Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) PROPAGANDA FILM ANIMASI MALAYSIA: KLAIM WAYANG KULIT DAN LAGU RASA SAYANGE (2009-2012) Oleh Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo Email: [email protected] HP: 081378269802 ABSTRACT This research describes about the strategy of Malaysian’s propaganda through animation film. The aim of this Malaysian strategy is to claim Indonesian culture, both on Rasa Sayange song and Wayang Kulit. While the animation film which used as propaganda media by Malaysia is animation film of Upin and Ipin. The conflict between Malaysia and Indonesia has be beginning since 1963. The incident was known as “konfrontasi” or the Indonesian people called it with term “Ganyang Malaysia”. Nowadays, conflict between both countries was caused by the dispute in culture sector. To dispute the culture product between Malaysia and Indonesia, in the first time was happened in 2007, when Malaysia used Rasa Sayange song to its national tourism interest. And then, it creep to the other culture products, such as Wayang Kulit, Angklung, Reog, and etc. To expedite its effort to claim culture products of Indonesia, Malaysia has be applying the propaganda through animation film, Upin and Ipin. Key words: propaganda, culture, claim, animation. Pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai strategi propaganda Malaysia dengan menggunakan film animasi, dalam mengklaim dua produk budaya Indonesia, yaitu Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange. Dalam hal ini, film animasi yang digunakan oleh Malaysia adalah animasi Upin dan Ipin yang memiliki cerita-cerita mengenai kehidupan dengan latar budaya Melayu. Melalui film animasi ini, Malaysia secara langsung ingin memperkenalkan budaya negaranya kepada penikmat tayangan animasi ini. Sehingga dengan propaganda ini, Malaysia berharap dapat membentuk opini publik, bahwa semua budayabudaya yang dikenalkan dalam tayangan animasi ini seluruhnya adalah nilai-nilai budaya kepunyaannya. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat eksplanatif, yang diawali dengan gambaran umum fenomena-fenomena mengenai hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia terkait dengan hubungan kebudayaan kedua negara ini. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai fenomena-fenomena bahwa film animasi Malaysia, yaitu Upin dan Ipin mudah diterima oleh masyarakat internasional khususnya masyarakat Indonesia. Kesukaan orang-orang terhadap animasi ini, menjadikan Malaysia memanfaatkan hal ini untuk mencapai kepentingannya. Tepatnya menggunakan film animasi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Riau. Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Riau. 1 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Upin dan Ipin ini sebagai media propaganda untuk melakukan pengklaiman lagu Rasa Sayange dan Wayang Kulit. Melalui film animasi ini, Malaysia bermaksud mempromosikan negaranya kepada negara lain, terutama terkait dengan isu kebudayaan dan pariwisata. Akan tetapi, ada beberapa kebudayaan Indonesia yang sengaja dimasukkan ke dalam film animasi ini, yaitu Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah multi case study. Pemilihan strategi ini berimplikasi pada teknik pengumpulan data. Teknik yang digunakan adalah menghubungkan teori dengan data-data yang didapatkan melalui riset perpustakaan (library research). Data-data tersebut didapatkan dari buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan sumber lainnya (document analysis). Selain itu, penulis juga menggunakan sarana internet dalam proses pengumpulan data yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Penulis memberikan batasan-batasan dalam penelitian ini agar fokus melakukan penelitian terhadap fenomena yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pertama, penelitian ini difokuskan pada propaganda yang lancarkan oleh Malaysia dalam mengklaim artefak-artefak budaya Indonesia melalui tayangan animasi lokal negaranya. Propaganda Malaysia yang dimaksud dalam penelitian ini terkait dengan strategi-strategi Malaysia dalam mengklaim budaya Indonesia melalui tayangan film animasi. Produk-produk budaya Indonesia apa saja yang diklaim Malaysia melalui propaganda film animasinya. Dan, permasalahan penelitian ini dibatasi dengan penentuan jangka waktu dari tahun 2009 di mana pada tahun ini film animasi Malaysia booming di Indonesia dan negara lainnya, hingga tahun 2012. Sebagai kerangka acuan untuk menjawab permasalahan penelitian, maka peneliti menggunakan teori propaganda yang berada di bawah payung perspektif konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan perspektif yang memberikan penekanan pada karakter sosial yang dibentuk dari kepentingan (interests) dan identitas (identities) aktor-aktor,1 tentang hubungan antara agen dan struktur,2 di mana struktur membentuk perilaku sosial dan politik aktor-aktor, baik individu ataupun negara, struktur juga membentuk identitas, dan kemudian identitas sosial individu atau negara membentuk kepentingan.3 Tingkat analisa dalam penelitian ini adalah agen-struktur, yang memperhatikan tindakan yang dilakukan oleh suatu agen dalam mencapai tujuan tertentu, dan tentunya tidak terlepas dari pengaruh struktur negara, baik itu struktur politik, sosial, ekonomi, dan struktur lainnya. Dalam penelitian ini, Les Copaque Production (LCP) melalui film animasi, menjadi agen yang 1 Andrew Bradley Philips, “Constructivism”, dalam Martin Griffiths et. al., International Relations Theory for the Twenty-First Century: An Introduction, (London and New York: Routledge Taylor & Francis Group, ISBN 0-203-93903-4, 2007), hlm. 60. 2 Matthew J Hoffmann, “Social (De)Construction: The Failure of A Multinational State”, dalam Jennifer Sterling-Folker et. al., Making Sense of International Relations Theory., (London: Lynne Rienner Publisher, 2005), hlm. 124. 3 Christian Reus-Smit, “Constructivism”, dalam Scott Burchill et. al., Theories of International Relations 3rd ed., (New York: Palgrave Macmillan, 2005), hlm. 196-198. 2 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) mengemukakan dan memunculkan gagasan atau pemikiran bahwa Wayang Kulit dan lagu Rasa Sayange yang ditampilkan di dalam film tersebut adalah budaya Malaysia. Teori propaganda yang digunakan dalam penelitian ini, adalah teori propaganda budaya yang dipopulerkan oleh Harold Dwight Lasswell (19021978): “... that it involves the presentation of an object in a culture in such a manner that certain cultural attitudes will be organized toward it. ... may include the ownership of property or the possession of claims to ceremonial deference.”4 Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Lasswell di atas, maka propaganda Malaysia melalui film animasi Upin dan Ipin ini, disajikan sedemikian rupa untuk dinikmati oleh target propaganda, dengan cerita yang berlatar kehidupan dan budaya Malaysia. Propaganda ini dilakukan Malaysia untuk mengatur pandangan dan perilaku masyarakat internasional, termasuk masyarakat Indonesia, ke arah tujuannya, yaitu mempromosikan nilai-nilai budaya miliknya dan nilai-nilai budaya yang diklaim sebagai miliknya yang disampaikan di dalam film animasi ini, termasuk dua produk budaya Indonesia, yaitu lagu Rasa Sayange dan Wayang Kulit. Propagandis memanfaatkan media massa untuk melancarkan kegiatan propaganda sehingga kepentingannya dapat tercapai. Media massa merupakan wahana yang sangat efektif karena media dan propaganda memiliki misi dan tujuan yang sama, yaitu mempengaruhi massa. Propaganda dapat dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan opini yang ada pada suatu negara menjadi opini internasional. Film Upin dan Ipin mencoba untuk memberikan suatu citra terhadap Malaysia. Pembuatan animasi ini memerlukan proses yang panjang, maka tindakan memasukkan budaya Indonesia tanpa izin dalam film ini bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, akan tetapi suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan khusus, yaitu untuk mempengaruhi opini internasional. Setiap negara memiliki kepentingan nasional masing-masing dalam percaturan internasional yang ingin dicapai. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai kepentingan nasional tersebut. Kemajuan teknologi yang dimiliki Malaysia, telah mendorongnya untuk memanfaatkan kemajuan tersebut dalam memajukan dan memperkuat posisinya dalam percaturan internasional. Untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya, ingin memiliki kebudayaankebudayaan yang ada di Indonesia, Malaysia memanfaatkan Les Copaque Production sebagai produktor tokoh animasi Upin dan Ipin, untuk melancarkan propaganda mengenai pengklaiman budaya ini. Propaganda Malaysia melalui Upin dan Ipin dilakukan untuk menciptakan opini masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional, bahwa kebudayaan yang diperkenalkan dalam tayangan ini adalah miliknya. Selain itu, propaganda ini juga dilakukan untuk mendapatkan dukungan yang kuat dari negara lain. Melalui Upin dan Ipin yang secara jelas sudah 4 Harold D. Lasswell, “The Theory of Political Propaganda”, dalam The American Political Science Review: Notes on Political And Method, Vol. 21, No. 3 (American Political Science Association, Agustus 1927), hlm. 629-630. 3 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) mendapatkan dukungan dari pemerintahnya, yaitu dari “Ministry of Technology, Water and Communication (now replaced by the Ministry of Energy, Green Technology and Water), Ministry of Science Technology and Innovation, and Multimedia Super Corridor Malaysia,” serta alokasi dana “a total of RM750 million”, 5 Malaysia berharap bisa berhasil mempengaruhi pola pikir dan perilaku dari masyarakat Indonesia dan internasional. Sehingga, jika suatu saat, terjadi kasus perebutan Wayang Kulit dan lagu Rasa Sayange antara Indonesia dan Malaysia, Malaysia sudah memiliki dukungan dari negara-negara lain. Menurut Lasswell, propaganda melibatkan beberapa pihak yaitu musuh, sekutu, dan pihak netral di dalamnya.6 Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam propaganda tersebut, Lasswell mengemukakan tujuan dilakukannya propaganda, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Untuk memobilisasi kekuatan propagandis. b. Untuk memperkuat relasi dengan pihak sekutu. c. Untuk mempengaruhi pihak netral. d. Untuk menjatuhkan mental musuh. Hal inilah yang sedang dilakukan Malaysia. Melalui film animasinya, Malaysia ingin memobilisasi kekuatannya dalam percaturan internasional, memperkuat relasinya dengan negara-negara sekutu, mempengaruhi masyarakat internasional yang tidak mengetahui bahwa lagu Rasa Sayange dan Wayang Kulit adalah bukan kebudayaan yang berasal dari Malaysia. Dan yang terakhir adalah menjatuhkan mental Indonesia, yang lamban dalam memantenkan serta memanfaatkan kekayaan budaya yang dimiliki yang bisa dijadikan sebagai pendorong kemajuan ekonomi negara. Hasil dan Pembahasan Tayangan animasi Malaysia sangat disukai oleh masyarakat internasional, termasuk juga masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan beberapa fenomena, di antaranya adalah tingginya jumlah pemutaran animasi Upin dan Ipin di You Tube. Sebagai rumah produksi Upin dan Ipin, LCP Sdn. Bhd. memiliki akun resmi tersendiri pada jejaring sosial ini. Akun ini aktif bergabung dalam You Tube pada 9 November 2009. Dan telah memiliki 243 video yang berhasil diunggah 7. Lebih dari separuh dari video yang ada pada akun ini merupakan serial animasi Upin dan Ipin. Serial animasi Upin dan Ipin sejak musim pertama hingga musim ketujuhnya. Sedangkan video yang lainnya adalah video-video promosi, video-video animasi ucapan hari besar Malaysia, video-video kegiatan kru di belakang layar animasi ciptaan LCP, dan video-video animasi produksi LCP lainnya, selain Upin dan Ipin, seperti serial animasi Pada Zaman Dahulu. Video-video yang berjumlah ratusan video yang berbeda-beda ini, sering diputar oleh pengguna You Tube di seluruh dunia. Rata-rata video animasi dan 5 Mohd. Amir Mat Omar, “Understanding Culture Through Animation: From The World to Malaysia”, dalam Jurnal Pengajian Media Malaysia (Malaysian Journal of Media Studies) Vol. 13, No. 2, (Malaysia: 2011), hlm., 7. 6 Ibid., hlm. 630. 7 Data diperoleh dari Les’ Copaque Official Channel <www.youtube.com/user/lescopaque> yang diakses pada 20 September 2012. 4 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) bukan animasi yang berhasil diunggah oleh LCP ini telah dilihat sebanyak 200.000 kali. Bahkan, ada beberapa video animasi Upin dan Ipin yang telah diputar sebanyak jutaan kali. Dan yang paling banyak adalah 2.888.769 kali pemutaran.8 Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak hanya masyarakat Malaysia saja yang menyukai tayangan animasi Upin dan Ipin. Akan tetapi masyarakat Indonesia dan bahkan masyarakat dunia juga menyukai tayangan hiburan ini. Karena pengguna social-network ini tidak hanya berasal dari masyarakat Malaysia atau Indonesia saja, akan tetapi juga masyarakat dari negara lainnya. Fenomena selanjutnya yang menunjukkan bahwa animasi Malaysia, yaitu yang menjadi objek di dalam penelitan ini adalah animasi Upin dan Ipin disukai oleh masyarakat Indonesia adalah tingginya angka TVR (TV Rating) untuk tayangan animasi ini dibandingkan dengan tayangan lainnya di saluran televisi yang ada di Indonesia. Film animasi Upin dan Ipin telah ditayangkan di TPI (sekarang MNC TV) sejak September 2008 hingga sekarang ini ditayangkan secara berulang-ulang setiap hari pada pukul 19.00 WIB dan memiliki TVR yang tinggi. Fenomena lainnya yang mendukung variabel independen dalam penelitian ini adalah mendunianya tayangan animasi tersebut. Film animasi Upin dan Ipin tidak hanya ditayangkan di Malaysia dan Indonesia saja, akan tetapi juga di negara-negara lainnya seperti negara-negara Timur Tengah, Kuwait, Turki, Perancis, Afghanistan, China, Singapore, Jepang, Brunei Darussalam, Korea Selatan, India, Argentina, Rusia, Amerika Serikat, negara-negara bekas persemakmuran Uni Soviet, serta negara-negara Eropa lainnya. Banyaknya negara-negara dari berbagai belahan dunia yang menyiarkan animasi Malaysia, yaitu Upin dan Ipin menunjukkan bahwa tayangan animasi ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Malaysia saja. Akan tetapi, masyarakat internasional hampir seluruh dunia telah menikmati tayangan animasi ini. Bahkan tidak hanya tayangannya saja yang telah menjamur se-dunia. Akan tetapi, komik dari animasi Upin dan Ipin ini juga telah beredar di berbagai negara dengan bahasa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa yang dipergunakan di negara tersebut. Selain itu, animasi ini juga ditayangkan di saluran televisi Disney Channel Asia yang disiarkan pada setiap hari Senin hingga Jumat. Fenomena selanjutnya adalah maraknya produksi dan penjualan marchendise Upin dan Ipin di Indonesia. Sejak animasi Upin dan Ipin terkenal di Indonesia, produk-produk sampingannya seperti kaos, balon, boneka, topi, piring, gelas, tas dan lain sebagainya banyak dipasarkan dan mudah ditemukan di pusatpusat perbelanjaan di Indonesia. Mulai dari kaki lima, pedagang emperan, pasar tradisional, toko-toko baju, hingga mall-mall besar di Indonesia. Hal ini menunjukkan suksesnya tayangan kartun Upin dan Ipin di Indonesia, sehingga dua tokoh anak kecil ini disukai oleh banyak masyarakat Indonesia. Selain beredarnya produk-produk sampingan yang menggunakan icon Upin dan Ipin, seperti baju, topi, tas, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tokoh 8 Yaitu video animasi Upin dan Ipin episode Upin, Ipin dan Apin bagian pertama. Video yang diunggah sekitar tahun 2010 ini berdurasi 7 menit 32 detik. <http://www.youtube.com/watch?v=G6XHDD4-n2w&feature=plcp> diakses pada 20 September 2012. 5 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) animasi asal Malaysia ini juga telah dijadikan sebagai icon dalam strategi marketing di Indonesia. Perusahaan menggunakan tokoh animasi Malaysia Upin dan Ipin sebagai icon dalam strategi marketingnya bertujuan untuk meningkatkan pemasaran sebagai daya tarik pengunjung. Sebagai contoh, Carrefour yang telah menjadikan tokoh animasi Malaysia ini sebagai cover katalog belanjaannya, untuk menarik masyarakat agar berbelanja di pusat pembelanjaan ini. Dan kemudian, juga ada Waterboom Bogor The Jungle yang memajang tokoh animasi ini pada billboard besar di pinggir jalan, supaya menarik masyarakat untuk mengunjungi tempat rekreasi tersebut. Fenonema-fenomena yang menunjukkan bahwa mudah diterima dan disukainya animasi Malaysia, Upin dan Ipin, oleh masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia menjadikan Malaysia memanfaatkan film animasi tersebut sebagai media propaganda yang membawaserta kepentingan nasionalnya di dalam tayangan animasi ini. Malaysia ingin mempromosikan negaranya kepada wisatawan asing dengan menggunakan film animasi ini, dengan mengatakan bahwa film animasi ini berlatar kehidupan sosial dan budaya Malaysia. Akan tetapi tidak sepenuhnya budaya yang dipromosikan melalui tayangan animasi yang telah mendunia ini adalah kesenian dan kebudayaan Malaysia. Karena di dalamnya juga dimasukkan unsur budaya yang berasal dari Indonesia, yaitu Wayang Kulit dan lagu Rasa Sayange. Sehingga Malaysia menjadikan animasi Upin dan Ipin sebagai media propaganda dalam mengklaim dua produk budaya ini. Fenomena-fenomena yang menunjukkan adanya unsur propaganda di dalam tayangan animasi ini diantaranya adalah: tayangan Upin, Ipin, kawankawannya, dan Bu Guru Jasmin menyanyikan lagu Rasa Sayange ketika berada di dalam perjalanan ke tempat wisata. Unsur lagu Rasa Sayange ini terdapat pada Upin dan Ipin (Season 4) dengan judul episode Rasa Sayang. Selain unsur lagu Rasa Sayange yang sengaja dimasukkan ke dalam animasi asal Malaysia ini, unrus Wayang Kulit juga terdapat di dalamnya, yaitu dalam film animasi Geng: Pengembaraan Bermula dan Upin dan Ipin (Season 6) dengan judul episode Kenangan Mengusik Jiwa. Pada Geng: Pengembaraan Bermula diceritakan bahwa Tok Dalang sangat ahli dalam memainkan Wayang Kulit, yang dibuktikan dengan banyak piala penghargaan yang dimilikinya di rumah, termasuk piala memenangkan pertandingan Wayang Kulit tahun 2007. Gambar 1 Snapshots dari film animasi Geng: Pengembaraan Bermula, piala yang dimiliki oleh Tok Dalang Dari film animasi ini, hanya piala sebagai Juara Wayang Kulit itu saja yang sengaja diperlihatkan dengan jelas, sedangkan piala-piala yang lainnya tidak. Sementara itu, pada Upin dan Ipin (Season 6) dengan judul episode Kenangan Mengusik Jiwa di rumah Tok Dalang terdapat peralatan yang digunakan untuk memainkan Wayang Kulit. Seperti bisa dilihat pada gambar di bawah ini. 6 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Gambar 2 Peralatan yang digunakan dalam memainkan kesenian Wayang Kulit di rumah Tok Dalang Pada gambar tersebut terlihat dengan jelas peralatan yang biasa digunakan dalam pertunjukan Wayang Kulit. Seperti Wayang Kulit, Gamelan, Gong, dan alat musik lainnya yang digunakan untuk mengiringi seorang Dalang memainkan Wayang Kulit. “Sekalipun untuk pasaran global, pihak kami tetap mengekalkan imej tempatan dalam filem berkenaan.” jelas Pengarah Pemasaran dan Kreatif LCP, Mohd. Nizam Abd. Razak.9 Imej tempatan yang dimaksud yang selalu dan tetap dikekalkan di dalam animasi ini. Termasuk juga “wayang kulit merupakan imej tempatan” hal inilah yang dimaksud dari rangkaian film animasi dan berita tersebut. Dua gambar dan cuplikan berita di atas menunjukkan keseriusan Malaysia dalam melancarkan propaganda sebagai strategi pengklaiman Wayang Kulit melalui animasi ini, baik itu film animasinya ataupun serial animasinya. Fenomena selanjutnya yang menunjukkan bahwa Malaysia memanfaatkan animasi Upin dan Ipin sebagai media propaganda budayanya adalah Upin dan Ipin yang banyak mengusung nilai-nilai identitas Malaysia di dalamnya. Mulai dari judul episode serial tayangannya hingga detail pakaian yang digunakan oleh si kembar selalu dipenuhi nuansa Jalur Gemilang, warna-warna dan unsur bendera Malaysia. Misalnya saja baju harian yang sering digunakan Upin dan Ipin seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 9 Ramlah Zainal, “Upin & Ipin: Angkasa”, Harian Metro, 29 Mei 2009, diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/Harian-Metro/Upin_dan_Ipin_Angkasa_2288> pada 14 Maret 2013. 7 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Gambar 3 Pakaian yang menjadi ciri khas Upin dan Ipin Upin menggunakan baju berwarna kuning, sedangkan Ipin menggunakan baju berwarna biru dan menggunakan kain berwarna merah yang diikatkan di lehernya. Dua saudara kembar ini sama-sama menggunakan celana berwarna putih. Jadi, jika disimpulkan, pakaian sehari-hari Upin dan Ipin berwarna kuning, biru, merah, dan putih. Empat warna tersebut, yaitu kuning, biru, merah, dan putih, merupakan warna bendera Malaysia. Selain pada baju yang biasa digunakan oleh dua saudara kembar ini, baju tidur mereka, mainan mereka, dan hal-hal lain di dalam animasi Upin dan Ipin ini selalu mengusung unsur-unsur Jalur Gemilang. Sebagaimana bisa dilihat pada gambar-gambar berikut. Gambar 4 Baju tidur Upin dan Ipin bercorak bulan dan bintang yang merupakan lambang yang terdapat di jalur gemilang. Gambar 5 Layang-layang besar (waw) dibuat oleh Upin, Ipin, dan Tok Dalang, berwarna biru dan kuning Gambar 6 Mainan Upin dan Ipin juga selalu identik dengan warna biru dan kuning 8 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Gambar 7 Pakaian Upin dan Ipin yang lain dalam serial animasinya, selalu identik dengan warna biru dan kuning Selain mengusung unsur-unsur Jalur Gemilang di dalam tayangannya, secara jelas bendera Malaysia juga sering dihadirkan di dalam film animasi Upin dan Ipin ini. Sebagaimana pada gambar-gambar berikut. Gambar 8 Snapshot pada episode yang berjudul Kami 1Malaysia Gambar 10 Snapshot dari episode Terima Kasih Cikgu! Gambar 9 Snapshot dari episode Tersentuh Hati Gambar 11 Snapshot dari episode Ikhlas dari Hati 9 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Gambar 12 Snapshot dari episode Terbang Tinggi-Tinggi Bendera merupakan identitas dari suatu negara. Jika bendera suatu negara sering ditemukan dalam produk industri kreatif swasta yang berdiri pada wilayah negara tersebut, maka industri kreatif itu bisa dikatakan sedang membawa kepentingan nasional negara di dalam produknya tersebut. Sebagaimana beberapa film Hollywood yang menampilkan bendera Amerika Serikat di dalamnya, membawa serta kepentingan negara Amerika Serikat di dalamnya. Begitu pula dengan Malaysia. Gambar-gambar di atas menunjukkan bahwa animasi Upin dan Ipin ini membawa serta kepentingan nasional Malaysia. yaitu kepentingan untuk meningkatkan pariwisata negara, dengan memperkaya produk budaya yang dimiliki, melalui klaim produk-produk budaya yang lengah dijaga oleh negara pemiliknya yang sangat kaya akan budaya, yaitu Indonesia. Karena dengan memperkaya kebudayaan, akan mampu mendatangkan wisatawan ke negaranya dengan jumlah yang semakin meningkat setiap tahunnya. Selain unsur-unsur identitas negara yang melekat di dalam film animasi ini, pemerintah Malaysia juga memberikan dukungan penuh dan bantuan dana dalam jumlah yang tidak sedikit untuk meluasnya penyiaran tayangan animasi ini di dunia. Berbagai kementerian dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya memberikan bantuan yang tidak sedikit kepada LCP. Di antaranya adalah MOSTI (Ministry of Science, Technology, and Innovation), MOTOUR (Ministry of Tourism), MIMOS (Malaysian Institute of Microelectronic System), MSC (Multimedia Super Corridor), MDeC (Multimedia Development Corporation), TM (Telekom Malaysia), serta lembaga non-pemerintahan seperti perusahaanperusahaan asing dan perusahaan multinasional, seperti KFC, Pepper Mint Asia, Ken Films, Voxell Group dan China Animation International. Kementerian Pariwisata Malaysia (MOTOUR) yang memberikan bantuan agar LCP memasukkan unsur pariwisata dan budaya Malaysia di dalam animasi ini. Dan banyak lagi bantuan-bantuan yang senagaj diberikan agar film animasi ini membawaserta kepentingan-kepentingan Malaysia di dalamnya. Simpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk melancarkan usahanya dalam melakukan klaim budaya, terhadap dua produk seni budaya Indonesia, yaitu lagu Rasa Sayange dan kesenian Wayang 10 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Kulit, Malaysia melakukan propaganda melalui film animasi Upin dan Ipin. Dengan propaganda yang dilakukan melalui animasi ini, Malaysia berusaha mengubah dan mempengaruhi pemikiran dan pendapat publik bahwa dua kebudayaan ini merupakan budaya milik Malaysia, karena film animasi yang telah mendunia ini membawa latar kehidupan sosial budaya Malaysia di dalam tayangannya. Malaysia menggunakan film animasi Upin dan Ipin sebagai media propaganda, karena film animasi ini disukai oleh khalayak, termasuk masyarakat Indonesia. Dengan disukainya film animasi ini oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional yang menikmati tayangan ini, pesan propaganda yang ingin disampaikan oleh Malaysia lebih mudah diterima. Atau dengan kata lain, Malaysia lebih mudah mempengaruhi dan mengubah pandangan publik mengenai dua kebudayaan ini, melalui propaganda film animasi Upin dan Ipin. Hal ini dipertegas dengan asumsi yang terdapat dalam propaganda bahwa setiap orang itu menyukai kesenangan. Dalam hal propaganda melalui film animasi Upin dan Ipin, Malaysia sengaja memanfaatkan Les Copaque Production Sdn. Bhd., untuk memperjuangkan national interest-nya pada lingkup internasional, salah satunya adalah kepentingan dalam mengklaim lagu Rasa Sayange dan kesenian Wayang Kulit. Les Copaque bisa dikatakan telah berhasil mengganggu dan menggeser nilai-nilai budaya Indonesia, melalui kreatifitas dan inovasi yang dikemas sedemikian rupa, yang terdapat di dalam tayangan animasi Upin dan Ipin, menjadi nilai-nilai budaya Malaysia. DAFTAR PUSTAKA Buku: Annisa, Khoridatul. 2009. Malaysia Macan Asia. Jogjakarta: Garasi. Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers. Catherine Marshall dan Gretchen B Rossman. 1994. Designing Qualitative Research 2nd Edition. California: Sage Publication. Columbus dan Wolfe, R. Soeprapto. 1997. Hubungan Internasional Sistem, Interaksi, dan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djalal, Hasyim. 1997. Politik Luar Negeri dalam Dasawarsa 1990. Jakarta: CSIS. Heide, William Van Der. 2002. Malaysian Cinema, Asian Film Border Crossing and National Culture. Amsterdam: Amsterdam University Press. Iran, Winoto. 2008. Parodius: Wayang dalam Dunia: Resolusi Rendah. Bandung: ITB. Rezasyah, Teuku. 2011. 17 Bom Waktu Hubungan Indonesia-Malaysia. Bandung: Humaniora. Said, Ismail. 2012. Sejarah Malaysia Moden (1945-1969). Selangor Darul Ehsan: Penerbitan Multimedia Sdn. Bhd. Saat, Ishak. 2005. Sejarah Sosial Masyarakat Malaysia. Selangor Darul Ehsan: Kharisma Publications. Shoelhi, Mohammad. 2012. Propaganda: dalam Komunikasi Internasional. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. 11 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. 2009. International Relations: Perspectives and Theme diterjemahkan oleh Deasy Silvya Sari dengan judul Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, Taufik Adi. 2009. Indonesia VS Malaysia: Membandingkan Peta Kekuatan Indonesia dan Malaysia. Yogyakarta: Garasi. Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Internet: Abdul Latiff, Nurulhisham. Berita Harian. 25 April 2009. “@Sinepleks: Filem Geng ke Korea dan Indonesia”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/_Sinepleks_Filem_Geng_ke_Korea_dan_Indonesia_2185> pada 14 Maret 2013. Abdullah, Akmal. Berita Harian. 29 Oktober 2009. “Epilog: Kena Cekap Agihkan Dana Industri Kreatif Tabung Kebajikan”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/Epilog_Kena_cekap_agihkan_Dana_Industri_Kreatif_Tabung_Keb ajikan_303> pada 14 Maret 2013. Annisa, Febby. VIVAnews. 18 Juni 2012. “Inilah Dafar Kebudayaan Indonesia yang Diklaim Malaysia”. Diakses dari <http://forum.viva.co.id/breakingnews-vivanews/405085-inilah-daftar-kebudayaan-indonesia-yang-diklaimmalaysia.html> pada 6 Oktober 2012. Azizitar, ABD. Utusan Malaysia. 28 Januari 2009. “Geng Sedia Berdepan Cetak Rompak”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/UtusanMalaysia/Geng_sedia_berdepan_cetak_rompak_1931> pada 14 Maret 2013. Azizitar, ABD. Utusan Malaysia. 08 Desember 2009. “Permainan Video Upin Ipin”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/UtusanMalaysia/Permainan_video_Upin_Ipin_3233> pada 14 Maret 2013. Hasanudin, Muhammad. Kompas. 26 Februari 2010. “Upin dan Ipin Pun Dijadikan Ogoh-Ogoh”. Diakses dari <http://oase.kompas.com/read/2010/02/26/1558128/Ipin.dan.Upin.Pun.Dij adikan.Ogoh-ogoh> pada 3 Oktober 2012. Mahmud, Farihad Shalla. Berita Harian. 30 Oktober 2008. “Upin dan Ipin Popular di Indonesia”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/Upin_dan_Ipin_popular_di_Indonesia_1553> pada 14 Maret 2013. Malaysia Investation Development Assosiation. <www.mida.gov.my> diakses pada 13 Maret 2013. Mazalan, Rozdan. Berita Harian. 19 Januari 2009. “Pengembaraan Bermula”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/Pengembaraan_bermula_1887> pada 14 Maret 2013. Misfar, Zainuri. Berita Harian. 24 Februari 2010. “Fragmen: Harapan dan Impian PM terhadap bidang animasi”. Diakses dari 12 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/Fragmen_Harapan_dan_impian_PM_terhadap_bidang_animasi_36 17> pada 14 Maret 2013. Mohammad Zakaria, Norliza. Utusan Malaysia, 28 Mei 2009. “Upin & Ipin Terap Nilai 1 Malaysia”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/UtusanMalaysia/Upin_dan_Ipin_terap_nilai_1_Malaysia_2275> pada 14 Maret 2013. Mohammad Zakaria, Norliza. Utusan Malaysia. 06 Desember 2010. “Padi Sahabat Selamanya”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/UtusanMalaysia/Padi_Sahabat_Selamanya_4431 > pada 14 Maret 2013. Modh Sallehuddin, Serimah. Berita Harian. 07 Maret 2012. “Animasi Malaysia Jelajah Dunia”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/BeritaHarian/Animasi_Malaysia_Jelajah_Dunia_5786> pada 14 Maret 2013. Prianggoro, Adi. Suara Merdeka. 19 Agustus 2010. “Baju Koko Upin Ipin Laris Manis”. Diakses dari <suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_cetak/2010/08/19/62857/Baj u-Koko-Upin-Ipin-Laris-Manis> pada 20 September 2012. Raja Hamat, Tengku Suzana. Kosmo. 09 Desember 2009. “Upin dan Ipin ke Timur Tengah”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/Kosmo/Upin_Dan_Ipin_ke_T imur_Tengah_3242 > pada 14 Maret 2013. Suhardo, Etty Susilo. Harian Suara Merdeka. 25 September 2007. “Heboh Ciptaan Lagu rasa Sayang”. Diakses dari <http://eprints.undip.ac.id/1371/1/HEBOH,_CIPTAAN_LAGU_RASA_S AYANG.pdf> pada 6 Oktober 2012. Sulaiman, Hazimin. The New Strait Times. 26 April 2007. “Local ‘Geng’ taps China & Rusia”. Diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/The-New-StraitTimes/Local_Geng_taps_China_Russia_595> pada 14 Maret 2013. Zainal, Ramlah. Harian Metro. 29 Mei 2009,. “Upin & Ipin: Angkasa”, diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/HarianMetro/Upin_dan_Ipin_Angkasa_2288> pada 14 Maret 2013. Zarin. Upin & Ipin Official Website. 15 May 2012. “Figura Upin & Ipin dengan setiap set hidangan KFC”. Diakses dari <http://upindanipin.com.my/v6/?p=2045> pada 27 Maret 2013 Zarin. Upin dan Ipin Official Website. 3 Juli 2012. Upin dan Ipin dalam Bahasa Jepun. Diakses dari <http://upindanipin.com.my/v6/?p=2231> pada 27 Maret 2013. “Deretan Perseteruan Budaya Indonesia-Malaysia” [Berita]. VIVAnews. 19 Juni 2012. Diakses dari <http://nasional.news.viva.co.id/news/read/326664deretan-perseteruan-budaya-indonesia-malaysia> pada 6 Oktober 2012. 13 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) “Film Animasi Malaysia” [Berita]. Majalah Bravo. 11 Mei 2012. Diakses dari <http://www.majalahbravo.com/artikel/wawasan/441-film-animasisepanjang-masa> pada 11 Februari 2013. “Geng: Pengembaraan Bermula Dipasarkan ke Seluruh Dunia”, Utusan Malaysia, 25 September 2007, diakses dari <http://cinemamalaysia.com.my/article/read/UtusanMalaysia/Geng_Pengembaraan_Bermula_dipasarkan_ke_seluruh_dunia_1 38 > pada 14 Maret 2013. “Inilah Daftar Kebudayaan Indonesia Pernah Diklaim Malaysia” [Berita]. JPNN (Jawa Pos National Network). 18 Juni 2012. Diakses dari <http://www.jpnn.com/read/2012/06/18/131013/Inilah-DaftarKebudayaan-Indonesia-Pernah-Diklaim-Malaysia-> pada 8 Oktober 2012. “Malaysia Klaim dari Wayang sampai Pisang Goreng” [Berita]. Tempo Interaktif. 28 September 2009. Diakses dari <http://www.tempo.co/read/news/2009/09/28/118199680/MalaysiaKlaim-dari-Wayang-sampai-Pisang-Goreng> pada 6 Oktober 2012. “Pakai Lagu Rasa Sayange tanpa Izin, Malaysia Langgar UU Hak Intelektual” [Berita]. Republika. 25 Juni 2012. Diakses dari <http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/25/m666copakai-lagu-rasa-sayange-tanpa-izin-malaysia-langgar-uu-hak-intelektual> pada 2 Oktober 2012. “Secara De Facto, Malaysia mengakui lagu Rasa Sayange Milik Indonesia” [Berita]. Detik. 13 November 2007. Diakses dari <http://forum.detik.com/secara-de-facto-malaysia-mengakui-lagu-rasasayange-milik-indonesia-t4788.html> pada 6 Oktober 2012. “Upin & Ipin chosen as UNICEF Malaysia’s national ambassador for Children”. Upin & Ipin Official Website. 11 Maret 2013, diakses dari <http://upindanipin.com.my/v6/?p=2545> pada 14 Maret 2013. “Upin Ipin ‘Duta’ Terbaik Pulih Hubungan Serumpun” [Berita]. Berita Harian. 5 September 2010. Diakses dari <http://www.bharian.com.my/bharian/articles/Upin_Ipin_duta_terbaikpuli hhubunganserumpun/Article/> pada 3 Oktober 2012. “Upin Ipin ke India Mei Selepas Tawan Indonesia” [Berita]. Berita Harian. 22 April 2010. Diakses dari <http://www.bharian.com.my/bharian/articles/Upin_IpinkeIndiaMeiselepa stawanIndonesia/Article/> pada 3 Oktober 2012. “4 Negara Asia yang Menjadi Mcan Teknologi Dunia” [Artikel]. Detikinet. 11 Januari 2013. Diakses dari <http://inet.detik.com/read/2013/01/11/121815/2139508/398/5/4-negaraasia-yang-menjadi-macan-teknologi-dunia> pada 12 Maret 2013. Jurnal: Abdullah, Fadli dan Md. Sidin Ahmad Ishak. 2010. Pembangunan Sektor Animasi di Malaysia: Pendidikan dan Latihan Animasi di Institusi Pengajian Tinggi Awam. Dalam Jurnal Pengajian Media Malaysia Jilid 12 Vol. 12 No. 2. Malaysia. 14 Propaganda Film Animasi Malaysia: Klaim Wayang Kulit dan Lagu Rasa Sayange (Ardiani Puspa & Tri Joko Waluyo) Bull, Ronald Lukens, dkk. April 2012. Islamizations as Part of Globalization: Some Southeast Asian Examples. Dalam Journal of International & Global Studies Volume 3 No. 2. Lindenwood University Press. Hardjana, Andre. Desember 2003. Teori Komunikasi: Kisah Pengalaman Amerika. Dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 1 No. 2. Yogyakarta. Hartley, John. 2007. From Creative Industries to Creative Economy: Flying Like A Well-Thrown Bird?. Dalam Hartley, John (ed.). Creative Industries. Tsinghua University Press. Hoffmann, Matthew J. 2005. Social (De)Construction: The Failure of A Multinational State. dalam Jennifer Sterling-Folker et. al., Making Sense of International Relations Theory. London: Lynne Rienner Publisher. Lasswell, Harold D. Agustus 1927. The Theory of Political Propaganda. Dalam The American Political Science Review: Notes on Political Propaganda Volume 21 No. 3. American Political Science Association. Othman, Ahmad Nizam. 2009. Film Animasi Malaysia: Narasi Verbal ke Visual. Dalam Jurnal Visual Art and Design Volume 3 No. 1. Bandung: ITB. Omar, Mohd. Amir Mat. 2011. Understanding Culture Through Animation: From The World to Malaysia. dalam Jurnal Pengajian Media Malaysia (Malaysian Journal of Media Studies) Vol. 13, No. 2. Malaysia. Philips, Andrew Bradley. 2007. Constructivism. dalam Martin Griffiths et. al., International Relations Theory for the Twenty-First Century: An Introduction. London and New York: Routledge Taylor & Francis Group. Prayuda, Rendi dan Syafri Harto. Juli 2012. Strategi Indonesia Menghadapi Kebijakan Malaysia di Wilayah Perbatasan. Dalam Jurnal Transnasional Volume 4 No. 1. Pekanbaru: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Rosnan, Herwina, dkk. Juni 2012. Film Business in Malaysia: Challenges and Opportunities. Dalam International Journal of Humanities and Social Science: The Special Issue on Humanities and Behavioral Science. USA: Centre for Promoting Ideas. Smit, Christian Reus. 2005. Constructivism. dalam Scott Burchill et. al., Theories of International Relations 3rd ed. New York: Palgrave Macmillan. Wibowo, Aryanto. 2010. Perancangan Buku Visual Kesenian Wayang Suket sebagai Media Dokumentasi KEsenian Wayang Suket di Jawa Timur. Dalam Jurnal Desain Idea. Zin, Nor Azan Mat, dkk. Maret 2010. Promoting Socio-Cultural Values Through Storytelling Using Animation and Game-Based Edutainment Software. Dalam Crisan, Marius (ed.). Converge and Hybrid Information Technologies. Croatia: INTECH. Film: Geng: Pengembaraan Bermula. 2009. Les Copaque Production. Upin dan Ipin - UNICEF National Ambassador. 2013. Les Copaque Production. Upin dan Ipin (Season 3), (Season 4), (Season 5), dan (Season 6). 2009-2012. Les Copaque Production. 15