Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno

advertisement
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno
Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Dalam Proses
Belajar Mengajar (PBM) di Prodik Sejarah FKIP – UNS
Akhmad Arif Musadad
FKIP – UNS, e-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa tentang
sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model pemecahan masalah kreatif dalam pembelajaran
di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan
kelas. Subyek penelitian meliputi mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah yang menempuh
mata kuliah sejarah Indonesia kuno, dengan obyek: aktivitas mengajar dosen, kreativitas dan hasil
belajar mahasiswa. Pendekatan penelitian ini dilaksanakan melalui partisipatif kolaboratif antara dosen
pengampu, dosen pendamping (peneliti), dan mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan proses pengkajian
berdaur yang meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan dan siklus II sebagai
perbaikan. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari satu siklus ke siklus berikutnya kreativitas dan hasil
belajar mahasiswa semakin meningkat. Hal itu tercermin dari peningkatan kedisiplinan mahasiswa
dalam memanfaatkan waktu belajar, kemampuan mencari dan mengumpulkan sumber, kemampuan
mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah, dan tumbuhnya ide, gagasan dari mahasiswa.
Kata kunci: kreativitas belajar, hasil belajar, sejarah indonesia kuno, dan model pemecahan masalah
kreatif.
Abstract: The objective of research is to improve the creativity and classic Indonesian history learning
achievement through optimizing the creative problem solving model in teaching-learning process in
History Study Program of FKIP UNS. This study was carried out using classroom action research. The
subject of research was the students of History Study Program attending classing Indonesian history
course. Meanwhile the object was the teaching-learning process activity, including: lecturer’s teaching
activity, students’ creativity and learning achievement. This research was carried out using collaborative
participative approach between the in-charge-of lecturer, assisting lecturer (researcher), and the
student so that sharing occurs in each stage of activity. This research was done using cyclical analysis
process encompassing four stages of activity: planning, acting, observing, and reflection. This research
was implemented in two cycles: cycle I as the implementation of action, and cycle II as improvement.
The result of this research shows that from one cycle to another the student’s creativity and learning
achievement improves. It is reflected from: the improvement of students discipline in utilizing learning
time, capability of looking for and collecting the source, capability of identifying, formulating, and solving
the problem, idea generation, students’ idea.
Key words: learning creativity, learning achievement, Indonesian classic history, and creative problem
solving model.
Pendahuluan
kini dan merencanakan masa depan.
Pembelajaran sejarah berarti pembelajaran tentang
Widya (1989) mengemukakan tujuan pem-
peristiwa-peristiwa penting yang telah dialami
belajaran sejarah mencakup tiga aspek, yaitu:
manusia pada masa lampau yang berdampak besar
a) aspek pengetahuan, b) aspek pengembangan
terhadap kehidupan manusia. Mempelajari sejarah
sikap, dan c) aspek keterampilan. Aspek kete-
dapat menuntun siswa mengambil hikmah dari
rampilan telah sesuai dengan pembaharuan dalam
peristiwa sejarah tersebut untuk memahami masa
1
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
pembelajaran sejarah yaitu pembelajaran dengan
berdampak pada rendah-nya kreativitas mahasiswa,
prinsip CBSA. Sehubungan dengan hal itu, maka
misalnya:
dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat
pelajaran, tidak ada upaya untuk mencari dan
mengembangkan ketrampilan mengumpul-kan
menganalisis sumber, dan tidak mencoba mencari
jejak-jejak sejarah, mengajukan argumentasi dan
akar suatu permasalahan dan upaya pemecahannya;
mendiskusikan masalah kesejarahan, menelaah
3) Dosen kurang menguasai materi, hal ini tampak
buku-buku sejarah, mengajukan pertanyaan, dan
dari: dosen mengajar hanya sekedar membaca
bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.
slide dari power point tanpa improvisasi sebagai
mahasiswa pasif dalam mengikuti
Meskipun para ahli telah menyampaikan
penjelasan materi; dan 4) Pada saat penutupan
pendapatnya mengenai bagaimana cara menga-
dosen pun hanya cukup mengucapkan salam,
jarkan sejarah yang baik, namun di lapangan
tanpa disertai usaha membuka kesempatan untuk
berkata lain. Para guru dan dosen pada umumnya
bertanya jawab dengan mahasiswa, bahkan tidak
mengajarkan sejarah hanya sekedar untuk
ada rangkuman dari materi yang telah disampaikan.
memenuhi ingatan para peserta didik dengan
Masalah pembelajaran yang terungkap dari
berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya.
pengamatan tim peneliti terhadap PBM tersebut
Pembelajaran semacam ini kurang tepat, karena
kemudian digali lebih jauh melalui wawancara dan
tidak menyentuh aspek keterampilan dan sikap
diskusi dengan: dosen, dan mahasiswa Prodik
peserta didik. Akibatnya peserta didik kurang
Sejarah.
termotivasi untuk belajar secara aktif dan mandiri.
Selanjutnya peneliti mengidentifikasi alterna-tif
Peserta didik tidak terbiasa membaca buku-buku
tindakan pemecahan, akhirnya disepakati bahwa
referensi, kurang berani mengemukakan pen-dapat,
masalah rendahnya kemampuan mengajar dosen
dan pada umumnya mengalami kesulitan untuk
yang berakibat pada rendahnya kreativitas dan hasil
memecahkan suatu masalah.
belajar mahasiswa, sangat mungkin berdampak juga
Sebagai kasus, dalam kesempatan ini dapat
pada faktor kejenuhan maha-siswa terhadap cara
dikemukakan pembelajaran Sejarah Indonesia Kuno
mengajar yang monoton, dan kurang menantang
di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP - UNS.
mahasiswa yaitu dengan metode ceramah.
Selama ini pembelajaran Sejarah Indonesia Kuno
Selanjutnya, peneliti mengadakan diskusi
terasa kering, karena dosen hanya menggunakan
tentang beberapa model pembelajaran inovatif, di
metode ceramah, sedangkan materi yang diajarkan
dalamnya juga dibahas tentang (sintaks, sistem
hanya sebatas buku pegangan kuliah (BPK) yang
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan
sebenarnya sekarang tidak diberlakukan di UNS. Hal
dampak
ini akan menimbul-kan permasalahan, antara lain
masing model tersebut. Setelah mencermati
dosen kurang kreatif dan inovatif sehingga terjadi
karakteristik mahasiswa, dosen, dan mata kuliah
kejenuhan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia
yang bersangkutan, akhirnya peneliti berkesimpul-
Kuno.
an bahwa rendahnya kreativitas dan hasil belajar
instruksional serta pengiring) masing-
Berdasarkan pengamatan yang diadakan
Sejarah Indonesia Kuno dapat diatasi dengan
peneliti terhadap pembelajaran Sejarah Indonesia
optimalisasi penerapan model pemecahan masalah
Kuno di semester dua yang diampu oleh Drs.
kreatif (PMK).
Herimanto, M.Pd., M.Si. dapat dikemukakan di sini:
Sebab pembelajaran sejarah tidak sekedar
1) Pada saat pembukaan, dosen tanpa berupaya
berisi cerita hafalan. Sejarah merupakan produk
untuk menumbuhkan motivasi mahasiswa,
tidak
inquiry yang hanya dapat dimengerti dengan
menyampaikan tujuan, dan tidak mengadakan pree
menganalisis data/fakta yang ada, ditinjau secara
test. Jadi pada saat pembukaan yang dilaksanakan
multi dimensional, kemudian dirangkai dalam
hanya mengabsen mahasiswa, dan langsung
hubungan sebab akibat. Mahasiswa tidak hanya
menyampaikan materi; 2) Pada saat penyajian
diberi tahu tentang “apa”, tetapi lebih mengacu
materi dosen hanya menggunakan metode ceramah
pada “mengapa” dan “bagaimana” suatu peristiwa
tanpa dikombinasikan dengan metode lain (misalnya
terjadi. Peristiwa sejarah kiranya akan lebih dapat
diskusi dan penugasan), sehingga pembelajaran
dimengerti secara mendalam kalau dikaji lewat
terkesan monoton dan membosankan. Hal ini
proses bertanya, dan kemudian mencoba untuk
2
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
mencari jawabnya dengan pemecahan dari perbagai
aspek kehidupan.
rekreatif dan instruktif.
Sejarah memiliki guna edukatif karena
Berpijak dari uraian di atas, maka untuk
sejarah dapat memberikan kearifan bagi yang
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Sejarah
mempelajarinya, yang secara singkat dirumuskan
Indonesia Kuno dalam PBM di Prodik Sejarah tim
oleh Bacon: “histories make man wise”. Sejarah
peneliti sepakat melakukan tindakan pemecahan
yang memberikan perhatian pada masa lampau
berupa optimalisasi penerapan model pemecahan
tidak dapat dipisahkan dari kemasakinian, karena
masalah kreatif, dengan langkah-langkah tindakan
semangat dan tujuan untuk mempelajari sejarah
yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut
ialah nilai kemasakiniannya. Hal ini tersirat dari
adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan/ Orientasi;
kata-kata Croce bahwa “all history is contemporary
2) Kegiatan inti, meliputi langkah-langkah: (a)
history”, yang kemudian dikembangkan oleh Carr
Identifikasi masalah, (b) Perumusan masalah, (c)
bahwa sejarah adalah “unending dialogue between
Pembagian kelompok dan sub kelompok, (d) Kajian
the present and the past” (Widja, 1988). Dari
di sub kelompok dan dilanjutkan diskusi kelompok,
pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpul-kan
dan (e) Diskusi kelas; 3) Penutup, yaitu tahap
bahwa apabila kita dapat memproyeksikan masa
pemantapan materi oleh dosen dan mahasiswa.
lampau ke masa kini, maka kita dapat menemukan
Permasalahan dalam penelitian ini dapat
makna edukattif dalam sejarah.
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
Sejarah memiliki guna inspiratif karena sejarah
upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
dapat memberikan inspirasi kepada kita tentang
Sejarah Indonesia Kuno melalui optimalisasi model
gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat
pemecahan masalah kratif dalam PBM di Prodik
digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
Sejarah FKIP - UNS?”. Penelitian ini bertujuan
masa kini, khususnya yang berkaitan dengan
untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar
semangat untuk mewujudkan identitas sebagai
sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model
suatu bangsa dan pemba-ngunan bangsa.
pemecahan masalah kreatif di Program Studi
Pendidikan Sejarah FKIP- UNS.
Sejarah memiliki guna rekreatif karena
dengan membaca tulisan sejarah kita seakanakan melakukan “perlawatan sejarah” karena
Kajian Literatur
menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman
Tugas dan tanggung jawab yang utama bagi seorang
masa lampau untuk “mengikuti” peristiwa yang
guru adalah mengajar Mengajar berarti juga
terjadi. Sementara itu guna instruktif merupakan
membantu siswa dalam pertumbuhannya, kegiatan
kegunaan sejarah untuk menunjang bidang-bidang
ini mengarah pada suatu tujuan (B. Simanjuntak
ketrampilan tertentu (Nugroho Notosusanto, 1979).
dan LL. Pasaribu, 1986). Menurut Nasution (1995)
Sementara itu banyak ahli yang teorinya
mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru untuk
berpengaruh dalam pembelajaran sejarah,
mengatur lingkungan, sehingga tercipta suasana
diantaranya Piaget, Bruner, dan Blomm (Gunning,
kondusif yang memungkinkan siswa untuk belajar.
1978). Pengaruh utama dari ketiga pemikir tersebut
Hal ini Senada dengan pendapat Brown (1975)
adalah pengembangan berpikir kreatif dalam
bahwa “good teaching is in the eyes of the beholders,
pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah tidak
successful teaching is in the performance of the
dapat disamakan dengan cerita hafalan. Ilmu sejarah
pupils”.
memerlukan cara khusus untuk menyampaikannya.
dari uraian yang sifatnya teoretis
Sejarah merupakan produk inquiry yang hanya
di atas, dalam praktiknya pembelajaran sejarah
Terlepas
dapat dimengerti dengan menganalisis data/ fakta
masih banyak ditemukan kendala. Sejarah dianggap
yang ada ditinjau dari berbagai sudut pandang
sebagai mata pelajaran yang mem-bosankan dan
(multi dimensional), kemudian dirangkai dalam
tidak menarik, karena harus menghafalkan peristiwa
hubungan sebab akibat. Siswa tidak cukup diberi
yang pernah terjadi di masa lampau yang tidak ada
tahu tentang: apa, kapan, siapa, dan di mana;
gunanyanya. Meskipun demikian para ahli telah
tetapi yang lebih penting adalah: mengapa, dan
menyatakan bahwa sejarah itu memiliki kegunaan,
bagaimana suatu peristiwa sejarah terjadi. Peristiwa
yaitu: guna edukatif, guna inspiratif, dan guna
sejarah kiranya akan lebih dapat dimengerti secara
3
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
lebih mendalam jika dikaji lewat proses bertanya
yang berjumlah 90 mahasiswa. Sedangkan objeknya
dan kemudian mencoba untuk mencari jawabnya
adalah kegiatan belajar mengajar.
dengan pemecahan berbagai masalah. Oleh karena
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
itu, Pemecahan Masalah Kreatif yang dikembangkan
berupa informasi tentang: aktivitas mengajar
oleh Treffinger (1980) dan Parnes (1981) perlu
dosen, aktivitas belajar mahasiswa, suasana
dicobakan dalam pembelajaran sejarah.
pembelajaran, dan prestasi belajar mahasiswa.
Menurut Treffinger (1980), pemecahan masalah
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
kreatif terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama
adalah: wawancara, observasi, dan kajian dokumen.
mendukung tingkat kedua, untuk selanjutnya
Pemeriksaan atau validitas data yang dilakukan
bersama-sama mendukung tingkat ketiga. Teknik
dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber,
kreatif tingkat pertama bertujuan membantu siswa
yaitu dengan cara mengecek, memban-dingkan data
agar bersifat terbuka untuk menerima gagasan
dari satu sumber dengan data dari sumber yang lain.
baru, sehingga dalam diri mereka terdapat usaha
Teknik yang digunakan untuk menganalisis
untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Pada
data-data yang telah terkumpul dalam penelitian
tingkatan kedua, siswa diajak untuk memperluas
ini adalah teknik analisis kritis. Teknik ini digunakan
pikiran dan berperan dalam kegiatan yang lebih
untuk mengungkapkan segala kelebihan dan
majemuk dan menantang. Pada tingkat ketiga
kekurangan aktivitas dosen dan mahasiswa
adalah pemecahan masalah kreatif (PMK), yaitu
selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil
cara sistematis dalam mengorganisasi dan mengolah
analisis tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
keterangan atau gagasan sehingga persoalan dapat
merencanakan tindakan berikutnya. Di samping
dipecahkan secara imaginatif.
itu, dalam penelitian ini juga mengguna-kan teknik
Pemecahan masalah kreatif adalah model
analisis komparatif, artinya data-data yang tampak
pembelajaran yang mengembangkan pemikiran
dari proses belajar mengajar dalam satu tahap dan
divergen, dan berusaha mencari berbagai alternatif
satu siklus dibandingkan dengan data-data PBM
dalam memecahkan suatu masalah. Model
pada tahap dan siklus berikutnya. Dengan teknik
pemecahan masalah kreatif ini sangat berpotensi
ini dapat diketahui kemajuan kinerja dosen dan
untuk melatih siswa dalam menyelesai-kan
mahasiswa dalam PBM dari setiap siklusnya.
persoalan yang berkaitan dengan pengem-bangan
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode
berpikir divergen. Ini mengandung implikasi bahwa
classroom action research atau yang sering
pengembangan potensi siswa akan menghasilkan
dinamakan
kemampuan berpikir yang memuaskan. Dalam
Melalui PTK para guru dan dosen LPTK langsung
pemecahan suatu masalah, pengerahan potensi
memperoleh teori yang dibangunnya sendiri bukan
yang telah dimiliki siswa akan lebih berdaya guna
yang diberikan oleh pihak lain, maka guru menjadi
dari pada sekedar mengan-dalkan penjelasan
the theorizing practitioner
sepihak dari guru.
PGSM, 1999).
Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa:
penelitian tindakan kelas (PTK).
(Tim Pelatih Proyek
Jenis penelitian ini sangat praktis,
untuk
optimalisasi penerapan model pemecahan masalah
memperbaiki atau meningkatkan mutu pembe-
kreatif dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa,
lajaran di kelas, dan upaya perbaikannya dilakukan
dan pada gilirannya dapat meningkatkan hasil
dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
belajar sejarah Indonesia kuno.
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari
tugas sehari-hari di kelas (Kasihani Kasbolah, 2001).
Metode Penelitian
Penggunaan metode ini didasarkan pada asumsi
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Sejarah Jurusan
bahwa kualitas pembelajaran dapat diatasi guru
PIPS
FKIP – UNS, yang terletak di Kampus
sebagai langkah perbaikan profesionalisme dengan
Kentingan, Jalan Ir. Sutami No. 36 A Surakarta.
memberi kebebasan pengembangan kurikulum,
Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan,
materi, dan strategi pembelajaran. Masalah
yaitu mulai Maret hingga Oktober 2010. Subjek
teridentifikasi, dipahami, dan dipecahkan secara
dalam penelitian ini
kolaboratif (Hopkins, 1993), sehingga ditemukan
adalah
mahasiswa yang
mengambil Mata Kuliah Sejarah Indonesia Kuno,
4
alternatif terbaik.
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
Penelitian ini bersifat situasional, artinya
peneliti mengajar, maka anggota tim peneliti yang
tindakan perbaikan yang dilakukan, dirancang
lain bertugas sebagai observer. Pembelajaran ini
khusus dalam Pembelajaran sejarah Indonesia Kuno
dimaksudkan untuk mengkondisikan mahasiswa.
di Prodik Sejarah FKIP - UNS, sehingga belum tentu
Karena jumlah mahasiswa yang sangat besar
tepat jika diterapkan pada mata kuliah maupun
yaitu 90 mahasiswa, maka dalam pelaksanaan
program studi dan jurusan yang lain.
model pemecahan masalah kreatif ini pembagian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kelompok dilakukan untuk dua kali pertemuan,
Partisipatif Kolaboratif antara peneliti, pimpinan
yaitu pertemuan tanggal 24 dan 31 Mei 2010.
prodik, dan mahasiswa, sehingga terjadi sharing
Ini dimaksudkan agar pembagian kelompok bisa
dalam setiap tahap kegiatan. PTK dapat didefinisikan
merata, dan perkelompoknya tidak terlalu banyak
sebagai penelitian yang bersifat reflektif, yang
mahasiswanya.
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan-tindakan nyata dalam melaksanakan
Observasi
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan
Secara garis besar hasil observasi terhadap proses
yang dilakukan-nya, serta memperbaiki kondisi
belajar mengajar yang diselenggarakan pada siklus
di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut
pertama adalah sebagai berikut: 1).
dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PTK
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan dengan “proses pengkajian berdaur”
dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: (a)
(cyclical), yang meliputi empat tahap kegiatan,
perumusan kompetensi dasar telah relevan dengan
yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),
standar kompetensi, namun masih terdapat kata
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
kerja yang kurang operasional misalnya kata-
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua
kata: mengetahui, dan memahami, (b) tujuan
siklus, yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan,
pembelajaran sudah mengacu pada kompetensi
sedangkan siklus II sebagai perbaikan.
dasar, namun lagi-lagi masih menggunakan kata
Sebelum menyusun rencana tindakan, pada
Dari segi
kerja yang tidak operasional seperti contoh di
awal penelitian ini dilakukan pengidentifikasian dan
atas, (c)
pengem-bangan materi pembelajaran
penetapan masalah penelitian. Secara keseluruhan
sesuai dengan rumusan kompetensi dasar, (d)
penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
penyusunan langkah-langkah/strategi pembelajaran
sesuai dengan alur kegiatan yang dilaksanakan di
Siklus Pertama
dalam kelas, (d) pencantuman sumber dan media
Persiapan Tindakan
pembelajaran jelas, dan (e) perencanaan alat
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap
dan prosedur penilaian yang kurang jelas, sudah
ini adalah: diskusi tentang pembelajaran sejarah
ada soal dan kunci jawaban, namun belum ada
Indonesia kuno, diskusi tentang metode dan
kunci skoringnya; 2) Dosen telah melak-sanakan
strategi pembelajaran, latihan penyusunan rencana
prosedur pembelajaran dengan baik, hal ini
pelaksanaan pembelajaran, dan mengadakan
terrefleksi dari: (a) Pada saat pendahuluan, dosen
les model pembelajaran untuk meningkatkan
telah mengkondisikan suasana pembelajaran, dan
keterampilan dosen dalam menerapkan model
memberiikan pengantar ke arah topik pembahas-
pemecahan masalah kreatif dan meningkatkan
an (b) Pada saat kegiatan inti dosen mampu
kemampuannya dalam melaksanakan prosedur
memimpin mahasiswa dalam: mengidentifikasi
pembelajaran.
dan merumuskan masalah, membagi kelompok
dan sub kelompok, Dan memimpin diskusi kelas
Pelaksanaan Tindakan
(c) Pada saat penutupan dosen berusaha membuat
Berdasar persiapan dan rencana yang telah
kesimpulan, dan melontarkan beberapa perta-
dimatangkan, maka dosen peneliti melaksanakan
nyaan kepada beberapa mahasiswa secara acak
tindakan dalam proses belajar mengajar di kelas.
(d) Di samping hal-hal di atas, dosen juga: (1)
Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus
menguasai materi yang disampaikan, dan (2)
pertama ini jatuh pada hari Senin tanggal 24 Mei
perhatiannya merata ke seluruh mahasiswa.
2010. Dalam kesempatan tersebut, jika dosen
Meskipun sudah terjadi banyak peningkatan dalam
5
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
pelaksanaan PBM, namun kekurangannya juga
dalam pembelajaran; 2).
masih ada, yaitu: (a) suaranya kurang jelas, (b)
kreativitas dan hasil belajar mahasiswa, maka dosen
Untuk mening-katkan
dosen terlalu sering melucu, dan (c) dosen tidak
harus lebih meng-optimalkan kemampuannya dalam
bersikap tegas dalam menghadapi mahasiswa yang
menerapkan model pemecahan masalah kreatif.
mengganggu ketertiban kelas. Beberapa kelemahan
Karena itu tim peneliti merasa perlu mengadakan
lain pada saat pelaksanaan pembelajaran, kaitannya
les model pembelajaran lagi.
dengan penerapan model pemecahan masalah
kreatif, adalah: (a) pembentukan kelompok hanya
Pelaksanaan Tindakan
dilakukan berdasar tempat duduk, sehingga
Setelah rencana perbaikan ditetapkan dan
pembagian kelompok tidak merata baik dari
persiapan dilaksanakan sebagaimana diuraikan
jenis kelamin maupun tingkat kemampuannya,
pada bagian sebelumnya, dosen peneliti kemudian
dan (b) dosen tidak mentaati alokasi waktu yang
mengimplementasikannya dalam proses belajar
telah direncanaka, sehingga waktunya molor; 3)
mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar
Kreativitas dan hasil belajar mahasiswa belum
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Juni dan
menunjukkan peningkatan secara signifikan. Hal itu
Jumat 18 Juni 2010.
dapat dikemukakan sebagai berikut: (a) mahasiswa
kurang kreatif dalam memanfaatkan sumber, (b)
Observasi
mahasiswa kurang mampu mengeksplorasi masalah,
Secara garis besar hasil observasi terhadap
(c) mahasiswa kurang disiplin dalam memanfaatkan
proses belajar mengajar yang diselenggarakan
waktu belajarnya, (d) selama diskusi berlangsung,
pada siklus kedua adalah sebagai berikut: 1)
hanya beberapa mahasiswa yang aktif, (d) suasana
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
kelas waktu diskusi berlangsung tampak kaku, dan
RPP
diskusi masih sering macet.
cukup baik. Meskipun pada siklus pertama masih
yang disusun
pada siklus kedua ini sudah
ada kekurangan sebagaimana yang telah diuraikan
Analisis dan Refleksi
sebelumnya, tetapi pada siklus kedua ini dari
Dari hasil analisis dan refleksi atas tindakan yang
satu pertemuan ke pertemuan berikutnya terus
dilakukan dalam PBM pada siklus pertama dapat
mengalami perbaikan; 2) Dosen telah melaksanakan
dikatakan bahwa dosen telah mengajar lebih baik
prosedur pembelajaran yang lebih baik dari
dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian
siklus I, hal ini terrefleksi dari: (a)
kemampuan tersebut masih perlu ditingkatkan lagi,
pendahuluan, dosen telah mengkondisikan suasana
sebab masih tampak adanya beberapa kelemahan
pembelajaran, mengadakan appersepsi, dan
dalam pembelajaran tersebut. Karena masih ada
menjelaskan konpetensi serta garis besar materi
kelemahan-kelemahan itu lah sehingga kreativitas
yang akan disampaikan (b) Pada saat kegiatan
dan hasil
inti dosen lebih trampil memimpin mahasiswa:
belajar mahasiswa belum meningkat
secara berarti.
Pada saat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dosen
juga telah membagi kelompok dan sub kelompok,
Siklus Kedua
dan akhirnya dosen juga mampu memimpin diskusi
Rencana Perbaikan dan Tindakan
kelas. Bahkan kekurangan yang terjadi pada siklus
Berpijak dari hasil Analisis dan refleksi dan hasil
I yaitu pembagian kelompok yang hanya didasarkan
observasi pada siklus pertama, maka dalam
pada tempat duduk, pada siklus II telah diperbaiki.
siklus kedua ini diadakan perbaikan rencana
(c) Pada saat penutupan dosen berusaha membuat
untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam
kesimpulan dari apa yang telah disampaikan/
pembelajaran. Adapun perbaikan yang dimaksud
didiskusikan,
adalah sebagai berikut: 1) Kelemahan dalam
pertanyaan kepada beberapa mahasiswa secara
penyusunan RPP dinilai tidak terlalu prinsip, sehingga
acak. (d) Beberapa kelebihan yang sudah terlihat
dosen disarankan menyusun RPP secara mandiri
pada siklus I juga tetap dipertahankan pada siklus
dengan catatan memperhatikan beberapa kelemahan
II; 3). Kreativitas dan hasil belajar mahasiswa telah
sebelumnya. Selanjutnya RPP dikonsultasikan
menunjukkan peningkatannya secara signifikan. Hal
dengan tim peneliti sebelum diimplementasikan
itu diantaranya terlihat dari: (a) mahasiswa kreatif
6
dosen juga melontarkan beberapa
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
dalam menggunakan sumber; (b) mahasiswa kreatif
dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah;
Hasil penelitian dan pembahasan
(c) mahasiswa kreatif dalam mengeks-plorasi dan
Kemampuan Menyusun Rencana
membahas masalah; (d) bahkan dalam diskusi pun
Pelaksanaan Pembelajaran
kreativitas mahasiswa sangat tampak, misalnya
Selama ini dosen mengaku tidak pernah menyusun
dalam mengeluarkan ide, gagasan, maupun
rencana pelaksanaan pembelajaran
pendapat. Di samping itu mahasiswa mulai terlihat
sebelum perkuliahan. Setelah diadakan diskusi
disiplin dalam memanfaatkan waktu belajarnya,
tentang pembelajaran sejarah Indonesia kuno,
misalnya: sudah tidak ada yang terlambat masuk
secara bertahap terjadi perubahan. Diskusi yang
kelas, dan selama pelajaran berlangsung pun sudah
diantaranya mencakup tentang pentingnya RPP
tidak
(RPP)
ada yang berbisik-bisik dan ramai sendiri.
tersebut mampu menanamkan kesadaran doseni.
Suasana kelas selama pembelajaran berlangsung
Ia sadar atas anggapan yang keliru selama ini,
juga kelihatan kondusif, sehingga mahasiswa dapat
dan berjanji akan menyusun RPP setiap kali akan
belajar dengan baik.
mengimplementasikannya dalam PBM. Setelah
diadakan latihan penyusunan RPP, yaitu pada hari
Analisis dan Refleksi
Rabu tanggal 12 Mei 2010, ternyata pada siklus
Hasil observasi terhadap KBM sejarah Indonesia
pertama dosen
kuno yang dilaksanakan oleh peneliti pada siklus
mendapat berbagai masukan akhirnya pada siklus
kedua ini telah berjalan dengan baik. Pembelajaran
kedua secara mandiri, dosen mampu menyusun
yang telah diobservasi dalam dua kali pertemuan
RPP dengan lebih baik. Artinya beberapa kelemahan
pada siklus kedua ini, yaitu tanggal 14 dan 18 Juni
yang masih tampak pada siklus pertama, dapat
2010 pada umumnya mengalami kemajuan dari
diperbaiki pada siklus kedua.
mampu menyusun RPP. Setelah
satu pertemuan ke pertemuan berikutnya. Pada
pertemuan kedua dari siklus kedua ini dosen peneliti
1. Kemampuan Melaksanakan
telah mampu mengadopsi dan mengaplikasikan
Pembelajaran semua tidakan yang telah dirancang bersama tim
Pemecahan Masalah Kreatif
peneliti yang lain dalam PBM sehingga pembelajaran
Menurut data yang diperoleh dari hasil observasi
yang dipimpinnya tampak lebih baik dibanding
terhadap PBM yang dilaksanakan sebelum diadakan
pertemuan dan siklus sebelumnya. Akibatnya
tindakan, dosen terkesan mengajar hanya untuk
kreativitas dan hasil belaar mahasiswa pun lebih
menyampaikan pengetahuan kepada mahasiswa.
meningkat.
Hal itu berarti dosen memposisikan diri sebagai
dengan Model
Meskipun masih tampak beberapa kelemahan,
sumber pengetahuan, sedangkan mahasiswa
namun kelemahan tersebut dianggap tidak
hanyalah pihak yang pasif, sekedar menerima
terlalu bermasalah sehingga tim peneliti sepakat
pengetahuan dari dosennya. Dalam observasi awal
mengakhiri kegiatan penelitian pada siklus kedua
juga terungkap bahwa dosen mengajar dengan
ini dengan memberikan rekomendasi agar dosen
prosedur yang kurang tepat.
selalu mempertahankan dan meningkatkan kualitas
Setelah diadakan tindakan berupa diskusi
pembelajarannya dengan menggunakan model-
tentang hakikat pembelajaran sejarah dan diadakan
model pembelajaran yang inovatif.
les model pembelajaran dengan penerapan model
Tabel 1. Kemajuan Dosen dalam Penyusunan RPP
7
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
hail belajar rendah; 5) tidak ada pajangan hasil
sumber dengan berbagai macam cara, bahkan
karya peserta didik; 6) guru dan buku sebagai
terpaksanya buku pelajaran sejarah di sekolah
sumber belajar. 7) semua peserta didik dianggap
pun dapat dipakai sebagai sumber, tergantung dari
sama. 8) penilaian hanya berupa test. 9) latihan
bagaimana kita memperlakukan sumber tersebut
dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang;
(Hamid Hasan, 1985).
dan 10) interaksi pembelajaran searah (Syaiful
Apa yang telah diuraikan di atas menjadi
Sagala, 2009). Pembelajaran yang demikian
landasan dan sekaligus sebagai kerangka acuan
tidak menunjukkan usaha yang berarti dari pihak
bagi pelaksanaan penelitian ini. Sebagaimana yang
gurunya, sehingga tidak akan memberikan hasil
telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi
belajar yang berarti pula.
masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya
Mengajar menurut H. Burton adalah upaya
kreativitas dan hasil belajar sejarah Indonesia
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan,
kuno. Setelah digali sumber perma-salahannya
dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi
melalui observasi dan wawancara, kemudian
proses belajar (Syaiful Sagala, 2007). Sedangkan
didiskusikan dan dianalisis tim peneliti berkeyakinan
Gagne dan Brig (1979) mengemukakan bahwa
bahwa masalah tersebut dapat diperbaiki melalui
pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara
optimalisasi penerapan model pemecahan masalah
kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru
kreatif
yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang
kuno. Ternyata tindakan yang telah dilakukan oleh
baik. Menurut James B. Brow seperti yang dikutip
tim peneliti menjadi kenyataan. Sebagaimana telah
oleh Suryosubroto (2002), tugas dan peranan guru
dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa
antara lain: menguasai dan mengembang-kan materi
optimalisasi penerapan model pemecahan masalah
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan
kreatif berdampak positif terhadap kreativitas
pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi
maha-siswa. Temuan ini selaras dengan teori-teori
kegiatan siswa. Senada dengan pendapat tersebut,
yang telah dikemukakan di atas, bahwa dalam
Jarolimek dan Foster (1976) mengemukakan
kegiatan belajar mengajar, tugas guru/dosen
bahwa mengajar mengan-dung tiga peranan
adalah mengorganisasi atau mengatur lingkungan
besar yaitu: merencanakan, melaksanakan, dan
dan menghubungkannya dengan peserta didik,
mengevaluasi pembelajaran. Jadi mengajar adalah
sehingga terjadi proses belajar. Penerapan model
kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar
pemecahan masalah kreatif pada gilirannya juga
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
dalam pembelajaran sejarah Indonesia
Oleh karena itu, disarankan agar pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan
yang bersifat menghafal, dan pembelajaran yang
bahwa tindakan-tindakan yang telah dilakukan
bersifat menerima sebaiknya ditinggalkan para guru
dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawab-
(Sukmadinata, Jami’at, dan Ahman, 2006).
kan baik secara teoritis maupun empiris. Secara
Terkait dengan pembelajaran sejarah, para
teoritis tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh
ahli seperti (Bank, 1985), (Sylvester, 1973), dan
tim peneliti didukung oleh teori-teori yang relevan
(Mays, 1974)
sangat mengharapkan digunakan-
dengan masalah yang dihadapi. Secara empiris
nya sumber-sumber sejarah. Siswa harus berusaha
telah terbukti bahwa apa yang telah dilakukan oleh
menemukan bukti-bukti dari peristiwa masa lampau
peneliti dapat meningkatkan kreativitas dan hasil
(sumber sejarah), mengolah atau mengadakan
belajar sejarah Indonesia kuno.
kritik terhadap sumber tersebut, menafsirkan, dan
kemudian menyusunnya menjadi ceritera sejarah.
Simpulan dan Saran
Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
Simpulan
informasi di kelas, tetapi lebih berperan dalam
Pertama, masalah dalam penelitian ini adalah
banyak dimensi, sebagai seorang pembimbing
rendahnya kreativitas dan hasil belajar mahasiswa
aktivitas siswa. Tugas siswa seperti seorang
dalam mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno. Masalah
sejarahwan professional, meskipun baru pada
tersebut dapat diperbaiki melalui optimalisasi
tingkat perkenalan. Mereka dapat mengumpulkan,
penerapan model pemecahan masalah kreatif.
mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan sumber-
Keduanya secara bertahap mengalami peningkatan
8
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
pemecahan masalah kreatif, akhirnya dosen
dengan mencari dan menghimpun data, informasi,
peneliti dapat memperbaiki kemampuannya
fakta, serta berlatih mengemukakan pendapat.
dalam melaksanakan proses pembelajaran di
Model ini lebih memposisikan mahasiswa sebagai
kelas. Kemajuan tersebut misalnya ditunjukkan
subyek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif
sebagai berikut. Pada siklus pertama dosen
dalam PBM. Sementara itu dosen lebih berperan
sudah mampu mengimplemen-tasikan prosedur
sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping, dan
pembelajaran dengan model PMK. Meskipun dalam
koordinator dalam pembelajaran.
pelaksanaannya belum maksimal, tetapi sudah
Setelah diadakan beberapa persiapan, dan
cukup baik. Beberapa kekurangan yang masih
diadakan tindakan berupa optimalisasi model
tampak pada siklus pertama, akhirnya dianalisis
pemecahan masalah kreatif dalam KBM, ternyata
dan direfleksikan kembali sebagai dasar untuk
dari satu siklus ke siklus berikutnya meningkat
perbaikan rencana dan tindakan berikutnya. Setelah
juga kreativitas belajar mahasiswa.. Hal ini bisa
diadakan perbaikan rencana dan beberapa persiapan
dijelaskan, karena model pemecahan masalah
seperti les model pembelajaran, maka pada siklus
kreatif menuntut kreativitas mahasiswa dalam
kedua pelaksanaannya lebih optimal. Artinya dosen
mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat mulai
benar-benar mampu menerapkan model pemecahan
dari: identifikasi masalah, peumusan masalah,
masalah kreatif dalam pembelajaran sejarah
mencari dan mengumpulkan sumber, menganalisis
Indonesia kuno. Beberapa kekurangan yang masih
sumber, sampai pada pemecahan masalah. Bahkan
terlihat pada siklus pertama juga sudah tidak terjadi
model ini juga menuntut setiap maha-siswa
dalam siklus kedua.
untuk ikut aktif dan kreatif dalam setiap tingkat
pengakijian dan diskusi, yaitu mulai dari tingkat sub
Penerapan Model Pemecahan Masalah
kelompok, kelompok, sampai diskusi kelas.
Kreatif Dapat Meningkatkan Kreativitas
Penerapan Model Pemecahan Masalah
Belajar Mahasiswa
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah rendahnya kreativitas belajar mahasiswa. Hal
itu terungkap pada saat diadakan observasi awal,
yang terrefleksikan dari: banyaknya mahasiswa
yang terlambat masuk kelas, mahasiswa pasif
dalam perkuliahan; tidak ada yang bertanya, bahkan
kalau ditanya tidak banyak yang mau menjawab,
dan kalau pun ada kualitas jawabannya rendah.
Di samping itu mahasiswa kurang memperhatikan
perkuliahan: ada yang ngantuk, ngobrol dengan
temannya, ada yang mencoret-coret, dan ada yang
menggambar sendiri, sehingga suasana gaduh.
Kreatif Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa
Optimalisasi penerapan model pemecahan masalah
kreatif ternyata bukan sekedar meningkatkan
kreativitas belajar mahasiswa, tetapi juga mampu
meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini dapat dilihat
dari arsip nilai mahasiswa, yang ternyata secara
umum terjadi peningkatan mulai dari nilai awal
mahasiswa (sebelum diadakan tindakan), nilai
setelah diadakan tindakan pada siklus petama,
sampai pada siklus kedua. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Setelah masalah itu digali lebih dalam,
Tabel 2. Peningkatan Nilai Mahasiswa
dianalisis, dan diadakan diskusi, peneliti merasa
perlu menerapkan model pembelajaran yang
tepat, yang memungkinkan terbentuknya budaya
No Indikator
Pra Tin
Siklus Siklus
dakan
I
II
berpikir kreatif yang mampu menghasilkan
1
Nilai Terendah
60
64
65
pola berpikir komprehensif. Salah satu
model
2
Nilai Tertinggi
78
87
92
pembelajaran inovatif yang diketahui dan dapat
3
Nilai Rata-rata
68
74
77
menumbuhkan kreativitas belajar mahasiswa
adalah model pemecahan masalah kreatif. Melalui
model ini, mahasiswa didorong memiliki sikap
mandiri melalui proses kemampuan bekerja sama,
partisipasi aktif, kemampuan merencanakan
kegiatan belajar dari tugas-tugas terstruktur
Selama ini pembelajaran yang berlangsung
cenderung menunjukkan: 1) guru lebih banyak
ceramah; 2) media belum dimanfaatkan; 3)
pengelolaan belajar klasikal dan kegiatan belajar
kurang bervariasi; 4) tuntutan guru terhadap
9
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
dan sub kelompok, (d) pembahasan di tingkat sub
penelitian ini dilakukan, diharapkan mempunyai
kelompok dan kelompok, dan (e) diskusi kelas;
gambaran yang jelas mengenai kualitas pembe-
dan 3) penutup. Kedua, optimalisasi penerapan
lajaran, dan aktivitas belajar mahasiswanya.
model pemecahan masalah kreatif terbukti mampu
Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa. Hal
pertimbangan dalam upaya pembinaan di program
itu dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
studi nya. Model tindakan yang ditawarkan dalam
1) Mahasiswa berusaha memanfaatkan waktu
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu
belajar dengan sebaik-baiknya: tidak ada lagi yang
bentuk tindakan perbaikan kualitas pembelajaran
terlambat masuk kelas, di dalam kelas mahasiswa
mata kuliah yang lain. Tentu saja dengan berbagai
sangat memperhatikan perkuliahan; 2) Mahasiswa
penyesuaian yang relevan dengan masing-masing
terlibat aktif dan banyak ide atau gagasan dalam
dosen, mata kuliah, dan mahasiswanya.
setiap langkah kegiatan, misalnya dalam kegiatan:
identifikasi masalah, perumusan masalah, dan saat
Pustaka Acuan
mengkaji masalah baik di tingkat sub kelompok
Bank, James A., 1985. Teaching Strategies for the
maupun kelompok; 3) Mahasiswa cukup kreatif
dalam mencari, mengumpulkan, dan menganalisis
sumber-sumber yang relevan, baik dari buku-buku
maupun internet; 4) Selama diskusi berlangsung,
Social Studies, New York: Longman, Inc.
B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di
Sekolah. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Brown, George, (1975). Micro Teaching, a
mayoritas mahasiswa dapat berpartisipasi aktif,
Program of Teaching Skills. New York:
ada yang bertanya dan ada yang menjawab dengan
Mithuen and Co, Ltd.
pertanyaan dan jawaban yang relevan dengan
Gagne dan Brigg, L. J. 1979. Principles or
pokok permasalahan; 5) Suasana kelas selama KBM
Instruction Design. New York: Holt
berlangsung tampak kondusif.
Ketiga, penerapan model pemecahan masalah
kreatif pada akhirnya juga mampu meningkatkan
hasil belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari
Rinehart and Winston.
Gunning, Denning, 1978. The Teaching of History.
London: Croom Helm.
Hamid Hasan. 1985. Pengajaran sejarah antara
nilai terrendah, nilai tertinggi, dan rata-rata nilai
Harapan dan Kenyataan. Makalah.
mahasiswa yang cenderung mengalami peningkatan
Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta.
mulai dari sebelum diadakan tindakan, setelah
diadakan tindakan pada siklus pertama, dan setelah
siklus kedua.
Hopkins, David., 1993. A Teacher’s Guide to
Classroom Research. Bristol: Open
University Press.
Jarolimek, John., dan Clifor, D. Foster. 1976.
Saran
Model of Teaching. New Jersey: Englewood
Dari simpulan di atas, selanjutnya dapat diajukan
Cliff Prenticehall Inc.
saran sebagai berikut, Pertama, para guru dan
dosen, khususnya para pengajar sejarah disarankan
untuk meminimalisir penggunaan metode ceramah.
Sebab metode ceramah hanya memposisikan
peserta didik sebagai pihak yang pasip, yang
hanya bisa menerima apa yang disampaikan guru/
dosennya. Metode itu perlu ditinggalkan karena
cukup membosankan dan tidak memberi tantangan
pada peserta didik. Dalam hal ini para guru dan
dosen sejarah diharapkan mencoba berbagai
model pembe-lajaran yang mampu meningkatkan
aktivitas, dan kreativitas peserta didik, sebab
Kasihani Kasbolah, 2001. Penelitian Tindakan
Kelas, Malang: Universitas Negeri Malang.
Mays, P. 1974. Why Teach History?, London:
University of London Press.
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho Notosusanto. 1979. Sejarah Demi Masa
Kini. Jakarta: UI press.
Parnes, Sidney J. 1981. CPSI: The General
System. Dalam: The Faces and Forms of
creativity. California: Printcraft Inc.
Simanjuntak, B., dan Pasaribu, LL. 1986.
pembelajaran sejarah akan lebih berarti jika dapat
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
dilakukan oleh peserta didik sendiri. Kedua, program
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Studi Pendidikan Sejarah sebagai tempat di mana
Tarsito.
10
Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif
setelah diadakan tindakan dalam penelitian
ini.
masalah kreatif; 3) pelatihan penyusunan RPP; dan
Tindakan-tindakan yang yang dimaksud adalah: 1)
4) les model pembelajaran, yang juga ditekankan
diskusi tentang pembelajaran sejarah; 2) diskusi
pada peningkatan keterampilan dosen dalam
tentang metode, strategi dan pendekatan dalam
menerapkan model PMK, yang meliputi langkah-
pembelajaran sejarah, dan khususnya difokuskan
langkah: 1) pendahuluan/orientasi; 2) kegiatan
pada penanaman konsep tentang model pemecahan
inti yang mencakup: (a) identifikasi masalah, (b)
perumusan masalah, (c) pembagian kelompok
Sukmadinata, N.S., Jami’at, A.N., dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah:
Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Sylvester, D. 1973. Teaching History, London: Grom Helm, Ltd.
Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru
Sekolah Menengah. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud.
Treffinger, Donald J. 1980. Encouraging Creative Learning for The Gifted and Talented: California: Venture
County Superintended of School Office.
Widja, I Gde.. 1988. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya
Wacana. Widya, I Gde, 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Metode Mengajar Sejarah, Jakarta: Ditjen Dikti,
Depdikbud.
11
Download