135 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Musik seni

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Musik seni adalah jenis musik yang dituliskan dalam
kaidah-kaidah tertentu yang berlaku dalam dunia musik Barat.
Musik seni dapat muncul di Indonesia sebagai hasil dari pengaruh
musik Barat yang masuk ke Indonesia melalui: jalur agama,
perdagangan, dan politik, yang dimulai sejak abad ke-16.
Komposisi musik seni Indonesia yang pertama adalah
Kinanthie Sandoong karya Ki Hadjar Dewantara, dibuat pada
tahun 1916. Komposisi ini menggunakan unsur-unsur tembang
atau gendhing Jawa sebagai sumber pokok penciptaan untuk
dituangkan ke dalam permainan instrumen Barat.
Konsep pembuatan komposisi yang serupa, diikuti oleh Amir
Pasaribu,
yang,
dalam
karyanya
yang
berjudul
Indyhiang,
menggunakan unsur musik Sunda sebagai melodi pokok untuk
komposisi solo piano tersebut. Komponis berikutnya, Trisutji
Kamal
juga
menekankan
pengolahan
lagu
daerah
dalam
pembuatan komposisi piano yang berjudul Soleram Fantasi.
Demikian halnya dengan Jaya Suprana, yang mengimitasi
suara kendang pada permainan tangan kiri untuk piano dalam
karyanya yang berjudul Fragmen. Selanjutnya, Yazeed Djamin juga
menciptakan Srikandhy dengan menggunakan teknik poliritmik
135
136
untuk mewakili keragaman ritmis bunyi gamelan, terutama pada
bagian introduksinya.
Komponis Indonesia yang eksis saat ini adalah Ananda
Sukarlan. Ananda juga mencipta berbagai karya musik dengan
teknik komposisi musik seni Barat dengan menggunakan musik
tradisional Indonesia sebagai sumber penciptaan, terutama dalam
karyanya yang berjudul The Drupadi Trilogy. Karya ini merupakan
rangkaian dari tiga karya, yaitu: 1) The Birth of Drupadi, untuk
marimba solo, 2) The 5 Lovers of Drupadi, untuk guitar solo, dan 3)
The Humiliation of Drupadi, untuk dua piano yang dipentaskan
bersama dengan tarian yang dikoreografi oleh Chendra Panatan.
Hal yang paling menonjol yang dapat disimpulkan dari
serangkaian paparan data dan analisis karya pada bab-bab
sebelum ini adalah adanya interrelasi atau jalinan hubungan
timbal balik antara dua elemen yaitu musik seni Barat dan musik
tradisional Indonesia. Ananda Sukarlan, komponis The Drupadi
Trilogy, dan Chendra Panatan, koreografer The Humiliation of
Drupadi, sangat menyadari hal itu, bahkan menjadikannya sebagai
visi mereka dalam berkolaborasi dan berkarya.
Kedua seniman tersebut, yang sama-sama berlatar belakang
pendidikan seni Barat, ingin mengintegrasikan unsur-unsur
tradisi Indonesia ke dalam karya-karya mereka, baik dalam musik
maupun tari, dengan menggunakan teknik dan metode Barat yang
mereka kuasai. Oleh karena itu, elemen-elemen tradisi Indonesia,
137
seperti pemilihan sumber narasi karya dan materi komposisi,
hampir selalu bersifat dan berasal dari Indonesia, yang kemudian
menjadi elemen utama dalam berbagai karya yang mereka
ciptakan.
Melalui The Drupadi Trilogy, Ananda, secara tidak langsung,
telah melakukan disseminasi kisah Drupadi ke dalam dunia musik
seni Barat. Dalam dunia musik seni Barat, banyak komposisi
musik yang didasarkan pada kisah naratif seperti kisah Orpheus,
Romeo and Juliet, atau The Nutcracker, dan kini, terdapat juga
kisah Drupadi berkat Ananda Sukarlan yang memiliki kedudukan
dan posisi cukup strategis dalam arena tersebut. Bahkan, melalui
dua rekan musisinya yang berasal dari Spanyol: Miquel Bernat
dan Miguel Trapaga, komposisi musik tersebut dapat juga
memberikan pengaruh kepada gaya komposisi komponis dan
musisi seni Barat lainnya.
Interrelasi antara musik tradisional Indonesia dengan musik
seni Barat di dalam karya musik ini, merupakan sebuah
pemberian situasi yang baru (resituating) bagi musik tradisional ke
dalam konteks musik seni Barat, yang dapat membangun wujud
identitas dalam sebuah karya musik. Identitas komponis yang
mewujud dalam karya musik tersebut, dalam dunia musik seni
Barat, merupakan salah satu penentu keberhasilan pengambilan
posisi,
yang
bertujuan
untuk
menentukan
komponis tersebut dalam arena yang digelutinya.
eksistensi
dari
138
B. Saran
Integrasi antara elemen musik Barat dan Timur dalam
komposisi musik seni Indonesia, telah dimulai sejak Ki Hadjar
Dewantara, Amir Pasaribu, diteruskan oleh Trisutji Kamal, Jaya
Suprana, Yazeed Djamin, Marusya Nainggolan Abdullah, dan kini,
Ananda Sukarlan. Hal tersebut layak untuk memperoleh apresiasi
karena merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan unsurunsur tradisional Indonesia dalam konteks musik seni Barat.
Upaya tersebut bertujuan untuk dapat memperkenalkan unsurunsur tradisional Indonesia secara lebih luas dan dapat bertahan
melampaui ruang dan waktu karena terdokumentasi dalam
bentuk partitur atau score musik.
Selain itu, dalam kaitannya dengan penetapan identitas,
pembentukan definisi, serta penyusunan sejarah musik seni
Indonesia,
dibutuhkan
kerjasama
antara
pemerintah,
para
komponis, dan para peneliti musik. Apabila ketiga elemen tersebut
terpadu dan bersinergi dengan baik, maka Indonesia tak akan
terlambat dalam hal mematenkan jenis musik ini sebagai salah
satu kekayaan intelektual bangsa, sehingga, tidak ada satu negara
pun yang dapat merebutnya, karena hak paten akan sebuah karya
seni memiliki landasan hukum yang kuat. Apabila hal tersebut
tercapai, maka sesuatu yang telah, sedang dan akan dibangun
oleh komponis musik seni Indonesia di masa lalu, masa kini dan
masa mendatang, tidak akan menjadi sia-sia.
Download