Seminar Tugas Akhir Juni 2015 ORBITAL SHAKING INCUBATOR BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Rossy Tiara Vadiska1, I Dewa Gede Hari Wisana2 , M.Ridha Mak’ruf3 ABSTRAK Orbital Shaking Incubator adalah alat untuk mengocok suatu sampel yang memerlukan temperatur dan kecepatan. Alat ini dibutuhkan dalam melakukan pengembangbiakan mikroorganisme. Prinsip kerja alat ini adalah inkubasi mikroorganisme pada kondisi tertentu dengan pengocokan dimana nutrient tersebar secara efektif sehingga pertumbuhan mikroba merata. Penelitian dan pembuatan modul ini menggunakan metode pre-eksperimental dengan jenis penelitian “One group Post Test Design” yaitu untuk mengukur suhu dan kecepatan putar alat. Sehingga penulis hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan sebelumnya. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan nilai error sebesar 0,7% pada pengukuran suhu 37°C terhadap alat pembanding. Dalam pengukuran kecepatan putar motor atau RPM diperoleh error sebesar 3.13% pada 150 RPM dan error sebesar 3,7% pada 200 RPM. Sedangkan untuk timer 2 jam diperoleh error sebesar 0,081% dan 3 jam diperoleh error sebesar 0,078%. Kata Kunci: inkubasi, mikroorganisme, RPM, timer 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi yang mempelajari tentang organisme yang mikroskopik yakni meliputi bakteri, virus, fungi, alga dan protozoa. Dalam penelitian mikroorganisme untuk bekerja pada skala laboratorium tentu diperlukan alat-alat laboratorium yang mendukung penelitian tersebut. Orbital Shaking Incubator atau shaker incubator adalah alat untuk mengocok suatu sampel yang memerlukan temperatur dan kecepatan putar tertentu. Alat ini dibutuhkan dalam melakukan pengembangbiakan mikro- organisme. mikroorganisme atau mikroba memiliki akses yang lebih baik untuk penyerapan nutrisi dalam media biakan dan dalam proses metabolisme. Homogenisasi atau pengocokan ini akan bergerak secara orbital. Sedangkan untuk inkubasi digunakan karena suhu dapat mempengaruhi pola pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan mikroorganisme dalam mempertahankan suhunya (Muchtadi dan Betty, 1980). Menurut pengamatan peneliti pernah dibuat tugas akhir incubator shaker oleh Fahmi Faisol (2010), pada alat tersebut masih menggunakan sistim digital serta tidak dilengkapi dengan setting timer selama proses homogenisasi dan inkubasi. Di tahun (2013) Ma’rifatul Kholisatin Dalam pengembangbiakan mikroorganisme sampel harus melalui proses homogenisasi serta inkubasi yang berlangsung secara bersamaan. Proses homogenisasi adalah cara agar 1 Seminar Tugas Akhir Juni 2015 membuat tugas akhir orbital shaker, akan tetapi pada alat ini hanya sebatas pengocokan sampel dengan kecepatan putar tertentu tanpa ada sistim inkubasi. Berdasarkan hasil identifikasi masalah diatas, maka penulis ingin merancang alat Orbital Shaking Incubator Berbasis Mikrokontroller ATMega 8535 sebagai bahan Tugas Akhir yang akan lebih bermanfaat khususnya dalam bidang mikrobiologi. 1.2 Batasan Masalah 1.2.1 Suhu yang digunakan untuk inkubasi adalah suhu optimum pertumbuhan bakteri yakni 37°C. 1.2.2 Alat yang dibuat untuk sampel bakteri yang memerlukan kecepatan putar 150 dan 200 RPM 1.2.3 Setting timer yang dipakai adalah 2 jam dan 3 jam 1.2.4 Display suhu dan waktu menggunakan LCD karakter 2x16 1.2.5 Pengocokan menggunakan 4 buah erlenmeyer berukuran 25 ml 1.2.6 Pencampuran dikhususkan untuk sampel bakteri media cair 1.2.7 Tidak menggunakan sampel bakteri yang sesungguhnya 1.3 Rumusan Masalah Dapatkah dibuat alat Orbital Shaking Incubator berbasis Mikrokontroller ATMega 8535? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Dibuatnya alat Incubator berbasis ATMega 8535. Orbital Shaking Mikrokontroller 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Membuat rangkaian minimum sistem mikrokontroller ATMega 8535 beserta program 1.4.2.2 Membuat rangkaian sensor suhu LM 35 1.4.2.3 Membuat rangkaian driver heater 1.4.2.4 Membuat rangkaian driver motor 1.4.2.5 Membuat tampilan suhu dan timer pada LCD karakter 1.4.2.6 Melakukan uji fungsi pada modul yang telah dibuat 1.5 1.5.1 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Jurusan Teknik Elektromedik di bidang peralatan laboratorium. 1.5.2 Manfaat Praktis Membantu mempermudah pengguna dalam melakukan penelitian atau pengerjaan khususnya pada laboratorium mikrobiologi. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Orbital Shaking Incubator Orbital Shaking Incubator atau Shaker Incubator berfungsi untuk mengocok suatu campuran bahan (nutrient/medium) dengan sampel yang memerlukan temperatur dan kecepatan (rpm), hal ini untuk memelihara biakan mikroorganisme pada suhu optimum dengan pengocokan sehingga inkubasi menjadi efektif karena sel-sel mikroorganisme dapat efektif menyerap nutrient. Pengocokan berkaitan erat dengan aerasi dan transfer oksigen dalam media. Transfer oksigen dari udara ke permukaan cairan media pertumbuhan harus dilakukan secara kontinu untuk memenuhi kebutuhan oksigen mikroba dalam kultur tersebut (Rintis Manfaati, Universitas Diponegoro Semarang, 2010). Prinsip kerja alat ini inkubasi mikroorganisme pada kondisi tertentu dengan pengocokan dimana nutrient tersebar secara efektif sehingga pertumbuhan mikroba merata (Laporan Mikrobiologi-Virologi Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka,2012). Gambar 2.1 Orbital Shaking Incubator (Sumber: http://www.visionmicroscope.com/lab_equipments) 2 Seminar Tugas Akhir 3. METODOLOGI 3.1 Diagram Mekanis Sistem Juni 2015 maka buzzer akan berbunyi dan menandakan bahwa proses homogenisasi dan inkubasi telah selesai dan sampel siap diambil. 3.3 Diagram Alir Proses/Program Begin Setting waktu dan kecepatan No Enter Yes Blower On Heater On Gambar 3.1 Desain modul No Suhu tercapai Yes 3.2 Diagram Blok Sistem Motor On Timer On No Timer sesuai setting Yes Motor Off Buzzer On End Gambar 3.3 Diagram alir modul Gambar 3.2 Diagram blok system Program masuk ke IC mikrokontroller ATMega 8535, mikrokontroler mengatur semua rangkaian. Pemilihan dilakukan untuk memilih setting kecepatan dan waktu sesuai kebutuhan. Suhu yang digunakan dalam proses inkubasi disini sebesar 37°C. Saat enter ditekan maka heater dan blower akan aktif, heater digunakan untuk proses inkubasi sedangkan blower untuk meratakan suhu inkubasi pada alat. Saat sensor suhu mendeteksi suhu yang ada dalam alat, maka ketika suhu tercapai motor akan aktif dan timer berjalan. Motor digunakan untuk menggerakkan plate yang diatasnya terdapat labu erlenmeyer yang berisi sampel. Motor akan bekerja selama waktu yang ditentukan. Ketika waktu habis, Pada keadaan awal adalah setting kecepatan motor dan timer. Saat enter maka heater dan blower akan bekerja. Ketika suhu tercapai 37°C maka motor aktif dan timer berjalan sesuai setting rpm dan timer sehingga akan tampil pada LCD suhu dan timer yang berjalan. Saat timer sesuai dengan setting awal maka motor akan berhenti serta buzzer berbunyi sebagai tanda proses telah selesai. 3.4 Urutan Kegiatan 1. Mempelajari Literatur 2. Menentukan Topik 3. Menyusun latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat 4. Membuat diagram mekanis, diagram blok system dan diagram alir proses/program 3 Seminar Tugas Akhir 4. Juni 2015 5. Menentukan rancangan penelitian, variabel-variabel penelitian dan definisi operasional 6. Menyusun proposal 7. Merancang rangkaian mekanik dan rangkaian elektronik dalam bentuk modul-modul 8. Menyatukan modul-modul membentuk system modul 9. Menyatukan modul-modul dan mengukur besaran-besaran fisis yang diperlukan 10.Menghitung parameter-parameter kinerja system 11.Membuat ulasan mengenai hasilhasil dari penelitian ini meliputi kelebihan/kekuatan sampai dengan kekurangan/kelemahan system 12.Menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan sistem 13.Menyusun laporan karya tulis ilmiah Gambar 4.1 Gambar Rangkaian ATMEGA 8535 PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Langkah-langkah yaitu: 4.1 Proses Pembuatan 4.1.1 Modul Rangkaian ATmega 8535 dan Pengkondisi sinyal sensor suhu LM35 Rangkaian ini adalah mikrokontroller yang berfungsi untuk mengatur jalannya sistem. Spesifikasi yang diperlukan rangkaian ini adalah: 1. Tegangan yang dibutuhkan 5 VDC dan ground 2. Membutuhkan sambungan MISO, MOSI, SCK, dan RESET untuk dapat memprogram 8535 3. Membutuhkan tombol untuk memilih program 4. Membutuhkan tegangan pada pin Aref sebesar 1 volt 5. Membutuhkan display LCD untuk menampilkan timer dan suhu Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini: VCC 2 1 J3 LCD LCD 1 2 3 4 5 6 J2 VCC PC4 PC5 PC6 PC7 supply PC0 PC1 PC2 R5 R 1 2 3 4 5 6 J9 VCC J4 D3 LED PB5 PB6 PB7 PB8 1 2 3 4 5 D1 DIODE R12 POT PROGRAMMER VCC VCC R4 1K VCC SW1 RESET PB0 PB1 PB2 PB3 PB4 PB5 PB6 PB7 C2 10MF PD4 PD5 PD6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 PB0(XCK/T0) PB1(T1) PB2(INT2/AIN0) PB3(OC0/AIN1) PB4(SS) PB5(MOSI) PB6(MISO) PB7(SCK) RESET VCC GND X-TALL2 X-TALL1 PD0(RXD) PD1(TXD) PD2(INT0) PD3(INT1) PD4(OC1B) PD5(OC1A) PD6(ICP) PA0(ADC0) PA1(ADC1) PA2(ADC2) PA3(ADC3) PA4(ADC4) PA5(ADC5) PA6(ADC6) PA7(ADC7) AREF AGND AVCC PC7(TOSC2) PC6(TOSC1) PC5 PC4 PC3 PC2 PC1(SDA) PC0(SCL) PD7(OC2) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 PA0 PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 AREF PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0 PD7 J1 1 2 3 R1 150 R2 150 LM 35 C1 VCC 1 mikro VCC atmega8535 SW2 R3 R R11 POT AREF UP/DOWN SW3 ENTER pengaturan/pengujian 1. Mengukur tegangan yang masuk ke ic yaitu pada kaki 10 (vcc) dan 11 (ground) 2. Memasukkan program dan mengecek pin yang digunakan untuk tombol (portD.0-portD.1) 3. Mengatur kecerahan LCD dengan mengatur multiturn 4. Mengatur tegangan pada pin referensi ADC atmega8535 sebesar 1V 4.1.2. Modul Rangkaian Driver Motor Spesifikasi modul rangkaian driver motor yang diperlukan adalah: 1. Membutuhkan frekuensi PWM sebagai pemicu rangkaian 2. Membutuhkan tegangan input 5 VDC untuk input opto isolator dan 24 VDC untuk motor Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di bawah ini: 4 Juni 2015 R1 22K D1 trg 1 555 new 4 1 2 output 2 3 4 8 tr gnd C1 100uF MOTOR ISO1 OPTO ISOLATOR-A R4 rst vcc 6 J2 1 DIODE2 R2 150 3 Q2 NPN BCE (aktif low) 1K cntrl dscr J1 5 U2 2 1 VCC R3 150 7 Dari periode tersebut maka dapat dihitung periode on dan off motor dengan perhitungan : +24V +5V SW +5V SW Seminar Tugas Akhir +5V SW RESET C2 103 VCC R6 150 4 1 R5 150 2 3 ISO2 OPTO ISOLATOR-A_0 J4 R7 2 1 PORTD.7 Q3 NPN BCE 1K Gambar 4.2 Rangkaian Driver Motor Langkah-langkah yaitu: pengaturan/pengujian 1. Mengukur gelombang output portD.7 dengan osiloskop Sinyal PWM 150 rpm : Ttot = Ton + Toff 0,262 s = 0,198 + Toff Toff = 0,262 – 0,198 = 0,064 s pada Gambar 4.3 Hasil pengukuran pwm 150rpm Sinyal PWM 200 rpm : Gambar 4.4 Hasil pengukuran pwm 200rpm Duty Cycle= = = 75,68 % = 54,90 % = 3,81 Hz = 3,81 Hz Dengan frekuensi yang dipakai adalah 3,81 Hz, maka akan didapat periode : Dengan frekuensi yang dipakai adalah 3,81 Hz, maka akan didapat periode : T= T= = 0,262s T= 5 Seminar Tugas Akhir T= Juni 2015 Langkah-langkah pengaturan/pengujian : = 0,262 s Dari periode tersebut maka dapat dihitung periode on dan off motor dengan perhitungan : (aktif low) 1. Mengukur output PORTB.0 saat logika high atau low 2. Mengukur tegangan output triac 4.1.5 Modul Rangkaian Driver Buzzer Spesifikasi modul rangkaian sensor driver buzzer yang diperlukan adalah: 1. Menggunakan optoisolator dan transistor sebagai driver buzzer. 2. Membutuhkan tegangan input 5 VDC ,12 VDC dan logika nol untuk mengaktifkan rangkaian. Jadi didapatkan rangkaian seperti di bawah ini: 1. Menggunakan triac dan moc sebagai driver. 2. Membutuhkan tegangan input 5 VDC, logika nol dan tegangan 220VAC untuk mengaktifkan rangkaian. J8 +5v SW +5v SW Jadi didapatkan rangkaian seperti di bawah ini: 2 1 J2 R2 R1 220 1 BUZZER R4 Q2 NPN BCE 1K Langkah-langkah pengaturan/pengujian : 1. Mengukur output PORTA.3 saat logika high atau low. 2. Mengukur tegangan pada basis transistor 4.1.6 Modul Rangkaian Driver Blower Spesifikasi modul rangkaian driver blower yang diperlukan adalah: 1. Menggunakan optoisolator dan transistor sebagai driver blower. 2. Membutuhkan tegangan input 5 VDC,12 VDC dan logika nol untuk mengaktifkan rangkaian. 220 U1 MOC3021 TRIAC BTA41006b AC 2 J3 4 J4 2 ISO1 OPTO ISOLATOR-A 1 2 6 SUPPLY 4 1 +5v SW 2 1 PORTA.3 4.1.4. Modul Rangkaian Driver Heater Spesifikasi modul rangkaian sensor putaran motor yang diperlukan adalah: 1 3 Mengamati putaran motor dengan kesesuaian program yang diatur R3 2 2. LS1 R5 150 150 J1 +12v VCC Ttot = Ton + Toff 0,262 s = 0,143 + Toff Toff = 0,262 – 0,143 = 0,12 s 1 2 Jadi didapatkan rangkaian seperti di bawah ini: 1 Heater PORTB.0 Gambar 4.7 Rangkaian Driver Heater 6 Juni 2015 +5v SW +12v Seminar Tugas Akhir J6 VCC R10 10K R6 150 1 2 R7 150 4 1 BLOWER 2 3 ISO2 OPTO ISOLATOR-A_0 J5 2 1 Perbandingan pengukuran waktu (dengan membandingkan stopwatch dan tampilan layar LCD) Perbandingan dilakukan dengan membanding-kan nilai pengukuran stopwatch dan tampilan waktu pada LCD. R8 1K Q3 NPN BCE Tabel 4.1 Data hasil perbandingan pengukuran waktu antara stopwatch dan LCD PORTB.1 Langkah-langkah pengaturan/pengujian : 1. Mengukur output PORTB.1 saat logika high atau low 2. Mengukur tegangan pada basis transistor. 4.2. Pengujian Sistem 4.2.1. Teknik Pengujian dan Pengukuran Penelitian dan pembuatan modul ini dengan menggunakan design preksperimental dengan jenis penelitian adalah “ one group postest design “ karena perlakuan langsung diukur. Perlakuan Sistem Modul 4.2.2.1 Perbandingan pengukuran kecepatan putaran motor (RPM ) dengan tachometer. Perbandingan pengukuran kecepatan putaran motor dilakukan dengan membandingkan tachometer dengan tampilan LCD. Tabel 4.2 Data hasil pengukuran perbandingan kecepatan motor dengan tachometer dengan tampilan LCD Pengukuran 4.2.2. Hasil Pengukuran Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Orbital Shaking Incubator Berbasis Mikrokontroller ATMega 8535, dilakukan beberapa perbandingan dan pengukuran. Perbandingan yaitu antara waktu pada stopwatch dan waktu modul yang ditampilkan pada LCD, sedangkan pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuraan rpm dengan tachometer, pengukuran output sinyal PWM, dan pengukuran suhu. 4.2.2.2 Pengukuran pada Output LM35 dan tampilan suhu Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Suhu dan Output LM35 7 Seminar Tugas Akhir Juni 2015 Perhitungan untuk 180 menit (10800 s) : 4.3 Analisis 4.3.1 Hasil perhitungan pengukuran waktu perbandingan X Perhitungan untuk 120 menit (7200 s) : X = 10791,5 s = X 43165 6 Simpangan Error = Xn - = 7194,16 s = 10800 – 10791,5 Simpangan Error = Xn - = 8,5 X = 7200 – 7194,16 = 5,84 X % Error Xn X % Error = x 100% Xn % Error = Xn X % Error = x 100% Xn = 10800 10798,33 x 100% 10800 = 0,078 % 7200 7194,16 x 100% 7200 = 0,081 % SD SD = ( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 ...... ( X 6 X ) 2 n 1 SD SD = = 1,5 ( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 ...... ( X 6 X ) 2 n 1 5 = 0,54 = 4,79 5 = 0,97 UA UA = 0,22 8 Seminar Tugas Akhir Juni 2015 Perhitungan 200 RPM 4.3.2 Hasil perhitungan pengukuran Kecepatan Motor (RPM) X Perhitungan 150 RPM X = 203,7 = 154,7 Simpangan Simpangan Error = Xn - X Error = Xn - X = 200 – 203,7 = 150 – 154,7 = 3,7 = 4,7 % Error % Error = Xn X x 100% Xn % Error % Error = Xn X x 100% Xn = 200 203,7 x 100% 100 = 150 154,7 x 100% 150 = 3,7 % = 3,13 % SD SD = SD SD = ( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 ...... ( X 6 X ) 2 n 1 ( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 ...... ( X 6 X ) 2 n 1 = = = 41,5 5 = 28,85 5 = 2,8 = 2,40 UA UA 9 Seminar Tugas Akhir Juni 2015 4.3.3 Hasil Perhitungan Pengukuran Suhu Perhitungan suhu 37°C X = 37,25 Simpangan Error = Xn - X Pada rangkaian driver heater, digunakan MOC 3021 sebagai optotriac dan triac BTA41. Cara kerja optotriac ini adalah ketika mendapat tegangan DC pada pin 1 dan 2, maka pada pin 4 dan pin 6 dapat menyaklar tegangan AC namun dengan arus kecil. Untuk itu digunakan triac BTA41 yang dapat mensaklar tegangan AC dengan arus besar. Pin 2 MOC 3021 dihubungkan dengan PORTB.0 yang akan mengeluarkan logika low ketika suhu dibawah suhu setting dan ketika mendapat logika low, maka moc akan aktif kemudian menyalakan heater. = 37 – 37,25 = 0,25 % Error % Error = Xn X x 100% Xn = 37 37,25 x 100% 37 = 0,7 % SD SD = ( X 1 X ) 2 ( X 2 X ) 2 ...... ( X 9 X ) 2 n 1 = = 2 7 4.4 Kinerja Sistem Keseluruhan Pada saat alat dihubungkan, tegangan akan diturunkan disearahkan oleh power supply menjadi +5V ,+12V , dan +24V yang nantinya digunakan untuk mensupply seluruh rangkaian. Untuk rangkaian sensor suhu, output dari sensor suhu terdapat resistor 150ohm yang dipasang paralel untuk memperoleh tahanan sebesar 75ohm dan diseri dengan kapasitor 1mikrofarad.Output dari sensor suhu ini dihubungkan dengan portA.0 yang merupakan input ADC 0 pada IC ATMega 8535. Pada rangkaian driver motor, digunakan optoisolator PC817 dan TIP 122, PC817 akan mendapat sinyal pwm dari pin OCR2 IC ATMega8535. Output dari PC817 digunakan untuk menyulut transistor TIP 122 yang digunakan untuk mendriver motor. Kecepatan motor diatur oleh jumlah OCR yang ditentukan dan keluar pada pinD.7 yang dihubungkan ke motor. Apabila waktu yang dipilih sudah habis maka proses selesai dan motor akan berhenti dan buzzer berbunyi. = 0,5 UA Untuk blower akan bekerja jika mendapat tegangan +12VDC dan ground. Sedangkan pada rangkaian ini blower hanya akan bekerja jika output mikro mengeluarkan logika low. Ketika basis dari transistor mendapat logika1, maka blower bekerja. Untuk buzzer akan bekerja jika mendapat tegangan +12VDC dan ground. 10 Seminar Tugas Akhir Sedangkan pada rangkaian ini buzzer hanya akan bekerja jika output mikro mengeluarkan logika low. Ketika basis dari transistor mendapat logika1, maka buzzer akan berbunyi 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Secara menyeluruh penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa: 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.1.4 Dapat dibuat rangkaian sensor suhu LM35, rangkaian driver heater, rangkaian driver motor dan rangkaian mikrokontroller ATMEGA8535 beserta program Dapat membuat tampilan suhu dan timer pada LCD 2x16. Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan motor, diperoleh kesalahan error pada timer 2 jam adalah 0,081% dan timer 3 jam adalah 0,078%. Sedangkan untuk kecepatan putar 150RPM diperoleh error 3,13% dan untuk kecepatan putar 200RPM diperoleh error 1,85% Untuk suhu 37°C diperoleh error sebesar 0,7% 5.2. SARAN Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penyempurnaan penelitian lebih lanjut : 5.2.1 5.2.2 5.2.3 Desain yang tepat dan baik, serta peletakan juga harus diperhatikan agar distibusi panas merata Dapat dibuat kontrol suhu yang baik agar suhu dapat stabil Ditambahkannya pemilihan kecepatan motor dan pemilihan suhu yang lebih bervariasi Juni 2015 DAFTAR PUSTAKA [1]Andri MZ. Pulse Widht Modulation (PWM). Diakses 21 September 2014 http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/pulsewidth-modulation-pwm/ [2]Bachtiar Efendi. PERANAN MIKROORGANISME DALAM BIDANG KESEHATAN. Diakses 21 September 2014 http://bahtiarsite.blogspot.com/2013/ 01/peran-mikroorganisme-di-bidangkesehatan.html [3]Bayu Sasongko (2011). Sensor Suhu LM 35. Diakses 18 September 2014. http://etekno.blogspot.com/2011/06/ membuat-sensor-suhu-dengan-lm35dan.html [4]Beni Permana (2009). Sistem Pengukuran Konduktivitas Panas Pada Logam Berbasis Mikrokontrole. Universitas Indonesia Depok 2009. [5]Desi (2012). Isolasi dan Pemurnian Mikroba. Diakses 22 Septemper 2014. https://dcycheesadonna.wordpress.co m/2012/07/08/isolasi-danpemurnian-mikroba/ [6]Fadhlan Rulan Gani. 2012.Pulse Widht Modulation. Diakses 19 September 2014 http://roboticelectric.blogspot.com/2012/11/pulsewidth-modulation-pwm.html [7]Fahmizal. 2010. Fitur ATMega 8535. Diakses 19 September 2014 https://fahmizaleeits.wordpress.com/ 2010/04/09/fituratmega8535/#comme nts 11 Seminar Tugas Akhir [8]Hyochin Kim dan Arun K. Bhunia (2008). SEL, a Selective Enrichment Broth for Simultaneous Growth of Salmonella enterica, Escherichia coli O157:H7, and Listeria monocytogenes. Jurnal Applied Environment Microbiology Vol 74 No.15 Edisi Agustus 2008. [9]Koentjaraningrat, 2006. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia [10]Kusnadi. Lingkup Mikrobiologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Fakultas MIPA. diakses 20 September 2014 jam 20.25 WIB http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/196805091 994031KUSNADI/BUKU_COMMO N_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusna di,dkk/BAB__I_PENDAHULUAN.p df [11]Marlia Singgih W (2012). FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme..Diakses19hSeptem berh2014.hhttp://download.fa.itb.ac.i d/filenya/Handout%20Kuliah/Mikrob iologi%20Farmasi%20STF/Faktorfak tor%20yang%20Mempengaruhi%20 Pertumbuhan%20Mikroorganisme.pd f Juni 2015 009/01/kemagnetan-materi-ipa-kelas9-smpmts.html [15]Rintis Manfaati (2010). Kinetika Dan Variabel Optimum Fermentasi Asam Laktat Dengan Media Campuran Tepung Tapioka Dan Limbah Cair Tahu Oleh Rhizopus Oryzae. Universitas Diponegoro Semarang 2010. [16]Siti Rafiah Darajat (2013). Pengenalan Alat Laboratorium dan Mikroskop. Universitas Hasanuddin Makasar 2013 [17]Todar`(2008). Todar’s Online TextBook of Bacteriology. Diakses 18 September 2014. http://textbookofbacteriology.net/e.co li_4.html [18]Universitas Negeri Yogyakarta. Bakteri Termofilik. diakses 25 September 2014 jam 19.50 WIB http://eprints.uny.ac.id/9261/3/BAB %202%20-%2008308144008.pdf [19]Yulianti dan Tri (2011). Deteksi Keberadaan Antibodi Anti Diare Escherichia Coli dan Salmonella Enteriditis dan Anti Flu Burung H5N1. Institut Pertanian Bogor (IPB) 2011 [12]Martina Tesavora (2010). Optimization of growth condition Escherichia coli culture by method Design of experiments to produce optimal amount of studied genetically insert protein. University of South Bohemia, Institute of Physical Biology, Zamek 136, 373 33 Nove Hrady, Czech Republic 2010. [13]M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P. 2008. Pemrograman Bahasa C Untuk Mikrokontroller ATMega8535. Yogyakarta: CV. Andi Offset [14]Memet Mulyadi. Kemagnetan Materi IPA Kelas IX. Diakses 18 September 2014. http://memetmulyadi.blogspot.com/2 12