1 Elon Davit Riadi1 Fakultas Ekonomi Universitas - e

advertisement
PENGARUH FAKTOR DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY DAN TOTAL ASSETS
TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA(BEI)
Elon Davit Riadi1
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh debt to equity ratio, return on equity dan
total assets terhadap price earning ratio (PER). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2010
yang berjumlah 12 perusahaan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 7 perusahaan.
Analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi panel. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig.
0,0404), return on equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig.
0,0000), total assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,0021).
Kata Kunci: debt to equity ratio, return on equity, total assets, price earning ratio.
Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of debt to equity ratio, return on equity
and total assets to price earning ratio. The populations of this research are all of the otomotif and
components companies which listed in Indonesia Stock Exchange in periode 2005 until 2010. The
sample in this reseacrh is determined by purposive sampling. The analysis method is using panel
regression model. The result shows that debt to equity ratio to be significant and positive determinant
of the price earning ratio (sig. 0,0404), return on equity to be significant and negative determinant of
the price earning ratio (sig. 0,0000) and total assets to be significant and positive determinant of the
price earning ratio (sig. 0,0021).
Keywords : Debt to equity ratio, return on equity, total assets, price earning ratio.
1
. Alumni Fakultas Ekonomi UNP
1
Dalam berinvestasi, seorang investor
tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek
saja tetapi juga melihat prospek jangka
panjang
yaitu
prospek
pertumbuhan
perusahaan, prospek kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba maupun peningkatan
nilai saham. Untuk melakukan penilaian
prospek saham dengan pendekatan PER,
pemodal dan analis sekuritas diharapkan
memahami
faktor-faktor
fundamental
perusahaan sebagai pedoman dalam menilai
PER sehingga kewajaran harga saham
perusahaan dapat dinilai juga.
Gagaring
dalam
Fery
(2005)
menyebutkan di Indonesia kebanyakan
investor cenderung menggunakan sumber
informasi yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan untuk menentukan keputusan
investasi. Analisis yang dilakukan untuk
menganalisa laporan keuangan perusahaan
dikenal
dengan
analisis
fundamental.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
analisis fundamental dengan berdasarkan data
yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan telah menjadi pilihan para investor
dalam mempertimbangkan keputusan dalam
berinvestasi. Analisis fundamental juga
menyediakan indikator yang dapat mengukur
tingkat profitabiitas, likuiditas, pendapatan,
pemanfaatan aset dan kewajiban perusahaan
(Mnunawir, 2004). Dalam penelitian ini rasio
yang digunakan adalah debt to equity ratio,
return on equity, dan total assets .
Suad (2001:315) menyebutkan dalam
analisis fundamental harga saham ditentukan
atas dasar faktor-faktor fundamental dan
mencoba untuk memperkirakan harga saham
dimasa
yang
akan
datang
dengan
mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham masa yang
akan datang dan menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperolah
taksiran harga saham. Sedangkan menurut
Jogianto (2003:89) analisis fundamental
merupakan suatu analisis untuk menghitung
nilai instrinsik dari suatu saham dengan
2
menggunakan data keuangan perusahaan.
Salah satu Model penilaian saham yang sering
digunakan para sekuritas adalah price earning
ratio (PER).
Eduardus (2001:191) pendekatan Price
Earning Ratio (PER) disebut juga dengan
pendekatan
multiplier,
investor
akan
menghitung berapa kali nilai laba yang
tercermin dalam harga suatu saham. Dengan
kata lain, PER menggambarkan rasio atau
perbandingan antara harga saham terhadap
laba perusahaan.
Jones
dalam
Nany
(2000)
mengemukakan bahwa PER merupakan aspek
yang paling menarik bagi analis keuangan.
pendekatan ini merupakan yang paling sering
digunakan dibandingkan dengan metode lain.
Keunggulan pendekatan ini adalah kemudahan
dan kesederhanaan dalam penerapannya,
namun seperti halnya metode yang lain
pendekatan ini memerlukan penaksiran
terhadap masa depan yang tidak pasti. PER
juga memberikan standar yang baik dalam
membandingkan harga saham untuk laba per
lembar saham yang berbeda dan kemudahan
dalam membuat estimasi yang digunakan
sebagai input PER. analisis terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi price earning ratio
mempunyai arti penting bagi investor sebelum
mengambil suatu keputusan investasi, semakin
tinggi price earning ratio suatu perusahaan,
semakin banyak investor yang akan
menanamkan modalnya.
Dari
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi PER salah satunya adalah
DER. Menurut Lukas (2003) Debt to Equity
Ratio merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya dengan ekuitas pemegang saham.
Dari rasio ini pemodal dapat melihat apakah
perusahaan dalam keadaan mampu atau tidak
dalam membayar hutang, sehingga semakin
tinggi nilai DER, maka semakin rendah PER
perusahaan.
Faktor
selanjutnya
yang
dapat
mempengaruhi besarnya nilai PER adalah
ROE. Return on Equty (ROE) menunjukan
besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk
setiap ekuitas atau tingkat pengembalian atas
investasi
pemegang
saham.
Adanya
pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan
harga saham yang lebih besar dari pada
kenaikan earning karena adanya prospek
perusahaan yang semakin baik, sehingga akan
meningkatkan PER.
Subramanyam (2010: 211) ROE
dianggap sebagai penggerak nilai (value
driver) karena ROE merupakan variabel yang
mempengaruhi harga saham secara langsung.
Return on equity (ROE) merupakan
perbandingan laba setelah pajak dengan modal
sendiri. ROE mengukur kemampuan modal
sendiri perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham. Perusahaan
dengan ROE tinggi akan menarik minat para
investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut karena keuntungan yang
akan mereka terima besar sehingga dapat
meningkatkan harga saham perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang sudah
berada dalam tahap maturity memiliki size
yang besar. Menurut Mpaata dan sartono
(1997) salah satu pengukur size perusahaan
adalah total assets. Selanjutnya faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai PER adalah total
assets. Ukuran yang didapat dari total assets
ini merupakan seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan, yang terdiri dari dari aktiva lancar
dan aktiva tetap. Total assets yang besar
dimiliki perusahaan menunjukan kemampuan
dalam mendanai investasi-investasi yang
menguntungkan, menunjukan kemampuan
dalam mendanai aktivitas perusahaan, dan juga
kemampuan memperluas pangsa pasar,
sehingga membawa prospek pertumbuhan
earnings dan dividen di masa mendatang yang
semakin baik. Maka, semakin besar total
assets, berpengaruh positif terhadap semakin
besarnya nilai PER perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Price Earning Ratio
PER merupakan rasio harga saham
terhadap earning per share (EPS), dengan kata
lain menunjukkan seberapa besar pemodal
menilai harga saham terhadap kelipatan dari
earnings (Jogianto, 2003:105).
Eduardus (2001:191) pendekatan Price
Earning Ratio (PER) disebut juga dengan
pendekatan
multiplier,
investor
akan
menghitung berapa kali (multiplier) nilai laba
yang tercermin dalam harga suatu saham.
Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio
atau perbandingan antara harga saham
terhadap laba perusahaan.
Return on Equity (ROE)
Menurut Bringham (2001:91) rasio laba
bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur
pengembalian atas saham biasa(return on
common equity atau ROE), atau tingkat
pengembalian atas investasi pemegang saham.
Return on equity (ROE) merupakan rasio
profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham yang dimiliki
perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur
tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki
perusahaan. Jika rasio ini meningkat
manajemen cenderung dipandang lebih efisien
dari sudut panadang pemegang saham. ROE
merupakan perbandingan antara laba bersih
yang dihasilkan dengan modal sendiri atau
equity.
Menurut Agus (2001: 124) Return on
equity (ROE) dapat digunakan untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba yang tersedia
bagi
pemegang saham perusahaan. Adanya
pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan
harga saham yanglebih besar daripada
kenaikan earning karena adanya prospek
perusahaan yang semakin baik, sehingga akan
meningkatkan PER. Dengan demikian
3
diprediksikan bahwa terdapat pengaruh yang
positif ROE terhadap PER.
Debt Equity Ratio(DER)
Horne dan Wachoviz dalam Michell
(2004) “Debt to equity is computed by simply
dividing the total debt of the firm (lincluding
current liability) by its shareholders equity”.
Debt to equity ratio merupakan perhitungan
sederhana yang membandingkan total hutang
perusahaan dari modal pemegang saham.
Maksudnya adalah rasio ini memperlihatkan
seberapa besar hutang yang digunakan dalam
operasional perusahaan yang dibandingkan
dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah
hutang yang digunakan dari pada modal
sendiri maka resiko yang ditanggung oleh
perusahaan juga semakin besar.
Debt to equity ratio menggambarkan
perbandingan antara total hutang dan total
ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai
pendanaan usaha. Semakin besar DER
menunjukkan bahwa struktur modal lebih
banyak memanfaatkan hutang dibandingkan
dengan ekuitas. Semakin besar DER
mencerminkan
solvabilitas
perusahaan
semakin rendah sehingga kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang nya
rendah, hal ini menyebabkan resiko
perusahaan relatif tinggi. Adanya resiko yang
tinggi mennyebabkan investasi pada suatu
saham akan kurang menarik, akibatnya harga
saham akan turun sehingga PER akan turun
pula. Dengan demikian diprediksikan bahwa
DER memiliki hubungan negatif dengan PER.
Trade-off theory dalam struktur modal
adalah
menyeimbangkan
manfaat
dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Menurut Brigham dan
Houston (2001:5) kebijakan struktur modal
melibatkan perimbangan (trade-off) antara
risiko dengan tingkat pengembalian :
1. Menggunakan lebih banyak utang berarti
memperbesar risiko yang ditanggung
pemegang saham.
2. Menggunakan lebih banyak utang juga
memperbesar tingkat pengembalian yang
4
diharapkan.
Meningkatnya
tingkat
pengembalian yang diharapkan akan
menaikan harga saham.
Total Assets
Perusahaan-perusahaan yang sudah
berada dalam tahap maturity memiliki size
yang besar. Menurut Mpaata dan sartono
(1997) salah satu pengukur size perusahaan
adalah total assets. Total assets adalah
mencerminkan ukuran dari perusahaan.
Perusahaan besar akan mempunyai total assets
besar demikian juga sebaliknya, perusahaan
kecil akan mempunyai total assets kecil.
Ukuran perusahaan menunjukan kemampuan
perusahaan melakukan kegitan usaha untuk
menghasilkan laba yang akan berpengaruh
terhadap harga saham perusahaan. Ukuran
yang didapat dari total assets ini merupakan
seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, yang
terdiri dari dari aktiva lancar dan aktiva tetap.
Total assets yang besar
dimiliki
perusahaan menunjukan kemampuan dalam
mendanai
investasi-investasi
yang
menguntungkan, menunjukan kemampuan
dalam mendanai aktivitas perusahaan, dan juga
kemampuan
memperluas pangsa pasar,
sehingga membawa prospek pertumbuhan
earnings dan dividen di masa mendatang yang
semakin baik. Maka, semakin besar total
assets, berpengaruh positif terhadap semakin
besarnya nilai PER perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
hipotesis dalam penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut :
H1: Terdapat pengaruh negatif dan signifikan
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
PER pada perusahaan otomotif dan
komponen yang terdaftar di BEI.
H2: Terdapat pengaruh positif dan signifikan
Return On Equity (ROE) terhadap PER
pada perusahaan otomotif dan komponen
yang terdaftar di BEI.
H3 : terdapat pengaruh positif dan signifikan
Total Assets terhadap PER pada
perusahaan otomotif dan komponen yang
terdaftar di BEI.
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah seluruh
perusahaan Otomotif dan komponen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode pengamatan (2005-2010) dengan
jumlah populasi sebanyak 12 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling yaitu pemilihan sampel
yang tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.
Kriteria tersebut yaitu memiliki EPS yang
positif untuk menghindari nilai PER negatif.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah
sampel sebanyak 7 perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu sumber data penelitian yang
dipero-leh peneliti secara tidak langsung
melalui
media perantara. Dari waktu
pengumpulan data dalam penelitian ini
tergolong ke dalam data panel yaitu data yang
bersifat time series dan cross section. Metode
analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah model regresi panel.
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Price Earning Ratio
PER menunjukan rasio harga saham
terhadap Earning Per Share (EPS), dengan
kata lain menunjukan seberapa besar pemodal
menilai harga saham terhadap kelipatan dari
earning. Investor akan menghitung berapa kali
(multiplier) nilai laba yang tercermin dalam
harga suatu saham.
Rumus
yang
digunakan
dalam
menghitung Price Earning Ratio adalah:
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang dengan ekuitas
pemegang saham. DER juga menggambarkan
perbandingan antara total hutang dan total
ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai
pendanaan usaha.
Adapun rumus untuk menghitung DER
adalah:
Return On Equity
Return On Equity (ROE) merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba berdasarkan modal
saham yang dimiliki perusahaaan. ROE
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
pengembalian perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
yang dimiliki perusahaan.
Adapun rumus untuk menghitung ROE
adalah:
Total Assets
Total assets adalah mencerminkan
ukuran dari perusahaan.Ukuran yang didapat
dari total assets ini merupakan seluruh aktiva
yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari
aktiva lancar dan aktiva tetap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Hasil deskriptif dapat dilihat pada Tabel
1 berikut:
Tabel 1 Statistika Deskriptif
N
PER
DER
ROE
TA
42
42
42
42
Min
Max
Mean
SDV
3,54
843,64
51,55
129,42
0,23
27,04
3,19
3,02
0,23
35,15
14,97
1,42
190,225 112,857,000 13,092,013 7816339.12
5
Analisis Induktif
Pemilihan Model Regresi Panel
Uji Chow-Test (Likelihood Ratio Test)
Tabel 2 Hasil Uji Chow-test
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Prob.
Cross-section F
0.0052
Cross-section Chisquare
0.0008
Sumber: Hasil regresi panel dalam program
eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Berdasarkan hasil uji Chow-Test
dengan menggunakan Eviews, didapat
probability sebesar 0,0052 dan 0,0008. Nilai
probability lebih kecil dari pada level
signifikan (α = 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa modal Ho untuk model ini
ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi
yang lebih baik digunakan dalam model ini
adalah fixed effect
Uji Hausman Test
Tabel 3 Hauman Test
Cross-section random
Prob.
0.0977
Sumber: Hasil regresi panel dalam program
eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Berdasarkan hasil Hausman test dengan
menggunakan Eviews, didapatkan nilai
probability sebesar 0,0977. Nilai probability
lebih besar dari pada level signifikan (α =
0,05), maka Ho untuk model ini diterima dan
Ha ditolak, sehingga estimasi yang lebih baik
digunakan dalam model ini adalah Random
Effect.
6
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan uji Jarque Bare Test (JB).
Jika nilai probability > 0,05 maka data
berdistribusi normal.
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Test
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2005 2010
Observations 42
8
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
6
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Uji Asumsi Model
Karena model yang digunakan adalah
General Least Square maka dalam uji asumsi
model tidak perlu lagi dilakukan uji
heterokedastisitas dan autokorelasi. Hal ini
dikarenaka Model General Least Square sudah
mengatasi masalah ini. Dan dalam model ini
uji yang perlu dilakukan adalah uji normalitas.
4
2
0
5.50e-16
-0.133484
2.057965
-1.095568
0.755533
0.712010
3.024007
Jarque-Bera 3.549719
Probability 0.169507
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Dari Gambar 1 terlihat bahwa hasil uji
normalitas menyatakan bahwa nilai Jarque
Bera Test (JB) sebesar 3,549719 dengan
probabilitas 0,169507. Dengan hasil tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini telah
terdistribusi normal, karena nilai probabiity >
0,05.
Model Regresi Panel
Tabel 4 Hasil Estimasi Regresi Panel dengan
Model Random Effect
pengujian ini, parameter yang digunakan
adalah nilai t hitung yang harus lebih besar
dari t tabel atau probabilitas nilai signifikansi
yang lebih kecil dari 0,05
C
-2.469224
LOG(DER?)
0.340010
ROE?
-0.099354
LOG(TA?)
0.436198
Sumber: Hasil regresi panel dalam program
Eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis
Variable
Coefficient
Model Persamaan Regresi Random Effect
Y = – 2,4692 + 0,3400X1 – 0,0994X2 + 0,4362X3
Goodness of Fit Test
Goodness of Fit Test menunjukkan
proporsi yang diterangkan oleh variabel
independen dalam model terhadap variabel
terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model ini,
formulasi model yang keliru dan kesalahan
eksperimen.
Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.594179
0.562140
0.678918
18.54576
0.000000
Hal ini menunjukkan bahwa price
earning ratio (PER) pada perusahaan otomotif
dan komponen yang terdaftar di BEI dapat
dijelaskan oleh variabel bebasnya yakni debt
to equity ratio (DER), return on equity (ROE)
dan total assets sebesar 59,4%, sementara
sisanya 40,6% ditentukan oleh variabel lain
yang tidak dianalisis dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis
Pengujian ini bertujuan untuk melihat
variabel bebas mana yang mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap variabel
terikat dan sekaligus merupakan pengujian
hipotesis. Dengan melihat nilai t hitung atau
tingkat signifikansi setiap variabel. Dalam
Variable
Prob.
Kesimpulan
C
0.1982
LOG(DER?)
0.0404 Hipotesis ditolak
ROE?
0.0000 Hipotesis ditolak
LOG(TA?)
0.0021 Hipotesis diterima
Sumber: Hasil regresi panel dalam program
Eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap
Price Earning Ratio
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh negatif dan
signifikan DER terhadap PER. Dari hasil
pengujian diperoleh pengaruh DER terhadap
PER selama periode 2005-2010 adalah positif
dengan koefisien regresi sebesar 0,340 dengan
sig = 0,040 < α = 0,05. Apabila DER
meningkat satu persen, maka PER juga akan
mengalami peningkatan sebesar 0,340 persen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan Bringham
(2001:5) dalam teori trade off bahwa
menggunakan lebih banyak hutang dapat
memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan dan juga memperbesar resiko yang
ditanggung pemegang saham. Meningkatnya
tingkat pengembalian yang diharapkan akan
menaikan harga saham. Kesimpulannya adalah
semakin besar hutang perusahaan, semakin
tinggi nilainya dan harga sahamnya tapi hanya
sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut,
penggunaan hutang justru akan menurunkan
nilai perusahaan. Dalam hal ini biaya bunga
hutang yang terlalu besar mengakibatkan
besarnya kemungkinan bagi perusahaan untuk
membayar kewajiban tetap berupa bunga dan
pokoknya yang mengakibatkan besarnya pada
resiko kebangkrutan dan penurunan nilai
perusahaan. Nilai koefisien DER menunjukan
nilai yang positif dan signifikan ini sejalan
7
dengan tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Supriyanto (2009) yang
menyatakan terdapat pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap PER. Begitu juga
dengan hasil penelitian Harry (2001) dan
penelitian Nurul (2010) yang menyatakan
DER mempunyai pengaruh negatif terhadap
PER.
Para investor tidak lagi beranggapan
bahwa penambahan hutang akan menambah
resiko pada perusahaan karena pada saat
perusahaan menambah hutangnya investor
melihat masih adanya prospek perusahaan di
masa
mendatang
karena
perusahaan
menambah hutangnya dengan tujuan untuk
perluasan usaha. Sehingga penambahan hutang
bisa memberikan dampak positif terhadap PER
perusahaan walaupun penambahan hutang
menyebabkan penambahan resiko bagi
perusahaan, karena sebagian investor yang
memiliki sifat risk taker yang percaya akan
konsep hight risk hight return.
Pengaruh Return On Equity terhadap Price
Earning Ratio
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh positif dan
signifikan ROE terhadap PER. Dari hasil
pengujian diperoleh pengaruh ROE terhadap
PER selama periode 2005-2010 adalah negatif
dengan koefisien regresi sebesar -0,099 dengan
sig = 0,000 < α = 0,05. Apabila ROE
meningkat satu persen, maka PER akan
mengalami penurunan sebesar 0,099 persen.
Nilai koefisien ROE menunjukan nilai
yang negatif dan signifikan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fery (2005)
dan Meygawan (2012) yang menyatakan
bahwa ROE berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap PER. Hal ini menerangkan
bahwa bertambahnya ROE malah menurunkan
PER.
berarti
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba masih diragukan oleh
investor dalam mengambil keputusan. Namun
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurul (2010) dan Supriyanto (2009) yang
8
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan singnifikan terhadap PER.
Ditolaknya hipotesis yang menyatakan
bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan
dapat dapat dijelaskan dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi PER. Terdapat 2
faktor yang mempengaruhi PER yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari dari luar
perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Pada penelitian ini faktor eksternal
tersebut merupakan krisis global yang terjadi
pada tahun 2008. Alasannya adalah dengan
terjadinya krisis global investor sangat berhatihati untuk berinvestasi di pasar modal karena
investor tidak menyukai risiko. Akibatnya,
kenaikan ROE direspon secara asimetris oleh
investor. Jadi, walaupun ada prospek
pertumbuhan laba dimasa mendatang namun
investor tidak mau mengambil resiko.
Sehingga kelesuan yang terjadi pada pasas
saham menyebabkan harga saham anjlok yang
juga berakibat pada turunnya nilai PER
perusahaan.
Penyebab lainnya yang menyebabkan
ROE berpengaruh negatif terhadapa PER dapat
dijelaskan dengan menelaah dari PER itu
sendiri. Secara teoritis rumus PER adalah
harga per lembar saham dibagi laba per lembar
saham (EPS). Sedangkan rumus ROE adalah
laba setelah pajak dibagi dengan modal
sendiri. Kedua rumus ini memiliki persamaan
dimana kedua variabel ini sama-sama
dipengaruhi oleh laba setelah pajak (EAT),
akan tetapi perubahan laba setelah pajak
memberikan pengaruh berbeda pada kedua
variabel.
Pada variabel ROE peningkatan laba
setelah pajak menyebabkan ROE meningkat.
Sedangkan pada variabel PER peningkatan
laba setelah pajak menyebabkan perubahan
pada EPS juga akan meningkat. Peningkatan
EPS menyebabkan hasil pembagian harga per
lembar saham dengan EPS menjadi menurun,
sehingga hal ini menyebabkan nilai PER
menurun.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap
Nilai Perusahaan (Price Book Value)
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara total
assets terhadap PER. Pengaruh total assets
terhadap PER selama periode 2005-2010
adalah positif dengan koefisien regresi sebesar
0,436 dengan sig = 0,002 < α = 0,05. Apabila
total assets meningkat satu persen, maka PER
akan mengalami kenaikansebesar 0,436
persen.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
ukuran perusahaan secara umum menunjukan
kemampuan perusahaan dalam mendanai
operasi dan investasi yang menguntungkan
bagi perusahaan. Sehingga semakin besar
sebuah perusahaan, maka akan semakin besar
pula
penjualannya.
Investor
yang
mengharapkan pengembalian yang lebih besar
akan cenderung memilih perusahaan yang
berukuran besar sehingga akan mempengaruhi
nilai
saham
perusahaan
dan
dapat
meningkatkan nilai PER.
Nilai koefisien total assets menunjukan
nilai yang positif dan signifikan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Supriyanto (2009) dan Chandra (2001) yang
menunjukan bahwa total assets mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap PER.
Ukuran perusahaan menunjukan kemampuan
perusahaan melakukan kegiatan usaha untuk
menghasilkan laba yang akan berpengaruh
terhadap harga saham. Namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra
(2009) yang menunjukan total asstes
mempunyai pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap PER.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa 1) Debt To Equity
Ratio (DER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap price earning ratio (PER).
2) Return On Equity (ROE) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap price earning
ratio (PER). 3) Total Asstes berpengaruh
positif dan signifikan terhadap price earning
ratio (PER).
Bagi
investor,
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa ketiga variabel yang
diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap
Price Earning Ratio pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga ke
tiga variabel tersebut DER, ROE, dan total
assets merupakan indikasi preferensi pelaku
pasar modal dan perlu diperhatikan investor
sebelum memulai investasi.
Bagi Peneliti selanjutnya, dengan
penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut
berkaitan
dengan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi PER. Dengan menambah
periode penelitian, menganti objek penelitian
pada sektor atau indeks tertentu dan
menambah variabel penelitian seperti Dividend
Payout Ratio, Rate of Return, Pertumbuhan
dividen dan faktor fundamental lain.
Bagi Perusahaan, lebih memperhatikan
kesejahteraan
pemegang
saham
dan
meningkatkan kinerja perusahaan seperti
dalam hal kebijakan dalam pendanaan kegiatan
perusahaan, laba bersih perusahaan sebab akan
berpengaruh terhadap prospek saham kedepan.
Sehingga prospek perusahaan juga meningkat
dan menarik investor untuk berinvestasi pada
saham perusahaan tersebut.
.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Sartono. (2001). Manajemen Keuangan
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Bringham, Eugene F, Gapenski, louis C, dan
Ehrnart, Michel C. (2001). Financial
Manajement Theory And Practice.
Orlando: The Dryden Press.
Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi
Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:
PT.BPFE.
fery Kurniawan. (2005). Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Saham Perusahaan
9
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
2001-2003.
Thesis.
Universitas
Diponegoro.
Dan Property di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol.
11, No.1.
Chandra
Pambangun.
(2001).
AnalisisFaktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio
Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek
Indonesia.Thesis.Universitas
Diponegoro.
Suad Husnan. (2001). Dasar-Dasar Teori
Portofolio Dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: AMP YPKN.
Indra Widjaja. (2009). Pengaruh Firm Size dan
Capital Structure Terhadap Prospek
Saham Perusahaan. Jurnal Organisasi
dan Manajemen. Hlm. 21-30
Supriyanto.(2007). Analisis Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
PER
pada
Perusahaan Emiten yang Tergabung
dalam KelompokLQ45 di BEI.Jurnal
Manajemen Mutu,Vol. 6, No. 2
Harry
Jogiyanto, (2003). Analisis Sekutitas dan
Analisis Portofolio. Yogyakarta: PT.
BPFE.
Lukas Setia Atmaja. (2003). Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: Andi
Meygawan dan Irene Rini. (2012). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Price Earning Ratio. Journal of
Management. Vol. No 1. Hlm. 382-391
Michell Suharly.(2004). Studi Empiris
Terhadap
Dua
Faktor
yang
Memperngaruhi Return Saham pada
Industri Food & Bevereges di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Akuntasi &
Keuangan, vol.7, no.2.
Mpaata K.A dan Sartono A. 1997. Factor
Determining Price-Earning (P/E) Ratio.
Kelola No. 15/VI.
Munawir.(2004). Analisis Laporan Keuangan.
Liberty: Yogyakarta.
Nany Nuraini. (2000). Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio
Saham-Saham
di
Bursa
Efek
Jakarta.Thesis. Universitas Gadjah
Mada.
Nurul Hayati. (2010). Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio
Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan
Investasi Saham Perusahaan Real Estate
10
Subramanyam K. R dan John J. Wild. 2010.
Analisis Laporan Keuangan(Buku 2) .
Jakarta: Salemba Empat.
www. idx.co.id
Download