PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII-4 SMP DARUSSALAM CIPUTAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: Habibah Ramadhan (1110013000045) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PERNYATAAN PENULIS Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Habibah Ramadhan NIM : 1110013000045 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014” Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. Dengan ini menyatakan, bahwa 1. Skripsi ini merupakan karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti, bahwa karya ini bukan hasil karya saya sendiri atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya siap menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 12 Januari 2015 Habibah Ramadhan NIM. 1110013000045 ABSTRAK HABIBAH RAMADHAN. NIM:11100013000045. Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik dalam membaca menggunakan media gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas dengan tujuan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dalam membaca dengan penggunaan media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II melalui media gambar mengalami peningkatan dalam memahami bacaan. Pada pratindakan , nilai yang diperoleh 63,67 setelah siklus I meningkat menjadi 78,67. sampai pada siklus II (terakhir) pemahaman peserta didik meningkat menjadi 86,33 > nilai KKM (75). Kata kunci : memahami bacaan dan media gambar. i ABSTRACT HABIBAH RAMADHAN. NIM: 11100013000045. The improvement of reading ability to understanding reading text through pictures of seventh-four (VII-4) students of SMP Darussalam Ciputat years 2013/2014; Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Syarif Hidayatullah, State Islamic University, Jakarta, 2015. The objective of this research is to discover the improvement of students’ reading understanding through pictures in learning Bahasa. The research was conducted at SMP Darussalam Ciputat. The writer used Classroom Action Research (CAR) method. CAR was done as a way to overcome problem in the class by giving solution of the problem that face of teachers in teaching Bahasa. The result of this research shows the improvement of students’ reading ability to understanding the paragraph through pictures. The improvement can be seen by every cycle in the classroom. The average achievement that was gotten at first cycle through pictures is improving. At the pre-proceeding score, 63,67 after first cycle increase become 78,67, until at second cycle the students’ understanding improve become 89 > score KKM (75). Keyword : reading and picture. ii KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmanirrahim Segala puji serta syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada suri tauladan umat islam Rasullah Muhammad SAW yang telah berhasil membawa manusia ke dalam dunia yang berperadaban. Skripsi merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persayaratan untuk menyelesaikan program studi Strata I (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejauh ini penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan pada skripsi ini, yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami penulis, sehingga tidak mungkin selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dra.Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2. Dra.Hindun, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk keikhlasan, pengertian, dan kesabaran yang tak henti mengingatkan mahasiswa agar selalu mengerjakan skripsi hingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai. 3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses iii iv perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas. 5. Drs. Asnawie selaku kepala SMP Darussalam beserta seluruh guru dan para peserta didik, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. 6. Teristimewa buat Ayahanda Munadi, Ibunda Yunani, kakak beserta adik (Komala, Ulfah, Anisa, Yuliana, Hanifah, dan Muflia), serta seluruh keluargaku tercinta. Terimakasih atas kasih sayang, motivasi, materi, dan pengertiannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala keindahan dan kebaikkan berlipat ganda. 7. Sahabat-sahabat seperjuangan, Lintang Akhlakukarimah, Septiara Lianasari, Papat Fathiyah, Anggeraeni, Anisah Utari, Fahrudin Mualim, Dimas Albiyan, Puguh. A.P, serta Meizar F.I. dan sahabat-sahabat Jurusan PBSI A khususnya angkatan 2010. Terima kasih telah berbagi semangat dan pengalaman,serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis di balas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan juga para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan. Jakarta, 12 Januari 2015 Habibah Ramadhan DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ...............................................................................................................i ABSTRAK INGGRIS .............................................................................................ii KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ..........................................................................................6 C. Pembatas Masalah .............................................................................................6 D. Perumusan Masalah ..........................................................................................6 E. Tujuan Penelitian ..............................................................................................7 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................7 BAB II : LANDASAN TEORI A. Perbedaan Keterampilan dan Kemampuan .......................................................8 1. Keterampilan Membaca ..............................................................................8 a. Aspek Keterampilan Membaca ...........................................................10 b. Mengembangkan Keterampilan Membaca .........................................11 2. Kemampuan Pemahaman Bacaan .............................................................12 a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan ..........................................15 b. Proses Pemahaman Bacaan .................................................................16 3. Tujuan Membaca .......................................................................................17 4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan ...................................................20 v vi B. Pengertian Media Pembelajaran ......................................................................23 1. Fungsi Media Pembelajaran ......................................................................24 2. Macam-macam Media Pembelajaran ........................................................25 3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran ...........................................25 4. Jenis Media Gambar ..................................................................................26 5. Ciri-ciri Gambar yang Baik .......................................................................27 C. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................28 D. Kerangka Pikir ................................................................................................29 BAB III : METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................31 B. Metode Penelitian ............................................................................................31 C. Populasi dan Sampel........................................................................................32 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .....................................................33 E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................33 F. Tahap-tahap Penelitian ....................................................................................34 G. Data dan Sumber Data ....................................................................................37 H. Teknik Analisis Data .......................................................................................37 I. Teknik Keabsahan Data ..................................................................................38 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ...................................................................40 1. Gambaran Sekolah ....................................................................................40 2. Visi SMP Darussalam ...............................................................................41 3. Misi SMP Darussalam ...............................................................................42 B. Penelitian Pendahuluan ...................................................................................42 C. Tindakan Pembelajaran ...................................................................................43 1. Temuan Penelitian Pembelajaran Pratindakan ..........................................43 2. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus I .................................................50 3. Temuan Penelitian Pembalajaran Siklus II ...............................................56 vii D. Pemeriksaan Keabsahan Data..........................................................................63 E. Analisis Data ...................................................................................................64 F. Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................................66 BAB V : PENUTUP A. Simpulan .........................................................................................................68 B. Saran ................................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................70 LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS DAFTAR TABEL Tabel Halaman 4.1 : Data ruang kantor 41 4.2 : Ruang Penunjang 41 4.3 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran pertemuan pratindakan 45 4.4 : Nilai pemahaman bacaan pertemuan pratindakan 47 4.5 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan pratindakan 49 4.6 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus I 51 4.7 : Nilai pemahaman bacaan pertemuan siklus I 53 4.8 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus I 55 4.9 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus II 58 4.10 : Nilai Pemahaman bacaan pertemuan siklus II 60 4.11 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus II 62 4.12 : Data perolehan nilai tes pada akhir siklus 64 4.13 : Hasil rata-rata kehaktifan peserta didik dalam pembelajaran 65 viii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 : Kerangka pikir 30 3.2 : Siklus kegiatan penelitian tindakan kelas 37 4.1 : Proses kegiatan belajar mengajar pratindakan 45 4.2 : Proses kegiatan belajar mengajar siklus I 51 4.3 : Proses kegiatan belajar mengajar siklus II 57 ix DAFTAR LAMPIRAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pratindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Silabus Hasil belajar siswa pratindakan Hasil belajar siswa siklus I Hasil belajar siswa siklus II x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa penting dikuasai siswa, karena dengan keterampilan berbahasa secara langsung berkaitan dengan para siswa di Sekolah Menengah Pertama. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan memahami bacaan. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar dapat mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran di kelas. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju siswa lebih terpengaruh dengan adanya internet. Siswa lebih senang memainkan games online seharian dibandingkan dengan membaca. Siswa menganggap membaca itu membuatnya merasa bosan dan jenuh sehingga mereka lebih tertarik berjam-jam di warnet dibandingkan memegang buku atau bacaan lain. Dengan itu pendidik perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk membaca dan memperoleh ilmu pengetahuan dari bacaan. Sebab dengan membaca siswa dapat membuka pikiran yang intelektual. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dibidang (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) IPTEK dan budaya cenderung semakin pesat. Fenomena seperti ini perlu dipahami dan disikapi, dengan berupaya untuk mengejar ketertinggalan dan kekurangan. Untuk itu sumber daya manusia sebagai generasi masa depan perlu dikembangkan kemampuannya antara lain dengan menyediakan informasi yang lengkap, akurat, aktual dan terpercaya melalui dukungan sarana dan prasarana akses membaca, seperti perpustakaan,taman bacaan atau rumah baca. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 4-5 secara eksplisit menyatakan bahwa “salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”. Dengan demikian, maka pembudayaan ”MEMBACA” merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh siapapun yang ingin maju, berprestasi, dan sukses dalam meningkatkan kemampuan bagi dirinya sendiri. 1 2 Sebab itu sebagai seorang pendidik harus memberikan motivasi kepada siswa dalam membaca, agar terbuka wawasan terhadap ilmu pengetahuan. Dengan membaca seorang dapat meningkatkan apa yang belum ketahui, baik membaca di koran, internet ataupun dalam bacaan yang lainnya. Semakin banyak membaca semakin bertambah juga ilmu pengetahuan yang belum ketahui di luar sana. Banyak yang memandang membaca membuat jenuh dan mudah bosan, maka dari itu pemerintah harus berupaya agar membaca sebagai suatu kegemaran bagi siswa bukan kejenuhan yang mereka dapat, bahkan dengan membaca seseorang bisa membuat sebagai hobi saat sedang merasakan kejenuhan. Bila merasakan kejenuhan saat menunggu angkutan umum, seperti bis, busway, dan sebagainya dengan membaca seseorang dapat menghilangkan rasa kejenuhan tersebut. Agar sebagian orang merasa suka terhadap membaca pemerintah harus membuat taman bacaan yang kreatif agar mereka tertarik dan tidak merasa bosan saat mereka membaca. Dengan hal yang seperti itu mereka jadi senang mendatangi taman bacaan, karena di dalam taman bacaan tersebut ada buku-buku bergambar yang tentunya tidak membuat pembaca merasa bosan. Orang-orang di luar negeri pada saat mereka hendak pergi dalam perjalanan, maupun saat berada di dalam kendaraan umum mereka pun tak sungkan untuk membaca. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang menyatakan bahwa kebudayaan dalam kegemaran membaca dapat dilakukan melalui peran keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Untuk itu peran keluarga dan masyarakat dapat diharapkan dalam membudayakan membaca sebagai suatu kegemaran. Pada era global atau era ekonomi kreatif, seorang dituntut tidak hanya cerdas, melainkan juga kreatif dan produktif. Indonesia sudah memulai kegiatan membaca, dengan adanya perpustakaan keliling yang diadakan di Jakarta, mungkin ini salah satu langkah untuk mengejar ketertinggalan masyarakat dalam membaca. Dengan adanya perpustakaan keliling banyak anak-anak kecil yang mulai tertarik untuk ikut membaca walaupun hanya sekedar membaca komik di dalam bus. Banyak juga di kota-kota lain yang menyediakan taman bacaan yang dapat menunjang keterampilan membaca, 3 biasanya di dalam taman bacaan tersebut banyak anak-anak jalanan yang ikut serta karena keterbatasan ekonomi mereka yang kurang mendapatkan pendidikan, dengan adanya taman bacaan tersebut mereka bisa diajarkan membaca, menulis, dan lainnya. Dengan itu taman bacaan ramai dikunjungi oleh orang-orang yang mempunyai tekad yang tinggi untuk bisa membaca agar mereka tidak tertinggal dalam era globalisasi. Keterampilan berbahasa ada beberapa aspek, yaitu (1) menyimak; (2) berbicara; (3) membaca; (4) menulis. Diharapkan siswa mampu mengungkapkan suatu informasi dan dapat menyampaikannya kepada orang lain dengan baik. Sebab itu, peserta didik harus memiliki keterampilan membaca. Siswa yang kurang terampil dalam membaca akan mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang telah dibacanya. Keterampilan berbahasa yang baik dan benar sangat penting. Semua itu dimulai dengan dikembangkannya kebiasaan membaca. Sebab itu, perlu latihan membaca untuk mengembangkan potensi siswa dan meningkatkan penalarannya. Dari keempat keterampian berbahasa yang telah diajarkan di sekolah tersebut, diantaranya siswa juga perlu membaca dengan pemahaman agar dapat memperoleh pengetahuan dalam menguasai struktur dan kosata supaya dapat berbahasa dengan jelas. Setiap hari biasanya orang meluangkan waktu beberapa jam untuk melakukan kegiatan membaca, baik membaca buku maupun membaca koran. Pembaca biasanya juga menandai bacaaannya untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam sehingga pembaca dapat memahami maksud penulis. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak bersifat langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik. Dalam membaca buku atau bacaan lainnya peserta didik tidak hanya membaca secara meluas tetapi perlu juga membaca secara mendalam, untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih unggul dan lebih utuh. Memahami sebuah bacaan tidak hanya sekadar membaca, tetapi memerlukan strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik. Membaca tidak hanya 4 menambah pengetahuan tetapi juga menambah wawasan pengalaman dari berbagai sumber sesuai dengan apa yang dibacanya. Dengan membaca siswa juga dapat mempelajari nilai-nilai moral dalam hidup. Maka membaca pemahaman perlu ditingkatkan dan dikuasai siswa agar dapat memahami bacaan. Proses pemahaman dalam membaca melibatkan dua hal pokok, yaitu pengetahuan yang telah dijumpai oleh pembaca, pengetahuan tentang struktur teks, dan kegiatan menemukan makna. Kegiatan pemahaman dalam bacaan harus menguasai bahasa dan tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut. Untuk dapat memahami isi suatu bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman dengan baik pula. Untuk memahami sebuah bacaan siswa harus fokus dengan apa yang dibaca agar dapat memahami dengan jelas ide pokok atau gagasan utama, serta adanya beberapa kalimat penjelas yang terdapat dalam bacaan, maka perlu peningkatan pemahaman yang jelas agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik. Dalam membaca siswa memerlukan pemahaman terhadap pokok pikiran dan mampu memahami informasi apa yang terdapat dalam bacaan tersebut. Sehingga bisa menarik siswa untuk bisa membaca dengan fokus. Dengan demikian siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan agar dapat memahami bacaan. Dari kebanyakan siswa di sekolah biasanya kurang dapat memahami bacaan karena siswa hanya membaca sekilas dari bacaan tersebut. Hal itu dibuktikan pada saat siswa diberikan tugas oleh pendidik mata pelajaran, siswa sering kali tidak menjawab soal yang sesuai dengan apa yang ditanyakan, karena itu diakibatkan dengan kurang kefokusannya saat mereka sedang membaca sehingga mereka tidak dapat memahami apa yang dijelaskan atau informasi yang diterima siswa setelah membaca. Dengan demikian pendidik harus sering memberikan tugas membaca kepada siswa dan memberikan media yang baik dalam kegiatan belajar membaca pemahaman, sehingga siswa dapat menjawab 5 pertanyaan dengan baik dan tepat. Semakin pendidik memberikan tugas membaca maka siswa dapat terlatih dalam memahami apa yang dibacanya. Untuk memberikan peningkatan pemahaman kepada siswa, maka kegiatan pembelajaran harus dikemas dan disajikan secara menarik. Tidak sedikit, metode dan cara pembelajaran telah dikembangkan dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran tidak dapat terlepas dari penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media merupakan bagian yang harus mendapat perhatian pendidik sebagai fasilotator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan pendidik dalam upaya meningkatkan prestasi membaca peserta didik melalui media gambar. Media gambar diberikan agar siswa dapat memahami sebuah peristiwa yang terdapat dalam gambar, melatih daya tanggap siswa dalam memahami bacaan dengan melihat gambar. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca dimaksudkan agar pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan. Media gambar ini memancing siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpendapat mengenai isi bacaan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganggap penting untuk meneliti dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014”. 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya hasil belajar siswa 2. Penggunaan media dan metode pembelajaran yang monoton 3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan 4. Siswa pasif dalam menerima materi pelajaran C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah pada “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar di kelas VII-4 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darussalam Ciputat Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 ”. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana meningkatkan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat semester genap tahun pelajaran 2013/2014?” E. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peningkatan memahami bacaan di SMP Darussalam, sedangkan secara khusus bertujuan untuk “Mengetahui peningkatan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat tahun pelajaran 2013/2014.” 7 F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis : 1. Guru Penelitian ini supaya menjadikan penambahan bahan ajar bagi guru dapat memahami sebuah bacaan dengan baik. 2. Peneliti Penelitian ini juga berguna untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar. 3. Siswa Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan siswa melalui media gambar. Manfaat Praktis : 1. Guru Dengan adanya penelitian ini, guru dapat memberikan motivasi siswa dalam praktik pembelajaran. 2. Peneliti Peneliti dapat memperoleh solusi yang muncul dalam kaitannya dengan materi membaca di kelas. 3. Siswa siswa termotivasi untuk gemar dalam membaca. BAB II LANDASAN TEORI A. Perbedaaan Keterampilan dan Kemampuan 1. Keterampilan Membaca Keterampilan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi: 1) membaca pemahaman; 2) membaca ekstensif; 3) membaca cepat. Secara praktis, membaca dapat dibedakan menjadi: membaca lisan dan membaca dalam hati. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpikiran luas multidimensional, dan ke arah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia. Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. “Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa di ubah menjadi lambanglambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet.”1 Membaca merupakan “proses berpikir untuk dapat memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.”2 Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa untuk menambah wawasan serta membina daya nalar seseorang. Brigid Smith berpendapat bahwa “reading began to be regarded as a whole language activity in which context, prediction and meaning were as important as the structure of the sentence or the discrete parts of the words.” 3 Artinya “membaca dapat didefinisikan sebagai kegiatan berbahasa secara keseluruhan yang didalamnya terdapat konteks, prediksi, dan makna yang sama pentingnya dengan struktur kalimat atau bagianbagian dari struktur kata.” 1 Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 74 2 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 80 3 Brigid Smith, Through Writing to Reading; Classroom Strategis for Supportinf Literacy, (New York: Routledge, 1997), h. 7 8 9 Membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca.4 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tesurat atau yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus menerus. Menurut pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan biologis turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri jasmani lainnya. Menurut Caroline, “reading is a set of skills that involves making sense and deriving meaning from the printed word. In order to read, we must be able to decode (sound but) the printed word and also comprehend what we read.”5 Artinya: “ membaca adalah seperangkat keterampilan yang meliputi sesuatu yang masuk akal dan kata yang mempunyai makna dari kata yang dicetak. Agar bisa membaca, kita harus mampu mengucapkan kata yang dicetak dan juga mengerti apa yang kita baca. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun makna apa yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang demikian oleh penulis, kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat ahli bahwa dengan keterampilan yang dimiliki seseorang dengan membaca dapat menambah wawasan yang belum diketahuinya, baik membaca buku maupun membaca koran. Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan budaya membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seorang akan terbina tata cara yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan suatu kebutuhan batiniah yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum bersangkutan istirahat setelah lelah menjalankan fungsi, peran tanggung jawab, dan kewajibannya berkaitan dengan status, baik struktural atau fungsional sosial. 4 M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara: Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8 5 Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York: McGraw-Hill, 2006), h. 69 10 Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami benar bahwa membaca merupakan keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain keterampilan membaca mencakup tiga kompenen, yaitu a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; c) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.6 Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentukbentuk yang disesuaikan dengan media yang berupa gambar, gambar dalam suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, dan garis-garis dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi. Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di kertas, yaitu gambar-gambar berpola tersebut dengan bahasa, dengan tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami bahasa. Keterampilan C yang mencakup seluruh keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual, yaitu merupakan kemampuan atau abilitas unsur-unsur bahasa yang formal berupa kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. a. Aspek-aspek Keterampilan Membaca Telah diuraikan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting membaca, yaitu “keterampilan bersifat mekanis, dan keterampilan bersifat pemahaman”.7 1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a) Pengenalan bentuk huruf; 6 Henry Guntur Tarigan, (Bandung:Angkasa,2008), h. 11 7 Ibid,.h. 13 Membaca sebagai Suatu Keterampilan Membaca, 11 b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi . d) Kecepatan membaca ke taraf lambat. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup: a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal); b) Memahami makna; c) Evaluasi atau penilaian; d) Kecepatan membaca fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan. b. Mengembangkan Keterampilan Membaca Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam praktiknya keempay keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, namun guru dapat mengfokuskan salah satu di antara empat keterampilan tersebut. Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan materi, metode, dan teknik pembelajaran. Dalam hal pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca. Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu serta membimbing para peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan- keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca, yaitu 1) Memperluas pengalaman para siswa sehingga mereka akan memahami keadaan dan seluk beluk kebudayaan; 2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna kata-kata baru; 3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol; 4) Membantu siswa memahami struktur-struktur (termasuk struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pembelajaran bahasa Indonesia) 12 5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada siswa; 6) Membantu siswa untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca. 2. Kemampuan Pemahaman Bacaan Membaca pemahaman ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan. Ukuran mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk mencerikan isi bacaan, atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan. Tarigan mengatakan bahwa pemahaman bacaan merupakan “membaca dalam hati yang di baginya atas dua bagian”.8 Pertama membaca ekstensi, yakni suatu kegiatan pemahaman bacaan yang tingkat pemahamannya bertaraf relatif rendah. Kedua, membaca intensif, yakni suatu kegiatan membaca dengan teliti dan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas pendek kirakira dua hingga tiga halaman. Pemahaman bacaan itu ceramah, mencari, menyimpulkan, dan menilai. Jantungnya pemahaman bacaan merupakan “membaca sambil bertanya”, yaitu pertanyaan yang diajukan guru harus dijawab ketika siswa membaca. Membaca adalah “salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca.”9 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus menerus. Dalam pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan biologis turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri jasmani lainnya. Pemahaman bacaan adalah kegiatan dari proses komunikasi berpikir dalam memindahkan pemikiran penulis dalam pikiran pembaca. Kegiatan seperti itu memerlukan suasana tenang untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi. McWhorter berpendapat bahwa “pemahaman bacaan bukanlah suatu aktivitas 8 Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 89 9 M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara: Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8 13 rutin di mana pembaca hanya membuka buku, membaca, dan menutupnya”. 10 Membaca yang baik ialah membaca yang melibatkan berbagai macam keahlian yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah membaca. Kegiatan yang dilakukan sebelum membaca adalah mengenal isi bacaan, bagaimana materi itu di susun atau diorganisasikan, dan menentukan tujuan dalam membaca. J. Charlesss Alderson berpendapat bahwa, “reading is necessary we will look at the multitude of real-world needs for this throughout this book.”11 Artinya “membaca adalah diperlukan bagi kita akan melihat banyaknya kebutuhan dunia nyata di dalam keseluruhan isi buku.” Dengan demikian pembaca harus mampu memahami isi bacaan, yaitu dengan mampu menjawab pertanyaan dari sebuah teks bacaan. Kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca. Dengan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil belajar peserta didik. Membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahapan tertentu, sedangkan membaca sebagai hasil belajar merupakan kegiatan membaca suatu bacaan, bukan hanya mencari kata dan gambar secepat mungkin namun untuk mengidentifikasikan, memahami makna, serta mampu menjawab pertanyaan yang terdapat dari bacaan tersebut. Jadi, dalam kegiatan membaca pada hakikatnya, yaitu suatu kegiatan yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalan tulisan, melainkan mampu menghubungkan kata-kata yang tertulis dengan memahami makna dari bacaan. Untuk memahami secara perinci mengenai apa itu membaca, dalam hal ini akan dikemukakan beberapa pengertian para ahli. Anderson di dalam Alex A dan H. Ahmad mengatakan, “membaca ialah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata 10 11 2000).h.2 Ibid,.h. 93 J Charles Alderson, Assessing Reading, (New York: Cambridge University Press, 14 yang tertulis.”12 Adapun Tarigan di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan, “membaca ialah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/ bahasa tulis.”13 Sementara itu, Finochiaro dan Bonomo di dalam Alex A dan H. Acmad mengatakan bahwa “membaca ialah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahan tertulis.”14 Pendapat lain dikemukakan oleh Lado di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan, “membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya”.15 Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan beberapa keahlian. Keahlian yang paling mendukung untuk pembaca yang baik ialah memiliki ketajaman pikiran dan pengetahuan kebahasaan dalam hal ini penguasaan semantik dan kemampuan menginterprestasikan bahan bacaan yang sesuai dengan pikiran penulis, serta pembaca dapat memahami apa yang disampaikan penulis dalam hal tersirat maupun tersurat. Menurut Caroline T Linse mendefinisikan “reading comprehension refers to reading for meaning understanding and entertainment”. 16 Artinya “ membaca pemahaman mengacu pada membaca untuk memahami makna dan sebagai hiburan”. Definisi tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada waktu membaca, si pembaca selain menyuarakan kata-kata juga memahami arti setiap kata sehingga dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan. Ketika membaca, seseorang berusaha memahamai isi pesan penulis yang tertuang dalam bacaan. Pemahaman ini merupakan prasyarat bagi berlangsungnya suatu tindakan membaca. Membaca dikatakan tidak langsung apabila tidak ada pemahaman pada diri pembaca. Dalam buku Jauharoti Alfin, Burn dan Syafie 12 Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 74 13 Ibid,. h. 74 14 Ibid,. h. 74 15 Ibid,. h. 74 16 Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York: McGraw-Hill, 2006), h. 71 15 mengemukakan dua tingkatan pemahaman bacaan, yaitu “pemahaman literal dan pemahaman tingkat tinggi”.17 Pemahaman literal berarti mengetahui apa yang dikatakan penulis, juga mengetahui apa yang ditulisnya. Pikiran bertindak sebuah gudang, yang berfungsi memasukkan dan menyimpan apa yang ditulis pengarang. Pada tingkat pengetahuan, siswa mengakui fakta-fakta dan pendukungnya dengan memakai kata-kata yang dipakai pengarang. Siswa mengetahui fakta-fakta (siapa?apa?kapa?di mana?). mereka juga mengetahui detail, ide utama, sekuensi, dan sebab-akibat ketika hal tersebut ditanyakan. Siswa menjawab pertanyaan dengan memakai kata-kata penulis. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan pada hakikatnya merupakan pemahaman yang harus dimiliki oleh pembaca dari hasil bacaannya yang meliputi ide pokok, detail penting, dan mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibaca. a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan Berkenaan dengan proses pemahaman bacaan, Pearson dan Johnson (Nunan, 1992:66-67) menyatakan bahwa inti pemahaman berkaitan dengan satu prinsip yang sederhana, yaitu sebagai upaya membangun jembatan antara yang baru dengan yang sudah diketahui. 18 Oleh karenanya, ada beberapa prinsip penting dalam aktivitas memba pemahaman, yaitu 1. Pemahaman merupakan proses aktif, bukan pasif. Adapun aktivitas itu tidak lain daripada menafsirkan apa yang dibaca sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki mengenai topik yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman bukan sekedar masalah merekam secara harfiah tentang apa yang dibaca (mengingat), tetapi mengarah pada menganalisa, menyintesis, mengevaluasi, serta mengaplikasi. 2. Pemahaman memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan atau kesimpulan. Aktivitas ini sudah pasti memerlukan pemikiran yang kritis dan logis sehingga seringkali seorang pembaca kesulitan atau kebingungan terhadap suatu bacaan yang sederhana sekalipun. 17 18 Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I: Edisi I, (Surabaya:Lapis PGMI, 2008), h. 13 Nunan, 1992: 66-67 16 3. Pemahaman merupakan aktivitas dialog antara pembaca dan penulis. Oleh karenanya, pembaca yang baik tidak hanya menafsirkan apa yang ada dalam bacaan berdasarkan persepsinya sendiri, tetapi harus berupaya memaknainya sepeti yang dimaksud penulisnya sehingga tidak terjadi mis-interprestasi.19 Achadiah juga mengemukakan beberapa ciri pemahaman bacaan, yaitu “(1) pemahaman bacaan merupakan membaca pada tingkat bebas, artinya kegiatan berpikir yang terlihat bersifat individual dan personal; (2) berpusat pada masalah; (3) bersifat analisis; (4) didasarkan atas usaha yang terus menerus untuk menemukan kebenaran; (5) bersifat imajinatif kreatif; (6) terbuka terhadap gagasan terbaik; (7) beberapa pengalaman yang melibatkan diri pembaca; (8) peka terhadap kata dan memiliki perbendaharaan kata yang luas; dan (9) membaca untuk mengingat, bukan untuk melupakan”.20 Untuk memperoleh bacaan, seorang pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan. Keluasaan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab, pembaca harus mengenali konsep, dan kosakata, serta latar yang terdapat dalam bacaan. b. Proses Pemahaman Bacaan Dalam perkembangan pelajaran membaca dikenal tiga pandangan terhadap proses membaca, yaitu (1) pandangan yang menganggap bahwa membaca sebagai proses pengenalan simbol bunyi yang tercetak; (2) pandangan yang mengganggap membaca sebagai proses pengenalan simbol tulis yang tercetak, yang diikuti pemahaman makna tersuratnya; (3) pandangan yang menganggap bahwa membaca tidak hanya merupakan pemahaman dan pengenalan simbol tercetak saja tetapi lebih jauh menganggap membaca sebagai proses pengolahan secara kritis dan kreatif bahan tulis untuk mendapatkan pemahaman. Siahaan mendefinisikan pemahaman bacaan secara luas adalah “proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian 19 Kundharu S dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 84-85 20 Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 79. 17 terhadap keadaan, dan dampak bacaan”. 21 Pengertian ini sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa sehingga mampu memahami bacaan tetapi dalam kenyataannya kegiatan membaca yang dilakukan sebagian siswa tidak melibatkan proses berpikir. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi dari bacaan ke dalam ingatan. Berdasarkan proses yang dilakukan dalam membaca, Achadiah menyatakan bahwa kemampuan memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, yaitu “membaca harfiah, membaca antarbaris, dan membaca lintas baris”. 22 Membaca harfiah, yaitu membaca hanya memahami sebagaimana adanya. Membaca antarbaris, yaitu siswa mampu menarik kesimpulan berdasarkan apa yang dibacanya. Kemampuan ini menuntut adanya kesanggupan berpikir secara kritis, suatu analisis tentang maksud penulis yang sebenarnya. Membaca lintas baris, yaitu melibatkan kemampuan siswa berupa aplikasi dan evaluasi. 3. Tujuan Membaca Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika pembaca belum membaca buku apapun. Berikut ini ada beberapa tujuan membaca yang dikemukakan menurut Anderson antara lain a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta ( reading for details or facts). b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau 21 22 ibid,. h. 79 Ibid,. h.80 18 yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya ( reading for main ideas). c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for main ideas). d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca untuk menemukan apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading ro evaluate). g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atai mempertentangkan (reading to compare or contrast).23 Ada beberapa pengembangan tujuan dalam membaca antara lain: a. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca, yaitu membaca survei, membaca selintas, dan pemahaman bacaan. b. Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memerhatikan kesanggupan untuk kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, mengenai kebutuhan akan pemahaman melalui penjelasan tujuan, 23 Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 75-76 19 konsep, serta keperluan untuk membaca ulang. Kegiatan lain yang tekstual, fonemik, struktural, serta daftar kata untuk memahami kata-kata. c. Pengembangan pemahaman. d. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.24 Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika peserta didik belum membaca buku apapun. Kemudian, pemahaman itu menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dari bacaan mulai dibaca. Selanjutnya, pemahaman bacaan itu akan mencapai tahapan yang lain ketika peserta didik sampai pada bagian terakhir bacaan itu, yakni ketika menutup buku, novel atau yang lainnya. Penetapan tujuan membaca bagi peserta didik harus memenuhi dua syarat, yaitu “(1) menggunakan pernyataan yang jelas tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau dicari oleh siswa ketika membaca, dan (2) memberikan gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesai membaca.”25 Ketika peserta didik membaca suatu bacaan, tujuan sebenarnya bukan untuk mencari kata dan gambar secepat mungkin namun untuk mengidentifikasi dan memahmi makna dari suatu bacaan tersebut seefisien mungkin dan kemudian mentransfer informasi ini ke dalam memori jangka panjang dalam otak peserta didik. Bayangkan apabila peserta didik sedang mencari harta karun di suatu danau, adalah tidak mungkin untuk menyelami setiap meter dari danau tersebut. Langkah yang benar, adalah peserta didik harus memulai dengan menyewa kapal yang dilengkapi dengan radar untuk mendeteksi setiap barang yang mungkin serupa dengan harta karun. Dengan cara ini, maka seluruh danau telah diseleksi dengan cepat, menandai area-area tertentu yang dicurigai dan baru memulai menyelam di area tersebut. Dengan cara ini, maka kemungkinan peserta didik 24 Ibid,.h. 75-76 Tata Hartati, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah, (Bandung: UPI PRESS, 2008), h. 255 25 20 menemukan harta karun akan tinggi karena peserta didik tidak membuang waktunya untuk menyelami area danau yang tidak ada apa-apanya. Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh pendidik, peserta didik akan berpikir keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang ditujukan oleh pendidik akan menjadi model bagi peserta didik setiap saat membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dahulu, baru kemudian menyesuaikan strategi membaca yang paling dianggap sesuai. 4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan a. Prinsip Membaca Pemahaman Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mc. Laughin dan Allen, prinsipprinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini. 1) Pemahaman kemahiran merupakan adalah proses kerangka konstruktivis kerja kurikulum sosial.keseimbangan yang membantu perkembangan pemahaman. 2) Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. 3) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa. 4) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. 5) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. 6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas. 7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca. 8) Mengikutsertakan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. 9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan. 21 10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.26 b. Strategi Pemahaman Bacaan Keberhasilan memahami bacaan dalam membaca pemahaman bukanlah persoalan mudah. Perlu suatu kiat atau strategi untuk dapat mencapainya. Strategi yang digunakan bergantung pada masing-masing pembaca dan pada guru dalam upaya memilih strategi yang tepat. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks. Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Para ahli membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses membaca dan penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model-model proses membaca memurut Harjasujana dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model, yakni: 1. Model Membaca Bawah- Atas (MMBA) atau bottom-up Pada MMBA struktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap sebagai unsur yang mencerminkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya merupakan hal sekunder. Sebaliknya, MMAB beranggapan bahwa struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks merupakan unsur sekunder. Strategi pemahaman bawah atas umunya digunakan dalam pembelajaran membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami rangkaian huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat. Kemudian membentuk teks. Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks dihadapi agak sulit. Kesulitan yang ditemui bisa menyangkut masalah bahasa, bisa pula isi teks. Seseorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak 26 Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I Edisi Pertama, (Jakarta: UIN PRESS, 2008), h. 18 22 mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi frasa, selanjutnya pemahaman atas frasa itu digunakan untuk memahami kalimat, dan isi keseluruhan teks. 2. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top-down Dalam MMAB kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa mempunyai peran pertama dan utama dalam penyusunan makna dari materi cetak. Kebanyakan model MMBA ini berpijak pada teori psikolinguistik, yakni pandangan tentang interaksi antara pikiran dan bahasa. Kegiatan memba itu merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukkan yang diperoleh melalui persepsi membaca. Pemilihan itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses, terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk menerima, menolak atau mungkin memperhalus masukan tersebut. Berlainan dengan MMAB, MMBA menggunakan informasi grafis ini hanya untuk mendukung hipotesis mengenai makna yang sudah terbentuk ketika alat visual menangkap lambang-lambang cetak. Kata-kata tidak dapat diserap daerah pandangan mata jika tidak cocok dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang diproses oleh pembaca dan perkiraan (hipotesis) yang dibuatnya. Strategi-strategi untuk membuat prakiraan yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantik dan sintaksis, memungkinkan pembaca untuk memahami materi dan mengantisipasi apa yang akan tampak selanjutnya di dalam materi cetak yang sedang dibacanya itu validitas prakiraan itu dicetak melalui penggunaan strategi-strategi konfirmasi. Jika prakiraan itu tidak cermat, maka digunakanlah strategi mengkoreksi yang didalamnya terjadi pemrosesan isyarat tambahan untuk mencari makna bacaan. 3. Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) atau interactive27 Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) mereaksi dua model membaca sebelumnya. Menurut model ini proses membaca tidak menunjukkan suatu proses yang linear, tidak menunjukkan kegiatan yang berurut berlanjut, melainkan proses 27 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 91 23 timbal balik secara simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain MMAB yang berperan. Para penganut MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis atau visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia dalam pikiran pembaca. B. Pengertian Media Pembelajaran “Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk Jamak dari kata “Madiam”, yang berarti perantara atau pengantar.” 28 Demikian, media dapat diartikan sebagai wadah penyalur informasi atau penyalur pesan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media merupakan alat bantu proses belajar mengajar untuk membantu tugas pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Setiap materi pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang bervariasi dan untuk membantu menyederhanakan tingkat kesulitan tersebut diperlukan media pembelajaran sebagai alat bantu, seperti: globe, grafik, gambar, dan lain lain. Yudhi Munadi, berpendapat bahwa media pembelajaran dapat dipahami “sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.” 29 Sedangkan Sadiman menyatakan bahwa media pembelajaran, yaitu “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.”30 Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara menyalurkan informasi kepada peserta didik untuk dapat memahami pembelajaran dan dapat meningkatkan proses belajar yang terjadi. 28 Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h. 102 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada(GP) Press, 2012), h.8 30 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 207 29 24 Seorang pendidik merupakan perantara atau penyalur pesan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Bila pesan tersebut telah disampaikan pendidik dan siswa belum memahaminya, maka bisa dikatakan bahwa komunikasi dalam pembelajaran itu kurang/tidak efektif, hendaknya pendidik berusaha untuk melakukan usaha-usaha tercapainya tujuan dalam komunikasi tersebut, diantaranya dengan menyediakan media lain untuk dijadikan sumber belajar oleh peserta didik. 1. Fungsi Media Pembelajaran Fungsi utama dalam media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kemampuan merekam, menyimpan, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek dalam menyampaikan pesan yang mampu mempengaruhi keadaan lingkungan belajar yang efektif. Gambar sebagai alat peraga tidak saja berfungsi sebagai alat peraga, tetapi memiliki fungsi-fungsi tertentu didalamnya. Hal tersebut disebabkan karena fungsi media dalam pembelajaran adalah sebagai informasi untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menerima informasi. Media belajar adalah media yang mengefektifakan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Anggani Sudono, mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut. a. Memberikan kesempatan berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, buku, narasumber atau tempat. b. Meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar.31 Menggunakan alat seperti gambar, potret, slide, grafik, video, atau media yang lainnya. Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan penggunaan media gambar peserta didik dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbol dan artistik sesuatu objek atau situasi. 31 Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h.80 25 2. Macam-macam Media Pembelajaran Ada beberapa media yang sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hastuti di dalam Novi Resmini berpendapat bahwa “media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan.” 32 Yang termasuk media visul yang tidak diproyeksikan, yaitu a. Media yang digunakan siswa sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang pendidik sampaikan. b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk di kaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai sumber belajar, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Di antara media pendidikan, “gambar/foto merupakan media yang paling umum dipakai” 33 media gambar adalah media yang mempunyai bahasa yang umum, yang dapat dimengerti oleh siswa. 3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran Kranzler mengemukakan bahwa “some student are auditory learners, other are tactile, and most are visual learnes. Approximately 65 percent of all people are visual learnes who relate most effectively.”34 artinya “sebagian peserta didik merupakan belajar dengan audio, dan kebanyakan dari mereka adalah belajar dengan menggunakan visual. Hampir 65 persen yang mempunyai gaya belajar visual biasanya lebih efektif.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media gambar, kriteria pemilihan media di singgung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir anak. Demikian pula dalam pembelajaran membaca pemahaman di sekolah. Penggunaan media gambar dirasakan sangat tepat menarik isi kesimpulan dari gambar tesebut, kemudian dapat memahami isi 32 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 206 33 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 1986), h. 29 34 Timothy Gangwer, Visual Impact, Visual Teaching, ( Singapore: Corwin Press, 2009),h. 17 26 bacaan dan menjawab pertanyaan dalam bacaan. Gambar yang dimaksud di sini berupa foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar bergaris). Fungsi utama dalam media gambar, yaitu “sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran dan membantu meningkatkan penugasan siswa terhadap halhal yang abstak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas”.35 Berkaitan dengan penggunaan media gambar. Oemar Hamaik, mengemukakan bahwa “penggunaan media gambar untuk menafsirkan dan menarik kesimpulan, dengan penggunaan media gambar dapat menyatakakan dalam gambar itu mengandung cerita tertentu.”36. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah cara atau data upaya dalam memahami suatu bacaan sehingga dengan mudah dapat menjawab pertanyaan dari bacaan tersebut. 4. Jenis-Jenis Media Gambar Ada beberapa jenis media gambar untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. a. Gambar jadi b. Gambar garis c. Strip story d. Fotografi37 a. Gambar jadi, yaitu materi pelajaran yang memerlukasn visualisasi dalan bentu ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar tersebut biasanya di dapat dalam majalah, reklame/iklan, bookles, brosur, dan lain sebagainya yang memenuhi kebutuhan pembelajaran pendidik. b. Gambar garis berupa sketsa biasanya penggunaan media tersebut dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk mendorong pengungkapan gagasan siswa secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia biasanya 35 Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 209 36 Oemar Hamaik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 64 37 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),h. 113127 27 digunakan dalam materi dongeng yang berisi gambar, teks atau medial simbol yang mengingatkan siswa yang berhubungan dengan gambar itu. c. Strip story dapat digunakan untuk mata pelajaran hadis, kisah nabi. Dalam teknik strip story bertujuan untuk mempermahir peserta didik dalam menyusun kalimat atau ayat-ayat menjadi satu untaian dalam surah. d. Fotografi, penggunaan media gambar dengan foto karena dapat diperoleh dengan mudah untuk digunakan secara efektif sebagai media pembelajaran, berupa majalah, brosur, surat kabar, dan buku-buku. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan gambar jadi yang berupa foto suatu iklan dalam majalah, yaitu gambar yang dapat mempengaruhi siswa untuk memahami dengan isi bacaan, dengan menggunakan foto iklan siswa dapat menjawab pertanyaan dalam bacaan tersebut. 5. Ciri-ciri Gambar yang Baik Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri-ciri, yaitu: a. Cocok dengan tingkat umur serta kemampuan siswa Gambar yang dimaksud, yaitu gambar yang sederhana. Dengan gambar yang sederhana dalam warna, dan mampu menimbulkan pesan tertentu. Jangan sampai siswa menjadi binggung dan tak tertarik pada gambar tersebut, sehingga dalam penggunaan media gambar harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar kegiatan pembelajaran dapat efektif. b. Memberikan kesan kuat dan menarik perhatian Dalam memilih media gambar yang baik hendaknya pendidik dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek dalam gambar, misalnya, gambar pada majalah, surat kabar, dan sebagainya. c. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami. Gambar yang sederhana, seperti dalam iklan dalam sebuah minuman yang hanya memperlihatkan botol minuman dengan aneka rasa dapat menarik perhatian pembaca dan siswa yang membaca pun dapat dengan mudah memahami isi bacaan tersebut. 28 C. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar telah banyak dilakukan. Banyaknya penelitian mengenai kemampuan memahami bacaan melalui media gambar dapat dijadikan salah satu bukti bahwa memahami bacaan menarik untuk diteliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya, yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Eka Maulani Sari, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jakarta “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Paragraf Argumentasi melalui Metode Membaca Kritis: Penelitian Tindakan Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Falah Cadas”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu meneliti penggunaan metode membaca kritis dalam meningkatkan pemahaman paragraf argumentasi. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan metode membaca kritis pemahaman paragraf argumentasi peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rata belajar peserta didik siklus I 64,6, sedangkan pada siklus II kemampuan peserta didik meningkat mencapai 73,97. Penelitian yang dilakukan Lailatur Royha, mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan dengan teknik Membaca Nyaring Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2012/2013”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu meneliti peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui teknik membaca nyaring. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik membaca nyaring pemahaman dalam membaca peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rata belajar peserta didik siklus 66,5, sedangkan pada siklus II kemampuan memahami bacaan meningkat 77,1. Penelitian yang dilakukan Yuyun Khoerunisa, mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Penggunaan Media Gambar dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan pada Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Adda’wah Parungkuda Sukabumi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu 29 peningakatan kemampuan menulis permulaan dengan penggunaan media gambar. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan media gambar dalam kemampuan menulis meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rat belajar peserta didik siklus I 66,6, sedangkan pada siklus II kemampuan menulis permulaan melalui media gambar meningkat 83,3. Ketiga penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang pemahaman siswa tetapi penelitian pertama menggunakan metode membaca kritis sebagai pengukur pemahaman siswa, penelitian ini juga dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di Mts Nurul Falah dengan objek 20 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan dilaksanakan di semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Darussalam Ciputat dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian kedua menggunakan teknik membaca nyaring sebagai alat ukur memahami bacaan, penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan objek 33 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan menggunakan media gambar sebagai pemicu motivasi siswa untuk membaca, dan penelitian dilakukan di SMP Darussalam tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian ketiga meneliti kemampuan menulis permulaan melalui media gambar, penelitian ini dilakukan di MI Adda’wah tahun pelajaran 2011/2012 dengan objek penelitian 36 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan, yaitu peningkatan memahami bacaan sebagai pemicu, dan dilaksanakan di SMP Darussalam tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian 30 siswa. D. Kerangka Pikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah didefinisikasi sebagai masalah yang penting. Dengan demikian kerangka berpikir adalah suatu konsep yang dapat memberikan gambaran dan arah yang hendak dituju dalam penelitian. Penelitian tindakan yang dilakukan mengajak siswa untuk giat dalam membaca bukan hanya di sekolah saja tetapi di mana pun ada waktu untuk 30 melakukan kegiatan membaca. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan untuk memahami bacaan yang berupaya meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Metode Ceramah Peran serta minimal siswa Situasi belajar kurang kondusif Tingkat pemahaman siswa rendah Metode inkuiri Penerapan memahami bacaan dengan media gambar Siswa aktif dalam pembelajaran Siswa belajar kondusif Pemahaman siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Pikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darussalam, Jl. Otista No. 36 Cimanggis-Ciputat Kota Tangerang Selatan – Banten. Telp. (021) 7495873 Fax. (021) 74702683 E-mail : [email protected]. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 mulai April sampai dengan Mei 2014 B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lewin berpendapat bahwa, “PTK merupakan cara pendidik untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan pendidik lain.” 38 Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan Mc Niff mengemukakan bahwa, “PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.”39 Eliot mengatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalamnya”.40 38 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan; Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),h. 96. 39 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 8 40 Samsu Sumadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.19 31 32 Metode penelitian ini mengikuti pola siklus yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih lengkapnya mengenai prosedur tentang penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut: 1. Pra-Penelitian a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian b. Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui wawancara tertulis dengan guru bidang studi bahasa Indonesia. 2. Penelitian PTK a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan pembelajaran dan instrumen penelitian. b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai dengan langkahlangkah RPP dengan metode pemberian tugas individu. c. Pengamatan/Observasi 1. Observasi mencatat aktivitas guru dan siswa pada format observasi 2. Memberikan tes hasil belajar d. Tahap Refleksi dan Evaluasi 1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh 2. Menarik kesimpulan jika hasil tahapan refleksi (kesimpulan) belum bisa dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas kekurangan pada siklus sebelumnya (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, dst.) 3. Penyusunan skripsi C. Populasi dan Sampel Babbie mengemukakan populasi adalah “elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian.”41 Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan sumber data, artinya memiliki sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek sifat dan karekteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh 41 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118 33 peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Darussalam Ciputat, yang berjumlah 300 orang. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.4, yaitu sebanyak 30 siswa. Peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan pertimbangan tertentu. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk observasi pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII.4 di SMP Darussalam Ciputat kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan observer. E. Teknik Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ada dua, yaitu instrumen tes dan nontes. 1. Tes Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami bacaan berupa soal pilihan ganda (multiplechoice-test) setelah proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII-4 SMP Darusssalam. Setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam penugasan materi. 2. Non tes Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini, yaitu observasi dan dokumentasi. a. Observasi Observasi merupakan “suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.” 42 Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan 42 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Rosada Karya, 2012),h. 220. 34 memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. b. Studi Dokumenter Dokumenter merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.”43 Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa, seperti RPP, absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai hasil belajar. F. Tahap-tahap Penelitian Prosedur penelitian ini berlangsung dalam satu siklus. Siklus I terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap penelitian dimulai dari tahap prapenelitian yang dilanjutkan dengan siklus I Kegiatan prapenelitian: 1. Observasi ke SMP Darussalam 2. Mengurus surat izin penelitian 3. Membuat instrumen penelitian 4. Membuat media pembelajaran 5. Menghubungi kepala sekolah 6. Wawancara dengan guru mata pelajaran 7. Menentukan kelas subjek penelitian 8. Observasi proses pembelajaran di kelas 9. Menjelaskan materi pembelajaran Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola Penelitian Tindakan Kelas. Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut. 1. Perencanaan (Plan) Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan: a. Menyusun rencana pembelajaran. 43 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Rosada Karya, 2012),h. 221 35 b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan (Action) Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. Guru dan observer masuk ke kelas. b. Menarik perhatian siswa. c. Mengabsen. d. Menjelaskan tentang topik yang dibahas mengenai teks bacaan e. Melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan memberikan latihan tugas individu berupa teks bacaan dan memahami bacaan tersebut. f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah disampaikan. g. Mengamati perkembangan siswa. h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan tentang materi yang diberikan. i. Melakukan tes kepada siswa. j. Memberikan penilaian terhadap siswa. 3. Observasi Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas individu pada masing-masing siswa. Adapun aspek yang diamati, yaitu a. Mendengarkan penjelasan guru b. Datang tepat waktu c. Mencatat materi yang penting d. Membawa buku paket e. Membawa buku catatan f. Mengikuti jalannya KBM g. Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi h. Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru i. Aktif mengerjakan tugas “individu” yang diberikan guru. 4. Refleksi (reflecting) 36 Refleksi adalah “proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa yang telah dilaluinya.”44 Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai sudah tercapai atau belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau pendukung dalam pelaksanaan tindakan. Untuk melakukan siklus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) selalu menggunakan empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut. 44 Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h.268 37 Perencanaan tindakana I Permasalahan Siklus I Permasalahan baru hasil refleksi Pelaksanaan tindakan I Refleksi I Pengamatan/ pengumpulan data I Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Refleksi II Siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Pengumpulan/ pengamatan data II Dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar 3.1 Siklus Kegiatan PTK45 G. Data dan Sumber Data 1. Data kualitatif seperti: hasil lembar observasi, dan dokumentasi. 2. Data kuantitatif seperti: penilaian pemahaman siswa. Sumber data penelitian adalah siswa. Pendidik/peneliti. H. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah: 1. Tes Hasil Belajar 45 74 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara), 2011. h. 38 Teknik yang digunakan untuk menganalisi data-data yang terlah berhasil dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rata-rata kemampuan memahami bacaan pada kondisi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis krisis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data. 2. Teknik Skoring Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil penelitian. Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan kemampuan memahami bacan. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut. Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa I. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, media, dan teori. Teknik keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada hasil pengamatan dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan tindakan dengan menggunaan teknik triangulasi. 39 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, “trianggulasi merupakan proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang yang bertujuan untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data.”46 46 128 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara), 2011. h. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Sekolah a. Profil SMP Darussalam 1. Nama Sekolah : SMP Darussalam Ciputat Alamat ( jalan/kec/kab/kota) : Jl. OTISTA No. 36 RT. 01/10 Desa : Ciputat Kecamatan : Ciputat Kabupaten/Kota : Tangerang Selatan No. Telp : (021) 7495873 2. Nama Yayasan (Bagi Swasta) : YPI Darussalam Alamat ( jalan/kec/kab/kota) : Jl. OTISTA No. 36 RT. 01/10 Desa Ciputat Kabupaten/Kota : Tangerang Selatan No. Telp : (021) 7495873 3. Nama Kepala Sekolah No. Telp/Hp 4. Kategori Sekolah : Drs. Asnawie : (021)74708176, 08128606497 : SBI/SSN/RintisanSSN/Reguler*) 5. Tahun didirikan/ Th. Beroperasi: 1985 6. Kepemilikan Tanah / Bangunan : Yayasan a. Luas Tanah b. Luas Bangunan 7. No. Rekening Rutin Sekolah : 1.260 m2/ Akte – Jual Beli : 800 m2 : 0998-01-002868-50-8 Nama Bank BRI Cabang 8. Data Siswa Dalam 4 (Empat) tahun terakhir b. Data Ruang Kantor 40 41 Tabel 4.1 Data Ruang Kantor Jenis ruang Jumlah ruang Ukuran Kondisi 1 4x9 Baik 2. Wakil Kepsek 1 3x6 Baik 3. Guru 1 9x4 Baik 4. Tata usaha 1 4x9 Baik 5. Tamu - - - 1. Kepala Sekolah Lainnya:.... Tabel 4.2 Ruang Penunjang Jenis ruang Jumlah Jumlah ruang Jumlah ruang Kategori yang yang kerusakan kondisinya kondisinya baik kurang baik 1. Ruang kelas 17 15 2. Perpustakaan 1 3. R. Lab IPA 1 4. Keterampilan 1 5. Lab bahasa 1 6. Multimedia 1 2 Ringan 2. Visi SMP Darussalam SMP Darussalam berprestasi dalam belajar dan berkarya, dipercaya dan dibanggakan, serta menghasilkan para lulusan yang Cerdas, Terampil dan Berakhlak. 42 3. Misi SMP Darussalam 1) Meningkatkan sikap tanggung jawab atas dasar keikhlasan seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT. 2) Mengembangkan profesionalisme personal dan peningkatan pelayanan pendidikan demi pencapaian mutu lulusan. 3) Memacu terciptanya lingkungan pendidikan yang sehat dan bersih dari pengaruh lingkungan yang tidak baik. B. Penelitian Pendahuluan Sebelum peneliti melakukan kegiatan dan rencana pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian dimulai dengan kegiatan observasi ke sekolah selama empat hari. Yayasan Darussalam sejatinya bernuansa Islam membuka jenjang pendidikan setara dengan SMA, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adapun Yayasan Darussalam membuka jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darussalam. Namun atas dasar rekomendasi salah satu guru yang sudah dikenal, peneliti memilih dan melakukan penelitian di SMP Darussalam. Akhirnya selama kegiatan observasi tersebut, peneliti melakukan sistem secara acak dengan spontan tanpa memilah milih kelas mana yang akan diteliti. Namun atas dasar pemilihan acak tersebut peneliti melalukan penelitian di kelas VII-4 SMP Darussalam. Hal ini didasarkan atas pertimbangan dari guru bidang studi bahasa Indonesia bahwa kelas tersebut cenderung pasif saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, dan di kelas tersebut siswa memiliki kemampuan beragam. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan kemampuan dan karakteristik siswa kelas VII-4 sebagai berikut: a. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas cukup teratur. Sebagian peserta didik memperhatikan penjelasan pendidik, meskipun masih terlihat beberapa siswa mengantuk, bermain dengan alat tulis, atau sekedar mengobrol dengan teman sebangku. 43 b. Metode belajar yang digunakan pendidik di kelas saat menyimpulkan materi pengajaran bahasa Indonesia cukup bervariasi, guru terkait sangat antusias ketika menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Sesekali menerapkan diskusi kelompok. Berdasarkan pengamatan di kelas VII-4 SMP Darussalam yang telah dipaparkan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik kelas tersebut semakin tertantang untuk melakukan penelitian. C. Tindakan Pembelajaran 1. Temuan Penelitian Pembelajaran Pratindakan a. Perencanaan Pembelajaran Pratindakan ini terdiri dari satu pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar soal pretest. Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama ini adalah mengenai pengertian paragraf, gagasan utama, bentuk paragraf dan jenis paragraf. Untuk menunjang pembelajaran, pendidik juga telah menyiapkan lembar observasi untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan kepada peserta didik. Pada pertemuan pertama ini, setelah pendidik memberikan soal pretest kepada siswa. Pendidik pun menjelaskan materi tentang gagasan utama, kalimat utama/penjelas, paragraf deduksi/induksi dan jenis paragraf dengan cara siswa mencatat apa yang ditulis oleh pendidik di papan tulis. Penelitian tersebut dilaksanakan pada peserta didik kelas VII-4 yang berjumlah 30 peserta didik yang terdiri dari 12 perempuan dan 18 laki-laki. b. Tindakan Pada tahap tindakan di sini, yaitu merealisasikan perencanaan yang telah dibuat pada tahap perencanaan pembahasan kegiatan pelaksanaan pratindakan sebagai berikut. 1. Pertemuan pertama/ Senin, 21 April 2014 Pada pertemuan pertama ini, pendidik memperkenalkan identitas diri dan dilanjutkan dengan kegiatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 44 materi yang akan dipelajari pada pertemuan pratindakan mencakup materi pengertian paragraf, gagasan utama, kalimat utama/penjelas, paragraf deduksi/induksi dan jenis paragraf, sedangkan tugas yang diberikan adalah tugas penyelesaian soal pretest secara individu. Secara keseluruhan, siswa telah hadir di dalam kelas sebelum pendidik memasuki ruang kelas. Namun beberapa siswa ada yang sudah siap melaksanaan proses pembelajaran dan ada yang belum siap. Ketika ketua kelas menuntun peserta didik untuk membaca doa dan memberi salam baru semua siswa hening dan siap mengikuti pelajaran. Pendidik langsung membuka pelajaran dengan apresiasi, tujuannya agar kondisi di kelas lebih nyaman, ketika sudah saling mengenal, waktu menunjukkan 07.45 pendidik memberikan soal pretest untuk dikerjakan, hanya sedikit siswa yang sudah paham dengan soal. Beberapa siswa terlihat sibuk membaca saja tetapi tidak bisa menjawab soal, sedangkan bagi siswa yang membaca dengan teliti mereka dapat memahami dan mampu menjawab pertanyaan dari isi bacaan. Kemudian pendidik memberikan penjelasan untuk mengerjakan terlebih dahulu soal-soal yang mudah. Akhirnya mereka pun dapat mengerjakan sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Ketika guru memberikan peringatan bahwa waktu penyelesaian tugas yang diberikan sudah habis, sebagian besar siswa mengeluh. Walaupun hanya beberapa siswa saja yang tidak menggumpulkan tugas tepat waktu, sebagian siswa yang mengumpulkan tugas ternyata mengisi soal dengan asal atau sekadarnya. Dan ketika pendidik membahas soal yang diberikan pada tugas tersebut, sebagian kecil siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti. 45 Gambar 4.1 Proses kegiatan belajar mengajar VII-4 Pratindakan c. Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan persamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada awal mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada awal pengamatan atau observasi, yaitu kendala mengenal seluruh siswa. Melalui pengamatan yang teliti akhirnya peneliti dapat mengisi dengan baik. Hasil pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Hasil Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Rencana Pratindakan No urut subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 30 30 20 20 30 Aspek Pengamatan 3 4 5 10 10 10 20 30 30 10 20 30 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Jumlah 6 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 70 70 70 10 70 30 60 70 30 40 46 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor 10 10 30 20 30 30 10 10 10 10 20 20 10 10 30 30 30 20 20 20 30 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 200 170 10 10 10 10 10 10 110 10 10 10 10 30 30 30 510 10 10 10 10 30 10 10 10 10 10 10 10 130 150 10 10 120 Jumlah 30 40 40 60 70 40 50 40 60 10 90 20 60 30 40 20 40 30 40 60 1390 Keterangan: Skor Penilaian Pengamatan Siswa: 1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik : 30 2. siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan : 20 3. siswa mengemukakan pendapat : 10 4. siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu : 10 5. siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran : 10 6. siswa dapat menerima materi dengan baik : 10 7. siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran :10 Total Skor = Jumlah Skor yang di dapat Guru Jumlah Siswa = 1390 30 = 46,33 47 Pada tabel 4.3 terlihat bahwa dari sepuluh aspek kegiatan yang di observasi peneliti terhadap siswa pada pratindakan didapatkan rata-rata 46,33 dalam hal ini siswa dapat dikatakan pasif dalam pembelajaran. Pada pratindakan peneliti juga memberikan pretest terhadap siswa, di mana pendidik hanya ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sebelum materi disampaikan. Hasil tes disajikan dalam tabel 4. Tabel 4.4 Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Pratindakan No Urut Subjek Aspek Penilaian Skor Katergori Perolehan Skor 1 1 10 2 10 3 - 4 10 5 10 6 10 7 10 8 - 9 - 10 10 70 2 3 4 10 10 - 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 60 60 70 5 - 10 - 10 - 10 10 - 10 - 50 6 - - - 10 - 10 10 - 10 10 50 7 8 10 10 10 - 10 10 10 10 - 10 10 - 10 - 10 10 10 - 80 50 9 10 11 12 13 10 - 10 10 10 - 10 10 - 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 80 20 60 80 50 14 15 16 17 10 10 10 - 10 10 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 - 10 10 10 10 80 80 80 40 18 - 10 10 10 10 10 10 - - 10 70 19 20 21 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 80 40 80 Lebih dari cukup Cukup Cukup Lebih baik cukup Hampir cukup Hampir cukup Baik Hampir cukup Baik Buruk Cukup Baik Hampir cukup Baik Baik Baik Kurang Cukup Lebih dari cukup Baik Kurang Baik 48 22 10 - - - 10 - 10 10 10 - 50 23 24 10 - 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 60 70 25 26 27 10 10 10 10 - 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 - 60 70 60 28 29 30 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 - 80 80 50 Total skor Hampir cukup Cukup Lebih dari cukup Cukup Baik Lebih dari cukup Baik Baik Hampir cukup 1910 Soal latihan (lihat lampiran 1) Keterangan nilai dengan angka 100 = Istimewa 50 = Hampir cukup 90 = Baik sekali 40 = Kurang 80 = Baik 30 = Kurang sekali 70 = Lebih dari cukup 20 = Buruk 60 = Cukup 10 = Buruk Sekali Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah Siswa = 1910 30 = 63,67 Berdasarkan tabel di atas tingkat penugasan siswa tertinggi, dapat dilihat pada Tabel 4.5 49 Tabel 4.5 Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan Pertemuan Pratindakan Tingkat Penugasan Pratindakan Nilai tertinggi siswa 80 Nilai terendah siswa 20 Rata-rata 63,67 Berdasarkan hasil tabel di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa masih < dari nilai KKM (75), yaitu 63,67 dalam hal ini maka harus ada tindakan lanjut pada pertemuan siklus I. d. Refleksi Pada tahap Refleksi pertama bahwa hasil penelitian refleksi lembar observasi siswa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam keaktifan pada pertemuan pratindakan. Dalam persiapan guru pada pertemuan yang selanjutnya harus lebih meningkat dari pertemuan yang sebelumnya, dengan mendapatkan nilai rata-rata kurang dari KKM (75), yaitu 63,67 dari 30 siswa yang mendapatkan nilai terendah, yaitu dengan skor 20 disebabkan pengisian yang asal atau kurang tepat. Hal ini menyatakan keaktifan siswa dalam bertanya masih kurang baik. Selanjutnya siswa merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Namun ketika memperhatikan penjelasan guru ada sebagian siswa yang dapat memahami walaupun tidak secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pada nilai rata-rata kurang dari KKM, yaitu 63,67 yang menunjukkan bahwa peneliti harus melakukan tindakan lanjut pada pertemuan siklus I. Perencanaan selanjutnya pertemuan siklus I untuk memperbaiki pertemuan pratindakan adalah dengan menggunakan media gambar dalam memahami bacaan. 50 2. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus I a. Perencanaan Setelah melaksanakan tes pratindakan, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus I terkait dengan masalah yang telah ditemukan. Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi masalah dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil pemahaman siswa dalam bacaan. Adapun perencanaan pada penelitian pada siklus I, yaitu peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan kedua, lembar observasi siswa dan lembar soal individu di mana lembar ini menyatakan pada akhir siklus I. Materi yang diajarkan pada siklus I ini mengenai pengulangan pada materi pratindakan serta penggunaan media gambar pada artikel. b. Pelaksanaan 1. Pertemuan siklus I/ Selasa, 29 April 2014 Pada pertemuan siklus I ini akan dilaksanakan proses pembelajaran pemahaman dalam membaca melalui media gambar. Soal yang diberikan berbeda dengan pertemuan pratindakan, pada pertemuan siklus I lebih ke pemahaman siswa dalam membaca melalui media gambar sehingga siswa dapat memahami isi gambar pada artikel ke dalam bentuk bacaan. Guru memberikan materi yang berkenaan dengan pemahaman siswa terhadap bacaan melalui media gambar sehingga siswa dapat memahami isi bacaan. Pada pertemuan ini, seperti biasa seluruh siswa sudah hadir di dalam kelas. Ketika pendidik telah memasuki kelas, kemudian pendidik mencatat materi yang akan dipelajari setelah itu baru menjelaskan kepada siswa. Dalam mencatat materi yang diberikan siswa terlihat antusias. Ketika siswa mencatat materi yang ada di papan tulis, pendidik bertanya tentang materi yang diajarkan, ada beberapa siswa yang belum mengerti, karena mereka terlihat ngobrol dengan teman sebangkunya ketika pendidik memberikan penjelasan materi. Para siswa terlihat serius ketika mengerjakan soal posttest, dan mereka mencoba memahami bacaan melalui media gambar yang sudah disediakan pendidik. 51 Gambar 4.2 Proses kegiatan belajar mengajar VII-4 siklus I Dengan adanya rata-rata yang mengarah pada meningkatnya kemampuan memahami bacaan kepada siswa dalam belajar bahasa Indonesia, maka penelitian pada siklus I dapat dianggap baik dengan penggunaan media gambar dapat mempermudah siswa dalam kegiatan belajar. Hasil tes belajar melalui siklus I sudah menunjukan dengan rata-rata tes siswa mengalami peningkatan. c. Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan persamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I pengamatan atau observasi berlangsung dengan baik, karena peneliti sudah dapat mengenal lebih baik siswa. Hasil pengamatan peserta didik melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Rata-rata Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran Pertemuan Siklus I No Urut Subjek 1 2 3 4 1 30 30 30 Aspek Pengmatan 2 3 4 5 20 10 10 20 10 10 10 10 10 10 10 Jumlah 6 10 10 10 7 10 10 10 90 60 60 70 52 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor 10 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 20 20 10 10 10 20 10 10 20 20 20 20 20 20 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 30 10 10 10 10 10 10 20 30 10 10 10 10 10 10 20 10 10 30 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 30 10 10 10 10 20 10 10 600 280 160 180 130 210 160 Jumlah 40 60 80 50 70 70 40 50 70 60 80 80 80 40 80 70 50 50 50 60 30 50 20 40 30 40 1720 Keterangan: Skor Penilaian Pengamatan Siswa: 1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik : 30 2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan : 20 3. Siswa mengemukakan pendapat : 10 4. Siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu : 10 5. Siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran : 10 6. Siswa dapat menerima materi dengan baik : 10 7. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran :10 53 Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah Siswa = 1720 30 = 57,33 Tabel 4.6 terlihat bahwa dari aspek atau aktivitas yang bervariasi mulai dari lembar observasi siswa pada pertemuan pratindakan hingga pertemuan siklus I mengalami peningkatan, didapatkan rata-rata 57,33 dengan kategori keaktifan berprestasi peserta didik mengalami tingkat perkembangan dalam pembelajaran. Hasil observasi siswa pada siklus I ini dapat memotivasi siswa pada proses kegiatan pembelajaran serta siswa lebih rajin lagi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tabel 4.7 Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus I No Urut Subje k Aspek Penilaian Skor Katergori Perolehan Skor Baik Sekali Lebih dari cukup Lebih dari cukup Baik Lebih dari cukup Lebih dari cukup Baik Baik Baik Lebih dari cukup Baik Baik Lebih dari cukup 1 1 10 2 10 3 10 4 - 5 10 6 10 7 10 8 10 9 10 10 10 90 2 10 - 10 10 - 10 - 10 10 10 70 3 10 10 - - 10 10 - 10 10 10 70 4 5 10 10 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10 10 - 10 10 10 10 80 70 6 10 - 10 10 10 - - 10 10 10 70 7 8 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 80 80 80 70 11 12 13 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 80 80 70 54 14 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 90 15 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 90 16 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 90 17 10 - 10 - - 10 10 10 10 10 70 18 10 10 10 - 10 10 - 10 - 10 70 19 20 21 22 23 24 25 26 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 80 80 80 80 80 80 80 70 27 28 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 10 10 80 90 29 10 10 10 - 10 10 10 10 10 10 90 30 10 10 10 - - 10 - 10 10 10 70 Total skor 2360 Soal latihan siklus I (lihat lampiran 2) Keterangan nilai dengan angka 100 = Istimewa 50 = Hampir cukup 90 = Baik sekali 40 = Kurang 80 = Baik 30 = Kurang sekali 70 = Lebih dari cukup 20 = Buruk 60 = Cukup 10 = Buruk Sekali Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah Siswa Baik sekali Baik sekali Baik sekali Lebih dari cukup Lebih dari cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Lebih dari cukup Baik Baik sekali Baik sekali Lebih dari cukup 55 = 2360 30 = 78.67 Berdasarkan hasil rata-rata diperoleh tingkat pembelajaran pada siklus pertama, maka penugasan tertinggi, penugasan terendah, dan rata-rata tingkat penugasan yang dirangkum dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus I Tingkat Penugasan Siklus I Nilai teringgi siswa 90 Nilai terndah siswa 70 Rata-rata 78,67 Berdasarkan tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa nilai refleksi siklus I > dari nilai KKM (75) adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata 78,67 dan ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai terbaik dengan point 80 dan 90. Dari pertanyaan yang diberikan siswa dapat menjawab dengan tepat, hal ini terjadi karena siswa tersebut termasuk siswa yang rajin belajar dan sering membaca. Tetapi masih terdapat siswa yang mendapatkan nilai sedang hal itu terjadi karena siswa tersebut masih belum benar memahami benar isi gambar dengan baik. Proses pembelajaran pada siklus I ini secara keseluruhan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, peningkatan tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga diperlukan siklus tambahan agar memahami bacaan kepada siswa dapat maksimal. d. Refleksi Dalam kegiatan belajar pemahaman bacaan melalui media gambar telah berhasil membuat siswa lebih antusias. Peningkatan pemahaman siswa dalam proses belajar terlihat aktif. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi. Penerapan media gambar dalam memahami bacaan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Namun rata-rata skor yang di dapat dari siswa 56 dikatakan cukup berhasil dengan rata-rata 78,67 maka dilanjutkan kegiatan siklus II agar keberhasilan siswa dapat dikatakan berhasil. 3. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus II a. Perencanaan Pada perencanaan siklus II, peneliti merencakan tindakan yang akan dilaksanakan. Tindakan diberikan hampir sama dengan tindakan siklus I, namun ada sedikit perubahan dan tambahan, untuk memperbaiki tindakan siklus II. Adapun rincian perencanaan pelaksanakan tindakan siklus II, yaitu 1) Peneliti merencanakan tindakan lanjut untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah pada siklus I 2) Peneliti menyusun langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3) Peneliti menyiapkan media pembelajaran yang lebih menarik dari siklus I, agar peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II, dilakukan hari Selasa, 20 Mei 2014. 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama siklus II ini akan dilaksanakan proses pembelajaran diawali dengan membahas soal-soal pada siklus I yang belum dipahami peserta didik. Setelah pembahasan soal tersebut, kemudian peneliti meminta peserta didik untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang dijelaskan pada siklus I sehingga dengan kegiatan tersebut peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Setelah beberapa peserta didik menjelaskan gagasan utama, tema, dan pengembangan dalam sebuah bacaan, kemudian peneliti memberikan contoh media gambar yang lebih menarik lagi dan peserta didik dengan mudah memahami isi dari bacaan tersebut. Sebelum proses pembelajaran berakhir peneliti menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada pertemuan siklus II. Peserta didik tampak memperhatikan dengan seksama. Pelajaran diakhiri dengan bunyi bel bahwa jam pertama sudah berakhir dan berlanjut untuk jam kedua. 57 2) Pertemuan kedua Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II dilakukan dengan memperlihatkan media gambar yang lebih menarik kemudian peserta didik diberikan 10 soal pilihan ganda dengan menggunakan media gambar yang lebih tertarik dengan peserta didik. Saat pembagian soal, peserta didik mulai antusias untuk membaca teks tersebut. Peserta didik diminta untuk mencari gagasan utama, tema, hal yang menarik dari bacaan dan lain sebagainya. Mereka sudah mulai memahami isi bacaan, dan lebih antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan. Bahkan dari mereka sudah tidak sungkan lagi untuk bertanya kepada peneliti untuk hal yang mereka belum ketahui, jika merasa kesulitan tanpa menunggu peneliti bertanya terlebih dahulu. Gambar 5 Proses kegiatan belajar mengajar kelas VII-4 Siklus II 58 c. Pengamaan Setelah dilakukan tindakan dengan media gambar yang lebih menarik pada kegiatan belajar dalam pemahaman bacaan siswa, peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Pada pertemuan/siklus II pengamatan atau observasi berlangsung baik, karena peneliti sudah dapat mengenal semua peserta didik. Hasil pengamatan peserta didik melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Keaktifan siswa dalam Pembelajaran Pertemuan Siklus II No Urut Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Aspek Penilaian Jumlah 1 30 2 20 20 30 30 3 10 10 10 10 20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 20 20 10 20 20 10 10 20 20 20 20 20 20 20 30 10 10 10 10 10 10 10 4 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 6 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90 60 60 70 60 70 90 80 80 70 80 60 70 70 90 90 90 60 80 70 60 60 59 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor 30 30 30 30 30 690 20 20 10 10 10 20 20 20 380 10 10 10 10 10 10 10 10 10 70 60 60 60 70 60 60 60 10 10 10 10 10 10 10 190 220 190 Jumlah 10 10 10 230 10 10 10 210 2110 Keterangan: Skor Penilaian Pengamatan Siswa: 1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik : 30 2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan : 20 3. Siswa mengemukakan pendapat : 10 4. Siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu : 10 5. Siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran : 10 6. Siswa dapat menerima materi dengan baik : 10 7. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran :10 Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah Siswa = 2110 30 = 70,33 Tabel 4.9 terlihat bahwa dari aspek atau aktivitas yang bervariasi mulai dari lembar observasi siswa pada pratindakan, siklus I, sampai siklus II mengalami peningkatan, didapatkan rata-rata 70,33 siswa mampu lebih aktif dalam pembelajaran. Hasil observasi peserta didik pada siklus II ini dapat memotivasi peserta didik pada proses kegiatan pembelajaran serta siswa lebih rajin lagi dalam pembelajaran bahasa Indonesia 60 Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya kemampuan memahami suatu bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka penelitian dapat dihentikan pada siklus II dan dianggap penggunaan media gambar dapat meningkatkan pemahaman bacaan siswa dalam kegiatan belajar. Hasil skor akhir siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus II No Urut Subjek Kategori Perolehan Skor Skor Aspek Penilaian 1 2 3 1 10 10 10 2 10 10 4 5 6 7 8 10 10 10 10 10 10 10 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 19 20 21 10 10 10 22 23 10 10 3 10 10 4 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 6 10 10 10 7 10 10 10 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 9 10 10 10 10 10 10 10 100 80 80 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90 80 80 80 80 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90 80 80 80 80 100 100 100 80 90 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 80 90 10 10 10 10 10 10 10 10 80 100 10 10 10 10 Istimewa Baik Baik Baik sekali Baik Baik Baik Baik Baik sekali Baik Baik Baik Baik Baik Istimewa Istimewa Istimewa Baik Baik sekali Istimewa Baik Baik sekali Baik 61 24 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90 25 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90 26 27 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 80 90 28 29 30 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 80 80 80 2590 10 10 10 10 10 10 Jumlah Istimewa Baik sekali Baik sekali Baik Baik sekali Baik Baik Keterangan Soal latihan siklus II (lihat lampiran 3) 100 = Istimewa 50 = Hampir cukup 90 = Baik sekali 40 = Kurang 80 = Baik 30 = Kurang sekali 70 = Lebih dari cukup 20 = Buruk 60 = Cukup 10 = Buruk Sekali Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah Siswa = 2590 30 = 86,33 Berdasarkan hasil rata-rata diperoleh tingkat pembelajaran pada siklus II, maka penugasan tertinggi, penugasan terendah, dan rata-rata tingkat penugasan yang dirangkum dalam tabel 4.11. 62 Tabel 4.11 Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus II Tingkat Penugasan Siklus II Nilai tertinggi siswa 100 Nilai terendah siswa 80 Rata-rata 86,33 Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa nilai refleksi siklus II > dari nilai KKM (75) adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata 86,33 dan ada beberapa peserta didik yang mendapatkan nilai terbaik dengan point 90 dan 100. Dari pertanyaan yang diberikan siswa dapat menjawab dengan tepat, hal ini terjadi karena siswa tersebut termasuk siswa yang rajin belajar dan sering membaca dengan didukung dalam penggunaan media gambar yang menarik, maka siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Proses pembelajaran pada siklus II ini secara keseluruhan mengalami perubahan yang lebih membaik dari siklus I. Peningkatan siswa dalam penelitian siklus II mengalami peningkatan pemahaman dalam bacaan sehingga siswa mampu memahami dari bacaan tersebut, serta menjawab pertanyaan dengan tepat. d. Refleksi Dalam proses pembelajaran memahami bacaan melalui media gambar telah berhasil membuat siswa lebih semangat dalam belajar dan memahami isi bacaan. Peningkatan pemahaman bacaan dalam proses pembelajaran siswa terlihat aktif. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa penerapan media gambar dalam memahami bacaan dapat meningkatkan pemahaman siswa yang signifikan sehingga tidak diperlukan lagi adanya tindakan pada siklus selanjutnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari suasana belajar yang lebih menyenangkan dan antusias siswa dalam proses pembelajaran. 63 D. Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, instrumen tes yang digunakan adalah penugasan pemahaman bacaan. Selain mengunakan tes pemahaman penelitian ini juga menggunakan lembar observasi kepada siswa pada setiap akhir pertemuan. Untuk mengetahui kebenaran dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keasliannya, dan memastikan kebenaran data. Seperti menggunakan tes/penugasan dan lembar observasi, dalam hal ini seluruh siswa mengisi instrumen tersebut dengan baik dan sesuai pendapat mereka masingmasing. Keseluruhan instrumen observasi pada pertemuan kedia ini diisi oleh beberapa siswa dengan 90 poin karena dalam pertemuan kali ini pendidik mengajar dengan metode dan media yang lebih menarik. Selain observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada setiap pertemuan, tetapi untuk mengetahui pemahaman dan penugasaan siswa terhadap materi yang diberikan, dilakukan dengan memeriksa tes akhir siswa. Soal tes dibuat dengan silabus sekolah mengenai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tes akhir siklus digunakan untuk melengkapi data pengamatan peneingkatan memahami bacaan melalui media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia. 64 E. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun nontes. Diantaranya sebagai berikut. 1. Data Hasil Tes Siklus Tabel 4.12 Data Perolehan Nilai Tes Pada Akhir Siklus No Urut Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ratarata keseluruhan Skor Pratindakan 70 60 60 70 50 50 80 50 80 20 60 80 50 80 80 80 40 70 80 40 80 50 60 70 60 70 60 80 80 50 63,67 Skor Siklus I 90 70 70 80 70 70 80 80 80 70 80 80 70 90 90 90 70 70 80 80 80 80 80 80 80 70 80 90 90 70 78,67 Skor Siklus II 100 80 80 90 80 80 80 80 90 80 80 80 80 100 100 100 80 90 100 80 90 80 100 90 90 80 90 80 80 80 86,33 65 Indikator ketuntasan belajar siswa mendapatkan nilai > KKM (75) pada siklus II, berarti siswa telah tuntas belajar materi ini. dilihat dari persentase, tingkat penguasaan belajar untuk akhir siklus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pada pratindakan dengan skor rata-rata 63,67, tetapi pada refleksi I (siklus I) mulai meningkat dengan skor 78,67 dan mengalami peningkatan pada refleksi II (siklus II) dengan skor 86,33. 2. Lembar Observasi Setiap melakukan tindakan pembelajaran, lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil observasi itu dapat di lihat pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Hasil rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran No 1 Proses KBM Pratindakan Siklus I Siklus II penjelasan 510 600 690 siswa dapat memberikan jawaban atas 200 280 380 siswa memperhatikan Pendidik 2 pertanyaan-pertanyaan 3 siswa mengemukakan pendapat 110 160 190 4 siswa dapat mengerjaan tugas dengan 170 180 220 mengikuti 130 130 190 siswa dapat menerima materi dengan 150 210 230 120 160 210 Jumlah 1390 1720 2110 Jumlah rata-rata keseluruhan 46,33 57,33 70,33 baik, tepat pada waktunya 5 siswa tampak antusias pembelajaran 6 baik 7 siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran 66 Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia rata-rata keseluruhan skor keaktifan siswa pada rencana pratindakan siswa pasif dalam pembelajaran, karena dalam pratindakan siswa sungkan untuk menanyakan apa yang belum diketahui dalam bacaan tersebut. Dalam siklus I mulai aktif dalam bertanya maupun dalam memberikan argumen pada jawabannya, serta mampu memahami isi bacaan melalui media gambar. Pada siklus II siswa sudah terbiasa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dengan berani, mereka mampu aktif dalam pembelajaran di kelas melalui media gambar yang lebih menarik. Rata-rata skor keaktifan siswa sudah meningkat secara baik dalam mengikuti pembelajaran, penggunaan media gambar yang menarik pun membuat siswa mampu memahami isi bacaan dengan cepat dan menjawab pertanyaan dengan tepat. F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hasil Pratindakan Berdasarkan soal pilihan ganda pada pratindakan menunjukkan hasil pertemuan pratindakan kurang dari KKM (75), yaitu 63,67. Memerhatikan pencapaian siswa tersebut, dapat dikatakan bahwa peningkatan memahami bacaan masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan. Maka dari itu tindakan dilanjutkan ke pertemuan siklus I. 2. Hasil Siklus I dan Siklus II Siklus I menunjukkan adanya peningkatan karena perbaikan-perbaikan di antaranya, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari keempat langkah tersebut peneliti merupakan hasil yang memuaskan, yaitu dapat dilihat bahwa pada siklus I hasil yang didapat dengan skor 78.67 dibandingkan dengan hasil pratindakan, yaitu dengan skor 63,67. Namun, pada penelitian siklus II pun mengalami peningkat yang lebih tinggi, yaitu dengan skor 86,33. Ini membuktikan bahwa penelitian siklus II ini siswa lebih termotivasi dalam memahami bacaan melalui media gambar. 67 Media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan pemahaman bacaan karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga mempermudah siswa dalam menjawab soal dari bacaan tersebut. Pada awalnya peneliti menjelaskan materi dengan menerapkan media gambar, siswa memperhatikan maka siswa pun dapat memahami bacaan dengan baik. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil akhir siklus II dan observasi. Kemampuan memahami bacaan siswa meningkat pada siklus II diiringi peningkatan rata-rata keseluruhan indikator yang terdapat dalam belajar. Penelitian diakhiri siklus karena telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian. Seiring dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan karena terdapatnya sikap antusias, memperhatikan penjelasan pendidik, serta mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, membuat siswa lebih memahami materi yang telah dipelajari. Dilihat dari hasil tes siswa maka akan terlihat peningkatan kemampuan memahami bacaan sebelum dan sesudah menggunakan media, hasil itu dapat dilihat. 70 60 60 70 50 50 80 50 80 20 60 80 50 80 pratindakan 40 70 80 40 80 50 60 70 60 70 60 80 80 60 Hasil siklus 90 70 70 80 70 70 80 80 80 70 80 80 70 90 70 70 80 80 80 80 80 80 80 70 80 90 90 70 Hasil siklus 100 80 80 90 80 80 80 80 90 80 80 80 80 100 100 100 Hasil I II 80 90 100 80 90 80 100 90 90 80 90 80 80 80 80 80 90 90 BAB V PENUTUP Berdasarkan kajian teoretis dan hasil penelitian mengenai peningkatan siswa dalam memahami bacaan melalui media gambar, maka penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan dan saran: A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, media gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan serta menjawab pertanyaan dari soal dengan tepat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor tes pratindakan 63,67 meningkat pada tes siklus I menjadi 78,67, dan mengalami peningkatan pada tes siklus II 86,33. Selain itu dapat terlihat pada lembar observasi yang sesuai dengan skala pengamatan penilaian yang ditetapkan menunjukkan peningkatan, yaitu pada pertemuan pertama jumlah rata-rata dikategorikan berprestasi tingkat rendah, sedangkan pada pertemuan kedua terdapat peningkatan dengan berprestasi tingkat tinggi. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, yang menyatakan bahwa tingkat memahami bacaan melalui media gambar terhadap siswa pada penelitian pratindakan 63,67 mengalami peningkatan setelah siswa melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan media gambar pada siklus I 78,67, dan kemajuan peningkatan siswa pada siklus II 86,33. Maka penulis menyampaikan saran. 1. Pendidik; dapat menggunakan media gambar sebagai bahan pembaharuan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan memahami bacaan. Dengan penggunaan media gambar, kemampuan peserta didik dalam pemahaman membaca dapat meningkatkan pemahaman mereka dengan baik. Dengan adanya berbagai keterbatasan, maka apa yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakan penelitian yang lebih lanjut, dan lebih baik dengan harapan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat diterapkan dan 68 69 memberikan hasil yang lebih baik pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi yang berbeda. 2. siswa; dengan menggunakan penggunaan media gambar dapat melatih siswa mengerjakan tugas, baik untuk meningkatkan prestasi hasil belajar. DAFTAR PUSTAKA A, Alex dan H. Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. 2010. Alderson, J Charles. Assessing Reading. New York: Cambridge University Press. 2000. Alfin, Jauharoti, dkk. Bahasa Indonesia I Edisi Pertama. Jakarta: UIN PRESS. 2008. Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesai. Jakarta: Akademika Pressindo. 2010. Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1997. Gangwer, Timothy. Visual Impact, Visual Teaching. Singapore: Corwin Press. 2009. Hamaik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994. Hartati, Tata, dkk. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI PRESS. 2008. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1982. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua. Jakarta: Indeks. 2010.. Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004. Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada(GP) Press. 2012. Rahardi, R. Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2009. Rahardi, R. Kunjana. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang. Jakarta: Erlangga. 2009. Resmini, Novi, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS. 2006. 70 71 Sadiman, Arief S. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Garfindo Persada. 1986. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2009. Silitonga, M, dkk. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara: Membaca dan Menulis. Jakarta: DEPDIKBUD. 1984. Slamet, St. Y dan Kundharu S. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati. 2012. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Cet Ke 8. Bandung: Alfabeta. 2009. Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosada Karya. 2012. Sumadayo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013. Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Membaca. Bandung:Angkasa. 2008 Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) Nama Sekolah : SMP Darussalam Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Genap Standar Kompetensi : Aspek Membaca 11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. Kompetensi Dasar : 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam teks bacaan Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan 2) Menentukan tema pada teks bacaan 3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) B. Indikator Siswa mampu menemukan gagasan utama Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas Siswa mampun memahami isi bacaan C. Materi Pembelajaran Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas Contoh paragraf deduksi dan induksi D. 1. 2. 3. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab Penugasan E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam materi yang akan dijelaskan c) Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: menjelaskan pada siswa mengenai gagasan utama, kalimat utama dan penjelas serta paragraf deduksi dan induksi; melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; melibatkan siswa untuk menjawab gagasan utama yang dibacakan oleh temannya; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum dipahami; melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; guru memerintahkan siswa untuk menemukan gagasan utamadari teks bacaan; guru memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi dan induksi Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa,; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. E. Sumber Belajar 1. Teks bacaan 2. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia F. Penilaian Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Instrumen Penilaian Penilaian Tes tulis Pilihan Mampu menunjukkan Tunjukkan letak kalimat letak kalimat utama utama yang terdapat di ganda dalam suatu teks dalam teks? bacaan Tes tulis Tulislah gagasan utama Pilihan Mampu yang terdapat dalam teks ganda mengungkapkan bacaan? Tes tulis gagasan utama/ide Pilihan pokok dalam setiap suatu teks bacaan ganda Dalam teks bacaan Mampu menentukan tesebut termasuk paragraf deduksi dan pengembangan paragraf? induksi dalam teks bacaan Mengetahui, Kepala Sekolah Jakarta, 21 April 2014 Guru Mapel BHS Indonesia. (Drs. Asnawie ) (Habibah Ramadhan) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu : SMP Darussalam : Bahasa Indonesia : VII/Genap : Aspek Membaca 11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. : 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam teks bacaan : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan 2) Menentukan tema pada teks bacaan 3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) B. Indikator Siswa mampu menemukan gagasan utama Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas Siswa mampun memahami isi bacaan C. Materi Pembelajaran Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas Contoh paragraf deduksi dan induksi D. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Penugasan E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a) Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam materi yang akan dijelaskan c) Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: menjelaskan kembali pada siswa mengenai gagasan utama, paragraf deduksi dan induksi, serta kalimat utama dan kalimat penjelas; melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; melibatkan siswa untuk menjawab gagasan utama yang dibacakan oleh temannya; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum dipahami; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; guru memerintahkan siswa untuk menemukan gagasan utama dari bacaan artikel yang dibagi; guru memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi dan induksi; memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber; memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; b. membantu menyelesaikan masalah; c. memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; e. memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. E. Sumber Belajar 1. Teks bacaan 2. Artikel dari majalah dengan media gambar 3. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia F. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menunjukkan letak kalimat utama dalam pada teks bacaan Mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap teks bacaan Mampu menentukan paragraf deduksi dan induksi dalam teks bacaan Penilaian Teknik Penilaian Tes tulis Bentuk Penilaian Pilihan ganda Tes tulis Pilihan ganda Tes tulis Pilihan ganda Instrumen Tunjukkan letak kalimat utama yang terdapat di dalam teks? Tulislah gagasan utama yang terdapat dalam bacaan? Dalam teks bacaan tesebut termasuk pengembangan paragraf? Mengetahui, Kepala Sekolah Jakarta, 29 April 2014 Guru Mapel BHS Indonesia. (Drs. Asnawie ) (Habibah Ramadhan) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu : SMP Darussalam : Bahasa Indonesia : VII/Genap : Aspek Membaca 11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai. : 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam teks bacaan melalui kegiatan membaca : 4 x 40 menit (2 kali pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan 2) Menentukan tema pada teks bacaan 3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) B. Indikator Siswa mampu menemukan gagasan utama Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas Siswa mampun memahami isi bacaan C. Materi Pembelajaran Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas Contoh paragraf deduksi dan induksi D. Metode Pembelajaran 1. Inkuiri 2. Tanya Jawab 3. Penugasan E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Awal 1 Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar 2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam materi yang akan dijelaskan 3 Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: melibatkan siswa dalam membahas soal pada pertemuan siklus I; Memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dari temannya yang belum paham, kemudian guru menguatkan atas jawabannya; Memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; melibatkan siswa dalam bentuk kelompok kemudian setiap kelompok memberikan gagasan utama dari soal yang diberikan; memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat dari setiap kelompok untuk memberikan pendapat; memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi dan induksi, tetapi yang menjawab siswa yang belum berpendapat; Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber; memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. E. Sumber Belajar 1. Teks bacaan 2. Artikel dari majalah dengan media gambar 3. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia F. Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menunjukkan letak kalimat utama dalam pada teks bacaan Mampu mengungkapkan gagasan utama/ide pokok dalam setiap teks bacaan Mampu menentukan paragraf deduksi dan induksi dalam teks bacaan Teknik Penilaian Tes tulis Penilaian Bentuk Instrumen Penilaian Pilihan Tunjukkan letak kalimat utama yang terdapat di ganda dalam teks? Tes tulis Pilihan ganda Tulislah gagasan utama yang terdapat dalam bacaan? Tes tulis Pilihan ganda Dalam teks bacaan tesebut termasuk pengembangan paragraf? Mengetahui, Kepala Sekolah Jakarta, 21 Mei 2014 Guru Mapel BHS Indonesia. (Drs. Asnawie ) (Habibah Ramadhan) BIOGRAFI PENULIS Habibah Ramadhan, kelahiran Jakarta 24 April 1992. Anak kelima dari pasangan Bapak Munadi dan Ibu Titi Junanih. Pendidikan yang telah diselesaikan, yaitu MI Al-Falah pada tahun 1998-2004, kemudian melanjutkan ke MTs Dail Khairaat dari tahun 2004 sampai 2007, selanjutnya menamatkan sekolah menengah atas di MA Dail Khairaat pada tahun 2010. Melalui program seleksi Ujian Mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perempuan yang gemar mendengarkan musik ini melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menjadi pendidik merupakan pekerjaan yang mulia sehingga berusaha untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Memilih melanjutkan pendidikan SI di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2010.