Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338

advertisement
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2
April 2015
ISSN : 2338 - 4336
POTENSI BAKTERI BERMANFAAT DARI LUMPUR SIDOARJO
UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK LUNAK
Erwinia sp. PADA UMBI KENTANG
Dara Muslimah Daulay, Muhammad Akhid Syib’li, dan Luqman Qurata Aini
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT
In previous study, the exploration of bacteria originated from Sidoarjo
Mud (LUSI) which has condition with high salinity and high temperature obtained
15 bacterial isolates which have abiliity in association with plant. The purpose of
this study is to determine the potency of those bacteria originated from LUSI in
ccontrolling soft rot disease on potato tuber caused by Erwinia sp. The selection
resulted 7 bacterial isolates that have antagonistic traits against Erwinia sp, the
causal agent of soft rot disease on potato tubers. Bacterial isolates originated from
LUSI also could inhibit the development of soft rot disease on potato tubers, and
their ability were higher compared with that of bactericide with active ingredient
of streptomycin sulfate. Thus, antagonistic bacteria originated from LUSI have
high potency to be developed as biological control agents to control soft rot
disease on potato tubers.
Keywords: Sidoarjo mud, Bacteria, Erwinia sp.
ABSTRAK
Pada penelitian sebelumnya dari hasil eksplorasi bakteri dari lumpur
Sidoarjo (LUSI) dengan kondisi salinitas dan suhu tinggi, telah diperoleh 15 isolat
bakteri yang mampu berasosiasi dengan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi bakteri LUSI dalam mengendalikan penyakit busuk lunak
pada umbi kentang yang disebabkan oleh Erwinia sp. Hasil seleksi didapatkan 7
isolat bakteri yang memiliki sifat antagonis terhadap Erwinia sp., bakteri patogen
penyebab penyakit busuk lunak pada umbi kentang. Isolat bakteri dari LUSI juga
diketahui dapat menghambat perkembangan penyakit busuk lunak pada umbi
kentang dan kemampuan penghambatannya lebih tinggi dibanding aplikasi
bakterisida berbahan aktif streptomisin. Dengan demikian bakteri antagonis dari
LUSI berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai agens hayati untuk
mengendalikan penyakit busuk lunak pada umbi kentang
Kata kuci: Lumpur Sidoarjo, Bakteri, Erwinia sp.
108
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
April 2015
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Lumpur
Sidoarjo
(LUSI)
merupakan lumpur tersusun atas 70%
air dan 30% padatan (Usman et al.,
2006) serta memiliki kadar garam
(salinitas) tinggi seperti air laut
(Arisandi, 2006). Di sisi lain, bakteri
adalah jenis mikroorganisme yang
dapat hidup di dalam tanah dengan
memiliki peran yang berbeda-beda, ada
yang berasosiasi dengan tanaman baik
sebagai patogen tumbuhan, sebagai
pupuk hayati, atau bisa bersifat
antagonis terhadap mikroorganisme
lain. Keberadaan bahan organik
maupun non organik dalam lumpur
Sidoarjo ditengarai dapat mendukung
kehidupan bakteri (Maemunah, 2008).
Eksplorasi bakteri dari lumpur Sidoarjo
telah dilakukan oleh tim peneliti di
Jurusan HPT Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya (Aini et al,
2014). Hasil eksplorasi diperoleh 15
bakteri yang mampu berasosiasi
dengan tanaman dan membantu
pertumbuhan tanaman yang ditanam
pada tanah dengan kandungan salinitas
tinggi.
Tanaman kentang (Solanum
tuberosum L.) merupakan komoditas
sayuran yang memiliki potensi sebagai
sumber karbohidrat, mineral dan
vitamin (Sahat dan Ashandhi , 1995).
Salah satu penyakit penting pada
tanaman kentang adalah penyakit
busuk lunak yang disebabkan oleh
patogen tanaman dari golongan bakteri
Erwinia carotovora. Bakteri ini
memiliki kisaran inang yang luas dan
dapat menginfeksi tanaman baik di
lapangan
maupun
penyimpanan
(Gunawan, 2006). Kondisi tersebut
memberikan gagasan untuk mengetahui
potensi bakteri bermanfaat lumpur
Sidoarjo
untuk
mengendalikan
penyakit busuk lunak pada umbi
kentang.
Penelitian ini terdiri dari
beberapa tahap yaitu perbanyakan
patogen Erwinia sp dan bakteri LUSI,
seleksi bakteri LUSI dengan uji
antagonisme terhadap Erwinia sp.,
karakterisasi bakteri LUSI, uji in vitro
penghambatan pertumbuhan Erwinia
sp oleh bakteri LUSI pada cawan Petri,
uji
penghambatan
perkembangan
penyakit busuk lunak oleh bakteri
LUSI pada umbi kentang, uji
penghambatan filtrat biakan bakteri
LUSI terhadap Erwinia sp. Pengujian
bakteri LUSI pada cawan Petri dan
umbi kentang menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 9
perlakuan dan 4 ulangan.
Perbanyakan Bakteri Patogen
Erwinia sp. dan bakteri lumpur
Sidoarjo
Isoat bakteri berasal dari
koleksi
Laboratorium
Penyakit
Tumbuhan, Jurusan Hama dan
Penyakit
Tumbuhan,
Fakultas
Pertanian
Universitas
Brawijaya,
Malang.
Isolat bakteri tersebut
ditumbuhkan pada media NA dan
diinkubasi pada suhu ruang selama 2 x
24 jam.
Seleksi 15 Isolat Bakteri Lumpur
Sidoarjo yang Bersifat Antagonis
Terhadap Erwinia sp Secara In Vitro
Seleksi
bakteri
antagonis
dilakukan dengan metode Desriani et
al., (2014). Erwinia sp dibiakkan dalam
media NB cair dan digojok selama 24
jam. Kemudian, media NA diinokulasi
dengan 100 µl biakan dan diratakan
dengan glass L.. Isolat bakteri LUSI
diletakkan dengan ose sebanyak 2 ose
lalu diinkubasi selama 24-48 jam. Zona
bening yang terbentuk diamati dan
isolat yang mampu membentuk zona
bening
merupakan
isolat
yang
109
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
berpotensi sebagai antagonis dengan
mekanisme antibiosis.
Karakterisasi
morfologi
dan
fisiologis bakteri LUSI antagonis
terhadap Erwinia sp.
Karakterisasi
bakteri
dilakukan
berdasarkan
Bergey’s
Determinative Bacteriology (Holt et
al., 1994) dan Schaad et al., (2001)
meliputi uji reaksi hipersensitif pada
tembakau, uji Gram. Uji fisiologi
meliputi oksidatif-uji anaerob, uji
fermentasi glukosa dan uji katalase.
Uji
In
Vitro
Penghambatan
Pertumbuhan Erwinia sp oleh
bakteri LUSI dalam Cawan Petri
Uji penghambatan pertumbuhan
Erwinia sp oleh bakteri LUSI
dilaksanakan dengan metode double
layer menurut Wakimoto et al. (1986).
Bakteri LUSI yang dibiakkan pada
media pada media NA diambil
sebanyak
tiga
ose,
kemudian
dimasukkan ke dalam 1 ml aquades
steril dalam tabung eppendorf. Kertas
saring steril dengan diameter 5 mm
dimasukkan ke dalam suspensi bakteri
tersebut selama ± 1 menit dan
ditiriskan selama 2 jam. Kemudian
kertas saring yang sudah kering
ditanam ditengah-tengah media NA
pada cawan Petri dan diinkubasi
selama 2 hari. Biakan Erwinia sp
berumur 24 jam dicampur dalam media
NA yang masih cair (suhu 50 °C),
kemudian dituangkan di atas biakan
bakteri LUSI. Setelah itu diikubasi
selama 2 hari dan diukur zona bening
atau zona hambat yang dihasilkan oleh
bakteri antagonis.
Uji Penghambatan Pertumbuhan
Erwinia sp Oleh Filtrat Biakan
Bakteri LUSI
Uji
penghambatan
fitrat
bakteri
LUSI
dilaksanakan
berdasarkan Wakimoto et al. (1986).
Bakteri LUSI yang bersifat antagonis
dibiakkan pada media NB dalam
tabung reaksi, dan digojok selama 24
jam dalam suhu kamar. Sebanyak 1
ml biakan dipindahkan kedalam
tabung eppendorf dan disentrifugasi
pada
kecepatan
10.000
rpm.
Supernatan difiltrasi menggunakan
filter syringe dengan lubang pori
berukuran 0.2 µm sebanyak dua kali.
Kertas saring (diameter 5 mm)
direndam
dalam
filtrat,
dikeringanginkan dan ditanam pada
media NA padat dalam cawan Petri.
Bakteri antagonis pada cawan Petri
kemudian dilapisi (dioverlay) dengan
suspensi bakteri Erwinia sp yang
dicampur dengan 14 ml media NA.
Hasil overlay tersebut diinkubasi
selama 24 jam dan diamati zona
hambat yang terbentuk.
Uji Penghambatan Perkembangan
Penyakit Busuk Lunak oleh Bakteri
LUSI pada Umbi Kentang
Uji antagonis bakteri LUSI
terhadap patogen Erwinia sp pada
umbi kentang dibuat dengan metode
menurut Haque et al (2009).
Permukaan umbi kentang varietas
Granola
disterilisasi
dengan
perendaman dalam sodium hipoklorit
1% selama 10 menit, kemudian dicuci
dengan aquades steril tiga kali dan
dikering anginkan. Kentang dilubangi
menggunakan ujung mikropipet tip
steril, lalu diinokulasi dengan bakteri
LUSI sebanyak 50 µl kemudian
dibiarkan selama 1-2 jam sampai
kering. Setelah itu pada lubang yang
sama diinokulasi suspensi bakteri
pathogen Erwinia sp pada konsentrasi
109 cfu/ml sebanyak 50 µl. Umbi
kentang diinkubasi dalam wadah
lembab pada suhu kamar selama 7
hari.
Masing-masing
perlakuan
diulang empat kali.
110
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
Analisis Statistik
Data pengamatan dianalisis
dengan menggunakan analisis ragam
ANOVA pada taraf 5%. Bila hasil
pengujian terdapat perbedaan nyata
maka dilanjutkan dengan uji Duncan
pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seleksi 15 Isolat Bakteri Lumpur
Sidoarjo
Berdasarkan
Sifat
Antagonis Terhadap Erwinia sp
Secara In Vitro
Dari hasil eksplorasi bakteri
Lumpur Sidoarjo pada penelitian
sebelumnya diperoleh 15 isolat yang
mampu berasosiasi dengan tanaman
jagung. Pada penelitian ini 15 isolat
tersebut diuji sifat antagonisnya
terhadap bakteri patogen Erwinia sp.
Sifat antagonis ditandai dengan adanya
zona hambat yang terbentuk diantara
koloni bakteri patogen dan bakteri
antagonis LUSI.
April 2015
Hasil seleksi bakteri LUSI
menunjukkan bahwa setiap isolat
memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan Erwinia sp. yang
berbeda-beda. Pada isolat 7_40_A2
memiliki nilai zona hambat tertinggi
yaitu 1,11 cm . Isolat berikutnya yang
memiliki kemampuan menghambat
perkembangan Erwinia sp. ialah isolat
16_40 A1, isolat 5_25 E2, isolat 12_25
E1, isolat 8_25 D2, isolat 10_40 A1
dan isolat 14_25 C2 yang secara
berturut-turut
memiliki
nilai
penghambatan 1,01; 0,83; 0,81; 0,7;
0.71 dan 0.67 cm.
Karakterisasi Morfologi
Bakteri
dibiakkan
dengan
metode
streak
plate
untuk
menghasilkan koloni tunggal yang
diamati morfologi koloninya. Hasil
pengamatan morfologi dari isolat
bakteri yang terseleksi didapatkan ciriciri seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri morfologi isolat bakteri LUSI yang bersifat antagonis terhadap
Erwinia sp.
Morfologi Koloni
Isolat
Bentuk Permukaan
Warna
Tepi
8_25 D2
Bulat
Cembung
Putih keruh
Rata
7_40 A2
Bulat
Cembung
Putih kekuningan
Rata
14_25 C2 Bulat
Cembung
Putih kekuningan
Rata
10_40 A1 Bulat
Cembung
Putih kekuningan
Rata
5_25 E2
Bulat
Cembung
Putih keruh
Rata
16_40 A1 Bulat
Cembung
Putih kekuningan
Rata
12_25 E1 Bulat
Cembung
Putih kekuningan
Rata
Keterangan: Morfologi bakteri yang digoreskan di media NA
Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia
Pengujian
fisiologi
dan
biokimia terhadap bakteri LUSI yang
bersifat antagonis terhadap Erwinia sp
yang meliputi: uji hipersensitif,
pengujian Gram, pengecatan spora,
pengujian KOH 3 %, pertumbuhan
anaerob, uji katalase, fermentasi
glukosa dan pertumbuhan pada media
NA+. Hasil karakterisasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.
111
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
Tabel 2. Karakterisasi fisiologi dan biokimia bakteri LUSI yang bersifat antagonis
terhadap Erwinia sp.
Karakter
Uji Reaksi Gram
KOH 3%
Pengecatan gram
Pengecatan spora
Uji OF
Anaerob
Fermentasi
Glukosa
Uji Katalase
Hipersensitif
Pertumbuhan NA+
8_25 D2
7_40 A2
14_25C2
10_40A1
+
+
+
TU
TU
+
+
+
+
-
TU
+
TU
+
+
TU
+
+
+
+
5_25E2
16_40A1
12_25E1
+
+
+
TU
TU
+
-
+
-
TU
+
TU
+
+
TU
+
TU
+
+
+
Keterangan: (+): reaksi positif, (-): reaksi negatif, (TU): tidak dilakukan uji.
Uji Antagonisme Bakteri LUSI
Terseleksi Terhadap Erwinia sp pada
Cawan Petri
Hasil
uji
antagonis
menunjukkan bahwa semua isolat
bakteri LUSI yang terseleksi mampu
menekan pertumbuhan Erwinia sp.
secara in vitro (Tabel 3). Menurut
Zhang (2004) kemampuan suatu agen
hayati dalam menekan patogen
biasanya melibatkan satu atau beberapa
mekanisme penghambatan, diantaranya
dengan
menghasilkan
antibiotik,
toksin, kompetisi ruang dan nutrisi dan
menghasilkan
siderofor.
Hasil
penelitian menyatakan bahwa senyawa
metabolit penghambat seperti siderofor
dan metabolit sekunder yang bersifat
antimikrobia mempunyai peranan
penting dalam menekan keberadaan
penyebab penyakit atau patogen
(Dowling dan O’Gara, 1994).
Tabel 3. Hasil uji antagonis bakteri LUSI terhadap pertumbuhan Erwinia sp.
Rerata zona hambat (cm)
Perlakuan
pada pengamatan hari ke
1
2
3
P1 (Kontrol Aquades)
0.00a 0.00a
0.00a
P2 (Kontrol Bakterisida) 2.16e
1.91f
1.92e
P3 ( Isolat 8_25 D2 )
1.23d 1.35e
1.25d
P4 ( Isolat 7_40 A2 )
0.73b 0.85bcd 0.82c
P5 ( Isolat 14_25 C2 )
1.05cd 0.73bc 0.72b
P6 ( Isolat 10_40 A1 )
0.92bc 0.97cd 1.11d
P7 ( Isolat 5_25 E2 )
0.83b 1.08d
1.14d
P8 ( Isolat 16_40 A1 )
1.19d 1.03d
0.84c
P9 ( Isolat 12_25 E1 )
0.86bc 0.59b
0.53b
Keterangan: Angka yang dikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan Taraf 5%.
Masing-masing isolat bakteri
LUSI memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam penghambatan
terhadap pertumbuhan Erwinia sp.
Perbedaan
kemampuan
tersebut
disebabkan
perbedaan
aktivitas
kandungan
senyawa
antibakteri.
Biosintesis senyawa antibiotik berperan
penting dalam proses pelekatan,
kolonisasi target hingga kompetisi
dalam mendapatkan ruang dan nutrisi
dengan mikroba lainnya (Abubakar et
112
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
al., 2001). Penghambatan yang
dihasilkan oleh isolat bakteri LUSI
masih
lebih
rendah
apabila
dibandingkan dengan perlakuan kontrol
dengan bakterisida berbahan aktif
streptomisin. Weisblum dan Davies
(1968) menyatakan bahwa streptomisin
adalah antibakteri kuat yang termasuk
kelompok aminglycoside. Streptomisin
bekerja dengan cara mematikan bakteri
sensitif dengan menghentikan produksi
protein esensial yang dibutuhkan
bakteri untuk bertahan hidup.
Pracahyo
et
al.,
(2014)
melaporkan bahwa diperoleh lima
isolat bakteri dari LUSI yang mampu
memacu pertumbuhan tanaman padi
dan mampu meningkatkan berat kering
tanaman. Mekanisme bakteri dalam
memacu pertumbuhan tanaman adalah
meningkatkan penyerapan air dan
unsur hara tanaman, fiksasi nitrogen,
manghasilkan
hormon
tumbuh,
menghasilkan antibiotik yang dapat
digunakan
untuk
menekan
pertumbuhan patogen tanaman dan
menginduksi ketahanan tanaman secara
April 2015
sistemik (Wei et al., 1994; Thakuria et
al., 2004).
Uji Penghambatan Perkembangan
Penyakit Busuk Lunak oleh Bakteri
LUSI pada Umbi Kentang
Bakteri Erwinia sp yang
diinokulasi pada umbi kentang mampu
menghasilkan gejala busuk lunak yang
ditandai dengan tekstur umbi menjadi
lunak, berair dan busuk (Gambar 1).
Telah diketahui bahwa Erwinia sp
menghasilkan enzim pektinase yang
mengurai
pektinyang
berfungsi
merekatkan
dinding-dinding
sel
tumbuhan yang berdampingan. Dengan
terurainya pektin, sel-sel akan lepas
satu sama lain dan teksturnya menjadi
lunak (Agrios, 1997). Hasil uji
menunjukan bahwa perlakuan semua
isolat bakteri LUSI dapat menghambat
perkembangan penyakit busuk lunak
pada umbi kentang. Hal ini dapat
dilihat dari gejala busuk lunak pada
perlakuan isolat bakteri LUSI lebih
rendah dibandingkan kontrol aquades
(Tabel 4).
Tabel 4. Data uji bakteri antagonis terhadap patogen Erwinia sp. pada umbi
kentang.
Perlakuan
Berat Busuk lunak (gram)
P1(Kontrol Aquades)
1.11c
P2 (Kontrol Bakterisida)
0.68b
P3 Isolat 8_25 D2
0.22a
P4 Isolat 7_40 A2
0.30a
P5 Isolat 14_25 C2
0.20a
P6 Isolat 10_40 A1
0.32a
P7 Isolat 5_25 E2
0.24a
P8 Isolat 16_40 A1
0.27a
P9 Isolat 12_25 E1
0.25a
Keterangan: Angka yang dikuti huruf yang sama pada kolom pengamatan yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan Taraf 5%.
113
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
dalam media cair NB sehingga dapat
menghasilkan zona hambat terhadap
pertumbuhan Erwinia sp.
Gambar 1. Hasil uji antagonis pada
umbi ketang. (A) aplikasi kontrol; (B)
aplikasi bakteri lumpur Sidoarjo. Tanda
panah menunjukkan massa busuk lunak
pada umbi kentang pada hari ke-7
setelah inokulasi.
Dari Tabel 4 juga dapat dilihat
bahwa kemampuan bakteri LUSI dalam
menghambat perkembangan penyakit
busuk lunak pada umbi kentang lebih
tinggi
dibandingkan
aplikasi
bakterisida. Dengan demikian bakteri
LUSI memiliki potensi yang tinggi
sebagai
agens
hayati
untuk
mengendalikan penyakit busuk lunak.
Hasil yang mirip dilaporkan Kartini
(2014) yaitu aplikasi bakteri endofit
antagonis dari tanaman kentang lebih
tinggi
kemampuannya
dibanding
bakterisida
dalam
menghambat
perkembangan penyakit busuk lunak
pada umbi kentang yang disebabkan
oleh Erwinia sp. Pada penelitian yang
lain oleh Cokorda (2012) juga
dilaporkan bahwa bakteri antagonis
Bacillus subtilis dan Pseudomonas
fluorescens mampu mengendalikan
penyakit busuk lunak pada umbi
kentang.
Uji Penghambatan Pertumbuhan
Erwinia sp Oleh Filtrat Biakan
Bakteri LUSI
Hasil pengujian penghambatan
Erwinia sp oleh filtrat biakan bakteri
menunjukkan hanya satu isolat bakteri
LUSI yatu isolat 8_25 E2 yang mampu
menghasilkan zona hambat. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam waktu 24
jam, isolat 8_25 E2 mampu
menghasilkan senyawa antibakteri
yang jumlahnya banyak dan dilepaskan
Gambar 2. Zona hambat yang terbentuk
oleh filtrat dari bakteri LUSI dengan
kode Isolat 8_25 E2.
Senyawa antibakteri umumnya
dihasilkan dari metabolit sekunder.
Menurut Gudjarnason (1999) metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh mikroba
berfungsi dalam mempertahankan
hidup dari organisme merugikan.
Metabolit sekunder juga berperan
dalam
memperbaiki
kehidupan
mikroba ketika berkompetisi dengan
spesies
lain.
Berdasarkan
cara
hidupnya, bakteri penghasil metabolit
sekunder dapat berasal dari bakteri
yang hidup bebas, bakteri yang terdapat
pada sedimen dan bakteri yang
berasosiasi dengan permukaan alga
(Burgess et al, 1999).
KESIMPULAN
Dari hasil seleksi 15 isolat
bakteri lumpur Sidoarjo (LUSI),
terdapat 7 isolat
yang mampu
menghambat pertumbuhan Erwinia sp,
bakteri patogen penyebab penyakit
busuk lunak pada umbi kentang. Isolat
bakteri lumpur Sidoarjo juga diketahui
dapat menghambat perkembangan
penyakit busuk lunak pada umbi
kentang
dan
kemampuan
penghambatannya
lebih
tinggi
dibanding aplikasi bakterisida. Dengan
demikian bakteri antagonis dari LUSI
berpotensi tinggi untuk dikembangkan
sebagai
agens
hayati
untuk
114
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 2
mengendalikan penyakit busuk lunak
pada umbi kentang.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, H., A. T. Wahyudi., M.
Yuhana.
2001.
Skrining
Bakteri yang Berasosiasi
dengan Spons Jaspis sp.
Sebagai Penghasil Senyawa
Antimikroba. Ilmu kelautan.
Maret 2011. 16 (1): 35-40.
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Ed
ke-4. New York: Academic
Press.
Aini, L.Q., M.A.Syib’li., T.Wijayanti.,
W. K. Sigit., dan M. S. Hadi.
2014. Eksplorasi Bakteri
Bermanfaat Dari Lumpur
Sidoarjo. Laporan Penelitian
Kerjasama BPLS dan Tim FP
UB. Malang.
Arisandi, P. 2006. Menebar Bencana
Lumpur di Kali Porong.
Ecological Observation And
wetlands Conservation.
Burgess, J.G., K. M. Nielsen,. M.
Bregu., A. Mearns-Spragg,.,
dan K.G. Body. 1999.
Microbial Antagonism; a
neglected avenue of natural
product
research.
J
Biotechnicol 70: 27-32.
Cokorda, J., L.Q. Aini., dan A.L.Abadi.
2012. Pengendalian Penyakit
Busuk Lunak Umbi Kentang
(Erwinia carotovora) Dengan
Memanfaatkan Agens Hayati
Bacillus
subtilis
dan
Pseudomonas
fluorescens.
Jurnal Jurusan HPT. Fakultas
Pertanian.
Universitas
Brawijaya. Malang.
Desriani., U. M. Maharaniq., M.
Bintang., A. Rival dan P.
Usdiyanti. 2014. Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Endofit
dari Tanaman Binahong dan
April 2015
Ketepeng
China.
Jurnal
Kesehatan.
Universitas
Andalas. 3 (2).
Dowling, D. N. F dan O’ Gara. 1994.
Metabolites of Pseudomonas
Involved
Industri
The
Biocontrol of Plant Disease. J.
Tibtech El Sever Science
Ltd., 12:133.
Gudjarnason, S. 1999. Bioactive
Marine Natural Product. Rit
Fiskideilar. 16: 107-110
Gunawan, O.S. Pengaruh Cahaya damn
Tempat Penyimpanan Bibit
Kentang di Gudang Terhadap
Serangan Hama Penyakit
Gudang. Bandung.
Haque, M. M, M. S. Kabir, L. Q. Aini,
H. Hirata dan S. Tsuyumu.
2009. SlyA, a MarR Family
Transcriptional Regulator, Is
Essential for Virulence in
Dickeya
dadantii
3937.
Journal of Bacteriology. 191
(17).
Holt, J.G., N. R. Krieg., P. H. Sneath.,
J. T. Staley dan S. T.
Williams. 1994. Bergey’s
Manual of Determinative
Bacteriology 9th Edition.
USA: Williams and Wilkins
Baltimore.
Kartini, E. 2014. Pengembangan BioBakterisida
Yang
Memanfaatkan Bahan Aktif
Bakteri Endofit Potensial
Antagonis
Untuk
Mengendalikan
Erwinia
carotovora Di Umbi Kentang.
Jurnal Jurusan HPT. Fakultas
Pertanian.
Universitas
Brawijaya. Malang.
Maemunah., S. 2008. Masker Lumpur
Lapindo. Diakses 26 Januari
2015
Pracahyo. R., K. Khamdan., W. Gede.,
2014. Kajian Potensi Bakteri
Lumpur Lapindo Sebagai
115
Daulay et al., Potensi bakteri bermanfaat dari lumpur...
Agen
Hayati
Terhadap
Pyricularia oryzae dan Agen
Biostimulan pada Tanaman
Padi.
E-Jurnal
Agroekoteknologi
Tropika.
Universitas Udayana
Sahat, S. dan A.A. Ashandhi, 1995.
Evaluasi
Hasil
PenelitianKentang
dalam
Pelita
V.
Puslitbang
Hortikultura Jakarta. 5 (2):
108 – 117
Thakuria, D., N. C. Taluksar., C.
Goswami., S. Hazarika., R. C.
Boro dan M.R. Khan. (2004).
Characterization
and
screening of bacteria from
rhizosphere of rice grown in
acidic soil of Assam. Current
Science, 86(7): 978-985.
Usman E, M. Salahudin., D.A.S
Ranawijaya., dan J. P
Hutagaol.,
2006.
Dalam
Simposium
Nasional;
Pembangunan
Lumpur
Porong-Sidoarjo ke Laut.
Surabaya.
Wakimoto, S. et al. 1986. Production
of
antibiotics by Plant
Pathogenic
Pseudomonas.
Ann. Phytopathology Society.
Japan. 52: (835-842)
Weisblum, B. dan J, Davies. 1968.
Antibiotic Inhibitors of the
Bacterial
Ribosome.
American
Society
for
Microbiology. 32 (4).
Zhang, Y. 2004. Biocontrol of Sclerotia
Stem Rot of Canola by
Bacterial Antagonist and
Study
of
Biocontrol
Mechanismme
Involved.
Thesis. Departement of Plant
Scince,
University
of
Manitoba Canada
116
Download