BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan
pasar tradisional yang selama ini kita kenal, dimana ada pedagang, pembeli dan
juga tawar menawar harga. Secara umum pasar modal (capital market)
didefinisikan oleh Sunariyah (2004:4) “Suatu sistem yang terorganisasi, termasuk
di dalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan beserta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar“.
Menurut Bringham dan Houston (2006:119), “pasar modal adalah pasar
untuk utang jangka panjang dan saham perusahaan“. Pengertian pasar modal
yang lebih spesifik lagi dapat kita lihat melalui undang-undang pasar modal No. 8
tahun 1995 dimana pasar modal didefinisikan “Kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan pandangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek“.
Dengan demikian pasar modal dapat diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli
sekuritas tersebut disebuit bursa efek. Pasar modal memberikan peranan besar
bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi
5
6
sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki
fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan
pihak yang membutuhkan dana. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan
publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui prosedur IPO atau efek
utang (obligasi).
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi
pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan
dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat. Karena
pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan dan akhirnya
memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
B.
Efisiensi Pasar
Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai
harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi
dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang
sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini
disebut pasar efisien. Secara formal pasar modal yang efisien dapat didefinisikan
“sebagai pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
yang relevan” (Husnan, 2005:265). Secara umum efisiensi pasar didefinisikan
oleh Beaver (1989) dalam Jogiyanto (2003,371), “sebagai hubungan antar harga-
7
harga sekuritas dengan informasi. Jogiyanto (2003 :371) memberikan tiga level
efisiensi pasar:
1)
2)
3)
Efisensi pasar bentuk lemah (Weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bentuk efesiensi
pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk
theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan
nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka harga sekuritas
di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini
berarti bahwa investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal (abnormal return).
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Semistrong form)
pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan
termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan
emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada
investor yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal
dalam jangka waktu yang lama.
Efisiensi pasar bentuk kuat (Strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi
privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual
investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak
normal karena mempunyai informasi privat.
C.
Obligasi
1.
Pengertian Obligasi
Ada beberapa pengetian obligasi, antara lain:
Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi
meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk
membayar bunga secara berkala, dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan kepada pihak pembelli obligasi tersebut (Bursa Efek
Indonesia, 2008).
8
Menurut Fabozzi (2004:1), “ obligasi merupakan instrument hutang yang
meminta penerbit membayar kembali pada investor sejumlah uang yang dipinjam
(pokok hutang ditambah bunga selama periode tertentu)”.
Pengertian obligasi menurut Fakhruddin (2008:127):
Obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkannya untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
2.
Karakteristik Obligasi
Sebagai surat utang, obligasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu
sebagai berikut:
1) Memiliki masa jatuh tempo. Masa berlaku suatu obligasi sudah ditentukan
secara pasti pada saat obligasi tersebut diterbitkan, misalnya 5 tahun , 7 tahun
dan seterusnya. Artinya, jika telah melampaui masa jatuh tempo, maka
obligasi tersebut otomatis tidak berlaku lagi.
2) Nilai pokok uang. Besarmya nilai obligasi yang dikeluarkan sebuah
perusahaan telah ditetapkan sejak awal obligasi sebesar Rp 100 Milyar.
Umumnya, obligasi memiliki pecahan sebesar Rp 50 jutaan.
3) Kupon obligasi. Pendapatan utama pemegang obligasi adalah berupa bunga
yang dibayar perusahaan kepada pemegang obligasi pada waktu-waktu yang
telah ditentukan misalnya diabayar setiap 3 bulan, atau setiap 6 bulan sekali.
Di obligasi, istilah bunga umumnya disebut kupon. Kupon merupakan daya
tarik utama bagi para investor untuk membeli obligasi karena kupon tersebut
merupakan pendapatan yang diterima pemegang obligasi selama masa
9
berlakunya obligasi tersebut. Di Indonesia, umumnya kupon obligasi
dibagikan setiap 3 bulan atau secara kuartalan.
4) Peringkat obligasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor tidak sesuai
dengan kenyataan atau selalu terdapat risiko. Risiko dalam berinvestasi di
obligasi adalah risiko perusahaan penerbit obligasi tidak mampu memenuhi
janji yang telah ditentukan, yaitu risiko perusahaan tidak mampu membayar
kupon maupun tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Agar investor
memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam
membayar, maka didalam dunia surat utang atau obligasi dikenal suatu
tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit
obligasi. Tingkat kemampuan membayar kewajiban tersebut dikenal dengan
istilah Peringkat Obligasi. Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga
independen yang secara khusus bertugas memberikan oleh lembaga
independen yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua
obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib
diberi peringkat sedemikian agar dengan adanya peringkat tersebut maka
investor dapat mengukur atau memeperkirakan seberapa besar risiko yang
akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu.
3.
Jenis-jenis Obligasi
Ada beberapa sudut pandang yang dapat digunakan untuk menentukan
jenis obligasi, diantaranya:
10
Dari sisi pihak yang menerbitkan obligasi, maka obligasi dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Obligasi korporasi (Corporate Bonds) yaitu obligasi yang diterbitkan
perusahaan, baik perusahaan publik seperti misalnya Telkom, Indosar
maupun perusahaan non publik seperti PLN, Pegadaian lain-lain.
2) Obligasi pemerintah (Government Bonds) yaitu obligasi atau surat utang yang
dikeluarkan pemerintah suatu Negara. Di Indonesia jenis obligasi ini terbagi
atas obligasi rekap. Obligasi Penjaminan dan Surat utang Negara (SUN)
3) Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds) yaitu obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah.
Dari sisi tingkat suku bunga atau kupon yang ditawarkan, obligasi dapat
dibedakan menjadi:
1) Fixed Rate, yaitu obligasi yang memberikan kupon dengan prosentase yang
tetap.
2) Floating Rate, yaitu obligasi yang besarnya kupon tidak dipatok tetap.
D.
Risiko Obligasi
Dalam melakukan investasi pada surat hutang maka ada berbagai risiko
yang harus dihadapi oleh investor (Adler Haymas, 2006:7) sebagai berikut:
1.
2.
Interest rate risk, yaitu risiko utama yang dihadapi investor, karena kenaikan
tingkat bunga akan menurunkan harga obligasi dan tingkat bunga menurun
akan menaikkan harga obligasi. Risiko ini juga sering disebut market risk.
Reinvestment Risk, yaitu risiko yang harus dihadapi akibat investasi atas
bunga yang diperoleh melalui strateg reinvestment yang dijalankan. Interest
rate dan reinvestment risk mempunyai efek yang saling menghilangkan
(offsetting effect). Sebuah strategi yang didasarkan atas efek penghilang
tersebut dengan immnunisasi (immunization).
11
3.
4.
5.
6.
7.
8.
E.
Call Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dimana penerbit obligasi
mempunyai hak untuk membeli kembali (call) atas obligasi tersebut. Bila
tingkat bunga turun dibawah kupon obligasi dan biasanya penerbit
menggunakan haknya untuk membeli obligasi tersebut.
Default Risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor atau pemegang obligasi
karena obligasi tersebut tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh tempo.
Inflation Risk, yaitu risiko yang dihadapi investor yang diakibatkan inflasi
sehingga arus kas yang diterima oleh investor bevariasi dalam kemampuan
membeli.
Exchange Risk, yaitu resiko yang dihadapi investor akibat adanya perubahan
nilai tukar, biasanya risiko ini akan ditemukan pada obligasi yang
berdenominasi valuta asing.
Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor dalam rangka dapat
menjual obligasi tersebut di pasar. Ukuran dari likuiditas dapat diperhatikan
dari selisih antara nilai beli dan jual dari obligasi tersebut.
Volality risk, yaitu risiko yang dihadapi oleh investor karena obligasi tersebut
dikaitkan dengan opsi yang tergantung pada tingkat bunga. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah daya gejolak (volatility) tingkat bunga.
Bond Rating
Untuk memberikan penilaian atas kinerja emiten obligasi berkaitan dengan
penurunan resiko atas investasi obligasi yang diterbitkan diperlukan bond rating
atau peringkat obligasi. Peringkat kredit merupakan cerminan kombinasi penilaian
atas kelayakan kredit penerbit obligasi dan kualitas efek yang dinilai.
Sistem pemeringkat hutang telah dikembangkan oleh beberapa bank dan
perusahaan konsultan keuangan di Amerika dan Australia (Haukins, Brown dan
Campbell; 1983) dalam Prasetio dan Astuti (2003:4). Terdapat perbedaan dalam
mengartikan bond rating, seperti berikut:
a. Astraulian rating (1984), menyatakan bahwa pada umumnya pemeringkat
hutang perusahaan memberikan system gradasi yang sederhana kepada
peminjam tentang kemamouan membayar bunga dan hutangnya dengan
tepat waktu.
b. PT PEFINDO (1997), menyatakan bahwa pada umumnya pemeringkat
hutang merupakan indikator kemungkinan pembayaran bunga dan hutang
tepat waktu, sesuai dengan perjanjian yang te;ah disepakati.
12
c. Moody’s (1984), menyatakan bahwa pemeringkat didesain secara
eksklusif untuk tujuan mencapai bond yang sesuai dengan kualitas
investasi.
d. Standar & Poor’s (1984), menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan
maupun municipial adalah penilaian asset saat ini atas kewajaran
kelayakan kredit dari obligor dengan menekankan pada obligasi tertentu.
Proses pemeringkatan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Corporate Rating dan
Sekurities Rating. Corporate Rating merupakan pemeringkat yang menilai
perusahaan secara menyeluruh, sedangkan Sekurities Rating merupakan
pemeringkat yang dilakukan terhadap suatu produk efek yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Khusus pemeringkat efek hutang yang dilakukan berdasarkan
penilaian:
1. Kemampuan pelunasan pembayaran.
2. Struktur yang diatur dalam penerbitan obligasi tersebut.
3. Perlindungan atas klaim investor bila terjadi default (likuidasi).
Fungsi pemeringkatan obligasi menurut Fodter (1986) dalam Prasetio dan
Astuti (2003:4) yaitu:
1. Sebagai sumber informasi superior terhadap kemampuan perusahaan atau
pemerintah untuk membayar hutang dan bunga pinjaman
2. Sumber informasi kredit berbiaya rendah antar perusahaan dan pemerintah
3. Sumber verifikasi keuangan tambahan dan representasi manajemen
lainnya
4. Untuk memonitor tindakan manajemen yang muncul karena adanya
konflik antara pihak manajemen dengan pihak lain
5. Untuk memfasilitasi kebijakan publik yang membatasi investasi spekulatif
oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi dan dana pensuin.
Manfaat umum dari proses pemeringkatan adalah (Rahardjo 2003:100):
1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut
berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar obligasi yang sehat dan
transparan juga.
13
2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberikan keuntungan,
yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya
memberatkan perusahaan seperti penyediaan jaminan asset.
3. Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung semakin
rendah nilai coupun tersebut begitu pula sebaliknya.
4. Memberikan informasi yang obyektif dan independen menyangkut
kemampuan pembayaran utang, tingkat risiko investasi yang mungkin
timbul, serta jenis dan tingkatan utang tersebut.
5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada
umumnya.
Selain manfaat tersebut, manfaat lain yang diperoleh dengan adanya bond
rating adalah investor tidak perlu melakukan proses evaluasi. Hal ini disebabkan
karena investor biasanya akan melakukan survei terlebih dahulu untuk melakukan
investasi, akan tetapi dengan adanya pemeringkatan efek maka akan membantu
investor dalam memilih investasinya (Prasetio dan Astuti, 2003:4).
Menurut Rahardjo (2003:100), manfaat rating bagi investor adalah:
1. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh
karena itu, dengan adanya peringkat obligasi diharapkan informasi resiko
dapat diketahui lebih jelas posisinya.
2. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten tersebut.
Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi akan
membeli atau menjual sesua perencanaannya.
3. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan
obligasi yang satu dengan yang lain serta membandingkan struktur yang
lain seperti suku bunga serta metode penjaminannya.
Sedangkan manfaat rating bagi perusahaan (Rahardjo 2003:101) adalah:
1. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perseroan akan
mendapat mengetahui bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan
perusahaan sejenis lainnya.
2. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan
kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur
obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka waktu
14
jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung
lainnya.
3. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup
bagus maka kewajiban menyediakan jaminan kredit yang bisa dijadikan
pilihan alternatif.
4. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus daya tarik
perusahaan bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa
membantu sistem pemasaran obligasi tersebut supaya lebh menarik.
5. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen akan
membuat investor merasa lebih aman, sehingga kepercayaan investor bisa
terjaga.
S&P memberikan peringkat kepada perusahaan beradasarkan skala dari
AAA hingga D. Peringkat tengah terdapat pada setiap tingkat diantara AA dan
CCC (misalnya: BBB+, BBB, and BBB-). Ada beberapa peringkat hutang
menurut Standard and Poor’s (2005) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
AAA, merupakan peringkat tertinggi dan mencerminkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan amat sangat mampu membayar hutang dan
bunganya tepat waktu.
AA, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan sangat mampu untuk membayar hutang dan
bunganya tepat waktu.
A, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan mampu untuk membayar hutang dan bunganya
tepat waktu.
BBB, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan cukup untuk membayar hutang dan bunganya tepat
waktu.
BB, B, CCC, CC, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan
bahwa kondisi keuangan perusahaan diragukan sangat mampu untuk
membayar hutang dan bunganya tepat waktu.
C, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan bahwa kondisi
keuangan perusahaan hanya mampu untuk membayar hutangnya tepat
waktu tanpa bunga.
D, merupakan peringkat hutang yang mencerminkan perusahaan gagal
memenuhi hutang dan bunganya tepat waktu.
Penilaian peringkat hutang dimodifikasi dengan penambahan nilai plus
(+) atau minus (-) untuk menunjukkan penilaian lebih maksimum dari kategori
15
utama, serta digunakan untuk menunjukkan relativitas perusahaan kualitas
perusahaan.
Sedangkan pemeringkatan hutang menurut Pefindo dalam Rahardjo
(2003:105) terdiri dari:
1. AAA, merupakan peringkat tertinggi. Obligor mempunyai kemampuan
yang superior dan mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
2. AA. Merupakan peringkat sedikit dibawah peringkat tertinggi. Obligor
mempunyai kemampuan yang sangat kuat.
3. A, obligor mempunyai kemampuan yang kuat dan cukup peka terhadap
perubahan yang merugikan.
4. BBB, kemampuan obligor yang memadai tetapi kemampuannya dapat
diperlemah oleh perubahan yang merugikan.
5. BB, kemampuan obligor agak lemah dan terpengaruh oleh perubahan
lingkungan bisnis dan ekonomi.
6. B, obligor masih memiliki kemampuan membayar kewajiban, tetapi
perubahan lingkungan dapat memperburuk kinerja keuangannya.
7. C, obligor tidak mampu lagi, memenuhi kewajibannya dan bergantung
pada perubahan lingkungan eksternalnya.
8. D, obligasi ini macet dan emiten sudah berhenti usaha.
F.
Return Saham
Menurut Jogiyanto (2003: 109) “Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi”. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi (realized return) merupakan return
yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja
perusahaan. Return historis ini juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan
return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang akan datang.
Sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa yang akan dating, jadi sifatnya belum terjadi.
Perhitungan return ekspektasi dengan modal dasar dilakukan dengan dua tahap,
16
yaitu: (1) dengan membentuk modal ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan modal ekspektasi ini untuk
mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Contoh perhitungan return
ekspektasi adalah sebagai berikut:
IHSG pada bulan kemarin adalah adalah sebesar Rp 1.050, dan bulan ini
adalah sebesar Rp 1.100, Return ekspektasi bulan ini adalah :
IHSGj – IHSGj-1
RM.j =
IHSGj-1
Dimana :
RM.j = Return indeks pasar ( market return ) pada periode estimasi j.
IHSGj = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode estimasi ke j.
IHSGj-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode estimasi sebelum j.
Jawab:
Rp 1.100 – Rp 1.050
RM.j =
= 0, 04762
Rp 1.050
Dalam melakukan pengukuran return realisasi banyak yang menggunakan
berbagai macam cara atau model pengukuran seperti return total (total retruns),
relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return
disesuaikan (adjusted return). Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung
berdasarkan rata-rata aritmatik (arithmetic mean) atau rata-rata geometric
(geometric mean). Rata-rata geometrik sering digunakanuntuk menghitung
ratarata return dalam satu periode.
17
G.
Studi Peristiwa (Event Study)
Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi sering
disebut dengan event study. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan
seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga
pasar. Menurut Jogiyanto (2003), “ study peristiwa (event study) merupakan studi
yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman”. Event Study dapat
digunakan untuk menguji kandungan informasi (informastion content) dari suatua
pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk
setengah kuat.
Jogiyanto (2003) menambahkan bahwa pengujian kandungan informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar dari suatu pengumuman. jika
pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
H.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menguji tentang Pengaruh Bond Rating Terhadap Return
Saham pernah dilakukan oleh Hand, Houlthousen and Lefwitch (1992),
menyatakan bahwa harga saham bereaksi pada saat pengumuman bond rating,
Dichev and Piotroski (1998) yang dikutip Prasetio dan Astuti (2003), menyatakan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara harga saham dan perubahan bond
rating, sedangkan Wakeman (1984) menyatakan bahwa pengumuman bond rating
tidak memberikan informasi baru kepada pasar modal. Pada umumunya hasil
18
penelitian mereka menunjukkan bahwa penurunan peringkat hutang merupakan
informasi yang buruk bagi shareholder dan bondholder, tetapi peningkatan
peringkat hutang hanya memberikan informasi yang rendah bagi saham dan
return saham, kecuali kalau pengumuman tersebut disampaikan secara terbuka
dipasar yang kemudian akan direspon oleh publik.
Di indonesia penelitian yang menguji tentang Pengaruh Pengumuman
Bond Rating Terhadap Return Saham pernah dilakukan oleh Astuti dan Prasetio
(2003), yang memberikan hasil bahwa pengumuman bond rating tidak membawa
kandungan informasi bagi investor sehingga pasar tidak bereaksi secara signifikan
terhadap return saham.
Download