BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pasar Modal Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan juga tawar menawar harga. Secara umum pasar modal (capital market) didefinisikan oleh Sunariyah (2004:4) “Suatu sistem yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan beserta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar“. Menurut Bringham dan Houston (2006:119), “pasar modal adalah pasar untuk utang jangka panjang dan saham perusahaan“. Pengertian pasar modal yang lebih spesifik lagi dapat kita lihat melalui undang-undang pasar modal No. 8 tahun 1995 dimana pasar modal didefinisikan “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan pandangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek“. Dengan demikian pasar modal dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas tersebut disebuit bursa efek. Pasar modal memberikan peranan besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi 5 6 sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat. Karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan dan akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. B. Efisiensi Pasar Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut pasar efisien. Secara formal pasar modal yang efisien dapat didefinisikan “sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan” (Husnan, 2005:265). Secara umum efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) dalam Jogiyanto (2003,371), “sebagai hubungan antar harga- 7 harga sekuritas dengan informasi. Jogiyanto (2003 :371) memberikan tiga level efisiensi pasar: 1) 2) 3) Efisensi pasar bentuk lemah (Weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bentuk efesiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka harga sekuritas di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal return). Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Semistrong form) pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Efisiensi pasar bentuk kuat (Strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena mempunyai informasi privat. C. Obligasi 1. Pengertian Obligasi Ada beberapa pengetian obligasi, antara lain: Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembelli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia, 2008). 8 Menurut Fabozzi (2004:1), “ obligasi merupakan instrument hutang yang meminta penerbit membayar kembali pada investor sejumlah uang yang dipinjam (pokok hutang ditambah bunga selama periode tertentu)”. Pengertian obligasi menurut Fakhruddin (2008:127): Obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkannya untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. 2. Karakteristik Obligasi Sebagai surat utang, obligasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut: 1) Memiliki masa jatuh tempo. Masa berlaku suatu obligasi sudah ditentukan secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan, misalnya 5 tahun , 7 tahun dan seterusnya. Artinya, jika telah melampaui masa jatuh tempo, maka obligasi tersebut otomatis tidak berlaku lagi. 2) Nilai pokok uang. Besarmya nilai obligasi yang dikeluarkan sebuah perusahaan telah ditetapkan sejak awal obligasi sebesar Rp 100 Milyar. Umumnya, obligasi memiliki pecahan sebesar Rp 50 jutaan. 3) Kupon obligasi. Pendapatan utama pemegang obligasi adalah berupa bunga yang dibayar perusahaan kepada pemegang obligasi pada waktu-waktu yang telah ditentukan misalnya diabayar setiap 3 bulan, atau setiap 6 bulan sekali. Di obligasi, istilah bunga umumnya disebut kupon. Kupon merupakan daya tarik utama bagi para investor untuk membeli obligasi karena kupon tersebut merupakan pendapatan yang diterima pemegang obligasi selama masa 9 berlakunya obligasi tersebut. Di Indonesia, umumnya kupon obligasi dibagikan setiap 3 bulan atau secara kuartalan. 4) Peringkat obligasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor tidak sesuai dengan kenyataan atau selalu terdapat risiko. Risiko dalam berinvestasi di obligasi adalah risiko perusahaan penerbit obligasi tidak mampu memenuhi janji yang telah ditentukan, yaitu risiko perusahaan tidak mampu membayar kupon maupun tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar, maka didalam dunia surat utang atau obligasi dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi. Tingkat kemampuan membayar kewajiban tersebut dikenal dengan istilah Peringkat Obligasi. Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga independen yang secara khusus bertugas memberikan oleh lembaga independen yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar dengan adanya peringkat tersebut maka investor dapat mengukur atau memeperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu. 3. Jenis-jenis Obligasi Ada beberapa sudut pandang yang dapat digunakan untuk menentukan jenis obligasi, diantaranya: 10 Dari sisi pihak yang menerbitkan obligasi, maka obligasi dapat dikelompokkan menjadi: 1) Obligasi korporasi (Corporate Bonds) yaitu obligasi yang diterbitkan perusahaan, baik perusahaan publik seperti misalnya Telkom, Indosar maupun perusahaan non publik seperti PLN, Pegadaian lain-lain. 2) Obligasi pemerintah (Government Bonds) yaitu obligasi atau surat utang yang dikeluarkan pemerintah suatu Negara. Di Indonesia jenis obligasi ini terbagi atas obligasi rekap. Obligasi Penjaminan dan Surat utang Negara (SUN) 3) Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds) yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Dari sisi tingkat suku bunga atau kupon yang ditawarkan, obligasi dapat dibedakan menjadi: 1) Fixed Rate, yaitu obligasi yang memberikan kupon dengan prosentase yang tetap. 2) Floating Rate, yaitu obligasi yang besarnya kupon tidak dipatok tetap. D. Risiko Obligasi Dalam melakukan investasi pada surat hutang maka ada berbagai risiko yang harus dihadapi oleh investor (Adler Haymas, 2006:7) sebagai berikut: 1. 2. Interest rate risk, yaitu risiko utama yang dihadapi investor, karena kenaikan tingkat bunga akan menurunkan harga obligasi dan tingkat bunga menurun akan menaikkan harga obligasi. Risiko ini juga sering disebut market risk. Reinvestment Risk, yaitu risiko yang harus dihadapi akibat investasi atas bunga yang diperoleh melalui strateg reinvestment yang dijalankan. Interest rate dan reinvestment risk mempunyai efek yang saling menghilangkan (offsetting effect). Sebuah strategi yang didasarkan atas efek penghilang tersebut dengan immnunisasi (immunization). 11 3. 4. 5. 6. 7. 8. E. Call Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dimana penerbit obligasi mempunyai hak untuk membeli kembali (call) atas obligasi tersebut. Bila tingkat bunga turun dibawah kupon obligasi dan biasanya penerbit menggunakan haknya untuk membeli obligasi tersebut. Default Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor atau pemegang obligasi karena obligasi tersebut tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh tempo. Inflation Risk, yaitu risiko yang dihadapi investor yang diakibatkan inflasi sehingga arus kas yang diterima oleh investor bevariasi dalam kemampuan membeli. Exchange Risk, yaitu resiko yang dihadapi investor akibat adanya perubahan nilai tukar, biasanya risiko ini akan ditemukan pada obligasi yang berdenominasi valuta asing. Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dalam rangka dapat menjual obligasi tersebut di pasar. Ukuran dari likuiditas dapat diperhatikan dari selisih antara nilai beli dan jual dari obligasi tersebut. Volality risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor karena obligasi tersebut dikaitkan dengan opsi yang tergantung pada tingkat bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah daya gejolak (volatility) tingkat bunga. Bond Rating Untuk memberikan penilaian atas kinerja emiten obligasi berkaitan dengan penurunan resiko atas investasi obligasi yang diterbitkan diperlukan bond rating atau peringkat obligasi. Peringkat kredit merupakan cerminan kombinasi penilaian atas kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai. Sistem pemeringkat hutang telah dikembangkan oleh beberapa bank dan perusahaan konsultan keuangan di Amerika dan Australia (Haukins, Brown dan Campbell; 1983) dalam Prasetio dan Astuti (2003:4). Terdapat perbedaan dalam mengartikan bond rating, seperti berikut: a. Astraulian rating (1984), menyatakan bahwa pada umumnya pemeringkat hutang perusahaan memberikan system gradasi yang sederhana kepada peminjam tentang kemamouan membayar bunga dan hutangnya dengan tepat waktu. b. PT PEFINDO (1997), menyatakan bahwa pada umumnya pemeringkat hutang merupakan indikator kemungkinan pembayaran bunga dan hutang tepat waktu, sesuai dengan perjanjian yang te;ah disepakati. 12 c. Moody’s (1984), menyatakan bahwa pemeringkat didesain secara eksklusif untuk tujuan mencapai bond yang sesuai dengan kualitas investasi. d. Standar & Poor’s (1984), menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan maupun municipial adalah penilaian asset saat ini atas kewajaran kelayakan kredit dari obligor dengan menekankan pada obligasi tertentu. Proses pemeringkatan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Corporate Rating dan Sekurities Rating. Corporate Rating merupakan pemeringkat yang menilai perusahaan secara menyeluruh, sedangkan Sekurities Rating merupakan pemeringkat yang dilakukan terhadap suatu produk efek yang dikeluarkan oleh perusahaan. Khusus pemeringkat efek hutang yang dilakukan berdasarkan penilaian: 1. Kemampuan pelunasan pembayaran. 2. Struktur yang diatur dalam penerbitan obligasi tersebut. 3. Perlindungan atas klaim investor bila terjadi default (likuidasi). Fungsi pemeringkatan obligasi menurut Fodter (1986) dalam Prasetio dan Astuti (2003:4) yaitu: 1. Sebagai sumber informasi superior terhadap kemampuan perusahaan atau pemerintah untuk membayar hutang dan bunga pinjaman 2. Sumber informasi kredit berbiaya rendah antar perusahaan dan pemerintah 3. Sumber verifikasi keuangan tambahan dan representasi manajemen lainnya 4. Untuk memonitor tindakan manajemen yang muncul karena adanya konflik antara pihak manajemen dengan pihak lain 5. Untuk memfasilitasi kebijakan publik yang membatasi investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi dan dana pensuin. Manfaat umum dari proses pemeringkatan adalah (Rahardjo 2003:100): 1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan transparan juga. 13 2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan jaminan asset. 3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin rendah nilai coupun tersebut begitu pula sebaliknya. 4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut kemampuan pembayaran utang, tingkat risiko investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan utang tersebut. 5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada umumnya. Selain manfaat tersebut, manfaat lain yang diperoleh dengan adanya bond rating adalah investor tidak perlu melakukan proses evaluasi. Hal ini disebabkan karena investor biasanya akan melakukan survei terlebih dahulu untuk melakukan investasi, akan tetapi dengan adanya pemeringkatan efek maka akan membantu investor dalam memilih investasinya (Prasetio dan Astuti, 2003:4). Menurut Rahardjo (2003:100), manfaat rating bagi investor adalah: 1. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya peringkat obligasi diharapkan informasi resiko dapat diketahui lebih jelas posisinya. 2. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi akan membeli atau menjual sesua perencanaannya. 3. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga serta metode penjaminannya. Sedangkan manfaat rating bagi perusahaan (Rahardjo 2003:101) adalah: 1. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan akan mendapat mengetahui bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. 2. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu 14 jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya. 3. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan jaminan kredit yang bisa dijadikan pilihan alternatif. 4. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus daya tarik perusahaan bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu sistem pemasaran obligasi tersebut supaya lebh menarik. 5. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen akan membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor bisa terjaga. S&P memberikan peringkat kepada perusahaan beradasarkan skala dari AAA hingga D. Peringkat tengah terdapat pada setiap tingkat diantara AA dan CCC (misalnya: BBB+, BBB, and BBB-). Ada beberapa peringkat hutang menurut Standard and Poor’s (2005) : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. AAA, merupakan peringkat tertinggi dan mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan amat sangat mampu membayar hutang dan bunganya tepat waktu. AA, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan sangat mampu untuk membayar hutang dan bunganya tepat waktu. A, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan mampu untuk membayar hutang dan bunganya tepat waktu. BBB, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan cukup untuk membayar hutang dan bunganya tepat waktu. BB, B, CCC, CC, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan diragukan sangat mampu untuk membayar hutang dan bunganya tepat waktu. C, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi keuangan perusahaan hanya mampu untuk membayar hutangnya tepat waktu tanpa bunga. D, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan perusahaan gagal memenuhi hutang dan bunganya tepat waktu. Penilaian peringkat hutang dimodifikasi dengan penambahan nilai plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan penilaian lebih maksimum dari kategori 15 utama, serta digunakan untuk menunjukkan relativitas perusahaan kualitas perusahaan. Sedangkan pemeringkatan hutang menurut Pefindo dalam Rahardjo (2003:105) terdiri dari: 1. AAA, merupakan peringkat tertinggi. Obligor mempunyai kemampuan yang superior dan mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 2. AA. Merupakan peringkat sedikit dibawah peringkat tertinggi. Obligor mempunyai kemampuan yang sangat kuat. 3. A, obligor mempunyai kemampuan yang kuat dan cukup peka terhadap perubahan yang merugikan. 4. BBB, kemampuan obligor yang memadai tetapi kemampuannya dapat diperlemah oleh perubahan yang merugikan. 5. BB, kemampuan obligor agak lemah dan terpengaruh oleh perubahan lingkungan bisnis dan ekonomi. 6. B, obligor masih memiliki kemampuan membayar kewajiban, tetapi perubahan lingkungan dapat memperburuk kinerja keuangannya. 7. C, obligor tidak mampu lagi, memenuhi kewajibannya dan bergantung pada perubahan lingkungan eksternalnya. 8. D, obligasi ini macet dan emiten sudah berhenti usaha. F. Return Saham Menurut Jogiyanto (2003: 109) “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi”. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan. Return historis ini juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang akan datang. Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan dating, jadi sifatnya belum terjadi. Perhitungan return ekspektasi dengan modal dasar dilakukan dengan dua tahap, 16 yaitu: (1) dengan membentuk modal ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan modal ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Contoh perhitungan return ekspektasi adalah sebagai berikut: IHSG pada bulan kemarin adalah adalah sebesar Rp 1.050, dan bulan ini adalah sebesar Rp 1.100, Return ekspektasi bulan ini adalah : IHSGj – IHSGj-1 RM.j = IHSGj-1 Dimana : RM.j = Return indeks pasar ( market return ) pada periode estimasi j. IHSGj = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode estimasi ke j. IHSGj-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode estimasi sebelum j. Jawab: Rp 1.100 – Rp 1.050 RM.j = = 0, 04762 Rp 1.050 Dalam melakukan pengukuran return realisasi banyak yang menggunakan berbagai macam cara atau model pengukuran seperti return total (total retruns), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return). Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatik (arithmetic mean) atau rata-rata geometric (geometric mean). Rata-rata geometrik sering digunakanuntuk menghitung ratarata return dalam satu periode. 17 G. Studi Peristiwa (Event Study) Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi sering disebut dengan event study. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga pasar. Menurut Jogiyanto (2003), “ study peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman”. Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (informastion content) dari suatua pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Jogiyanto (2003) menambahkan bahwa pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu pengumuman. jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. H. Penelitian Terdahulu Penelitian yang menguji tentang Pengaruh Bond Rating Terhadap Return Saham pernah dilakukan oleh Hand, Houlthousen and Lefwitch (1992), menyatakan bahwa harga saham bereaksi pada saat pengumuman bond rating, Dichev and Piotroski (1998) yang dikutip Prasetio dan Astuti (2003), menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara harga saham dan perubahan bond rating, sedangkan Wakeman (1984) menyatakan bahwa pengumuman bond rating tidak memberikan informasi baru kepada pasar modal. Pada umumunya hasil 18 penelitian mereka menunjukkan bahwa penurunan peringkat hutang merupakan informasi yang buruk bagi shareholder dan bondholder, tetapi peningkatan peringkat hutang hanya memberikan informasi yang rendah bagi saham dan return saham, kecuali kalau pengumuman tersebut disampaikan secara terbuka dipasar yang kemudian akan direspon oleh publik. Di indonesia penelitian yang menguji tentang Pengaruh Pengumuman Bond Rating Terhadap Return Saham pernah dilakukan oleh Astuti dan Prasetio (2003), yang memberikan hasil bahwa pengumuman bond rating tidak membawa kandungan informasi bagi investor sehingga pasar tidak bereaksi secara signifikan terhadap return saham.