peningkatan kemampuan memahami bacaan

advertisement
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN
MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII-4
SMP DARUSSALAM CIPUTAT
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan dalam Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Habibah Ramadhan (1110013000045)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Habibah Ramadhan
NIM
: 1110013000045
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
: “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui
Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam
Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014”
Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.
Dengan ini menyatakan, bahwa
1. Skripsi ini merupakan karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti, bahwa karya ini bukan hasil karya saya
sendiri atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya siap menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 12 Januari 2015
Habibah Ramadhan
NIM. 1110013000045
ABSTRAK
HABIBAH RAMADHAN. NIM:11100013000045. Peningkatan Kemampuan
Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP
Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014; Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta
didik dalam membaca menggunakan media gambar terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam Ciputat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK).
PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di
dalam kelas dengan tujuan memberikan solusi terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dalam membaca dengan
penggunaan media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat
dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Nilai rata-rata yang
diperoleh pada siklus II melalui media gambar mengalami peningkatan dalam
memahami bacaan. Pada pratindakan , nilai yang diperoleh 63,67 setelah siklus I
meningkat menjadi 78,67. sampai pada siklus II (terakhir) pemahaman peserta
didik meningkat menjadi 86,33 > nilai KKM (75).
Kata kunci : memahami bacaan dan media gambar.
i
ABSTRACT
HABIBAH RAMADHAN. NIM: 11100013000045. The improvement of
reading ability to understanding reading text through pictures of seventh-four
(VII-4) students of SMP Darussalam Ciputat years 2013/2014; Language and
Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training
Syarif Hidayatullah, State Islamic University, Jakarta, 2015.
The objective of this research is to discover the improvement of students’
reading understanding through pictures in learning Bahasa. The research was
conducted at SMP Darussalam Ciputat. The writer used Classroom Action
Research (CAR) method. CAR was done as a way to overcome problem in the
class by giving solution of the problem that face of teachers in teaching Bahasa.
The result of this research shows the improvement of students’ reading
ability to understanding the paragraph through pictures. The improvement can be
seen by every cycle in the classroom. The average achievement that was gotten at
first cycle through pictures is improving. At the pre-proceeding score, 63,67 after
first cycle increase become 78,67, until at second cycle the students’
understanding improve become 89 > score KKM (75).
Keyword : reading and picture.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Segala puji serta syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan
kepada suri tauladan umat islam Rasullah Muhammad SAW yang telah berhasil
membawa manusia ke dalam dunia yang berperadaban.
Skripsi merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persayaratan
untuk menyelesaikan program studi Strata I (SI) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejauh ini penulis menyadari sepenuhnya masih
banyak kekurangan pada skripsi ini, yang disebabkan karena terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang
dialami penulis, sehingga tidak mungkin selesai tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dra.Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dra.Hindun, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk keikhlasan, pengertian, dan
kesabaran yang tak henti mengingatkan mahasiswa agar selalu
mengerjakan skripsi hingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan
skripsi hingga selesai.
3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
iii
iv
perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala
yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas.
5. Drs. Asnawie selaku kepala SMP Darussalam beserta seluruh guru dan
para peserta didik, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
6. Teristimewa buat Ayahanda Munadi, Ibunda Yunani, kakak beserta adik
(Komala, Ulfah, Anisa, Yuliana, Hanifah, dan Muflia), serta seluruh
keluargaku tercinta. Terimakasih atas kasih sayang, motivasi, materi, dan
pengertiannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala
keindahan dan kebaikkan berlipat ganda.
7. Sahabat-sahabat
seperjuangan,
Lintang
Akhlakukarimah,
Septiara
Lianasari, Papat Fathiyah, Anggeraeni, Anisah Utari, Fahrudin Mualim,
Dimas Albiyan, Puguh. A.P, serta Meizar F.I.
dan sahabat-sahabat
Jurusan PBSI A khususnya angkatan 2010. Terima kasih telah berbagi
semangat dan pengalaman,serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga bantuan bimbingan,
semangat,
do’a dan dukungan yang
diberikan pada penulis di balas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, semua itu dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai
bahan perbaikan dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan juga para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya dalam dunia pendidikan.
Jakarta, 12 Januari 2015
Habibah Ramadhan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ...............................................................................................................i
ABSTRAK INGGRIS .............................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................................6
C. Pembatas Masalah .............................................................................................6
D. Perumusan Masalah ..........................................................................................6
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................................7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................7
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Perbedaan Keterampilan dan Kemampuan .......................................................8
1. Keterampilan Membaca ..............................................................................8
a. Aspek Keterampilan Membaca ...........................................................10
b. Mengembangkan Keterampilan Membaca .........................................11
2. Kemampuan Pemahaman Bacaan .............................................................12
a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan ..........................................15
b. Proses Pemahaman Bacaan .................................................................16
3. Tujuan Membaca .......................................................................................17
4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan ...................................................20
v
vi
B. Pengertian Media Pembelajaran ......................................................................23
1. Fungsi Media Pembelajaran ......................................................................24
2. Macam-macam Media Pembelajaran ........................................................25
3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran ...........................................25
4. Jenis Media Gambar ..................................................................................26
5. Ciri-ciri Gambar yang Baik .......................................................................27
C. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................28
D. Kerangka Pikir ................................................................................................29
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................31
B. Metode Penelitian ............................................................................................31
C. Populasi dan Sampel........................................................................................32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .....................................................33
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................33
F. Tahap-tahap Penelitian ....................................................................................34
G. Data dan Sumber Data ....................................................................................37
H. Teknik Analisis Data .......................................................................................37
I. Teknik Keabsahan Data ..................................................................................38
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ...................................................................40
1. Gambaran Sekolah ....................................................................................40
2. Visi SMP Darussalam ...............................................................................41
3. Misi SMP Darussalam ...............................................................................42
B. Penelitian Pendahuluan ...................................................................................42
C. Tindakan Pembelajaran ...................................................................................43
1. Temuan Penelitian Pembelajaran Pratindakan ..........................................43
2. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus I .................................................50
3. Temuan Penelitian Pembalajaran Siklus II ...............................................56
vii
D. Pemeriksaan Keabsahan Data..........................................................................63
E. Analisis Data ...................................................................................................64
F. Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................................66
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .........................................................................................................68
B. Saran ................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................70
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1
: Data ruang kantor
41
4.2
: Ruang Penunjang
41
4.3
: Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
pertemuan pratindakan
45
4.4
: Nilai pemahaman bacaan pertemuan pratindakan
47
4.5
: Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan pratindakan
49
4.6
: Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus I 51
4.7
: Nilai pemahaman bacaan pertemuan siklus I
53
4.8
: Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus I
55
4.9
: Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus II 58
4.10
: Nilai Pemahaman bacaan pertemuan siklus II
60
4.11
: Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus II
62
4.12
: Data perolehan nilai tes pada akhir siklus
64
4.13
: Hasil rata-rata kehaktifan peserta didik dalam pembelajaran
65
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
: Kerangka pikir
30
3.2
: Siklus kegiatan penelitian tindakan kelas
37
4.1
: Proses kegiatan belajar mengajar pratindakan
45
4.2
: Proses kegiatan belajar mengajar siklus I
51
4.3
: Proses kegiatan belajar mengajar siklus II
57
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pratindakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Silabus
Hasil belajar siswa pratindakan
Hasil belajar siswa siklus I
Hasil belajar siswa siklus II
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keterampilan
berbahasa
penting
dikuasai
siswa,
karena
dengan
keterampilan berbahasa secara langsung berkaitan dengan para siswa di Sekolah
Menengah Pertama. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan memahami
bacaan. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar dapat
mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran di kelas.
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju siswa lebih terpengaruh
dengan adanya internet. Siswa lebih senang memainkan games online seharian
dibandingkan dengan membaca. Siswa menganggap membaca itu membuatnya
merasa bosan dan jenuh sehingga mereka lebih tertarik berjam-jam di warnet
dibandingkan memegang buku atau bacaan lain. Dengan itu pendidik perlu
memberikan motivasi kepada siswa untuk membaca dan memperoleh ilmu
pengetahuan dari bacaan. Sebab dengan membaca siswa dapat membuka pikiran
yang intelektual.
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dibidang (Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi) IPTEK dan budaya cenderung semakin pesat. Fenomena seperti
ini perlu dipahami dan disikapi, dengan berupaya untuk mengejar ketertinggalan
dan kekurangan. Untuk itu sumber daya manusia sebagai generasi masa depan
perlu dikembangkan kemampuannya antara lain dengan menyediakan informasi
yang lengkap, akurat, aktual dan terpercaya melalui dukungan sarana dan
prasarana akses membaca, seperti perpustakaan,taman bacaan atau rumah baca.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pada pasal 4-5 secara eksplisit menyatakan bahwa “salah satu prinsip
penyelenggaraan pendidikan adalah mengembangkan budaya membaca, menulis
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”. Dengan demikian, maka
pembudayaan ”MEMBACA” merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh
siapapun yang ingin maju, berprestasi, dan sukses dalam meningkatkan
kemampuan bagi dirinya sendiri.
1
2
Sebab itu sebagai seorang pendidik harus memberikan motivasi kepada
siswa dalam membaca, agar terbuka wawasan terhadap ilmu pengetahuan. Dengan
membaca seorang dapat meningkatkan apa yang belum ketahui, baik membaca di
koran, internet ataupun dalam bacaan yang lainnya. Semakin banyak membaca
semakin bertambah juga ilmu pengetahuan yang belum ketahui di luar sana.
Banyak yang memandang membaca membuat jenuh dan mudah bosan,
maka dari itu pemerintah harus berupaya agar membaca sebagai suatu kegemaran
bagi siswa bukan kejenuhan yang mereka dapat, bahkan dengan membaca
seseorang bisa membuat sebagai hobi saat sedang merasakan kejenuhan. Bila
merasakan kejenuhan saat menunggu angkutan umum, seperti bis, busway, dan
sebagainya dengan membaca seseorang dapat menghilangkan rasa kejenuhan
tersebut.
Agar sebagian orang merasa suka terhadap membaca pemerintah harus
membuat taman bacaan yang kreatif agar mereka tertarik dan tidak merasa bosan
saat mereka membaca. Dengan hal yang seperti itu mereka jadi senang
mendatangi taman bacaan, karena di dalam taman bacaan tersebut ada buku-buku
bergambar yang tentunya tidak membuat pembaca merasa bosan.
Orang-orang di luar negeri pada saat mereka hendak pergi dalam
perjalanan, maupun saat berada di dalam kendaraan umum mereka pun tak
sungkan untuk membaca. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, yang menyatakan bahwa kebudayaan dalam kegemaran membaca
dapat dilakukan melalui peran keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Untuk
itu peran keluarga dan masyarakat dapat diharapkan dalam membudayakan
membaca sebagai suatu kegemaran. Pada era global atau era ekonomi kreatif,
seorang dituntut tidak hanya cerdas, melainkan juga kreatif dan produktif.
Indonesia sudah memulai kegiatan membaca, dengan adanya perpustakaan
keliling yang diadakan di Jakarta, mungkin ini salah satu langkah untuk mengejar
ketertinggalan masyarakat dalam membaca. Dengan adanya perpustakaan keliling
banyak anak-anak kecil yang mulai tertarik untuk ikut membaca walaupun hanya
sekedar membaca komik di dalam bus. Banyak juga di kota-kota lain yang
menyediakan taman bacaan yang dapat menunjang keterampilan membaca,
3
biasanya di dalam taman bacaan tersebut banyak anak-anak jalanan yang ikut
serta karena keterbatasan ekonomi mereka yang kurang mendapatkan pendidikan,
dengan adanya taman bacaan tersebut mereka bisa diajarkan membaca, menulis,
dan lainnya. Dengan itu taman bacaan ramai dikunjungi oleh orang-orang yang
mempunyai tekad yang tinggi untuk bisa membaca agar mereka tidak tertinggal
dalam era globalisasi.
Keterampilan berbahasa ada beberapa aspek, yaitu (1) menyimak; (2)
berbicara; (3) membaca; (4) menulis. Diharapkan siswa mampu mengungkapkan
suatu informasi dan dapat menyampaikannya kepada orang lain dengan baik.
Sebab itu, peserta didik harus memiliki keterampilan membaca. Siswa yang
kurang terampil dalam membaca akan mengalami kesulitan dalam memahami
informasi yang telah dibacanya.
Keterampilan berbahasa yang baik dan benar sangat penting. Semua itu
dimulai dengan dikembangkannya kebiasaan membaca. Sebab itu, perlu latihan
membaca untuk mengembangkan potensi siswa dan meningkatkan penalarannya.
Dari keempat keterampian berbahasa yang telah diajarkan di sekolah tersebut,
diantaranya siswa juga perlu membaca dengan pemahaman agar dapat
memperoleh pengetahuan dalam menguasai struktur dan kosata supaya dapat
berbahasa dengan jelas.
Setiap hari biasanya orang meluangkan waktu beberapa jam untuk
melakukan kegiatan membaca, baik membaca buku maupun membaca koran.
Pembaca biasanya juga menandai bacaaannya untuk memperoleh pemahaman
yang lebih dalam sehingga pembaca dapat memahami maksud penulis. Membaca
merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak bersifat
langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis
akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.
Dalam membaca buku atau bacaan lainnya peserta didik tidak hanya
membaca secara meluas tetapi perlu juga membaca secara mendalam, untuk
memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih unggul dan lebih utuh.
Memahami sebuah bacaan tidak hanya sekadar membaca, tetapi memerlukan
strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik. Membaca tidak hanya
4
menambah pengetahuan tetapi juga menambah wawasan pengalaman dari
berbagai sumber sesuai dengan apa yang dibacanya. Dengan membaca siswa juga
dapat mempelajari nilai-nilai moral dalam hidup. Maka membaca pemahaman
perlu ditingkatkan dan dikuasai siswa agar dapat memahami bacaan.
Proses pemahaman dalam membaca melibatkan dua hal pokok, yaitu
pengetahuan yang telah dijumpai oleh pembaca, pengetahuan tentang struktur
teks, dan kegiatan menemukan makna. Kegiatan pemahaman dalam bacaan harus
menguasai bahasa dan tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan
mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut. Untuk dapat memahami isi
suatu bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman
dengan baik pula.
Untuk memahami sebuah bacaan siswa harus fokus dengan apa yang
dibaca agar dapat memahami dengan jelas ide pokok atau gagasan utama, serta
adanya beberapa kalimat penjelas yang terdapat dalam bacaan, maka perlu
peningkatan pemahaman yang jelas agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh pendidik.
Dalam membaca siswa memerlukan pemahaman terhadap pokok pikiran
dan mampu memahami informasi apa yang terdapat dalam bacaan tersebut.
Sehingga bisa menarik siswa untuk bisa membaca dengan fokus. Dengan
demikian siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan agar dapat memahami
bacaan.
Dari kebanyakan siswa di sekolah biasanya kurang dapat memahami
bacaan karena siswa hanya membaca sekilas dari bacaan tersebut. Hal itu
dibuktikan pada saat siswa diberikan tugas oleh pendidik mata pelajaran, siswa
sering kali tidak menjawab soal yang sesuai dengan apa yang ditanyakan, karena
itu diakibatkan dengan kurang kefokusannya saat mereka sedang membaca
sehingga mereka tidak dapat memahami apa yang dijelaskan atau informasi yang
diterima siswa setelah membaca. Dengan demikian pendidik harus sering
memberikan tugas membaca kepada siswa dan memberikan media yang baik
dalam kegiatan belajar membaca pemahaman, sehingga siswa dapat menjawab
5
pertanyaan dengan baik dan tepat. Semakin pendidik memberikan tugas membaca
maka siswa dapat terlatih dalam memahami apa yang dibacanya.
Untuk memberikan peningkatan pemahaman kepada siswa, maka kegiatan
pembelajaran harus dikemas dan disajikan secara menarik. Tidak sedikit, metode
dan cara pembelajaran telah dikembangkan dan dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran tidak dapat terlepas
dari penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu
komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Pemanfaatan media merupakan bagian yang harus mendapat
perhatian pendidik sebagai fasilotator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, setiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapan media
pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam
proses pembelajaran.
Salah satu media yang dapat digunakan pendidik dalam upaya
meningkatkan prestasi membaca peserta didik melalui media gambar. Media
gambar diberikan agar siswa dapat memahami sebuah peristiwa yang terdapat
dalam gambar, melatih daya tanggap siswa dalam memahami bacaan dengan
melihat gambar. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca
dimaksudkan agar pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan. Media gambar
ini memancing siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpendapat mengenai isi
bacaan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganggap penting untuk
meneliti dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui
Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran
2013/2014”.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar siswa
2. Penggunaan media dan metode pembelajaran yang monoton
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan
4. Siswa pasif dalam menerima materi pelajaran
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka
peneliti membatasi masalah pada “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan
Melalui Media Gambar di kelas VII-4 Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Darussalam Ciputat Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana meningkatkan
kemampuan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4
SMP
Darussalam Ciputat semester genap tahun pelajaran 2013/2014?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peningkatan
memahami bacaan di SMP Darussalam, sedangkan secara khusus bertujuan untuk
“Mengetahui peningkatan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4
SMP Darussalam Ciputat tahun pelajaran 2013/2014.”
7
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis :
1. Guru
Penelitian ini supaya menjadikan penambahan bahan ajar bagi guru dapat
memahami sebuah bacaan dengan baik.
2. Peneliti
Penelitian ini juga berguna untuk meningkatkan kemampuan memahami
bacaan melalui media gambar.
3. Siswa
Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan siswa
melalui media gambar.
Manfaat Praktis :
1. Guru
Dengan adanya penelitian ini, guru dapat memberikan motivasi siswa
dalam praktik pembelajaran.
2. Peneliti
Peneliti dapat memperoleh solusi yang muncul dalam kaitannya dengan
materi membaca di kelas.
3. Siswa
siswa termotivasi untuk gemar dalam membaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbedaaan Keterampilan dan Kemampuan
1. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi: 1)
membaca pemahaman; 2) membaca ekstensif; 3) membaca cepat. Secara praktis,
membaca dapat dibedakan menjadi: membaca lisan dan membaca dalam hati.
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus
dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala
pemikiran positif, referensial, berpikiran luas multidimensional, dan ke arah depan
demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia.
Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. “Dalam
komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa di ubah menjadi lambanglambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet.”1 Membaca merupakan “proses
berpikir untuk dapat memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus
memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan
eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi
preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.”2
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa untuk menambah
wawasan serta membina daya nalar seseorang. Brigid Smith berpendapat bahwa
“reading began to be regarded as a whole language activity in which context,
prediction and meaning were as important as the structure of the sentence or the
discrete parts of the words.” 3 Artinya “membaca dapat didefinisikan sebagai
kegiatan berbahasa secara keseluruhan yang didalamnya terdapat konteks,
prediksi, dan makna yang sama pentingnya dengan struktur kalimat atau bagianbagian dari struktur kata.”
1
Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 74
2
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi,
(Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 80
3
Brigid Smith, Through Writing to Reading; Classroom Strategis for Supportinf Literacy,
(New York: Routledge, 1997), h. 7
8
9
Membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang
berlangsung pada diri pembaca.4 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat
atau isi yang tersurat dan yang tesurat atau yang tersirat dalam bacaan yang
dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan
yang terus menerus. Menurut pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah
warisan biologis turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan
ciri-ciri jasmani lainnya.
Menurut Caroline, “reading is a set of skills that involves making sense
and deriving meaning from the printed word. In order to read, we must be able
to decode (sound but) the printed word and also comprehend what we read.”5
Artinya: “ membaca adalah seperangkat keterampilan yang meliputi sesuatu yang
masuk akal dan kata yang mempunyai makna dari kata yang dicetak. Agar bisa
membaca, kita harus mampu mengucapkan kata yang dicetak dan juga mengerti
apa yang kita baca. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun makna
apa yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang demikian oleh penulis, kemudian
mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya
sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca.
Dapat
disimpulkan dari beberapa pendapat
ahli
bahwa dengan
keterampilan yang dimiliki seseorang dengan membaca dapat menambah
wawasan yang belum diketahuinya, baik membaca buku maupun membaca koran.
Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan budaya membaca.
Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan
kualitas membacanya. Dalam diri seorang akan terbina tata cara yang baik dan
benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi
membaca merupakan suatu kebutuhan batiniah yang senantiasa harus dipenuhi
setiap hari sebelum bersangkutan istirahat setelah lelah menjalankan fungsi, peran
tanggung jawab, dan kewajibannya berkaitan dengan status, baik struktural atau
fungsional sosial.
4
M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara:
Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8
5
Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York:
McGraw-Hill, 2006), h. 69
10
Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami benar bahwa
membaca merupakan keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup
atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan
kata lain keterampilan membaca mencakup tiga kompenen, yaitu
a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;
b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal;
c) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.6
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentukbentuk yang disesuaikan dengan media yang berupa gambar, gambar dalam suatu
lembaran, lengkungan-lengkungan, dan garis-garis dalam hubungan-hubungan
berpola yang teratur rapi.
Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
tanda-tanda hitam di kertas, yaitu gambar-gambar berpola tersebut dengan bahasa,
dengan tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh
serta memahami bahasa.
Keterampilan C yang mencakup seluruh keterampilan membaca, pada
hakikatnya merupakan keterampilan intelektual, yaitu merupakan kemampuan
atau abilitas unsur-unsur bahasa yang formal berupa kata-kata sebagai bunyi,
dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.
a. Aspek-aspek Keterampilan Membaca
Telah diuraikan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang
kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting membaca, yaitu “keterampilan
bersifat mekanis, dan keterampilan bersifat pemahaman”.7
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini
mencakup:
a) Pengenalan bentuk huruf;
6
Henry Guntur Tarigan,
(Bandung:Angkasa,2008), h. 11
7
Ibid,.h. 13
Membaca
sebagai
Suatu
Keterampilan
Membaca,
11
b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola
klausa, kalimat, dan lain-lain);
c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi .
d) Kecepatan membaca ke taraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini
mencakup:
a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal);
b) Memahami makna;
c) Evaluasi atau penilaian;
d) Kecepatan membaca fleksibel yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.
b. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam praktiknya
keempay keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain,
namun guru dapat mengfokuskan salah satu di antara empat keterampilan tersebut.
Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut
pemilihan materi, metode, dan teknik pembelajaran. Dalam hal pembelajaran
bahasa Indonesia dengan fokus membaca, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia
yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.
Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu serta membimbing para
peserta didik untuk mengembangkan serta
meningkatkan keterampilan-
keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca, yaitu
1) Memperluas pengalaman para siswa sehingga mereka akan memahami
keadaan dan seluk beluk kebudayaan;
2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna kata-kata baru;
3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol;
4) Membantu siswa memahami struktur-struktur (termasuk struktur
kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pembelajaran bahasa
Indonesia)
12
5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada siswa;
6) Membantu siswa untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.
2. Kemampuan Pemahaman Bacaan
Membaca pemahaman ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati,
membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan. Ukuran
mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk
mencerikan isi bacaan, atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.
Tarigan mengatakan bahwa pemahaman bacaan merupakan “membaca
dalam hati yang di baginya atas dua bagian”.8 Pertama membaca ekstensi, yakni
suatu kegiatan pemahaman bacaan yang tingkat pemahamannya bertaraf relatif
rendah. Kedua, membaca intensif, yakni suatu kegiatan membaca dengan teliti
dan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas pendek kirakira dua hingga tiga halaman. Pemahaman bacaan itu ceramah, mencari,
menyimpulkan, dan menilai. Jantungnya pemahaman bacaan merupakan
“membaca sambil bertanya”, yaitu pertanyaan yang diajukan guru harus dijawab
ketika siswa membaca.
Membaca adalah “salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang
berlangsung pada diri pembaca.”9 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat
atau isi yang tersurat dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya.
Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus
menerus. Dalam pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan biologis
turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri jasmani
lainnya.
Pemahaman bacaan adalah kegiatan dari proses komunikasi berpikir dalam
memindahkan pemikiran penulis dalam pikiran pembaca. Kegiatan seperti itu
memerlukan suasana tenang untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi.
McWhorter berpendapat bahwa “pemahaman bacaan bukanlah suatu aktivitas
8
Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 89
9
M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra
Utara: Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8
13
rutin di mana pembaca hanya membuka buku, membaca, dan menutupnya”. 10
Membaca yang baik ialah membaca yang melibatkan berbagai macam keahlian
yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah membaca. Kegiatan yang dilakukan
sebelum membaca adalah mengenal isi bacaan, bagaimana materi itu di susun atau
diorganisasikan, dan menentukan tujuan dalam membaca.
J. Charlesss Alderson berpendapat bahwa, “reading is necessary we will
look at the multitude of real-world needs for this throughout this book.”11 Artinya
“membaca adalah diperlukan bagi kita akan melihat banyaknya kebutuhan dunia
nyata di dalam keseluruhan isi buku.” Dengan demikian pembaca harus mampu
memahami isi bacaan, yaitu dengan mampu menjawab pertanyaan dari sebuah
teks bacaan. Kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan
kemampuan berpikirnya sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang
telah dibaca.
Dengan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil
belajar peserta didik. Membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan
dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui
tahapan tertentu, sedangkan membaca sebagai hasil belajar merupakan kegiatan
membaca suatu bacaan, bukan hanya mencari kata dan gambar secepat mungkin
namun untuk mengidentifikasikan, memahami makna, serta mampu menjawab
pertanyaan yang terdapat dari bacaan tersebut. Jadi, dalam kegiatan membaca
pada hakikatnya, yaitu suatu kegiatan yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalan tulisan, melainkan mampu menghubungkan kata-kata yang
tertulis dengan memahami makna dari bacaan.
Untuk memahami secara perinci mengenai apa itu membaca, dalam hal ini
akan dikemukakan beberapa pengertian para ahli. Anderson di dalam Alex A dan
H. Ahmad mengatakan, “membaca ialah suatu proses untuk memahami yang
tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata
10
11
2000).h.2
Ibid,.h. 93
J Charles Alderson, Assessing Reading, (New York: Cambridge University Press,
14
yang tertulis.”12 Adapun Tarigan di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan,
“membaca ialah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/
bahasa tulis.”13 Sementara itu, Finochiaro dan Bonomo di dalam Alex A dan H.
Acmad mengatakan bahwa “membaca ialah memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung dalam bahan tertulis.”14 Pendapat lain dikemukakan oleh
Lado di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan, “membaca adalah memahami
pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya”.15
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang sangat kompleks yang
melibatkan beberapa keahlian. Keahlian yang paling mendukung untuk pembaca
yang baik ialah memiliki ketajaman pikiran dan pengetahuan kebahasaan dalam
hal ini penguasaan semantik dan kemampuan menginterprestasikan bahan bacaan
yang sesuai dengan pikiran penulis, serta pembaca dapat memahami apa yang
disampaikan penulis dalam hal tersirat maupun tersurat.
Menurut Caroline T Linse mendefinisikan “reading comprehension refers to
reading for meaning understanding and entertainment”. 16 Artinya “ membaca
pemahaman mengacu pada membaca untuk memahami makna dan sebagai
hiburan”. Definisi tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada waktu
membaca, si pembaca selain menyuarakan kata-kata juga memahami arti setiap
kata sehingga dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan.
Ketika membaca, seseorang berusaha memahamai isi pesan penulis yang
tertuang dalam bacaan. Pemahaman ini merupakan prasyarat bagi berlangsungnya
suatu tindakan membaca. Membaca dikatakan tidak langsung apabila tidak ada
pemahaman pada diri pembaca. Dalam buku Jauharoti Alfin, Burn dan Syafie
12
Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 74
13
Ibid,. h. 74
14
Ibid,. h. 74
15
Ibid,. h. 74
16
Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York:
McGraw-Hill, 2006), h. 71
15
mengemukakan dua tingkatan pemahaman bacaan, yaitu “pemahaman literal dan
pemahaman tingkat tinggi”.17
Pemahaman literal berarti mengetahui apa yang dikatakan penulis, juga
mengetahui apa yang ditulisnya. Pikiran bertindak sebuah gudang, yang berfungsi
memasukkan dan menyimpan apa yang ditulis pengarang. Pada tingkat
pengetahuan, siswa mengakui fakta-fakta dan pendukungnya dengan memakai
kata-kata
yang
dipakai
pengarang.
Siswa
mengetahui
fakta-fakta
(siapa?apa?kapa?di mana?). mereka juga mengetahui detail, ide utama, sekuensi,
dan sebab-akibat ketika hal tersebut ditanyakan. Siswa menjawab pertanyaan
dengan memakai kata-kata penulis.
Dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan pada hakikatnya merupakan
pemahaman yang harus dimiliki oleh pembaca dari hasil bacaannya yang meliputi
ide pokok, detail penting, dan mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibaca.
a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan
Berkenaan dengan proses pemahaman bacaan, Pearson dan Johnson
(Nunan, 1992:66-67) menyatakan bahwa inti pemahaman berkaitan dengan satu
prinsip yang sederhana, yaitu sebagai upaya membangun jembatan antara yang
baru dengan yang sudah diketahui. 18 Oleh karenanya, ada beberapa prinsip
penting dalam aktivitas memba pemahaman, yaitu
1. Pemahaman merupakan proses aktif, bukan pasif. Adapun aktivitas itu
tidak lain daripada menafsirkan apa yang dibaca sesuai dengan
pengetahuan yang telah dimiliki mengenai topik yang dibacanya.
Dengan demikian, pemahaman bukan sekedar masalah merekam secara
harfiah tentang apa yang dibaca (mengingat), tetapi mengarah pada
menganalisa, menyintesis, mengevaluasi, serta mengaplikasi.
2. Pemahaman memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan atau
kesimpulan. Aktivitas ini sudah pasti memerlukan pemikiran yang kritis
dan logis sehingga seringkali seorang pembaca kesulitan atau
kebingungan terhadap suatu bacaan yang sederhana sekalipun.
17
18
Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I: Edisi I, (Surabaya:Lapis PGMI, 2008), h. 13
Nunan, 1992: 66-67
16
3. Pemahaman merupakan aktivitas dialog antara pembaca dan penulis.
Oleh karenanya, pembaca yang baik tidak hanya menafsirkan apa yang
ada dalam bacaan berdasarkan persepsinya sendiri, tetapi harus
berupaya memaknainya sepeti yang dimaksud penulisnya sehingga
tidak terjadi mis-interprestasi.19
Achadiah juga mengemukakan beberapa ciri pemahaman bacaan,
yaitu “(1) pemahaman bacaan merupakan membaca pada tingkat bebas,
artinya kegiatan berpikir yang terlihat bersifat individual dan personal; (2)
berpusat pada masalah; (3) bersifat analisis; (4) didasarkan atas usaha yang
terus menerus untuk menemukan kebenaran; (5) bersifat imajinatif kreatif;
(6) terbuka terhadap gagasan terbaik; (7) beberapa pengalaman yang
melibatkan diri pembaca; (8) peka terhadap kata dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas; dan (9) membaca untuk mengingat, bukan
untuk melupakan”.20
Untuk memperoleh bacaan, seorang pembaca memerlukan pengetahuan
kebahasaan dan nonkebahasaan. Keluasaan latar belakang pengetahuan dan
pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan
membaca. Sebab, pembaca harus mengenali konsep, dan kosakata, serta latar yang
terdapat dalam bacaan.
b. Proses Pemahaman Bacaan
Dalam perkembangan pelajaran membaca dikenal tiga pandangan terhadap
proses membaca, yaitu (1) pandangan yang menganggap bahwa membaca sebagai
proses pengenalan simbol bunyi yang tercetak; (2) pandangan yang mengganggap
membaca sebagai proses pengenalan simbol tulis yang tercetak, yang diikuti
pemahaman makna tersuratnya; (3) pandangan yang menganggap bahwa
membaca tidak hanya merupakan pemahaman dan pengenalan simbol tercetak
saja tetapi lebih jauh menganggap membaca sebagai proses pengolahan secara
kritis dan kreatif bahan tulis untuk mendapatkan pemahaman.
Siahaan mendefinisikan pemahaman bacaan secara luas adalah “proses
mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian
19
Kundharu S dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,
(Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 84-85
20
Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 79.
17
terhadap keadaan, dan dampak bacaan”.
21
Pengertian ini sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa sehingga mampu memahami bacaan tetapi dalam
kenyataannya kegiatan membaca yang dilakukan sebagian siswa tidak melibatkan
proses berpikir. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi
dari bacaan ke dalam ingatan.
Berdasarkan
proses
yang
dilakukan
dalam
membaca,
Achadiah
menyatakan bahwa kemampuan memahami bacaan digolongkan dalam tiga
jenjang, yaitu “membaca harfiah, membaca antarbaris, dan membaca lintas
baris”. 22 Membaca harfiah, yaitu membaca hanya memahami sebagaimana
adanya. Membaca antarbaris, yaitu siswa mampu menarik kesimpulan
berdasarkan apa yang dibacanya. Kemampuan ini menuntut adanya kesanggupan
berpikir secara kritis, suatu analisis tentang maksud penulis yang sebenarnya.
Membaca lintas baris, yaitu melibatkan kemampuan siswa berupa aplikasi dan
evaluasi.
3. Tujuan Membaca
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan
demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.
Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir,
terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses
mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika pembaca
belum membaca buku apapun.
Berikut ini ada beberapa tujuan membaca yang dikemukakan menurut
Anderson antara lain
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh perincian atau fakta-fakta ( reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau
21
22
ibid,. h. 79
Ibid,. h.80
18
yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh
sang tokoh untuk mencapai tujuannya ( reading for main ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga untuk
mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for main ideas).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang
kepada para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka
berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca
inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai
seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita itu benar atau tidak benar. Ini
disebut
membaca
untuk
mengelompokkan,
membaca
untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading ro evaluate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua
cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai
pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atai mempertentangkan
(reading to compare or contrast).23
Ada beberapa pengembangan tujuan dalam membaca antara lain:
a. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai
dan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis
membaca, yaitu membaca survei, membaca selintas, dan pemahaman
bacaan.
b. Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memerhatikan
kesanggupan untuk kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan
bacaan, mengenai kebutuhan akan pemahaman melalui penjelasan tujuan,
23
Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 75-76
19
konsep, serta keperluan untuk membaca ulang. Kegiatan lain yang
tekstual, fonemik, struktural, serta daftar kata untuk memahami kata-kata.
c. Pengembangan pemahaman.
d. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca
lebih lanjut, dan menulis.24
Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang
bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu
proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika peserta
didik belum membaca buku apapun. Kemudian, pemahaman itu menapaki tahapan
yang berbeda dan terus berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat,
paragraf demi paragraf dari bacaan mulai dibaca. Selanjutnya, pemahaman bacaan
itu akan mencapai tahapan yang lain ketika peserta didik sampai pada bagian
terakhir bacaan itu, yakni ketika menutup buku, novel atau yang lainnya.
Penetapan tujuan membaca bagi peserta didik harus memenuhi dua syarat,
yaitu “(1) menggunakan pernyataan yang jelas tepat tentang apa yang harus
diperhatikan atau dicari oleh siswa ketika membaca, dan (2) memberikan
gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa tentang apa yang semestinya mampu
mereka lakukan setelah selesai membaca.”25
Ketika peserta didik membaca suatu bacaan, tujuan sebenarnya bukan
untuk mencari kata dan gambar secepat mungkin namun untuk mengidentifikasi
dan memahmi makna dari suatu bacaan tersebut seefisien mungkin dan kemudian
mentransfer informasi ini ke dalam memori jangka panjang dalam otak peserta
didik.
Bayangkan apabila peserta didik sedang mencari harta karun di suatu
danau, adalah tidak mungkin untuk menyelami setiap meter dari danau tersebut.
Langkah yang benar, adalah peserta didik harus memulai dengan menyewa kapal
yang dilengkapi dengan radar untuk mendeteksi setiap barang yang mungkin
serupa dengan harta karun. Dengan cara ini, maka seluruh danau telah diseleksi
dengan cepat, menandai area-area tertentu yang dicurigai dan baru memulai
menyelam di area tersebut. Dengan cara ini, maka kemungkinan peserta didik
24
Ibid,.h. 75-76
Tata Hartati, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah, (Bandung: UPI
PRESS, 2008), h. 255
25
20
menemukan harta karun akan tinggi karena peserta didik tidak membuang
waktunya untuk menyelami area danau yang tidak ada apa-apanya.
Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh pendidik, peserta didik akan
berpikir keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan
tujuan membaca yang ditujukan oleh pendidik akan menjadi model bagi peserta
didik setiap saat membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dahulu, baru kemudian
menyesuaikan strategi membaca yang paling dianggap sesuai.
4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan
a. Prinsip Membaca Pemahaman
Beberapa
penelitian
memperlihatkan
bahwa
banyak
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mc. Laughin dan Allen, prinsipprinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi
pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.
1) Pemahaman
kemahiran
merupakan
adalah
proses
kerangka
konstruktivis
kerja
kurikulum
sosial.keseimbangan
yang
membantu
perkembangan pemahaman.
2) Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman.
3) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
4) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
5) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca.
6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkatan kelas.
7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman
membaca.
8) Mengikutsertakan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
21
10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.26
b. Strategi Pemahaman Bacaan
Keberhasilan memahami bacaan dalam membaca pemahaman bukanlah
persoalan mudah. Perlu suatu kiat atau strategi untuk dapat mencapainya. Strategi
yang digunakan bergantung pada masing-masing pembaca dan pada guru dalam
upaya memilih strategi yang tepat. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan
faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks.
Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya,
strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan
sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.
Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Para ahli
membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses membaca dan
penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model-model proses membaca
memurut Harjasujana dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model,
yakni:
1. Model Membaca Bawah- Atas (MMBA) atau bottom-up
Pada MMBA struktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap sebagai
unsur yang mencerminkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam
pengetahuan sebelumnya merupakan hal sekunder. Sebaliknya, MMAB
beranggapan bahwa struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya
memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks
merupakan unsur sekunder.
Strategi pemahaman bawah atas umunya digunakan dalam pembelajaran
membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis secara
bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami rangkaian huruf
menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat. Kemudian membentuk
teks. Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks dihadapi agak sulit.
Kesulitan yang ditemui bisa menyangkut masalah bahasa, bisa pula isi teks.
Seseorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak
26
Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I Edisi Pertama, (Jakarta: UIN PRESS, 2008), h. 18
22
mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi
frasa, selanjutnya pemahaman atas frasa itu digunakan untuk memahami kalimat,
dan isi keseluruhan teks.
2. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top-down
Dalam MMAB kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa mempunyai
peran pertama dan utama dalam penyusunan makna dari materi cetak.
Kebanyakan model MMBA ini berpijak pada teori psikolinguistik, yakni
pandangan tentang interaksi antara pikiran dan bahasa. Kegiatan memba itu
merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari
masukkan yang diperoleh melalui persepsi membaca. Pemilihan itu dilakukan
dengan kemampuan memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses,
terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk menerima, menolak atau
mungkin memperhalus masukan tersebut. Berlainan dengan MMAB, MMBA
menggunakan informasi grafis ini hanya untuk mendukung hipotesis mengenai
makna yang sudah terbentuk ketika alat visual menangkap lambang-lambang
cetak. Kata-kata tidak dapat diserap daerah pandangan mata jika tidak cocok
dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang diproses oleh pembaca
dan perkiraan (hipotesis) yang dibuatnya.
Strategi-strategi untuk membuat prakiraan yang didasarkan pada
penggunaan isyarat semantik dan sintaksis, memungkinkan pembaca untuk
memahami materi dan mengantisipasi apa yang akan tampak selanjutnya di dalam
materi cetak yang sedang dibacanya itu validitas prakiraan itu dicetak melalui
penggunaan strategi-strategi konfirmasi. Jika prakiraan itu tidak cermat, maka
digunakanlah strategi mengkoreksi yang didalamnya terjadi pemrosesan isyarat
tambahan untuk mencari makna bacaan.
3. Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) atau interactive27
Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) mereaksi dua model membaca
sebelumnya. Menurut model ini proses membaca tidak menunjukkan suatu proses
yang linear, tidak menunjukkan kegiatan yang berurut berlanjut, melainkan proses
27
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung:
UPI PRESS, 2006), h. 91
23
timbal balik secara simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain
MMAB yang berperan. Para penganut MMTB percaya bahwa pemahaman itu
tergantung pada informasi grafis atau visual dan informasi nonvisual atau
informasi yang sudah tersedia dalam pikiran pembaca.
B. Pengertian Media Pembelajaran
“Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk Jamak dari kata
“Madiam”, yang berarti perantara atau pengantar.” 28 Demikian, media dapat
diartikan sebagai wadah penyalur informasi atau penyalur pesan kepada peserta
didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media merupakan alat
bantu proses belajar mengajar untuk membantu tugas pendidik dalam
menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta
didik. Setiap materi pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang bervariasi dan
untuk membantu menyederhanakan tingkat kesulitan tersebut diperlukan media
pembelajaran sebagai alat bantu, seperti: globe, grafik, gambar, dan lain lain.
Yudhi Munadi, berpendapat bahwa media pembelajaran dapat dipahami
“sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.” 29
Sedangkan Sadiman menyatakan bahwa media pembelajaran, yaitu “segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat,
serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.”30 Dari beberapa pendapat dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara menyalurkan
informasi kepada peserta didik untuk dapat memahami pembelajaran dan dapat
meningkatkan proses belajar yang terjadi.
28
Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h. 102
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada(GP) Press, 2012), h.8
30
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 207
29
24
Seorang pendidik merupakan perantara atau penyalur pesan ajar yang
disampaikan kepada peserta didik. Bila pesan tersebut telah disampaikan pendidik
dan siswa belum memahaminya, maka bisa dikatakan bahwa komunikasi dalam
pembelajaran itu kurang/tidak efektif, hendaknya pendidik berusaha untuk
melakukan
usaha-usaha
tercapainya
tujuan
dalam
komunikasi
tersebut,
diantaranya dengan menyediakan media lain untuk dijadikan sumber belajar oleh
peserta didik.
1. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama dalam media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.
Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kemampuan
merekam, menyimpan, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek dalam
menyampaikan pesan yang mampu mempengaruhi keadaan lingkungan belajar
yang efektif. Gambar sebagai alat peraga tidak saja berfungsi sebagai alat peraga,
tetapi memiliki fungsi-fungsi tertentu didalamnya. Hal tersebut disebabkan karena
fungsi media dalam pembelajaran adalah sebagai informasi untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik dalam menerima informasi.
Media belajar adalah media yang mengefektifakan proses komunikasi
pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Anggani Sudono,
mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut.
a. Memberikan kesempatan berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan
memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, buku, narasumber
atau tempat.
b. Meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui komunikasi
dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber
belajar.31
Menggunakan alat seperti gambar, potret, slide, grafik, video, atau media
yang lainnya. Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau
dengan penggunaan media gambar peserta didik dapat memperoleh gambaran
yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah. Sementara itu, grafik merupakan
representasi simbol dan artistik sesuatu objek atau situasi.
31
Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h.80
25
2. Macam-macam Media Pembelajaran
Ada beberapa media yang sering digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hastuti di dalam Novi Resmini berpendapat bahwa “media
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media visual yang tidak
diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan.” 32 Yang termasuk media
visul yang tidak diproyeksikan, yaitu
a. Media yang digunakan siswa sebagai penjelas dari keterangan terhadap
suatu bahan yang pendidik sampaikan.
b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk di kaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya
c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Media sebagai sumber belajar, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media
massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Di antara media pendidikan,
“gambar/foto merupakan media yang paling umum dipakai” 33 media gambar
adalah media yang mempunyai bahasa yang umum, yang dapat dimengerti oleh
siswa.
3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran
Kranzler mengemukakan bahwa “some student are auditory learners,
other are tactile, and most are visual learnes. Approximately 65 percent of all
people are visual learnes who relate most effectively.”34 artinya “sebagian peserta
didik merupakan belajar dengan audio, dan kebanyakan dari mereka adalah
belajar dengan menggunakan visual. Hampir 65 persen yang mempunyai gaya
belajar visual biasanya lebih efektif.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
media gambar, kriteria pemilihan media di singgung bahwa media digunakan
harus sesuai dengan taraf berpikir anak. Demikian pula dalam pembelajaran
membaca pemahaman di sekolah. Penggunaan media gambar dirasakan sangat
tepat menarik isi kesimpulan dari gambar tesebut, kemudian dapat memahami isi
32
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 206
33
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 1986), h. 29
34
Timothy Gangwer, Visual Impact, Visual Teaching, ( Singapore: Corwin Press,
2009),h. 17
26
bacaan dan menjawab pertanyaan dalam bacaan. Gambar yang dimaksud di sini
berupa foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar bergaris). Fungsi utama dalam
media gambar, yaitu “sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran dan membantu meningkatkan penugasan siswa terhadap halhal yang abstak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas”.35
Berkaitan
dengan
penggunaan
media
gambar.
Oemar
Hamaik,
mengemukakan bahwa “penggunaan media gambar untuk menafsirkan dan
menarik kesimpulan, dengan penggunaan media gambar dapat menyatakakan
dalam gambar itu mengandung cerita tertentu.”36. Dari beberapa pendapat dapat
disimpulkan bahwa media gambar adalah cara atau data upaya dalam memahami
suatu bacaan sehingga dengan mudah dapat menjawab pertanyaan dari bacaan
tersebut.
4. Jenis-Jenis Media Gambar
Ada beberapa jenis media gambar untuk memvisualisasikan konsep yang
ingin disampaikan kepada siswa.
a. Gambar jadi
b. Gambar garis
c. Strip story
d. Fotografi37
a. Gambar jadi, yaitu materi pelajaran yang memerlukasn visualisasi dalan bentu
ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar tersebut
biasanya di dapat dalam majalah, reklame/iklan, bookles, brosur, dan lain
sebagainya yang memenuhi kebutuhan pembelajaran pendidik.
b. Gambar garis berupa sketsa biasanya penggunaan media tersebut dalam
pembelajaran bahasa Inggris untuk mendorong pengungkapan gagasan siswa
secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia biasanya
35
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 209
36
Oemar Hamaik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 64
37
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),h. 113127
27
digunakan dalam materi dongeng yang berisi gambar, teks atau medial simbol
yang mengingatkan siswa yang berhubungan dengan gambar itu.
c. Strip story dapat digunakan untuk mata pelajaran hadis, kisah nabi. Dalam
teknik strip story bertujuan untuk mempermahir peserta didik dalam
menyusun kalimat atau ayat-ayat menjadi satu untaian dalam surah.
d. Fotografi, penggunaan media gambar dengan foto karena dapat diperoleh
dengan mudah untuk digunakan secara efektif sebagai media pembelajaran,
berupa majalah, brosur, surat kabar, dan buku-buku.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan gambar jadi yang berupa foto
suatu iklan dalam majalah, yaitu gambar yang dapat mempengaruhi siswa untuk
memahami dengan isi bacaan, dengan menggunakan foto iklan siswa dapat
menjawab pertanyaan dalam bacaan tersebut.
5. Ciri-ciri Gambar yang Baik
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah
yang memiliki ciri-ciri, yaitu:
a. Cocok dengan tingkat umur serta kemampuan siswa
Gambar yang dimaksud, yaitu gambar yang sederhana. Dengan gambar
yang sederhana dalam warna, dan mampu menimbulkan pesan tertentu.
Jangan sampai siswa menjadi binggung dan tak tertarik pada gambar tersebut,
sehingga dalam penggunaan media gambar harus sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa agar kegiatan pembelajaran dapat efektif.
b. Memberikan kesan kuat dan menarik perhatian
Dalam memilih media gambar yang baik hendaknya pendidik dapat
memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek dalam gambar, misalnya,
gambar pada majalah, surat kabar, dan sebagainya.
c. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Gambar yang sederhana, seperti dalam iklan dalam sebuah minuman yang
hanya memperlihatkan botol minuman dengan aneka rasa dapat menarik
perhatian pembaca dan siswa yang membaca pun dapat dengan mudah
memahami isi bacaan tersebut.
28
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui
media gambar telah banyak dilakukan. Banyaknya penelitian mengenai
kemampuan memahami bacaan melalui media gambar dapat dijadikan salah satu
bukti bahwa memahami bacaan menarik untuk diteliti. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan diantaranya, yaitu
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Maulani Sari, mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jakarta “Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Paragraf Argumentasi melalui Metode Membaca Kritis: Penelitian
Tindakan Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Falah Cadas”. Rumusan
masalah yang diangkat, yaitu meneliti penggunaan metode membaca kritis dalam
meningkatkan pemahaman paragraf argumentasi. Hasil yang diperoleh adalah
dengan menggunakan metode membaca kritis pemahaman paragraf argumentasi
peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rata belajar peserta
didik siklus I 64,6, sedangkan pada siklus II kemampuan peserta didik meningkat
mencapai 73,97.
Penelitian
yang
dilakukan
Lailatur
Royha,
mahasiswa
Jurusan
Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan dengan teknik Membaca
Nyaring Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam Tahun
Pelajaran 2012/2013”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu meneliti
peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui teknik membaca nyaring.
Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik membaca nyaring
pemahaman dalam membaca peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada
hasil rata-rata belajar peserta didik siklus 66,5, sedangkan pada siklus II
kemampuan memahami bacaan meningkat 77,1.
Penelitian yang dilakukan Yuyun Khoerunisa, mahasiswa Jurusan
Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
judul “ Penggunaan Media Gambar dalam Peningkatan Kemampuan Menulis
Permulaan pada Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Adda’wah Parungkuda Sukabumi
Tahun
Pelajaran
2011/2012”.
Rumusan
masalah
yang
diangkat,
yaitu
29
peningakatan kemampuan menulis permulaan dengan penggunaan media gambar.
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan media gambar dalam kemampuan
menulis meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rat belajar peserta didik
siklus I 66,6, sedangkan pada siklus II kemampuan menulis permulaan melalui
media gambar meningkat 83,3.
Ketiga penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
saya lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang pemahaman siswa tetapi
penelitian pertama menggunakan metode membaca kritis sebagai pengukur
pemahaman siswa, penelitian ini juga dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran
2011/2012 di Mts Nurul Falah dengan objek 20 siswa, sedangkan penelitian yang
saya lakukan dilaksanakan di semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP
Darussalam Ciputat dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian kedua
menggunakan teknik membaca nyaring sebagai alat ukur memahami bacaan,
penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam
Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan objek 33 siswa, sedangkan penelitian yang
saya lakukan menggunakan media gambar sebagai pemicu motivasi siswa untuk
membaca, dan penelitian dilakukan di SMP Darussalam tahun pelajaran
2013/2014 dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian ketiga meneliti
kemampuan menulis permulaan melalui media gambar, penelitian ini dilakukan di
MI Adda’wah tahun pelajaran 2011/2012 dengan objek penelitian 36 siswa,
sedangkan penelitian yang saya lakukan, yaitu peningkatan memahami bacaan
sebagai pemicu, dan dilaksanakan di SMP Darussalam tahun pelajaran 2013/2014
dengan objek penelitian 30 siswa.
D. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori
dengan berbagai faktor yang telah didefinisikasi sebagai masalah yang penting.
Dengan demikian kerangka berpikir adalah suatu konsep yang dapat memberikan
gambaran dan arah yang hendak dituju dalam penelitian.
Penelitian tindakan yang dilakukan mengajak siswa untuk giat dalam
membaca bukan hanya di sekolah saja tetapi di mana pun ada waktu untuk
30
melakukan kegiatan membaca. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan untuk
memahami bacaan yang berupaya meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Metode Ceramah
Peran serta
minimal siswa
Situasi belajar
kurang kondusif
Tingkat
pemahaman siswa
rendah
Metode inkuiri
Penerapan memahami bacaan
dengan media gambar
Siswa aktif dalam
pembelajaran
Siswa belajar
kondusif
Pemahaman
siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Darussalam, Jl. Otista No. 36 Cimanggis-Ciputat Kota Tangerang
Selatan – Banten. Telp. (021) 7495873 Fax. (021) 74702683 E-mail :
[email protected].
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2013/2014
mulai April sampai dengan Mei 2014
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Lewin berpendapat bahwa, “PTK merupakan cara pendidik untuk
mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau
pengalamannya berkolaborasi dengan pendidik lain.” 38 Masalah PTK harus
berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan
mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Sedangkan Mc Niff mengemukakan bahwa, “PTK adalah sebagai bentuk
penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.”39
Eliot mengatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan kajian
tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang
ada didalamnya”.40
38
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan; Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011),h. 96.
39
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi
Kedua, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 8
40
Samsu Sumadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.19
31
32
Metode penelitian ini mengikuti pola siklus yang diawali dengan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih lengkapnya
mengenai prosedur tentang penelitian ini, maka akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pra-Penelitian
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian
b. Identifikasi masalah yang ada di sekolah melalui wawancara tertulis
dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.
2. Penelitian PTK
a. Perencanaan tindakan dengan membuat kelengkapan pembelajaran dan
instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan tindakan dengan melaksanakan KBM sesuai dengan langkahlangkah RPP dengan metode pemberian tugas individu.
c. Pengamatan/Observasi
1. Observasi mencatat aktivitas guru dan siswa pada format observasi
2. Memberikan tes hasil belajar
d. Tahap Refleksi dan Evaluasi
1. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh
2. Menarik kesimpulan jika hasil tahapan refleksi (kesimpulan) belum bisa
dikatakan mengatasi masalah-masalah yang ada, maka PTK ini dilanjutkan
ke siklus selanjutnya berdasarkan perbaikan atas kekurangan pada siklus
sebelumnya (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, dst.)
3. Penyusunan skripsi
C. Populasi dan Sampel
Babbie mengemukakan populasi adalah “elemen penelitian yang hidup
dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil penelitian.”41
Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan sumber data, artinya
memiliki sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek
sifat dan karekteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh
41
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h. 118
33
peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Darussalam Ciputat, yang berjumlah 300 orang. Sedangkan sampel
merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VII.4, yaitu sebanyak 30 siswa. Peneliti hanya
mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara pengambilan sampel ini
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan
pertimbangan tertentu.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam penelitian
Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran
sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk observasi pada saat proses
pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas VII.4 di SMP Darussalam Ciputat kemudian evaluasi dan
refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan observer.
E. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ada
dua, yaitu instrumen tes dan nontes.
1.
Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami bacaan
berupa soal pilihan ganda (multiplechoice-test) setelah proses pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas VII-4 SMP Darusssalam. Setiap siklus guru
memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam penugasan materi.
2.
Non tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini, yaitu observasi dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan “suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.” 42
Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan
42
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Rosada Karya,
2012),h. 220.
34
memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan siswa
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
b. Studi Dokumenter
Dokumenter merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.”43
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data
yang tersedia di sekolah berkaitan dengan dokumentasi siswa, seperti RPP,
absensi kelas, gambar-gambar foto, dan nilai hasil belajar.
F. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian ini berlangsung dalam satu siklus. Siklus I terdiri dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap penelitian
dimulai dari tahap prapenelitian yang dilanjutkan dengan siklus I
Kegiatan prapenelitian:
1. Observasi ke SMP Darussalam
2. Mengurus surat izin penelitian
3. Membuat instrumen penelitian
4. Membuat media pembelajaran
5. Menghubungi kepala sekolah
6. Wawancara dengan guru mata pelajaran
7. Menentukan kelas subjek penelitian
8. Observasi proses pembelajaran di kelas
9. Menjelaskan materi pembelajaran
Tahap-tahap penelitian ini mengikuti pola Penelitian Tindakan Kelas.
Adapun pola tahapan penelitian ini sebagai berikut.
1. Perencanaan (Plan)
Dalam tahap ini akan dilakukan kegiatan:
a. Menyusun rencana pembelajaran.
43
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Rosada Karya,
2012),h. 221
35
b. Menetapkan kelas yang akan dijadikan kelas observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Guru dan observer masuk ke kelas.
b. Menarik perhatian siswa.
c. Mengabsen.
d. Menjelaskan tentang topik yang dibahas mengenai teks bacaan
e. Melaksanakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan
memberikan latihan tugas individu berupa teks bacaan dan memahami
bacaan tersebut.
f. Memberikan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyerap materi yang telah disampaikan.
g. Mengamati perkembangan siswa.
h. Memberikan penguatan dengan memberikan penjelasan tentang materi
yang diberikan.
i. Melakukan tes kepada siswa.
j. Memberikan penilaian terhadap siswa.
3. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan berkaitan dengan tugas individu pada
masing-masing siswa. Adapun aspek yang diamati, yaitu
a. Mendengarkan penjelasan guru
b. Datang tepat waktu
c. Mencatat materi yang penting
d. Membawa buku paket
e. Membawa buku catatan
f. Mengikuti jalannya KBM
g. Mengajukan pertanyaan pada saat penjelasan materi
h. Aktif dan menjawab pertanyaan dari guru
i. Aktif mengerjakan tugas “individu” yang diberikan guru.
4. Refleksi (reflecting)
36
Refleksi adalah “proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa yang telah dilaluinya.”44
Dalam tahap ini akan diuraikan data-data yang diperoleh dari hasil
pelaksanaan tindakan. Apakah tujuan yang hendak dicapai sudah tercapai atau
belum? Dan kemudian diuraikan faktor-faktor penghambat atau pendukung
dalam pelaksanaan tindakan.
Untuk melakukan siklus PTK (Penelitian Tindakan Kelas) selalu
menggunakan empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai
berikut.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan
dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap
adalah sebagai berikut.
44
Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2009), h.268
37
Perencanaan
tindakana I
Permasalahan
Siklus I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/
pengumpulan data I
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Refleksi II
Siklus II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Pengumpulan/
pengamatan data II
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Gambar 3.1 Siklus Kegiatan PTK45
G. Data dan Sumber Data
1. Data kualitatif seperti: hasil lembar observasi, dan dokumentasi.
2. Data kuantitatif seperti: penilaian pemahaman siswa.
Sumber data penelitian adalah siswa. Pendidik/peneliti.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah:
1. Tes Hasil Belajar
45
74
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara), 2011. h.
38
Teknik yang digunakan untuk menganalisi data-data yang terlah berhasil
dikumpulkan antara lain dengan deskriptif komparatif (statistik deskriptif
komparatif) dan
analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil
pada akhir setiap siklus, yaitu membandingkan rata-rata kemampuan
memahami bacaan pada kondisi sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan
seterusnya. Teknik analisis krisis berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis
maupun ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus
yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan
data.
2. Teknik Skoring
Teknik skoring digunakan untuk memberikan skor pada hasil penelitian.
Melalui teknik ini akan diketahui nilai rata-rata peningkatan kemampuan
memahami bacan. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.
Total Skor = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Jumlah siswa
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengecek keabsahan data, yang mencakup sumber, media, dan teori. Teknik
keabsahan data ini merupakan pengolahan data hasil penelitian dengan tujuan agar
kumpulan data itu bermakna. Analisis dilakukan mengacu pada hasil pengamatan
dan observasi langsung yang diperoleh pada saat pelaksanaan tindakan dengan
menggunaan teknik triangulasi.
39
Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik yang berbeda, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, “trianggulasi
merupakan proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang yang
bertujuan untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara
dalam pengumpulan data.”46
46
128
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara), 2011. h.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan
1.
Gambaran Sekolah
a. Profil SMP Darussalam
1. Nama Sekolah
: SMP Darussalam Ciputat
Alamat ( jalan/kec/kab/kota) : Jl. OTISTA No. 36 RT. 01/10
Desa
: Ciputat
Kecamatan
: Ciputat
Kabupaten/Kota
: Tangerang Selatan
No. Telp
: (021) 7495873
2. Nama Yayasan (Bagi Swasta) : YPI Darussalam
Alamat ( jalan/kec/kab/kota)
: Jl. OTISTA No. 36 RT. 01/10
Desa Ciputat
Kabupaten/Kota
: Tangerang Selatan
No. Telp
: (021) 7495873
3. Nama Kepala Sekolah
No. Telp/Hp
4. Kategori Sekolah
: Drs. Asnawie
: (021)74708176, 08128606497
: SBI/SSN/RintisanSSN/Reguler*)
5. Tahun didirikan/ Th. Beroperasi: 1985
6. Kepemilikan Tanah / Bangunan : Yayasan
a. Luas Tanah
b. Luas Bangunan
7. No. Rekening Rutin Sekolah
: 1.260 m2/ Akte – Jual Beli
: 800 m2
: 0998-01-002868-50-8
Nama Bank BRI Cabang
8. Data Siswa Dalam 4 (Empat) tahun terakhir
b. Data Ruang Kantor
40
41
Tabel 4.1
Data Ruang Kantor
Jenis ruang
Jumlah ruang
Ukuran
Kondisi
1
4x9
Baik
2. Wakil Kepsek
1
3x6
Baik
3. Guru
1
9x4
Baik
4. Tata usaha
1
4x9
Baik
5. Tamu
-
-
-
1. Kepala
Sekolah
Lainnya:....
Tabel 4.2
Ruang Penunjang
Jenis ruang
Jumlah Jumlah ruang
Jumlah ruang
Kategori
yang
yang
kerusakan
kondisinya
kondisinya
baik
kurang baik
1. Ruang kelas
17
15
2. Perpustakaan
1

3. R. Lab IPA
1

4. Keterampilan
1

5. Lab bahasa
1

6. Multimedia
1

2
Ringan
2. Visi SMP Darussalam
SMP Darussalam berprestasi dalam belajar dan berkarya, dipercaya dan
dibanggakan, serta menghasilkan para lulusan yang Cerdas, Terampil dan
Berakhlak.
42
3. Misi SMP Darussalam
1) Meningkatkan sikap tanggung jawab atas dasar keikhlasan seorang muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT.
2) Mengembangkan profesionalisme personal dan peningkatan pelayanan
pendidikan demi pencapaian mutu lulusan.
3) Memacu terciptanya lingkungan pendidikan yang sehat dan bersih dari
pengaruh lingkungan yang tidak baik.
B. Penelitian Pendahuluan
Sebelum
peneliti
melakukan
kegiatan
dan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, terlebih dahulu melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian
dimulai dengan kegiatan observasi ke sekolah selama empat hari. Yayasan
Darussalam sejatinya bernuansa Islam membuka jenjang pendidikan setara
dengan SMA, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). Adapun Yayasan Darussalam membuka jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Darussalam. Namun atas dasar rekomendasi
salah satu guru yang sudah dikenal, peneliti memilih dan melakukan penelitian di
SMP Darussalam.
Akhirnya selama kegiatan observasi tersebut, peneliti melakukan sistem
secara acak dengan spontan tanpa memilah milih kelas mana yang akan diteliti.
Namun atas dasar pemilihan acak tersebut peneliti melalukan penelitian di kelas
VII-4 SMP Darussalam. Hal ini didasarkan atas pertimbangan dari guru bidang
studi bahasa Indonesia bahwa kelas tersebut cenderung pasif saat Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) berlangsung, dan di kelas tersebut siswa memiliki kemampuan
beragam. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan kemampuan dan karakteristik
siswa kelas VII-4 sebagai berikut:
a. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas cukup teratur.
Sebagian peserta didik memperhatikan penjelasan pendidik, meskipun
masih terlihat beberapa siswa mengantuk, bermain dengan alat tulis, atau
sekedar mengobrol dengan teman sebangku.
43
b. Metode belajar yang digunakan pendidik di kelas saat menyimpulkan
materi pengajaran bahasa Indonesia cukup bervariasi, guru terkait sangat
antusias ketika menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Sesekali
menerapkan diskusi kelompok.
Berdasarkan pengamatan di kelas VII-4 SMP Darussalam yang telah
dipaparkan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik kelas
tersebut semakin tertantang untuk melakukan penelitian.
C. Tindakan Pembelajaran
1. Temuan Penelitian Pembelajaran Pratindakan
a. Perencanaan
Pembelajaran Pratindakan ini terdiri dari satu pertemuan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan lembar soal pretest. Materi yang diajarkan pada
pertemuan pertama ini adalah mengenai pengertian paragraf, gagasan utama,
bentuk paragraf dan jenis paragraf. Untuk menunjang pembelajaran, pendidik juga
telah menyiapkan lembar observasi untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan
kepada peserta didik.
Pada pertemuan pertama ini, setelah pendidik memberikan soal pretest
kepada siswa. Pendidik pun menjelaskan materi tentang gagasan utama, kalimat
utama/penjelas, paragraf deduksi/induksi dan jenis paragraf dengan cara siswa
mencatat apa yang ditulis oleh pendidik di papan tulis. Penelitian tersebut
dilaksanakan pada peserta didik kelas VII-4 yang berjumlah 30 peserta didik yang
terdiri dari 12 perempuan dan 18 laki-laki.
b. Tindakan
Pada tahap tindakan di sini, yaitu merealisasikan perencanaan yang telah
dibuat pada tahap perencanaan pembahasan kegiatan pelaksanaan pratindakan
sebagai berikut.
1. Pertemuan pertama/ Senin, 21 April 2014
Pada pertemuan pertama ini, pendidik memperkenalkan identitas diri dan
dilanjutkan dengan kegiatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk
44
materi yang akan dipelajari pada pertemuan pratindakan mencakup materi
pengertian
paragraf,
gagasan
utama,
kalimat
utama/penjelas,
paragraf
deduksi/induksi dan jenis paragraf, sedangkan tugas yang diberikan adalah tugas
penyelesaian soal pretest secara individu.
Secara keseluruhan, siswa telah hadir di dalam kelas sebelum pendidik
memasuki ruang kelas. Namun beberapa siswa ada yang sudah siap melaksanaan
proses pembelajaran dan ada yang belum siap. Ketika ketua kelas menuntun
peserta didik untuk membaca doa dan memberi salam baru semua siswa hening
dan siap mengikuti pelajaran.
Pendidik langsung membuka pelajaran dengan apresiasi, tujuannya agar
kondisi di kelas lebih nyaman, ketika sudah saling mengenal, waktu menunjukkan
07.45 pendidik memberikan soal pretest untuk dikerjakan, hanya sedikit siswa
yang sudah paham dengan soal. Beberapa siswa terlihat sibuk membaca saja tetapi
tidak bisa menjawab soal, sedangkan bagi siswa yang membaca dengan teliti
mereka dapat memahami dan mampu menjawab pertanyaan dari isi bacaan.
Kemudian pendidik memberikan penjelasan untuk mengerjakan terlebih dahulu
soal-soal yang mudah. Akhirnya mereka pun dapat mengerjakan sesuai dengan
tingkat pemahaman mereka.
Ketika guru memberikan peringatan bahwa waktu penyelesaian tugas yang
diberikan sudah habis, sebagian besar siswa mengeluh. Walaupun hanya beberapa
siswa saja yang tidak menggumpulkan tugas tepat waktu, sebagian siswa yang
mengumpulkan tugas ternyata mengisi soal dengan asal atau sekadarnya. Dan
ketika pendidik membahas soal yang diberikan pada tugas tersebut, sebagian kecil
siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti.
45
Gambar 4.1
Proses kegiatan belajar mengajar VII-4 Pratindakan
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan persamaan dengan tahap pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Pada awal mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada
awal pengamatan atau observasi, yaitu kendala mengenal seluruh siswa. Melalui
pengamatan yang teliti akhirnya peneliti dapat mengisi dengan baik. Hasil
pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Hasil Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Rencana Pratindakan
No
urut
subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
30
30
20
20
30
Aspek Pengamatan
3
4
5
10
10
10
20
30
30
10
20
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Jumlah
6
7
10
10
10
10
10
10
10
10
10
70
70
70
10
70
30
60
70
30
40
46
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Skor
10
10
30
20
30
30
10
10
10
10
20
20
10
10
30
30
30
20
20
20
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
200
170
10
10
10
10
10
10
110
10
10
10
10
30
30
30
510
10
10
10
10
30
10
10
10
10
10
10
10
130
150
10
10
120
Jumlah
30
40
40
60
70
40
50
40
60
10
90
20
60
30
40
20
40
30
40
60
1390
Keterangan:
Skor Penilaian Pengamatan Siswa:
1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik
: 30
2. siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan
: 20
3. siswa mengemukakan pendapat
: 10
4. siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu
: 10
5. siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran
: 10
6. siswa dapat menerima materi dengan baik
: 10
7. siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran
:10
Total Skor
= Jumlah Skor yang di dapat Guru
Jumlah Siswa
= 1390
30
= 46,33
47
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa dari sepuluh aspek kegiatan yang di
observasi peneliti terhadap siswa pada pratindakan didapatkan rata-rata 46,33
dalam hal ini siswa dapat dikatakan pasif dalam pembelajaran.
Pada pratindakan peneliti juga memberikan pretest terhadap siswa, di
mana pendidik hanya ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sebelum
materi disampaikan. Hasil tes disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4.4
Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Pratindakan
No
Urut
Subjek
Aspek Penilaian
Skor Katergori
Perolehan
Skor
1
1
10
2
10
3
-
4
10
5
10
6
10
7
10
8
-
9
-
10
10
70
2
3
4
10
10
-
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
60
60
70
5
-
10
-
10
-
10
10
-
10
-
50
6
-
-
-
10
-
10
10
-
10
10
50
7
8
10
10
10
-
10
10
10
10
-
10
10
-
10
-
10
10
10
-
80
50
9
10
11
12
13
10
-
10
10
10
-
10
10
-
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
80
20
60
80
50
14
15
16
17
10
10
10
-
10
10
10
10
-
10
10
10
-
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
-
10
10
10
10
80
80
80
40
18
-
10
10
10
10
10
10
-
-
10
70
19
20
21
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
80
40
80
Lebih dari
cukup
Cukup
Cukup
Lebih baik
cukup
Hampir
cukup
Hampir
cukup
Baik
Hampir
cukup
Baik
Buruk
Cukup
Baik
Hampir
cukup
Baik
Baik
Baik
Kurang
Cukup
Lebih dari
cukup
Baik
Kurang
Baik
48
22
10
-
-
-
10
-
10
10
10
-
50
23
24
10
-
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
60
70
25
26
27
10
10
10
10
-
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
-
60
70
60
28
29
30
10
10
-
10
10
10
-
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
-
80
80
50
Total skor
Hampir
cukup
Cukup
Lebih dari
cukup
Cukup
Baik
Lebih dari
cukup
Baik
Baik
Hampir
cukup
1910
Soal latihan (lihat lampiran 1)
Keterangan nilai dengan angka
100 = Istimewa
50 = Hampir cukup
90 = Baik sekali
40 = Kurang
80 = Baik
30 = Kurang sekali
70 = Lebih dari cukup
20 = Buruk
60 = Cukup
10 = Buruk Sekali
Total Skor
= Jumlah Skor yang didapat Guru
Jumlah Siswa
= 1910
30
= 63,67
Berdasarkan tabel di atas tingkat penugasan siswa tertinggi, dapat dilihat
pada Tabel 4.5
49
Tabel 4.5
Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan
Pertemuan Pratindakan
Tingkat Penugasan
Pratindakan
Nilai tertinggi siswa
80
Nilai terendah siswa
20
Rata-rata
63,67
Berdasarkan hasil tabel di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa masih <
dari nilai KKM (75), yaitu 63,67 dalam hal ini maka harus ada tindakan lanjut
pada pertemuan siklus I.
d. Refleksi
Pada tahap Refleksi pertama bahwa hasil penelitian refleksi lembar
observasi siswa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam keaktifan pada
pertemuan pratindakan. Dalam persiapan guru pada pertemuan yang selanjutnya
harus lebih meningkat dari pertemuan yang sebelumnya, dengan mendapatkan
nilai rata-rata kurang dari KKM (75), yaitu 63,67 dari 30 siswa yang mendapatkan
nilai terendah, yaitu dengan skor 20 disebabkan pengisian yang asal atau kurang
tepat. Hal ini menyatakan keaktifan siswa dalam bertanya masih kurang baik.
Selanjutnya siswa merasa kesulitan dalam memahami isi bacaan. Namun ketika
memperhatikan penjelasan guru ada sebagian siswa yang dapat memahami
walaupun tidak secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil pada nilai rata-rata kurang dari KKM, yaitu 63,67 yang
menunjukkan bahwa peneliti harus melakukan tindakan lanjut pada pertemuan
siklus I. Perencanaan selanjutnya pertemuan siklus I untuk memperbaiki
pertemuan pratindakan adalah dengan menggunakan media gambar dalam
memahami bacaan.
50
2. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus I
a. Perencanaan
Setelah melaksanakan tes pratindakan, peneliti merencanakan tindakan
yang akan dilakukan pada siklus I terkait dengan masalah yang telah ditemukan.
Perencanaan pada penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi masalah
dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, sehingga dapat meningkatkan hasil pemahaman siswa
dalam bacaan. Adapun perencanaan pada penelitian pada siklus I, yaitu peneliti
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan kedua,
lembar observasi siswa dan lembar soal individu di mana lembar ini menyatakan
pada akhir siklus I. Materi yang diajarkan pada siklus I ini mengenai pengulangan
pada materi pratindakan serta penggunaan media gambar pada artikel.
b. Pelaksanaan
1. Pertemuan siklus I/ Selasa, 29 April 2014
Pada pertemuan siklus I ini akan dilaksanakan proses pembelajaran
pemahaman dalam membaca melalui media gambar. Soal yang diberikan berbeda
dengan pertemuan pratindakan, pada pertemuan siklus I lebih ke pemahaman
siswa dalam membaca melalui media gambar sehingga siswa dapat memahami isi
gambar pada artikel ke dalam bentuk bacaan.
Guru memberikan materi yang berkenaan dengan pemahaman siswa
terhadap bacaan melalui media gambar sehingga siswa dapat memahami isi
bacaan.
Pada pertemuan ini, seperti biasa seluruh siswa sudah hadir di dalam kelas.
Ketika pendidik telah memasuki kelas, kemudian pendidik mencatat materi yang
akan dipelajari setelah itu baru menjelaskan kepada siswa. Dalam mencatat materi
yang diberikan siswa terlihat antusias. Ketika siswa mencatat materi yang ada di
papan tulis, pendidik bertanya tentang materi yang diajarkan, ada beberapa siswa
yang belum mengerti, karena mereka terlihat ngobrol dengan teman sebangkunya
ketika pendidik memberikan penjelasan materi. Para siswa terlihat serius ketika
mengerjakan soal posttest, dan mereka mencoba memahami bacaan melalui media
gambar yang sudah disediakan pendidik.
51
Gambar 4.2
Proses kegiatan belajar mengajar VII-4 siklus I
Dengan adanya rata-rata yang mengarah pada meningkatnya kemampuan
memahami bacaan kepada siswa dalam belajar bahasa Indonesia, maka penelitian
pada siklus I dapat dianggap baik dengan penggunaan media gambar dapat
mempermudah siswa dalam kegiatan belajar. Hasil tes belajar melalui siklus I
sudah menunjukan dengan rata-rata tes siswa mengalami peningkatan.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan persamaan dengan tahap pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Pada siklus I pengamatan atau observasi berlangsung dengan baik,
karena peneliti sudah dapat mengenal lebih baik siswa. Hasil pengamatan peserta
didik melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Rata-rata Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Pertemuan Siklus I
No
Urut
Subjek
1
2
3
4
1
30
30
30
Aspek Pengmatan
2
3
4
5
20 10 10
20 10 10 10
10
10
10 10
Jumlah
6
10
10
10
7
10
10
10
90
60
60
70
52
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Skor
10
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
20
20
10
10
10
20
10
10
20
20
20
20
20
20
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
30
10
10
10
10
10
10
20
30
10
10
10
10
10
10
20
10
10
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
30
10
10
10 10
20
10 10
600 280 160 180 130 210 160
Jumlah
40
60
80
50
70
70
40
50
70
60
80
80
80
40
80
70
50
50
50
60
30
50
20
40
30
40
1720
Keterangan:
Skor Penilaian Pengamatan Siswa:
1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik
: 30
2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan
: 20
3. Siswa mengemukakan pendapat
: 10
4. Siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu
: 10
5. Siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran
: 10
6. Siswa dapat menerima materi dengan baik
: 10
7. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran :10
53
Total Skor
= Jumlah Skor yang didapat Guru
Jumlah Siswa
= 1720
30
= 57,33
Tabel 4.6 terlihat bahwa dari aspek atau aktivitas yang bervariasi mulai
dari lembar observasi siswa pada pertemuan pratindakan hingga pertemuan siklus
I mengalami peningkatan, didapatkan rata-rata 57,33 dengan kategori keaktifan
berprestasi peserta didik mengalami tingkat perkembangan dalam pembelajaran.
Hasil observasi siswa pada siklus I ini dapat memotivasi siswa pada proses
kegiatan pembelajaran serta siswa lebih rajin lagi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Tabel 4.7
Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus I
No
Urut
Subje
k
Aspek Penilaian
Skor
Katergori
Perolehan
Skor
Baik
Sekali
Lebih dari
cukup
Lebih dari
cukup
Baik
Lebih dari
cukup
Lebih dari
cukup
Baik
Baik
Baik
Lebih dari
cukup
Baik
Baik
Lebih dari
cukup
1
1
10
2
10
3
10
4
-
5
10
6
10
7
10
8
10
9
10
10
10
90
2
10
-
10
10
-
10
-
10
10
10
70
3
10
10
-
-
10
10
-
10
10
10
70
4
5
10
10
10
10
-
10
10
10
-
10
10
10
10
-
10
10
10
10
80
70
6
10
-
10
10
10
-
-
10
10
10
70
7
8
9
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
80
80
80
70
11
12
13
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
80
80
70
54
14
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
90
15
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
90
16
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
90
17
10
-
10
-
-
10
10
10
10
10
70
18
10
10
10
-
10
10
-
10
-
10
70
19
20
21
22
23
24
25
26
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
80
80
80
80
80
80
80
70
27
28
10
10
10
10
10
10
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
10
10
80
90
29
10
10
10
-
10
10
10
10
10
10
90
30
10
10
10
-
-
10
-
10
10
10
70
Total skor
2360
Soal latihan siklus I (lihat lampiran 2)
Keterangan nilai dengan angka
100 = Istimewa
50 = Hampir cukup
90 = Baik sekali
40 = Kurang
80 = Baik
30 = Kurang sekali
70 = Lebih dari cukup
20 = Buruk
60 = Cukup
10 = Buruk Sekali
Total Skor
= Jumlah Skor yang didapat Guru
Jumlah Siswa
Baik
sekali
Baik
sekali
Baik
sekali
Lebih dari
cukup
Lebih dari
cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Lebih dari
cukup
Baik
Baik
sekali
Baik
sekali
Lebih dari
cukup
55
= 2360
30
= 78.67
Berdasarkan hasil rata-rata diperoleh tingkat pembelajaran pada siklus
pertama, maka penugasan tertinggi, penugasan terendah, dan rata-rata tingkat
penugasan yang dirangkum dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8
Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan
Pertemuan Siklus I
Tingkat Penugasan
Siklus I
Nilai teringgi siswa
90
Nilai terndah siswa
70
Rata-rata
78,67
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa nilai refleksi siklus I > dari
nilai KKM (75) adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata 78,67 dan ada beberapa
siswa yang mendapatkan nilai terbaik dengan point 80 dan 90. Dari pertanyaan
yang diberikan siswa dapat menjawab dengan tepat, hal ini terjadi karena siswa
tersebut termasuk siswa yang rajin belajar dan sering membaca. Tetapi masih
terdapat siswa yang mendapatkan nilai sedang hal itu terjadi karena siswa tersebut
masih belum benar memahami benar isi gambar dengan baik.
Proses pembelajaran pada siklus I ini secara keseluruhan mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, peningkatan tersebut belum mencapai
hasil yang diharapkan sehingga diperlukan siklus tambahan agar memahami
bacaan kepada siswa dapat maksimal.
d. Refleksi
Dalam kegiatan belajar pemahaman bacaan melalui media gambar telah
berhasil membuat siswa lebih antusias. Peningkatan pemahaman siswa dalam
proses belajar terlihat aktif. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi.
Penerapan media gambar dalam memahami bacaan membuat siswa lebih tertarik
untuk belajar bahasa Indonesia. Namun rata-rata skor yang di dapat dari siswa
56
dikatakan cukup berhasil dengan rata-rata 78,67 maka dilanjutkan kegiatan siklus
II agar keberhasilan siswa dapat dikatakan berhasil.
3. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus II
a. Perencanaan
Pada perencanaan siklus II, peneliti merencakan tindakan yang akan
dilaksanakan. Tindakan diberikan hampir sama dengan tindakan siklus I, namun
ada sedikit perubahan dan tambahan, untuk memperbaiki tindakan siklus II.
Adapun rincian perencanaan pelaksanakan tindakan siklus II, yaitu
1) Peneliti merencanakan tindakan lanjut untuk mencari solusi dalam
mengatasi masalah pada siklus I
2) Peneliti menyusun langkah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
3) Peneliti menyiapkan media pembelajaran yang lebih menarik dari siklus I,
agar peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, dilakukan hari Selasa, 20 Mei 2014.
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama siklus II ini akan dilaksanakan proses
pembelajaran diawali dengan membahas soal-soal pada siklus I yang belum
dipahami peserta didik. Setelah pembahasan soal tersebut, kemudian peneliti
meminta peserta didik untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang
dijelaskan pada siklus I sehingga dengan kegiatan tersebut peserta didik lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Setelah beberapa peserta didik menjelaskan gagasan
utama, tema, dan pengembangan dalam sebuah bacaan, kemudian peneliti
memberikan contoh media gambar yang lebih menarik lagi dan peserta didik
dengan mudah memahami isi dari bacaan tersebut.
Sebelum proses pembelajaran berakhir peneliti menyimpulkan kegiatan
pembelajaran pada pertemuan siklus II. Peserta didik tampak memperhatikan
dengan seksama. Pelajaran diakhiri dengan bunyi bel bahwa jam pertama sudah
berakhir dan berlanjut untuk jam kedua.
57
2) Pertemuan kedua
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus II dilakukan dengan
memperlihatkan media gambar yang lebih menarik kemudian peserta didik
diberikan 10 soal pilihan ganda dengan menggunakan media gambar yang lebih
tertarik dengan peserta didik. Saat pembagian soal, peserta didik mulai antusias
untuk membaca teks tersebut.
Peserta didik diminta untuk mencari gagasan utama, tema, hal yang
menarik dari bacaan dan lain sebagainya. Mereka sudah mulai memahami isi
bacaan, dan lebih antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan. Bahkan dari
mereka sudah tidak sungkan lagi untuk bertanya kepada peneliti untuk hal yang
mereka belum ketahui, jika merasa kesulitan tanpa menunggu peneliti bertanya
terlebih dahulu.
Gambar 5
Proses kegiatan belajar mengajar kelas VII-4 Siklus II
58
c. Pengamaan
Setelah dilakukan tindakan dengan media gambar yang lebih menarik pada
kegiatan belajar dalam pemahaman bacaan siswa, peneliti melakukan pengamatan
bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk
mengamati keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Pada pertemuan/siklus II
pengamatan atau observasi berlangsung baik, karena peneliti sudah dapat
mengenal semua peserta didik. Hasil pengamatan peserta didik melalui lembar
observasi dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Rata-rata Keaktifan siswa dalam Pembelajaran
Pertemuan Siklus II
No Urut
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Aspek Penilaian
Jumlah
1
30
2
20
20
30
30
3
10
10
10
10
20
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
20
20
10
20
20
10
10
20
20
20
20
20
20
20
30
10
10
10
10
10
10
10
4
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
5
10
10
10
10
10
10
10
6
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
7
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
90
60
60
70
60
70
90
80
80
70
80
60
70
70
90
90
90
60
80
70
60
60
59
23
24
25
26
27
28
29
30
Skor
30
30
30
30
30
690
20
20
10
10
10
20
20
20
380
10
10
10
10
10
10
10
10
10
70
60
60
60
70
60
60
60
10
10
10
10
10
10
10
190 220 190
Jumlah
10
10
10
230
10
10
10
210
2110
Keterangan:
Skor Penilaian Pengamatan Siswa:
1. Siswa memperhatikan penjelasan pendidik
: 30
2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan
: 20
3. Siswa mengemukakan pendapat
: 10
4. Siswa dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu
: 10
5. Siswa dampak antusias selama mengikuti pembelajaran
: 10
6. Siswa dapat menerima materi dengan baik
: 10
7. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan selama pembelajaran
:10
Total Skor
= Jumlah Skor yang didapat Guru
Jumlah Siswa
= 2110
30
= 70,33
Tabel 4.9 terlihat bahwa dari aspek atau aktivitas yang bervariasi mulai
dari lembar observasi siswa pada pratindakan, siklus I, sampai siklus II
mengalami peningkatan, didapatkan rata-rata 70,33 siswa mampu lebih aktif
dalam pembelajaran.
Hasil observasi peserta didik pada siklus II ini dapat memotivasi peserta
didik pada proses kegiatan pembelajaran serta siswa lebih rajin lagi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia
60
Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya kemampuan
memahami suatu bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka penelitian
dapat dihentikan pada siklus II dan dianggap penggunaan media gambar dapat
meningkatkan pemahaman bacaan siswa dalam kegiatan belajar. Hasil skor akhir
siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Nilai Pemahaman Bacaan Pertemuan Siklus II
No
Urut
Subjek
Kategori
Perolehan
Skor
Skor
Aspek Penilaian
1
2
3
1
10
10
10
2
10
10
4
5
6
7
8
10
10
10
10
10
10
10
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
19
20
21
10
10
10
22
23
10
10
3
10
10
4
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
5
10
10
10
10
10
10
6
10
10
10
7
10
10
10
8
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
9
10
10
10
10
10
10
10
100
80
80
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
90
80
80
80
80
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
90
80
80
80
80
100
100
100
80
90
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
100
80
90
10
10
10
10
10
10
10
10
80
100
10
10
10
10
Istimewa
Baik
Baik
Baik
sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
sekali
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Istimewa
Istimewa
Istimewa
Baik
Baik
sekali
Istimewa
Baik
Baik
sekali
Baik
61
24
10
10
10
10
10
10
10
10
10
90
25
10
10
10
10
10
10
10
10
10
90
26
27
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
80
90
28
29
30
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
80
80
80
2590
10
10
10
10
10
10
Jumlah
Istimewa
Baik
sekali
Baik
sekali
Baik
Baik
sekali
Baik
Baik
Keterangan
Soal latihan siklus II (lihat lampiran 3)
100 = Istimewa
50 = Hampir cukup
90 = Baik sekali
40 = Kurang
80 = Baik
30 = Kurang sekali
70 = Lebih dari cukup
20 = Buruk
60 = Cukup
10 = Buruk Sekali
Total Skor
= Jumlah Skor yang didapat Guru
Jumlah Siswa
= 2590
30
= 86,33
Berdasarkan hasil rata-rata diperoleh tingkat pembelajaran pada siklus II,
maka penugasan tertinggi, penugasan terendah, dan rata-rata tingkat penugasan
yang dirangkum dalam tabel 4.11.
62
Tabel 4.11
Presentasi Tingkat Pemahaman Bacaan
Pertemuan Siklus II
Tingkat Penugasan
Siklus II
Nilai tertinggi siswa
100
Nilai terendah siswa
80
Rata-rata
86,33
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa nilai refleksi siklus II > dari
nilai KKM (75) adanya peningkatan, yaitu nilai rata-rata 86,33 dan ada beberapa
peserta didik yang mendapatkan nilai terbaik dengan point 90 dan 100. Dari
pertanyaan yang diberikan siswa dapat menjawab dengan tepat, hal ini terjadi
karena siswa tersebut termasuk siswa yang rajin belajar dan sering membaca
dengan didukung dalam penggunaan media gambar yang menarik, maka siswa
mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
Proses pembelajaran pada siklus II ini secara keseluruhan mengalami
perubahan yang lebih membaik dari siklus I. Peningkatan siswa dalam penelitian
siklus II mengalami peningkatan pemahaman dalam bacaan sehingga siswa
mampu memahami dari bacaan tersebut, serta menjawab pertanyaan dengan tepat.
d. Refleksi
Dalam proses pembelajaran memahami bacaan melalui media gambar
telah berhasil membuat siswa lebih semangat dalam belajar dan memahami isi
bacaan. Peningkatan pemahaman bacaan dalam proses pembelajaran siswa terlihat
aktif. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa
penerapan media gambar dalam memahami bacaan dapat meningkatkan
pemahaman siswa yang signifikan sehingga tidak diperlukan lagi adanya tindakan
pada siklus selanjutnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari suasana belajar
yang lebih menyenangkan dan antusias siswa dalam proses pembelajaran.
63
D. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, instrumen tes yang
digunakan adalah penugasan pemahaman bacaan. Selain mengunakan tes
pemahaman penelitian ini juga menggunakan lembar observasi kepada siswa pada
setiap akhir pertemuan.
Untuk mengetahui kebenaran dan memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali
keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber,
memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga
dapat dipastikan keasliannya, dan memastikan kebenaran data. Seperti
menggunakan tes/penugasan dan lembar observasi, dalam hal ini seluruh siswa
mengisi instrumen tersebut dengan baik dan sesuai pendapat mereka masingmasing.
Keseluruhan instrumen observasi pada pertemuan kedia ini diisi oleh
beberapa siswa dengan 90 poin karena dalam pertemuan kali ini pendidik
mengajar dengan metode dan media yang lebih menarik. Selain observasi untuk
mengetahui aktivitas siswa pada setiap pertemuan, tetapi untuk mengetahui
pemahaman dan penugasaan siswa terhadap materi yang diberikan, dilakukan
dengan memeriksa tes akhir siswa. Soal tes dibuat dengan silabus sekolah
mengenai kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tes akhir
siklus digunakan untuk melengkapi data pengamatan peneingkatan memahami
bacaan melalui media gambar pada pembelajaran bahasa Indonesia.
64
E. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari
berbagai sumber baik tes maupun nontes. Diantaranya sebagai berikut.
1. Data Hasil Tes Siklus
Tabel 4.12
Data Perolehan Nilai Tes Pada Akhir Siklus
No Urut
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah ratarata
keseluruhan
Skor
Pratindakan
70
60
60
70
50
50
80
50
80
20
60
80
50
80
80
80
40
70
80
40
80
50
60
70
60
70
60
80
80
50
63,67
Skor Siklus I
90
70
70
80
70
70
80
80
80
70
80
80
70
90
90
90
70
70
80
80
80
80
80
80
80
70
80
90
90
70
78,67
Skor Siklus
II
100
80
80
90
80
80
80
80
90
80
80
80
80
100
100
100
80
90
100
80
90
80
100
90
90
80
90
80
80
80
86,33
65
Indikator ketuntasan belajar siswa mendapatkan nilai > KKM (75) pada
siklus II, berarti siswa telah tuntas belajar materi ini. dilihat dari persentase,
tingkat penguasaan belajar untuk akhir siklus mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil rata-rata pada pratindakan dengan skor rata-rata 63,67,
tetapi pada refleksi I (siklus I) mulai meningkat dengan skor 78,67 dan mengalami
peningkatan pada refleksi II (siklus II) dengan skor 86,33.
2. Lembar Observasi
Setiap melakukan tindakan pembelajaran, lembar observasi juga
digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pembelajaran.
Hasil observasi itu dapat di lihat pada tabel 4.13
Tabel 4.13
Hasil rata-rata keaktifan siswa dalam pembelajaran
No
1
Proses KBM
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
penjelasan
510
600
690
siswa dapat memberikan jawaban atas
200
280
380
siswa
memperhatikan
Pendidik
2
pertanyaan-pertanyaan
3
siswa mengemukakan pendapat
110
160
190
4
siswa dapat mengerjaan tugas dengan
170
180
220
mengikuti
130
130
190
siswa dapat menerima materi dengan
150
210
230
120
160
210
Jumlah
1390
1720
2110
Jumlah rata-rata keseluruhan
46,33
57,33
70,33
baik, tepat pada waktunya
5
siswa
tampak
antusias
pembelajaran
6
baik
7
siswa terlibat langsung dalam kegiatan
selama pembelajaran
66
Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
dalam pembelajaran bahasa Indonesia rata-rata keseluruhan skor keaktifan siswa
pada rencana pratindakan siswa pasif dalam pembelajaran, karena dalam
pratindakan siswa sungkan untuk menanyakan apa yang belum diketahui dalam
bacaan tersebut. Dalam siklus I mulai aktif dalam bertanya maupun dalam
memberikan argumen pada jawabannya, serta mampu memahami isi bacaan
melalui media gambar. Pada siklus II siswa sudah terbiasa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan dengan berani, mereka mampu aktif dalam pembelajaran di
kelas melalui media gambar yang lebih menarik.
Rata-rata skor keaktifan siswa sudah meningkat secara baik dalam
mengikuti pembelajaran, penggunaan media gambar yang menarik pun membuat
siswa mampu memahami isi bacaan dengan cepat dan menjawab pertanyaan
dengan tepat.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hasil Pratindakan
Berdasarkan soal pilihan ganda pada pratindakan menunjukkan hasil
pertemuan pratindakan kurang dari KKM (75), yaitu 63,67. Memerhatikan
pencapaian siswa tersebut, dapat dikatakan bahwa peningkatan memahami bacaan
masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami
isi bacaan. Maka dari itu tindakan dilanjutkan ke pertemuan siklus I.
2. Hasil Siklus I dan Siklus II
Siklus I menunjukkan adanya peningkatan karena perbaikan-perbaikan di
antaranya, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari keempat
langkah tersebut peneliti merupakan hasil yang memuaskan, yaitu dapat dilihat
bahwa pada siklus I hasil yang didapat dengan skor 78.67 dibandingkan dengan
hasil pratindakan, yaitu dengan skor 63,67. Namun, pada penelitian siklus II pun
mengalami peningkat yang lebih tinggi, yaitu dengan skor 86,33. Ini
membuktikan bahwa penelitian siklus II ini siswa lebih termotivasi dalam
memahami bacaan melalui media gambar.
67
Media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan
pemahaman bacaan karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga
mempermudah siswa dalam menjawab soal dari bacaan tersebut. Pada awalnya
peneliti menjelaskan materi dengan menerapkan media gambar,
siswa
memperhatikan maka siswa pun dapat memahami bacaan dengan baik.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil akhir siklus II dan observasi.
Kemampuan memahami bacaan siswa meningkat pada siklus II diiringi
peningkatan rata-rata keseluruhan indikator yang terdapat dalam belajar.
Penelitian diakhiri siklus karena telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan
karena terdapatnya sikap antusias, memperhatikan penjelasan pendidik, serta
mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, membuat siswa lebih memahami
materi yang telah dipelajari.
Dilihat dari hasil tes siswa maka akan terlihat peningkatan kemampuan
memahami bacaan sebelum dan sesudah menggunakan media, hasil itu dapat
dilihat.
70
60 60
70 50 50 80
50 80 20 60 80 50 80
pratindakan 40
70 80
40 80 50 60
70 60 70 60 80 80 60
Hasil siklus 90
70 70
80 70 70 80
80 80 70 80 80 70 90
70
70 80
80 80 80 80
80 80 70 80 90 90 70
Hasil siklus 100 80 80
90 80 80 80
80 90 80 80 80 80 100 100 100
Hasil
I
II
80
90 100 80 90 80 100 90 90 80 90 80 80 80
80
80
90
90
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan kajian teoretis dan hasil penelitian mengenai peningkatan
siswa dalam memahami bacaan melalui media gambar, maka penulis dapat
mengemukakan beberapa simpulan dan saran:
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, media gambar dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami bacaan serta menjawab pertanyaan dari soal
dengan tepat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor tes pratindakan
63,67 meningkat pada tes siklus I menjadi 78,67, dan mengalami peningkatan
pada tes siklus II 86,33. Selain itu dapat terlihat pada lembar observasi yang
sesuai dengan skala pengamatan penilaian yang ditetapkan menunjukkan
peningkatan, yaitu pada pertemuan pertama jumlah rata-rata dikategorikan
berprestasi tingkat rendah, sedangkan pada pertemuan kedua terdapat peningkatan
dengan berprestasi tingkat tinggi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, yang menyatakan bahwa tingkat memahami
bacaan melalui media gambar terhadap siswa pada penelitian pratindakan 63,67
mengalami peningkatan setelah siswa melakukan kegiatan belajar dengan
menggunakan media gambar pada siklus I 78,67, dan kemajuan peningkatan siswa
pada siklus II 86,33. Maka penulis menyampaikan saran.
1. Pendidik; dapat menggunakan media gambar sebagai bahan pembaharuan
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam kemampuan
memahami bacaan. Dengan penggunaan media gambar, kemampuan peserta
didik dalam pemahaman membaca dapat meningkatkan pemahaman mereka
dengan baik. Dengan adanya berbagai keterbatasan, maka apa yang dihasilkan
dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk diadakan penelitian yang
lebih lanjut, dan lebih baik dengan harapan untuk mengetahui apakah
pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat diterapkan dan
68
69
memberikan hasil yang lebih baik pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan
materi yang berbeda.
2. siswa; dengan menggunakan penggunaan media gambar dapat melatih siswa
mengerjakan tugas, baik untuk meningkatkan prestasi hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A, Alex dan H. Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana. 2010.
Alderson, J Charles. Assessing Reading. New York: Cambridge University
Press. 2000.
Alfin, Jauharoti, dkk. Bahasa Indonesia I Edisi Pertama. Jakarta: UIN
PRESS. 2008.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesai.
Jakarta: Akademika Pressindo. 2010.
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara. 2011.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1997.
Gangwer, Timothy. Visual Impact, Visual Teaching. Singapore: Corwin
Press. 2009.
Hamaik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994.
Hartati, Tata, dkk. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah.
Bandung: UPI PRESS. 2008.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 1982.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas: Edisi Kedua. Jakarta: Indeks. 2010..
Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada(GP) Press. 2012.
Rahardi, R. Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga. 2009.
Rahardi, R. Kunjana. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang
Mengarang. Jakarta: Erlangga. 2009.
Resmini, Novi, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi. Bandung: UPI PRESS. 2006.
70
71
Sadiman, Arief S.
Media Pendidikan. Jakarta: Raja Garfindo Persada.
1986.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2009.
Silitonga, M, dkk. Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP
Sumatra Utara: Membaca dan Menulis. Jakarta: DEPDIKBUD. 1984.
Slamet, St. Y dan Kundharu S. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati. 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D Cet Ke 8.
Bandung: Alfabeta. 2009.
Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosada Karya. 2012.
Sumadayo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2013.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Membaca.
Bandung:Angkasa. 2008
Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SMP Darussalam
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: VII/Genap
Standar Kompetensi
: Aspek Membaca
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan
membaca intensif dan membaca memindai.
Kompetensi Dasar
: 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam
teks bacaan
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan
2) Menentukan tema pada teks bacaan
3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi
 Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Indikator
 Siswa mampu menemukan gagasan utama
 Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi
 Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas
 Siswa mampun memahami isi bacaan
C. Materi Pembelajaran
Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas
Contoh paragraf deduksi dan induksi
D.
1.
2.
3.
Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam
materi yang akan dijelaskan
c) Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 menjelaskan pada siswa mengenai gagasan utama, kalimat utama
dan penjelas serta paragraf deduksi dan induksi;
 melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip
alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
 melibatkan siswa untuk menjawab gagasan utama yang dibacakan
oleh temannya;
 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang
belum dipahami;
 melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 guru memerintahkan siswa untuk menemukan gagasan utamadari
teks bacaan;
 guru memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi
dan induksi
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa,;
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
 memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
 memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
 membantu menyelesaikan masalah;
 memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
 memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar siswa;
 menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
E. Sumber Belajar
1. Teks bacaan
2. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia
F. Penilaian
Penilaian
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Tes tulis
Pilihan
 Mampu menunjukkan
 Tunjukkan letak kalimat
letak kalimat utama
utama yang terdapat di
ganda
dalam suatu teks
dalam teks?
bacaan
Tes tulis
 Tulislah gagasan utama
Pilihan
 Mampu
yang terdapat dalam teks
ganda
mengungkapkan
bacaan?
Tes tulis
gagasan utama/ide
Pilihan
pokok dalam setiap
suatu teks bacaan
ganda
 Dalam teks bacaan
 Mampu menentukan
tesebut termasuk
paragraf deduksi dan
pengembangan paragraf?
induksi dalam teks
bacaan
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Jakarta, 21 April 2014
Guru Mapel BHS Indonesia.
(Drs. Asnawie )
(Habibah Ramadhan)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
: SMP Darussalam
: Bahasa Indonesia
: VII/Genap
: Aspek Membaca
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan
membaca intensif dan membaca memindai.
: 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam
teks bacaan
: 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan
2) Menentukan tema pada teks bacaan
3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi
 Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Indikator
 Siswa mampu menemukan gagasan utama
 Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi
 Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas
 Siswa mampun memahami isi bacaan
C. Materi Pembelajaran
Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas
Contoh paragraf deduksi dan induksi
D. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam
materi yang akan dijelaskan
c) Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 menjelaskan kembali pada siswa mengenai gagasan utama, paragraf
deduksi dan induksi, serta kalimat utama dan kalimat penjelas;
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
 melibatkan siswa untuk menjawab gagasan utama yang dibacakan oleh
temannya;
 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang
belum dipahami;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran;
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 guru memerintahkan siswa untuk menemukan gagasan utama dari
bacaan artikel yang dibagi;
 guru memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi dan
induksi;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa;
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa
melalui berbagai sumber;
 memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan;
 memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
a. berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
b. membantu menyelesaikan masalah;
c. memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d. memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e. memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama
dengan
siswa
dan/atau
sendiri
membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar siswa;
 menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
E. Sumber Belajar
1. Teks bacaan
2. Artikel dari majalah dengan media gambar
3. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
 Mampu menunjukkan
letak kalimat utama
dalam pada teks
bacaan
 Mampu
mengungkapkan
gagasan utama/ide
pokok dalam setiap
teks bacaan
 Mampu menentukan
paragraf deduksi dan
induksi dalam teks
bacaan
Penilaian
Teknik
Penilaian
Tes tulis
Bentuk
Penilaian
Pilihan
ganda
Tes tulis
Pilihan
ganda
Tes tulis
Pilihan
ganda
Instrumen
 Tunjukkan letak kalimat
utama yang terdapat di
dalam teks?
 Tulislah gagasan utama
yang terdapat dalam
bacaan?
 Dalam teks bacaan
tesebut termasuk
pengembangan paragraf?
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Jakarta, 29 April 2014
Guru Mapel BHS Indonesia.
(Drs. Asnawie )
(Habibah Ramadhan)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Alokasi Waktu
: SMP Darussalam
: Bahasa Indonesia
: VII/Genap
: Aspek Membaca
11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan
membaca intensif dan membaca memindai.
: 11.2 Mampu menemukan gagasan utama dalam
teks bacaan melalui kegiatan membaca
: 4 x 40 menit (2 kali pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu:
1) Menentukan gagasan utama dalam teks bacaan
2) Menentukan tema pada teks bacaan
3) Menemukan paragraf deduksi dan induksi
 Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B. Indikator
 Siswa mampu menemukan gagasan utama
 Siswa mampu membedakan paragraf deduksi dan induksi
 Siswa mampu menjelaskan kalimat utama dan kalimat penjelas
 Siswa mampun memahami isi bacaan
C. Materi Pembelajaran
Penjelasan kalimat utama dan kalimat penjelas
Contoh paragraf deduksi dan induksi
D. Metode Pembelajaran
1. Inkuiri
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
1 Guru mengkondisikan kelas dalam persiapan kegiatan belajar mengajar
2 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam
materi yang akan dijelaskan
3
Guru memberitahukan akan adanya latihan setelah penjelasan materi
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 melibatkan siswa dalam membahas soal pada pertemuan siklus I;
 Memberikan kesempatan siswa untuk menjawab pertanyaan dari
temannya yang belum paham, kemudian guru menguatkan atas
jawabannya;
 Memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran;
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 melibatkan siswa dalam bentuk kelompok kemudian setiap
kelompok memberikan gagasan utama dari soal yang diberikan;
 memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengeluarkan
pendapat dari setiap kelompok untuk memberikan pendapat;
 memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi paragraf deduksi dan
induksi, tetapi yang menjawab siswa yang belum berpendapat;
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa;
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
siswa melalui berbagai sumber;
 memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan;
 memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
 membantu menyelesaikan masalah;
 memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
 memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar siswa;
 menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
E. Sumber Belajar
1. Teks bacaan
2. Artikel dari majalah dengan media gambar
3. Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
 Mampu menunjukkan
letak kalimat utama
dalam pada teks
bacaan
 Mampu
mengungkapkan
gagasan utama/ide
pokok dalam setiap
teks bacaan
 Mampu menentukan
paragraf deduksi dan
induksi dalam teks
bacaan
Teknik
Penilaian
Tes tulis
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Pilihan
 Tunjukkan letak kalimat
utama yang terdapat di
ganda
dalam teks?
Tes tulis
Pilihan
ganda
 Tulislah gagasan utama
yang terdapat dalam
bacaan?
Tes tulis
Pilihan
ganda
 Dalam teks bacaan
tesebut termasuk
pengembangan paragraf?
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Jakarta, 21 Mei 2014
Guru Mapel BHS Indonesia.
(Drs. Asnawie )
(Habibah Ramadhan)
BIOGRAFI PENULIS
Habibah Ramadhan, kelahiran Jakarta 24 April
1992. Anak kelima dari pasangan Bapak Munadi dan Ibu
Titi Junanih. Pendidikan yang telah diselesaikan, yaitu MI
Al-Falah pada tahun 1998-2004, kemudian melanjutkan ke
MTs Dail Khairaat dari tahun 2004 sampai 2007,
selanjutnya menamatkan sekolah menengah atas di MA
Dail Khairaat pada tahun 2010.
Melalui program seleksi Ujian Mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perempuan yang gemar mendengarkan musik ini melanjutkan pendidikan ke
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menjadi pendidik merupakan pekerjaan
yang mulia sehingga berusaha untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi. Memilih melanjutkan pendidikan SI di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2010.
Download