BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2004). Menurut WHO tahun 2011 masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif pada 6 bulan, kemudian dianjurkan untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping ASI sampai anak 2 tahun. 2.1.2 Komposisi ASI Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: a. Kolostrum Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempat-delapan setelah bayi lahir yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan atau krem (creamy), lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap 57 34 berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral dan imunoglobulin. Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam. b. ASI Peralihan ASI peralihan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum. c. ASI Matur ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi. Sedangkan 10% kandungannya adalah karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume 35 ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam Ada 2 tipe ASI matur, yaitu : 1. Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein. 2. Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat bayi. Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Nutrisi ASI mengandung beberapa unsur, di antaranya: a. Hidrat Arang (Laktosa) Produksi dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosamin merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan kebutuhan nutrisi medulla spinalis yaitu untuk pembentukan myelin (selaput pembungkus sel saraf) (Purwanti, 2004). 36 Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan lactobacillus sebagai penghuni usus dan dapat mencegah terjadinya infeksi (Krisnatuti & Yenrina, 2002). Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang merupakan sumber kalori bagi serabut saraf otak. Laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor, dan magnesium yang penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa oleh fermentasi diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini akan membuat suasana usus menjadi asam, kondisi ini menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadi tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik (Purwanti, 2004). b. Protein Protein ASI merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi (Hubertin. 2004). Dalam 100 mL ASI mengandung 0,9-1,2 g/dL protein (Ballard, 2013). Susu sapi mengandung tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar berbentuk kasein yaitu sekitar 80% dan sisanya berupa protein “whey” yang larut. Kandungan kasein yang tinggi dan sifatnya yang mudah menggumpal di dalam lambung yang relatif keras bila bayi diberi susu sapi, sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase. ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan 37 membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi (Purwanti, 2004). c. Mineral Kandungan mineral dalam susu sapi empat kali lebih banyak dibandingkan kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmobar, yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Akibatnya, bayi menjadi sering kencing (Krisnatuti & Yenrina, 2002). d. Lemak ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5%, namun keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh (Krisnatuti & Yenrina, 2002). Didalam ASI terkandung 6.4- 7.6 lemak (Ballard, 2013). e. Vitamin Dalam ASI terkandung beberapa vitamin yaitu vitamin K yang dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, tapi dapat diatasi dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D. Vitamin E, salah satu fungsi vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah. Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E- 38 nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin A, selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Selain itu hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C, terdapat dalam ASI. 2.1.3 Volume ASI Dalam kondisi normal, pada hari kedua setelah melahirkan volume ASI yang keluar kira-kira 100 ml, dan jumlahnya akan meningkat sampai kira-kira 500 ml dalam minggu kedua. Secara normal, produksi ASI yang efektif dan terus menerus akan dicapai pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan (Muchtadi, 2006). Sedangkan menurut Sjahmien Moehji (2007), apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan terus bertambah mencapai 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Dalam masa usia satu sampai tiga bulan, apabila ibu sehat maka produksi ASI mencapai 600 ml sehari. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi, seperti tekanan (stres) atau kegelisahan, merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah produksi ASI selama minggu-minggu pertama menyusui (Muchtadi, 2006). 39 2.1.4 Manfaat Pemberian ASI Menurut Marmi (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut: a. Manfaat bagi bayi 1. ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh. 2. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang. 3. ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit. 4. Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal. 5. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi. 6. ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan. 7. Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu membentuk rahang dan otot pipi yang baik. 8. ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi. 9. ASI memberikan keuntungan psikologis. 10. Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. 40 b. Manfaat bagi ibu 1. Aspek kesehatan ibu a) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipofise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus. b) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat kehilangan lemak. c) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium. d) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan di mana saja. 2. Aspek Keluarga Berencana Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. 41 3. Aspek psikologi Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak. 4. Aspek ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan, dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga. 2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI a. Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. b. Ketentraman jiwa dan pikiran Pembentukan dan pengeluaran air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan 42 gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengungkapkan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin karena lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih baik dari ASI. d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD (Intra Uterine Device) atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan 43 kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. 2.2 Pemberian ASI Eksklusif 2.2.1 Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau setiap 1-3 jam karena volume perut yang sangat kecil. Susui bayi sesuai kehendaknya (on demand). Untuk bayi yang termasuk kategori bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat sering untuk menormalkan kembali kadar bilirubinnya. (Roesli, 2004) 2.2.2 Cara Menyusui Yang Benar Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut: a. Posisi madona atau menggendong Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan. b. Posisi football atau mengepit Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan. 44 c. Posisi berbaring miring Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan. 2.2.3 Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang benar adalah sebagai berikut: a. Posisi badan ibu dan badan bayi 1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai. 2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. 3. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu. 4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu. 5. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. 6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi. 7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. b. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu 1. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola. 2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di bagian atas dan 45 jari yang lain menopang di bawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) di belakang areola. 3. Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek (reflek menghisap). 4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur ke bawah. 5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala. 6. Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan dengan hidung bayi. 7. Kemudian arahkan puting susu ke atas menyusuri langit-langit mulut bayi. 8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle). 9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar. 10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. 11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi 46 bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. 12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi. 2.3 Pengetahuan 2.3.1 Pengertian Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). 2.3.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh kebenaran pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah) yakni melalui proses penilaian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: a. Cara coba – salah (Trial and Error) Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang 47 menghadapi persoalan atau masalah upaya pencegahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan mengunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan. b. Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak di sengaja oleh orang yang bersangkutan. c. Cara kekuasaan atau otoritas Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasan seperti ini bukan hanya terjadi masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemeritahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakin orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. 48 d. Berdasarkan pengalaman sendiri Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber merupakan suatu pengetahuan cara untuk atau pengalaman memperoleh itu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu. e. Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f. Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang di wahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia. 49 g. Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara rasional dan yang sistematis. h. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi ada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataanpernyataan yang dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. i. Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera kemudian disimpulkan ke 50 dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami. j. Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. 2. Cara ilmiah atau modern Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode berfikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh observasi kesimpulan langsung dan dilakukan membuat dengan mengadakan pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok: a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. 51 b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejalagejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu dalam pemberian ASI a. Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2007). Umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun disebut usia reproduktif tidak sehat serta masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif). Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap atau matang untuk menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam pemberian ASI Ekslusif atau laktasi serta didukung dengan kematangan psikis atau mental. Usia 52 reproduksi sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa sehingga mampu untuk menelaah suatu masalah, dan sudah siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayi kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. b. Pendidikan Ibu Secara umum mudah diduga bahwa tingkat pendidikan ibu mempengaruhi keadaan gizi anak. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang gizi yang lebih baik dan mempunyai perhatian lebih besar terhadap kebutuhan gizi anak. Demikian juga halnya dalam pemahaman akan manfaat ASI untuk anak, secara umum dinyatakan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih, mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi pula (Ratna Susanti, 2000). Amat sering keinginan dan kebutuhan ibu tidak dikenali dan tidak didukung kesehatan fisik dan emosional ibu. Pendidikan ibu mempengaruhi praktik-praktik menyusui mereka dan aspek-aspek lain dalam merawat anak-anaknya (Depkes RI, 2002). c. Sosial Budaya Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Ada pandangan sebagian masyarakat bahwa menyusui dapat merusak payudara seingga mengganggu kecantikan ibu tersebut dan sebagian lain beranggapan bahwa menyusui merupakan 53 perilaku kuno. Bila ingin disebut modern, ibu menggunakan susu formula (Ipuk Dwiana Murwanti, 2005). Perubahan sosial budaya yang sering terjadi di masyarakat akan membawa pengaruh terhadap perubahan tata nilai masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada di masyarakat dapat bergeser ke arah positif maupun negatif. d. Pekerjaan Ibu Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan ibu dan anak menjadi rewel (Depkes RI, 2005). Waktu kerja yang dimaksud adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, 8 jam sehari atau 40 jam seminggu untuk 5 hari kerja dalam seminggu (AM Sugeng Budiono,dkk, 2003). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif, ASI eksklusif harus dijalani selama enam bulan tanpa intervensi makanan dan minuman lain meskipun cuti hamil hanya tiga bulan. Seorang ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja (Utami Roesli, 2004). Ibu bekerja harus mendapat dukungan untuk melakukan menyusui eksklusif dalam enam bulan pertama dan melanjutkan menyusui setelah pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2002). Berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif salah 54 satunya adalah ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara dini sehingga menggeser atau menggantikan ASI. Hal ini diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari tahun ke tahun (Depkes RI, 2002). 2.3.4 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. 2. Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui orang tersebut. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisa (Analysis) 55 Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. 56 2.4 Kerangka Teori Ibu Menyusui Pengetahuan tentang ASI Eksklusif : - Pengertian ASI Eksklusif Manfaat ASI Eksklusif Komposisi ASI Eksklusif Volume ASI Eksklusif Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan dalam Pemberian ASI Eksklusif : - Umur Pendidikan Pekerjaan Sosial-Budaya Gambar 2.1 Kerangka Teori Pemberian ASI Eksklusif - Frekuensi Proses Cara 57 2.5 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu Menyusui : - Pengertian ASI Eksklusif Manfaaat ASI Eksklusif Komposisi ASI Eksklusif Volume ASI Eksklusif Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Pemberian ASI Eksklusif: - Setuju Tidak Setuju Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan dalam Pemberian ASI Eksklusif : - Umur Pendidikan Pekerjaan Sosial-Budaya Keterangan: Yang diteliti Yang tidak diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep 58 2.6 Hipotesis Hα : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng. Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Dusun Plalar Kulon Desa Kopeng.