Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di Prodik Sejarah FKIP – UNS Akhmad Arif Musadad FKIP – UNS, e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar mahasiswa tentang sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model pemecahan masalah kreatif dalam pembelajaran di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UNS. Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian meliputi mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah yang menempuh mata kuliah sejarah Indonesia kuno, dengan obyek: aktivitas mengajar dosen, kreativitas dan hasil belajar mahasiswa. Pendekatan penelitian ini dilaksanakan melalui partisipatif kolaboratif antara dosen pengampu, dosen pendamping (peneliti), dan mahasiswa. Penelitian dilakukan dengan proses pengkajian berdaur yang meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan dan siklus II sebagai perbaikan. Hasil penelitian menujukkan bahwa dari satu siklus ke siklus berikutnya kreativitas dan hasil belajar mahasiswa semakin meningkat. Hal itu tercermin dari peningkatan kedisiplinan mahasiswa dalam memanfaatkan waktu belajar, kemampuan mencari dan mengumpulkan sumber, kemampuan mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah, dan tumbuhnya ide, gagasan dari mahasiswa. Kata kunci: kreativitas belajar, hasil belajar, sejarah indonesia kuno, dan model pemecahan masalah kreatif. Abstract: The objective of research is to improve the creativity and classic Indonesian history learning achievement through optimizing the creative problem solving model in teaching-learning process in History Study Program of FKIP UNS. This study was carried out using classroom action research. The subject of research was the students of History Study Program attending classing Indonesian history course. Meanwhile the object was the teaching-learning process activity, including: lecturer’s teaching activity, students’ creativity and learning achievement. This research was carried out using collaborative participative approach between the in-charge-of lecturer, assisting lecturer (researcher), and the student so that sharing occurs in each stage of activity. This research was done using cyclical analysis process encompassing four stages of activity: planning, acting, observing, and reflection. This research was implemented in two cycles: cycle I as the implementation of action, and cycle II as improvement. The result of this research shows that from one cycle to another the student’s creativity and learning achievement improves. It is reflected from: the improvement of students discipline in utilizing learning time, capability of looking for and collecting the source, capability of identifying, formulating, and solving the problem, idea generation, students’ idea. Key words: learning creativity, learning achievement, Indonesian classic history, and creative problem solving model. Pendahuluan kini dan merencanakan masa depan. Pembelajaran sejarah berarti pembelajaran tentang Widya (1989) mengemukakan tujuan pem- peristiwa-peristiwa penting yang telah dialami belajaran sejarah mencakup tiga aspek, yaitu: manusia pada masa lampau yang berdampak besar a) aspek pengetahuan, b) aspek pengembangan terhadap kehidupan manusia. Mempelajari sejarah sikap, dan c) aspek keterampilan. Aspek kete- dapat menuntun siswa mengambil hikmah dari rampilan telah sesuai dengan pembaharuan dalam peristiwa sejarah tersebut untuk memahami masa 1 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 pembelajaran sejarah yaitu pembelajaran dengan berdampak pada rendah-nya kreativitas mahasiswa, prinsip CBSA. Sehubungan dengan hal itu, maka misalnya: dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat pelajaran, tidak ada upaya untuk mencari dan mengembangkan ketrampilan mengumpul-kan menganalisis sumber, dan tidak mencoba mencari jejak-jejak sejarah, mengajukan argumentasi dan akar suatu permasalahan dan upaya pemecahannya; mendiskusikan masalah kesejarahan, menelaah 3) Dosen kurang menguasai materi, hal ini tampak buku-buku sejarah, mengajukan pertanyaan, dan dari: dosen mengajar hanya sekedar membaca bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup. slide dari power point tanpa improvisasi sebagai mahasiswa pasif dalam mengikuti Meskipun para ahli telah menyampaikan penjelasan materi; dan 4) Pada saat penutupan pendapatnya mengenai bagaimana cara menga- dosen pun hanya cukup mengucapkan salam, jarkan sejarah yang baik, namun di lapangan tanpa disertai usaha membuka kesempatan untuk berkata lain. Para guru dan dosen pada umumnya bertanya jawab dengan mahasiswa, bahkan tidak mengajarkan sejarah hanya sekedar untuk ada rangkuman dari materi yang telah disampaikan. memenuhi ingatan para peserta didik dengan Masalah pembelajaran yang terungkap dari berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya. pengamatan tim peneliti terhadap PBM tersebut Pembelajaran semacam ini kurang tepat, karena kemudian digali lebih jauh melalui wawancara dan tidak menyentuh aspek keterampilan dan sikap diskusi dengan: dosen, dan mahasiswa Prodik peserta didik. Akibatnya peserta didik kurang Sejarah. termotivasi untuk belajar secara aktif dan mandiri. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi alterna-tif Peserta didik tidak terbiasa membaca buku-buku tindakan pemecahan, akhirnya disepakati bahwa referensi, kurang berani mengemukakan pen-dapat, masalah rendahnya kemampuan mengajar dosen dan pada umumnya mengalami kesulitan untuk yang berakibat pada rendahnya kreativitas dan hasil memecahkan suatu masalah. belajar mahasiswa, sangat mungkin berdampak juga Sebagai kasus, dalam kesempatan ini dapat pada faktor kejenuhan maha-siswa terhadap cara dikemukakan pembelajaran Sejarah Indonesia Kuno mengajar yang monoton, dan kurang menantang di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP - UNS. mahasiswa yaitu dengan metode ceramah. Selama ini pembelajaran Sejarah Indonesia Kuno Selanjutnya, peneliti mengadakan diskusi terasa kering, karena dosen hanya menggunakan tentang beberapa model pembelajaran inovatif, di metode ceramah, sedangkan materi yang diajarkan dalamnya juga dibahas tentang (sintaks, sistem hanya sebatas buku pegangan kuliah (BPK) yang sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan sebenarnya sekarang tidak diberlakukan di UNS. Hal dampak ini akan menimbul-kan permasalahan, antara lain masing model tersebut. Setelah mencermati dosen kurang kreatif dan inovatif sehingga terjadi karakteristik mahasiswa, dosen, dan mata kuliah kejenuhan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia yang bersangkutan, akhirnya peneliti berkesimpul- Kuno. an bahwa rendahnya kreativitas dan hasil belajar instruksional serta pengiring) masing- Berdasarkan pengamatan yang diadakan Sejarah Indonesia Kuno dapat diatasi dengan peneliti terhadap pembelajaran Sejarah Indonesia optimalisasi penerapan model pemecahan masalah Kuno di semester dua yang diampu oleh Drs. kreatif (PMK). Herimanto, M.Pd., M.Si. dapat dikemukakan di sini: Sebab pembelajaran sejarah tidak sekedar 1) Pada saat pembukaan, dosen tanpa berupaya berisi cerita hafalan. Sejarah merupakan produk untuk menumbuhkan motivasi mahasiswa, tidak inquiry yang hanya dapat dimengerti dengan menyampaikan tujuan, dan tidak mengadakan pree menganalisis data/fakta yang ada, ditinjau secara test. Jadi pada saat pembukaan yang dilaksanakan multi dimensional, kemudian dirangkai dalam hanya mengabsen mahasiswa, dan langsung hubungan sebab akibat. Mahasiswa tidak hanya menyampaikan materi; 2) Pada saat penyajian diberi tahu tentang “apa”, tetapi lebih mengacu materi dosen hanya menggunakan metode ceramah pada “mengapa” dan “bagaimana” suatu peristiwa tanpa dikombinasikan dengan metode lain (misalnya terjadi. Peristiwa sejarah kiranya akan lebih dapat diskusi dan penugasan), sehingga pembelajaran dimengerti secara mendalam kalau dikaji lewat terkesan monoton dan membosankan. Hal ini proses bertanya, dan kemudian mencoba untuk 2 Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif mencari jawabnya dengan pemecahan dari perbagai aspek kehidupan. rekreatif dan instruktif. Sejarah memiliki guna edukatif karena Berpijak dari uraian di atas, maka untuk sejarah dapat memberikan kearifan bagi yang meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Sejarah mempelajarinya, yang secara singkat dirumuskan Indonesia Kuno dalam PBM di Prodik Sejarah tim oleh Bacon: “histories make man wise”. Sejarah peneliti sepakat melakukan tindakan pemecahan yang memberikan perhatian pada masa lampau berupa optimalisasi penerapan model pemecahan tidak dapat dipisahkan dari kemasakinian, karena masalah kreatif, dengan langkah-langkah tindakan semangat dan tujuan untuk mempelajari sejarah yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut ialah nilai kemasakiniannya. Hal ini tersirat dari adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan/ Orientasi; kata-kata Croce bahwa “all history is contemporary 2) Kegiatan inti, meliputi langkah-langkah: (a) history”, yang kemudian dikembangkan oleh Carr Identifikasi masalah, (b) Perumusan masalah, (c) bahwa sejarah adalah “unending dialogue between Pembagian kelompok dan sub kelompok, (d) Kajian the present and the past” (Widja, 1988). Dari di sub kelompok dan dilanjutkan diskusi kelompok, pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpul-kan dan (e) Diskusi kelas; 3) Penutup, yaitu tahap bahwa apabila kita dapat memproyeksikan masa pemantapan materi oleh dosen dan mahasiswa. lampau ke masa kini, maka kita dapat menemukan Permasalahan dalam penelitian ini dapat makna edukattif dalam sejarah. dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Sejarah memiliki guna inspiratif karena sejarah upaya meningkatkan kreativitas dan hasil belajar dapat memberikan inspirasi kepada kita tentang Sejarah Indonesia Kuno melalui optimalisasi model gagasan-gagasan dan konsep-konsep yang dapat pemecahan masalah kratif dalam PBM di Prodik digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan Sejarah FKIP - UNS?”. Penelitian ini bertujuan masa kini, khususnya yang berkaitan dengan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar semangat untuk mewujudkan identitas sebagai sejarah Indonesia kuno melalui optimalisasi model suatu bangsa dan pemba-ngunan bangsa. pemecahan masalah kreatif di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP- UNS. Sejarah memiliki guna rekreatif karena dengan membaca tulisan sejarah kita seakanakan melakukan “perlawatan sejarah” karena Kajian Literatur menerobos batas waktu dan tempat menuju zaman Tugas dan tanggung jawab yang utama bagi seorang masa lampau untuk “mengikuti” peristiwa yang guru adalah mengajar Mengajar berarti juga terjadi. Sementara itu guna instruktif merupakan membantu siswa dalam pertumbuhannya, kegiatan kegunaan sejarah untuk menunjang bidang-bidang ini mengarah pada suatu tujuan (B. Simanjuntak ketrampilan tertentu (Nugroho Notosusanto, 1979). dan LL. Pasaribu, 1986). Menurut Nasution (1995) Sementara itu banyak ahli yang teorinya mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru untuk berpengaruh dalam pembelajaran sejarah, mengatur lingkungan, sehingga tercipta suasana diantaranya Piaget, Bruner, dan Blomm (Gunning, kondusif yang memungkinkan siswa untuk belajar. 1978). Pengaruh utama dari ketiga pemikir tersebut Hal ini Senada dengan pendapat Brown (1975) adalah pengembangan berpikir kreatif dalam bahwa “good teaching is in the eyes of the beholders, pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah tidak successful teaching is in the performance of the dapat disamakan dengan cerita hafalan. Ilmu sejarah pupils”. memerlukan cara khusus untuk menyampaikannya. dari uraian yang sifatnya teoretis Sejarah merupakan produk inquiry yang hanya di atas, dalam praktiknya pembelajaran sejarah Terlepas dapat dimengerti dengan menganalisis data/ fakta masih banyak ditemukan kendala. Sejarah dianggap yang ada ditinjau dari berbagai sudut pandang sebagai mata pelajaran yang mem-bosankan dan (multi dimensional), kemudian dirangkai dalam tidak menarik, karena harus menghafalkan peristiwa hubungan sebab akibat. Siswa tidak cukup diberi yang pernah terjadi di masa lampau yang tidak ada tahu tentang: apa, kapan, siapa, dan di mana; gunanyanya. Meskipun demikian para ahli telah tetapi yang lebih penting adalah: mengapa, dan menyatakan bahwa sejarah itu memiliki kegunaan, bagaimana suatu peristiwa sejarah terjadi. Peristiwa yaitu: guna edukatif, guna inspiratif, dan guna sejarah kiranya akan lebih dapat dimengerti secara 3 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 lebih mendalam jika dikaji lewat proses bertanya yang berjumlah 90 mahasiswa. Sedangkan objeknya dan kemudian mencoba untuk mencari jawabnya adalah kegiatan belajar mengajar. dengan pemecahan berbagai masalah. Oleh karena Data yang diperlukan dalam penelitian ini itu, Pemecahan Masalah Kreatif yang dikembangkan berupa informasi tentang: aktivitas mengajar oleh Treffinger (1980) dan Parnes (1981) perlu dosen, aktivitas belajar mahasiswa, suasana dicobakan dalam pembelajaran sejarah. pembelajaran, dan prestasi belajar mahasiswa. Menurut Treffinger (1980), pemecahan masalah Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data kreatif terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah: wawancara, observasi, dan kajian dokumen. mendukung tingkat kedua, untuk selanjutnya Pemeriksaan atau validitas data yang dilakukan bersama-sama mendukung tingkat ketiga. Teknik dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber, kreatif tingkat pertama bertujuan membantu siswa yaitu dengan cara mengecek, memban-dingkan data agar bersifat terbuka untuk menerima gagasan dari satu sumber dengan data dari sumber yang lain. baru, sehingga dalam diri mereka terdapat usaha Teknik yang digunakan untuk menganalisis untuk mencari alternatif penyelesaian masalah. Pada data-data yang telah terkumpul dalam penelitian tingkatan kedua, siswa diajak untuk memperluas ini adalah teknik analisis kritis. Teknik ini digunakan pikiran dan berperan dalam kegiatan yang lebih untuk mengungkapkan segala kelebihan dan majemuk dan menantang. Pada tingkat ketiga kekurangan aktivitas dosen dan mahasiswa adalah pemecahan masalah kreatif (PMK), yaitu selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil cara sistematis dalam mengorganisasi dan mengolah analisis tersebut dijadikan sebagai dasar untuk keterangan atau gagasan sehingga persoalan dapat merencanakan tindakan berikutnya. Di samping dipecahkan secara imaginatif. itu, dalam penelitian ini juga mengguna-kan teknik Pemecahan masalah kreatif adalah model analisis komparatif, artinya data-data yang tampak pembelajaran yang mengembangkan pemikiran dari proses belajar mengajar dalam satu tahap dan divergen, dan berusaha mencari berbagai alternatif satu siklus dibandingkan dengan data-data PBM dalam memecahkan suatu masalah. Model pada tahap dan siklus berikutnya. Dengan teknik pemecahan masalah kreatif ini sangat berpotensi ini dapat diketahui kemajuan kinerja dosen dan untuk melatih siswa dalam menyelesai-kan mahasiswa dalam PBM dari setiap siklusnya. persoalan yang berkaitan dengan pengem-bangan Penelitian ini dilaksanakan dengan metode berpikir divergen. Ini mengandung implikasi bahwa classroom action research atau yang sering pengembangan potensi siswa akan menghasilkan dinamakan kemampuan berpikir yang memuaskan. Dalam Melalui PTK para guru dan dosen LPTK langsung pemecahan suatu masalah, pengerahan potensi memperoleh teori yang dibangunnya sendiri bukan yang telah dimiliki siswa akan lebih berdaya guna yang diberikan oleh pihak lain, maka guru menjadi dari pada sekedar mengan-dalkan penjelasan the theorizing practitioner sepihak dari guru. PGSM, 1999). Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa: penelitian tindakan kelas (PTK). (Tim Pelatih Proyek Jenis penelitian ini sangat praktis, untuk optimalisasi penerapan model pemecahan masalah memperbaiki atau meningkatkan mutu pembe- kreatif dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, lajaran di kelas, dan upaya perbaikannya dilakukan dan pada gilirannya dapat meningkatkan hasil dengan melaksanakan tindakan untuk mencari belajar sejarah Indonesia kuno. jawaban atas permasalahan yang diangkat dari tugas sehari-hari di kelas (Kasihani Kasbolah, 2001). Metode Penelitian Penggunaan metode ini didasarkan pada asumsi Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Sejarah Jurusan bahwa kualitas pembelajaran dapat diatasi guru PIPS FKIP – UNS, yang terletak di Kampus sebagai langkah perbaikan profesionalisme dengan Kentingan, Jalan Ir. Sutami No. 36 A Surakarta. memberi kebebasan pengembangan kurikulum, Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan, materi, dan strategi pembelajaran. Masalah yaitu mulai Maret hingga Oktober 2010. Subjek teridentifikasi, dipahami, dan dipecahkan secara dalam penelitian ini kolaboratif (Hopkins, 1993), sehingga ditemukan adalah mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Sejarah Indonesia Kuno, 4 alternatif terbaik. Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif Penelitian ini bersifat situasional, artinya peneliti mengajar, maka anggota tim peneliti yang tindakan perbaikan yang dilakukan, dirancang lain bertugas sebagai observer. Pembelajaran ini khusus dalam Pembelajaran sejarah Indonesia Kuno dimaksudkan untuk mengkondisikan mahasiswa. di Prodik Sejarah FKIP - UNS, sehingga belum tentu Karena jumlah mahasiswa yang sangat besar tepat jika diterapkan pada mata kuliah maupun yaitu 90 mahasiswa, maka dalam pelaksanaan program studi dan jurusan yang lain. model pemecahan masalah kreatif ini pembagian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kelompok dilakukan untuk dua kali pertemuan, Partisipatif Kolaboratif antara peneliti, pimpinan yaitu pertemuan tanggal 24 dan 31 Mei 2010. prodik, dan mahasiswa, sehingga terjadi sharing Ini dimaksudkan agar pembagian kelompok bisa dalam setiap tahap kegiatan. PTK dapat didefinisikan merata, dan perkelompoknya tidak terlalu banyak sebagai penelitian yang bersifat reflektif, yang mahasiswanya. dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan nyata dalam melaksanakan Observasi tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan Secara garis besar hasil observasi terhadap proses yang dilakukan-nya, serta memperbaiki kondisi belajar mengajar yang diselenggarakan pada siklus di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut pertama adalah sebagai berikut: 1). dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PTK penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan “proses pengkajian berdaur” dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: (a) (cyclical), yang meliputi empat tahap kegiatan, perumusan kompetensi dasar telah relevan dengan yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), standar kompetensi, namun masih terdapat kata pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). kerja yang kurang operasional misalnya kata- Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua kata: mengetahui, dan memahami, (b) tujuan siklus, yaitu siklus I sebagai implementasi tindakan, pembelajaran sudah mengacu pada kompetensi sedangkan siklus II sebagai perbaikan. dasar, namun lagi-lagi masih menggunakan kata Sebelum menyusun rencana tindakan, pada Dari segi kerja yang tidak operasional seperti contoh di awal penelitian ini dilakukan pengidentifikasian dan atas, (c) pengem-bangan materi pembelajaran penetapan masalah penelitian. Secara keseluruhan sesuai dengan rumusan kompetensi dasar, (d) penelitian ini dilakukan sebagai berikut: penyusunan langkah-langkah/strategi pembelajaran sesuai dengan alur kegiatan yang dilaksanakan di Siklus Pertama dalam kelas, (d) pencantuman sumber dan media Persiapan Tindakan pembelajaran jelas, dan (e) perencanaan alat Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap dan prosedur penilaian yang kurang jelas, sudah ini adalah: diskusi tentang pembelajaran sejarah ada soal dan kunci jawaban, namun belum ada Indonesia kuno, diskusi tentang metode dan kunci skoringnya; 2) Dosen telah melak-sanakan strategi pembelajaran, latihan penyusunan rencana prosedur pembelajaran dengan baik, hal ini pelaksanaan pembelajaran, dan mengadakan terrefleksi dari: (a) Pada saat pendahuluan, dosen les model pembelajaran untuk meningkatkan telah mengkondisikan suasana pembelajaran, dan keterampilan dosen dalam menerapkan model memberiikan pengantar ke arah topik pembahas- pemecahan masalah kreatif dan meningkatkan an (b) Pada saat kegiatan inti dosen mampu kemampuannya dalam melaksanakan prosedur memimpin mahasiswa dalam: mengidentifikasi pembelajaran. dan merumuskan masalah, membagi kelompok dan sub kelompok, Dan memimpin diskusi kelas Pelaksanaan Tindakan (c) Pada saat penutupan dosen berusaha membuat Berdasar persiapan dan rencana yang telah kesimpulan, dan melontarkan beberapa perta- dimatangkan, maka dosen peneliti melaksanakan nyaan kepada beberapa mahasiswa secara acak tindakan dalam proses belajar mengajar di kelas. (d) Di samping hal-hal di atas, dosen juga: (1) Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus menguasai materi yang disampaikan, dan (2) pertama ini jatuh pada hari Senin tanggal 24 Mei perhatiannya merata ke seluruh mahasiswa. 2010. Dalam kesempatan tersebut, jika dosen Meskipun sudah terjadi banyak peningkatan dalam 5 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 pelaksanaan PBM, namun kekurangannya juga dalam pembelajaran; 2). masih ada, yaitu: (a) suaranya kurang jelas, (b) kreativitas dan hasil belajar mahasiswa, maka dosen Untuk mening-katkan dosen terlalu sering melucu, dan (c) dosen tidak harus lebih meng-optimalkan kemampuannya dalam bersikap tegas dalam menghadapi mahasiswa yang menerapkan model pemecahan masalah kreatif. mengganggu ketertiban kelas. Beberapa kelemahan Karena itu tim peneliti merasa perlu mengadakan lain pada saat pelaksanaan pembelajaran, kaitannya les model pembelajaran lagi. dengan penerapan model pemecahan masalah kreatif, adalah: (a) pembentukan kelompok hanya Pelaksanaan Tindakan dilakukan berdasar tempat duduk, sehingga Setelah rencana perbaikan ditetapkan dan pembagian kelompok tidak merata baik dari persiapan dilaksanakan sebagaimana diuraikan jenis kelamin maupun tingkat kemampuannya, pada bagian sebelumnya, dosen peneliti kemudian dan (b) dosen tidak mentaati alokasi waktu yang mengimplementasikannya dalam proses belajar telah direncanaka, sehingga waktunya molor; 3) mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar Kreativitas dan hasil belajar mahasiswa belum dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Juni dan menunjukkan peningkatan secara signifikan. Hal itu Jumat 18 Juni 2010. dapat dikemukakan sebagai berikut: (a) mahasiswa kurang kreatif dalam memanfaatkan sumber, (b) Observasi mahasiswa kurang mampu mengeksplorasi masalah, Secara garis besar hasil observasi terhadap (c) mahasiswa kurang disiplin dalam memanfaatkan proses belajar mengajar yang diselenggarakan waktu belajarnya, (d) selama diskusi berlangsung, pada siklus kedua adalah sebagai berikut: 1) hanya beberapa mahasiswa yang aktif, (d) suasana Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas waktu diskusi berlangsung tampak kaku, dan RPP diskusi masih sering macet. cukup baik. Meskipun pada siklus pertama masih yang disusun pada siklus kedua ini sudah ada kekurangan sebagaimana yang telah diuraikan Analisis dan Refleksi sebelumnya, tetapi pada siklus kedua ini dari Dari hasil analisis dan refleksi atas tindakan yang satu pertemuan ke pertemuan berikutnya terus dilakukan dalam PBM pada siklus pertama dapat mengalami perbaikan; 2) Dosen telah melaksanakan dikatakan bahwa dosen telah mengajar lebih baik prosedur pembelajaran yang lebih baik dari dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian siklus I, hal ini terrefleksi dari: (a) kemampuan tersebut masih perlu ditingkatkan lagi, pendahuluan, dosen telah mengkondisikan suasana sebab masih tampak adanya beberapa kelemahan pembelajaran, mengadakan appersepsi, dan dalam pembelajaran tersebut. Karena masih ada menjelaskan konpetensi serta garis besar materi kelemahan-kelemahan itu lah sehingga kreativitas yang akan disampaikan (b) Pada saat kegiatan dan hasil inti dosen lebih trampil memimpin mahasiswa: belajar mahasiswa belum meningkat secara berarti. Pada saat mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dosen juga telah membagi kelompok dan sub kelompok, Siklus Kedua dan akhirnya dosen juga mampu memimpin diskusi Rencana Perbaikan dan Tindakan kelas. Bahkan kekurangan yang terjadi pada siklus Berpijak dari hasil Analisis dan refleksi dan hasil I yaitu pembagian kelompok yang hanya didasarkan observasi pada siklus pertama, maka dalam pada tempat duduk, pada siklus II telah diperbaiki. siklus kedua ini diadakan perbaikan rencana (c) Pada saat penutupan dosen berusaha membuat untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam kesimpulan dari apa yang telah disampaikan/ pembelajaran. Adapun perbaikan yang dimaksud didiskusikan, adalah sebagai berikut: 1) Kelemahan dalam pertanyaan kepada beberapa mahasiswa secara penyusunan RPP dinilai tidak terlalu prinsip, sehingga acak. (d) Beberapa kelebihan yang sudah terlihat dosen disarankan menyusun RPP secara mandiri pada siklus I juga tetap dipertahankan pada siklus dengan catatan memperhatikan beberapa kelemahan II; 3). Kreativitas dan hasil belajar mahasiswa telah sebelumnya. Selanjutnya RPP dikonsultasikan menunjukkan peningkatannya secara signifikan. Hal dengan tim peneliti sebelum diimplementasikan itu diantaranya terlihat dari: (a) mahasiswa kreatif 6 dosen juga melontarkan beberapa Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif dalam menggunakan sumber; (b) mahasiswa kreatif dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah; Hasil penelitian dan pembahasan (c) mahasiswa kreatif dalam mengeks-plorasi dan Kemampuan Menyusun Rencana membahas masalah; (d) bahkan dalam diskusi pun Pelaksanaan Pembelajaran kreativitas mahasiswa sangat tampak, misalnya Selama ini dosen mengaku tidak pernah menyusun dalam mengeluarkan ide, gagasan, maupun rencana pelaksanaan pembelajaran pendapat. Di samping itu mahasiswa mulai terlihat sebelum perkuliahan. Setelah diadakan diskusi disiplin dalam memanfaatkan waktu belajarnya, tentang pembelajaran sejarah Indonesia kuno, misalnya: sudah tidak ada yang terlambat masuk secara bertahap terjadi perubahan. Diskusi yang kelas, dan selama pelajaran berlangsung pun sudah diantaranya mencakup tentang pentingnya RPP tidak (RPP) ada yang berbisik-bisik dan ramai sendiri. tersebut mampu menanamkan kesadaran doseni. Suasana kelas selama pembelajaran berlangsung Ia sadar atas anggapan yang keliru selama ini, juga kelihatan kondusif, sehingga mahasiswa dapat dan berjanji akan menyusun RPP setiap kali akan belajar dengan baik. mengimplementasikannya dalam PBM. Setelah diadakan latihan penyusunan RPP, yaitu pada hari Analisis dan Refleksi Rabu tanggal 12 Mei 2010, ternyata pada siklus Hasil observasi terhadap KBM sejarah Indonesia pertama dosen kuno yang dilaksanakan oleh peneliti pada siklus mendapat berbagai masukan akhirnya pada siklus kedua ini telah berjalan dengan baik. Pembelajaran kedua secara mandiri, dosen mampu menyusun yang telah diobservasi dalam dua kali pertemuan RPP dengan lebih baik. Artinya beberapa kelemahan pada siklus kedua ini, yaitu tanggal 14 dan 18 Juni yang masih tampak pada siklus pertama, dapat 2010 pada umumnya mengalami kemajuan dari diperbaiki pada siklus kedua. mampu menyusun RPP. Setelah satu pertemuan ke pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua dari siklus kedua ini dosen peneliti 1. Kemampuan Melaksanakan telah mampu mengadopsi dan mengaplikasikan Pembelajaran semua tidakan yang telah dirancang bersama tim Pemecahan Masalah Kreatif peneliti yang lain dalam PBM sehingga pembelajaran Menurut data yang diperoleh dari hasil observasi yang dipimpinnya tampak lebih baik dibanding terhadap PBM yang dilaksanakan sebelum diadakan pertemuan dan siklus sebelumnya. Akibatnya tindakan, dosen terkesan mengajar hanya untuk kreativitas dan hasil belaar mahasiswa pun lebih menyampaikan pengetahuan kepada mahasiswa. meningkat. Hal itu berarti dosen memposisikan diri sebagai dengan Model Meskipun masih tampak beberapa kelemahan, sumber pengetahuan, sedangkan mahasiswa namun kelemahan tersebut dianggap tidak hanyalah pihak yang pasif, sekedar menerima terlalu bermasalah sehingga tim peneliti sepakat pengetahuan dari dosennya. Dalam observasi awal mengakhiri kegiatan penelitian pada siklus kedua juga terungkap bahwa dosen mengajar dengan ini dengan memberikan rekomendasi agar dosen prosedur yang kurang tepat. selalu mempertahankan dan meningkatkan kualitas Setelah diadakan tindakan berupa diskusi pembelajarannya dengan menggunakan model- tentang hakikat pembelajaran sejarah dan diadakan model pembelajaran yang inovatif. les model pembelajaran dengan penerapan model Tabel 1. Kemajuan Dosen dalam Penyusunan RPP 7 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 hail belajar rendah; 5) tidak ada pajangan hasil sumber dengan berbagai macam cara, bahkan karya peserta didik; 6) guru dan buku sebagai terpaksanya buku pelajaran sejarah di sekolah sumber belajar. 7) semua peserta didik dianggap pun dapat dipakai sebagai sumber, tergantung dari sama. 8) penilaian hanya berupa test. 9) latihan bagaimana kita memperlakukan sumber tersebut dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; (Hamid Hasan, 1985). dan 10) interaksi pembelajaran searah (Syaiful Apa yang telah diuraikan di atas menjadi Sagala, 2009). Pembelajaran yang demikian landasan dan sekaligus sebagai kerangka acuan tidak menunjukkan usaha yang berarti dari pihak bagi pelaksanaan penelitian ini. Sebagaimana yang gurunya, sehingga tidak akan memberikan hasil telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi belajar yang berarti pula. masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya Mengajar menurut H. Burton adalah upaya kreativitas dan hasil belajar sejarah Indonesia memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, kuno. Setelah digali sumber perma-salahannya dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi melalui observasi dan wawancara, kemudian proses belajar (Syaiful Sagala, 2007). Sedangkan didiskusikan dan dianalisis tim peneliti berkeyakinan Gagne dan Brig (1979) mengemukakan bahwa bahwa masalah tersebut dapat diperbaiki melalui pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara optimalisasi penerapan model pemecahan masalah kebetulan, melainkan adanya kemampuan guru kreatif yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang kuno. Ternyata tindakan yang telah dilakukan oleh baik. Menurut James B. Brow seperti yang dikutip tim peneliti menjadi kenyataan. Sebagaimana telah oleh Suryosubroto (2002), tugas dan peranan guru dikemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa antara lain: menguasai dan mengembang-kan materi optimalisasi penerapan model pemecahan masalah pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan kreatif berdampak positif terhadap kreativitas pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi maha-siswa. Temuan ini selaras dengan teori-teori kegiatan siswa. Senada dengan pendapat tersebut, yang telah dikemukakan di atas, bahwa dalam Jarolimek dan Foster (1976) mengemukakan kegiatan belajar mengajar, tugas guru/dosen bahwa mengajar mengan-dung tiga peranan adalah mengorganisasi atau mengatur lingkungan besar yaitu: merencanakan, melaksanakan, dan dan menghubungkannya dengan peserta didik, mengevaluasi pembelajaran. Jadi mengajar adalah sehingga terjadi proses belajar. Penerapan model kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar pemecahan masalah kreatif pada gilirannya juga dapat berlangsung secara efektif dan efisien. mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. dalam pembelajaran sejarah Indonesia Oleh karena itu, disarankan agar pembelajaran Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan yang bersifat menghafal, dan pembelajaran yang bahwa tindakan-tindakan yang telah dilakukan bersifat menerima sebaiknya ditinggalkan para guru dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawab- (Sukmadinata, Jami’at, dan Ahman, 2006). kan baik secara teoritis maupun empiris. Secara Terkait dengan pembelajaran sejarah, para teoritis tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh ahli seperti (Bank, 1985), (Sylvester, 1973), dan tim peneliti didukung oleh teori-teori yang relevan (Mays, 1974) sangat mengharapkan digunakan- dengan masalah yang dihadapi. Secara empiris nya sumber-sumber sejarah. Siswa harus berusaha telah terbukti bahwa apa yang telah dilakukan oleh menemukan bukti-bukti dari peristiwa masa lampau peneliti dapat meningkatkan kreativitas dan hasil (sumber sejarah), mengolah atau mengadakan belajar sejarah Indonesia kuno. kritik terhadap sumber tersebut, menafsirkan, dan kemudian menyusunnya menjadi ceritera sejarah. Simpulan dan Saran Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber Simpulan informasi di kelas, tetapi lebih berperan dalam Pertama, masalah dalam penelitian ini adalah banyak dimensi, sebagai seorang pembimbing rendahnya kreativitas dan hasil belajar mahasiswa aktivitas siswa. Tugas siswa seperti seorang dalam mata kuliah Sejarah Indonesia Kuno. Masalah sejarahwan professional, meskipun baru pada tersebut dapat diperbaiki melalui optimalisasi tingkat perkenalan. Mereka dapat mengumpulkan, penerapan model pemecahan masalah kreatif. mengolah, menafsirkan, dan menyimpulkan sumber- Keduanya secara bertahap mengalami peningkatan 8 Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif pemecahan masalah kreatif, akhirnya dosen dengan mencari dan menghimpun data, informasi, peneliti dapat memperbaiki kemampuannya fakta, serta berlatih mengemukakan pendapat. dalam melaksanakan proses pembelajaran di Model ini lebih memposisikan mahasiswa sebagai kelas. Kemajuan tersebut misalnya ditunjukkan subyek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif sebagai berikut. Pada siklus pertama dosen dalam PBM. Sementara itu dosen lebih berperan sudah mampu mengimplemen-tasikan prosedur sebagai fasilitator, pembimbing, pendamping, dan pembelajaran dengan model PMK. Meskipun dalam koordinator dalam pembelajaran. pelaksanaannya belum maksimal, tetapi sudah Setelah diadakan beberapa persiapan, dan cukup baik. Beberapa kekurangan yang masih diadakan tindakan berupa optimalisasi model tampak pada siklus pertama, akhirnya dianalisis pemecahan masalah kreatif dalam KBM, ternyata dan direfleksikan kembali sebagai dasar untuk dari satu siklus ke siklus berikutnya meningkat perbaikan rencana dan tindakan berikutnya. Setelah juga kreativitas belajar mahasiswa.. Hal ini bisa diadakan perbaikan rencana dan beberapa persiapan dijelaskan, karena model pemecahan masalah seperti les model pembelajaran, maka pada siklus kreatif menuntut kreativitas mahasiswa dalam kedua pelaksanaannya lebih optimal. Artinya dosen mengeluarkan ide, gagasan dan pendapat mulai benar-benar mampu menerapkan model pemecahan dari: identifikasi masalah, peumusan masalah, masalah kreatif dalam pembelajaran sejarah mencari dan mengumpulkan sumber, menganalisis Indonesia kuno. Beberapa kekurangan yang masih sumber, sampai pada pemecahan masalah. Bahkan terlihat pada siklus pertama juga sudah tidak terjadi model ini juga menuntut setiap maha-siswa dalam siklus kedua. untuk ikut aktif dan kreatif dalam setiap tingkat pengakijian dan diskusi, yaitu mulai dari tingkat sub Penerapan Model Pemecahan Masalah kelompok, kelompok, sampai diskusi kelas. Kreatif Dapat Meningkatkan Kreativitas Penerapan Model Pemecahan Masalah Belajar Mahasiswa Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya kreativitas belajar mahasiswa. Hal itu terungkap pada saat diadakan observasi awal, yang terrefleksikan dari: banyaknya mahasiswa yang terlambat masuk kelas, mahasiswa pasif dalam perkuliahan; tidak ada yang bertanya, bahkan kalau ditanya tidak banyak yang mau menjawab, dan kalau pun ada kualitas jawabannya rendah. Di samping itu mahasiswa kurang memperhatikan perkuliahan: ada yang ngantuk, ngobrol dengan temannya, ada yang mencoret-coret, dan ada yang menggambar sendiri, sehingga suasana gaduh. Kreatif Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Optimalisasi penerapan model pemecahan masalah kreatif ternyata bukan sekedar meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa, tetapi juga mampu meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari arsip nilai mahasiswa, yang ternyata secara umum terjadi peningkatan mulai dari nilai awal mahasiswa (sebelum diadakan tindakan), nilai setelah diadakan tindakan pada siklus petama, sampai pada siklus kedua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Setelah masalah itu digali lebih dalam, Tabel 2. Peningkatan Nilai Mahasiswa dianalisis, dan diadakan diskusi, peneliti merasa perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat, yang memungkinkan terbentuknya budaya No Indikator Pra Tin Siklus Siklus dakan I II berpikir kreatif yang mampu menghasilkan 1 Nilai Terendah 60 64 65 pola berpikir komprehensif. Salah satu model 2 Nilai Tertinggi 78 87 92 pembelajaran inovatif yang diketahui dan dapat 3 Nilai Rata-rata 68 74 77 menumbuhkan kreativitas belajar mahasiswa adalah model pemecahan masalah kreatif. Melalui model ini, mahasiswa didorong memiliki sikap mandiri melalui proses kemampuan bekerja sama, partisipasi aktif, kemampuan merencanakan kegiatan belajar dari tugas-tugas terstruktur Selama ini pembelajaran yang berlangsung cenderung menunjukkan: 1) guru lebih banyak ceramah; 2) media belum dimanfaatkan; 3) pengelolaan belajar klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; 4) tuntutan guru terhadap 9 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011 dan sub kelompok, (d) pembahasan di tingkat sub penelitian ini dilakukan, diharapkan mempunyai kelompok dan kelompok, dan (e) diskusi kelas; gambaran yang jelas mengenai kualitas pembe- dan 3) penutup. Kedua, optimalisasi penerapan lajaran, dan aktivitas belajar mahasiswanya. model pemecahan masalah kreatif terbukti mampu Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai bahan meningkatkan kreativitas belajar mahasiswa. Hal pertimbangan dalam upaya pembinaan di program itu dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: studi nya. Model tindakan yang ditawarkan dalam 1) Mahasiswa berusaha memanfaatkan waktu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu belajar dengan sebaik-baiknya: tidak ada lagi yang bentuk tindakan perbaikan kualitas pembelajaran terlambat masuk kelas, di dalam kelas mahasiswa mata kuliah yang lain. Tentu saja dengan berbagai sangat memperhatikan perkuliahan; 2) Mahasiswa penyesuaian yang relevan dengan masing-masing terlibat aktif dan banyak ide atau gagasan dalam dosen, mata kuliah, dan mahasiswanya. setiap langkah kegiatan, misalnya dalam kegiatan: identifikasi masalah, perumusan masalah, dan saat Pustaka Acuan mengkaji masalah baik di tingkat sub kelompok Bank, James A., 1985. Teaching Strategies for the maupun kelompok; 3) Mahasiswa cukup kreatif dalam mencari, mengumpulkan, dan menganalisis sumber-sumber yang relevan, baik dari buku-buku maupun internet; 4) Selama diskusi berlangsung, Social Studies, New York: Longman, Inc. B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Brown, George, (1975). Micro Teaching, a mayoritas mahasiswa dapat berpartisipasi aktif, Program of Teaching Skills. New York: ada yang bertanya dan ada yang menjawab dengan Mithuen and Co, Ltd. pertanyaan dan jawaban yang relevan dengan Gagne dan Brigg, L. J. 1979. Principles or pokok permasalahan; 5) Suasana kelas selama KBM Instruction Design. New York: Holt berlangsung tampak kondusif. Ketiga, penerapan model pemecahan masalah kreatif pada akhirnya juga mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari Rinehart and Winston. Gunning, Denning, 1978. The Teaching of History. London: Croom Helm. Hamid Hasan. 1985. Pengajaran sejarah antara nilai terrendah, nilai tertinggi, dan rata-rata nilai Harapan dan Kenyataan. Makalah. mahasiswa yang cenderung mengalami peningkatan Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta. mulai dari sebelum diadakan tindakan, setelah diadakan tindakan pada siklus pertama, dan setelah siklus kedua. Hopkins, David., 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Bristol: Open University Press. Jarolimek, John., dan Clifor, D. Foster. 1976. Saran Model of Teaching. New Jersey: Englewood Dari simpulan di atas, selanjutnya dapat diajukan Cliff Prenticehall Inc. saran sebagai berikut, Pertama, para guru dan dosen, khususnya para pengajar sejarah disarankan untuk meminimalisir penggunaan metode ceramah. Sebab metode ceramah hanya memposisikan peserta didik sebagai pihak yang pasip, yang hanya bisa menerima apa yang disampaikan guru/ dosennya. Metode itu perlu ditinggalkan karena cukup membosankan dan tidak memberi tantangan pada peserta didik. Dalam hal ini para guru dan dosen sejarah diharapkan mencoba berbagai model pembe-lajaran yang mampu meningkatkan aktivitas, dan kreativitas peserta didik, sebab Kasihani Kasbolah, 2001. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Universitas Negeri Malang. Mays, P. 1974. Why Teach History?, London: University of London Press. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nugroho Notosusanto. 1979. Sejarah Demi Masa Kini. Jakarta: UI press. Parnes, Sidney J. 1981. CPSI: The General System. Dalam: The Faces and Forms of creativity. California: Printcraft Inc. Simanjuntak, B., dan Pasaribu, LL. 1986. pembelajaran sejarah akan lebih berarti jika dapat Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum dilakukan oleh peserta didik sendiri. Kedua, program Proses Belajar Mengajar. Bandung: Studi Pendidikan Sejarah sebagai tempat di mana Tarsito. 10 Akhmad Arif Musadad, Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Kuno Melalui Optimalisasi Model Pemecahan Masalah Kreatif setelah diadakan tindakan dalam penelitian ini. masalah kreatif; 3) pelatihan penyusunan RPP; dan Tindakan-tindakan yang yang dimaksud adalah: 1) 4) les model pembelajaran, yang juga ditekankan diskusi tentang pembelajaran sejarah; 2) diskusi pada peningkatan keterampilan dosen dalam tentang metode, strategi dan pendekatan dalam menerapkan model PMK, yang meliputi langkah- pembelajaran sejarah, dan khususnya difokuskan langkah: 1) pendahuluan/orientasi; 2) kegiatan pada penanaman konsep tentang model pemecahan inti yang mencakup: (a) identifikasi masalah, (b) perumusan masalah, (c) pembagian kelompok Sukmadinata, N.S., Jami’at, A.N., dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama. Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Sylvester, D. 1973. Teaching History, London: Grom Helm, Ltd. Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud. Treffinger, Donald J. 1980. Encouraging Creative Learning for The Gifted and Talented: California: Venture County Superintended of School Office. Widja, I Gde.. 1988. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana. Widya, I Gde, 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Metode Mengajar Sejarah, Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud. 11