TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB VI ANALIS IS 6.1. ANALIS IS PERENCANAAN Pada Analisis perencanaan ini terdapat pengidentifikasian kegiatan dan para pelaku yang terdapat di M useum arsitektur tersebut. Analisis perencanaan ini bertujuan untuk mengetahui segala kegiatan yang terjadi pada M useum arsitektur beserta para pelakunya dan pada akhirnya diperoleh ruang-ruang yang memang diperlukan untuk mewadahi segala kegiatan atau aktifitas oleh para pelaku yang berada pada M useum arsitektur. 6.1.1. IDENTIFIKAS I Pada identifikasi ini terbagi atas dua bagian, yaitu : a. Identifikasi kegiatan, dan b. Identifikasi pelaku Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas para pelaku beserta aktifitas-aktifitas yang terjadi pada M useum arsitektur. Identifikasi ini diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak ruangruang yang harus dipenuhi dalam M useum arsitektur tersebut. 6.1.1.1. IDENTIFIKAS I KEGIATAN Identifikasi kegiatan ini meliputi kegiatan yang menjadi kebiasaan pada sebuah M useum. Dalam M useum arsitektur di Yogyakarta tersebut didalam penerapan atau pelaksanaan yang terdapat pada M useum tersebut dibagi terbagi menjadi 5 kelompok kegiatan yaitu : a. Kegiatan Edukasi Kegiatan edukasi merupakan kegiatan yang diadakan pada ruang lingkup M useum arsitektur tersebut. Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman para pengunjung untuk berarsitektur bahwa dengan memamerkan segala karya arsitektur pada M useum tersebut memberikan citra yang luas bahwa arsitektur tidak melulu 119 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA berkaitan dengan sebuah bangunan tetapi juga dari bidang lainnya. Selain pengalaman, pengunjung M useum arsitektur dituntut untuk lebih memahami apa arsitektur setelah pengunjung arsitektur tersebut menjelajahi segala isi M useum yang dipenuhi oleh berbagai hasil karya arsitektur. Kegiatan edukasi tersebut, adalah : 1. M emamerkan segala hasil karya arsitektur pada satu wadah pada M useum arsitektur tersebut. 2. M enampilkan berbagai hasil karya arsitektur pada suatu ruang pamer baik indoor maupun outdoor untuk memberikan sebuah pengalaman langsung pada pengunjung. Pengunjung dapat melihat, menonton, dan memberikan apresiasinya terhadap hasil karya yang telah dipamerkan. 3. M engadakan sebuah workshop, seminar, ataupun pelatihan mendesain daripada arsitektur untuk memberikan sebuah pengalaman dan pemahaman secara langsung pada pengunjung. b. Kegiatan Pariwisata Kegiatan pariwisata lebih mengedepankan untuk menghibur para pelaku yang terdapat pada M useum arsitektur salah satunya pengunjung. M useum arsitektur sebagai wadah untuk rekreasi bagi pengunjung yang datang ke tempat tersebut. c. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi yang terdapat pada M useum arsitektur adalah menangani secara langsung administrasi yang dibutuhkan M useum arsitektur tersebut. Kegiatan administrasi yaitu menangani sebuah event atau pameran yang akan berlangsung pada M useum arsitektur tersebut, merencanakan pameran-pameran yang akan berlangsung pada M useum, dan mengatur segala administrasi yang 120 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA terdapat pada M useum seperti keuangan, perijinan, dan masalah administrasi lainnya. d. Kegiatan Promosi Kegiatan promosi dilakukan dalam pelaksanaan sebuah event berupa pameran, workshop, maupun seminar yang akan diadakan pada M useum arsitektur. Pada kegiatan promosi yaitu mempublikasikan berbagai event yang akan diselenggarakan di M useum tersebut. e. Kegiatan Penunjang Berbagai kegiatan penunjang pada sebuah M useum pada umumnya yaitu sebuah fasilitas yang terdapat pada M useum seperti misalnya café atau sebuah ruang makan yang menjadi fasilitas penunjang pada M useum arsitektur. Tak hanya fasilitas kegiatan penunjang saja tetapi kegiatan yang dapat memperlancar segala kegiatan lainnya di M useum tersebut. Kegiatan tersebut yaitu memberikan rileksasi pada para pengunjung berupa sebuah taman yang dibuat di M useum tersebut. Pengunjung dapat duduk sambil berbincang-bincang dengan pengunjung lainnya sambil memberikan apresiasi antara pengunjung satu dengan lainnya. 6.1.1.2. IDENTIFIKAS I PELAKU Identifikasi pelaku meliputi para pelaku kegiatan dan asumsi jumlah para pelaku yang terdapat pada M useum Arsitektur di Yogyakarta, adalah sebagai berikut : Tabel 6.1. Identifikasi Pelaku Museum Arsitektur Director •Kepala/pemilik Museum •Wakil Kepala Museum 121 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Sub Bagian Tata Usaha/administrasi •Pimpinan Bagian Tata Usaha/administrasi •Staff Keuangan •Staff Administrasi •Staff Personalia/Humas Seksi Pameran dan Edukasi •Kepala Pameran dan Edukasi •Kurator •Staff Penata Display •Staff Guide •Staff Receptionist •Staff Seminar/Workshop Seksi Koleksi dan Dokumentasi Seksi Operasional Seksi Keamanan Visitor •Kepala Koleksi dan Dokumentasi (Staff bagian koleksi •Staff bagian dokumentasi • Kepala Operasional • Staff Operasional Harian (Cleaning Servis) • Staff Penata Lampu/mechanical (Pengurus Utilitas) • Kepala Bagian Keamanan • Staff Keamanan • Pengunjung Pameran •Pelajar (SD-SMA) •Mahasiswa •Umum • Komunitas Seni • Komunitas Arsitektur Dari 5 kelompok kegiatan maka dapat dipilih kembali 7 kelompok kegiatan yang lebih spesifik yang mengikuti susunan organisasi pada sebuah M useum yang telah ada dari berbagai sumber. 122 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 7 sub kelompok lebih menekankan masing-masing kegiatan secara spesifik pada M useum arsitektur, yaitu : Tabel 6.2. Identifikasi Kegiatan bagian Director Tabel 6.3. Identifikasi Kegiatan bagian Sub Bagian Tata Usaha/administrasi 123 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.4. Identifikasi Kegiatan bagian Seksi Pameran dan Edukasi 124 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.5. Identifikasi Kegiatan bagian Seksi Koleksi dan Dokumentasi 125 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.6. Identifikasi Kegiatan bagian Seksi Operasional Tabel 6.7. Identifikasi Kegiatan bagian Seksi Keamanan 126 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.8. Identifikasi Kegiatan Visitor Tabel 6.9. Identifikasi Kegiatan Artist 127 6.1.1.3. Pola Kegiatan KELO MPO K PELAKU Pe ngelola JABATAN/KLASIFIK ASI PELAKU Director President & CEO Assistant to the President JUMLAH PELAKU 1 1 Collections, Access, Learnings, and Exhibits Vice President (Deputy 1 Director) 1 Administrative Assistant Conservation and Collection Management Division Head/Director 1 Conservation and Collection Management JENIS KEGIATAN Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Memimpin pengelolaan Mengawasi kerja pegawai Mengevaluasi kerja pegawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Memimpin pengelolaan Mengawai kerja pegawai Mengevaluasi kerja pegawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Memantau dan mengevaluasi kerja staff Menerima tamu Koordinasi, rapat , briefing, evaluasi, dsb Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (mck) SIFAT KEGIATAN ZO NA FUNGSI Publik Publik Privat Privat Privat Semi Publik Privat Privat Semi Privat Semi Publik Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Service Publik Publik Privat Privat Privat Semi Publik Privat Privat Semi Privat Semi Publik Service Publik Publik Privat Semi Publik Semi Privat Semi Publik Service 128 Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola ALUR KEGIATAN Collection Registrar Conservator (paper, objects, and painting ) Pest control & collection Architecture Objects keeper Collection Technicians 2 5 Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Meregistrasi koleksi di museum Melakukan Perawatan dan menjaga terhadap koleksi di museum Koordinasi, rapat, briefing, evaluasi, dsb Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (mck) Publik Publik Privat Semi Publik Semi Privat Semi Publik Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengeksekusi/memilih objek yang dipamerkan Koordinasi, rapat, briefing, evaluasi, dsb Istirahat, santai, makan-minum Publik Publik Privat Semi Privat Semi Publik Lavatory (mck) Service Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Publik Publik Privat Pengelola Pengelola Pengelola Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Melakukan penelitian terhadap koleksi museum yang terbaru maupun kuno. Membuat laporan Koordinasi, rapat, briefing, evaluasi, dsb Istirahat, santai, makan-minum Privat Semi Privat Semi Publik Lavatory (mck) Service Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi dan mengevaluasi kerja pegawai Publik Publik Privat Pengelola Pengelola Pengelola 1 8 3 Service Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Curator Curator (art, history, objects) Research Head of Research Archivist 3 1 4 Visitor Experiene and Education Program Manager 1 129 Museum Educator Education Program Coordinator (public community, member,and school) Information Service Exhibitions & Contemporary Production Manager Production Technicians Graphic Design Coordinator Graphic Designer Marketing Exhibit Designer Graphic Technician Exhibits Coordinator Public Affairs and Marketing Head of Public Affairs and Marketing 10 3 1 7 1 1 2 2 1 1 Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Memberikan experience kepada pengunjung Mengawasi Membuat laporan Memberikan informasi kepada pengunjung Koordinasi, rapat, briefing, evaluasi, dsb Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (mck) Publik Publik Publik Publik Privat Publik Semi Privat Semi Publik Service Pengelola Pengelola Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Publik Publik Privat Privat Privat Privat Semi Privat Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi dan mengevaluasi kerja pegawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Merencanakan, menata, mendesain, dan mengatur sebuah exhibition Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Semi Privat Semi Publik Lavatory (MCK) Service Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi dan mengevaluasi kerja pegawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Publik Publik Privat Privat Privat Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Service 130 Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Press and Public Affairs Communication Specialist (press and public relationship) Marketing and Sponsorship Marketing Specialist (publication), Human Resources Manager Human Resources Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) 2 2 Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Menjadi juru bicara dalam sesi press Merencanakan dalam segi pemasaran atau publikasi Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum 1 Privat Semi Privat Semi Publik Service Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Publik Publik Semi Privat Privat Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Service Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengatur pengawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Service Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi dan mengevaluasi para staffnya Menerima tamu Merekap hasil dana dari para pendonor suka rela Publik Publik Privat Privat Privat Privat Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Publik Publik Privat Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Development Head of Development External Relations (member and donor) Fund Development Coordinator 1 2 1 131 Retail Store Manager Store Cashier Central Services Head of Central Services 1 1 1 Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi dan mengevaluasi para staffnya Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Memberikan informasi Mengatur jual-beli di retail shop Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengatur pengawai Menerima tamu Melakukan penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Privat Semi Privat Semi Publik Service Publik Publik Privat Semi Publik Privat Privat Publik Publik Semi Privat Semi Publik Service Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Service 132 Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pendukung Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Finance Finance and Admin Assistant Accountant Ticketing Security and Building Services Manager 1 2 4 1 Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengatur keuangan Mengatur jual-beli tiket Penjadwalan, dsb Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengatur pengawai Menerima tamu Melakukan Membuat laporan Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Publik Publik Privat Publik Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Service Publik Publik Privat Privat Privat Privat Privat Semi Privat Semi Publik Service 133 Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Security Supervisor Security Cleaning Services Parking Attendant Office Boy Mechanical Engineering Technician Pengunjung Pelaku Eksternal Anak-anak (sekolah) Remaja (sekolah, publik, dan member community) Dewasa (publik dan member community) Media Cetak Media Elektronik 1 5 5 4 4 2 2 250 250 500 15 10 Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mengawasi pameran Mengawasi kendaraan Menjaga kebersihan didalam museum Merawat utilitas dalam gedung Briefing, koordinasi, rapat, evaluasi Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Membeli tiket masuk Mencari informasi Melihat/mengapresiasi segala isi museum/exhibition/event Belajar, beredukasi secara langsung (workshop) Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Parkir Masuk menentukan arah (orientasi) Mencari informasi Publik Publik Publik Publik Publik Privat Semi Privat Semi Publik 134 Service Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola Pengelola & Pendukung Pengelola Publik Publik Publik Publik Publik Service Pendukung Pendukung Pendukung Exhibition Publik Publik Service Pendukung Pendukung Pendungkung Publik Publik Publik Service Pendukung Pendukung Penyewa retail shop Peserta Exhibition Menunggu Melakukan peliputan langsung Mencari dan mengirim liputan exhibition Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Publik Publik Publik Publik Service Pendukung Exhibition Pendukung Pendukung Pendukung Parkir Publik Masuk menentukan arah (orientasi) Publik Mencari informasi Koordinasi, rapat, evaluasi Menyimpang barang Menjual/menawarkan barang Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) Service & Pengelola Pengelola & Pendukung Pendukung Pengelola Pengelola Pendukung Pendukung Pendukung 8 / bulannya Parkir (asumsi 1 event dalam seminggu, dengan peserta tiap eventnya 110 orang) Masuk menentukan arah (orientasi) Mencari informasi Koordinasi, rapat, evaluasi Menyiapkan barang yang akan dipamerkan Membantu merencanakan exhibition Istirahat, santai, makan-minum Lavatory (MCK) 1 Publik Semi Privat Privat Publik Publik Service Publik Publik Publik Semi Privat Semi Privat Semi Privat Publik Publik Service 135 Service & Pengelola Pendukung Pendukung Pengelola Pengelola Pengelola Pendukung Pendukung Pendukung TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 6.1.2. ANALIS IS PROGRAM RUANG 6.1.2.1. BES ARAN RUANG Besaran ruang diperuntukkan untuk mencakup segala aktivitas yang terjadi pada setiap pelaku. Kebutuhan dalam sebuah besaran ruang haruslah sesuai dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan sirkulasi yang baik bagi pelaku kegiatan. Pertimbangan dalam mewujudkan besaran ruang yang sesuai dengan pelaku kegiatan harus sesuai dengan beberapa hal yang sangat terkait di dalamnya, yaitu : 1. Segala aktifitas yang terjadi para pelaku aktifitas yang dapat dilihat dari berbagai macam kemungkinan aktifitas yang telah diidentifikasi dan pola kegiatan yang telah diidentifikasi pula. 2. Kemungkinan jumlah para pelaku kegiatan yang terdapat di wadahnya tersebut. 3. Sirkulasi yang sesuai bagi para pelaku kegiatan dalam masing-masing wadahnya. Besaran ruang yang sesuai untuk kebutuhan para pelaku dengan melihat segala pertimbangan kegiatan-kegiatan yang ada pada perancangan M useum arsitektur, yaitu : 136 Tabel 6.1.0. Kebutuhan Ruang Museum Arsitektur (Analisis Pribadi) PERS YARATAN RUANG KEBUTUHAN RUANG Ruang exhibition (contemporary)/gallery (permanen) KARAKTERIS TIK RUANG FIS IK Ruangan dibuat Ruang sebagai wadah untuk pameran harus pameran segala telindung dari koleksi pameran baik gangguan, permanen atau pencurian, contemporary. kelembapan, kering, dan Bersifat tanpa batas, debu dinamis, dan tertata. M endapatkan cahaya terang, merupakan bagian dari pameran yang baik Sudut pandang normal adalah 27o atau 54o (30o-40o time saver standarts) Jarak pandang tergantung seberapa besar objek yang dipamerkan (min 100-122 cm, semakin besar objek, maka semakin jauh jarak pandangnya) M embutuhkan dinding yang tinggi (kurang lebih 12 feet = 365,76 cm, untuk mendapatkan fleksibel tinggi memakai ukuran 20 feet NON FIS IK M emberikan suasana nyaman baik visual maupun thermal M emiliki kualitas visual dari objek terhadap pandangan pengunjung M asingmasing ruang pameran dapat memberikan suasana pameran antara yang satu dengan lainnya M emiliki karakter dinamis, flexible, santai, bebas, teratur, aktraktif, dan memiliki aksesbilitas yang tinggi KAPAS ITAS MANUS IA – PERLENGKAPAN & PERALATAN 500 orang (450 orang + 50 (25 difabel dan 25 berkursi roda) (3.66m x 0.93m x 2sisi = 6.8m2 ) (3.66m x 1m x 2sisi = 3.66 ) (asumsi memakai rata-rata tinggi dinding 12ft = 3.66m (jarak pandang manusia terhadap objek)) Kebutuhan untuk objek pameran 3-5m2 (asumsi 1 ruang = 10 koleksi ) 137 PERHITUNGAN BES ARAN RUANG 6.8m2 x 475orang = 3230m2 3.6m2 x 25orang = 90m2 5m2 x 100koleksi = 500m2 (total : 3820m2 (Untuk 10 ruang maka per ruang adalah 382m2) S IRKUL AS I JUMLAH RUANG 40% 10 (8 ruang gallery permanen dan 2 ruang exhibition) LUAS TOTAL 5348m2 = 609.6 cm) Pemakaian dinding permanen dan dinding tidak permanen sebagai ruang Bentuk ruang yang flexible untuk museum adalah kotak Terdapat rel lampu di plafon yang digunakan sebagai sumber pencahayaan buatan yang fleksibel untuk memberikan pencahayaan pada objek pameran (posisi pencahayaan tergantung dimensi objek) Ruang pertunjukkan/seminar/mi ni theater Ruang memiliki performance sebuah event yang M emiliki fungsi tinggi ruang dari diatas ratarata Ruang yang dipusatkan sebagai pandangan penonton, memiliki sifat entertainment yang tinggi Study room/workshop Ruang yang digunakan sebagai tempat edukasi para pengunjung Skala wajar M udah diakses M enciptakan suasana interaktif antara penonton dengan performer, santai memberikan kenyamanan secara visual, thermal, maupun sirkulasi M aksimal untuk 20 orang (stage) (@2,23m2) Penonton untuk 150 orang (@0,93m2) M enciptakan suasana edukatif, aktratif, dan memberikan kenyamanan Untuk 25 orang + perabotan (@0,93m2 + 0.325m2 + 1.22m2 = 2,475m2) 20 x 2,23m2 = 44.6m2 150 x 0,93m2 = 139,5m2 20% 40% 1 53.52m2 Pembulatan : 54m2 195,3m2 Pembulatan : 195m2 Total : 239m2 138 25 x 2,475m2 = 61,875m2 40% 2 173,25m2 Pembulatan : 173m2 secara visual maupun thermal Research room Ruang Koleksi Registrar room Exhibtion (outdoor) Ruang yang digunakan sebagai ruang bagi peneliti meneliti koleksi Ruang yang digunakan sebagai gudang koleksi di museum Ruang yang digunakan sebagai tempat registrasi koleksi Skala wajar Lebih privat M emberikan kenyamanan thermal Tertata dan teratur Skala wajar M emberikan kenyamanan Lebih privat Berada dekat thermal dengan ruang koleksi Skala wajar Lebih privat Ruangan dibuat Ruang dibuat sebagai wadah untuk lebih bebas pameran segala Dapat menjadi koleksi pameran baik point of permanen atau interest contemporary. Bersifat tanpa batas, dinamis, dan tertata. Ruang kurator Ruang yang digunakan kurator untuk memilih koleksi yang akan dipamerkan M emberikan kenyamanan thermal Skala wajar Lebih privat M emberikan suasana nyaman baik visual maupun thermal M emiliki kualitas visual dari objek terhadap pandangan pengunjung M emberikan kenyamanan thermal 40% 1 14.756m2 Pembulatan : 15m2 4 x 0,6m x 0,6m = 1,44m2 1 x 2,15m x 2,15m = 4,62m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) 1 x 0,5m x 2m = 1m2 2 x 0,6m x 1,2m =1,44m2 2 x 0,6m x 1,2m = 1,44m2 1 x 1m x 0,6m = 0,6m2 100 x 1m2 = 100m2 40% 1 140m2 2 x 0,6m x 0,6m = 0,72m2 1 x 2,15m x 2,15m = 4,62m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) 1 x 0,5m x 2m = 1m2 2 x 0,6m x 1,2m =1,44m2 2 x 0,6m x 1,2m = 1,44m2 1 x 1m x 0,6m = 0,6m2 40% 1 13,748m2 Pembulatan : 14m2 6.8m2 x 175orang = 11900m2 40% 1 1802m2 3.6m2 x 25orang = 90m2 5m2 x 50koleksi = 250m2 4 x 0,6m x 0,6m = 1,44m2 1 x 2,15m x 2,15m = 4,62m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) 1 x 0,5m x 2m = 1m2 2 x 0,6m x 1,2m =1,44m2 40% 1 10,54m2 Pembulatan : 11m2 4 orang 1 set meja kursi 1 papan pengumuman 2 file cabinet 2 lemari alat 1 meja kecil 1 koleksi membutuh setidaknya @1m2 tempat penyimpanan Koleksi untuk 100 koleksi 2 orang 1 set meja kursi 1 papan pengumuman 2 file cabinet 2 lemari alat 1 meja kecil 150 orang (100 orang + 50 (25 difabel dan 25 berkursi roda) (3.66m x 0.93m x 2sisi = 6.8m2 ) (3.66m x 1m x 2sisi = 3.66 ) 4 orang 1 set meja kursi 1 papan pengumuman 2 file cabinet 2 lemari alat 139 Lavatory pengunjung Fasilitas toilet bagi pengunjung M udah diakses Bersih dan Lavatory pria nyaman Kapasitas = 10 Closet = 3 Urinal = 3 Wastafel = 2 Lavatory wanita Kapasitas = 10 Closet = 3 Wastafel = 2 PERS YARATAN RUANG KEBUTUHAN RUANG Lobby KARAKTERIS TIK RUANG Ruang digunakan penentu pelaku FIS IK yang sebagai orientasi Resepsionis/Ruang informasi Ticket box Ruang yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada para pengunjung Ruang melayani tiket yang jual-beli Café & restaurant M erupakan retail store yang mengkhususkan pada area makan- NON FIS IK KAPAS ITAS MANUS IA – PERLENGKAPAN & PERALATAN 100 orang (@0.93m2) 2 10 x 0,6m x 0,6m = 3,6m 3 x 1,25m x 1,6m =6m2 3 x 0,8m x 0,8m = 1,92m2 2 x 1,5m x 0,9m = 2,7m2 10 x 0,6m x 0,6m = 3,6m2 3 x 1,25m x 1,6m = 6m2 2 x 1,5m x 0,9m = 2,7m2 PERHITUNGAN BES ARAN RUANG 30% 1 S IRKUL AS I JUMLAH RUANG 34,476m2 Pembulatan : 35m2 LUAS TOTAL 30% 1 120,9m2 Pembulatan : 121m2 4 orang (@0,36m2) 1 set meja resepsionis 4 x 0,36m2 = 1,44m2 2 x 0,6m x 0,8m = 0.96m2 1 x 0,8m x 2,5m = 2m2 40% 1 6,16m2 Pembulatan 7m2 4 orang 1 ticket box melayani 250 orang, tiap ticket box : - 1 orang petugas - 1 meja - 1 kursi - area antri 25 orang 60 orang 15 set meja kursi makan (@4 kursi+1 meja 1 x 0,6m x 0,6m = 0,36m2 1 x 1,2m x 0,6m = 0,72m2 1 x 0,6m x 0,8m = 0,48m2 25 x 0,6m x 0,6m = 9m2 30% 4 13,728m2 Pembulatan 14m2 40% 1 238,7035m2 Pembulatan : 239m2 M emberikan kemudahan dalam menentukan orientasi M emiliki akses yang baik karena menghubung kan ke segala ruang M enjadi point of interest Bersifat informatif dan interaktif M emiliki suasana yang interaktif, informative, dan teratur Bersifat terbuka agar selain berguna 2 x 0,6m x 1,2m = 1,44m2 1 x 1m x 0,6m = 0,6m2 100 x 0,93m2 = 93m2 berada satu area dengan lobby dan resepsionis hanya dapat diakses oleh pengelola Area berada menjadi satu dengan retail store lainnya M emiliki akses yang baik karena menghubung kan ke segala ruang Berdekatan dengan resepsionis dan ticket box 1 meja kecil 140 60 x 0,8m x 0,8m = 38.4m2 15 x 4 x 0,8m x 0,8m = 38,4m2 15 x 0.7225m2 = 10,8375m2 minum, bersantai, nongkrong, sebagainya tempat sebagai area makanminum tetapi juga sebagai tempat yang santai untuk melihat pameran dan (pxl=85cm)) 2 wastafel counter makanan 1 kasir 1 dapur 1 toilet pegawai 1 gudang penyimpanan Ruang Pegawai Kapasitas 15 orang Pegawai restaurant : 15 (locker diasumsikan 15:3) = 5 buah 2 ruang ganti 1 kursi panjang (@2m) Retail Store (book store, merchandise, etc) ATM Center Ruang digunakan sebagai area komersial yang melayani jual-beli segala barang dari museum M erupakan fasilitas pendukung bagi museum arsitektur M enjadi satu dengan retail store lainnya yaitu café & restaurant M emliki gudang penyimpana n dan memiliki letak yang sangat strategis di museum arsitektur Berada pada 1 ruang tertentu M emiliki sekat antara 1 atm dengan atm 2 x 0,8m x 0,6m = 0,96m2 1 x 0,7m x 2,5m = 1,75m2 1 x 1,5m x 1,8m = 2,7m2 1 x 3,5m x 12,5m = 43,75m2 1 x 1,25m x 1,6m = 2m2 1 x 3m x 3m = 9m2 (Asumsi 1 gudang 3m x 3m) 15 x 0,6m x 0,6m = 5,4m2 5 x 0,5m x 0,6m = 1,6m2 2 x 1,2m x 1,5m = 3,6m2 1 x 0,5m x 2m = 1m2 Pengelola 2 set meja kursi kerja - 2 x 2,15m x 2,15m = 9,245m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) - 2 x 0,6m x 0,8m = 0,96m2 - 1 x 0,6m x 1,5m = 0,9m2 30 X 0,8m x 0,8 = 19,2m2 1 kasir 1 gudang penyimpanan Area display 1 x 1,5m x 1,8m = 2,7m2 1 x 4m x 4m = 9m2(asumsi) Area display diasumsikan 10m x 10m = 100m2 4 mesin ATM Diasumsikan 8 orang dalam ruang tersebut M emberikan sebuah area yang interaktif dan aktratif agar menarik perhatian pengunjung Bersifat sangat privat dan harus dapat menjamin keamanan pengguna 2 kursi tambahan 1 file cabinet 30 orang 141 4 x 2m x 2m = 12m2 8 x 0,6m x 0,6m = 2,88m2 40% 1 30% 1 183,26m2 Pembulatan : 184m2 14,88m2 Pembulatan : 15m2 lainnya PERS YARATAN RUANG KEBUTUHAN RUANG Resepsionis/ruang informasi Ruang tamu Ruang pegawai/locker Ruang rapat KARAKTERIS TIK RUANG FIS IK Sebagai ruang Berhubungan informasi bagi para langsung tamu dengan area lobby Ruang yang M emiliki digunakan sebagai skala ruang tempat berdiskusi yang wajar antara tamu dengan Berada dekat pengelola dengan respesionis Ruang yang dipergunakan untuk menyimpan barang pribadi sekaligus tempat presensi para staff Ruang yang digunakan briefing dan evaluasi pada para staff, manager, dan direksi NON FIS IK Bersifat komunikatif dan informatif Bersifat privat, santai, dan nyaman KAPAS ITAS MANUS IA – PERLENGKAPAN & PERALATAN 2 orang 1 set meja-kursi respsionis 2 x 0,36m2 = 0.72m2 2 x 0,6m x 0,8m = 0.96m2 1 x 0,8m x 2,5m = 2m2 40% 1 5,152m2 Pembulatan 6m2 7 orang 7 kursi tamu 1 meja tamu 7 x 0,6m x 0,6m = 2,52m2 7 x 0,9m x 0,9m = 5,67m2 1 x 0,9m x 1,8m = 1,62m2 40% 1 13,73m2 Pembulatan 14m2 Locker 20 2 kursi panjang (@2m) Kapasitas 15 orang 20 x 0,5m x 0,6m = 6m2 2 x 0,9m x 2m = 3,6m2 15 x 0,6m x 0,6m = 5,4m2 40% 1 21m2 25 orang 1 set meja kursi rapat (1 meja, 25 kursi) 1 papan tulis 1 file cabinet 1 set LCD + screen 1 lemari 40% 1 53,02m2 Pembulatan : 54m2 25 x 0,6m x 0,6m = 9m2 25 x 0,6m x 0,8m = 12m2 25 x 0,7m x 0,7m = 12,25m2 1 x 0,5m x 2m = 1m2 1 x 0,6m x 1,5m = 0,9m2 1 x 0,5m x 4m = 2m2 1 x 0,6m x 1,2m = 0,72m2 4 x 0,6m x 0,6m = 1,44m2 1 x 1,5m x 1,5m = 2,25m2 1 x 2,5m x 3,5 = 8,75m2 30% 1 16,172m2 Pembulatan : 17m2 (@9,725m2) 40% 1 13.615m2 Pembulatan : 14m2 (@8,525m2) 40% 1 11.935m2 Hanya dapat dimasuki oleh para staff Skala ruang wajar Bersifat tertutup dan privasi M emberikan rasa nyaman M emberikan susasana formal Interaktif dan komunikatif Berupa ruang tertutup Skala ruang wajar Pantry Sebagai ruang untuk melayani seluruh staff Skala wajar M udah diakses Suasana santai Ruang kerja Presiden Ruang yang digunakan sebagai area kerja president/CEO/owne r Ruang kerja khusus Dibatasi oleh dinding/partis i Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif Ruang 4 orang 1 set meja kursi 1 pantry set (sink, kompor, meja saji, lemari, lemari es, dispenser) 5 orang 1 set meja kursi kerja 2 kursi tambahan 1 file cabinet 3 orang Ruang kerja vice Ruang yang Ruang kerja 142 PERHITUNGAN BES ARAN RUANG S IRKUL JUMLAH AS I RUANG LUAS TOTAL president/direksi digunakan sebagai area kerja para direksi khusus Dibatasi oleh dinding/partis i Ruang kerja sekretaris Ruang kerja staff (manager) Ruang yang digunakan sebagai asisten dari para direksi Ruang yang digunakan oleh para staff (manager) Ruang Kerja staff Ruang yang digunakan oleh para staff Ruang CCTV Ruang yang digunakan untuk memantau keamanan dan ketertiban museum Tidak harus berupa ruang tertutup Berdekatan dengan ruang direksi Skala ruang wajar Ruang kerja bersifar lebih tertutup M udah dalam pemantauan kerja Skala ruang wajar Ruang kerja bersifar lebih terbuka M udah dalam pemantauan kerja Berupa ruang tertutup Ruangan teratur Ruang Cleaning service dan OB Ruang digunakan oleh cs dan OB untuk area kerjanya Skala ruang warjar Berdekatan dengan ruang pantry Lavatory kantor pengelola Fasilitas toilet bagi pengelola M udah diakses bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif 1 set meja kursi kerja 2 kursi tambahan 1 file cabinet 1 orang 1 set meja kursi kerja 1 file cabinet (@3,35m2) 40% 2 9,38m2 Pembulatan : 10m2 2 orang 1 set meja kursi kerja 1 file cabinet (@4,28m2) 40% 9 5,992m2 Pembulatan : 6m2 Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif 1 orang 1 set meja kursi kerja 1 file cabinet (@3,35m2) 40% 80 375,2m2 Pembulatan : 376m2 Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif 3 orang 1 meja panjang (area untuk peralatan, monitor,dsb) 2 set meja kursi kerja 3 x 0,6m x 0,6m = 1,08m2 1 x 0,6 x 2,5m = 1,5m2 60% 1 18,928m2 Pembulatan : 19m2 2 x 2,15m x 2,15m = 9,25m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) Ruang bersifat privat Ketenangan terjaga Suasana kondusif 9 orang 2 set meja kursi (@1 meja, 4 kursi) 40% 1 19,432m2 Pembulatan : 20m2 2 lemari 1 papan pengumuman 30% 1 20,254m2 Pembulatan : 21m2 Pembulatan : 12m2 Bersih dan Lavatory pria nyaman Kapasitas = 5 143 9 x 0,6m x 0,6m =3,24m2 2 x 1,8m x 2,4m = 8,64m2 (Asumsi 1 set meja kursi 1,8m x 2,4m) 2 x 0,6m x 1m = 1m2 1 x 0,5m x 2m = 1m2 5 x 0,6m x 0,6m = 1,8m2 2 x 1,25m x 1,6m =4m2 Closet = 2 Urinal = 2 Wastafel = 1 Lavatory wanita Kapasitas = 5 Closet = 2 Wastafel = 1 PERS YARATAN RUANG KEBUTUHAN RUANG KARAKTERIS TIK RUANG FIS IK NON FIS IK Area parkir pengelola Sebagai sirkulasi Berada dekat keluar masuk pada ruang kendaraan dari luar koleksi dan dalam site Terjamin keamanannya Area parkir pengunjung Sebagai sirkulasi M udah diakses keluar masuk dari entrance kendaraan dari luar dan dalam site Terjamin keamanannya Pos Parkir Sarana dalam parkir M emberikan rasa nyaman dan aman kepada pengunjung Pos security Area yang digunakan untuk para security dalam sistem keamanan di pendukung M udah diakses pengamanan M enggunakan sistem portal Dapat secara jelas memantau seluruh area museum Terlihat sebagai pusat di area outdoor KAPAS ITAS MANUS IA – PERLENGKAPAN & PERALATAN Asumsi rasio kendaraan pengelola (total pengelola 105 orang) : M obil (15%) = 16 Sepeda motor (50%) = 53 Sepeda (20%) = 21 Kendaraan umum (15%) = 16 Asumsi rasio kendaraan pengunjung (total maks pengunjung 500orang) : M obil (40%) = 200 Sepeda motor (50%) = 250 Sepeda (10%) = 50 Kendaraan umum (7.5%) Jalan/drop (7,5%) Bus (2buah) 1 pos parkir berisi 2 orang pos parkir + 1 kursi Alat portal untuk mobil dan bis Alat portal untuk sepeda dan motor 1 pos satpam terdiri dari 2 orang + 2 set meja kursi + 1 lemari 144 2 x 0,8m x 0,8m = 1,28m2 1 x 1,5m x 0,9m = 1,35m2 5 x 0,6m x 0,6m = 1,8m2 2 x 1,25m x 1,6m = 4m2 1 x 1,5m x 0,9m = 1,35m2 PERHITUNGAN BES ARAN RUANG S IRKUL AS I JUMLAH RUANG LUAS TOTAL 16 x 3m x 5,5m = 264m2 53 x 1m x 2m = 106m2 21 x 1,5m x 0,9m = 28.35m2 40% 1 557,69m2 Pembulatan 558m2 M obil kapasitas 5 orang (200/5) x 3m x 5,5m = 660m2 M otor kapasitas 2 orang (250/2) x 1m x 2m = 250m2 50 x 1,5m x 0,9m = 67,5m2 2 x 3,5m x 13m = 91m2 50% 1 1602,75m2 Pembulatan 1603m2 1 pos parkir @1,92m2 Alat portal mobil dan bus 1 x 0,8m x 2,25m = 1,8m2 Alat portal mobil dan bus 1 x 0,8m x 1,25m = 1m2 40% 2 13,216m2 Pembulatan 14m2 1 pos satpam @3,48m2 40% 2 9,744m2 Pembulatan 10m2 Bengkel reparasi Ruang Teknisi Ruang M esin Ruang Utilitas museum arsitektur Ruang yang digunakan sebagai workshop pengelola dalam membuat peralatan untuk exhibition Berfungsi sebagai ruang yang digunakan oleh staf engineering Ruang diperuntukkan bagi mengawasi segala alat pendukung pada museum Ruang control alatalat utilitas Hanya dapat diakses oleh para pengelola Skala ruang wajar M emberikan rasa nyaman dan santai 4 orang 1 ruang penyimpanan (asumsi 6m x 6m) 4 x 0,6m x 0,6m = 1,44m2 1 x 6m x 6m = 36m2 60% 1 59,9m2 Pembulatan 60m2 M udah diakses Skala ruang wajar M emberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna 2 orang 1 set meja kursi 60% 1 16,112m2 Pembulatan 10m2 1 papan pengumuman 2 file cabinet 2 lemari alat 1 dispenser 1 meja kecil 2 x 0,6m x 0,6m = 0,72m2 1 x 2,15m x 2,15m = 4,62m2 (1 set meja kursi kerja 7’ x 7’) 1 x 0,5m x 2m = 1m2 2 x 0,6m x 1,2m =1,44m2 2 x 0,6m x 1,2m = 1,44m2 1 x 0,5m x 0,5m = 0,25m2 1 x 1m x 0,6m = 0,6m2 3 orang 2 set mesin genset 1 set mesin water treatment 2 set mesin pompa 2 set water groundtank 8 set AC outdoor unit 1 set box hydrant 3 orang 1 set trafo 2 lemari inverter & aki 2 lemari panel listrik 1 panel fire alarm 1 panel jaringan telepon 1 set box hydrant 3 x 0,8m x 0,8m = 1,92m2 2 x 2m x 4,5m = 18m2 1 x 6m x 3m = 18m2 2 x 1,5m x 3m = 9m2 2 x 3m x 7m = 42m2 8 x 1,5m x 1,5m = 18m2 1 x 0,5m x 1m = 0,5m2 60% 1 171,872m2 Pembulatan 172m2 60% 1 16,93m2 Pembulatan 17m2 Struktur tahan api Tinggi ruangan 3m Bisa dicapai hidran/mobil pemadam kebakaran Bisa dicapai hidran/mobil pemadam kebakaran M emberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna M emberikan rasa nyaman dan aman bagi pengguna 145 4 x 0,8m x 0,8m = 2,56m2 1 x 1m x 2m = 2m2 2 x 0,6m x 1,2m = 1,44m2 2 x 0,8m x 1,2m = 1,92m2 1 x 0,8m x 1,5m = 1,2m2 1 x 0,8m 1,2m = 0,96m2 1 x 0,5m x 1m = 0,5m2 6.1.2. ANALIS IS S ITE 6.1.1.1. EKS IS TING DAN LINGKUNGAN S ITE 142 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Dari perhitungnan diatas, diperkirakan luasan M useum arsitektur di Yogyakarta membutuhkan are seluas : No Area Luas Area 1 Exhibition 7777m2 2 Pengelola 590m2 3 Lobby dan Pendukung 580m2 4 Service 283m2 Luas Lahan Bangunan 9230m2 Sirkulasi indoor (selasar, koridor, dsb) 11076m2 = 20% 5 2161m2 Parkir Sirkulasi outdoor (selasar, koridor, 2593m2 dsb) = 20% Total area bangunan + area parkir 13669m2 Bangunan museum arsitektur di Yogyakarta ini direncakan memiliki bertingkat 2 hingga 3 dengan perbandingan area lantai basement : lantai dasar : lantai atas sekitar 25 : 60 : 15. M aka, luas lahan minimal untuk area bangunan adalah seluas (60% x 13669m2) = ± 8201,4m2.Karena masih diperlukan area tambahan untuk sirkulasi outdoor dan untuk open space/taman, maka diasumsikan KDB yang digunakan adalah 60%. Dengan KDB tersebut, maka luas lahan minimal yang diperlukan : ( +/- 8201,4m2 x 100/60) = 13669m2) 6.1.2.2. HUBUNGAN RUANG Secara fungsi, ruang dalam M useum arsitektur dapat tersusun dan membentuk ruang dalam ruang, ruang yang saling berkaitan, ruang-ruang yang bersebelahan, maupun ruang bersama yang menghubungkan beberapa ruang. Hubungan ruang yang terjadi dalam M useum arsitektur, yaitu : 146 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 1. Hubungan Ruang Area Exhibion Skema 6.1. Hubungan Ruang Area Exhibition 2. Hubungan Ruang Kantor Pengelola Skema 6.2. Hubungan Ruang Area Kantor Pengelola 3. Hubungan Ruang Lobby Skema 6.3. Hubungan Ruang Area Lobby 147 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 4. Hubungan Area Service Skema 6.4. Hubungan Ruang Area Service 6.1.2.3. ORGANIS AS I RUANG Ruang-ruang yang saling berhubungan satu sama lain terciptalah sebuah organisasi ruang yang kuat dalam perancangan M useum arsitektur di Yogyakarta. Organisasi ruang yang terjadi pada M useum arsitektur, yaitu : 1. Organisasi Ruang Exhibition secara mikro Skema 6.5. Skema Organisasi Ruang Exhibition secara mikro 148 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. Organisasi Ruang Kantor Pengelola secara mikro Skema 6.6. Skema Organisasi Ruang Kantor Pengelola secara mikro 3. Organisasi Ruang Service secara mikro Skema 6.7. Skema Organisasi Ruang Sevice secara mikro 149 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 4. Organisasi Ruang S ecara Mikro Exhibition Lantai 1 Skema 6.8. Skema Organisasi Ruang Sevice secara mikro 150 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 5. Organisasi Ruang S ecara Mikro Kantor Pengelola Lantai 1 Skema 6.9. Skema Organisasi Ruang Sevice secara mikro 6. Organisasi Ruang S ecara Mikro Service Lantai 1 Skema 6.1.0. Skema Organisasi Ruang Sevice secara mikro 151 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 7. Organisasi Ruang S ecara Makro Lantai 1 Skema 6.1.2. Skema Organisasi Ruang secara Makro 152 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 8. Organisasi Ruang S ecara Makro Lantai 2 Skema 6.1.3. Skema Organisasi Ruang secara Makro 6.1.3. ANALIS IS PEMILIHAN S ITE 6.1.3.1. KRITERIA PEMILIHAN S ITE Pemilihan lokasi untuk didirikannya sebuah M useum arsitektur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lokasi yang letaknya berdekatan dengan daerah pendidikan yaitu daerah yang berdekatan dengan bangunan sekolah dari pelajar maupun mahasiswa. Selain itu pula letaknya juga berdekatan dengan sebuah M useum yang sejenis ataupun berdekatan dengan sebuah M useum yang lainnya. Area lokasi yang memiliki semua hal itu memiliki sebuah potensi untuk mendorong para pengunjung untuk datang ke M useum arsitektur tersebut. Di satu sisi, kenyamanan akses dalam memberikan sebuah bangunan tersebut menjadi hal yang terpenting karena M useum arsitektur menjadi sebuah bangunan yang menjadi bangunan utama di antara bangunan lainnya pada area tersebut. Dasar pemilihan site adalah sebagai berikut: 1. Site berada dekat dengan area pendidikan yang sangat baik untuk memberikan ajakan kepada para pelajar untuk mengunjungi M useum arsitektur tersebut. 153 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. M empunyai kelebihan pada site yaitu kenyamanan akses yang memberikan sarana dan prasarana transportasi menuju site tersebut. 3. Site memiliki letak yang berdekatan dengan M useum yang sejenis. 4. M emiliki area yang mempunyai vegetasi yang masih terjaga dan asri untuk memberikan potensi untuk mendapatkan sebuah ruang-ruang luar yang dapat difungsikan misalnya sebagai ruang pamer ataupun ruang parkir yang menyejukkan ataupun kegiatan lainnya. 5. Letak site memiliki tata guna lahan sebagai tempat kebudayaan, pendidikan, dan pariwisata yang memiliki potensi bahwa nantinya di masa datang M useum yang terdapat pada site tidak berdiri sendiri tetapi bermunculan M useum-M useum lainnya. 6. Letak site juga diharuskan sebagai area pariwisata yang mendorong para wisatawan untuk mengunjungi M useum arsitektur tersebut. Dengan adanya bangunan-bangunan pariwisata yang berada di dekatnya memudahkan pengunjung untuk mengunjungi M useum tersebut. 6.1.3.2. PEMILIHAN S ITE MUS EUM ARS ITEKTUR Pemilihan site M useum arsitektur dilakukan dengan cara memberikan bobot dari ketiga alternatif site yang telah ada. Ketiga alternatif site tersebut diberikan bobot yang sesuai dengan kriteria pemilihan site untuk M useum arsitektur. Nilai pembobotan yang paling tinggi akan dipakai nantinya untuk site M useum arsitektur tersebut. 154 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Rencana tata ruang menjadi salah satu tolak ukur yang dipakai untuk mengAnalisis pemilihan site yang akan dipilih.Terdapat 3 alternatif site yang dipaparkan sebelumnya, yaitu : 1. Alternatif site yang pertama berada di jalan M angkubumi yang merupakan lahan kosong dan pada saat tertentu site tersebut digunakan sebagai lahan parkir untuk menuju jalan M alioboro yang merupakan daerah pariwisata. Gambar 6.2. Alternatif Site 1 (sumber : google earth) 155 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. Alternatif site yang kedua berada di jalan Colombo yang merupakan komplek UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang saat ini, telah dibangun sebuah tempat olahraga. Gambar 6.3. Alternatif Site 2 (sumber : google earth) 3. Alternatif site yang ketiga berada di jalan Adisucipto. Site merupakan terdapat bangunan serbaguna dan beberapa lahan kosong. Gambar 6.4. Alternatif Site 3 (sumber : google earth) 156 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Dari ketiga alternatif site tersebut akan dipilih kembali site yang akan dipakai dalam perancangan M useum arsitektur tersebut yaitu dengan memilih site yang sesuai dengan kriteria dan syarat dalam pemilihan site tersebut. Pemilihan site tersebut dilakukan dengan cara berikut ini, yaitu : Tabel 6.1.1. Pembobotan Pemilihan Site (sumber : analisis pribadi) No 1 2 3 4 5 Pembanding Tata guna lahan pada site Potensi Pendidikan Potensi Pariwisata Kedekatan letak site dengan Museum sejenis Kenyamanan akses dan sarana lain pada site TOTAL Score Alternatif Site 1 Alternatif Site 2 Alternatif Site 3 20 25 25 3 2 4 60 50 100 3 5 2 60 125 50 3 4 2 60 100 50 20 3 60 3 60 5 100 10 3 30 3 30 4 40 100 15 300 16 325 20 350 Dari ketiga alternatif site tersebut maka alternatif site yang ke-3 yang menjadi pilihan site dalam perencanaan dan perancangan M useum arsitektur di Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan site ke-3 memiliki kriteria yang cocok dengan kriteria pemabngunan M useum. 6.1.3.3. S ITE MUS EUM ARS ITEKTUR DI YOGYAKARTA Site yang dipilih adalah yang berlokasi dengan dengan M useum Affandi dan berada dekat dengan area pendidikan yaitu SM A Kolose De Britto dan UIN Kalijaga. Kawasan tersebut masih tergolong berupa daerah perkantoran tetapi sirkulasi yang strategis dalam membangun sebuah M useum arsitektur tersebut memiliki potensi yang sangat besar. Site tersebut berbatasan dengan daerah atau tempat lain, yaitu : 1. Batas Utara : Jalan adisucipto 2. Batas Timur : Gedung Pacific 3. Batas Selatan : SM A Kolose Debritto 4. Batas Barat : Jalan Demangan 157 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Site tersebut memiliki Luas Lahan 11.615 m2 dengan KDB sebesar 60% dan untuk garis sempadan bangunan yaitu 20m dari as jalan dan jalan lingkungan 0.75 m serta memiliki tinggi bangunan maksimum hingga 32m. Site tersebut menjadi lokasi untuk M useum arsitektur karena memiliki beberapa potensi yaitu : 1. M emiliki aksesbilitas yang tinggi karena site terletak dekat dengan jalan utama yaitu Jalan Adisucipto dan merupakan jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang cukup tinggi. Walaupun terbagi menjadi dua arah tetapi aksesbilitas menuju site sangat mudah. 2. M eiliki potensi pada area pendidikan karena letak site yang berdekatan dengan salah satu sekolah tinggi di Yogyakarta yaitu UIN Kalijaga dan SM A Kolose De Britto. Selain itu sekolah-sekolah setingkat Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Tinggi terdapat pada site tersebut walaupun lokasi tidak terlalu dekat yaitu SD Kanisius Demangan, Olifant Playground, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum, dan Universitas Sanata Dharma serta SM K 2 M rican Pembangunan. 3. Dari sektor pariwisata, pada site tersebut berdekatan dengan hotel yaitu Hotel Saphir dan selain itu terdapat satu hotel lagi yang sedang dalam tahap pembangunan yaitu Red Dot Hotel. Selain itu letak site yang tidak terlalu jauh dengan Plaza terbesar di Kota Yogyakarta yaitu Plaza Ambarukmo. 4. Pada site juga berada dekat dengan M useum seni rupa yaitu M useum affandi. Walaupun tidak sejenis tetapi dapat memberikan potensi untuk memberikan sebuah area yang ideal untuk dibangunnya sebuah M useum arsitektur. Keadaan di sekitar lokasi site adalah sebagai berikut: 1. Intensitas kendaraan sangat tinggi di batas utara yaitu jalan Adisucipto yang terbagi dua jalur yang yang dibatasi oleh 158 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA pembatas jalan yang memungkinkan kendaraan dari arah barat untuk memutar dahulu untuk menuju site tersebut. 2. Lokasi site berada dekat dengan pertigaan jalan atau terdapat traffic light yang memungkin kendaraan lalu lalang pada site tersebut. Gambar 6.5.Site Museum Arsitektur di Yogyakarta (sumber : google earth) 159 keteraturan 6.1.4. ANALIS IS S ITE 6.1.4.1. EKS IS TING DAN LINGKUNGAN S ITE 160 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 6.1.4.2. ANALIS IS S ITE TERHADAP ARAH MATAHARI Gambar 6.6. Analisis Site Terhadap Arah Matahari (sumber: Analisis Pribadi) Pada site terlihat jelas pembayang yang terjadi oleh sinar matahari yang datang dari arah timur menuju ke barat. Dapat secara jelas hasil site yang terkena sinar matahari dan yang tidak terkena dengan sinar matahari. Tabel 6.1.1. Tanggapan Analisis Site Terhadap Arah Matahari (sumber : analisis pribadi) ANALIS IS TANGGAPAN 1. Dari analisis yang telah dilakukan dengan melihat bayangan yang terjadi akibat arah matahari dari timur menuju barat penutup digunakan pada sisi timur maupun barat. 2. Vegetasi yang telah ada pada site digunakan sebagai barrier pembantu dari sinar matahari 161 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA yang masuk ke dalam ruang. 3. Sinar matahari juga dimaksimalkan pada sisi timur maupun barat yang membuat adanya pembiasan cahaya yang masuk dalam ruang/site yang dipergunakan sebagai estetika bangunan atau pencahayaan alami. 162 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 6.1.4.3. ANALIS IS S ITE TERHADAP KEBIS INGAN Gambar 6.7. Analisis Site Terhadap Kebisingan (sumber: Analisis Pribadi) Kebisingan yang terjadi pada arah utara yang berhadapan langsung dengan jalan besar yaitu jalan raya Laksda Adisucipto. Dengan intensitas kendaraan yang cukup tinggi. Sedangkan pada jalan yang samping barat hanya memiliki kebisingan rendah. Tabel 6.1.2. Tanggapan Analisis Site Terhadap Kebisingan (sumber : analisis pribadi) ANALIS IS TANGGAPAN 1. Pada site dibagi menjadi 3 zona utama yaitu zona publik yang diperuntukkan pada kebisingan yang tinggi, zona semi publik yang diperuntukkan pada kebisingan sedang, dan untuk zona privat diperuntukkan untuk 163 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA kebisingan yang rendah. 2. Vegetasi setempat diperlukan sebagai penahan kebisingan yang terdapat pada bagian utara. Hal tersebut untuk mengurangi kebisingan yang ada. 6.1.4.4. ANALIS IS S ITE TERHADAP VIEW Gambar 6.8. Analisis Site Terhadap View (sumber: Analisis Pribadi) Pada site pada arah utara dan barat saja yang dapat memperlihatkan view ke luar site ataupun ke dalam site. 164 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.1.4. Tanggapan Analisis Site Terhadap View Sekitar (sumber : analisis pribadi) ANALIS IS TANGGAPAN 1. Pada pandangan bangunan dibuat sedemikian rupa agar memiliki pandangan ke luar site. Hal tersebut untuk memberikan view dari dalam site ke luar site itu sendiri. 2. Point of Interest dilakukan pada site agar bangunan dapat terlihat mencolok dapat diketahui oleh orang-orang yang menglewatinya pada site tersebut. 3. Fascade diupayakan menjadi sebuah POI (Point of Interest) daripada bangunan M useum arsitektur tersebut. 165 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 6.1.4.5. ANALIS IS S ITE TERHADAP ARAH ANGIN Gambar 6.9. Analisis Site Terhadap Angin (sumber: Analisis Pribadi) Pada site arah angin bergertak dari arah selatan menuju ke utara. Arah angin tersebut memiliki kecepatan sedang. Data dapat memberikan gambaran arah bukaan yang baik untuk museum arsitektur pada site. Tabel 6.1.5. Tanggapan Analisis Site Terhadap Angin (sumber : analisis pribadi) ANALIS IS TANGGAPAN 1. Bukaan diletakkan pada sisi timur dan sisi barat. Hal tersebut untuk mendapatkan aliran udara yang dari sisi timur dan melewati ruang dan keluar dari bukaan sisi barat. 2. Vegetasi berupa pohon yang besar sangat 166 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA membantu menyejukkan penghawaaan pada bangunan pada site tersebut. 6.1.4.6. ANALIS IS S ITE TERHADAP AKS ES BILITAS Gambar 6.1.0 Analisis Site Terhadap Aksesbilitas (sumber: Analisis Pribadi) Aksesbilitas menuju site pada kendaraan bermesin dapat dilewati melalui jalan Adi Sucipto dari arah timur. Adapun jika kendaraan yang berasal dari arah barat dapat memutar kendaraannya untuk menuju site tersebut. 167 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 6.1.6. Tanggapan Analisis Site Terhadap Aksesbilitas (sumber : analisis pribadi) ANALIS IS TANGGAPAN 1. Pada site dibuat jalan masuk dan keluar kendaraan dari arah selatan. Untuk alternatif lainnya dapat pula jalan keluar melewati jalan yang berada disisi barat. 2. Bangunan dibuat sedekat mungkin antar massa agar dalam aksesbilitas user tidak rumit dan mempersulit user dari satu bangunan menuju bangunan lainnya. 6.2. ANALIS IS PERANCANGAN 6.2.1. ANALIS IS PERANCANGAN PROGRAMATIK 6.2.1.1. ANALIS IS PENATAAN MAS S A PADA S ITE Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan melihat organisasi ruang serta hubungan ruang telah diidentifikasi serta analisis pada site yang telah dianalisis pada berbagai sudut pandang, maka diperoleh tatanan massa pada site M useum arsitektur di Yogy akarta yaitu : 168 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.1.1 Konsep Penataan Massa Pada Site (sumber: Analisis Pribadi) Pada analisis tatanan massa ini terdapat beberapa beberapa massa utama yang terdiri dari pusat M useum itu sendiri yang terdiri dari ruang pameran baik indoor maupun outdoor dan berbagai fasilitas penunjang lainnya seperti ruang workshop dan ruang seminar. Sedangkan pada massa utama yang kedua berupa pusat 169 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA administrasi yang berupa ruang-ruang kantor yang terdapat pada M useum tersebut. Ruang-ruang tersebut digunakan sebagai administrasi daripada M useum itu sendiri. Sedangkan pada pusat servis, terletak pada ruang resepsionis yang menjadi area servis yang diperuntukkan bagi pengunjung maupun user lainnya. 6.2.1.2. ANALIS IS PERANCANGAN PENGKONDIS IAN RUANG Pada pengkodisian ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta membutuhkan perancangan yang baik yaitu dari pencahayaan ruang dan penghawaan ruang pada M useum arsitektur tersebut. 1. ANALIS IS PENCAHAYAAN RUANG Pada analisis pencahayaan ruang dibutuhkan pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan dari ruang pamer itu sendiri. Pencahayaan menjadi M useum arsitektur sangat penting bagi perancangan di Yogyakarta, karena pencahayaan merupakan salah satu upaya informasi dalam memberikan pengalaman serta pemahaman bagi user atau pengunjung yang datang di M useum arsitektur tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencahayaan ruang pada M useum arsitektur yaitu kegiatan yang terjadi pada M useum tersebut, luas ruang yang memerlukan pencahayaan tersebut, dan intensitas pencahayaan itu sendiri. Pencahayaan pada dasarnya terdiri dari dua sumber yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Dua jenis pencahayaan ini akan diolah pada perancangan M useum arsitektur di Yogyakarta. Pencahayaan alami merupakan elemen penting yang terdapat pada M useum arsitektur, karena dengan pengaruh cahaya alami memberikan sebuah ruang yang memungkinkan ruang dapat terpakai sebagai sebuah ruang pamer yang menarik 170 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA dan komunikatif. Beberapa analisis dengan penggunaan cahaya alami, yaitu : Tabel 6.1.7. Analisis Pencahayaan Alami Pada Ruang di Museum Arsitektur (sumber : analisis pribadi) Jenis pencahayaan alami dengan Kesan pada ruang pencahayaan atap (top lighting) a. S kylight Ruang bagian tengah mendapatkan cahaya yang paling besar dibandingkan yang lain. Hal tersebut memungkinkan pada ruang tengah dapat menjadi ruang pamer utama ataupun hasil karya pada bagian tengah tersebut tidak memerlukan energi untuk pencahayaan pada saat pagi hingga siang hari. b. S ingle Clerestory Pada jenis pencahayaan alami melalui atap ini, pencahayaan hanya meliputi pada bagian samping saja. Pada area di seberangnya menjadi kebalikannya yaitu lebih gelap daripada yang mendapat cahaya alami tersebut. c. S awtooth single clerestory Jenis pencahayaan alami ini dimungkinkan pada area yang sangat luas yang memungkinkan ruang yang luas tersebut mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Sangat efisien jika ruang tersebut merupakan ruang pamer yang sistem blok. d. Monitor Clerestory atau Double Jenis pencahayaan alami ini memberikan pencahayaan ruang yang mengedepankan kenyamanan. 171 Pencahayaan dari sinar TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA matahari tidak terlalu besar atau dapat dikatakan seimbang yang membuat pencahayaan dengan cahaya alami dapat menyebar secara baik dalam ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta. Untuk pencahayaan buatan, terdapat beberapa jenis lampu yang digunakan pada pencahayaan ruang pada M useum arsitektur. Lampu buatan tersebut selain memperindah hasil karya yang dipamerkan tetapi juga dituntut untuk memberikan kehangatan pada ruang-ruang pada M useum arsitektur khususnya ruang pamer yang memerlukan keseimbangan dalam suhu serta kelembapan ruang itu sendiri. Setidaknya terdapat 3 jenis lampu1 yang akan dipakai pada perancangan M useum arsitektur di Yogyakarta yaitu: a. Lampu pijar (incandescent) Lampu pijar kurang efisien dalam pencahayaan karena cahaya yang dihasilkan oleh filament yang terbuat dari bahan tungsten mempunyai efikasi lampu yang rendah. Dari keseluruhan energy pada lampu, hanya 8-10% energy saja yang menjadi cahaya. Sedangkan energy lainnya hanya menyebakan panas saja. Keuntungannya adalah panas yang ditimbulkan dapat menjaga kelembapan yang harus didapat khususnya dalam ruang pamer tersebut. 1 Satwiko, Prasasto. 2009, Fisika Bangunan, Yogyakarta 172 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.1.2. Bagian-Bagian Lampu Pijar (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar, 2011) b. Lampu fluorescent Lampu fluorescent menghasilkan 25% mempuyai energy keunggulan dalam untuk menghancurkan cahaya sehingga efikasi (lumen per watt) lampu ini 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar. Lampu ini lebih efektif dalam hal pencahayaan dan lebih terang dan tidak menghasilkan panas secara sia-sia. Gambar 6.1.3 Macam-macam Lampu Fluorescent (sumber :, http://en.wikipedia.org/wiki/Fluorescent_lamp, 2011) c. Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps) Lampu jenis ini mempunyai efikasi hingga lebih dari 95 lumen per watt yang artinya mempunyai pencahayaan yang paling terang diantara jenis lampu lainnya. 173 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.1.4 Bagian-Bagian Lampu HID (sumber :, http://www.superiorlampinc.com/product_line/images/metal_halide_lamp_2.jpg,2011) d. Lampu LED (Light Emmiting Diode) Lampu ini memiliki efisiensi lumen per watt yang tinggi di jenisnya. Kelebihan lainnya adalah tidak mengandung merkuri dan dapat memfokuskan cahaya dengan mudah tanpa tambahan alat. Gambar 6.1.5 Macam-macam Lampu LED (sumber :, http://en.wikipedia.org/wiki/Light-emitting_diode 2011) Lampu-lampu inilah yang akan memberikan pencahayaan pada ruang yang terdapat pada M useum arsitektur di Yogyakarta khususnya ruang pamer yang diupayakan pencahayaan buatan maupun alami dapat memberikan sebuah kualitas ruang yang baik pada M useum arsitektur di Yogyakarta. 174 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. ANALIS IS PENGHAWAAN RUANG Pada analisis penghawaan ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta, penghawaan ruang merupakan hal wajib yang harus dipenuhi dalam memberikan kenyamanan ruang khususnya pada ruang pamer ataupun ruang lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penghawaan ruang yaitu aktivitas yang terdapat pada ruang, volume ruang tersebut, dan segala isi yang terdapat pada ruang tersebut. Penghawaan ruang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan system penghawaan alami dan system penghawaan buatan. Untuk penghawaan alami digunakan untuk memberikan bukaan-bukaan pada bangunan yang memberikan system penghawaan secara alami. Sistem yang dimungkinkan diterapkan pada bangunan M useum arsitektur di Yogyakarta adalah dengan sistem cross ventilation agar aliran udara yang masuk silih berganti dan memberikan kenyamanan pada ruang tersebut. Untuk mendapatkan kenyamanan thermal tersebut, terdapat beberapa pedoman yaitu : a. M emperhatikan suhu pada ruang luar yaitu maksimal 28oC. b. M emperhatikan lingkungan lainnya seperti bangunan yang menghalangi masuknya udara dalam bangunan yang dapat menghalangi aliran udara yang masuk maupun keluar. c. Elemen pembatas ruang seperti dinding dan atap menjadi peranan penting karena seperti dinding harus terlindungi oleh sinar matahari secara langsung agar tidak mendapakan panas secara berlebihan. Pengolahan plafon dapat mencegah terjadinya panas atas yang masuk ke dalam ruang di bawahnya. d. Vegetasi pada ruang luar memberikan kesejukan pada ruang didalamnya. 175 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.1.6 sistem cross ventilation (sumber :, http://www.energywise.govt.nz/sites/all/files/cross-ventilation.gif, http://www.architecture.uwaterloo.ca/faculty_projects/terri/carbonaia/case/global/images/large/global-integration-800.jpg 2011) Pada sistem penghawaan buatan ini selain menggunakan sebuah ventilasi, perlu pula system penghawaan buatan lainnya yang harus diterapkan pada M useum arsitektur di Yogyakarta ini yaitu air conditioner (AC). Kebutuhan AC ini dirasa penting pada ruang-ruang di dalam M useum arsitektur karena untuk mendapatkan kelembapan yang baik dan seimbang dengan suhu didalam ruang. Ruang pamer yang berada di indoor menjadi perhatian khusus karena kelembapan tidak bisa ditolerir karena dapat mengakibatkan rusaknya pada hasil karya yang sedang di pamerkan. Pada tipe mesin AC, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Tipe paket tunggal yang dikenal sebagi tipe jendela (windows type). 2. Tipe paket terpisah atau yang dikenal sebagai tipe splir (split type). AC ini terdiri dari dua unit yaitu unit dalam dan unit luar. Tipe terpisah dapat berupa tipe split tunggal dan terdapat pula tipe split ganda. Sedangkan berdasarkan pemasanganny, tipe terpisah masih dapat dibagi lagi menjadi 3 yaitu : a. Tipe langit-langi/dinding (ceiling/wall type). b. Tipe lantai (floor type). c. Tipe kaset (cassette type). 176 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 3. AC terpusat (central AC) merupakan tipe besar yang dikendalikan secara terpusat melayani satu bangunan yang besar. Beberapa keuntungan pemakaian AC2 pada suatu bangunan yaitu : 1. Suhu udara mudah diatur. Bahkan di daerah tropis dapat menyeimbangkan suhu yang terdapat di dalam ruang karena perbedaan suhu. 2. Kecepatan dan arah angin mudah diatur. 3. Kelembapan mudah diatur. Kelembapan ini sangat berpengaruh pada ruang pamer, karena dapat membuat serangga masuk dalam ruang dan merusak karya pameran. 4. Kebersihan udara dapat dijaga. 5. M emiliki keuntungan yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan. 6. M encegah serangga masuk ke dalam ruang. 7. Pada era modern ini, beberapa AC sudah menggunakan mesin AC yang hemat energi. Penghawaan ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta menggunakan penghawaan alami maupun penghawaan buatan. Untuk penghawaan alami dipergunakan pada ruang-ruang seperti ruang keamanan, ruang pamer outdoor, ataupun ruang servis seperti pantry. Sedangkan penggunaan penghawaan buatan yaitu AC digunakan pada ruang pamer, workshop, office, maupun hall. Khusus untuk ruang pamer, kebutuhan AC sangat penting mengingat karya-karya pameran perlu dijaga dari segala serangga. 2 Satwiko, Prasasto. 2009, Fisikan Bangunan, Yogyakarta 177 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 6.2.1.3. ANALIS IS PERANCANGAN S TRUKTUR Analisis perncangan struktur dan konstruksi dilakukan untuk menentukan sistem struktur dan konstruksi pada M useum arsitektur di Yogyakarta. 1. ANALIS IS S IS TEM S TRUKTUR Secara umum struktur merupakan bagian dari sebuah bangunan yang menahan beban-beban yang diberi padanya. Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-beban tersebut menumpu di atas titik-titik untuk selanjutnya disalurkan pada bagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat ditahan. Berdasarkan bagian dan fungsi maka struktur dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : a. Struktur bagian atas yaitu atap. b. Struktur bagian tengah yaitu kolom dan balok, dan c. Struktur bagian bawah yaitu pondasi. Pada M useum arsitektur di Yogyakarta merupakan bangunan yang mempunyai ruang-ruang variatif. Kebutuhan ruang dalam bangunan ini mempunyai berbagai fungsi yang memberikan fleksibilitas ruang tersebut. Dengan memberikan sebuah ruang-ruang yang saling berhubungan antara satu dengan bangunan yang lainnya memberikan pemilihan konstruksi yang harus sesuai dengan karakternya yang membutuhkan bentang lebar. Pada M useum arsitektur ini, pondasi yang digunakan yaitu pondasi dengan sistem menerus dan sistem titik. 2 sistem pondasi dilakukan karena pada perancangan M useum arsitektur ini memiliki beberapa massa. Sistem struktur yang dipakai pada bangunan M useum arsitektur di Yogyakarta setidaknya terdapat beberapa macam yaitu : 1. Dengan menggunakan sistem rangka kaku atau rigid frame. Bahan material yang digunakan yaitu beton bertulang. 178 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. Dengan menggunakan sistem rangka yaitu dengan menggunakan rangkat baja pada beberapa massa. 3. Dengan menggunakan sistem kantilever pada beberapa ruang luar. Gambar 6.1.7. Struktur Rigid Frame (sumber : http://metalbuildingparts.files.wordpress.com/2011/04/g_metal_bldg_101_02.jpg, 2011) 6.2.1.4. ANALIS IS PERANCANGAN UTILITAS BANGUNAN Analisis perancangan utilitas bangunan pada M useum arsitektur di Yogyakarta terdiri dari jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan air kotor, sistem jaringan tekomunikasi, fire protection, sistem tata suara, sistem penangkal petir, dan sistem keamanan. 1. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN LIS TRIK Setidaknya sistem jaringan listrik yang terdapat M useum arsitektur di Yogyakarta memiliki dua sumber, yaitu : a. PLN, merupakan Perusahaan Listrik Negara yang menjadi sumber utama dalam jaringan listrik di M useum ini. b. Generator atau genset yang diperlukan dengan tujuan agar saat listrik sedang padam genset ini akan menyala sendirinya untuk menyalakan listrik yang terdapat pada M useum arsitektur ini. 179 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Jaringan listrik yang berasal dari PLN yang merupakan pasokan listrik terbesar untuk bangunan M useum ini. Pasokan yang dari trafo inilah harus kembali masuk ke dalam bangunan dengan 2 sistem perkabelan yaitu dengan kabel bawah tanan dan kabel udara yaitu melaui atas palfon atau melalui dinding. Genset diperlukan untuk mendapatkan kenyamanan dari pengunjung di saat listrik padam secara tiba-tiba. Penggunaan genset tersebut tidak akan langsung terjadi secara tiba-tiba karena membutuhkan waktu untuk memberikan pasokan listrik ke dalam bangunan. 2. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN AIR BERS IH Penggunaan air bersih dalam bangunan M useum arsitektur di Yogyakarta sangat diperlukan pada berbagai aktivitas yang terdapat di dalamnya. Untuk mendapatkan kelancaran dalam hal pendistribusian air bersih dalam bangunan maka dalam M useum arsitektur ini menggunakan dua sumber air bersih yaitu : a. PAM , merupakan sumber utama untuk mendistribusikan segala air bersih yang diperlukan dalam M useum arsitektur di Yogyakarta. b. Sumber lainnya yaitu sumur, dengan membuat sumur yang terdapat pada site, sumur menjadi sumber air bersih cadangan selain dari PAM . 3. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN AIR KOTOR Pada sistem jaringan air kotor di M useum arsitektur setidaknya terdapat terdapat beberapa limbah air yang harus dikeluarkan dari dalam bangunan ini. Limbah air kotor tersebut yaitu : a. Air yang berasal dari kamar mandi yaitu kotoran dan air kotor dari pembuangan closet maupun urinoir. b. Air yang berasa dari wastafel dapur yang mengandung lemak. 180 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA c. Air yang berasal dari air hujan. Pada sistem drainase yang berada di atap dibuang melalui talang yang nantinya disalurkan ke sumur peresapan yang berada di luar bangunan. Air tersebut akan disalurkan kembali dan terhubung pada riool kota. Sedangkan pada air yang berasal dari kamar mandi dan wastafel diarahkan ke proses masing-masing yairu septictack, bak air kontrol, dan bak penangkap lemak. Setalah itu akan disalurkan ke sumur peresapan. 4. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN TELEKOMUNIKAS I Sistem jaringan telekomunikasi yang digunakan pada bangunan M useum arsitektur di Yogyakarta adalah jaringan telepon dan internet. Jaringan telepon yang dibuat pada M useum arsitektur ini menggunakan nomor telepon induk yang memungkin operator akan menjawab segala telepon yang akan masuk. Sedangkan pada M useum itu sendiri digunakan pada nomor-nomor ekstansi yang memungkinkan komunikasi antara ruang satu dengan ruang lainnya. Gambar 6.1.8. Sistem Jaringan Internet (sumber : http://metalbuildingparts.files.wordpress.com/2011/04/g_metal_bldg_101_02.jpg 2011) 181 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Sedangkan untuk jaringan internet, jaringan ini menggunakan server sebagai induk utama sumber daya internet tersebut yang nantinya akan terdapat router atau sinyal wi-fi yang terdapat pada M useum tersebut. 5. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN TATA S UARA Sistem tata suara yang terdapat pada M useum arsitektur di Yogyakarta ini adalah tata suara yang digunakan untuk memberikan segala informasi yang terdapat pada ruang pamer. Pada ruang pamer akan diberikan speaker-speaker yang akan memberikan suara pada ruang pamer tersebut. Sistem tata suara ini juga digunakan untuk tanda bahaya andaikata terjadi bahaya di M useum ini. Perencanaan tata suara tidak terlepas pula dari persyaratan kebisingan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan, agar rasa nyaman penghuni/pengguna bangunan dapat tetap terpenuhi. Gambar 6.1.9. Jenis-Jenis Ceiling Speaker (sumber http://w10.itrademarket.com/pdimage/91/2246191_ceilingspeakereaw_cis400.jpg,2011) 182 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.2.0. Sistem Tata Suara (sumber : http://1.bp.blogspot.com 2011) 6. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN FIRE PROTECTION Pada sistem fire protection terdapat sebuah hydrant-box, sprinkler, portable fire extinguisher dan tangga darurat. Penanggulangan kebakaran yang terdapat pada M useum arsitektur ini mengingat karya-karya pameran yang rentan terhadap api. Untuk houserack diletakkan setiap 35m. Standar ini harus dilakukan untuk mempercepat proteksi bangunan dari bahaya kebakaran. Gambar 6.2.1 Jenis-Jenis Hydrant Box (sumber : http://www.iasisting.ro/produse/hidranti-interiori1.jpg, 2011) Sprinkler sangat diperlukan pada M useum arsitektur mengingat riskannya 183 karya pameran andaikata terjadi TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA kebakaran pada bangunan tersebut. Pada dasarnya sprinkler memiliki dua tipe yaitu dengan tabung dan segel. Radius pancaran air yang dibuat oleh sprinkler biasanya 3,5m tetapi hal ini bukan merupakan standar karenatergantung pula dengan ketinggian lantai pada bangunan tersebut. Setidaknya terdapat beberapa sprinkler yang digunakan yaitu yang berisikan air, busa, zat kimia kering, dan karbon dioksida.Pada M useum arsitektur ini sprinkler yang digunakan adalah yang berisikan air maupun zat kimia. Khusus dalam ruang pamer, sprinkler yang digunakan adalah yang berisikan air karena karya pameran ditakutkan akan rusak jika terkena zat kimia. Gambar 6.2.2 Jenis-Jenis Sprinkler (sumber : http://www.dimensionsguide.com/wp-content/uploads/2010/02/Sprinkler.jpg, http://www.fire-foe.com/images/SprinklerHeads_Group_Shot.jpg 2011) 7. ANALIS IS S IS TEM JARINGAN PENANGKAL PETIR Sistem penangkal petir dilakukan pada M useum arsitektur di Yogyakarta menggunakan sistem Thomas. Hal tersebut karena sistem penangkal ini mempunyai jangkauan perlindungan yang lebih luas, dengan tiang penangkap petir dan pengebumiannya. Bebeberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir, yaitu : a. Keamanan secara teknis. 184 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA b. Penampang hantara-hantaran pengebumian. c. Ketahanan mekanis. d. Ketahanan terhadap korosi. e. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi. f. Faktor ekonomis. Gambar 6.2.3. Penangkal Petir Thomas (sumber : http://www.indonesiaproperty.com/images/penangkal_petir/penangkal_petir_atas.jpg 2011) 8. ANALIS IS S IS TEM KEAMANAN Sistem keamanan sangat penting dalam M useum arsitektur di Yogyakarta ini. Sistem kemanan ini dilakukan demi mendapatkan keamanan atas karya-karya pameran yang nantinya terpajang pada ruang pamer. Sistem keamanan yang dipakai pada M useum arsitektur di Yogyakarta, yaitu : a. Penggunaan CCTV sebagai kamera keamanan yang dapat mengawasi segala aktivitas yang terjadi di dalam M useum tersebut. b. Penggunaan keamanan seperti jendela anti-maling dan pintu berkode yang memungkinkan kasus pencurian 185 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA diharuskan jarang terjadi dalam M useum arsitektur tersebut. Gambar 6.2.4. Cara Kerja Sistem Keamanan (sumber : http://www.warungcomputer.com/img/cctvsystem.jpg 2011) 6.2.2. ANALIS IS PERANCANGAN PENEKANAN S TUDI 6.2.2.1. ANALIS IS DALAM TATA RUANG LUAR DAN TATA RUANG TERHADAP RUANG YANG MEMILIKI FLEKS IBILITAS RUANG Tata ruang dalam yang terdapat pada p erancangan desain M useum arsitetktur di Indonesia tersebut harus memiliki tata ruang dalam yang dapat memberikan informasi kepada para pengunjung. Di dalam perancangan desain M useum arsitektur tersebut dibuat sebuah kualitas ruang yang baik agar memberikan sebuah informasi dari hasil karya arsitektur tersebut dan yang tak kalah penting yaitu memberikan sebuah pengalaman para pengunjung dalam ruang pamer tersebut. Tidak hanya ruang pamer, semua ruang yang menjadi bagian dalam M useum arsitektur tersebut nantinya di dalam 186 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA perancangan diharapkan untuk mendapatkan informasi dari sebuah event ataupun dari suasana daripada tata ruang dalam tersebut. Pada perencanaan sebuah ruang pamer pada M useum arsitektur di Yogyakarta ini memiliki sebuah fleksibilitas ruang yang bertujuan untuk memamerkan segala jenis karya arsitektur dan selain itu ruang pamer tersebut dapat berubah sewaktu-sewaktu menjadi sebuah fungsi ruang yang lain. Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai ruang pamer tetapi pada andaikan aktivitas yang terjadi pada ruang pamer tersebut menjadi sebuah aktivitas lain maka ruang pamer tersebut akan tertata menurut aktivitas yang terjadi pada ruang tersebut. 1. DIS PLAY PADA RUANG PAMER Penataan pada ruang pamer di M useum arsitektur tersebut harus dapat memberikan informasi yang baik pada para pengunjung yang sedang melihat seluruh hasil karya seni yang terdapat pada M useum arsitektur tersebut. Penataan display tersebut memberikan kenyamanan pada orang-orang yang menonton seluruh hasil karya arsitektur tersebut. Seluruh hasil karya yang akan dipamerkan pada ruang-ruang pamer harus dapat memberikan informasi secara jelas bagi pengunjung tanpa harus berpikir dimana pengunjung itu berada. Pengunjung dapat mengetahui secara jelas bahwa ruang tersebut diperuntukkan sebagai sebuah ruang pamer yang memiliki jenis hasil karya tertentu. Untuk mendapatkan display ruang pamer yang informatif maka syarat-syarat dalam display pada suatu ruang pamer yang baik harus dapat dipenuhi. Penataan tersebut sangat diperlukan bagi para pengunjung untuk dapat mengetahui secara jelas hasil karya yang sedang dipajang. Untuk mendapatkan salah syarat mutlak dalam penataan pada sebuah ruang pamer yaitu hasil karya yang dipajang diharuskan mudah dilihat, mudah dicari, dan mudah dijangkau adalah dapat dilakukan dengan kedekatan 187 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA antar ruang atau dengan ruang transisi yang memudahkan pengunjung melihat, mencari, dan menjangkau antara hasil karya yang satu dengan yang lainnya. Gambar 6.2.5. Penataan pada Ruang Pamer Dengan Memberikan Kemudahan Informasi bagi Pengunjung (sumber : Analisis Pribadi) Hubungan ruang menjadi sangat penting agar terwujudnya syarat penataan ruang pamer yang dapat memudahkan jangkauan pengunjung. Pengunjung dapat secara cepat dapat berpindah dari satu ruang pamer dengan ruang pamer lain dengan karakter ruang pamer yang berbeda satu sama lain. Selain itu pula, dalam memberikan sebuah ruang pamer yang informatif maka diperlukan symbol atau signage yang sangat pentng untuk memberikan ruang pamer yang informatif dan selain itu pula dapat komunikatif. Alat informasi dapat memudahkan para pengunjung untuk mengetahui segala isi 188 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA ruang pamer antara satu dengan yang lainnya. Sign tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : 1. Perbedaan warna antar ruang Perbedaan ruang pamer akan memberikan sebuah ruang pamer satu dengan yang lainnya berbeda. Pengunjung M useum akan mengetahui secara jelas perbedaan yang terjadi antara satu ruang dengan ruang lainnya. Perbedaan warna tersebut selain memberikan kesan yang berbeda setiap ruang pamer juga memberikan ruang pamer yang informatif. Gambar 6.2.6. Penataan Ruang dengan Karakter Warna (sumber : Analisis Pribadi) 2. Labelisasi Labelisasi sangat penting untuk memberikan informasi pada sebuah hasil karya yang terdapat pada suatu ruang pamer tersebut. Bahkan dapat pula sebagai sign yang diperuntukkan untuk informasi antara ruang. 189 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.2.7. Penataan Hasil Karya Arsitektur Pada Ruang Pamer Dengan Memberikan Pelabelan (sumber : Analisis Pribadi) Gambar 6.2.8. Signage Untuk Memberikan Informasi Ruang-Ruang pada Museum Arsitektur (sumber : Locker, Pam. Bacis Interior Design; Exhibition Design, 2011) 3. Kualitas Pencahayaan Pencahayaan menjadi sangat penting dalam sebuah M useum karena dengan memberikan pencahayaan yang berbeda antara satu ruang dengan ruang lain akan memberikan perbedaan yang sangat besar pada ruang tersebut. Pada ruang pamer untuk perancangan M useum arsitektur, kualitas pencahayaan sangat berarti untuk memberikan informasi hasil karya tersebut ataupun ruang pamer tersebut. 190 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 6.2.9. Pencahayaan Berbeda Pada Ruang Pamer (sumber : Analisis Pribadi) 4. Kondisi eksisting ruang luar Ruang luar mampu memberikan informasi kepada para pengunjung tanpa harus memberikan sign sebagai pelengkap informasi. Kondisi ruang luar sebagai ruang pamer akan mampu mendefinisikan dengan sendirinya bahwa terdapat sebuah pameran pada ruang tersebut. Perlunya sebuah elemen tambahan misalnya yaitu kolam, vegetasi berupa pepohonan, tiang lampu, dan hasil karya itu sendiri. Gambar 6.3.0. Ruang Luar Membantu dalam Memberikan Informasi daripada Ruang Pamer Tersebut Tanpa Harus Ada Labeling (sumber : Locker, Pam. Bacis Interior Design; Exhibition Design, 2011) 191 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 2. S IRKULAS I Baik tata ruang luar maupun tata ruang dalam, sirkulasi pada peracangan M useum arsitektur ini sangat penting mengingat tujuan pengunjung datang ke M useum arsitektur untuk mendapatkan pemahaman dan pengalaman secara langsung terhadap sebuah hasil karya arsitektur. Sirkulasi memudahkan dalam ruang-ruang pada M useum arsitektur tersebut. Sirkulasi tersebut nantinya akan memberikan sebuah awal dari pengalaman dari pengunjung saat berada di M useum arsitektur tersebut. Sirkulasi yang terdapat pada ruang pamer akan bermacam-bermacam dan fungsinya pun berbedabeda. Tabel 6.1.8. Analisis Tata Ruang Luar dan Dalam Terhadap Pola Sirkulasi Untuk Memberikan Ruang Yang Memiliki Fleksibilitas Ruang (sumber : analisis pribadi) Pola S irkulasi Wujud Pada Tata Ruang Dalam dan Tata Ruang Luar Pola sirkulasi arterial, ruang lingkup pameran menjadi kecil. Pengunjung dituntun untuk melihat sebuah pameran secara terarah. Elemen-elemen lain seperti warna, skala, dan tekstur juga mempengaruhi ruang Arteri (Arterial) pamer dengan pola sirkulasi tersebut. 192 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Kesan yang dicapai : 1. Keteraturan pengunjung dalam ruang pamer. 2. Pemahaman dan pengalaman pengunjung untuk melihat hasil karya cukup baik. S irkulasi : memberikan sebuah keleluasaan gerak bagi para pengunjung untuk melihat pameran. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang pasif karena hanya dapat beberapa karya pameran yang hanya bisa dipamerkan dengan tatanan ruang mengikuti pola arteri tersebut. Sisir (comb) Kesan yang dicapai : 1. Pemahaman dan pengalaman pengunjung untuk melihat hasil karya baik karena hasil karya diperlihatkan seperti sebuah ruang tersendiri. 2. Lebih variatif dan pengunjung mempunyai daya gerak lebih bebas. S irkulasi : pengunjung dituntut untuk mengikuti alur ruang pamer yang sudah ada. Kenikmatan yang didapat pada pengunjung sudah ada. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang pasif yang hanya 193 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA bisa dipakai pada beberapa hasil karya pameran yang dipakai pada ruang pamer tersebut. Rantai (chain) Kesan yang dicapai : 1. Kebebasan yang tinggi saat memahami sebuah karya pameran. 2. Keleluasaan gerak tinggi. S irkulasi : pengunjung dituntut untuk mengikuti alur ruang pamer yang ada tetapi memiliki kebebasan tersendiri dalam ruang pamer tersebut. Tatanan Ruang : Ruang pamer semi aktif, karena dengan dimensi yang luas memungkinkan tidak hanya satu atau dua jenis pameran yang dapat dipakai pada ruang tersebut. Kipas Angin (star/fan) Kesan yang dicapai : 1. Penciptaan ruang pamer yang memberikan karakterkarakter yang berbeda setiap ruang saat pengunjung menjelajahi ruang pamer tersebut. 2. Ruang terbagi-bagi dan terbatas antar ruang. M enciptakan visual yang berbeda-beda. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat sendiri karya pameran yang ingin dilihatnya secara bebas. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi aktif karena karya pameran dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keinginan pemilik. Tetapi fungsi kegiatan di 194 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA dalamnya tidak dapat tergantikan. Blok (block) Kesan yang dicapai : 1. Kebebasan pengunjung dalam ruang pamer tinggi. 2. Kebutuhan informasi pada ruang pamer tinggi untuk menuntut pemahaman dari penikmat seni itu sendiri. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat sendiri karya pameran yang ingin dilihatnya secara bebas. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang sangat aktif karena karya pameran serta kegiatan didalam dapat sesuai keinginan daripada kegiatan yang ada di dalamnya. Kesan yang dicapai : Linier (linear) 1. Pemahaman dan pengalaman pengunjung di M useum tinggi. 2. Alur pamer karya terarah dan tidak mungkin dilewati. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat karya pameran sesuai runtutan sikulasi yang telah ada. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi-aktif karena display pameran dapat berubah sewaktu-waktu tetapi fungsi kegiatannya didalamnya tidak memungkinkan untuk fungsi kegiatan yang lainnya Kesan yang dicapai : 195 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Bebas (free) 1. Tidak terbatas dan menjunjung kebebasan bagi pengunjung agar dapat melihat hasil karya yang diinginkan. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat sendiri karya pameran yang ingin dilihatnya secara bebas. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi aktif, karena penataan display masih dapat diubah-ubah hanya saja fungsi kegiatan lainnya tidak dapat dilakukan pada tatanan ruang tersebut. Kesan yang dicapai : Koridor (Corridor) 1. Terarah, teratur, dan dibentuk sebuah ruang pada hasil karyanya akan mudah dipahami pengunjung. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat karya pameran sesuai runtutan sikulasi yang telah ada. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi aktif, karena penataan display masih dapat diubah-ubah hanya saja fungsi kegiatan lainnya tidak dapat dilakukan pada tatanan ruang tersebut. Kesan yang dicapai : Rongga (Alcove) 1. Rumit dan perlunya sebuah informasi. 2. Kebebasan tinggi pada pengunjung dalam memahami karya pameran. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat karya pameran sesuai runtutan sikulasi yang telah ada. 196 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi aktif, karena penataan display masih dapat diubah-ubah hanya saja fungsi kegiatan lainnya tidak dapat dilakukan pada tatanan ruang tersebut. Kesan yang dicapai : Campuran (Composite) 1. Sangat variatif tetapi mempunyai kerumitan yang begitu tinggi. 2. Pengunjung diarahkan pada masing-masing karya. S irkulasi : Pengunjung dituntut untuk melihat karya pameran sesuai runtutan sikulasi yang telah ada. Tatanan Ruang : Ruang pamer yang semi aktif, karena penataan display masih dapat diubah-ubah hanya saja fungsi kegiatan lainnya tidak dapat dilakukan pada tatanan ruang tersebut. 6.2.3. ANALIS IS PERANCANGAN PENDEKATAN ARS ITEKTUR KONTEMPORER Analisis perancangan pendekatan arsitektur kontemporer dilakukan untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang nantinya menjadi konsep dasar dalam perancangan M useum arsitektur di Yogyakarta tersebut. 6.2.3.1. ANALIS IS KATA KUNCI ARS ITEKTUR KONTEMPORER Arsitektur kontemporer merup akan salah satu salah satu bagian dari sejarah arsitektur didunia. Kontemporer memiliki keterkaitan dengan waktu. Gaya arsitektur kontemporer merupakan gaya arsitektur yang menjadi representasi pada 197 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA bangunan-bangunan arsitektur saat ini. Selain waktu, lokasi dan konteks pada suatu wilayah menjadi faktor dalam penentuan sebuah gaya arsitektur kontemporer. Oleh sebab itu untuk mengetahui arsitektur kontemporer di Indonesia maka dapat dirumuskan beberapa faktor dari berbagai bangunan yang menjadi representasi hingga saat ini, yaitu : Tabel 6.1.9. Kata kunci Arsitektur Kontemporer (sumber : analisis pribadi) Pathos Ethos Logos Arsitektur Kontemporer M enghadirkan ruang yang memiliki kekuatan vertikal Bentuk massa yang simbolis Gaya bangunan yang mengedepankan keselarasan dan keharmonisan dengan alam Adanya kebebasan dalam bereksplor Bentuk bangunan yang selalu dinamis dari permainan geometri Aktraktif Kekuatan geometri pada setiap bangunan Penggunaan kolom-kolom yang begitu besar pada bangunan Penggunaan sistem bangunan kantilever Penggunaan ruang yang bebas kolom untuk memaksimalkan tujuan bangunan Penerapan green design seperti green roof, grey water, panel surya, dan pengaplikasian vegetasi pada landscape bangunan. Penggunaan material terkini seperti penggunaan beton, baja, dan kaca. Kata kunci Geometri Simbolis Keselarasan dengan alam Kebebasan Dinamis Aktraktif Teknologi Baru Konteks Kata kunci ini untuk memberikan bentuk pada tatanan massa museum arsitektur. Arsitektur komteporer akan 198 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA memberikan bangunan museum ini lebih fleksibel baik itu tata ruang dalam maupun dari segi tata ruang luarnya. 6.2.3.2. ANALIS IS WUJUD KONS EPTUAL FLEKS IBILITAS RUANG DENGAN PENDEKATAN ARS ITEKTUR KONTEMPORER Analisis wujud konseptual tata ruang dalam dan tata ruang luar dengan pendekatan arsitektur kontemporer pada M useum arsitektur di Yogyakarta, yaitu : Tabel 6.2.0. Wujud Konseptual Tata Ruang Dalam dan Tata Ruang Luar (sumber : analisis pribadi) Elemen Pembentuk Wujud Konseptual Tata Ruang Dalam dan Tata Ruang Luar Informatif DIS PLAY RUANG PAMER (memberikan Penataan karya pameran dibuat secara teratur untuk pengalaman dan memberikan informasi yang jelas pada karya pameran. pemahaman pengunjung) Dinding diperuntukkan untuk karya pameran lukis atau digital. Dengan mengambil karakter dinamis pada pendekatan maka penataan karya pameran yang diperoleh adalah : 199 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Pada elemen pembatas lainnya seperti dinding digunakan sebagai ruang pamer yang diperuntukkan untuk media pamer yang memiliki media dengan volume yang besar seperti maket, patung, ataupun hasil karya lainnya yang membutuhkan perhatian dari pengunjung itu sendiri. Informatif WARNA (memberikan Pada penataan pada ruang pamer dibutuhkan sebuah pengalaman dan karakter daripada pameran tersebut. pemahaman pengunjung) 200 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Warna pada ruang yang digunakan pada setiap ruang berbeda karena karakter dari warna itu sendiri. Seperti misalnya untuk selasar diberi warna yang menyejukkan yaitu warna hijau ataupun pada ruang seminar diberikan warna yang menentramkan seperti warna putih. Informatif S IGNAGE (memberikan Dalam memberikan sebuah pelabelan baik itu untuk pengalaman dan sebagai informasi sebuah karya pameran ataupun sebuah pemahaman informasi yang diperuntukkan untuk menghubung pengunjung) antara ruang satu dengan lainnya. 201 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Informatif S IRKULAS I DAN TATANAN BENTUK (memberikan Sirkulasi memberikan sebuah ruang pamer yang dapat pengalaman dan memberikan informasi yang sesuai dengan yang sedang pemahaman dipamerkan. Informasi terjadi di saat pola sirkulasi yang pengunjung) seharunya dilalui oleh pengunjung saat mengunjungi Fleksibilitas M useum arsitektur tersebut. ruang (memberikan sebuah penyesuaian diri pada aktivitas di dalam ruang) Bentuk dinamis dari kontemporer memberikan sebuah keleluasaan gerak para pengunjung untuk mengikuti alur pameran yang telah ada. Fleksibilitas ruang HUBUNGAN RUANG (memberikan sebuah Perlunya ruang-ruang antara satu dengan lainnya saling penyesuaian diri berhubungan. Seperti misalnya antara ruang pamer pada aktivitas di dengan ruang workshop atau seminar hanya dibatasi dalam ruang) dengan pembatas atau pun bidang lainnya. 202 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Fleksibilitas BENTUK MAS S A (memberikan bentuk Bentuk massa fleksibel dari gaya arsitektur kontemporer massa yang adaptif) memberikan sifat yang dinamis karena bentuk massanya yang dapat menjadi representasi walaupun perbedaan jaman. Bentuk massa ini akan memberikan citra kuat terhadap arsitektur kontemporer pada museum arsitektur. 6.2.3.3. ANALIS IS WUJUD KONS EPTUAL ARS ITEKTUR KONTEMPORER PADA MUS EUM ARS ITEKTUR Untuk mendapatkan wujud museum arsitektur yang sesuai dengan gaya arsitektur kontemporer maka dapat diwujudkan pada beberapa kata kunci yang telah ditemukan, yaitu : Tabel 6.2.1. Wujud Konseptual Arsitektur Kontemporer (sumber : analisis pribadi) Arsitektur Kata Kunci Deskripsi Arsitektur Kontemporer kontemporer Pathos Geometri Simbolis Keselarasan dengan alam Kebebasan Diwujudkan dengan bentuk bangunan yang penuh dengan banyak garis-garis vertikal dan horizontal yang terlihat pada bentuk massanya. Bentuk simbolis terlihat pada fungsi daripada bangunan museum arsitektur. Sebagai bangunan museum, museum dapat dbuat dengan bentuk-bentuk yang kaya elemen arsitektur baik warna, pola, tekstur dan sebagainya. 203 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Keselaran dengan alam diwujudkan dengan pembangunan landscape sekitar yang memberikan bangunan yang lebih asri. Serta kebebasan dalam mengeksplor segala sudut museum baik tata ruang luarnya maupun tata ruang dalamnya. Ethos Dinamis Aktraktif Diwujudkan melalui adanya bentuk tidak berarturan. Bentuk beraraturan ini akan memperlihatkan kedinamisan pada elemen pembentuk ruangnya. Kedinamisan ini juga tidak terlalu berlebihan, mengingat museum arsitektur juga membutuhkan sisi minimalis didalam bentuknya Selain dinamis, bentuk bangunan museum akan lebih aktraktif baik itu pada ruang luar maupun dalam. Dengan penggunaan aksen baik warna ataupun elemen arsitektur lainnya dapat memberikan museum yang aktraktif. Logos Teknologi Baru Konteks Penggunaan teknologi baru yang dapat memberikan bagnunan yang lebih modern dan mutakhir. Penggunaan teknologi baru juga sesuai konteks dengan wilayah sekitar yang memperhatikan segala aspek baik itu permasalahan lingkungan, dan permasalahan lainnya. 204 iklim, TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 205 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB VII KONS EP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. KONS EP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1.1. HUBUNGAN FLEKS IBILITAS KONTEMPORER DI DENGAN INDONES IA ARS ITEKTUR PADA MUS EUM ARS ITEKTUR DI YOGYAKARTA Penekanan desain fleksibilitas pada museum arsitektur menjadi tolak ukur dalam menangani segala masalah yang ada pada museum arsitektu. Dalam tahap ini fleksibilitas menjadi sebuah alat untuk menduku museum arsitektur menjadi sebuah bangunan bergaya arsitektur kontemporer. Fleksibilitas pada museum arsitektur akan memberikan complexity yang mendetail pada tata ruang dalam maupun tata ruang luarnya. Arsitektur kontemporer di Indonesia akan selalu mengalami perkembangan. Perkembangan inilah yang menjadi sebuah fleksibilitas yang harus terdapat pada museum arsitektur tersebut. Perubahan jaman yang selalu berkontinyu terus menerus, mengharuskan sebuah bangunan menjadi bangunan yang representatif, bangunan yang dapat menjadi tolak ukur gaya bangunan pada suatu wilayah. Dalam mendapatkan arsitektur kontemporer, ditemukan beberapa faktor yang dapat memberikan secara jelas arsitektur kontemporer di Indonesia, yaitu : Tabel 7.1. Wujud Konseptual Arsitektur Kontemporer (sumber : analisis pribadi) Arsitektur Kata Kunci Deskripsi Arsitektur Kontemporer kontemporer Pathos Geometri Simbolis Keselarasan dengan alam Kebebasan Diwujudkan dengan bentuk bangunan yang penuh dengan banyak garis-garis vertikal dan horizontal yang terlihat pada bentuk massanya. Bentuk simbolis terlihat pada fungsi daripada bangunan museum arsitektur. Sebagai bangunan 206 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA museum, museum dapat dbuat dengan bentuk-bentuk yang kaya elemen arsitektur baik warna, pola, tekstur dan sebagainya. Keselaran dengan alam diwujudkan dengan pembangunan landscape sekitar yang memberikan bangunan yang lebih asri. Serta kebebasan dalam mengeksplor segala sudut museum baik tata ruang luarnya maupun tata ruang dalamnya. Ethos Dinamis Aktraktif Diwujudkan melalui adanya bentuk tidak berarturan. Bentuk beraraturan ini akan memperlihatkan kedinamisan pada elemen pembentuk ruangnya. Kedinamisan ini juga tidak terlalu berlebihan, mengingat museum arsitektur juga membutuhkan sisi minimalis didalam bentuknya Selain dinamis, bentuk bangunan museum akan lebih aktraktif baik itu pada ruang luar maupun dalam. Dengan penggunaan aksen baik warna ataupun elemen arsitektur lainnya dapat memberikan museum yang aktraktif. Logos Teknologi Baru Konteks Penggunaan teknologi baru yang dapat memberikan bagnunan yang lebih modern dan mutakhir. Penggunaan teknologi baru juga sesuai konteks dengan wilayah sekitar 207 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA yang memperhatikan segala aspek baik itu permasalahan lingkungan, dan permasalahan lainnya. Dapat dilihat diatas berbagai karakteristik pada arsitektur kontemporer nantinya akan dilebur pada desain museum arsitektur. Logos, pathos, dan ethos menjadi dasar dalam mendapatkan segala karakteristik bangunan bergaya arsitektur kontemporer di Indonesia. 7.1.2. KONS EP TATA RUANG DALAM DAN TATA RUANG LUAR TERHADAP FLEKS IBILITAS Penenekanan terhadap fleksibilitas dapat dilihat melalui tata ruang luarnya maupun tata ruang dalamnya. Konsep fleksibilitas pada arsitektur museum, yaitu : Tabel 7.1 Konsep tata ruang dalam dan tata ruang luar terhadap fleksibilitas (sumber : analisis pribadi) Konsep Arsitektur (fleksibilitas) Konsep tata Guna memberikan sebuah ruang pamer yang informatif ruang dalam dan mempunyai fleksibilitas ruang yang baik dalam ruang pamer itu sendiri maka point terpenting dalam terwujud ruang pamer seperti yang diharapkan maka diperlukan sirkulasi yang sesuai dengan ruang pamer y ang ada. Sirkulasi dan penataan pameran pada ruang pamer menjadi pusat daripada M useum arsitektur tersebut. Sedangkan workshop, dan ruang seminar turut menjadi ruang yang begitu penting tetapi untuk membuat kedekatan antara masing-masing ruang tersebut maka hubungan ruang yang terjadi antara ruang pameran dan ruang penunjang menjadi satu untuk memberikan keleluasan bagi penggunanya pula. 208 iklim, TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Dengan melihat bentuk garis linier memberikan pola sirkulasi pada ruang pamer untuk memberikan sebuah ruang pamer yang informatif dan selain itu juga memberikan sebuah ruang mempunyai fleksibilitas ruang yang tinggi. Pola sirkulasi ini dibuat sedinamis mungkin untuk mendapatkan fleksibilitas ruang itu sendiri. Ruang pamer seperti misalnya ruang pamer pada ruang luar dapat disesuaikan dengan kegiatan yang terdapat pada ruang pamer. Andaikan pada ruang pamer tersebut tidak digunakan maka ruang pamer tersebut dapat pula sebagai tempat mini workshop ataupun seminar dengan skala yang kecil. Bahkan untuk memberikan sebuah ruang pamer yang memiliki fleksibilitas tinggi, ruang pamer dibuat seaktif mungkin agar seluaruh karya pameran yang telah terpajang pada ruangruang pamer dapat selalu digantikan dan dapat sesuai dengan tatanan yang telah ada. Konsep Tata Konsep tata ruang luar ini merujuk pada bentuk massanya Ruang Luar yang memberikan makna bahwa massa pada bangunan museum arsitektur akan menjadi representasi pada arsitektur 209 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA kontemporer di Indonesia dengan mengikuti berbagai karakteristik dari hasil analisis arsitektur kontemporer di Indonesia di Indonesia. Bentuk yang selalu dinamis memberikan gambaran bahwa bentuk yang kaku sekalipun, jika diberikan sebuah pattern ataupun aksen pada beberapa elemen arsitektur memberikan bangunan yang menjadi citra pada wilayahnya. 7.1.3. KONS EP PERANCANGAN PROGRAMATIK 7.1.3.1. KONS EP ORGANIS AS I RUANG Dari hasil analisis perencanaan dan perancangan yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan organisasi ruang untuk museum arsitektur di Yogyakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan para pelaku Organisasi ruangnya adalah sebagai berikut : 210 di dalamnya. TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Skema 7.1.1. Skema Organisasi Ruang secara Makro Lantai 1 211 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Skema 7.1.2. Skema Organisasi Ruang secara Makro Lantai 2 7.1.3.2. KONS EP ZONAS I DAN TATA RUANG BANGUNAN Dari hasil analisis perencanaan dan perancangan yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan zonasi dan tata ruang bangunan untuk museum arsitektur di Yogyakarta yang dapat mengakomodasi kegiatan para pelaku di dalamnya. Konsep zonasi dan tata ruang bangunan yaitu : Gambar 7.1 Konsep Zona museum arsitektur di site (sumber : analisis pribadi 2011) 212 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.2 Tata Ruang bangunan pada site (sumber : analisis pribadi 2011) 7.1.4. KONS EP PENCAHAYAAN RUANG Pada M useum arsitektur di Yogyakarta ini pencahayaan ruang yang dilakukan pada M useum arsitektur dilakukan untuk mendapatkan pencahayaan alami yang sebaik mungkin. Beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan untuk mendapatkan cahaya alami yaitu : 213 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.3 Konsep Pencahayaan (sumber : analisis pribadi 2011) Pada gambar, desain pencahayaan pada bangunan nantinya dibuat seperti hal tersebut yaitu dengan penggabungan bahan material kaca yang dapat membiaskan cahaya dari sinar matahari dan nantinya aka nada ruang yang seakan-akan terkena oleh sinarnya. Pemanfaatan sinar matahari sebagai cahaya alami akan dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk memberikan energy alternatif bagi bangunan museum arsitektur disamping penggunaan cahaya buatan pada museum Pencahayaan alami yaitu : Tabel 7.2. Analisis Pencahayaan Alami Pada Ruang di Museum Arsitektur (sumber : analisis pribadi) Jenis pencahayaan alami dengan Kesan pada ruang pencahayaan atap (top lighting) a. S kylight Ruang bagian tengah mendapatkan cahaya yang paling besar dibandingkan yang lain. Hal tersebut memungkinkan pada ruang tengah dapat menjadi ruang pamer utama ataupun hasil karya pada bagian tengah tersebut tidak memerlukan energi untuk pencahayaan pada saat pagi hingga siang hari. 214 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA b. S ingle Clerestory Pada jenis pencahayaan alami melalui atap ini, pencahayaan hanya meliputi pada bagian samping saja. Pada area di seberangnya menjadi kebalikannya yaitu lebih gelap daripada yang mendapat cahaya alami tersebut. c. S awtooth single clerestory Jenis pencahayaan alami ini dimungkinkan pada area yang sangat luas yang memungkinkan ruang yang luas tersebut mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Sangat efisien jika ruang tersebut merupakan ruang pamer yang sistem blok. d. Monitor Clerestory atau Double Jenis pencahayaan alami ini memberikan pencahayaan ruang yang mengedepankan kenyamanan. Pencahayaan dari sinar matahari tidak terlalu besar atau dapat dikatakan seimbang yang membuat pencahayaan dengan cahaya alami dapat menyebar secara baik dalam ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta. 215 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.4 Tata letak rel lampu (sumber : google.co.id 2011) Lintasan rel lampu juga harus diperhatikan dalam desain museum arsitektur. Lintasan tersebut banyak yang mengelilingi area pameran tetapi juga terdapat yang linear saja. Lampu yang digunakan adalah lampu spotlight yang langsung mengarah pada koleksi. M anajemen besar kecilnya dan jarak pancahayaan sangat penting.Terdapat pula ketentuan pencahayaan yang langsung mengenai koleksi, yaitu : Tabel 7.2. Sensitivitas pada bebera koleksi (sumber : Good Lighting for Museums Galleries and Exhibitions, Fördergemeinschaft Gutes Licht) 216 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Tabel 7.3. Sensitivitas pada bebera koleksi (sumber : Good Lighting for Museums Galleries and Exhibitions, Fördergemeinschaft Gutes Licht) 7.1.5. KONS EP PENGHAWAAN RUANG Untuk penghawaan ruang pada M useum arsitektur di Yogyakarta menggunakan 2 penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Khusus untuk ruang pamer, penghawaan buatan sangat penting mengingat tingkat kelembapan pada ruang pamer harus dijaga agar dapat selalu imbang dan karya yang dipamerkan tidak rusak akibat serangga yang datang akibat kelembapan yang tinggi. Oleh karena itu penghawaan alami dilakukan selain ruang pamer. 217 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.5 Penempatan koleksi pada lemari (sumber : google.co.id 2011) Pada area exhibition digunakan AC yang dapat mengatur segala suhu pada ruang exhibition tersebut. Pada beberapa koleksi yang tidak membutuhkan kelembapan yang baik perlu dibuat sebuat lemari kaca yang dapat memberikan suhu yang pas pada koleksi tersebut. 7.1.6. KONS EP PERANCANGAN S TRUKTUR Sistem struktur yang akan dipakai M useum arsitektur di Yogyakarta adalah sistem rangka kaku atau rigid frame pada main buildingnya yaitu pamerannya yang membuat sebuah ruang-ruang yang digunakan pada pameran. Sistem lainnya yaitu dengan menggunakan rangka baja dan sistem kantilever pada beberapa massa. Sedangkan pada pondasi digunakan sistem titik atau footplate yang memberikan kekohan dari bangunan M useum arsitektur ini. Selain itu pondasi batu kali turu memberikan sistem menerus pada pondasi. Pada perancangan struktur museum ini yang sangat penting adalah beban pada ruang exhibition yang mengharuskan @200pounds = 57kg / 1m2. Oleh karena itu untuk mendapatkan fleksibilitas pada exhibition harus dapat mengakomodasi segala kegiatan di museum. 218 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA 7.1.7. KONS EP PERANCANGAN UTILITAS BANGUNAN Konsep perancangan utilitas bangunan mencakup sistem jaringan listrik, sistem air bersih, sistem air kotor, sistem jaringan telekomunikasi, fire protection, sistem tata suara, sistem penangkal petir, dan sistem keamanan. Pada sistem jaringan listrik pada M useum arsitektur di Yogyakarta, sumber utama listrik pada M useum arsitektur adalah berasal dari PLN sedangkan sumber cadangannya berasal dari genset. Genset dipergunakan disaat listrik pada ruang M useum arsitektur padam dan secara otomatis akan menyala dengan sendirinya sebagai pengganti pasokan listrik utama. Cara kerja genset yaitu : Bagan 7.6 Cara Kerja Generator (sumber : analisis pribadi 2011) Untuk sistem air bersih yang terdapat pada M useum arsitektur di Yogyakarta ini berasal dari dua sumber yaitu dari PAM dan dari sumur. Sistem yang digunakan pada M useum arsitektur ini menggunakan sistem down-feed, hal tersebut untuk menghemat listrik agar pompa air tidak harus bekerja secara terus menerus. 219 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.6 Sistem Down-feed (sumber : Juwana, Jimmy S. Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta 2011) Sedangkan untuk sistem jaringan air kotor pada M useum arsitektur ini menggunakan sistem pembuangan langsung yang memungkinkan Limbah-limbah air kotor masuk ke dalam sumur peresapa yang berbeda-beda tergantung limbah air kotornya. Pada jaringan telekomuikasi di M useum arsitektur di Yogyakarta terdapat beberapa jaringan seperti jaringan telepon dan jaringan internet. Jaringan telepon menggunakan sistem nomor induk yang nantinya terdapat pula nomor ekstensi agar dapat selalu terhubung dengan ruang-ruang administrasi. Sedangkan pada jaringan internet, dilakukan sebuah server yang digunakan sebagai pusat pengatur badwith dan nantinya digunakan pula router sebagai penyalur sinar wi-fi. Sinyal wi-fi akan dipergunakan oleh pengunjung di dalam M useum arsitektur maupun para pekerja. Untuk sistem fire protection pada M useum arsitektur di Yogyakarta mengguanakan alat pemadam kebakaran yang memang menjadi standar daripada proteksi pemadam kebakaran seperti hydrant box, sprinkler, fire-extinguiser, dan tangga darurat. 220 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Untuk sprinkler menjadi sorotan penting mengingat karya pameran tidak diperbolehkan langsung terkena oleh zat kimia. Sprinkler yang digunakan adalah yang berisi air dan zat kimia. Pada beberapa kasus, ruang pameran dengan menggunakan teknologi yang sudah canggih, setiap karya pameran akan terlindungi oleh sebuah proteksi misalnya tirai otomatis andaikat sprinkler menyala ataupun terjadi kebakaran. Karena tidak semua karya pameran mampu bertahan terhadap air maupun zat kimia dari sprinkler yang dapat merusak karya pameran juga. Oleh karena itu sprinkler yang digunakan harus sesuai peletakkannya. Peletakkan ini dibuat setiap jarak 3,5m dan 2,3m dari dinding. Gambar 7.7 Jenis-Jenis Sprinkler (sumber : http://www.dimensionsguide.com/wp-content/uploads/2010/02/Sprinkler.jpg, http://www.fire-foe.com/images/SprinklerHeads_Group_Shot.jpg 2011) Sistem tata suara yang terdapat pada M useum arsitektur di Yogyakarta menggunakan speaker yang digunakan pada ruang tertentur. Yaitu misalnya pada ruang pamer ataupun pada seminar maupun workshop. Penggunaan speaker yaitu dengan jenis ceiling speaker. Speaker yang digunakan ini bertujuan untuk memberikan informasi pada ruangan-ruangan yang didalam M useum maupun dengan tujuan sebagai pelengkap pameran itu sendiri. 221 TUGAS AKHIR MUSEUM ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA Gambar 7.9. Sistem Tata Suara (sumber : http://1.bp.blogspot.com 2011) Sistem penangkal petir yang digunakan pada M useum arsitektur adalah sistem penangkal petir Thomas. Hal ini dikarenakan jangkauannya begitu luas ketimbang sistem penangkal lainnya. Penangkal petir diletakkan dengan perhitungan yang ada yang membuat peletakkannya dapat efektif di bangunan tersebut. Sedangkan untuk sistem keamanan yang digunakan adalah CCTV. Dengan penggunaan CCTV memungkinkan aktivitas pencurian atau aktivitas yang dapat merusak karya pameran dapat diminimalisir. Penggunaan CCTV sangat efektif dengan adanya ruang keamanan tersendiri. 222 DAFTAR PUS TAKA Budiharjo, Eko.,1991. Arsitek Bicara Tentang Arsitektur Indonesi. Bandung : Alumni D. K Ching, Francis., 2007. A Global History of Architecture. Canada: John Wiley & Sons, Inc. D. K Ching, Francis., 1996. Form, Space, and Order. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. De Chiara, Joseph and Crosbie, Michael J., 1983. Time-Saver Standards for Building Types 2nd Edition. Singapore: M c Graw-Hill. De Chiara, Joseph and Crosbie, Michael J., 2001. Time-Saver Standards for Building Types 4th Edition. Singapore: M c Graw-Hill. Fletcher, Banister %&Dan Cruickhank,. 1996. Sir Banister Fletcher’s: A History of Architecture. Inggris:Elsevier/Architectura Press. Fördergemeinschaft Gutes Licht. Good Lighting for Museums Galleries and Exhibitions, Karlen, M ark,. 2007. Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Jakarta:Erlangga Keane, M ark & Linda,. 1998. Architecture:An Interactiv Introduction. New York:M cGraw-Hill Krier, Rob,. 2001. Komposisi Arsitektur Jakarta:Erlangga Kusmiati, Artini,. 2004. Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain. Jakarta:Djambatan Lang, Jon,.1987. Creating Architectural Theory The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design. New York:Van NostrandReinhold Company Locker, Pam, 2011, Basics Interior :Design Exhibition Design. UK, AVA Publishing M angunwijaya, Y.B,. 1992. WastuCitra Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama M artokusumo, Widjaja. Arsitektur Kontemporer Indonesia, Perjalanan Menuju Pencerahan. Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur Sekolah Arsitektur,Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB (http://www.ar.itb.ac.id/pa/wp ontent/uploads/2009/03/arsitektur-kontemporer-indonesia-perjalanan-menujupencerahan.pdf, diakses 21 Oktober 2012) Neufert, Ernst, 1994. Data Arsitek jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, Ernst, 1999. Data Arsitek jilid 2. Jakarta: Erlangga. Panero, Julius, 1979. Human Dimension and Interior Space. New York: The Architectural Press Ltd. 223 Ronald, Arya,. 2008. Kekayaan & kelenturan arsitektur. Yogyakarta: Muhammadiyah University Press Rosenbalt, Arthur,.2001. Building Type Basics For Museums. Canada:John Wiley &Sons, Inc. Satwiko, Prasasto, 2004. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi Offset. Susanto, Mikke,. 2006. M enimbang Ruang M enata RupaYogyakarta:Galang Press Tangoro, Dwi, 2006. Utilitas Bangunan. Jakarta: UI-Press. Tim BPS,. 2010. Yogyakarta Dalam Angka Yogyakarta:BPS Tim BPS,. 2010. Sleman Dalam Angka Yogyakarta:BPS Tjahjono, Gunawan,.2002. Arsitektur Indonesia Heritage. Jakarta Wahid, Julaihi dan Bhakti Alamsyah,. 2013. Teori Arsitektur Suatu Kajian Perbedaan Pemahaman Teori Barat dan Timur. Yogyakarta:Graha Ilmu White, Edward T.,1986. Tata Atur. Bandung: ITB. http://aryapowo.multiply.com (diakses 15 Oktober 2012) http://www.vam.ac.uk/ (diakses 15 Oktober 2012) http://www.guggenheim.org/ ( diakses 15 Oktober 2012) http://en.wikipedia.org/wiki/Solomon_R._Guggenheim_Museum (diakses 15 Oktober2012) 224