Untitled - IPB Repository

advertisement
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI
DENGAN METODE PROCESS COSTING DAN PENGARUHNYA
TERHADAP HARGA JUAL
(Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor)
Oleh
IRNA TANIA
H24061635
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Irna Tania. H24061635. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan
Metode Process Costing dan Pengaruhnya terhadap Harga Jual (Studi Kasus UKM
Edie’s Bakery, Bogor). Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Wita
Juwita Ermawati.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Peran aktif
UKM terbukti berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Koperasi dan UKM
tahun 2008 menunjukkan bahwa kontribusi UKM terhadap penciptaan devisa
nasional melalui ekspor non migas mengalami peningkatan sebesar Rp. 40,75 triliun
atau 28,49% yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 183,76 triliun atau 20,17%
dari total nilai ekspor non migas nasional. UKM telah menyerap tenaga kerja sebesar
90.896.270 orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah
ini meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang dibandingkan tahun 2007.
Sedangkan, PDB Nasional menurut harga berlaku tahun 2007, kontribusi UMKM
terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.105,14 triliun
atau 56,23% dan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp 2.609,36 triliun atau 55,56%
(www.depkop.go.id).
Masalah dasar yang dihadapi pengusaha kecil adalah pertama, kelemahan
dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan
dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap
sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar
pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang
kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah
dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian
masyarakat terhadap usaha kecil. Kendala tersebut dapat menjadi suatu kelemahan
bagi UKM dalam mengembangkan usahanya. Kelemahan UKM dalam mengelola
usahanya juga terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi. Para pelaku usaha
biasanya tidak detail dan kurang rinci dalam melakukan perhitungan harga pokok
produksi dan mengidentifikasi biaya-biaya produksi yang ada. Hal tersebut
menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual produk yang dapat mengurangi
keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan (www.mudrajad.com).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi perhitungan harga pokok
produksi yang diterapkan oleh UKM Edie’s Bakery, (2) menghitung harga pokok
produksi pada UKM Edie’s Bakery dengan metode process costing, (3) menghitung
harga jual produk UKM Edie’s Bakery yang ditentukan berdasarkan harga pokok
produksi dengan metode process costing. Informasi dan data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengamatan dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari data
yang diperoleh dari informasi-informasi yang bersifat umum seperti buku, internet,
laporan penelitian, dan informasi-informasi dari instansi terkait. Alat analisis dalam
penelitian ini adalah metode perhitungan harga pokok produksi dengan metode
process costing dan metode penetapan harga jual dengan metode cost plus.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2007.
Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode perusahaan
mempunyai hasil harga pokok produksi yang sama untuk setiap jenis topping yaitu
sebesar Rp 641,183. Sedangkan, berdasarkan perhitungan harga pokok produksi
dengan metode process costing menunjukkan bahwa harga pokok produksi setiap
jenis topping berbeda-beda. Harga pokok produksi roti dengan topping coklat adalah
sebesar Rp 805,316, roti dengan topping keju adalah sebesar 1.1151,470, roti dengan
topping sosis adalah sebesar Rp 534,162, roti dengan topping abon sebesar Rp
555,316, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp 583,361.
Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode perusahaan juga sama untuk
semua jenis roti kecil yang diproduksi yaitu sebesar Rp 1.200. Sedangkan
berdasarkan metode cost plus menunjukkan harga jual untuk setiap jenis topping
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan konsumsi yang berbeda dari segi penggunaan
bahan baku roti tersebut. Harga jual untuk roti dengan topping coklat adalah sebesar
Rp 1.300, roti dengan topping keju adalah sebesar Rp 1.800, roti dengan topping
sosis adalah sebesar Rp 900, roti dengan topping abon sebesar Rp 900, dan roti
dengan toping cocktail sebesar Rp 950.
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ROTI
DENGAN METODE PROCESS COSTING DAN PENGARUHNYA
TERHADAP HARGA JUAL
(Studi Kasus UKM Edie’s Bakery, Bogor)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
IRNA TANIA
H24061635
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode
Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual (Studi Kasus
UKM Edie’s Bakery, Bogor)
Nama
: Irna Tania
NIM
: H24061635
Menyetujui
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
(Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc)
(Wita Juwita Ermawati, STP, MM)
NIP : 19500227 1974121 001
NIP : 19750907 2005012 001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc.)
NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, 26 Februari 1988 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Iming Bustami dan Ibu Euis Yushaeni dengan nama
lengkap Irna Tania. Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK. Indah
Dahlia Duren Sawit pada tahun 1993, lulus tahun 1994. Kemudian penulis
menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 06 Pagi Duren Sawit dan
lulus tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 195 Jakarta sampai dengan lulus tahun 2003. Pada tahun yang sama
dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 54 Jakarta sampai dengan
lulus tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tahap Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui jalur Ujian Saringan Penerimaan Murid
Baru (SPMB) pada tahun 2006. Setelah selesai melalui program TPB, Penulis
melanjutkan pendidikan pada Mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM) dan Minor Komunikasi pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Penulis aktif dalam kegiatan organisasi internal dan eksternal kampus, antara
lain FEMous Teater, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen
(BEM FEM IPB) sebagai Sekretaris dari Human Resource Development 2008-2009.
Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan, diantaranya adalah BGTC
2007 sebagai divisi publikasi dan dokumentasi, buka shaum bersama, Malam
Keakraban (Makrab) Departemen Manajemen. Penulis juga mengikuti magang di PT.
Isuzu Astra Motor Indonesia selama satu bulan. Selain itu penulis juga aktif
mengikuti seminar-seminar bertaraf nasional maupun internasional serta mengikuti
pelatihan-pelatihan baik yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Manajemen maupun
oleh instansi lainnya.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga mampu menyelesaikan
skripsi berjudul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan
Metode Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual (Studi Kasus
UKM Edie’s Bakery, Bogor)” dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas mengenai proses perhitungan harga pokok produksi roti
Edie’s Bakery dan penetapan harga jual roti Edie’s Bakery. Harga pokok produksi
roti diperhitungkan dengan menggunakan metode process costing, sedangkan
penetapan harga jual diperhitungkan dengan metode cost plus.
Penulis sadar skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis
juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bogor, Juni 2010
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi
tidak terlepas dari bantuan, motivasi, do’a, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta Euis Yushaeni serta Ibi dan Mang Wawan yang telah
membantu penulis untuk dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta
memberi semangat dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Wita Juwita Ermawati,
STP, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan
kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
3. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia
meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta
saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu pemilik Edie’s Bakery dan seluruh pegawai
yang telah
memberikan izin melakukan penelitian dan memberikan informasi dalam skripsi
ini.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB.
6. Yayasan Goodwill International yang telah banyak memberikan support baik
secara moril dan materil serta training-training yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
7. Keluarga tercinta : Ompe, Tante Nunung, Mang Ujang, Mang Otong, Aa, Fanni,
Gita, Ade Upi, Ais yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat dan
kebahagiaan dalam hidup penulis.
8. Mr. Yasuo Hara dan Mrs. Mitzue Hara yang banyak memberikan pelajaran hidup
yang sangat mulia kepada penulis.
v
9. Laskar Sahabat yaitu Erni, Erika, Jojo, Ephal, Ojan, Rauf, Nia, Dince, Harboi,
Ponahers tercinta, Genk Mate yang selalu memberikan keceriaan, kebahagian,
dan semangat persahabatan kita.
10. Seluruh teman-teman Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat
kenangan indah selama kuliah.
11. Teman-teman FEMous Teater 2007-2009, Wisma Sakinah, Kosan Bu Darjo, dan
semua teman-teman yang pernah satu kepanitiaan dengan penulis, khususnya
yang dengan rasa kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan
membantu dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama.
12. Teman-teman satu bimbingan : Kiki, Sofi, Eja, Apip, Vitri, dan Santi yang selalu
memberi semangat untuk berjuang bersama.
13. Wirawan Prasetyo beserta keluarga, untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap
inspirasi, dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan
mengisi hari-hari penulis, dengan sebuah keyakinan bahwa semua yang dilakukan
haruslah yang terbaik.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah di
dapat penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, namun juga berbagai
masukkan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan attitude dan
softskills yang baik. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Bogor, Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Latar Belakang..........................................................................
Perumusan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................
Manfaat Penelitian ....................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
1
4
5
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
7
2.1 Usaha Kecil dan Menengah ......................................................
2.2 Konsep Biaya............................................................................
2.2.1 Pengertian Biaya .............................................................
2.2.2 Klasifikasi Biaya..............................................................
2.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ..........................
2.4 Metode Penentuan Biaya Proses ..............................................
2.4.1 Aliran Biaya Rata-Rata Tertimbang ................................
2.4.2 Aliran Biaya FIFO ...........................................................
2.4.3 Aliran Biaya LIFO ...........................................................
2.5 Keputusan Penentuan Harga.....................................................
2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penentuan
Harga...............................................................................
2.5.2 Batas Waktu Penentuan Harga........................................
2.6 Pendekatan Harga Jual .............................................................
2.6.1 Harga Berbasis Pasar (Market Base................................
2.6.2 Harga Berbasis Biaya (Cost Base)..................................
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................
3.1
3.2
3.3
3.4
Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
Jenis dan Sumber Data..............................................................
Teknik Pengumpulan Data........................................................
vii
7
9
9
10
14
16
17
18
18
20
20
21
22
22
23
24
26
26
29
29
30
3.5 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
3.5.1 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi yang
Digunakan Perusahaan....................................................
3.5.2 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan
Metode First In First Out (FIFO)Analisis Deskriptif.....
3.6 Penetapan Harga Jual ................................................................
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
34
4.1
4.2
4.3
4.4
31
31
32
Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................
Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan .............................
Kegiatan Perusahaan.................................................................
Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti UKM Edie’s Bakery
4.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan
Metode yang digunakanPerusahaan ...........................
4.4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode
First In First Out (FIFO) ...............................................
4.5 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Metode
Perusahaan dengan Metode Process Costing ..........................
4.6 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery .................................
4.6.1 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery ........................
4.6.2 Implikasi Manajerial .........................................................
4.6.3 Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery ........................
4.7 Implikasi Manajerial ..................................................................
34
35
35
36
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
60
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................
60
62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................
64
65
viii
36
39
49
52
52
54
57
59
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Perbedaan Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan dan Metode
Harga Pokok Proses .........................................................................
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode
Perusahaan .......................................................................................
3. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada UKM Edie’s Bakery pada
Bulan April ......................................................................................
4. Penggunaan Biaya Topping Roti pada UKM Edie’s Bakery pada
Bulan April 2010 .............................................................................
5. Biaya Tenaga Kerja pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan April
2010 .................................................................................................
6. Biaya Penggunaan Listrik dan Gas selama Bulan April 2010.........
7. Biaya Pemeliharaan Mesin selama Bulan April 2010 .....................
8. Biaya Penyusutan Mesin selama Bulan April 2010.........................
9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Setiap Jenis Topping per
Unit (Rp/unit) dengan Metode FIFO ...............................................
10. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan
dan Metode Process costing ...........................................................
11. Perhitungan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Metode
Perusahaan ......................................................................................
12. Penggunaan Biaya Operasional Roti Edie’s Bakery selama Bulan
April 2010 ........................................................................................
13. Penentuan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Mark up
sebesar 50% .....................................................................................
14. Laba bersih yang diperoleh Edie’s Bakery Berdasarkan Harga
Jual dengan Metode Cost Plus.........................................................
15. Perbandingan Harga Jual Roti Edie’s Bakery antara Metode
Perusahaan dengan Metode Cost Plus .............................................
ix
16
38
41
42
43
45
46
47
49
50
53
55
55
56
57
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................
x
28
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Daftar Pertanyaan Wawancara............................................................
2. Daftar Biaya Bahan Baku Harga Roti Edie’s Bakery .........................
3. Daftar Harga Roti Edie’s Bakery ........................................................
4. Foto Roti Edie’s Bakery......................................................................
xi
66
68
69
70
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting
dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Terdapat tiga faktor yang mendasari pentingnya keberadaan UKM. Faktor
pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal
menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua adalah UKM sering mencapai
peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi dalam
langkah mengembangkan usahanya. Ketiga adalah UKM memiliki keunggulan
dalam hal fleksibilitas usaha dibandingkan dengan usaha besar jika terjadi krisis
ekonomi khususnya (www.ekonomirakyat.org).
Ketiga faktor tersebut yang menyebabkan UKM memiliki peran penting
bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. UKM merupakan salah satu solusi
masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan
melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik
informal. Tenaga kerja yang diserap oleh masing-masing unit usaha dapat
mengatasi permasalahan penganguran yang terjadi.
Usaha kecil dan menengah (UKM) juga menjadi salah satu motor
lokomotif yang krusial bagi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan partisipasi
peranan UKM yang besar di dalam proses perekonomian nasional, khususnya
bidang ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui
perluasan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang memiliki
kontribusi dalam peningkatan devisa negara serta struktur industri nasional.
Peran aktif UKM terbukti berdasarkan data yang diperoleh dari
Departemen Koperasi dan UKM tahun 2008 menunjukkan bahwa kontribusi
UKM terhadap penciptaan devisa nasional melalui ekspor non migas
mengalami peningkatan sebesar Rp 40,75 triliun atau 28,49% yaitu dengan
tercapainya angka sebesar Rp 183,76 triliun atau 20,17% dari total nilai ekspor
non migas nasional. UKM telah menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270
2
orang atau 97,04% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini
meningkat sebesar 2,43% atau 2.156.526 orang dibandingkan tahun 2007.
Sedangkan, PDB Nasional menurut harga berlaku tahun 2007, kontribusi
UMKM terhadap PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp
2.105,14 triliun atau 56,23% dan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp 2.609,36
triliun atau 55,56%.
Pelaku usaha UKM pun meningkat sebesar 2,88% dari 49.824.123 pada
tahun 2007 meningkat menjadi 51.257.537 pada tahun 2008. Semakin
banyaknya jumlah UKM yang ada, maka secara otomatis akan menyebabkan
persaingan usaha yang semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari era globalisasi
yang membuka peluang bagi setiap orang untuk memasuki pasar baik produk
dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Perusahaan harus mampu
menghasilkan produk yang berkualitas dan harus mampu menetapkan harga jual
yang kompetitif sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar.
UKM harus memiliki strategi yang tepat dalam memproduksi serta
memasarkan produknya agar produk yang dihasilkan dapat laku di pasaran.
Namun, selain harus memiliki strategi usaha yang tepat disadari pula bahwa
pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat
kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,
kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial
dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu
menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang
dihadapi pengusaha kecil adalah pertama, kelemahan dalam memperoleh
peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam
struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumbersumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen
sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar
pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang
kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. Keenam,
pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya
3
kepercayaan
serta
kepedulian
masyarakat
terhadap
usaha
kecil
(www.mudrajad.com).
Kendala tersebut dapat menjadi suatu kelemahan bagi UKM dalam
mengembangkan usahanya. Kelemahan UKM dalam mengelola usahanya juga
terjadi dalam perhitungan harga pokok produksi. Para pelaku usaha biasanya
tidak detail dan kurang rinci dalam melakukan perhitungan harga pokok
produksi dan mengidentifikasi biaya-biaya produksi yang ada. Hal tersebut
menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual produk yang dapat
mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Perhitungan
harga pokok produksi yang tepat dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan serta kebijakan-kebijakan yang mengacu pada
terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja perusahaan.
Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk
menghemat biaya, terutama untuk usaha kecil dan menengah di mana terdapat
keterbatasan modal. Dengan efisiensi biaya, perusahaan dapat menentukan
harga pokok produksi yang tepat sehingga menghasilkan harga jual yang tepat
dengan keuntungan yang maksimal. Efisiensi biaya dapat diwujudkan jika
perusahaan mengetahui dengan pasti sumber-sumber biaya dalam aktivitas
bisnisnya. Perusahaan juga harus melakukan pengendalian atas biaya sesuai
dengan anggaran yang direncanakan. Untuk dapat mengetahui sumber-sumber
biaya dalam suatu perusahaan dan melakukan pengendalian yang baik, maka
diperlukan analisis biaya yang menyeluruh terhadap setiap aktivitas perusahaan.
Untuk mengendalikannya, diperlukan keakuratan dan metode yang tepat dalam
sistem perhitungan harga pokok produksi yang mampu merefleksikan konsumsi
sumber daya dalam aktivitas produksinya sehingga perhitungan biaya produksi
menjadi lebih akurat dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi di UKM
tersebut.
Hal tersebut di atas yang mendorong penulis untuk menjadikan
perhitungan harga pokok produksi serta penetapan harga pada UKM sebagai
topik pembahasan dalam karya ilmiah ini.
4
1.2. Perumusan Masalah
Perhitungan biaya produksi yang tepat akan memudahkan pihak
perusahaan dalam memperkirakan harga pokok produksinya. Informasi harga
pokok produksi ini akan sangat penting bagi perusahaan dalam merumuskan
kebijakan serta strategi harga yang akan ditempuh perusahaan. Untuk
menghasilkan perhitungan harga pokok yang tepat, maka perlu didukung oleh
informasi akuntansi yang baik. Perhitungan harga pokok harus berdasarkan
metode yang tepat sehingga dapat memperhitungkan dengan akurat seluruh
biaya yang dikorbankan untuk memproduksi suatu produk.
Edie’s Bakery merupakan usaha kecil dan menengah yang memproduksi
aneka roti. Dalam melakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi roti,
perusahaan masih menggunakan metode yang sederhana. Oleh karena itu,
penetapan harga jual yang dilakukan oleh Edie’s Bakery belum mencerminkan
besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan produk secara
keseluruhan. Terdapat tiga komponen biaya utama yang menentukan harga
sebuah produk jadi, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja lansung dan
overhead. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen penting dalam
menentukan harga pokok produksi sehingga harus diperhitungkan dengan teliti
dan rinci. Penulis pun mencoba untuk menerapkan sistem perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Process Costing sehingga
perusahaan dapat menentukan harga jual secara tepat.
Adapun rumusan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh UKM
Edie’s Bakery selama ini ?
2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pada UKM Edie’s Bakery
dengan metode process costing?
3. Bagaimana penetapan harga jual yang ditentukan berdasarkan harga pokok
produksi dengan metode process costing tersebut?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh
UKM Edie’s Bakery.
2. Menghitung harga pokok poduksi pada UKM Edie’s Bakery dengan metode
process costing.
3. Menghitung harga jual produk UKM Edie’s Bakery yang ditentukan
berdasarkan harga pokok produksi dengan metode process costing pada saat
produksi stabil.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak,
antara lain :
1. Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
masukan yang berharga kepada perusahaan dalam perhitungan harga pokok
produksi
yang
sesuai
sehingga
perusahaan
dapat
meningkatkan
pendapatannya.
2. Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk tujuan dan kepentingan
penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi dalam penerapan perhitungan harga pokok produksi
secara lebih akurat.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada perhitungan biaya roti jenis little bread
dengan 5 jenis topping yaiu roti dengan topping cokelat, keju, abon, sosis, dan
cocktail. Kemudian akan dilakukan pembahasan perhitungan harga pokok
produksi roti dengan menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan dan
6
metode process costing. Penelitian ini hanya membahas harga pokok proses,
tidak membahas harga pokok pesanan sehingga untuk produk yang diproduksi
berdasarkan pesanan tidak diteliti. Bulan April merupakan periode yang
dihitung harga pokok produksinya karena merupakan periode paling terkini
saat penelitian sehingga dapat mewakili perhitungan di bulan sebelumnya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kecil Menengah
Usaha kecil dan menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat
dipertahankan di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan. Untuk itu,
pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah,
guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi negara. Untuk dapat
memberikan gambaran tentang usaha kecil dan menengah, akan dijelaskan
terlebih dahulu definisi usaha kecil dan menengah. Menurut Rachmat (2005),
definisi usaha kecil dapat ditinjau dari beberapa peraturan, yaitu antara lain
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
Undang-Undang 9 Nomor Tahun 1995, usaha kecil
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
yang memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikan sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000
c) Milik warga negara Indonesia.
d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
e) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perseorangan atau
badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai
penjualan per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset
setingginya Rp 600.000.000 ( di luar tanah dan bangunan yang ditempati)
terdiri dari:
8
a) Badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi);
b) Perorangan (perajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,
perambah hutan, penambang pedagang barang dan jasa, dan
sebagainya).
3.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
Nomor
30/4/Kep/Dir. Tanggal 4 April 1997 tentang Pemberian Kredit Usaha
Kecil, usaha kecil didefinisikan sebagai usaha yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000
c) Milik warga Negara Indonesia.
d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
e) Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum
atau badan usaha yang badan hukum termasuk koperasi.
Usaha kecil dan menengah dapat pula dibedakan berdasarkan batasan
jumlah tenaga kerja yang direkrut. Usaha kecil didefinisikan oleh Badan Pusat
Statistik jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 5 hingga 19 orang,
sedangkan usaha menengah berkisar antara 20-99 orang, lebih dari 100 orang
dikategorikan sebagai usaha besar.
Menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dan menengah
menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang
kurang maju dalam berbisnis. UKM menghadapi kendala-kendala dalam
mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis) antara lain kurang
pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal, dan lemah di bidang
pemasaran.
Banyak definisi usaha mikro kecil dan menengah yang dipahami baik dari
lembaga lokal maupun asing. Namun demikian, perbankan Indonesia
9
menggunakan definisi UMKM sesuai kesepakatan Menko Kesra dengan Bank
Indonesia. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan
bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan
belum berbadan hukum. Hasil penjualan tahunan bisnis tersebut paling banyak
Rp 100.000.000 dan milik warga negara Indonesia (Kwartono Adi, 2007).
Menurut Iqbal dan Simanjutak (2004), UKM harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk melakukan analisis persaingan/ kompetisi. Oleh karena
itu, UKM harus mengetahui siapa pesaingnya, pelanggan, dan juga tentang
usahanya sendiri sehingga UKM dapat merencanakan strategi binis yang tepat
untuk usahanya tersebut.
2.2. Konsep Biaya
Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan, dan objek lain yang
merupakan kepentingan manajemen adalah salah satu faktor dasar dalam
membuat suatu keputusan manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan
biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang kemudian dapat
digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Dalam usaha
menghasilkan keuntungan saat ini dan di masa depan, perusahaan harus
melakukan
berbagai
usaha
untuk dapat
memaksimalkan
keuntungan.
Pemahaman yang tepat mengenai konsep serta penggolongan biaya menjadi
awal pembahasan dalam keputusan manajemen, yang salah satunya adalah
keputusan akan harga jual.
2.2.1. Pengertian Biaya
Biaya dalam arti luas menurut Mulyadi (1999) adalah pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok
dalam definisi biaya tersebut, yaitu biaya merupakan pengorbanan
sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan
10
tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah kas
atau nilai ekuivalen yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau
jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi
perusahaan. Dikatakan ekuivalen kas karena sumber non kas dapat
ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
2.2.2. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi atau penggolongan adalah proses mengelompokkan
secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang
lebih mempunyai arti atau lebih penting. Klasifikasi atau penggolongan
ini akan memudahkan manajemen perusahaan dalam melakukan
kalkulasi terhadap biaya-biaya perusahaan.
Berikut ini beberapa cara
klasifikasi atau penggolongan biaya
yang pokok menurut Supriyono (2007) :
1. Penggolongan Biaya sesuai dengan Fungsi Pokok dari Kegiatan
Perusahaan
a. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi
produk selesai. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya produksi
terdiri dari :
1) Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian
produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan
atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada
produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan
dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.
11
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang
memberikan jasa kepada perusahaan. Biaya tenaga kerja
langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan
pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti
jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
3) Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya
dapat digolongkan menjadi 6 bagian, yaitu:
a) Biaya bahan penolong
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
c) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
d) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
e) Biaya listrik dan air
f) Biaya asuransi pabrik
g) Biaya overhead lain-lain
b. Biaya Non Produksi
Biaya non produksi digolongkan menjadi 3 macam biaya, yaitu:
1) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya dalam rangka penjualan
produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi
kas. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan fungsi
penjualan, fungsi penggudangan produk selesai, fungsi
pengepakan dan pengiriman, fungsi adpertensi, fungsi
pemberian
kredit
dan
pengumpulan
piutang,
fungsi
pembuatan faktur atau admistrasi penjualan.
2) Biaya administrasi dan umum
Biaya admistrasi dan umum adalah semua biaya yang
berhubungan dengan administrasi dan umum. Biaya ini
12
terjadi dalam rangka penentuan kebijakan, pengarahan, dan
pengawasan kegiatan perusahan secara keseluruhan.
3) Biaya Keuangan
Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keuangan seperti biaya bunga.
2. Penggolongan Biaya sesuai dengan Periode Akuntansi dimana
Biaya akan Dibebankan
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang akan dapat
memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi atau
pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode
akuntansi yang akan datang.
b. Pengeluaran Penghasilan (Revenues Expenditures)
Pengeluaran
penghasilan
adalah
pengeluaran
yang
akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana
pengeluaran terjadi.
3. Penggolongan Biaya sesuai dengan Tendensi Perubahannya
terhadap Aktivitas atau Volume
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan
tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas
sampai dengan tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan
akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume
kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya
satuan dan semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi
biaya satuan.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah
secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin
besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel
dan semakin rendah volume kegiatan maka semakin rendah
13
jumlah total biaya variabel. Pada biaya variabel, biaya satuan
tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya
satuan konstan.
c. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan
berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi
sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume
kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah
volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya
tidak sebanding.
4. Penggolongan Biaya sesuai dengan Objek atau Pusat Biaya yang
Dibiayai
a. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya
dapat diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau
manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada objek atau pusat biaya
tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa
objek.
5. Penggolongan Biaya untuk Tujuan Pengendalian Biaya
a. Biaya Terkendali
Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat
dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
b. Biaya Tidak Terkendali
Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh seorang pimpinan berdasar wewenang yang dimiliki atau
tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangka
waktu tertentu.
14
6. Penggolongan Biaya sesuai dengan Tujuan Pengambilan
Keputusan
a. Biaya Relevan
Biaya
relevan
adalah
biaya
yang
akan
mempengaruhi
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya tersebut harus
diperhitungkan di dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan dapat berupa pemilihan dua alternatif atau lebih.
b. Biaya Tidak Relevan
Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya ini tidak perlu
diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan.
2.3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya
produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya
non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran, serta kegiatan administrasi dan
umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan
untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang akhir
periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada
harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.
Menurut Mulyadi (1999), pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk
dapat dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan
produksi massa. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung
pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai.
Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan
produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan
yang berproduksi
berdasarkan pesanan adalah perusahaan
percetakan
15
perusahaan mebel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi massa
melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang.
Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang
berproduksi massa antara lain adalah perusahaan semen, pupuk, makanan, dan
tekstil
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan harga
pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan.
Sedangkan, perusahaan yang berproduksi massa, mengumpulkan harga pokok
produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses. Perbedaan
karakteristik antara metode harga pokok pesanan dan harga pokok proses
terlihat pada Tabel 1 berikut ini.
16
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Metode Harga Pokok Pesan dan Metode
Harga Pokok Proses
Segi Perbedaan
Metode Harga Pokok
Metode Harga Pokok
Pesanan
Proses
Dasar kegiatan produksi
Pesanan langganan
Tujuan Produksi
Untuk
melayani Untuk persediaan yang
pesanan
Bentuk Produk
Budget produksi
akan dijual
Tergantung spesifikasi Homogen dan standar
pemesan
dan
dapat
dipisahkan identitasnya
Biaya
produksi
Setiap pemesanan
Setiap satuan waktu
dikumpulkan
Kapan
biaya
produksi Pada
saat
suatu Pada akhir periode/satuan
dihitung
pesanan selesai
Menghitung harga pokok
Harga pokok pesanan Harga
tertentu
:
waktu
Jumlah tertentu
produk pesanan yang produk
bersangkutan
pokok
:
periode
periode
Jumlah
yang
bersangkutan
Sumber: Supriyono, 2007
2.4. Metode Penentuan Biaya Proses
Menurut Bustami dan Nurlela (2006), penentuan biaya proses adalah suatu
metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke
pusat biaya atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang
dihasilkan ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat
biaya atau departemen tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat
biaya yang bersangkutan.
Karakteristik penentuan biaya proses antara lain adalah:
1. Proses produksi bersifat kontinu.
2. Produk bersifat massal, tujuannya mengisi persediaan yang siap dijual.
17
3. Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya bersifat
homogen.
4. Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang
dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi.
5. Akumulasi biaya yang dilakukan berdasarkan periode tertentu.
Pada penentuan biaya proses, umumnya tidak semua produk yang
dimasukkan dalam proses selesai pada akhir periode bersangkutan, seringkali
adanya persediaan awal dan akhir dari produk dalam proses dengan tingkat
penyelesaian yang beragam. Pembebanan biaya apabila terdapat produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian tertentu, perlu dilakukan penyetaraan
produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi yang disebut dengan unit
ekuivalen produksi. Jadi, unit ekuivalen produksi menunjukkan unit produk jadi
dan unit produk dalam proses yang disetarakan dengan produk jadi. Menurut
Supriyono (2007) ada tiga metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya
produksi produk dalam proses yaitu dengan aliran biaya rata-rata tertimbang,
aliran biaya first in first out (FIFO), dan aliran biaya last in first out (LIFO).
2.4.1. Aliran Biaya Rata-Rata Tertimbang
Aliran biaya rata-rata tertimbang digunakan dengan merata-ratakan
biaya penyelesaian persediaan awal produk dalam proses periode
sebelumnya dengan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per
unit. Unit persediaan awal menerima biaya per unit yang besarnya sama
dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode
bersangkutan, sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya
per-unit yang sama.
1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal
digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada periode
bersangkutan.
2. Ekuivalen produksi tidak memisahkan unit produk pada persediaan
awal dengan unit produk yang masuk proses pada periode
bersangkutan.
18
Rumus unit ekuivalen:
Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian)…………..1)
3. Tidak ada pembedaan produk yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau gudang.
2.4.2. Aliran Biaya FIFO
Aliran biaya FIFO digunakan dengan memisahkan biaya per unit
yang terdapat pada persediaan awal dari biaya per unit produk yang
dimasukkan dan diselesaikan pada suatu periode tertentu. Biaya produk
yang ditransfer terdiri dari biaya produk dalam proses awal dari periode
sebelumnya, dan biaya produk dari produk yang dimulai dan
diselesaikan selama periode berjalan.
1. Setiap elemen biaya produksi yang terdapat pada persediaan awal
tidak digabung dengan setiap elemen biaya yang dikeluarkan pada
periode bersangkutan.
2. Tahapan proses produksi menyelesaikan terlebih dahulu produk
dalam proses awal, kemudian baru menyelesaikan produk masuk
proses periode bersangkutan.
3. Ekuivalen produksi memisahkan unit produk pada persediaan awal
dengan unit produk yang masuk proses pada periode bersangkutan.
Rumus unit ekuivalen :
Produk Selesai + (PDP Akhir X Tingkat Penyelesaian) – (PDP Awal
X Tingkat penyelesaian)………………………...……………….....2)
4. Adanya pembedaan produk selesai yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau gudang yaitu produk selesai dari produk dalam
proses awal dan produk selesai dari produk yang masuk proses
periode bersangkutan.
2.4.3. Aliran Biaya LIFO
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode terakhir
masuk pertama ke luar memiliki karakteristik sebagai berikut:
19
1. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk yang baru
masuk proses pada periode yang bersangkutan, apabila semua
produk yang baru masuk proses sudah dapat diselesaikan kemudian
untuk mengolah produk dalam proses awal.
2. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal periode tidak
perlu digabungkan dengan setiap elemen biaya yang terjadi pada
periode yang bersangkutan.
3. Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung sebagai berikut:
a) Apabila produk yang baru masuk proses belum dapat
diselesaikan semuanya, berarti ada kenaikan persediaan produk
dalam proses.
Rumus unit ekuivalen:
Produk Selesai + (Produk dalam proses akhir X Tingkat
penyelesaian yang sudah dinikmati) – (Produk dalam proses
awal X Tingkat penyelesaian yang masih diperlukan untuk
menyelesaikan) ..……………..……………………………….3)
b) Apabila produksi selesai jumlahnya lebih besar dibanding
produk yang baru masuk proses berarti sebagian produk selesai
berasal dari produk dalam proses awal.
Rumus unit ekuivalen:
Produk selesai dari produk yang baru masuk proses + (Produk
selesai dari produk dalam proses awal X Tingkat penyelesaian
yang masih diperlukan untuk menyelesaikan)…………………4)
4. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung dengan
cara membagi elemen biaya tertentu yang terjadi pada periode yang
bersangkutan dengan produksi ekuivalen biaya yang bersangkutan.
5. Membedakan asal dari produk selesai atau produk dalam proses
akhir dari produk yang baru masuk proses dengan yang berasal dari
produk dalam proses awal.
20
2.5. Keputusan Penentuan Harga
Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya ketika
mengembangkan produk baru, ketika memperkenalkan produk regulernya ke
saluran distribusi atau daerah geografis yang baru, dan ketika mengikuti lelang
untuk kerja kontrak yang baru. Perusahaaan tersebut harus mempertimbangkan
banyak faktor dalam menentukan kebijakan penetapan harga. Menurut Kotler
dan Keller (2007) ada enam prosedur untuk menentukan harga yaitu memilih
tujuan penetapan harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya,
menganalisis biaya, harga, dan tawaran pesaing, memilih metode penetapan
harga dan memilih harga akhir.
Keputusan penentuan harga adalah keputusan manajemen tentang apa
yang harus dibebankan kepada produk dan jasa. Ini merupakan keputusan
strategis yang mempengaruhi kuntitas yang diproduksi dan dijual karena adanya
pendapatan dan biaya. Untuk memaksimalkan pendapatan operasi, perusahaan
harus memproduksi dan menjual unit sebesar pendapatan dari setiap unit
tambahan melebihi biaya produksinya (Horngren, 2005).
2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penentuan Harga
Menurut Samryn (2001), Harga merupakan salah satu informasi
penting yang diterima pelanggan tentang suatu produk. Penetapan harga
juga berhubungan dengan seluruh tujuan jangka pendek dan sasaran
jangka panjang sebuah perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penetapan harga dapat berasal dari luar dan dari perusahaan. Faktor
utama dari luar mencakup pelanggan dan pesaing. Faktor pelanggan
menjadi sangat penting karena pelanggan merupakan sumber perolehan
pendapatan utama bagi sebuah perusahaan. Manajer harus selalu
berusaha mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan sisi
pandang para pelanggan mengenai suatu produk. Bahan pertimbangan
pelanggan untuk membeli suatu produk adalah faktor harga.
Kenaikan harga dapat menyebabkan seorang pelanggan menolak
produk perusahaan dan memilih salah satu yang lain dari pesaing.
21
Kenaikan harga dapat menyebabkan seorang pelanggan memilih suatu
produk substitusi yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
dengan cara paling efektif pembiayaannya. Faktor utama dalam
perusahaan yang berkaitan dengan penetapan harga jual mencakup
tujuan pemasaran, bauran pemasaran, dan yang paling mendasar dari
semuanya adalah faktor biaya. Secara rinci faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan penetapan harga jual adalah:
1) Laba yang diinginkan
Dalam kaitannya dengan jumlah laba, penetapan harga jual
harus mempertimbangkan antara lain kecukupan pengembalian
modal, kebutuhan akan laba untuk membayar deviden, dan
kebutuhan laba untuk ekspansi dari hasil penjualan tersebut serta
trend penjualan yang diinginkan.
2) Faktor Produk
Faktor ini mencakup realistisnya volume penjualan yang
direncanakan,
diskriminasi
harga,
ketersediaan
kapasitas
menganggur, kelayakan untuk mengenakan tingkat harga yang
diinginkan, dan kaitan harga dengan daur hidup produk.
3) Faktor Biaya
Tingkat biaya tetap dan biaya variabel, efektivitas penggunaan
modal, dan pembebanan biaya bersama pada tiap jenis produk.
4) Faktor dari Luar Perusahaan
Faktor luar perusahaan yang harus dipertimbangkan adalah
elastisitas permintaan, target pasar, tingkat persaingan dan
heterogenitas produk.
2.5.2. Batas Waktu Penentuan Harga
Menurut Horngren (2005), keputusan penentuan harga jangka
pendek biasanya memiliki batas waktu yang kurang dari satu tahun dan
meliputi keputusan seperti menentukan harga pesanan khusus hanya satu
22
kali yang tidak memiliki implikasi jangka panjang, dan menyesuaikan
bauran produk dan volume output dalam sebuah pasar yang kompetitif.
Keputusan penentuan harga jangka panjang memerlukan batas
waktu satu atau lebih dan meliputi penentuan harga sebuah produk
dalam pasar utama di mana terdapat kebebasan dalam penentuan harga.
Dua kunci yang mempengaruhi penentuan harga jangka panjang versus
harga jangka pendek adalah biaya yang sering kali tidak relevan untuk
keputusan penentuan harga jangka pendek seperti biaya tetap yang tidak
dapat diubah yang umumnya relevan dalam jangka panjang karena biaya
yang tidak dapat diubah. Marjin keuntungan dalam keputusan penentuan
harga jangka panjang sering kali ditetapkan untuk mendapatkan tingkat
pengembalian atas investasi yang masuk akal. Penentuan harga jangka
pendek adalah lebih oportunis yaitu harga menurun saat permintaan
melemah dan meningkat saat permintaan menguat.
2.6. Pendekatan Harga Jual
2.6.1. Harga Berbasis Pasar (Market Base)
Menurut Horngren (2005), perusahaan yang beroperasi dalam
pasar yang kompetitif (seperti minyak bumi dan gas alam) menggunakan
pendekatan berbasis pasar. Unsur yang dihasilkan atas jasa yang
diberikan oleh satu perusahaan adalah sangat serupa dengan unsur yang
dihasilkan atau diberikan oleh yang lain. Perusahaan yang berada dalam
pasar ini harus menerima harga yang diterapkan oleh pasar.
Bentuk penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga
target. Harga target adalah perkiraan harga untuk sebuah produk atau
jasa yang bersedia dibayar oleh calon pelanggan. Perkiraan ini
didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipersepsi pelanggan
atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk
yang bersaing itu.
23
Menurut Samryn (2001), penggunaan harga target ini dapat
dilakukan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Banyak perusahaan yang melakukan kurang kontrol atas harga
sebagaimana yang mereka pikirkan.
b. Observasi merupakan komponen biaya yang terbesar dari suatu
produk yang ditetapkan pada tahap desain.
c. Daripada mendesain produk dan kemudian menghitung jumlah
biayanya, lebih baik membuat harga target terlebih dahulu kemudian
produk didesain sehingga target biaya menjadi standar yang harus
dicapai.
2.6.2. Harga Berbasis Biaya (Cost Base)
Menurut Horngren (2005), para manajer menggunakan harga
berdasarkan biaya ini hanya sebagai titik awal untuk menentukan harga
jual. Dalam menetapkan harga berbasis biaya ditambahkan dengan
komponen mark up ke basis biaya (harga pokok). Basis biaya meliputi
biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik, dan biaya operasional perusahaan. Komponen mark up jarang
yang merupakan angka kaku, tetapi bergantung pada perilaku pelanggan
dan kompetitor.
Menurut Samryn (2001), mark up tersebut didasarkan pada semua
biaya yang diserap dalam proses produksi. Selain harga pokok produk,
dalam metode penetapan harga jual ini juga perlu diperhitungkan biayabiaya tetap pemasaran, distribusi, dan biaya-biaya lain dalam rantai nilai
pelayanan pelanggan. Keuntungan yang dapat diambil dari pendekatan
ini antara lain adalah:
a. Fixed cost recovery. Dalam jangka panjang, biaya-biaya tetap harus
direcover untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnis.
b. Kesederhanaan (simplicity).
24
c. Stabilitas harga (price stability). Para manajer lebih menyukai
stabilitas harga karena hal itu akan menjadikan perencanaan menjadi
lebih terprogram.
d. Jastifikasi harga (price justification)
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian Ivana (2004) meneliti penetapan harga pokok produksi karkas
dengan menggunakan metode full costing, variable costing, dan activity based
costing pada rumah potong ayam (RPA) Asia Afrika, Bogor. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi kerugian yang dialami RPA Asia Afrika dengan
menganalisis biaya produksi untuk menghitung harga pokok produksi.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perhitungan harga pokok
produksi karkas dengan metode full costing menghasilkan harga pokok rata-rata
tertinggi dan laba kotor terendah dari ketiga metode yang digunakan.
Sedangkan hasil perhitungan dengan metode variable costing diperoleh harga
pokok rata-rata terendah dan laba kotor tertinggi dari ketiga metode yang
digunakan dan perhitungan dengan metode ABC berada diantara metode full
costing dan variable costing. Maksudnya adalah metode ABC akan overcost
bila produksi dilakukan dalam jumlah sedikit dan bila memproduksi dalam
jumlah banyak akan undercost.
Penelitian Andri (2009) meneliti penetapan harga pokok poduksi sofa
pada UKM Adi Jaya Furniture dengan metode activity based costing (ABC).
Penelitian tersebut bertujuan untuk menetapkan metode perhitungan harga
pokok yang tepat bagi perusahaan dengan cara membandingkan antara metode
yang biasa digunakan oleh perusahaan selama ini dengan metode activity based
costing (ABC).
Penetapan
harga
pokok
produksi
dengan
metode
perusahaan
menghasilkan perbedaan dengan metode ABC. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa harga pokok produksi dengan metode ABC lebih besar
dibandingkan dengan metode perusahaan. Perbedaan atau selisih tersebut
25
sebesar Rp 40.248,05 untuk sofa minimalis, Rp 58.573,67 untuk sofa hongkong,
dan Rp 218.180,14 untuk produk sofa romawi. Nilai perhitungan yang berbeda
antara kedua metode yang digunakan karena klasifikasi biaya yang tidak tepat
dilakukan oleh perusahaan. Metode ABC menghasilkan perhitungan harga
pokok produksi yang lebih besar dibandingkan metode yang digunakan
perusahaan. Hal ini terjadi karena biaya overhead pabrik dibebankan secara
lebih rinci ke dalam produk. Hal tersebut membuat harga pokok produksi yang
dihasilkan mencerminkan penggunaan biaya yang sesungguhnya terjadi.
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai
keuntungan yang maksimal dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Hal
itu ditujukan untuk kelancaran kontinuitas usahanya dan mampu bersaing di
lingkungan bisnis global. Salah satu caranya adalah dengan memiliki
keunggulan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
menghasilkan produknya.
Perusahaan pun harus mampu menentukan harga jual yang tepat dalam
memasarkan produknya. Penetapan harga jual tersebut sangat berkaitan dengan
penetapan harga pokok produksi dari produk. Perhitungan biaya produksi yang
tepat akan dapat menciptakan harga jual yang tepat sehingga keuntungan yang
diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Perusahaan harus melakukan
penyerapan biaya produksi dengan tujuan efisiensi biaya. Hal itu dilakukan agar
perusahaan dapat menetapkan harga jual yang lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menganalisis
biaya-biaya
yang
dikeluarkan untuk menghitung harga pokok produksi roti pada UKM Edie’s
Bakery. Dalam menentukan harga pokok produksinya, perusahaan belum
menerapkan metode yang dapat merefleksikan berapa besar biaya yang telah
dikeluarkan dalam aktivitas produksinya sehingga metode yang digunakan
masih sederhana. Oleh karena itu, semua unsur-unsur biaya yang terjadi akan
diperhitungkan secara rinci dengan metode process costing. Perhitungan harga
pokok produksi dengan metode process costing dilakukan dengan mengetahui
tahapan dan aktivitas produksi roti. Tahapan dalam metode process costing
yang digunakan adalah aliran produksi FIFO. Metode FIFO dipilih karena pada
Edie’s Bakery ini bahan baku yang lebih dulu ada dalam persediaan akan lebih
dahulu digunakan dalam proses produksi secara urut. Apabila sebuah unit bahan
27
dengan harga beli tertentu sudah habis digunakan, maka penggunaan bahan
berikutnya harganya akan didasarkan pada harga beli berikutnya.
Hasil perhitungan antara metode yang digunakan perusahaan dengan
metode FIFO akan dianalisis untuk melihat perbedaannya terhadap perhitungan
harga pokok produksi dan mengetahui pengaruhnya terhadap harga jual produk.
Perusahaan pun dapat menetapkan harga jual yang tepat untuk produk yang
dihasilkan sehingga harga jual yang ditetapkan dapat menguntungkan bagi
Edie’s Bakery.
Hasil perhitungan harga jual yang tepat ini diharapkan dapat menghasilkan
produk yang kompetitif nantinya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah
satu informasi dalam pengambilan keputusan manajerial agar perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kerangka pemikiran secara
sistematis dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
28
UKM Edie’s Bakery
Tidak adanya Perhitungan Harga Pokok Produksi
yang tepat
Identifikasi Biaya Produksi
Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Metode
Perusahaan
Perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Metode
Process Costing yaitu FIFO
Analisis Perbandingan Kedua Metode tersebut
terhadap Perhitungan Harga pokok Produksi
Penetapan Harga Pokok Produksi yang tepat
Penetapan Harga Jual yang tepat dibandingkan dengan Harga Jual saat ini
Keuntungan yang maksimal bagi perusahaan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UKM Edie’s Bakery yang beralamat di Jalan
Kedung Halang No. 26, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan
dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut tergolong dalam usaha kecil
dan menengah (UKM) yang memproduksi berbagai macam roti serta
kesediaan dari pihak perusahaan untuk memberikan data dan informasi yang
diperlukan sesuai dengan penelitian. Selain itu, UKM tersebut belum
memiliki pencatatan biaya yang akurat. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2010 sampai Mei 2010.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian yang dilakukan ini, terdapat dua jenis data yang
digunakan, yaitu :
1.
Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu
atau perseorangan. Data primer pada penelitian ini berupa pengamatan
secara langsung dari objek penelitian. Data primer juga merupakan hasil
dari wawancara penulis dengan nara sumber dari perusahaan tempat
penelitian ini dilakukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder
pada penelitian ini berupa informasi mengenai pengetahuan teori yang di
dapat dari literatur, buku-buku, catatan-catatan dan contoh kasus yang
berhubungan dengan permasalahan yang ada.
30
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi secara
langsung ke perusahaan yang menjadi objek pembahasan. Adapun penelitian
lapangan ini dilakukan dengan cara :
a. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan dan analisis secara
langsung terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh UKM Edie’s
Bakery untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat dan akurat.
b. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan dengan mendatangi dan melakukan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan
proses pembuatan roti UKM Edie’s Bakery tersebut .
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dalam menetapkan
harga pokok produksi mengunakan metode process costing dengan aliran
biaya First In First Out (FIFO). Metode ini dipilih karena perusahaan ini
hanya memproduksi produk yang homogen yaitu roti yang diproduksi secara
kontinu setiap hari. Perbedaan dari roti yang dihasilkan hanya dari sisi
penggunaan topping roti tersebut.
Data yang telah diperoleh kemudian dirinci setiap minggunya dan diolah
untuk mendapatkan interpretasi hasil. Analisis yang digunakan pada penelitian
ini ada dua yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif
dilakukan pada perhitungan harga pokok produksi yang selama ini telah
dilakukan oleh perusahaan dan perhitungan harga pokok produksi yang
menggunakan metode process costing. Analisis kualitatif dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif komparatif yang membandingkan hasil
perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan perusahaan
dengan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan metode process
31
costing. Kemudian, dapat ditentukan harga jual yang tepat bagi perusahaan
tersebut sesuai dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
3.5.1. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Digunakan
Perusahaan
Perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi masih
menggunakan
metode
yang
sangat
sederhana
yaitu
dengan
menjumlahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang terkait
dengan proses produksi. Biaya overhead pabrik tidak diperhitungkan
secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara
nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang
dianggarkan dan dikelompokkan dalam biaya lain-lain.
3.5.2. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode First
In First Out (FIFO)
Metode process costing ini menghitung biaya bahan dan tenaga
kerja yang dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya dan biaya
overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif aktualnya. Perhitungan
biaya overhead pabrik bertujuan untuk membebankan biaya secara
adil dan teliti kepada setiap jenis produk yang diproduksi. Produk yang
dihasilkan dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau
periode tertentu
Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode
Process Costing terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Horngren, 2005):
Tahap 1:
Meringkas aliran unit fisik dengan menelusuri seluruh
komponen fisik yang terjadi.
Tahap 2:
Menghitung output dalam unit ekuivalen. Perhitungan
unit ekuivalen untuk setiap kelompok biaya terfokus
kepada unit ekuivalen dari pekerjaan yang terselesaikan
hanya pada periode sekarang. Unit ekuivalen adalah
tingkatan atau jumlah produksi dimana pengolahan
produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
32
Tahap 3:
Menghitung
biaya
unit
ekuivalen.
Menunjukkan
hitungan pada tahap 3 dari biaya unit ekuivalen untuk
pekerjaan yang diselesaikan pada periode sekarang
hanya untuk bahan langsung dan biaya konversi.
Tahap 4:
Meringkas total biaya yang akan dihitung.
Tahap 5:
Menetapkan biaya untuk unit jadi dan unit pada
persediaan
akhir
pekerjaan
dalam
proses.
Biaya
pekerjaan yang diselesaikan pada periode sekarang
ditentukan untuk penambahan kerja yang dilakukan
untuk menyelesaikan awal pekerjaan dalam proses,
pekerjaan yang diselesaikan pada unit yang dimulai dan
diselesaikan selama periode sekarang, dan untuk
persediaan akhir pekerjaan dalam proses.
3.6. Penetapan Harga Jual
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan harga jual roti UKM
Edie’s Bakery ini adalah pendekatan cost plus. Menurut pendekatan ini, harga
jual adalah seluruh basis biaya yang terjadi ditambah dengan komponen mark
up sebesar presentase tertentu dari basis biaya yang terjadi. Basis biaya terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya
operasional perusahaan. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan distribusi,
pemasaran serta kegiatan administrasi umum. Komponen mark up ditetapkan
berdasarkan keputusan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang
diinginkan. Berikut ini adalah perhitungan biaya produksi untuk menetapkan
harga jual suatu produk berdasarkan metode cost plus.
33
Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja
xxx
Biaya overhead pabrik
xxx
+
Total biaya pabrikasi
xxx
Biaya Operasi:
Biaya pemasaran
xxx
Biaya distribusi
xxx
Biaya administrasi umum
xxx
+
Total biaya operasi
xxx
+
Biaya penuh produk
xxx
Komponen mark up
xxx
+
Target Harga Jual
xxx
34
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Edie’s Bakery merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Edi
Sunarto dan istrinya yang bernama Imah Fatmawati pada bulan Februari 2000
yang berlokasi di Jalan Kedung Halang No. 26, Bogor. Pada awal berdirinya,
Edie’s Bakery merupakan usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak
dalam usaha makanan kecil seperti donat, kue basah, dan beberapa kue pesta
ulang tahun. Namun, Sejak tahun 2006, Edie’s Bakery mulai memproduksi roti
ukuran kecil yang sekarang telah menjadi oleh-oleh khas kota bogor.
Usaha pembuatan roti yang baru berjalan kurang lebih 3 tahun ini
mengalami kemajuan yang sangat berarti bagi Edie’s Bakery sendiri. Oleh
karena itu, Edie’s Bakery pun senantiasa melakukan berbagai inovasi baik
dalam rasa maupun bentuk dari roti yang dihasilkan sesuai dengan
perkembangan pasar. Edie’s Bakery pun mendapat banyak kepercayaan untuk
dapat memasok roti ke berbagai institusi baik pemerintahan maupun swasta
secara rutin seperti DPRD Kota Bogor, DLLAJR, Satpol PP Kota Bogor, dan
Rumah Sakit Azra Bogor sebagai konsumsi kegiatan yang dilakukan setiap
harinya.
Kemajuan yang dialami oleh Edie’s Bakery bukan berarti tidak mengalami
berbagai kendala. Dalam menjalankan usahanya Bapak Edi banyak menemukan
berbagai permasalahan dan kesulitan. Hal ini dibuktikan dari Edie’s Bakery
pernah membuka 2 gerai toko roti yang berada di Sukasari dan Kedung Halang,
tetapi keuntungan dan penjualan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak dapat
menutup biaya sewa dari gerai tersebut. Akibatnya 2 gerai tersebut terpaksa
ditutup dan lebih memilih usaha di rumah. Permasalahan lain dari usaha ini
adalah sulitnya menentukan harga yang kompetitif agar dapat bersaing dengan
produk lain di pasaran.
35
4.2. Tujuan dan Struktur Organisasi Perusahaan
Tujuan awal dari UKM Edie’s Bakery ini adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan keluarga serta membuka lapangan pekerjaan yang berasal dari
keluarga mereka sendiri. Namun, seiring dengan berkembangnya usaha yang
mereka jalankan, tujuan Edie’s Bakery juga untuk mengembangkan kreatifitas
usaha mereka agar lebih maju dan berkembang serta dapat bersaing di pasaran.
Oleh karena itu, Edie’s Bakery selalu rutin dalam mengikuti berbagai
pembinaan usaha yang diadakan oleh pihak pemerintah kota.
Edie’s Bakery memiliki 5 orang karyawan tetap termasuk Bapak Edi
beserta istrinya. Edie’s Bakery tidak memiliki struktur organisasi formal
sehingga struktur organisasinya masih tergolong sederhana yaitu produksi
diawasi langsung oleh Bapak Edi sedangkan pelaksanaan produksi dilakukan
oleh istrinya beserta 3 karyawan lainnya. Semua keputusan dan kebijakan usaha
berada di tangan Bapak Edi. Semua kegiatan yang dilakukan ditangani
langsung oleh Bapak Edi beserta istrinya.
4.3. Kegiatan Perusahaan
a. Kegiatan Produksi
Roti yang dihasilkan oleh perusahaan adalah hasil olahan yang
diproduksi sendiri oleh perusahaan. Edie’s Bakery mempunyai 26 jenis
topping roti. Namun, tidak semua topping diproduksi setiap harinya. Edie’s
Bakery rutin memproduksi roti kecil (little bread) sebanyak 600 buah setiap
harinya. Selain itu, Edie’s Bakery juga menerima pesanan roti dari para
konsumen. Ukuran besar kecilnya roti yang dipesan pun tergantung pada
keinginan masing-masing konsumennya. Jumlah pesanan roti tersebut
fluktuatif sehingga tidak setiap hari ada pesanan. Roti tersebut terdiri dari
berbagai macam rasa dengan bahan baku yang dibeli langsung dari pemasok
langganan. Untuk menunjang produksi, dibutuhkan beberapa peralatan
penting seperti mesin pengadukan dan mesin pembakaran.
36
Proses produksi roti tersebut terdiri dari beberapa tahapan. Tahap
pertama adalah pencampuran semua bahan dasar, setelah itu baru dilakukan
pengadukan adonan. Setelah adonan selesai, maka adonan tersebut dibentuk
sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. Pembentukan adonan tersebut
pun dilanjutkan dengan pembakaran roti yang telah dibentuk. Setelah
dibakar, maka tahap terakhir adalah proses penambahan topping dari roti
yang telah dibakar. Setelah selesai semua, roti tersebut dikemas dan
didistribusikan kepada berbagai konsumen tetap Edie’s Bakery.
b. Kegiatan Pemasaran
Pemasaran dari roti Edie’s Bakery ini pun dilakukan dengan cara
promosi dari mulut ke mulut dan dengan mengikuti berbagai kegiatan
bazaar. Penjualan pun sempat dilakukan di gerai toko yang berada di dareah
Sukasari dan Kedung Halang. Namun, gerai tersebut sudah tidak lagi
beroperasi dikarenakan penjualan roti yang terjadi tidak dapat menutupi
biaya sewa dari gerai tersebut. Edie’s Bakery menutup gerainya dengan
alasan keuntungan yang diperoleh tidak sebesar jika mereka tidak membuka
gerai tersebut. Edie’s Bakery pun saat ini hanya beroperasi dan melakukan
kegiatan penjualan di rumah pribadinya saja. Kegiatan pemasaran ini masih
dilakukan sendiri oleh Pak Edi.
4.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti UKM Edie’s Bakery
4.4.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode yang
digunakan Perusahaan
Roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery terdiri dari berbagai
macam isi dan topping yang beraneka ragam. Namun, tidak semua
topping tersebut diproduksi setiap hari oleh Edie’s Bakery. Roti yang
diproduksi oleh Edie’s Bakery merupakan roti yang berukuran mini atau
little bread. Jumlah produksi roti yang secara rutin setiap bulannya
dihasilkan oleh Edie’s Bakery adalah sebanyak 15.600 roti. Dalam
sehari Edie’s Bakery memproduksi 600 roti yang didistribusikan
langsung kepada para konsumennya. Roti yang rutin diproduksi setiap
37
harinya adalah roti dengan topping coklat, abon, keju, sosis, dan
cocktail. Jumlah rata-rata produksi roti untuk masing-masing topping
tersebut adalah sebanyak 120 buah per harinya. Roti yang diproduksi
tidak ada yang merupakan produk rusak karena semua roti di produksi
secara baik dan benar.
Perhitungan harga pokok produksi roti per unit yang selama ini
digunakan oleh Edie’s Bakery masih sangat sederhana. Biaya-biaya
yang diperhitungkan dalam penetapan harga pokok produksi meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Akan tetapi biaya-biaya tersebut tidak diperhitungkan secara
rinci. Biaya overhead yang terjadi pun hanya diperhitungkan
berdasarkan estimasi biaya yang dianggarkan. Biaya-biaya yang menjadi
biaya overhead pun menyatu dengan biaya konsumsi rumah tangga.
Biaya overhead tersebut hanya dikelompokkan ke dalam biaya lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan semua biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s
Bakery tidak sesuai dengan penggunaan biaya yang terjadi secara aktual.
Biaya tenaga kerja langsung yang diperhitungkan dalam harga
pokok produksi ini merupakan upah pekerja selama satu bulan. Upah
setiap tenaga kerja merupakan upah bersih yang diberikan perusahaan
selama satu bulan. Sedangkan, biaya bahan baku dalam pembuatan roti
diperhitungkan dengan terlebih dahulu merinci semua bahan dasar yang
diperlukan dalam pembuatan roti tersebut.
Edie’s Bakery menetapkan biaya bahan baku sesuai dengan
kebutuhan pembuatan roti tersebut dengan jumlah komposisi yang telah
ditetapkan oleh Edie’s Bakery. Perhitungan biaya bahan baku tersebut
merupakan hasil perkalian dari proporsi bahan baku yang dibutuhkan
dengan harga bahan baku yang ditetapkan oleh pasar atau pemasok
bahan baku tersebut. Penetapan harga pokok produksi pun hanya
dilakukan pada awal proses produksi roti pertama kalinya, dan harga
tersebut berlaku untuk proses pembuatan roti selanjutnya. Edie’s Bakery
38
tidak menghitung kembali harga pokok produksi roti selama biaya yang
terjadi tidak mengalami kenaikan harga di atas 50 persen. Rincian
perhitungan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery per satu bulan
dengan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan tersedia
pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode
Perusahaan
Komponen Biaya
Jumlah (Rp)
Bahan Baku :
Tepung terigu
Gula pasir
Pengembang
Pelembut
Mentega
Telur
Garam
Isi (Topping Roti) :
Coklat
Keju
Coklat putih
Sosis
Abon
Buah-buahan
Dus dan Plastik Pengemasan
720.000
2.160.000
360.000
234.000
300.000
387.500
1.602.000
Upah Tenaga Kerja tidak langsung (5 orang)
1.500.000
975.000
204.750
85.800
50.700
273.000
422.500
5.200
Listrik
200.000
Gas
322.000
Biaya lain-lain (pemeliharaan mesin dan
200.000
penyusutan mesin)
Total Biaya
HPP per satu roti
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
10.002.450
641,183
39
4.4.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti dengan Metode First In
First Out (FIFO)
First In First Out (FIFO) merupakan salah satu metode dalam
process costing dimana proses produksi dimulai dari produk dalam
proses awal. Setelah itu, pengolahan produk baru masuk proses yang
sebagian akan menjadi bagian produk selesai disebut sebagai current
production dan sisanya merupakan produk dalam proses pada akhir
periode. Bulan April merupakan periode yang dihitung harga pokok
produksinya karena merupakan periode paling terkini sehingga dapat
mewakili perhitungan di bulan sebelumnya.
Jenis roti yang akan dihitung adalah roti dengan topping coklat,
keju, abon, sosis, dan cocktail. Hal tersebut dikarenakan roti tersebut
merupakan topping roti yang setiap hari diproduksi oleh Edie’s Bakery.
Sedangkan, roti dengan topping lain tidak diperhitungkan dikarenakan
hanya diproduksi berdasarkan dengan pesanan saja dan disesuaikan
dengan selera masing-masing konsumennya sehingga jumlahnya pun
fluktuatif.
Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya.
Pada metode ini, produk yang diolah dibebani biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dikonsumsi
oleh produk yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut akan dihitung
dalam penetapan harga pokok produksi roti Edie’s Bakery yang
meliputi:
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi roti tidak
memisahkan antara bahan baku dan bahan penolong. Hal ini
disebabkan roti yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya
standar
sehingga
setiap
satuan
produk
yang
sama
akan
mengkonsumsi bahan yang relatif sama pula. Semua harga pokok
bahan yang diproses atau diolah menjadi produk selesai merupakan
biaya bahan.
40
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi roti diperoleh
dari para pemasok yang terdapat di pasar. Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan baku merupakan biaya yang digunakan untuk
pengadaan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi roti.
Biaya pembelian atau biaya transport mencakup seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan pembelian bahan baku pembuatan roti
tersebut. Selama Bulan April 2010 Edie’s Bakery telah melakukan
pembelian bahan sebanyak 6 kali. Total biaya pembelian bahan
selama satu bulan adalah sebesar Rp 300.000.
Perhitungan biaya bahan baku merupakan hasil perkalian dari
seluruh bahan baku yang digunakan dengan harga bahan baku dalam
waktu satu bulan. Pemakaian bahan baku selama satu bulan dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
41
Tabel 3. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada UKM Edie’s
Bakery pada Bulan April 2010
Bahan Baku
Biaya (Rp)
Bahan Dasar:
Tepung terigu
975.000
Gula pasir
204.750
Pengembang
85.800
Pelembut
50.700
Mentega
273.000
Telur
422.500
Garam
5.200
Kertas roti
110.000
Kacang Wijen
140.000
Dus dan Plastik Pengemasan
Biaya Pembelian Bahan
Total Biaya
Biaya Bahan Baku per Roti
1.602.000
300.000
4.168.950
267,240
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
Tabel 3 di atas menunjukkan harga bahan baku hanya untuk
roti yang belum memakai topping. Perhitungan harga roti yang telah
menggunakan topping disesuaikan berdasarkan isi topping dari roti
tersebut. Harga pokok masing-masing roti dikelompokkan menjadi 5
jenis yaitu, roti dengan topping coklat, roti dengan topping keju, roti
dengan topping sosis, roti dengan topping abon, dan roti dengan
topping cocktail. Jumlah produksi masing-masing roti dengan
topping tersebut dalam sebulan adalah 3.120 buah. Harga pokok roti
untuk masing-masing topping tersebut terlihat pada Tabel 4 berikut
ini.
42
Tabel 4. Penggunaan Biaya Topping Roti pada UKM Edie’s
Bakery pada Bulan April 2010
3,120
Biaya Bahan
Topping per
Roti (Rp)
346.154
Biaya Bahan
Baku Roti per
Topping (Rp)
613.394
2,160,000
3,120
692.308
959.548
Sosis
234,000
3,120
75.000
342.240
Abon
300,000
3,120
96.154
363.394
Cocktail
387,500
3,120
124.199
391.439
Jenis
Topping
Biaya
(Rp)
Jumlah
Unit
Coklat
1,080,000
Keju
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
2. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung) pada metode
harga pokok proses meliputi semua biaya produksi di departemen
produksi (selain biaya bahan baku) ditambah semua biaya pada
departemen pembantu yang ada di perusahaan. Semua sumber daya
tidak langsung yang digunakan akan menghasilkan suatu biaya
overhead pabrik. Setiap biaya overhead yang terjadi harus
didasarkan oleh perhitungan pemicu biaya yang tepat. Pemicu biaya
diperlukan untuk menentukan biaya overhead pabrik secara akurat.
Pemicu biaya disesuaikan dengan masing-masing komponen biaya
yang terjadi selama proses produksi roti. Biaya tidak langsung yang
terjadi meliputi biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan
gas, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya penyusutan mesin.
a) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja pada proses produksi roti tidak dibedakan
untuk setiap jenis roti sehingga biaya tenaga kerja pada Edie’s
Bakery sifatnya tidak langsung. Roti diolah melalui satu tahapan
pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja di Edie’s Bakery
digolongkan sebagai elemen biaya tenaga kerja tidak langsung.
Berdasarkan identifikasi biaya yang dilakukan menunjukkan
43
bahwa Edie’s Bakery ternyata juga menanggung uang makan
dari para pekerjanya sebesar Rp 195.000 untuk satu bulan.
Namun, hal ini tidak perusahaan perhitungkan pada penentuan
harga pokok produksi berdasarkan metode perusahaan. Tetapi,
seharusnya upah makan ini termasuk ke dalam biaya tenaga kerja
karena biaya tersebut memang dikeluarkan oleh perusahaan
sehingga harus diperhitungkan juga.
Perhitungan biaya tenaga kerja diperoleh dengan menetapkan
gaji atau upah yang telah disepakati bersama yaitu sebesar Rp
300.000 per bulan. Gaji tersebut bersifat tetap sehingga berapa
pun jumlah roti yang diproduksi tidak mempengaruhi besar
kecilnya gaji yang didapat para pekerja. Untuk mendapatkan
biaya tenaga kerja per roti maka gaji setiap tenaga kerja dibagi
dengan jumlah produksi roti. Perhitungan biaya tenaga kerja
tersedia pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Biaya Tenaga Kerja pada UKM Edie’s Bakery pada Bulan
April 2010
Komponen Biaya
Biaya Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Biaya Tenaga Kerja (5
300.000
1.500.000
195.000
975.000
orang)
Upah Makan Karyawan (5
orang)
Total Biaya
Jumlah Produksi Roti
Biaya Tenaga Kerja per
2.475.000
15.600
158,654
Roti
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
Tabel 5 di atas menjelaskan bahwa biaya tenaga kerja sama
dan tersebar secara rata pada setiap roti yang diproduksi. Hal ini
44
disebabkan oleh jumlah produksi yang telah secara rutin
diproduksi oleh Edie’s Bakery setiap bulannya.
b) Biaya Penggunaan Listrik dan Gas LPG
Listrik
yang
digunakan
oleh
Edie’s
Bakery
dalam
memproduksi roti adalah listrik yang berasal dari PLN. Listrik
tersebut digunakan untuk pemakaian mesin pengadukan.
Sedangkan untuk mesin pemanggang menggunakan gas LPG
selama proses pemanggangan roti berlangsung.
Biaya listrik ini terjadi sesuai dengan pemicu biaya yaitu
jumlah Kilowatt Hour (Kwh). Biaya listrik yang terjadi pada
Edie’s Bakery terdiri dari dua golongan, yaitu biaya listrik untuk
rumah tangga dan konsumsi listrik yang digunakan untuk usaha.
Total seluruh biaya untuk penggunaan listrik adalah sebesar Rp
202.652 untuk Bulan April. Adapun biaya listrik ini berubahubah setiap bulannya, namun fluktuasi biaya listrik tersebut tidak
signifikan besarnya. Jumlah biaya listrik rumah tangga
diasumsikan mempunyai persentase sebesar 65% dari total biaya
listrik. Hal tersebut dikarenakan jumlah peralatan listrik rumah
tangga yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan
peralatan usaha. Peralatan rumah tangga yang digunakan antara
lain televisi, lemari es, pemanas makanan, mesin cuci dan
peralatan rumah tangga lainnya. Sedangkan konsumsi listrik
yang digunakan untuk usaha roti mempunyai persentase sebesar
35% dari total seluruh biaya pada bulan April. Biaya listrik yang
dikeluarkan untuk kegiatan usaha adalah sebesar Rp 71.978,2.
Listrik yang dikonsumsi setiap jenis roti adalah sama sehingga
tarif per Kwh ditentukan dengan cara membagi total biaya listrik
dengan unit yang dihasilkan.
Tarif listrik per Kwh = Total Biaya Listrik …………………5)
Unit yang dihasilkan
45
Total seluruh biaya penggunaan LPG adalah sebesar Rp
322.000. Biaya gas LPG per roti juga dihitung dengan cara
membagi total biaya gas LPG dengan jumlah unit yang
dihasilkan.
Tarif
gas
LPG
per
roti
=
Total
Biaya
gas
LPG
………………6)
Unit yang dihasilkan
Cara ini digunakan karena konsumsi gas LPG tidak membedakan
antara jenis topping satu dengan topping roti lainnya dengan
lama waktu pemanggangan yang sama untuk setiap jenis rotinya.
Hal ini menyebabkan konsumsi gas LPG setiap jenis roti adalah
sama. Rincian biaya listrik dan gas LPG selama Bulan April
tersedia pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Biaya Penggunaan Listrik dan Gas selama Bulan April
2010
Jenis
Listrik (Kwh)
Perhitungan
Biaya (Rp)
Rp 71.978,2
4,614
15600
Gas LPG (Jumlah Roti)
322.000
20,641
15600
Total Biaya Listrik dan
25,255
Gas LPG per Roti
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
c) Biaya Pemeliharaan Mesin
Biaya pemeliharaan mesin ini digunakan untuk melakukan
perawatan dan perbaikan pada komponen mesin. Proses
penggunaan mesin untuk semua jenis topping adalah sama.
Biaya pemeliharaan mesin yang dikeluarkan seperti biaya
penggantian alas pemanggang roti dan pengaduk adonan. Total
46
biaya pemeliharaan mesin adalah sebesar Rp. 125.000 per bulan
dengan rincian pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Biaya Pemeliharaan Mesin selama Bulan April 2010
Jenis
Biaya (Rp)
Mesin:
Mesin Pengaduk
75.000
Mesin Pemanggang
50.000
Total Biaya
125.000
Jumlah Roti
15600
Biaya per Roti
8,013
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
d) Biaya Penyusutan Mesin
Penggunaan mesin dan peralatan produksi dikenakan biaya
penyusutan. Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses
produksi meliputi mesin pemanggang dan pengaduk untuk
membuat adonan dan memanggang roti tersebut. Proses
pengadukan dilakukan selama 2 jam sedangkan proses
pemanggangan dilakukan selama 45 menit. Perkiraan jam mesin
dan peralatan yang digunakan merupakan ketetapan yang selama
ini dilakukan oleh perusahaan. Untuk menghitung tarif
penyusutan menggunakan metode unit produksi adalah sebagai
berikut:
Tarif Penyusutan =
Harga Perolehan – Nilai Sisa
……...7)
Taksiran Jam Mesin yang digunakan
Biaya penyusutan yang dibebankan kepada mesin dan
peralatan yang digunakan dihasilkan dari hasil perkalian antara
tarif penyusutan dengan jumlah jam pemakaian aktual. Pemicu
biaya yang digunakan pada pemakaian mesin ini adalah jumlah
jam mesin yang digunakan untuk memproduksi roti tersebut.
47
Pemakaian jam kerja mesin disesuaikan dengan kebutuhan dalam
penggunaannya selama proses produksi. Total jam kerja yang
digunakan untuk mesin pengaduk adalah selama 7800 jam dan
mesin pemanggang mempunyai jam kerja selama 2925 jam.
Perolehan total biaya penyusutan mesin diperoleh dari tarif
penyusutan per jamnya dikalikan dengan jam kerja yang dipakai
selama sebulan kemudian dikalikan dengan jumlah mesin yang
ada. Total biaya penyusutan mesin pada Edie’s Bakery adalah
sebesar Rp 375.000 dengan rincian pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Biaya Penyusutan Mesin selama Bulan April 2010
Jenis Mesin
Penyusutan per jam
Penyusutan per mesin
Mesin
8.000.000 – 2.000.000
1 kali pengadukan = 240 roti
7800 jam
Σ pengadukan = 15.600 : 240
Pengadukan
(3 unit)
= Rp 769,231
Biaya
Penyusutan per
Bulan (Rp)
300.000
= 65 pengadukan
Rp 769,231 x 2 jam x 65
pengadukan
= Rp 100.000
Mesin
Pemanggang
(2 unit)
3.000.000 – 750.000
Rp 769,231 x 0,75 jam x 65
2925
pengadukan
= Rp 769,231
= Rp 37.500
Total Biaya
Penyusutan
Biaya
Penyusutan
pe Roti
Sumber: Edie’s Bakery (diolah)
75.000
375.000
24,038
Pengalokasian biaya overhead pabrik tersebut kemudian di
tambahkan dengan komponen dari masing-masing biaya overhead
pabrik yang ada. Total biaya keseluruhan dari biaya overhead pabrik
48
ini adalah sebesar Rp 3.368.978,2. Sedangkan, biaya overhead
pabrik per unit roti adalah Rp 215,960.
3. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Semua
biaya
yang
sudah
diidentifikasi
berdasarkan
penggunaan aktual tersebut memperlihatkan konsumsi biaya yang
terjadi di UKM Edie’s Bakery. Pada perhitungan harga pokok
produksi dengan metode FIFO, semua biaya tersebut akan
dikelompokkan menjadi 2 biaya yaitu biaya bahan baku (direct
material) dan biaya konversi (conversion cost). Biaya bahan baku
terdiri dari biaya roti dasar dengan biaya masing-masing topping
roti. Biaya konversi ini merupakan biaya overhead pabrik yang
terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan gas,
biaya pemeliharaan mesin dan biaya penyusutan mesin.
Perhitungan dengan menggunakan metode process costing
pada Edie’s Bakery ini tidak mempunyai WIP awal dan WIP akhir.
Hal tersebut disebabkan oleh sifat produk roti yang tidak tahan lama
sehingga proses produksinya dilakukan setiap hari. Selain itu, ciri
khas yang membedakan roti produksi Edie’s Bakery dengan roti
produksi perusahaan lain adalah Edie’s Bakery tidak menggunakan
bahan pengawet sama sekali sehingga selalu fresh diproduksi setiap
harinya.
Perhitungan harga pokok produksi roti setiap topping tentunya
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan komponen biaya dari masingmasing topping roti pun berbeda satu sama lain. Perhitungan harga
pokok produksi roti topping coklat, roti topping keju, roti topping
abon, roti topping sosis, dan roti topping cocktail dengan metode
FIFO dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
49
Tabel 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Setiap Jenis Topping per unit
(Rp/unit) dengan Metode FIFO
Komponen Biaya
Bahan Baku:
Roti Dasar
Topping Roti
Overhead Pabrik:
Tenaga Kerja Tidak
Langsung
Listrik dan Gas LPG
Pemeliharaan Mesin
Penyusutan Mesin
Total Biaya
Coklat
Keju
267.240
346.154
267.240
692.308
158.654
25.255
8.013
24.038
805.316
158.654
25.255
8.013
24.038
1,151.470
Jenis Roti
Sosis
Abon
Cocktail
267.240
75.000
267.240
96.154
267.240
124.199
158.654
25.255
8.013
24.038
534.162
158.654
25.255
8.013
24.038
555.316
158.654
25.255
8.013
24.038
583.361
4.5. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Metode Perusahaan
dengan Metode Process Costing
Perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi antara metode yang
digunakan oleh perusahaan dengan perhitungan yang menggunakan metode
process costing dengan aliran biaya first in first out (FIFO) memperlihatkan
adanya selisih dari kedua metode tersebut. Selisih tersebut terjadi akibat dari
perbedaan dalam penetapan biaya yang akan dihitung. Selisih dari perhitungan
harga pokok produksi roti pun terjadi pada masing-masing jenis topping.
Perbandingan hasil perhitungan kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel
10 berikut ini.
50
Tabel 10. Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Perusahaan dan
Metode Process Costing
Jenis
Topping Roti
Cocktail
Abon
Sosis
Coklat
Keju
Harga Pokok Produksi per Unit
Metode Perusahaan
(Rp)
641.183
641.183
641.183
641.183
641.183
Metode Process
costing (Rp)
583.361
555.316
534.162
805.316
1,151.47
Selisih
Nilai
Persentase
(Rp)
(%)
-57.822
-9.912%
-85.867
-15.463%
-107.021 -20.035%
164.133
20.381%
510.287
44.316%
Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi
roti Edie’s Bakery memiliki selisih harga yang bervariasi sesuai dengan jenis
topping roti tersebut. Roti dengan topping cocktail memiliki selisih harga
sebesar Rp 57,822 antara metode perusahaan dengan metode process costing
dengan persentase sebesar 9,912%. Selisih harga tersebut merupakan selisih
terkecil jika dibandingkan dengan jenis topping yang lain yang mempunyai
selisih harga antara lain sebesar Rp 85,867 untuk roti topping abon, Rp 107,021
untuk roti topping sosis, Rp 164,133 untuk roti topping coklat, dan Rp 510,287
untuk roti topping keju. Selisih harga pokok produksi antara metode perusahaan
dengan metode process costing tersebut memiliki persentase sebesar 15,463%
untuk roti topping abon, 20,035% untuk roti topping sosis, untuk roti topping
coklat sebesar 20,381%. Roti dengan topping keju memiliki selisih harga
terbesar dibandingkan dengan jenis topping lainnya yang persetasenya adalah
sebesar 44,316%.
Selisih harga dari setiap jenis topping roti tersebut membuktikan bahwa
perhitungan yang selama ini digunakan oleh perusahaan tidak dapat
mencerminkan konsumsi biaya yang secara aktual digunakan oleh Edie’s
Bakery tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi roti dengan
topping yang berbeda tentunya mengakibatkan bahan serta biaya yang
dikonsumsi tidak sama antara masing-masing jenis topping. Perhitungan harga
51
pokok produksi dengan metode process costing secara aktual ada yang
menghasilkan harga pokok produksi roti per unit yang lebih besar.
Perhitungan harga pokok produksi yang lebih besar ini mencerminkan
bahwa sumber daya yang dikonsumsi dalam proses produksi secara aktual
dicatat dan dihitung serta dibebankan pada setiap proses produksi roti. Metode
process costing merupakan metode yang tepat untuk menghitung harga pokok
produksi untuk produk yang dihasilkan secara massal sehingga seluruh sumber
daya, aktivitas dan biaya dikonsumsi secara rata oleh masing-masing roti yang
dihasilkan tersebut. Identifikasi biaya yang dilakukan juga berdasarkan semua
biaya yang secara aktual merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Pihak Edie’s Bakery pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi roti tersebut.
Metode perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan
oleh perusahaan ada yang menghasilkan harga yang lebih rendah dan ada yang
menghasilkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode process
costing. Harga pokok produksi roti yang lebih rendah antara metode perusahaan
dengan metode process costing adalah roti dengan topping coklat dan keju.
Sedangkan, harga pokok produksi roti yang lebih tinggi antara metode
perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan topping abon,
sosis, dan cocktail. Harga pokok produksi dengan metode process costing
secara rata-rata menghasilkan harga pokok produksi yang lebih besar
dibandingkan dengan metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 423,71.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan tidak tepat
karena harga pokok produksi dari setiap jenis topping berbeda, maka harga jual
yang diberlakukan pun harus berbeda. Hal tersebut disebabkan Edie’s Bakery
menetapkan harga pokok produksinya secara tidak rinci dan tidak dapat
melakukan identifikasi biaya berdasarkan biaya yang benar-benar dikonsumsi
selama proses produksi roti tersebut. Selain itu, perhitungan biaya overhead
yang terjadi tidak disesuaikan dengan aktivitas yang benar-benar terjadi tetapi
ditetapkan hanya berdasarkan estimasi dari pihak Edie’s Bakery. Kesalahan
52
identifikasi biaya tersebut yang menyebabkan kekeliruan informasi bagi Edie’s
Bakery sehingga biaya untuk produk per unit pun menjadi tidak akurat.
4.6. Penetapan Harga Jual Roti Edie’s Bakery
4.6.1. Penetapan Harga Jual Roti Berdasarkan Metode Perusahaan
Edie’s Bakery merupakan perusahaan yang memproduksi roti dari
bahan mentah menjadi produk jadi. Roti yang diproduksi oleh Edie’s
Bakery terdiri dari berbagai macam isi dan topping yang beraneka
ragam. Edie’s Bakery pun menetapkan harga jual yang sama dari
masing-masing jenis topping roti tersebut meskipun harga pokok
produksi dari masing-masing jenis topping berbeda-beda.
Penetapan harga jual yang sama untuk seluruh produksi roti tersebut
disebabkan oleh ketidaktahuan pihak Edie’s Bakery untuk dapat
menentukan harga jual yang tepat dari masing-masing jenis topping
tersebut. Oleh karena itu, semua jenis topping roti yang diproduksi
mempunyai harga jual yang sama dengan asumsi kelebihan keuntungan
harga jual dari topping yang mempunyai harga pokok produksi yang
rendah akan menutupi kekurangan harga jual dari harga pokok produksi
roti yang tinggi. Harga jual yang ditetapkan oleh Edie’s Bakery adalah
sebesar Rp 1.200 untuk semua jenis topping roti.
Pihak Edie’s Bakery tidak akan menaikkan harga jualnya jika bahan
baku serta biaya listrik tidak mengalami kenaikan lebih dari 50%. Hal
ini disebabkan oleh kekhawatiran pihak Edie’s Bakery jika mereka
menaikkan harga jual roti tersebut, maka konsumen akan berpaling pada
produk roti lainnya. Selain itu, pihak Edie’s Bakery khawatir terjadinya
penurunan minat beli dari konsumen terhadap roti produk Edie’s Bakery
yang dapat mengakibatkan penurunan omzet penjualan sehingga pihak
Edie’s Bakery sangat sensitif jika ingin menaikkan harga jual rotinya.
Edie’s Bakery menentukan harga jual rotinya hanya dengan
memperhitungkan persentase mark up yang diinginkan perusahaan dari
53
harga pokok produksi roti berdasarkan metode perusahaan saja tanpa
memperhitungkan biaya operasional yang terjadi. Oleh karena itu, harga
jual yang ditetapkan hanya didasarkan pada harga pokok produksi
dengan memperhitungkan biaya bahan baku, tenaga kerja, listrik, gas,
serta biaya overhead yang hanya diperhitungkan dalam biaya lain-lain
saja.
Persentase mark up yang ditetapkan oleh perusahaan adalah sebesar
85% dari harga pokok produksi roti berdasarkan metode perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan mark up akan berdampak pada kesalahan
dalam penetapan harga jual sehingga keuntungan aktual mereka tidak
sebesar yang mereka perkirakan. Hal ini disebabkan oleh pihak Edie’s
Bakery tidak memperhitungkan biaya-biaya yang terjadi secara teliti dan
akurat, baik dalam perhitungan harga pokok produksi maupun dalam
penetapan komponen mark up. Perhitungan harga jual roti Edie’s Bakery
berdasarkan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Perhitungan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Metode Perusahaan
Produk
HPP/unit
(Rp)
Persentase
mark up
Cocktail
641.183
85%
Abon
641.183
85%
Sosis
641.183
85%
Coklat
641.183
85%
Keju
641.183
85%
Total
Harga
Jual/unit
(Rp)
1,186.19 ≈
1,200.00
1,186.19 ≈
1,200.00
1,186.19 ≈
1,200.00
1,186.19 ≈
1,200.00
1,186.19 ≈
1,200.00
Jumlah
Unit
Gross
Marjin/unit
Gross Margin/
Bulan
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
3,120
Rp558.817
Rp1,743,509.04
15,600
Rp2,794.085
Rp8,717,545.20
54
4.6.2. Penetapan Harga Jual Roti Berdasarkan Metode Cost Plus
Penentuan harga jual merupakan salah satu kebijakan yang penting
dalam perusahaan karena dengan penetapan harga jual yang tepat akan
berpengaruh pada volume penjualan dan laba yang didapat oleh
perusahaan
tersebut.
Dalam
menetapkan
harga
jual
harus
mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan harga jual tersebut. Salah satu faktor yang
memiliki pengaruh paling kuat dalam penentuan harga jual adalah faktor
biaya karena biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga
harus ditentukan.
Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode cost plus pricing
harus menentukan mark up yang dijadikan dasar dalam penentuan harga
jual. Ada tiga komponen yang diperhitungkan dalam menentukan harga
jual berdasarkan metode cost plus pricing, yaitu harga pokok produksi,
biaya operasional, dan komponen mark up bersih. Harga pokok produksi
yang harus dihitung mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik. Biaya operasional adalah biaya yang
dikeluarkan
oleh
perusahaan
dalam
melakukan
kegiatan
yang
berhubungan dengan distribusi, pemasaran, dan biaya administrasi
umum. Mark up diperhitungkan dari tingkat pengembalian atas investasi
target dan biaya non produksi yang terjadi atau dapat juga ditentukan
berdasarkan tingkat keuntungan yang diinginkan perusahaan.
Mark up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya
sehingga keuntungan dapat diperoleh dari sebagian mark up tersebut.
Dalam penetapan harga berdasarkan mark up, Edie’s Bakery harus
menentukan harga yang akan menghasilkan keuntungan yang maksimal
bagi perusahaan. Edie’s Bakery menginginkan jumlah keuntungannya
sebesar 50% dari harga pokok produksi dan biaya operasionalnya. Oleh
karena itu, biaya operasional dari Edie’s Bakey harus diperhitungkan
55
juga dalam penentuan harga jual. Penggunaan biaya operasional roti
Edie’s Bakery selama Bulan April tersedia pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Penggunaan Biaya Operasional Roti Edie’s Bakery selama Bulan April
2010
Biaya Operasional
Produk
Biaya
Distribusi
Biaya
Pemasaran
Cocktail
Abon
Sosis
Coklat
Keju
390,000
390,000
390,000
390,000
390,000
200,000
200,000
200,000
200,000
200,000
Biaya
Administrasi
Umum
35,000
35,000
35,000
35,000
35,000
Total Biaya
Operasional
Biaya
Operasional/
Unit
625,000
625,000
625,000
625,000
625,000
40.064
40.064
40.064
40.064
40.064
Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya operasional per unit roti
adalah sebesar Rp 40,064. Seluruh komponen biaya tersebut, baik pada
harga pokok produksi maupun biaya operasional yang ada dapat
dijadikan sebagai dasar penentuan harga jual. Penentuan harga jual roti
Edie’s Bakery berdasarkan mark up sebesar 50%. Mark up tersebut
ditetapkan memalui proses wawancara langsung yang berdasarkan pada
perhitungan harga jual yang sudah melibatkan biaya operasional.
Penentuan harga jual roti Edie’s Bakery berdasarkan mark up sebesar
50% tersedia pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Penentuan Harga Jual Roti Edie’s Bakery Berdasarkan Mark up
sebesar 50%
Produk
HPP/Unit
(Rp)
Cocktail
Abon
Sosis
Coklat
Keju
583.361
555.316
534.162
805.316
1,151.47
Biaya
Operasional/unit
(Rp)
40.064
40.064
40.064
40.064
40.064
Biaya
Total/Unit
(Rp)
623.425
595.380
574.226
845.380
1,191.534
Persentase
Mark up
Harga Jual/Unit
(Rp)
50%
50%
50%
50%
50%
935.138 ≈ 950.00
893.070 ≈ 900.00
861.339 ≈ 900.00
1268.070 ≈ 1,300.00
1787.301≈ 1,800.00
56
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa adanya perbedaan harga jual
dari setiap jenis topping yang ada. Roti dengan topping cocktail
seharusnya mempunyai harga jual sebesar Rp 950. Sedangkan roti
dengan topping abon, sosis, dan coklat seharusnya mempunyai harga
jual masing-masing sebesar Rp 900, Rp 900, dan Rp 1300. Roti dengan
topping keju seharusnya pun mempunyai harga jual sebesar Rp 1.800.
Harga
jual
masing-masing
topping
tersebut
tentunya
memperlihatkan adanya selisih antara harga jual yang telah dilakukan
perusahaan dengan harga jual yang seharusnya diberlakukan oleh
perusahaan. Berdasarkan harga jual yang seharusnya diberlakukan
tersebut dapat diketahui jumlah keuntungan yang diperoleh oleh Edie’s
Bakery. Laba yang diperoleh Edie’s Bakery tersedia pada Tabel 14
berikut ini.
Tabel 14. Laba yang diperoleh Edie’s Bakery Berdasarkan Harga Jual dengan
Metode Cost Plus
Produk
Cocktail
Abon
Sosis
Coklat
Keju
Total
HPP/Unit
(Rp)
583,361
555,316
534,162
805,316
1.151,47
Persentase
Mark up
Harga
Jual/Unit
(Rp)
50%
50%
50%
50%
50%
875,042
832,974
801,243
1.207,974
1.727,205
Gross
Jumlah
Margin/ Unit
Roti
(Rp)
291,681
277,658
267,081
402,658
575,735
3.120
3.120
3.120
3.120
3.120
156.00
Gross
Margin/
Bulan
(Rp)
910.043,16
866.292,96
833.292,72
1.256.292,96
1.796.293,2
5.662.215
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa laba kotor yang sebenarnya
diperoleh Edie’s Bakery lebih kecil dibandingkan dengan laba kotor
yang selama ini diperkirakaan oleh Edie’s Bakery. Laba kotor yang
diperhitungkan berdasarkan metode cost plus ini sudah memisahkan
perhitungan biaya operasional untuk membandingkannya dengan laba
kotor yang diperhitungkan dengan metode perusahaan.
Hal ini
menyebabkan Edie’s Bakery seolah-olah memperoleh laba kotor yang
57
tinggi padahal sebenarnya laba kotor yang mereka dapatkan jauh lebih
kecil dari yang dibayangkan oleh Edie’s Bakery.
4.6.3. Analisis Perbandingan Harga Pokok Jual Roti Edie’s Bakery antara
Metode Perusahaan dengan Metode Cost Plus
Perbedaan hasil perhitungan harga jual roti antara metode yang
digunakan oleh perusahaan dengan perhitungan yang menggunakan
metode cost plus memperlihatkan adanya selisih dari kedua metode
tersebut. Selisih tersebut terjadi akibat dari perbedaan dalam penetapan
biaya yang dihitung. Harga jual yang digunakan dengan metode
perusahaan hanya memperhitungkan komponen mark up dari biaya
pokok produksi saja tanpa memperhitungkan biaya operasional yang
terpakai Edie’s Bakery harus memperhitungkan komponen biaya
operasional dari seluruh kegiatan usahanya. Perbandingan hasil
perhitungan kedua metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 15 berikut
ini.
Tabel 15. Perbandingan Harga Jual Roti Edie’s Bakery antara Metode
Perusahaan dengan Metode Cost Plus
Produk
Cocktail
Abon
Sosis
Coklat
Keju
Harga Jual/Unit (Rp)
Metode perusahaan Metode Cost Plus
1200
950.00
1200
900.00
1200
900.00
1200
1,300.00
1200
1,800.00
Selisih
Nilai (Rp) Persentase
-250.00
-26.316%
-300.00
-33.333%
-300.00
-33.333%
100.00
7.692%
600.00
33.333%
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa perhitungan harga jual roti
Edie’s Bakery memiliki selisih harga yang bervariasi sesuai dengan jenis
topping roti tersebut. Roti dengan topping coklat memiliki selisih harga
sebesar Rp 100 antara metode perusahaan dengan metode cost plus yang
persentasenya 7,692%. Selisih harga tersebut merupakan selisih terkecil
jika dibandingkan dengan jenis topping yang lain yang mempunyai
selisih harga antara lain sebesar Rp 250 untuk roti dengan topping
58
cocktail, Rp 300 untuk roti dengan topping abon, Rp 300 untuk roti
dengan topping sosis, dan Rp 600 untuk roti dengan topping keju.
Selisih harga jual antara metode perusahaan dengan metode cost plus
tersebut memiliki persentase sebesar 26,316% untuk roti dengan topping
cocktail, 33,333% untuk roti dengan topping abon, 33,333% untuk roti
dengan topping sosis, dan 33,333% untuk roti dengan topping keju.
Penggunaan harga jual yang sama untuk setiap jenis roti dilakukan
Edie’s Bakery untuk menarik banyak konsumen. Edie’s Bakery berharap
dengan harga yang sama konsumen dapat leluasa memilih jenis roti
yang mereka sukai tanpa terhalang oleh harga. Oleh karena itu,
pemberian harga yang sama juga diharapkan dapat meningkatkan
jumlah penjualan roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery.
Penentuan harga jual berdasarkan metode cost plus menunjukkan
bahwa harga jual yang diberlakukan oleh Edie’s Bakery seharusnya
tidak sama antara semua jenis topping roti yang ada. Hal ini dikarenakan
masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda
sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis
topping roti. Harga jual yang tinggi diberlakukan bagi roti yang
mempunyai harga topping yang lebih mahal dibandingkan dengan jenis
topping lainnya.
Pemberian harga yang sama untuk setiap jenis roti akan
mengakibatkan kerugian bagi harga pokok produksi roti dengan topping
yang mempunyai biaya lebih mahal dibandingkan dengan jenis topping
lainnya. Hal ini akan mengakibatkan harga jual roti tersebut akan lebih
rendah dibandingkan dengan biaya pokok produksinya. Sebaliknya, jika
harga topping yang mempunyai biaya lebih rendah dibandingkan dengan
jenis topping lainnya, maka harga jual dari roti tersebut akan terlalu
tinggi dibandingkan dengan biaya pokok produksinya.
59
4.7. Implikasi Manajerial
Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap metode
yang selama ini diterapkan perusahaan dalam menetapkan harga pokok
produksi roti. Biaya overhead pabrik sebaiknya dicatat dengan rinci sehingga
dapat dialokasikan secara akurat ke produk roti yang diproduksi Edie’s Bakery.
Seluruh biaya yang terkait pada proses produksi dihitung sacara rinci agar dapat
menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang akurat.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dapat
menjadi alternatif penetapan harga pokok produksi roti bagi Edie’s Bakery
untuk memperoleh perhitungan biaya yang lebih akurat. Pihak Edie’s Bakery
pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam proses produksi roti. Edie’s Bakery sebaiknya mempunyai
catatan khusus mengenai seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery
sehingga mempermudah dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi
dan keuntungan yang telah diperoleh oleh Edie’s Bakery.
Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap penetapan
harga jual dari roti yang diproduksinya. Harga jual sebaiknya disesuaikan
dengan konsumsi biaya yang terjadi pada roti tersebut. Hal ini dikarenakan
masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga
keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti.
Penetapan harga jual yang tepat dapat memberikan laba aktual yang tepat juga
sesuai dengan yang diperkirakan oleh Edie’s Bakery. Solusi untuk menghindari
kerugian akibat harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok
produksinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan baku topping roti
tersebut. Edie’s Bakery pun dapat mencari bahan baku topping yang serupa
untuk mensubstitusi bahan baku topping yang lebih mahal dengan bahan lain
yang lebih murah sehingga mengurangi biaya produksi roti tersebut.
Pengurangan biaya produksi roti dapat menghasilkan harga pokok produksi roti
menjadi lebih murah sehingga harga jual roti dapat disesuaikan dengan harga
roti pesaing di pasar.
60
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat dikemukan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a.
Klasifikasi biaya yang terkait dalam proses produksi roti UKM Edie’s
Bakery terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya
langsung yang terkait dalam produksi roti ini meliputi biaya bahan baku
yang digunakan untuk memproduksi roti tersebut baik bahan baku untuk
bahan dasar roti maupun bahan topping yang digunakan pada roti tersebut.
Sedangkan biaya tidak langsung yang terkait dalam produksi roti meliputi
biaya listrik dan gas LPG, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan dan
penyusutan mesin. Biaya tidak langsung tersebut tidak dihitung secara
rinci oleh perusahaan dan hanya dikelompokkan ke dalam biaya lain-lain.
b.
Perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan masih
menggunakan metode yang sangat sederhana. Biaya-biaya yang termasuk
overhead pabrik tidak diperhitungkan secara rinci. Biaya overhead yang
terjadi pun hanya diperhitungkan berdasarkan estimasi biaya yang
dianggarkan. Biaya-biaya yang menjadi biaya overhead pun menyatu
dengan biaya konsumsi rumah tangga. Hal tersebut menyebabkan semua
biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery tidak sesuai dengan
penggunaan
biaya
yang
terjadi
secara
aktual
sehingga
terjadi
ketidaktepatan dalam menetapkan harga pokok produksi roti. Harga pokok
produksi roti berdasarkan metode perusahaan adalah sebesar Rp 641,183
untuk semua jenis topping roti yaitu roti topping coklat, keju, abon, sosis,
dan cocktail.
c.
Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing
dilakukan
dengan
menghitung
semua
elemen
biaya
dibebankan
berdasarkan biaya sesungguhnya. Pada metode ini, produk yang diolah
61
dibebani biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dikonsumsi oleh produk yang bersangkutan. Harga
pokok produksi roti pun dibedakan berdasarkan jenis topping dari roti
yang diproduksi. Hal ini dikarenakan konsumsi biaya setiap jenis topping
tentunya berbeda-beda sehingga harga pokok produksinya pun berbeda
satu sama lain. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode process
costing diperoleh harga pokok produksi untuk roti dengan topping coklat
adalah sebesar Rp 805,316, roti dengan topping keju adalah sebesar
1.1151,470, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 534,162, roti
dengan topping abon sebesar Rp 555,316, dan roti dengan toping cocktail
sebesar Rp 583,361.
d.
Metode perhitungan harga pokok produksi yang selama ini digunakan
oleh perusahaan ada yang menghasilkan harga yang lebih rendah dan ada
yang menghasilkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
process costing. Harga pokok produksi roti yang lebih rendah antara
metode perusahaan dengan metode process costing adalah roti dengan
topping coklat dan keju. Sedangkan, harga pokok produksi roti yang lebih
tinggi antara metode perusahaan dengan metode process costing adalah
roti dengan topping abon, sosis, dan cocktail. Harga pokok produksi
dengan metode process costing secara rata-rata menghasilkan harga pokok
produksi yang lebih besar dibandingankan dengan metode perusahaan,
yaitu sebesar Rp 25,925.
e.
Harga jual yang ditetapkan oleh Edie’s Bakery adalah sama dari masingmasing jenis topping roti tersebut meskipun harga pokok produksi dari
masing-masing jenis topping berbeda-beda. Harga jual yang ditetapkan
oleh Edie’s Bakery adalah sebesar Rp 1.200 untuk semua jenis topping
roti.
f.
Harga jual yang ditetapkan berdasarkan metode cost plus pricing harus
menentukan mark up yang dijadikan dasar dalam penentuan harga jual.
Ada tiga komponen yang diperhitungkan dalam menentukan harga jual
62
berdasarkan metode cost plus pricing, yaitu harga pokok produksi, biaya
operasional, dan komponen mark up bersih. Berdasarkan perhitungan
harga pokok produksi dengan metode process costing Edie’s Bakery
menginginkan jumlah keuntungannya sebesar 50% dari harga pokok
produksi dan biaya operasionalnya. Harga jual untuk roti dengan topping
coklat adalah sebesar Rp 1.300, roti dengan topping keju adalah sebesar
Rp 1.800, roti dengan topping sosis adalah sebesar Rp 900, roti dengan
topping abon sebesar Rp 900, dan roti dengan toping cocktail sebesar Rp
950.
g. Penentuan harga jual berdasarkan metode cost plus menunjukkan bahwa
harga jual yang diberlakukan oleh Edie’s Bakery seharusnya tidak sama
antara semua jenis topping roti yang ada. Hal ini dikarenakan masingmasing roti mempunyai konsumsi biaya yang berbeda-beda sehingga
keuntungan yang diperoleh dapat diketahui berdasarkan jenis topping roti.
Harga jual yang tinggi diberlakukan bagi roti yang mempunyai harga
topping yang lebih mahal dibandingkan dengan jenis topping lainnya.
2.
Saran
a. Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap metode
yang selama ini diterapkan perusahaan dalam menetapkan harga pokok
produksi roti. Biaya overhead pabrik sebaiknya dicatat dengan rinci
sehingga dapat dialokasikan secara akurat ke produk roti yang diproduksi
Edie’s Bakery. Seluruh biaya yang terkait pada proses produksi dihitung
sacara rinci agar dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi
yang akurat.
b. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode process costing dapat
menjadi alternatif penetapan harga pokok produksi roti bagi Edie’s Bakery
untuk memperoleh perhitungan biaya yang lebih akurat. Identifikasi biaya
yang dilakukan juga berdasarkan semua biaya yang secara aktual
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pihak Edie’s Bakery
63
pun dapat menggunakan informasi ini untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam proses produksi roti.
c. Edie’s Bakery sebaiknya melakukan peninjauan ulang terhadap penetapan
harga jual dari roti yang diproduksinya. Harga jual sebaiknya disesuaikan
dengan konsumsi biaya yang terjadi pada roti tersebut. Hal ini
dikarenakan masing-masing roti mempunyai konsumsi biaya yang
berbeda-beda sehingga keuntungan yang diperoleh dapat diketahui
berdasarkan jenis topping roti. Penetapan harga jual yang tepat dapat
memberikan laba aktual yang tepat juga sesuai dengan yang diperkirakan
oleh Edie’s Bakery.
d. Untuk produk roti lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui berapa besar harga pokok produksi yang ditetapkan oleh
perusahaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap harga jual roti tersebut.
Selain itu, sebelum menetapkan kebijakan kenaikan atau penurunan harga
jual roti perlu adanya penelitian tentang preferensi konsumen terkait
dengan peningkatan dan penurunan harga jual roti Edie’s Bakery.
64
DAFTAR PUSTAKA
Adi, MK. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Andi Offset, Yogyakarta.
Andri, YC. 2009. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Sofa pada UKM Adi
Jaya Furniture dengan Metode Activity Based Costing (ABC). Skripsi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Bustami, B dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Horngren, Datar and Foster. 2005. Akuntansi Biaya Jilid 1. Indeks, Jakarta.
Hansen and Mowen. 2006. Management accounting Edisi 7. Salemba Empat, Jakarta.
Iqbal dan Simanjutak. 2004. Solusi Jitu bagi Pengusaha Kecil dan Menengah.
Gramedia, Jakarta.
Ivana, E. 2004. Analisis penentuan Harga pokok Produksi Karkas dengan
menggunakan Metode Full Costing, Variable Costing, dan Activty Based
Costing (Studi Kasus Rumah Potong Ayam Asia Afrika, Bogor). Skripsi pada
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Indeks, Jakarta.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta.
Parmono dan Soejoedono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan koperasi.
Ghalia Indonesia, Bogor.
Rachmat, B. 2005. Modal Ventura: Cara Mudah Meningkatkan Usaha Kecil dan
Menengah. Ghalia Indonesia, Bogor.
Samryn, L.M. 2001. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Supriyono, R.A. 2007. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Jl. Lingkar Kampus Darmaga, Gd Wing Rektorat Lt.2
Telp/Fax (0251) 8626435 Bogor 16680
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Irna Tania (H24061635),
mahasiswa departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk
melakukan wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai salah satu data primer
untuk penelitian tugas akhir yang berjudul “Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Roti dengan Metode Process Costing dan Pengaruhnya Terhadap
Harga Jual, Studi Kasus: UKM Edie’s Bakery, Bogor”.
Konsep Internal Edie’s Bakery :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Edie’s Bakery?
2. Apa tujuan Edie’s Bakery dalam mengembangkan usahanya?
3. Apa sajakah yang menjadi permasalahan Edie’s Bakery dalam menjalankan
usahanya?
4. Siapakah yang memegang tanggung jawab dalam kaitannya dengan proses
produksi?
Komponen Harga Pokok Produksi :
1.
Berapa jenis roti yang diproduksi oleh Edie’s Bakery?
2.
Roti jenis apakah yang paling diminati oleh konsumen?
3.
Berapa jumlah roti yang rutin diproduksi oleh Edie’s Bakery?
4.
Apa sajakah bahan baku yang digunakan untuk memproduksi roti?
5.
Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja di Edie’s Bakery?
6.
Berapa gaji setiap pekerja di Edie’s Bakery?
67
Lanjutan Lampiran 1
7.
8.
Apa saja mesin yang digunakan oleh Edie’s Bakery?
Berapakah biaya yang dikeluarkan oleh Edie’s Bakery untuk pemeliharaan
mesin?
9.
Bagaimana cara perhitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan
oleh Edie’s Bakery?
10. Komponen biaya apa saja yang diperhitungkan oleh Edie’s Bakery dalam
menetapkan harga pokok produksi?
Konsep Penetapan Harga Jual :
1.
Bagaimana prosedur penetapan harga jual yang dilakukan oleh Edie’s
Bakery?
2.
Tujuan apa yang ingin dicapai melalui penetapan harga jual yang dilakukan
oleh Edie’s Bakery?
3. Komponen biaya apa saja yang diperhitungkan oleh Edie’s Bakery dalam
menetapkan harga jual roti?
4. Berapa persen jumlah mark up yang ditetapkan Edie’s Bakery dalam
menentukan harga jual roti?
68
Lampiran 2. Daftar Biaya Bahan Baku Roti
Bahan Baku
Tepung Terigu
Gula Pasir
Pengembang
Pelembut
Garam
Mentega
Telur Ayam
Bahan
Baku
Topping
Coklat
Keju
Sosis
Abon
Cocktail
Harga
(Rp)
7,500/kg
10,500/kg
33,000/kg
39,000/kg
2,000/kg
14,000/kg
13,000/kg
Perhitungan/Hari
2 kg x 2.5 kali x 7,500
0.3 kg x 2.5 kali x 10,500
0.04 kg x 2.5 kali x 33,000
0.02 kg x 2.5 kali x 39,000
0.04 kg x 2.5 kali x 2,000
0.3 kg x 2.5 kali x 14,000
0.5 kg x 2.5 kali x 13,000
Biaya/Hari
(Rp)
37,500
7,875
3,300
1,950
200
10,500
16,250
Harga
(Rp)
Perhitungan
18,000/kg
54,000/kg
19,500/1 bungkus (isi 30)
75,000/kg
19,375/1 kaleng
15kg x 18,000
10kg x 54,000
3 bungkus x 19,500
1 x 75,000
5 x 19,375
Biaya/Bulan
(Rp)
975,000
204,750
85,800
50,700
5,200
273,000
422,500
Konsumsi/
Minggu
(Rp)
270,000
540,000
58,500
75,000
96,875
Konsumsi/
Bulan
(Rp)
1,080,000
2,160,000
234,000
300,000
387,500
69
Lampiran 3. Foto Roti Edie’s Bakery
Roti Topping Abon
Roti Topping Keju
Roti Topping Cocktail
Roti Topping Sosis
Roti Topping Coklat
Download