serangga
pada
(PMI).
Dengan
menghitung
bangkai
dan
menganalisis
umur
larva
aktivitas
serangga yang ada dapat diperikarakan PMI dari hari
pertama sampai beberapa minggu setelah kematian. Namun
kesulitan
identifikasi
2004).
dari
jenis
metode
spesies
ini
berhubungan
serangga
(Amendt
dengan
et
al;
5
Dari penjelasan ini, dapat dikatakan bahwa racun
tertentu seperti arsenik trioksida dapat mempengaruhi
pertumbuhan
larva
lalat
sehingga
akan
mempengaruhi
prediksi post mortem interval. Dan juga sampai saat ini
Indonesia sendiri masih belum banyak penelitian yang
berkaitan
dengan
entomologi
forensik
sehingga
penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan lebih
lanjut
mengenai
karakteristik
jenis
dan
pertumbuhan
larva serangga yang terdapat pada bangkai tikus kontrol
dan
bangkai
tikus
terpapar
arsenik
trioksida
dosis
letal dalam memperkirakan Post Mortem Interval (PMI).
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar
belakang
diatas
dapat
dirumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1. Apakah
terdapat
perbedaan
pembusukan
bangkai
pada
bangkai tikus yang terpapar arsenik trioksida dan
kontrol?
2. Apakah terdapat perbedaan genus larva serangga yang
ditemukan pada bangkai tikus yang terpapar arsenik
trioksida dan kontrol?
3. Apakah
terdapat
perbedaan
urutan
kedatangan
lalat
serangga pada bangkai tikus yang terpapar arsenik
trioksida dan kontrol?
6
4. Apakah
ada
perbedaan
panjang
dan
berat
larva
serangga pada bangkai tikus dengan pemberian arsenik
trioksida dan kontrol?
C.
KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini berbeda dengan peneltian lainnya
karena penelitian ini berfokus pada identifikasi semua
genus larva serangga pada bangkai tikus yang dileatakan
ditempat
terbuka
agar
bangkai
mengalami
proses
pembusukan secara alami.
Salah
satu
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Nina
Dacko B.S tahun 2011 di Texas dalam thesisnya berjudul
pengaruh
arsenik
trioksida
terhadap
lalat
daging
Sarcophaga Bullata (Diptera: Sarcophagidae). Penelitian
ini mendeskripsikan pengaruh arsenik trioksida terhadap
pertumbuhan,
spesies
larva
penelitian
dengan
metamorfosis,
Sarchopaga
yang
penelitian
digunakan
penulis
mortalitas
bullata.
adalah
yaitu
dan
reproduksi
Dengan
kelinci.
tempat
Subjek
Berbeda
penelitian,
subyek penelitian, dosis letal arsenik trioksida, dan
letak geografis.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Dari penenelitian ini manfaat yang dapat di ambil
sebagai berikut:
7
1. Membantu memecahkan masalah dalam analisis kasus
kamatian akibat racun arsenik trioksida oleh tim
forensik
2. Menambah referensi tentang entomologi forensik dan
Sebagai bahan acuan penelitian bagi peneliti lain
di bidang entomologi forensik.
E.
TUJUAN PENELLITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah membandingkan proses
pembusukan
bangkai
tikus,
genus,
urutan
kedatangan,
ukuran panjang dan berat larva lalat pada bangkai tikus
yang
terpapar
arsenik
trioksida
dan
kontrol.
Download