BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif
2.1.1 Pengertian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2004).
Menurut WHO tahun 2011 masa pemberian ASI diberikan
secara eksklusif pada 6 bulan, kemudian dianjurkan untuk tetap
diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping
ASI sampai anak 2 tahun.
2.1.2 Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini
berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempat-delapan
setelah
bayi
lahir
yang
berbeda
karakteristik
fisik
dan
komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300
ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan atau krem
(creamy), lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap
57
34
berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein,
vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral dan imunoglobulin.
Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang
juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif
akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang
merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang
membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru
lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan
bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.
b. ASI Peralihan
ASI peralihan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari)
dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan
kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih
banyak kalori daripada kolostrum.
c. ASI Matur
ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah
melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari
tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90%
nya adalah air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi.
Sedangkan 10% kandungannya adalah karbohidrat, protein dan
lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan
bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume
35
ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun
kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam
Ada 2 tipe ASI matur, yaitu :
1. Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan
mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.
2. Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat
menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat
diperlukan untuk pertambahan berat bayi.
Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu
menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang
diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu
sebaiknya
menyusui
dilakukan
sampai
bayi
terpuaskan
(kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih
sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI
berkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and
demand (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
Nutrisi ASI mengandung beberapa unsur, di antaranya:
a. Hidrat Arang (Laktosa)
Produksi
dari
laktosa
adalah
galaktosa
dan
glukosamin.
Galaktosamin merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak
dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis yaitu untuk
pembentukan myelin (selaput pembungkus sel saraf) (Purwanti, 2004).
36
Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
lactobacillus sebagai penghuni usus dan dapat mencegah terjadinya
infeksi (Krisnatuti & Yenrina, 2002).
Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang merupakan
sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa juga meningkatkan
penyerapan kalsium, fosfor, dan magnesium yang penting untuk
pertumbuhan tulang. Laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam
laktat. Asam laktat ini akan membuat suasana usus menjadi asam,
kondisi ini menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan
bakteri yang berbahaya dan menjadi tempat yang subur bagi bakteri
usus yang baik (Purwanti, 2004).
b. Protein
Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein
didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi
(Hubertin. 2004). Dalam 100 mL ASI mengandung 0,9-1,2 g/dL protein
(Ballard, 2013). Susu sapi mengandung tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar berbentuk kasein yaitu sekitar 80% dan
sisanya berupa protein “whey” yang larut. Kandungan kasein yang
tinggi dan sifatnya yang mudah menggumpal di dalam lambung yang
relatif keras bila bayi diberi susu sapi, sehingga sulit untuk dicerna oleh
enzim proteinase. ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein,
namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan
37
membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta
diserap oleh usus bayi (Purwanti, 2004).
c. Mineral
Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak
dibandingkan kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang
tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmobar,
yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya, bayi menjadi
sering kencing (Krisnatuti & Yenrina, 2002).
d. Lemak
ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi,
yaitu sekitar 3,5%, namun keduanya memiliki susunan asam lemak
yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh,
sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai
pendek dan asam lemak jenuh (Krisnatuti & Yenrina, 2002). Didalam
ASI terkandung 6.4- 7.6 lemak (Ballard, 2013).
e. Vitamin
Dalam ASI terkandung beberapa vitamin yaitu vitamin K yang
dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor
pembekuan. ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, tapi dapat
diatasi dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang akan
mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin
D. Vitamin E, salah satu fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan
dinding sel darah merah. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E-
38
nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A,
selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
Selain itu hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,
asam folat, vitamin C, terdapat dalam ASI.
2.1.3 Volume ASI
Dalam kondisi normal, pada hari kedua setelah melahirkan
volume ASI yang keluar kira-kira 100 ml, dan jumlahnya akan
meningkat sampai kira-kira 500 ml dalam minggu kedua. Secara
normal, produksi ASI yang efektif dan terus menerus akan dicapai
pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan (Muchtadi, 2006).
Sedangkan menurut Sjahmien Moehji (2007), apabila tidak ada
kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan terus bertambah
mencapai 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.
Dalam masa usia satu sampai tiga bulan, apabila ibu sehat maka
produksi ASI mencapai 600 ml sehari. Ukuran payudara tidak ada
hubungannya dengan volume air susu yang dapat diproduksi,
meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama
yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya
memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi, seperti tekanan (stres) atau
kegelisahan, merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah
produksi ASI selama minggu-minggu pertama menyusui (Muchtadi,
2006).
39
2.1.4 Manfaat Pemberian ASI
Menurut Marmi (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat bagi bayi
1. ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi,
mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap
alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.
2. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan
protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
3. ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus
bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti
diare atau sembelit.
4. Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki
berat badan yang ideal.
5. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.
6. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi
dari kerusakan.
7. Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu
membentuk rahang dan otot pipi yang baik.
8. ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi.
9. ASI memberikan keuntungan psikologis.
10. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
40
b. Manfaat bagi ibu
1. Aspek kesehatan ibu
a) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk
semula dan mengurangi perdarahan post partum karena
isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar
hipofise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin
bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu
dan merangsang kontraksi uterus.
b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan
secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan
proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan
lemak.
c) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil
kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
d) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan
segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan
kapan dan di mana saja.
2. Aspek Keluarga Berencana
Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi
sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon
prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga
menunda kesuburan.
41
3. Aspek psikologi
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan
bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan
memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
4. Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu
mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya
umur 6 bulan, dengan demikian akan menghemat pengeluaran
rumah tangga.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang dalam masa
menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun
jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan
berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak
akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI.
b. Ketentraman jiwa dan pikiran
Pembentukan dan pengeluaran air susu ibu sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan
42
gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengungkapkan adanya pengaruh yang kurang
baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang
melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin karena lebih menitik
beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik,
ibu dan anak berada dalam keadaan sehat. Masalah pemberian
ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang
diberikan justru susu buatan. Hal ini memberikan kesan yang
tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu
sapi lebih baik dari ASI.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan
progesteron
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan
menggunakan
kontrasepsi
pil
yang
mengandung
hormon
estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan
oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra
Uterine Device) atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
43
kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang
produksi ASI.
2.2 Pemberian ASI Eksklusif
2.2.1 Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif
Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau
setiap 1-3 jam karena volume perut yang sangat kecil. Susui bayi
sesuai kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang termasuk kategori
bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat
sering untuk menormalkan kembali kadar bilirubinnya. (Roesli, 2004)
2.2.2 Cara Menyusui Yang Benar
Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah
sebagai berikut:
a. Posisi madona atau menggendong
Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas
bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu
menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika
diperlukan.
b. Posisi football atau mengepit
Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan
samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga
bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudara jika diperlukan.
44
c. Posisi berbaring miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini
merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami
penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.
2.2.3 Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar
Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang
benar adalah sebagai berikut:
a. Posisi badan ibu dan badan bayi
1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.
2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala.
3. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu.
5. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu
garis dengan leher dan lengan bayi.
7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
b. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
1. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola.
2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf
C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di bagian atas dan
45
jari yang lain menopang di bawah atau dengan pegangan
seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari
telunjuk dan jari tengah seperti gunting) di belakang areola.
3. Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek
(reflek menghisap).
4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur ke
bawah.
5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.
6. Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan
dengan hidung bayi.
7. Kemudian arahkan puting susu ke atas menyusuri langit-langit
mulut bayi.
8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit
yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak
(palatum molle).
9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.
10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi
46
bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.
12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
indera
pendengaran
(telinga)
dan
indera
penglihatan
(mata)
(Notoatmodjo, 2010).
2.3.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh kebenaran
pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non
ilmiah) yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah)
yakni melalui proses penilaian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a. Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
47
menghadapi persoalan atau masalah upaya pencegahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan
mengunakan
beberapa
kemungkinan
dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat di pecahkan.
b. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak di
sengaja oleh orang yang bersangkutan.
c. Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasan
seperti ini bukan hanya terjadi masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para
pemuka agama, pemegang pemeritahan dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan
pada pemegang otoritas, yakin orang mempunyai wibawa atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
48
d. Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan
sumber
merupakan
suatu
pengetahuan
cara
untuk
atau
pengalaman
memperoleh
itu
kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa yang lalu.
e. Cara akal sehat (common sense)
Akal
sehat
atau common sense kadang-kadang
dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f.
Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang di
wahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
49
g. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh
melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara rasional dan yang sistematis.
h. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia
cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia
mampu
menggunakan
penalarannya
dalam
memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi ada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataanpernyataan yang dikemukakan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus.
i.
Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan
khusus
pernyataan
yang
bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indera kemudian disimpulkan ke
50
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami.
j.
Deduksi
Deduksi
adalah
pembuatan
kesimpulan
dari
pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses
berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar
secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya
pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk
dalam kelas itu.
2. Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian
ilmiah,
atau
metodologi
penelitian
(research
methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang
mengembangkan metode berfikir induktif kemudian dikembangkan
oleh Deobold Van Dallen yang menyatakan bahwa dalam
memperoleh
observasi
kesimpulan
langsung
dan
dilakukan
membuat
dengan
mengadakan
pencatatan-pencatatan
terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok:
a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
51
b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejalagejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu dalam pemberian
ASI
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). Umur ibu
dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan
menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun disebut usia reproduktif tidak sehat serta masih
belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam
menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh
dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI
eksklusif). Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia
reproduksi
sehat
merupakan
suatu kondisi dimana
organ
reproduksi telah siap atau matang untuk menjalankan proses
reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau laktasi
serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia
52
reproduksi sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehingga
mampu untuk menelaah suatu masalah, dan sudah siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan,
nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya dengan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
b. Pendidikan Ibu
Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu
mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan
lebih tinggi umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang gizi
yang lebih baik dan mempunyai perhatian lebih besar terhadap
kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya dalam pemahaman
akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa
ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai tingkat
pemahaman yang tinggi pula (Ratna Susanti, 2000). Amat sering
keinginan dan kebutuhan ibu tidak dikenali dan tidak didukung
kesehatan fisik dan emosional ibu. Pendidikan ibu mempengaruhi
praktik-praktik menyusui mereka dan aspek-aspek lain dalam
merawat anak-anaknya (Depkes RI, 2002).
c. Sosial Budaya
Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Ada
pandangan
sebagian
masyarakat
bahwa
menyusui
dapat
merusak payudara seingga mengganggu kecantikan ibu tersebut
dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan
53
perilaku kuno. Bila ingin disebut modern, ibu menggunakan susu
formula (Ipuk Dwiana Murwanti, 2005).
Perubahan sosial budaya yang sering terjadi di masyarakat
akan
membawa
pengaruh
terhadap
perubahan
tata
nilai
masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada di masyarakat
dapat bergeser ke arah positif maupun negatif.
d. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan
ibu dan anak menjadi rewel (Depkes RI, 2005). Waktu kerja yang
dimaksud adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari
kerja dalam seminggu, 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk
5 hari kerja dalam seminggu (AM Sugeng Budiono,dkk, 2003).
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif, ASI eksklusif harus dijalani selama enam bulan tanpa
intervensi makanan dan minuman lain meskipun cuti hamil hanya
tiga bulan. Seorang ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI
secara eksklusif dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan
kerja (Utami Roesli, 2004). Ibu bekerja harus mendapat dukungan
untuk melakukan menyusui eksklusif dalam enam bulan pertama
dan
melanjutkan
menyusui
setelah
pemberian
makanan
pendamping ASI (Depkes RI, 2002). Berbagai kendala yang
dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif salah
54
satunya adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang
menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara
dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI. Hal ini
diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya
peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2002).
2.3.4 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan
secara benar tentang objek yang diketahui orang tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisa (Analysis)
55
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk melakukan
justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
56
2.4 Kerangka Teori
Ibu Menyusui
Pengetahuan tentang ASI
Eksklusif :
-
Pengertian ASI Eksklusif
Manfaat ASI Eksklusif
Komposisi ASI Eksklusif
Volume ASI Eksklusif
Faktor yang mempengaruhi
produksi ASI
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan dalam Pemberian
ASI Eksklusif :
-
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial-Budaya
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Pemberian ASI
Eksklusif
-
Frekuensi
Proses
Cara
57
2.5 Kerangka Konsep
Pengetahuan Ibu Menyusui :
-
Pengertian ASI
Eksklusif
Manfaaat ASI Eksklusif
Komposisi ASI
Eksklusif
Volume ASI Eksklusif
Faktor yang
mempengaruhi
produksi ASI
Pemberian ASI Eksklusif:
-
Setuju
Tidak Setuju
Faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan dalam
Pemberian ASI Eksklusif :
-
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial-Budaya
Keterangan:
Yang diteliti
Yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
58
2.6 Hipotesis
Hα : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon
Desa Kopeng.
Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui
tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun
Plalar Kulon Desa Kopeng.
Download