BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Rumah Sakit Definisi kata perancangan dan rumah sakit: Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui 3 proses: mengidentifikasi masalah-masalah, metode pemecahan masalah dan pelaksanaan pemecahan masalah. (John Wade, 1997) Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dengan suatu pelayanan yang dapat menjangkau pelayanan seluruh keluarga dan lingkungan di rumah, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial; WHO (1957) 2.2 Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: Klasifikasi berdasarkan kepemilikan berdasarkan kepemilikan rumah sakit terdiri atas rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat. Klasifikasi berdasarkan Jenis pelayanan 16 17 Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: rumah sakit umum yang memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit dan rumah sakit khusus yang memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Klasifikasi berdasarkan lama tinggal Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Klasifikasi berdasarkan kapasitas tempat tidur Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidurnya sesuai pola berikut ; di bawah 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau lebih. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan Rumah sakit berdasarkan afilasi pendidikan terdiri atas 2 jenis, yaitu: rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi dan rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu. 18 2.3 Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin, rumah sakit jiwa, rumah sakit ibu dan anak. rumah sakit khusus, diklasifikasikan menjadi: Rumah sakit khusus kelas A Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap. Rumah sakit khusus kelas B Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. Rumah sakit khusus kelas C Rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal. 2.4 Jenis-Jenis Terapi Jenis-Jenis terapi diberikan kepada pasien rumah sakit tergantung pada kebutuhan mereka masing-masing. Beberapa jenis terapi yang dapat dilakukan ditaman adalah: 19 2.4.1 Terapi Okupasi Terapi okupasi berpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Kegiatan terapi meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah. Terapi okupasi ini juga melatih kemampuan motorik halus seperti memegang pensil, menulis, kemampuan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan ke toilet secara mandiri dan lain-lain. Salah satu bagian dari terapi okupasi yaitu terapi sensori integrasi. sensori integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh rangsangan sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah. Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif dan berfungsi untuk menstimulasi, mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan keseimbangan (vestibular) sehingga membantu anak dalam pengorganisasian semua informasi dan merespon lingkungannya. Alat yang digunakan serta metode untuk terapi okupasi sangat beraneka ragam tergantung dari kebutuhan anak dan diagnosa terapis. Alat dan metode yang digunakan mulai dari penggunaan blok-blok berbagai warna, bentuk dan tekstur untuk melatih indera penglihatan serta peraba dan menstimulasi kreativitas. 20 Gambar 2.1. Kegiatan bermain untuk terapi okupasi yang menstimulasi semua indera. Sumber: http://infinitytherapyforkids.com, diakses tanggal 15 maret 2013 2.4.2 Fisioterapi/ terapi fisik Fisioterapi, berfokus pada pemulihan fungsi tubuh yang mengalami kemunduran dan para ahli fisioterapi dilatih dan memiliki pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia serta muscoskeletal system sehingga para ahli fisioterapi memiliki pemahaman yang baik mengenai cedera otot dan tulang. Luasnya area pembelajaran mengenai fisioterapi membuat fisioterapi terbagi menjadi beberapa spesialisasi yaitu: Cardiovaskular & pulmonary Fisioterapi pada bidang ini menangani pasien dengan gangguan jantung dan pernafasan atau pasien pasca operasi jantung dan sistem pernafasan. Tujuan utama dari terapi ini adalah mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru yang mengalami kemunduran. Fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary terbagi menjadi 3 tahap yaitu: 1. Tahap 1: tahap pertama berupa penyuluhan mengenai kegiatan terapi dan dilakukan di dalam rumah sakit. Kegiatan berupa tes kekuatan jantung dan paru-paru dengan alat berupa treadmill dan sepeda ergometer dengan efek samping adalah sesak nafas khususnya untuk penderita kelainan paru-paru. 21 2. Tahap 2: tahap kedua dilakukan di ruang luar rumah sakit, dan melibatkan kegiatan olahraga ringan sebagai contoh yaitu jogging dan senam dalam kelompok kecil. 3. Tahap 3: kegiatan pada tahap ketiga berupa kegiatan fitness (dilakukan diruang fitness) serta olahraga aerobic (bisa dilakukan di ruang terbuka) dan pasien yang menjalani tahap ketiga biasanya mulai mandiri sehingga tidak diawasi secara ketat seperti pada tahap 1 dan 2 Gambar 2.2 Mesin untuk mengukur kemampuan jantung dan paru-paru serta Kegiatan test Cardiovaskular& pulmonary. Sumber: http://www.newbedfordmedical.com dan http://www.lpch.org, diakses tanggal 15 maret 2013 Gambar 2.3. Kegiatan fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary pada anak-anak dan remaja berupa olahraga ringan. Serta kegiatan jogging Sumber: http://www.nationwidechildrens.org dan http://www.choa.org dan http://www.uplandhillshealth.org, diakses tanggal 15 maret 2013 Neurological Fisioterapi pada bidang neurological berfokus pada pasien dengan gangguan neurologis (otak). Pasien yang menerima fisioterapi pada bidang ini merupakan pasien penderita alzheimer, cerebral palsy, parkinson, cedera tulang belakang, stroke, dan cedera otak. Semua penyakit tersebut menganggu koordinasi otot bahkan menganggu kemampuan bicara dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri 22 Orthopedic Fisoterapi dibidang orthophedic sering dilakukan diluar ruangan dan berfokus pada pemulihan otot dan tulang. Pasien yang menerima fisioterapi bidang orthopedic merupakan pasien pasca operasi tulang, menderita fraktur, cedera otot akut akibat kegiatan olehraga, arthritis, sakit punggung dan leher, serta pasca amputasi. Kegiatan fisioterapi dibidang ini melibatkan kegiatan olahraga dan berbagai kegiatan fisik lainnya yang menyebabkan kelelahan otot. Satu kali Sesi terapi akan berlangsung selama kurang lebih 30-60 menit dengan kegiatan berupa konseling, pemanasan serta olahraga ringan. Proses fisioterapi orthopedic dapat menyakitkan tergantung dari cedera yang diderita pasien namun, seiring dengan berjalannya proses terapi, rasa sakit akan hilang karena kekuatan pasien mulai pulih. Gambar 2.4 Latihan menaiki tangga dan latihan berjalan. Sumber: http://www.siskinrehab.org, https://carmenwiki.osu.edu, dan http://www.amazingkids.org, diakses tanggal 15 maret 2013 Pediatric Fisiterapi pada bidang pediatric berfokus pada pasien anak dengan berbagai gangguan otot dan tulang serta pertumbuhan. Terapi berfokus pada perbaikan sistem motorik kasar, memulihkan keseimbangan serta stamina/ daya tahan. 23 Gambar 2.5 Latihan keseimbangan, berjalan melalui garis lurus. Sumber: http://www.bmhsc.org dan http://www.livestrong.org, diakses tanggal 15 maret 2013 2.4.3 Terapi Wicara Terapi Wicara (speech therapy) merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu seseorang menguasai kemampuan komunikasi/bicara dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay), anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autis, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy), serta orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya seperti gagap (stuttering) (Angel’s Wing, 2008 dalam Arfianti, 2010:53). Terapi wicara dilakukan baik di didalam ruangan maupun diluar ruangan/ taman dengan fasilitas yang mendukung misalnya seperti kursi dengan setting tertentu dimana para pasien bisa bersosialisasi secara berkelompok untuk melatih kemampuan bicara mereka dibantu oleh terapis 2.5 Anak dan Remaja Department of Child and Adolescent Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai individu yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anakanak sebagai individu yang berusia di bawah 18 tahun. Klasifikasi usia anak menurut Elizabeth B.Hurlock yaitu: 24 Prenatal:,saat konsepsi sampai lahir. Masa neonatus: lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir. Masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. Masa kanak-kanak awal : Dua tahun sampai enam tahun Masa kanak-kanak akhir: Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun Pubertas/preadolescence: sepuluh atau duabelas tahun sampai tigabelas atau empat belas tahu. Masa ramaja awal :tiga belas atau empatbelas tahun sampai tujuhbelas tahun. Masa remaja akhir :tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun. (Elizabeth B.Hurlock, 1978:38) Anak-anak rentan mengalami berbagai macam penyakit seperti kurang gizi, obesitas, gangguan emosional, diabetes melitus, asma dan bahkan gangguan jantung. Remaja merupakan salah satu klasifikasi dalam usia anak yang diartikan sebagai individu yang berada pada masa peralihan yaitu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Emosi pada masa remaja cenderung tidak stabil dan sering berubah. Pertumbuhan yang pesat dari aspek fisik, emosi, intelektual dan sosial pada masa remaja ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang besar, keinginan untuk mencoba sesuatu dan menghadapi tantangan serta berani mengambil resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu dimana hal-hal tersebut dapat mengancam kesehatan remaja yang contohnya adalah mengkonsumsi narkoba dan merokok dimana pada awalnya hanya coba-coba dan berlanjut sampai pada tahap ketergantungan yang membahayakan jiwa para remaja. Secara tidak langsung, masalah kesehatan remaja menghambat laju pembangunan manusia (human development) di Indonesia. 25 2.6 Healing Garden/ Taman terapi Lingkungan alami, cahaya matahari, dan udara segar serta elemenelemen alam lain seperti tanaman merupakan komponen penyembuhan dalam setting ruang luar pada masa medieval monastic, pavilion-style pada abad 19, dan sanatorium pada awal abad 20 (Marcus dan Barnes, dalam Hebert, 2003:17). Marcus dan Barnes (Stigsdotter dan Grahn, 2002:60) mendefinisikan healing garden sebagai taman yang dengan cara yang berbeda dapat mempengaruhi pengunjung dalam hal yang positif. Roger Ulrich, seorang psikolog lingkungan juga menjelaskan bahwa sebuah taman seharusnya mengandung banyak elemen alami seperti vegetasi/tanaman, bunga, dan air (Marcus dan Barnes, dalam Vappa, 2002:5). Healing garden atau taman terapi dirancang untuk mencapai dua tujuan yaitu proses penyembuhan dan mendesain suatu lingkungan luar yang dapat menunjang proses tersebut (Hebert, 2003). Taman terapi sebagai lingkungan alami dibagi dalam beberapa variasi, yaitu Contemplative garden: taman yang dapat digunakan untuk menenangkan jiwa. Restorative garden: taman yang dapat digunakan dalam penyembuhan setelah sakit. Healing garden: healing garden, menurut Roger S Ulrich merupakan taman yang dapat merestorasi penggunanya dari stress dan mempunyai pengaruh yang positif baik bagi pasien, pengunjung, maupun perawat. Therapeutic garden: taman berimplikasi pada penggunanya untuk melakukan suatu hal dengan tujuan tertentu. Sebagai contoh, pada taman ini terdapat 26 ramps, curbs, atau berbagai variasi permukaan yang didesain bagi pasien untuk melatih keahlian motorik. Marcus dan Barnes (dalam Arfianti, 2010:9), mengidentifikasi tiga aspek dari proses penyembuhan yang dapat diberikan oleh alam atau taman, yaitu memberikan pertolongan atau memperingan gejala fisik, mengurangi stress dan memperbaiki suasana secara keseluruhan. Menurut Marcus (dalam Hidayah, 2010:7-10) kriteria desain untuk taman terapeutik/healing garden, yaitu sebagai berikut: 1. Kesempatan untuk mencari ruang privasi Kesempatan yang diberikan dalam mencari ruang privasi bagi pengunjung dapat membantu dalam penurunan tingkat stress yang dideritanya karena ada peningkatan dalam rasa pengendalian dirinya selain itu, pencarian ruang privasi ini dapat menciptakan pengalaman dalam perbedaan susunan elemen taman. 2. Kesempatan yang mendukung untuk bersosialisasi Kegiatan bersosialisasi dapat ditingkatkan dengan penyediaan sub-ruang dengan susunan tempat duduk bagi pengunjung yang mendukung terjadinya sosialisasi. 3. Kesempatan untuk pergerakan fisik dan gerak tubuh Kesempatan ini dapat dibuat dengan adanya sistem sirkulasi loop/melingkar dengan beragam jalur, yang dilengkapi pemandangan alami sehingga menarik minat pengunjung untuk masuk kedalam taman. jalur pedestrian/jalur jogging dan jalur ruang rehabilitasi harus dilengkapi dengan standar keamanan yang baik, terutama bagi pengunjung anak-anak, pengunjung berkebutuhan khusus, dan pengunjung lanjut usia. 27 4. Bersentuhan dengan alam Taman memiliki beranekaragam tanaman yang dapat menarik satwa liar selain itu, taman juga memiliki unsur-unsur alam lain seperti angin sepoisepoi dan pemandangan alami seperti langit, dan pohon-pohon. Taman juga harus memiliki jalur padestrian yang dilengkapi dengan fasilitas bagi pengunjung dan menyediakan bermacam pemandangan yang dirancang dan dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan standar, baik pada penggunaan warna, tekstur, ukuran, maupun daya dukungnya. 5. Menyediakan jarak penglihatan taman yang jelas Adapun dua jenis visibilitas yang penting dalam taman adalah (a) pergerakan pengunjung selama memasuki jalur/rute utama, baik pada ruang terbuka maupun tertutup sehingga dapat melihat taman, hamparan rumput/lapangan, atau area alami yang berpotensi untuk digunakan, dan (b) ruang pasien, ruang tunggu, dan perkantoran yang mempunyai visual akses ke taman atau area alami atau bagian dari lanskap pinjaman. 6. Menyediakan kenyamanan fisiologis Kenyamanan dalam pemanfaatan ruang yang disediakan yaitu dengan adanya beberapa pilihan berupa ruang taman dengan cahaya matahari penuh atau ruang taman dengan naungan/ shading. Ruang-ruang tersebut harus mampu memberikan perlindungan dari angin, dengan penataan tanaman dan struktur elemen taman, dan penyediaan ruang khusus bagi pengguna rokok. 7. Menciptakan ketenangan dan keakraban Ketenangan pengunjung taman ditunjang dari keamanan fasilitas taman terhadap gangguan dimana rasa tenang ini secara umum disukai karena 28 pengunjung dapat berekreasi pada focal point taman, melihat aktivitas sosial antar pengunjung tanpa adanya gangguan. 8. Menyediakan kemudahan aksesibilitas Kemudahan ini yaitu kemudahan dalam mencapai taman dan ruang taman yang disukai oleh pengunjung. Kemudahan ini dilengkapi dengan kondisi akses/ jalur pencapaian yang nyaman dengan lebar dan panjang jalur yang sesuai dengan kebutuhan pengujung, dan dapat dilalui oleh semua golongan umur dan fisik pengunjung. 9. Menyediakan desain yang jelas dan tidak abstrak. Selain Prinsip design taman terapi yang dikemukakan oleh Marcus dan Barnes, Stigsdotter dan Grahn (dalam Hidayah, 2010:7) menyatakan bahwa terdapat beberapa kriteria desain yang dapat dijadikan sebagai pedoman desain pada pembuatan taman terapeutik, yaitu sebagai berikut: Mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya. Menstimulasi panca indera penciuman, penglihatan, peraba, perasa, dan pendengaran. Mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif. Menciptakan komunikasi pengguna dengan elemen taman melalui cara yang suportif dan positif. Mengakomodasi akses yang mudah dicapai. Dalam merancang sebuah healing garden, sangat penting untuk mengetahui siapa kelompok pengguna suatu ruang. Selain itu, minat dari kelompok pengguna sangat penting untuk diketahui dalam tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebagai contoh, anak-anak akan mencari aspek 29 fungsional dalam suatu lingkungan sedangkan orang dewasa lebih kepada aspek keindahan. Dalam fasilitas kesehatan, ruang digunakan oleh lebih banyak orang dan perancangan taman juga harus memperhatikan kebutuhan ruang dari berbagai kelompok pengguna yaitu staff, perawat, pasien, dan pengunjung. Sehingga, taman lebih baik ditempatkan di dekat ruang pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit. Sebuah studi di empat taman rumah sakit di California menemukan bahwa pengguna terbanyak dari ruang terbuka adalah staff (Cooper, 2007 dalam Susanto, 2011:7). 2.7 Terapi Ruang Terbuka Dalam buku yang berjudul Healing Gardens: Therapeutic Benefits and Design Recommendations (1999), Roger S Ulrich menjabarkan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh ruang terbuka serta unsur alam terhadap kesehatan pasien rumah sakit baik secara fisik ataupun mental. Beberapa hasil penelitian yang dijabarkan dalam jurnal tersebut adalah sebagai berikut: Para pasien yang diharuskan untuk menjalani rawat inap dirumah sakit lebih memilih kamar dengan akses menuju ruang terbuka/ unsur alam dan para pasien lebih meminati kamar dengan jendela yang memberikan pemandangan alam (Verderber, 1986) Coss (1990) melakukan experimen dengan memperlihatkan poster pemandangan alam yang ditempel pada plafon ruang tunggu operasi kepada pasien yang akan menjalani operasi dalam posisi berbaring dan dalam keadaan stress. Hasilnya, tingkat stress dan kecemasan pasien berkurang dan tekanan darah pasien turun. 30 Ulrich (1984) melakukan studi perbandingan antara 2 orang pasien yang baru menjalani operasi kantung empedu. Dalam studi ini, 2 orang pasien tersebut mendapat ruang dengan jendela namun dengan pemandangan berbeda yaitu 1 orang dengan pemandangan alam berupa pohon-pohon dan 1 orang lagi dengan pemandangan berupa tembok. Hasil dari studi perbandingan tersebut adalah, Pasien yang melihat pemandangan alam lebih jarang mengalami komplikasi pasca operasi dan lebih sedikit mengkonsumsi obat penahan rasa sakit dibandingkan dengan pasien yang melihat tembok. Perbandingan jumlah konsumsi obat antara 2 pasien tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan dosis obat yang dikonsumsi pasien Comparison of Analgesic Doses Per Patient for Wall-View and Tree View Group Number of Doses of Pain Drugs Days 0-1 Days 2-5 Days 6-7 Wall Tree Wall Tree group Wall Tree group group group group group 2.56 2.40 0.22 0.17 4.00 5.00 0.35 0.17 0.23 0.30 0.96 1.09 Sumber: Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design Recommendation (1985:59) Pada hari pertama, pasien yang melihat pemandangan alam masih mengkonsumsi obat dalam dosis yang lebih tinggi namun, pada hari ke 6, dosis obat yang dikonsumsi pasien berkurang 2.8 Taman Terapi untuk anak-anak Dalam jurnal yang berjudul Garden as An environmental Intervention in Healing Process of holpitalised Children, Ismail Said (2003:3-4) membahas mengenai taman terapi yang dimiliki oleh rumah sakit batu Pahat dan Segamat yang ada di malaysia. Taman terapi di rumah sakit ini memiliki beberapa area 31 bermain serta tanaman-tanaman yang dipilih berdasarkan efek stimulasinya pada anak-anak yaitu: Semak-semak dedaunan berbagai warna sebagai latar belakang. Bunga-bunga berwarna cerah dan memiliki wangi tertentu untuk menstimulasi indera penciuman dan indera penglihatan. Rumput-rumput dan perkerasan dengann tekstur lembut dan kasar untuk menstimulasi indera peraba. Pohon-pohon besar yang menandakan batasan serta penanda lokasi tertentu Tanaman-tanaman buah. Tanaman-tanaman lain yang biasa ada di rumah untuk memberikan kesan familiar bagi para pasien. Kegiatan bermain di taman terapi melatih kemampuan anak-anak untuk menyimpulkan sesuatu, melatih indera penciuman, peraba serta penglihatan mereka, dan melatih mereka untuk merefleksikan sesuatu. Ketika bermain anak-anak melakukan banyak kegiatan yang melibatkan indera mereka dan menuntut mereka bergerak sehingga dapat melatih otot-otot mereka. Selain itu, keanekaragaman tanaman, warna, bentuk serta wangi bunga yang ada di taman juga menarik rasa ingin tahu anak-anak dimana semua hal tesebut dapat mengalihkan perhatian anak dari rasa sakit dan rasa bosan. Warna-warna dari tanaman juga turut mempengaruhi kondisi psikologis anak-anak sebagai contoh, pada area taman terapi, bunga-bunga berwarna cerah seperti merah menarik minat anak-anak dan membuat mereka merasa bersemangat, pemilihan aneka ragam tanaman juga harus dipertimbangkan dari warna tanaman tersebut. Lebih lanjut, Ismail Said juga 32 berpendapat bahwa, keberadaan jenis-jenis tanaman yang bisa ditemukan anakanak di lingkungan tempat tinggal mereka juga penting karena dengan adanya jenis-jenis tanaman tersebut, anak-anak merasa akan merasa familiar dengan lingkungannya dan tidak merasa terisolasi. 2.9 Pemilihan Jenis Tanaman untuk Taman Terapi Tanaman memiliki berbagai bentuk, warna dan tekstur dan aroma tertentu dimana hal-hal tersebut juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman yang digunakan untuk taman terapi. Beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman untuk taman terapi anak berkaitan dengan keamanan adalah: Tanaman tidak boleh beracun Tanaman tidak boleh berduri Tanaman tidak boleh bergetah Hindari penggunaan tanaman yang menyebarkan serbuk bunga yang dapat menyebabkan alergi (Hebert, 2003:92) 2.9.1 Warna Warna yang dimiliki tanaman sangat bervariasi dan pengaruh warna terhadap kondisi psikologis dan kemampuan warna untuk menstimulasi indera penglihatan anak-anak juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman. Warna-warna yang berbeda memberikan efek yang spesifik pada jiwa dan raga. Sebagai contoh, warna merah,orange dan kuning memberikan kesan semangat sedangkan warna biru dan ungu menenangkan sistem saraf (Diamond, 1990:246). Beberapa efek dari penggunaan warna terhadap kondisi psikologis dan fisik manusia yaitu: 33 Tabel 2.2 Efek warna pada kondisi psikologis dan fisik. NO 1 Warna Merah Efek 1. Warna merah identik dengan semangat, antusiasme, cinta dan kasih sayang 2. Meningkatkan tekanan darah dan kecepatan pernafasan 3. Mengaktifkan kelenjar pituitary yang melepas hormon adrenalin yang mempertajam indra penciuman, penglihatan, pendengaran, perasa dan peraba 4. Dampak negatif warna merah adalah gangguan emosional, mempercepat detak jantung dan pernafasan serta hipertensi 2 Orange 1. Warna orange diasosiasikan dengan sistem saraf dan pernafasan sehingga sering digunakan untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan kedua sistem tersebut 2. Warna orange membantu penyerapan kalsium dan membantu proses pencernaan 3. Warna orange membantu meringankan flu dan pneumonia karena memperbesar kapasitas paru-paru 4. Penyakit ashtma, batuk, bronkitis, epilepsy, tuberculosis, dysentry, serta rematik dan penyakit gangguan pernafasan lainnya dapat diredakan dengan menggunakan warna orange 5. Warna orange digunakan untuk meningkatkan fokus/ konsenterasi 6. Warna orange digunakan untuk menetralkan efek negatif warna biru tua 7. Terpapar warna orange secara berlebihan mengakibatkan rasa gugup dan gelisah dan insomnia 3 Kuning 1. Warna kuning diasosiasikan dengan organ-organ pencernaan dan digunakan untuk mengobati berbagai gejala penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan. 2. Warna kuning digunakan untuk meredam efek negatif dari warna ungu 3. Warna kuning memberikan efek ceria dan menstimulasi kreativitas dan membantu konsentrasi 34 4. Warna kuning diminati oleh anak-anak dengan penyakit asthma dan gangguan pernafasan lainnya. 5. Terpapar warna kuning secara berlebihan menyebabkan mudah tersinggung 4 Hijau 1. Warna hijau digunakan untuk menetralkan efek negatif warna merah 2. Warna hijau memberikan efek, menenangkan dan sejuk. 3. Warna hijau membantu mengurangi ketegangan serta rasa gugup, mengurangi tekanan darah serta membantu proses penyembuhan 4. Penyakit yang dapat diringankan oleh warna hijau diantaranya adalah insomnia 5 Biru 1. Warna biru digunakan untuk menetralkan efek negative merah dan orange 2. Warna biru banyak digunakan untuk ruang pasien gangguan mental dan pelaku kriminal karena memberikan efek sedative. Warna biru juga digunakan untuk menenangkan individu yang mudah marah 3. Warna biru dapat menurunkan tekanan darah, meredakan sakit kepala dan mengatasi insomnia 4. Warna biru memberikan efek menenangkan pada detak jantung dan sistem pernafasan 5. Mereduksi stress, rasa cemas, tegang dan depresi. 6. Terpapar warna biru secara berlebihan dapat mengakibatkan depresi dan kelelahan 6 Ungu 1. Warna ungu digunakan untuk menetralkan efek negative warna kuning 2. Warna ungu memberikan efek menenangkan pada pasien gangguan mental serta mengurangi rasa lapar 3. Warna ungu digunakan untuk meredakan berbagai penyakit seperti cramp. 4. Terpapar warna ungu secara berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan depresi dan terlalu banyak berpikir 35 7 Putih 1. Warna putih melambangkan kebersihan 2. Warna putih banyak digunakan untuk memberikan kesan disiplin khususnya untuk pengidap kleptomania dan ketergantungan obat 3. Warna putih memberikan kesan sejuk serta menurunkan tekanan darah 8 Pink 1. Identik dengan rasa takut pada anak laki-laki usia 9-10 tahun 2. Warna pink memberikan efek menenangkan dan mengurangi rasa takut dan cemas pada anak-anak karena memberikan kesan dicintai 3. Memberikan emosi negative pada perempuan dibandingkan laki-laki Sumber: Gaines et al, 2011:50-51 dan S.Azeemi, 2007:40-55 Penelitian dari Wong yang dipublikasikan pada tahun 1988 menunjukkan beberapa warna yang menurut anak-anak identik dengan rasa sakit. Penelitian tersebut melibatkan 150 anak-anak yang dirawat di rumah sakit dan berusia 3-18 tahun. dengan hasil pemilihan warna adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 hasil pemilihan warna Warna Sangat menyakitkan Sedikit menyakitkan Warna yang diminati Hitam 19 108 17 Biru 25 15 56 Merah 20 58 49 Orange 86 7 3 Hijau 36 11 16 Ungu 32 24 38 Sumber: wong (1988:15) Dari hasil penelitian tersebut, warna yang diminati anak-anak adalah Biru sedangkan warna yang paling identik dengan rasa sakit menurut anak adalah hitam dan orange. Pemilihan warna untuk tanaman dalam taman terapi 36 harus mempertimbangkan minat, efek psikologis yang dihasilkan serta persepsi anak terhadap warna tertentu. 2.9.2 Wangi/ aroma tanaman Selain warna, wangi dari tanaman juga turut menjadi pertimbangan karena beberapi wangi tertentu juga dapat menimbulkan efek menenangkan dan menstimulasi indera penciuman bagi anak sebagai contoh yaitu Chamomile, lavender dan geranium. (Hebert, 2003:78) Wangi bunga-bunga dapat memberikan efek psikologis tertentu dan memiliki efek menyembuhkan bagi individu yang menciumnya sebagai contoh, aroma dari eucalyptus meredakan batuk, aroma chamomile untuk meredakan stress dan kecemasan, serta orange blossom untuk membantu menenangkan pikiran. Beberapa jenis bunga yang memilki aroma dengan manfaat tertentu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Lavender ((lavandula angustifolia) Aroma lavender memberikan efek menenangkan serta membantu meringankan sakit kepala, rematik, dan insomnia. Minyak dari lavender memiliki sifat antibakteri dan membantu meringankan sakit tenggorokan 2. Chamomile (matricaria chamomilia) Aroma chamomile memberikan efek menenangkan, membantu mengurangi kecemasan, mengurangi rasa stress dan depresi serta meringankan nyeri otot Aroma dan teh chamomile digunakan untuk membantu meringankan insomnia serta ashtma 37 3. Rosemary Aroma rosemary memberikan efek menenangkan saraf dan meringankan sakit kepala, batuk dan melancarkan sirkulasi darah 4. Gardenia Aroma bunga gardenia meringankan ashtma, menenangkan detak jantung, menurunkan tekanan darah, meringankan stress, rasa cemas dan ketakutan Bunga gardenia yang dikeringkan bisa dijadikan teh dengan fungsi yang sama dengan aromanya serta memberikan efek relax 5. Orange Blossom Bunga orange blossom memiliki aroma dengan efek sedative ringan dan dapat digunakan untuk mengatasi insomnia serta meringankan rasa stress, cemas dan ketakutan. Bunga orange blossom yang dijadikan teh dapat digunakan untuk meringankan rasa lelah, stress serta melancarkan peredaran darah. 6. Carnation (dianthus caryopyllus) Minyak serta aroma bunga carnation digunakan untuk menenangkan sistem saraf dan meringankan rasa cemas Kelopak bunga carnation banyak digunakan untuk perawatan kulit 7. Melati (jasminum officinalis) Aroma dan minyak dari bunga melati digunakan untuk relaksasi, meringankan stress dan berfungsi sesbagai antidepresant Aroma bunga melati juga memiliki efek sedative ringan dan biasa digunakan untuk meringankan kelelahan otot. 38 8. Geranium Aroma geranium meringkankan rasa rasa cemas, stress dan depresi. 2.10 Penempatan Lokasi Tanaman Warna dan aroma dari tanaman menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi penempatan tanaman yang digunakan untuk terapi berkaitan dengan aktivitas pada lokasi tertentu. Contohnya, tanaman-tanaman/ bungabunga warna cerah seperti merah, pink, kuning, orange dan warna cerah lainnya dapat di lokasikan di taman terapi tempat anak-anak bermain karena dapat memberikan kesan ceria, kebahagiaan dan semangat, sedangkan tanaman-tanaman/ bunga-bunga warna biru, putih , pastel dapat diletakkan di dekat kamar anak karena memberikan efek menenangkan. 2.11 Faktor lingkungan terhadap tanaman Faktor lingkungan yang mempengaruhi tanaman terdiri dari temperatur, cahaya, PH dan kelembaban dengan masing-masing pengaruh adalah sebagai berikut: 1. Temperatur: temperatur untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap jenis tanaman berbeda-beda. Temperatur optimum pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan berkaitan dengan asal wilayah jenis tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang berasal dari wilayah tropis memerlukan temperatur yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari daerah subtropis. 2. Cahaya matahari: cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman yang merupakan proses dasar tanaman untuk menghasilkan makanan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. 39 3. Curah hujan: curah hujan berkaitan dengan jumlah air yang jatuh ketanah. Dimana air akan dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendapatkan garamgaram mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. 4. PH: faktor PH (derajat keasaman) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah PH tanam. PH tanah, dipengaruhi oleh jenis tanah dimana ada tanah yang bersifat asam. Jika PH tidak cocok dengan jenis PH tanah, tumbuhan akan mengalami keracunan. 5. Kelembaban udara: kelembaban udara digunakan untuk memperhitungkan masa panen tanaman dan hama yang dapat merugikan tanaman. (Diah, 2006:12-14 dan Aak, 1983:17-18) 2.12 Pengaruh sinar matahari pada tanaman Pengaruh sinar matahari pada tanaman terbagi menjadi: a. Pengaruh teriknya sinar matahari: setiap tanaman berbeda-beda pengaruhnya terhadap kerasnya / teriknya sinar matahari; ada tanaman yang tumbuh lebih baik pada tempat terbuka (exposed) namun sebaliknya, ada beberapa tanaman yang tumbuh lebih baik pada tempat yang teduh (sheltered). b. Pengaruh lamanya/ panjangnya sinar matahari terhadap tanaman: Menurut reaksi tanaman sesuai panjangnya penyinaran, maka, tanaman terbagi menjadi 3 jenis yaitu: Full sun : tanaman jenis full sun memerlukan lama penyinaran 8-12 jam/ hari dengan lama penyinaran minimal adalah 6 jam/hari. tanaman jenis full sun dapat disinari baik dengan cahaya matahari pagi ataupun sore. 40 Partial sun/ partial shade : tanaman jenis partial shade memerlukan lama penyinaran 4-8 jam/hari dengan lama penyinaran minimal adalah 3 jam/hari. Tanaman jenis partial shade lebih direkomendasikan untuk disinari dengan cahaya matahari pagi. Full shade : tanaman jenis full shade merupakan tanaman yang harus disinari kurang dari 3 jam/hari baik cayaha matahari pagi ataupun sore. Beberapa jenis tanaman full shade harus dibayangi oleh tanaman lain. 2.13 Studi Literatur Penerapan Taman Terapi pada Rumah Sakit 2.13.1 Rusk Play Garden Rusk Play garden merupakan salah satu contoh taman terapi yang ditujukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang berlokasi di New York University Medical Center. Anak-anak yang melakukan terapi di tempat ini terdiri dari berbagai macam keterbatasan meliputi cerebral palsy, limb deficience, amputasi, spinal cord injury, spina bifida, muscular dystrophy, tumor otak, dan trauma. Desain yang ada pada taman terapi tersebut ditujukan untuk memotivasi anak-anak dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk bereksplorasi dan melakukan aktifitas menstimulasi rasa ingin tahu mereka serta membangkitkan kemandirian, spontanitas dan kreatifitas secara fisik, kognitif, sosial, dan sensori. Desain Rusk Play Garden sangat kaya akan berbagai usur alam berupa bunga dengan warna-warna cerah dan wangi tertentu, textur halus dan kasar serta unsur alam lain seperti angin, cahaya dan air yang berkaitan dengan sensori anak-anak selain itu, taman ini juga memancing anak-anak untuk aktif 41 bergerak. Dalam taman ini anak-anak memiliki variasi pilihan dan tantangan yang dapat dilakukan contohnya dengan membuat luncuran (slide) yang dapat diakses melalui dua cara, yaitu dengan ramp pada salah satu sisinya dan tangga pada sisi lain. Fitur-fitur interaktif yang meliputi bak pasir dan taman dapat diakses dengan mudah, dimana pada tempat ini anak-anak dapat duduk dan menggali tanah, kebun buah, dan bunga dimana anak-anak dapat menanam, ayunan yang dapat menstimulasi pergerakan dan lainnya. Gambar 2.6 . site plan dari Rusk Play Garden. Sumber: Johansson, 2004 dalam Arfianti (2010:15) Terapi yang dilakukan pada taman terapi ini meliputi integrasi sensori (tactile, auditory, dan visual), integrasi sistem vestibular, integrasi kognitif, pendidikan lingkungan dan sains, serta pengembangan sosial. Terapi integrasi sensori yang berupa perabaan diperoleh dari pengalaman anak merasakan variasi tekstur permukaan rumput, pasir, kayu, air, batu, daun, dan bunga serta merasakan panas sinar matahari. Sensor auditory/ pendengaran distimulasi melalui suara kicauan burung, lebah, gesekan daun, air dan lain-lain. Kemampuan visual anak distimulasi dengan melihat ikan berenang, kupu-kupu terbang, perubahan cahaya dan bayangan. Terapi integrasi sistem vestibular menstimulasi keseimbangan, koordinasi, kemampuan motorik, pergerakan, dan gravitasi. Bukit berumput, jembatan, terowongan, ramp, slide, dan tangga akan menstimulasi pergerakan anak dan merasakan pengalaman yang berbeda. 42 Objek yang interaktif serta pengalaman-pengalaman yang didapat oleh anakanak di taman tersebut dapat membantu mensintesiskan kemampuan kognitif anak dengan fungsi fisiknya. Melalui hal tersebut anak-anak akan belajar mengenai kemampuan merencana, hubungan sebab akibat, dan inisiasi. Dalam pendidikan lingkungan dan sains, anak-anak akan belajar mengenai alam serta hubungan antara satu elemen natural dengan lainnya, seperti air, udara, bumi, cahaya, hewan, dan manusia yang dilakukan melalui terapi hortikultur. Taman ini juga mendukung interaksi sosial antara anak dengan kemampuan, umur, dan gender yang berbeda. 2.13.2 Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital adalah rumah sakit yang ditujukan khusus sebagai pusat rehabilitasi baik untuk orang dewasa ataupun anak-anak. Layanan rehabilitasi yang diberikan meliputi rehabilitasi pasca stroke, rehabilitasi cedera tulang belakang, pelatihan menggunakan kursi roda dan lain-lain. Salah satu metode rehabilitasi yang digunakan oleh Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital adalah terapi hortikurtura dengan menggunakan taman terapi berupa roof garden yang ada pada lantai paling atas rumah sakit. Terapi hortikurtura merupakan suatu bentuk terapi dimana kegiatan merawat tanaman serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan ditaman meliputi sosialisasi dan bermain dapat meningkatkan kesehatan jiwa dan raga. Taman terapi ini ditujukan sebagai sarana terapi bagi para pasien seakaligus sebagai sarana untuk mendukung kegiatan bersosialisasi bagi para pasien meliputi bermain untuk pasien anak-anak. Beberapa area yang terdapat pada taman terapi ini yaitu: 43 Area bermain untuk anak serta sensory garden dan tempat berkumpul untuk keluarga Lake side area dimana pada area ini ada air terjun adan sungai buatan dengan skala kecil sebagai sarana rekreasi pasien Southside dimana pada area ini terdapat banyak jenis tanaman meliputi bunga dan sayur serta gazebo-gazebo yang dapat digunakan untuk beristirahat Central area dimana pada bagian ini terdapat lapangan basket dan sarana olahraga lainnya Gambar 2.7 Site plan taman terapi Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013 Gambar 2.8 Sungai buatan skala kecil pada bagian lake side area. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013 Tanaman- tanaman yang ditanam pada taman terapi Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital sebagain besar, terdiri dari rumput sebagai ground cover dan bunga-bunga berbagai jenis seperti cosmos, marigold dan lavender dengan ketinggian dibawah 2 m. 44 Kedalaman tanah pada taman terapi Chicago’s Scwab Rehabilition Hospital adalah ±45 cm. Dengan dimanfaatkannya atap rumah sakit sebagai area tanam maka, atap rumah sakit terdiri dari beberapa lapisan seperti water proofing drainase dan lapisan-lapisan lain untuk menjaga kelembaban tanah. Tanaman hias (rumput dan bunga) Tanah sebagai media tanam (±45cm) Gambar 2.9. Gambar detail konstruksi sungai buatan pada lake side area. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013 Tanah sebagai media tanam (40cm) Gambar 2.10. Gambar detail konstruksi taman terapi pada bagian dinding terluar. Sumber: https://landscapeonline.com, diakses tanggal 28 febuari 2013 45 2.14 Studi Banding Rumah Sakit Santosa 2.15.1 Profil Rumah Sakit Santosa Rumah sakit Santosa berlokasi di JL.Kebonjati No.38 dan merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang memiliki taman terapi/ healing garden yang digunakan sebagai sarana terapi pasien. Rumah sakit Santosa diresmikan pada tanggal 4 november 2006 oleh dr.Siti Fadilah Supaari,Sp.JP (K) dan didirikan di atas lahan seluas 1,3 Ha dengan total luas bangunan 36.000 m² dan terdiri dari 9 lantai dan 2 basement yang difungsikan sebagai lahan parkir. 2.15.2 Studi banding taman terapi/ healing garden RS.Santosa Rumah sakit santosa dilengkapi dengan taman terapi yang terbuka untuk pasien, keluarga pasien serta para staff rumah sakit. Taman terapi RS.Santosa terletak di lantai 4 dan lantai 9 rumah sakit serta bisa dijangkau dengan menggunakan lift. Taman Terapi lantai 9 Taman Terapi lantai 4 Gambar 2.11 Lokasi taman terapi pada bangunan rumah sakit. Sumber: WWW.santosa-hospital.com, diakses tanggal 27 maret 2013 Taman terapi yang terletak dilantai 4 dan lantai 9 dapat dijangkau dengan mudah lewat lift dan terbuka untuk pasien, keluarga pasien dan staff rumah sakit. Kedua taman terapi di lantai ini digunakan sebagai sarana untuk rekreasi dan terapi serta memiliki elemen taman yang beraneka ragam mulai dari jenis-jenis tanaman, material serta furniture-furniture taman. Taman terapi di lantai 4 dan lantai 9 RS.Santosa dilengkapi dengan satu jalur yang 46 berisi batu-batu untuk refleksi dimana pasien, keluarga ataupun staff bisa berjalan diatasnya. Taman terapi di lantai 9, dilengkapi dengan ramp sebagai sarana untuk terapi, jalur batu refleksi, gazebo untuk istirahat serta alunan musik tradisional. Dengan berbagai fasilitas untuk terapi yang ada di taman lantai 9 maka, dapat disimpulkan kalau taman ini lebih ditujukan untuk terapi pasien jika dibandingkan dengan taman yang ada di lantai 4. Gambar 2.12 Taman terapi di lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.13 Batu refleksi yang bisa digunakan pasien, keluarga dan staff rumah sakit. Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.14 Taman terapi di lantai 9 RS.Santosa. Sumber: dokumentasi pribadi 47 Gambar 2.15 Ramp dan jalur batu refleksi untuk pengunjung pada taman di lantai 9. Sumber: dokumentasi pribadi Jenis-jenis tanaman yang ada pada taman terapi dilantai 4 dan 9 cukup beragam dan terdiri dari pohon-pohon jenis palem yang difungsikan sebagai shadding bagi tanaman lain dan terletak di area terluar taman, dekat dengan pagar pembatas taman serta bunga-bunga dan semak-semak beraneka warna. Warna bunga yang terdapat di kedua taman terapi didominasi oleh bunga-bunga warna pink, orange, dan ungu muda. Pada lantai 4, bunga warna putih diletakkan dekat dengan pintu masuk taman. Jenis bunga terbanyak pada taman terapi adalah jenis geranium berwarna pink dan orange. Pada taman terapi lantai 4, bunga-bunga teratai ditanam didalam pot yang diletakkan di sisi-sisi. Tanaman bunga teratai ini juga memperkaya elemen taman dengan menambahkan unsur air. Bunga-bunga warna cerah selain didominasi oleh jenis geranium juga didominasi oleh jenis euphorbia milli (bunga 8 dewa) warna orange namun, bunga tersebut berduri sehingga tidak diletakkan didekat jalur batu refleksi untuk mencegah terjadinya cidera. Bunga euphorbia milli diletakkan di tempattempat dimana sirkulasi sedikit dan hanya berfungsi sebagai elemen estetika. Semak-semak yang ditanam di taman terdiri dari warna hijau, ungu dan kuning serta banyak diletakkan di dekat jalur batu refleksi. 48 Gambar 2.16 Bunga Anthurium warna putih, bercampur dengan warna orange dan pink pada entrance taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.17 Bunga-bunga warna ungu muda serta kuning dan semak di dekat jalur batu refleksi. Pada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.18 Bunga euphorbia milli sebagai elemen estetika dan bunga teratai dalam pot yang menambah unsur airpada taman lantai 4. Sumber: dokumentasi pribadi Pada taman di lantai 9 bunga-bunga berwarna kuning dan orange diletakkan dekat dengan pintu masuk taman, bunga-bunga warna merah dan pink banyak diletakkan di tengah taman dengan jalur sirkulasi berbentuk loop dimana banyak pengguna taman lalu lalang. Semak-semak berwarna hijau, ungu dan kuning diletakkan dekat dengan ramp. Pada taman di lantai 9 ini juga terdapat bunga berwarna ungu muda yaitu Brunfelsia Pauciflora/ melati 49 ungu yang memiliki wangi tertentu dengan efek menenangkan sehingga bunga ini diletakkan dekat dengan gazebo tempat duduk-duduk. 6 5 7 4 1 Gazebo 2 Entrance 3 Gambar 2.19 Layout taman terapi lantai 9. Sumber: dokumentasi pribadi Keterangan: 1= bunga warna orange, kuning dan pink pada entrance 2= semak warna kuning dan hijau 3= bunga warna melati 4=semak warna hijau, kuning, 5= bunga euphorbia milli (bunga 8 dewa) 6= bunga kembang sepatu dan bunga asoka 7= pohon palem ungu dan bunga warna putih, orange, pink, ungu, dan merah Gambar 2.20 Pohon palem disekeliling taman dan semak berwarna hijau dan ungu serta bunga browallia di dekat ramp. Suber: dokumentasi pribadi 50 Gambar 2.21 Bunga helliconia psittacorum/ pokok sepit udang warna orange dan Bunga allamanda cathartica/ bunga alamanda warna kuning pada entrance taman lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi Gambar 2.22 Bunga saraca asoka dan bunga kembang sepatu warna merah di tengah taman serta bunga Brunfelsia Pauciflora didekat gazebo yang terletak pada lantai 9. sumber: dokumentasi pribadi Kesimpulan yang bisa didapat mengenai jenis tanaman terkait dengan efek psikologis yang diberikan dan lokasi penempatan tanaman adalah sebagai berikut: 1. Anthurium warna putih : warna putih memberikan kesan bersih, dan digunakan untuk mereduksi panas, serta mengobati darah tinggi. 2. Geranium: geranium pada taman terapi memiliki aneka warna yaitu pink tua yang memberikan efek menenangkan dan orange yang memberikan kesan ceria dan semangat sehingga banyak diletakkan di jalur-jalur sirkulasi taman tempat pengunjung lalu lalang dan beraktivitas. 3. euphorbia milli (bunga 8 dewa): bunga euphorbia milli yang ditanam pada taman terapi berwarna orange dan hanya difungsikan sebagai elemen estetika. 4. bunga teratai: bunga ini difungsikan sebagai elemen estetika dan memperkaya elemen taman dengan menambahkan unsur air. 5. Bunga browallia: bunga ini, berwarna ungu dan diletakkan dekat dengan jalur batu refleksi. Warna ungu memberikan efek menenangkan, mengurangi 51 rasa lapar, digunakan untuk mengobati obesitas,penyakit ginjal, cramp, dan lain-lain. 6. Bunga helliconia psittacorum: bunga ini berwarna orange menstimulasi kreativitas dan mendorong seseorang untuk beraktivitas secara energik. Namun, terpapar warna orange terlalu banyak akan menyebabkan seseorang merasa gugup dan gelisah sehingga jumlahnya pada taman tidak banyak. 7. Bunga allamanda cathartica: bunga ini berwarna kuning yang memberikan efek ceria namun juga menenangkan bagi pasien dengan gangguan pernafasan. Terpapar warna kuning terlalu banyak berdampak pada rasa tertarik yang berlebihan yang menyebabkan kelelahan karena itu, jumlahnya pada taman tidak terlalu banyak dan hanya di letakkan pada entrance taman. 8. Bunga saraca asoka: bunga ini berwarna merah yang memberikan kesan ceria dan semangat. Oleh karena itu, bunga ini diletakkan ditengah taman dimana banyak orang lalu lalang dan beraktivitas namun, jumlahnya tidak banyak karena terpapar warna merah terlalu banyak dapat berdampak hipertensi. 9. Bunga kembang sepatu: bunga ini dan bunga saraca asoka pada taman terapi keduanya berwarna merah dan sama-sama diletakkan di tengah taman. 10. Bunga Brunfelsia Pauciflora: Bunga ini berwarna ungu muda yang memberi efek menenangkan, mengurangi rasa lapar. terpapar warna ungu terlalu banyak dapat menyebabkan depresi sehingga jumlahnya tidak banyak. Wangi bunga ini memberikan efek menenangkan sehingga diletakkan dekat dengan gazebo. 52 Kesimpulan dari semua landasan teori diatas adalah sebagai berikut: Kriteria design suatu taman terapi banyak dikemukakan oleh para ahli dan semua kriteria tersebut berserta fokusnya dapat disimpulkan dalam skema berikut: 1. Pengguna harus dilibatkan dalam proses design 2. Taman harus menstimulasi panca indera penggunanya Kegiatan dan kebutuhan pengguna taman Indera penglihatan Tekstur (material) Indera pendengaran Suara air, burung, dedaunan Indera perasa 4. Bersentuhan dengan alam, mendukung ekosistem, mengundang satwa-satwa setempat 5. Kebebasan untuk memilih ruang bagi pengguna berkaitan dengan kegiatan dan privasi 6. Pergerakan didalam taman/ kebebasan bergerak didalam taman warna Indera peraba Indera penciuman 3. Pemilihan Jenis Tanaman Fasilitas Aroma Tanaman yang bisa dikonsumsi (edible) warna Kondisi Fisik Aroma Zoning taman berdasarkan aktivitas Ruang micro (ruang untuk privasi dan sosialisasi Alur sirkulasi Penunjuk arah 7. Jalur dalam taman harus jelas arahnya 8. Memberikan rasa lega dan bebas stress pada para penggunanya User friendly untuk pasien disable 9. Taman bersifat menyambut (welcoming) Skema kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut sumber: thesis Healing Gardens: Creating Places for Restoration, Meditation, and Sanctuary tahun 2002 oleh vappa hal.62-72disajikan dalam bentuk skema oleh penulis 53 Skema tersebut menunjukkan kriteria perancangan taman terapi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kriteria tersebut. Kotak berwarna merah merupakan kriteria yang menjadi fokus dalam penelitian ini Dari pengertian rumah sakit dan anak maka dapat disimpulkan kalau rumah sakit anak adalah sarana kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada anak (individu usia 0-20 tahun) baik kuratif maupun rehabilitatif. Ruang terbuka berupa taman rumah sakit dan segala unsur alam yang terdapat didalamnya berdampak baik bagi kesehatan dan Tanaman sebagai unsur alam untuk taman terapi khususnya untuk anak harus diperhatikan dari warna, aroma, tekstur, bentuk, ketinggian serta faktor keamanan berkaitan dengan efek stimulasinya pada panca indera anak (Said, 2003) Warna dan aroma memberikan efek tertentu pada jiwa dan raga manusia dan dapat membantu untuk meredakan penyakit dan emosi negatif tertentu seperti rasa cemas, ketakutan, tegang dan lain-lain (lihat tabel fungsi warna hal.33 dan fungsi aroma hal 36 ) sehingga dapat mendukung kegiatan terapi dan proses penyembuhan pasien serta kegiatan pengguna ruang dalam lingkungan rumah sakit. Dari semua uraian tersebut diatas maka, variabel yang mempengaruhi taman terapi pada penelitian ini yaitu: fasilitas, berkaitan dengan kegiatan terapi (kebutuhan pengguna), material berkaitan dengan tekstur dan jenis tanaman berkaitan dengan warna dan aroma yang mendukung kegiatan dalam rumah sakit.