TRANSFORMASI ORGANISASI DAN PERUBAHAN PERAN FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF YANG BERKELANJUTAN Vibriwati Staf Pengajar FE Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta 55283 email : [email protected] ABSTRACT Organizations in every sector especially economy are changing the ways of managing to be more competitive. Organization transformation is the one way to become the winner of the competition. Organizational transformation required the shift in the role of the human resource. This article describes what the companies have been doing and how the human resource function has fared in the transformation process. The result that wants to be reached is an organization that has sustainable competitive advantage. Key words : organization transformation, changing role, sustainable competitive advantage PENDAHULUAN Hari ini harus lebih baik daripada kemarin dan besok harus lebih baik daripada hari ini, adalah ungkapan yang tepat untuk memotivasi diri baik bagi individu maupun organisasi yang mempunyai cita-cita ingin terus maju. Perubahan untuk menjadi lebih baik tidak akan terlepas dari sejumlah tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian. Berdasarkan konsep persaingan berbasis waktu maka siapa yang cepat dia yang menang, baik lebih cepat dalam menawarkan produk baru dari pesaingnya (fast to market) maupun kecepatan merespon permintaan pelanggan terhadap produk yang telah ada (fast to product). Oleh karena itu organisasi yang ingin terus berkembang harus merespon dengan cepat tantangan-tantangan yang ada. Menurut Ulrich (1998), ada lima hal yang menantang bagi organisasi dan untuk meghadapinya orga- nisasi dituntut untuk membangun kapabilitas yang baru. Lima hal tersebut adalah sebagai berikut : globalisasi, profitabilitas melalui pertumbuhan, teknologi, modal intelektual, dan berubah, berubah dan terus berubah. PEMBAHASAN Globalisasi. Globalisasi berhubungan dengan pasar baru, produk baru, cara berpikir baru, kompetensi baru dan cara berfikir yang baru mengenai bisnis. Ide yang ditawarkan dalam menghadapi pasar global adalah bagaimana berfikir secara global namun bertindak secara lokal. Hal itu menuntun kita untuk menggerakkan manusia, ide, produk, dan informasi dunia untuk memenuhi kebutuhan lokal. Dengan kata lain, globalisasi mengharuskan organisasi untuk meningkatkan kemampuan mereka mengelola diversitas, kompleksitas dan ambiguitas. Profitabilitas melalui pertumbuhan. Peningkatan profitabilitas dapat ber- VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 129 asal dari kombinasi kenaikan pendapatan dan penurunan biaya dan dapat berasal dari pertumbuhan pendapatan. Profitabilitas melalui pertumbuhan artinya tidak ada kecenderungan untuk mengganti biaya dengan pertumbuhan tetapi untuk menemukan cara agar ada pertumbuhan yang menguntungkan, yaitu dengan cara 1) mencari pelanggan yang baru, 2) membentuk kompetensi inti untuk menciptakan produk yang inovatif, dan 3) merger, akuisisi atau joint venture. Teknologi. Kemajuan teknologi telah membuat dunia menjadi lebih kecil dan komunikasi serta informasi dapat bergerak lebih cepat. Pekerjaan dapat dilakukan melalui telekonferensi, telecomuting dan berbagi sumber data, sehingga dimungkinkan untuk bekerja di rumah atau di lokasi yang terpencil. Manajer harus mengikuti dan mempunyai kepekaan serta dapat menggunakan dengan baik teknologi yang ditawarkan. Namun tidak semua teknologi dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga dituntut kepandaian untuk memilih teknologi sesuai dengan kebutuhan. Modal intelektual. Ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah keunggulan kompetitif langsung bagi perusahaan dalam menjual ide dan hubungan, dan menjadi keunggulan kompetitif tidak langsung bagi semua perusahaan untuk membedakan diri dengan pesaing bagaimana mereka melayani pelanggannya. Pada kenyataannya kesuksesan tidak hanya diukur dengan modal ekonomi saja seperti profitabilitas atau kinerja keuangannya, tetapi harus ditambah dengan mengukur modal intelektualnya. Untuk itu sangatlah penting bagi perusahaan mengembangkan individunya agar mereka dapat berfikir global sehingga dapat lebih responsif baik bagi pelanggan maupun pengembangan teknologi. Berubah, berubah dan terus berubah. Tantangan yang paling besar bagi perusahaan dalam menghadapi persaing- an adalah bagaimana menciptakan organisasi yang dapat merespon perubahan dengan lebih cepat daripada pesaingnya baik perubahan yang dapat diprediksi maupun yang tidak dapat diprediksi. Selain itu organisasi juga dapat mengimbangi perubahan yang cepat tersebut dengan menerapkan strategi baru dengan lebih cepat dan nyaman. Dengan kata lain, perusahaan akan berada dalam sebuah transformasi yang tiada henti. Tantangan-tantangan yang ada tersebut menuntut adanya pola pikir yang baru dalam mengelola organisasi. Pemikiran dan praktik standar dalam mengelola perusahaan yang dilakukan pada situasi yang relatif stabil harus segera dirubah. Pertanyaannya adalah perubahan yang bagaimana sebenarnya yang perlu dilakukan oleh perusahaan dalam menyikapi kondisi yang ada tersebut. Dalam literatur ada dua macam perubahan yang perlu dibedakan secara fundamental, yaitu perubahan orde pertama dan perubahan orde kedua (Meyer et al., 1993 dalam Newman 2000). Perubahan orde pertama bersifat menambah dan memusat. Perubahan ini akan membantu perusahaan memelihara realibilitas internal yang meliputi penyesuaian-penyesuaian dalam sistem, proses, atau struktur, dan bukan merupakan perubahan fundamental dalam strategi, nilai inti, atau identitas perusahaan. Perubahan ini terjadi pada lingkungan yang relatif stabil dan dalam waktu yang lama serta akan membuat organisasi menjadi lebih fit dan konsisten dalam konteks kelembagaan. Jadi perubahan orde pertama tidak menghasilkan suatu perubahan yang fundamental. Perubahan orde kedua bersifat transformasional, radikal, dan merubah organisasi secara fundamental yaitu pada inti dari organisasi. Perubahan ini digerakkan oleh perubahan yang mengarah pada kondisi yang kompetitif baik yang berasal dari konteks kelembagaan maupun pa- VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 130 sar. Perubahan ini akan membawa perusahaan keluar dari lingkungannya dan merubah dasar kekuatannya. Perubahan orde kedua merupakan reorientasi strategik dan sebuah perubahan bentuk sehingga menjadikannya lebih sulit dan berisiko dibandingkan dengan perubahan orde pertama. Pada tulisan ini perubahan yang dimaksud lebih mengarah pada yang kedua yaitu perubahan orde kedua, dimana kondisi dan lingkungan telah memberikan isyarat kepada organisasi untuk melakukan suatu transformasi. Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai transformasi dan perubahan fungsi peran sumber daya manusia serta praktik organisasi yang relevan dengan perubahan lingkungan di era millenium ini. Mengingat betapa pentingnya arti transformasi ini bagi masa depan suatu organisasi, maka seharusnya manajemen dalam organisasi menempatkan hal tersebut sebagai prioritas utama yang harus segera diwujudkan. Dengan melakukan tranformasi tersebut diharapkan perusahaan tidak hanya sekedar mempunyai keunggulan kompetitif, tetapi keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Keunggulan Kompetitif Yang Berkelanjutan Tingkat persaingan yang tinggi harus dihadapi perusahaan dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang dapat membedakan dengan pesaingnya. Dengan adanya perbedaan tersebut berarti perusahaan telah memiliki keunggulan kompetitif. Namun, tujuan dari organisasi seharusnya tidak hanya sampai pada keunggulan kompetitif saja tetapi keunggulan kompetitif tersebut sifatnya berkelanjutan atau tidak hanya sementara sehingga dikatakan perusahaan memiliki keunggulaan kompetitif yang berkelanjutan. Perusahaan dapat mengembangkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan menciptakan nilai yang sifatnya unik dan sangat sulit bagi pesaing untuk menirunya (Becker and Gerhart, 1996). Beberapa sumber seperti sumberdaya alam, teknologi, skala ekonomis dapat menciptakan keunggulan kompetitif, namun relatif masih mudah ditiru. Berbeda dengan faktor sosial yang kompleks, misalnya sistem sumberdaya manusia (sumber daya manusia) relatif sulit diitiru. Sistem sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan karena memiliki dua faktor kunci, yaitu kerancuan kausal dan ketergantungan jalur (Barney,1991; Collis and Montgomery, 1995 dalam Becker and Gerhart, 1996). Kerancuan kausal artinya sangat sulit untuk menangkap mekanisme yang sama persis dikarenakan keadaan yang saling mempengaruhi dalam praktik dan kebijakan sumber daya manusia untuk menghasilkan suatu nilai. Untuk menirunya maka diperlukan pemahaman bagaimana setiap elemen bekerja. Ketergantungan jalur artinya sistem sumber daya manusia terdiri dari kebijakan-kebijakan yang dikembangkan dari waktu ke waktu, sehingga tidak mudah dibeli atau didapatkan di pasar oleh pesaing. Pesaing mungkin dapat memahami sistem tersebut, namun tidak memungkinkan meniru dengan segera tapi memerlukan waktu secara penuh untuk menerapkan strategi yang ditiru, dengan kata lain akan selalu ada celah. Adanya celah yang terus menerus tersebut berarti perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Transformasi Organisasi dan Perubahan Fungsi Peran sumber daya manusia Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut organisasi untuk mengambil langkah strategis agar organisasi dapat terus berkembang dengan baik VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 131 sesuai dengan perubahan yang terjadi. Langkah strategis yang dapat diambil oleh organisasi adalah melakukan transformasi organisasi dan merubah peran sumberdaya manusia. Transformasi Organisasi Transformasi organisasi adalah aplikasi dari teori ilmu perilaku, sehingga jika dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan, transformasi organisasi merupakan perluasan dari disiplin ilmu perkembangan organisasi, yang mencoba untuk menciptakan perubahan besar di dalam struktur organisasi, proses, budaya dan orientasi, pada lingkungan suatu organisasi. Transformasi organisasi muncul karena variabel yang menjadi target transformasi organisasi yaitu kepercayaan organisasi, tujuan dan misi organisasi, yang ketiganya merupakan komponen dari visi organisasi berpengaruh pada level yang lebih dalam dan lebih bersifat fundamental dibandingkan dengan perubahan yang ditargetkan oleh OD. Levy dan Merry ( dalam French, Bell dan Zawacki, 2000) mendefinisikan transformasi organisasi sebagai perubahan di banyak dimensi dan level, bersifat kualitatif, tidak kontinu dan radikal sehingga akan melibatkan suatu pergeseran paradigma. Sedangkan Ulrich (1997), memberikan pandangan mengenai transformasi sebagai usaha untuk merubah kesan yang fundamental dari bisnis dilihat dari pelanggan dan karyawan. Transformasi berfokus pada penciptaan mind share lebih dari pangsa pasar. Transformasi dikatakan berhasil ketika pelanggan dan karyawan telah mengubah kesan mereka terhadap perusahaan secara fundamental. Sebagai contoh, sebelum transformasi Harley-Davidson ( H-D) mempunyai kesan sebagai produk ber-teknologi tinggi tetapi kurang dalam kua-litas. Setelah melalui proses transformasi H-D mempunyai kesan sebagai produk yang menjadi icon dari kualitas, kesan dari kebebasan dan simbol gaya hidup dari para pelanggannya. Dari beberapa perusahaan yang telah melakukan proses transformasi maka terdapat beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dan dilakukan baik oleh perusahaan atau organisasi maupun sumber daya manusia. Pemahaman yang baik akan sangat membantu organisasi khususnya yang akan mulai melakukan perubahan. Menurut Lancourt dan Savage (1995), seiring dengan munculnya isu transformasi telah berkembang tematema yang memberi ciri dari proses transformasi organisasi. Pertama, meredefinisi bisnis dan memfokuskan pada pelanggan. Artinya, dengan adanya perubahan lingkungan maka organisasi harus melihat kembali tujuan bisnisnya, dan melakukan perubahan agar sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sedangkan fokus pada tenaga kerja tidak lagi pemuasan pada atasan atau manajer mereka tetapi pada pelanggan. Kedua, Pembentukan tim dan mendukung struktur nonhirarkis. Pembentukan tim dilakukan tanpa melihat batas-batas organisasional. Pekerjaan diorganisasikan oleh tim proyek, dimana orang yang bergabung dalam tim didasarkan pada keinginan dan kompetensinya. Jadi seluruh karyawan diharapkan dapat bekerja pada banyak proyek, setidaknya satu dalam kompetensi inti dan satu yang mereka angcelah dapat memberi nilai tambah berdasarkan keinginan dan kompetensinya yang lain. Dalam organisasi ini struktur organisasinya lebih datar, misalnya perusahaan hanya mempunyai tiga tingkatan atau level dalam organisasi yaitu sponsor proyek, pemimpin proyek, dan pendamping kerja proyek. Ketiga, kepemimpinan dan berbagi nilai. Artinya dalam organisasi fungsi kepemimpinan dibagikan pada setiap orang yang ada di dalam organisasi. Keempat, perubahan VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 132 dalam bahasa. Perubahan dalam bahasa ini penting dalam membantu membentuk pemikiran dan mengefektifkan proses perubahan yang dilakukan. Sebagai contoh perubahan yang dilakukan beberapa perusahaan pada kata pekerja menjadi anggota, kelompok atau rekan kerja, supervisor menjadi koordinator, manajer menjadi pelatih. Proses transformasi tidak akan berhasil hanya dengan peran, tanggung jawab dan hubungan saja, namun perlu juga dukungan dari struktur dan infrastruktur. Dengan mentransformasikan struktur dan infrastruktur maka akan memberikan perusahaan perubahan hubungan yang fundamental antara pemimpin dengan karyawan, karyawan dengan pelanggan, dan antara karyawan dengan perusahaan. Agak sulit untuk melakukannya, tetapi akan mudah apabila peran sumber daya manusia juga dirubah. Bagaimana caranya akan menjadi fokus bahasan selanjutnya. Perubahan Fungsi Peran sumber daya manusia sumber daya manusia sebagai tokoh utama di dalam organisasi seharusnya dirubah lebih dahulu agar dapat menjalankan proses perubahan dengan baik. Peran sumber daya manusia dalam paradigma lama adalah hanya sebagai pelengkap, sehingga departemen sumber daya manusia hanya mengurus administrasi kepegawaian saja. Peran tersebut sudah tidak cocok lagi untuk kondisi saat ini. Paradigma baru sumber daya manusia telah mengggeser peran sumber daya manusia yang lama tersebut dan menjadikan sumber daya manusia sebagai kunci untuk memenangkan persaingan, dengan kata lain sumber daya manusia juga mempunyai fungsi strategis. Peran baru sumber daya manusia dalam proses transformasi menurut Lancourt dan Savage (1996) adalah sebagai berikut: Pertama, tanggung jawab fung- sional telah bergeser ke lini. Artinya fungsi-fungsi seperti penarikan, peninjauan kembali, pemecatan, pelatihan, pengembangan karir dan pengembangan program telah digeser ke manajer lini dan karyawan. Kedua, sumber daya manusia sebagai rekan bisnis. Patner bisnis dalam hal ini bertanggung jawab membantu menetapkan kompetensi yang dibutuhkan, mendorong integrasi organisasi, dan mereorganisasi departemen sumber daya manusia menjadi sejumlah portofolio dari kapabilitas. Ketiga, fokus pada pengembangan karir dan kompetensi. Karena perusahaan sangat menghargai peran dan nilai dari asset yang berupa ilmu pengetahuan, maka diharapkan perusahaan lebih memfokuskan pada identifikasi dan pengembangan kompetensi inti mereka serta kebutuhan akan pengembangan karir dan keahlian. Keempat, membayar untuk suatu keahlian. Fokus pada kompetensi inti berhubungan signifikan dengan kinerja manajemen dan program kompensasi. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan sistem kompensasinya jika ingin mendapatkan kinerja seperti yang diharapkan. Kelima, organisasi yang lebih egalitarian. sumber daya manusia diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi terwujudnya lingkungan yang egalitarian, misalnya adanya penilaian kinerja 360 derajat, rotasi jabatan, supervisor bergeser menjadi pelatih. Masih berhubungan dengan peran baru sumber daya manusia dalam proses transformasi, Ulrich (1997), berpendapat bahwa ada empat peran utama dari sumber daya manusia yaitu manajemen strategis sumber daya manusia, manajemen infrastruktur perusahaan, manajemen kontribusi pekerja, dan manajemen transformasi dan perubahan. Untuk lebih jelas dalam memahami setiap peran maka ada tiga isu yang perlu dipertimbangkan yaitu hasil dari peran, kesan visual yang melekat dalam peran, dan aktivitas VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 133 yaitu hal-hal yang harus dikerjakan oleh profesional sumber daya manusia untuk memenuhi perannya tersebut. Untuk lebih jelasnya akan kita bahas satu persatu peran sumber daya manusia tersebut. Manajemen Strategis sumber daya manusia. Peran strategis sumber daya manusia berfokus pada penyatuan strategi dan praktik sumber daya manusia dengan strategi bisnis. Untuk memainkan perannya, profesional sumber daya manusia bertindak sebagai rekan strategi, yaitu membantu meningkatkan kapasitas dari sebuah bisnis dengan ikut menentukan strateginya. Menerjemahkan strategi bisnis ke dalam praktik sumber daya manusia dapat membantu bisnis dalam menghadapi perubahan, meningkatkan permintaan dan kinerja keuangan yang lebih baik. Hasil dari peran ini adalah adanya penentuan strategi, dimana praktik sumber daya manusia membantu menyempurnakan tujuan bisnis. Sebagai contoh untuk mengurangi biaya manajer sumber daya manusia dapat melakukan kompensasi, rotasi jabatan, dan praktik pengurangan. Sedangkan kesan visual dari peran ini adalah sebagai rekan strategi. Profesional sumber daya manusia menjadi rekan strategi ketika mereka berpartisipasi dalam proses menetapkan strategi bisnis, ketika menanyakan bagaimana strategi dapat dijalankan dan ketika mereka mendisain praktik sumber daya manusia yang sejalan dengan strategi bisnis. Tindakan utama dari manajer sumber daya manusia adalah menerjemahkan strategi bisnis ke dalam prioritas sumber daya manusia. Proses dari identifikasi prioritas sumber daya manusia disebut diagnosis organisasional, yaitu proses untuk menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi. Manajemen Infrastruktur Perusahaan. Profesional sumber daya manusia akan membuat infrastruktur dengan secara konstan menguji dan meningkatkan proses sumber daya manusia se- hingga praktik yang paling bagus yang akan diimplementasikan. Perusahaan akan berusaha mengembangkan praktik sumber daya manusia yang baru sehingga dapat menemukan skala ekonomis dari aktivitas-aktivitas sumber daya manusianya. Hasi dari peran infrastruktur ini adalah bangunan infrastruktur yang efisien yaitu efisien dalam proses sumber daya manusia dan efisen dalam bisnis secara keseluruhan dengan mengangkat manajer yang dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi pemborosan. Sedangkan kesan visual dalam infrastruktur perusahaan adalah ahli administrasi. Profesional sumber daya manusia sebagai ahli administrasi berusaha menghindari biaya yang tidak perlu, meningkatkan efisiensi, dan secara konstan menemukan cara baru untuk menjadi lebih baik. Untuk lebih efektif sebagai ahli administrasi, profesional sumber daya manusia perlu melakukan aktivitas perekayasaan ulang proses organisasi yang disebut pelayanan bersama, yang mana pelayanan administrasi sumber daya manusia dibagi lintas divisi perusahaan bersama dengan pemeliharaan kualitas layanan bagi pemakai (manajer lini, karyawan dan eksekutif). Manajemen Kontribusi Karyawan. Peran sebagai kontribusi karyawan bagi profesional sumber daya manusia meliputi keterlibatan mereka dalam masalah sehari-hari, perhatian dan kebutuhan karyawan. Selain itu mereka juga secara aktif dan agresif mengembangkan modal intelektual karyawannya. Dalam perannya ini profesional sumber daya manusia harus menjamin bahwa karyawan bekerja pada organisasi dan memberikan kontribusi secara penuh, sehingga sumber daya manusia mempunyai tanggung jawab untuk memberikan orientasi dan latihan pada manajemen lini mengenai pentingnya karyawan yang bermoral tinggi dan bagaimana meraihnya. Hasil dari peran manajemen kontribusi karyawan yaitu VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 134 meningkatnya komitmen dan kompetensi karyawan. Sedangkan kesan visual dari peran ini adalah karyawan yang juara (pekerja champion). Aktivitas utama dari manajemen kontribusi karyawan adalah mendengar, merespon, dan menemukan cara untuk menyediakan sumber bagi karyawan. Manajemen transformasi dan perubahan. Profesional sumber daya manusia dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan dengan mengelola transformasi dan perubahan. Transformasi memerlukan perubahan budaya yang fundamental. Perubahan mengacu pada kemampuan organisasi untuk meningkatkan disain dan implementasi inisiatif dan untuk mengurangi siklus waktu dari seluruh aktivitas organisasi. Hasil dari manajemen transformasi dan perubahan adalah pada kapasitas untuk berubah. Eksekutif sumber daya manusia sebagai rekan bisnis membantu karyawan melepas budaya yang lama dan mengadaptasi budaya yang baru. Sedangkan kesan visual dari peran ini adalah sebagai agen perubahan (change agent). Sebagai agen perubahan maka profesional sumber daya manusia harus dapat meyakinkan bahwa perubahan difokuskan pada menciptakan tim dengan kinerja yang tinggi, mengurangi siklus waktu dalam inovasi, menetapkan pelaksanaan teknologi baru, pengembangan dan menyampaikan dalam waktu yang cepat. Aktivitas dari peran ini adalah menjamin kapasitas untuk perubahan, diantaranya dengan mengidentifikasi dan menyusun masalah, membangun hubungan saling percaya, pemecahan masalah, dan membuat serta melaksanakan rencana tindakan. Secara ringkas mengenai peran baru sumber daya manusia dari Ulrich dapat kita lihat pada tabel berikut ini. Tabel 1 Peran Baru sumber daya manusia Peran Manajemen strategis sumber daya manusia Hasil Penentuan strategi Image visual Patner strategi Manajemen infrastruktur perusahaan Membangun infrastruktur yang efisien Ahli administrasi Manjemen kontribusi karyawan Meningkatnya komitmen dan kompetensi karyawan Karyawan yang juara Manajemen transformasi dan perubahan Menciptakan sebuah organisasi yang diperbarui Agen perubahan Aktivitas Menyatukan sumber daya manusia dan strategi bisnis: "Diagnosis organisasional" Rekayasa ulang proses organisasi: layanan bersama Mendengar, merespon dan menemukan cara: "Menyediakan sumber bagi karyawan" Mengelola transformasi dan perubahan: "Meyakinkan kapasitas perubahan" Sumber : Ulrich, 1997 Pergeseran peran sumber daya manusia tersebut akan menjadikan setiap individu dalam organisasi menjadi sistem peringatan dini, artinya setiap individu akan memberikan kontribusi pada setiap perubahan dan akan melakukan penyesuaian dengan cepat terhadap perubahan tersebut. Jadi setiap individu melakukan apa yang disebut perubahan proaktif. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan bagi Keberhasilan Proses Transformasi Perusahaan yang telah melakukan usaha untuk membuat suatu perubahan yang fundamental seperti rekayasa VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 135 ulang, Manajemen Kualitas Terpadu (MKT), restrukturisasi, dan perubahan budaya, tidak semuanya berhasil. Pelajaran yang dapat dipetik dari perusahaan yang berhasil dalam melakukan perubahan adalah bahwa proses perubahan melalui serangkaian fase, dilakukan secara total dan mensyaratkan pertimbangan jangka panjang. Harus disadari bahwa setiap fase akan menyebabkan benturan yang merusak, gerakan yang lambat dan meniadakan keuntungan. Hal tersebut mungkin dikarenakan pengalaman yang sedikit mengenai pembaharuan organisasi sehingga setiap orang dapat melakukan satu kesalahan yang sangat besar (Kotter, 1995). Hal-hal tersebut harus dipahami oleh perusahaan sehingga mereka benar-benar siap dalam melakukan proses transformasi. Menurut Kotter (1995), ada delapan langkah yang dapat dilakukan agar transformasi organisasi dapat berjalan efektif yaitu: (1) Membentuk keperdulian kecepatan, yaitu menguji pasar dan realitas persaingan dengan mengidentifikasi dan mendiskusikan krisis, potensial krisis, atau kesempatan utama. (2) Membentuk koalisi panduan yang sangat kuat, yaitu membentuk sebuah grup yang cukup kuat untuk memimpin usaha perubahan dan bekerja sama sebagai sebuah tim. (3) Menciptakan visi, yaitu untuk membantu mengarahkan usaha perubahan. (4) Mengkomunikasikan visi, yaitu dengan menggunakan sarana yang dapat membantu mengkomunikasikan visi, misalnya mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dari koalisi pemandu. (5) Penguatan yang lain untuk melaksanakan visi, yaitu dengan membersihkan rintangan yang menghalangi perubahan. (6) Merencanakan dan menciptakan sasaran jangka pendek, yaitu dengan merencanakan peningkatan kinerja yang nampak jelas dan memberikan penghargaan kepada karyawan yang terlibat da- lam peningkatan tersebut. (7) Mengkonsolidasikan perbaikan dan menghasilkan lebih banyak lagi perubahan-perubahan. (8) Melembagakan pendekatan-pendekatan baru, yaitu dengan menjelaskan hubungan antara perilaku yang baru dengan keberhasilan perusahaan serta mengembangkan pengertian untuk meyakinkan pengembangan kepemimpinan dan suksesi. Pada kenyataannya, organisasi yang berhasil melakukan perubahaan akan menemui kondisi yang tidak beraturan dan penuh dengan kejutan. Tetapi untuk mengurangi kesalahan maka visi yang mudah dipahami diperlukan untuk mengarahkan individu menuju pada perubahan yang menjadi tujuannya. Dan semakin sedikit kesalahan dapat diartikan semakin dekat dengan keberhasilan. Praktik Manajemen yang Fleksibel Di era yang penuh dengan ketidakpastian ini untuk membangun suatu organisasi maka manajemen perlu melakukan proses transformasi secara terus menerus sehingga dapat mengembangkan dan merespon teknologi, pasar baru, bisnis baru dan orang baru baik karyawan maupun pelanggan. Implikasinya bagi manajemen adalah bahwa ketika kita bergerak di abad yang penuh ketidakpastian ini, maka pemimpin yang sukses akan mengandalkan kekuatan kecepatan dalam pengambilan keputusan, fleksibilitas, delegasi yang layak, kerja tim, kemampuan membangun jangka panjang sambil menentukan kebutuhan jangka pendek dan visi. (Hitt, 2000). Kekuatan kompetisi yang dihadapi para manajer itu akan terus berlanjut untuk menghadapi permintaan keunggulan organisasi di masa mendatang. Manajer dituntut semakin cerdas dalam mengelola perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang dan mempunyai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 136 Realitas yang harus dihadapi tersebut telah mendorong perusahaan-perusahaan di berbagai sektor mengubah cara mereka dalam mengelola perusahaan yaitu dengan membentuk organisasi yang fleksibel. Mengelola organisasi yang fleksibel secara efektif membutuhkan kebijakan dan praktik yang berbeda. Praktik manajemen yang fleksibel dalam organisasi yang fleksibel adalah mengelola karyawan lebih sedikit, tingkat manajemen yang lebih sedikit dan praktik manajemen yang lebih luwes. Organisasi yang fleksibel apabila dilihat dari strukturnya akan terlihat lebih ramping dan datar. Banyak perusahaan menerapkan pekerjaan yang fleksibel sebagai sebuah strategi sumber daya manusia. Mereka memfokuskan pada rekruitmen, pemeliharaan dan pengembangan berdasar pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan. Organisasi yang fleksibel juga sangat membutuhkan teknologi informasi untuk merampingkan dan menguatkan operasi. Mereka menggunakan jaringan untuk mengelola informasi sumber daya manusia dan menghubungkan sistem mainframenya dengan jaringan area lokal dan aplikasi komputer pribadi. Perusahaan yang fleksibel berusaha meringankan, mendelegasikan, mengotomatiskan, atau mengeliminir semua tugas yang mungkin dilakukan. Pada organisasi yang fleksibel dibutuhkan penyamaan visi dan budaya yang berkembang dalam organisasi, sehingga visi baru yang dibentuk didukung oleh sumber daya manusia dengan baik. Di dalam organisasi ini setiap individu dapat mendisain standarnya sendiri-sendiri, namun tetap sesuai dengan visi organisasi sehingga akan membentuk perilaku kependudukan organisasi (PKO) yaitu bentuk perilaku karyawan yang bekerja melebihi standar formal yang ditetapkan oleh organisasi, misalnya karyawan bekerja melebihi jam kerja yang ditetapkan. Hal itu dilakukan karena adanya kepuasan untuk melakukan hal tersebut. Paradigma baru sebagai hasil dari perubahan yang terjadi adalah munculnya organisasi tanpa batas. Pergeseran paradigma yang disebut organisasi tanpa batas mengakui adanya keterbatasan pada empat tipe organisasi : vertikal (antara tingkat dan jenjang organisasi), horisontal (antara fungsi dan disiplin), eksternal (antara organisasi dan supplier, pelanggan dan pembuat peraturan) dan geografis (antara negara, kultur dan pasar). Namun, dalam organisasi tanpa batas, batas-batas ini tidak digunakan untuk memisahkan orang, tugas, proses dan tempat, tapi fokusnya adalah bagaimana memindahkan ide, informasi, bakat dan keputusan dimana diperlukan (Nelson, 1996). Organisasi tanpa batas mengurangi struktur yang tidak perlu sehingga lebih mudah menyesuaikan dengan perubahan. Organisasi tanpa batas memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi tradisional yang lebih menekankan pada struktur dan kendali. Pertama, organisasi tanpa batas tidak terpaku pada struktur organisasi. Ide, informasi, inovasi, kreativitas, dan keahlian tidak hanya didapatkan dari internal perusahaan tetapi juga dari eksternal perusahaan. Artinya aliran ide, keahlian dan kemampuan dapat terjadi secara lintas struktural. Kedua, kinerja organisasi didasarkan pada KSA. Ketiga, pemanfaatan teknologi informasi yang tinggi. Keempat, waktu yang fleksibel. Organisasi tanpa batas akan melakukan seleksi dan rekruitmen tenaga kerja di sepanjang karir seseorang, karena seleksi dan rekruitmen tidak hanya ditujukan kepada calon tenaga kerja namun juga bagi setiap orang yang ada di organisasi tersebut. Jadi di dalam organisasi ini kompetensi dan kapabilitas terhadap suatu pekerjaan diutamakan sehingga orang yang ada di dalam organisasi ini VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 137 akan merasa senang dengan pekerjaannya dan mudah beradaptasi dengan segala perubahan. Transformasi Organisasi dan Perubahan Peran Fungsi sumber daya manusia untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan Isu ketidakpastian menjadi salah satu alasan mencelaha organisasi harus melakukan perubahan. Adanya ketidakpastian membuat segala sesuatu menjadi sulit untuk diprediksi. Organisasi yang terbiasa dengan perubahan yang sifatnya terencana harus mulai belajar dan membiasakan diri beradaptasi dengan perubahan yang tidak terencana. Untuk dapat keluar dari ketidakpastian maka organisasi harus memiliki sesuatu yang sifatnya dapat membedakan dengan pesaingnya. Organisasi harus menggali sumber di dalam organisasi yang dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif organisasi yang sifatnya berkelanjutan. Ketika organisasi dihadapkan pada ketidakpastian maka transformasi organisasi adalah kunci bagi organisasi yang membutuhkan untuk tetap bisa bertahan dan melakukan sesuatu yang berbeda untuk mempertahankan keberadaanya tersebut. Transformasi organisasi mencoba menciptakan perubahan yang besar di dalam struktur organisasi, proses, budaya maupun orientasi di dalam lingkungan organisasi. Praktiknya dapat berupa restrukturisasi, rekayasa ulang, perubahan budaya maupun kepemimpinan. Agar proses perubahan dapat berjalan baik maka sumber daya manusia sebagai pelaku dalam proses transformasi perlu dirubah terlebih dahulu fungsi perannya. Paradigma baru telah menggeser peran admistrasi sumber daya manusia menjadi peran sumber daya manusia yang strategis sejajar dengan peran fungsi-fungsi yang lain dalam organisasi seperti pemasaran, keuangan maupun operasional. Peran strategis sumber daya manusia adalah sebagai rekan bisnis, yang memainkan banyak peran baik sebagai rekan strategik, ahli administrasi, karyawan yang juara maupun agen perubahan. Transformasi mengharuskan organisasi sebagai pihak yang berkepentingan untuk memberikan pandangan yang jelas mengenai visi organisasi, sehingga setiap individu mempunyai asumsi bahwa transformasi organisasi tergantung pada pergeseran cara berfikir dan bekerja mereka. Hal tersebut disebabkan karena perubahan bersifat tidak kontinu artinya setelah terjadi satu perubahan akan diikuti perubahan lain yang berbeda yang tidak dapat diprediksi sebelumnya karena menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Kesadaran yang muncul akan membuat proses transformasi yang sifatnya kualitatif menjadi lebih jelas bagi setiap anggota organisasi. Yang perlu dikerjakan selanjutnya adalah memberikan pemahaman bagaimana dan kapan perubahan radikal tersebut harus dilakukan dan dengan strategi yang seperti apa sehingga menghasilkan perubahan yang diinginkan. Transformasi struktur dan infrastruktur akan menghasilkan perubahan hubungan yang fundamental antara pemimpin dan karyawan, karyawan dengan pelanggan dan antara karyawan dengan perusahaan. Prosesnya tidak mudah, selain karena masih adanya sikap resisten terhadap perubahan, perubahan itu sendiri kadang-kadang menyakitkan. Orang cenderung resisten terhadap perubahan dikarenakan mereka sudah terlanjur menikmati rutinitasnya sehingga perubahan akan menjadi suatu hal yang mengganggu. Selain itu adanya kepentingan untuk mempertahankan status quo. Pada akhirnya ketidakpastian dari hasil perubahan yang menjadi alasan. Kecenderungan untuk menghindari perubahan berakar pada budaya yang ada dalam organisasi. Untuk merubahnya VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 138 harus dimulai dengan menciptakan iklim yang kondusif pada perubahan dan sistem yang dapat mewadahi perubahan. Iklim yaitu interaksi antar personal dalam organisasi. Iklim yang baik akan membentuk system peringatan dini dimana setiap individu mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kontribusi kepada organisasi dengan melakukan perubahan yang proaktif. Konsekuensinya sistem yang ada dalam organisasi harus mau mengakomodasi setiap perubahan. Unsur fleksibilitas akan sangat dibutuhkan dalam menghadapi ketidakpastian, sehingga praktik organisasi yang fleksibel menjadi sangat penting. Organisasi yang fleksibel sebagai organisasi dengan struktur organisasi yang relatif ramping dan datar, dengan jumlah orang yang relatif sedikit, memiliki KSA yang tinggi dan didukung teknologi informasi akan lebih mudah dalam mengadaptasi setiap perubahan. Praktik organisasi ini akan menghasilkan suatu organisasi dengan anggota yang memiliki sense of team dan tanggung jawab yang tinggi serta bangga dengan pekerjaannya. Individu di dalam organisasi ini dapat mengatur dirinya sendiri tanpa melanggar visi yang sudah ditetapkan perusahaan karena yang menjadi orientasi adalah hasil. Perilaku anggota organisasi tersebut akan membentuk perilaku kependudukan organisasi yaitu bentuk perilaku informal karyawan yang memberikan kontribusi melebihi ketetapan formal organisasi. Transformasi diarahkan pada terbentuknya organisasi dengan karakteristik seperti organisasi yang fleksibel. Transformasi organisasi dan perubahan fungsi peran sumber daya manusia akan membuat organisasi semakin responsif dan peka terhadap perubahan serta memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi. Perubahan yang dilakukan harus menghasilkan prinsip dan keyakinan atas kesementaraan produk dari perubahan itu sendiri yang perlu disikapi dalam konteks dinamis. Hal itu akan memacu anggota organisasi untuk lebih kreatif, inovatif dan selalu mengkondisikan terjadinya pembaharuan sehingga organisasi tetap mengikuti perkembangan dalam menjawab segala tantangan dan kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungannya. Semangat untuk menjadi juara yang tertanam dalam diri setiap individu dalam organisasi memudahkan organisasi untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. PENUTUP Ketidakpastian sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang demikian cepat harus ditangkap sebagai isyarat bagi organisasi untuk melakukan transformasi organisasi. Organisasi harus mulai membiasakan diri dengan perubahan yang tidak terencana. Oleh sebab itu fleksibilitas menjadi hal yang penting. Ruang gerak yang fleksibel akan membuat anggota organisasi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk itu sebaiknya organisasi menanamkan spirit perubahan bagi anggotanya agar perubahan menjadi budaya di dalam organisasi. Sejalan dengan perkembangan konsep baru organisasi dan sumber daya manusia maka menjalani proses perubahan merupakan konsekuensi bagi setiap perusahaan atau organisasi yang ingin mempunyai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Blackburn, R., & Rosen, B. 1993. Total Quality and Human Resource Management: Lessons Learned from Baldrige Award-winning Companies. Academy of Management Executive, 7(3): 49-66. Becker, B. & Gerhart, B. 1996. The Impact of Human Resource Management on Organizational Perfor- VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… 139 mance: Progress and Prospects. Academy of Management Journal, 39 (4). 779-801 Cascio, W.F.2000. Managing a Virtual Workplace. Academy of Management Executive, 14(3). 81-90. French,W. L., Bell, C. H. & Zawacki, R. A. 2000.Organization Development and Transformation: Managing Effective Change. McGraw-Hill Book Co - Sincelahore. Hitt, M. A. 2000. The New Frontier: Transformation of Management for The New Millennium. Organizational Dynamics, Winter. 7-15. Kotter, J. P. 1995. Leading Change: Why Transformation Efforts Fail . Harvard Business Review, MarchApril. 59-67. Lancourt, J. & Savage, C. 1995. Organizational Transformation and The Changing Role of The Human Resource Function. Compensation & Benefits Management, Autumn. 42-49. Nelson, J.B. 1996. The Boundaryless Organization: Implications for Job Analysis, Recruitment, and Selection. Human Resource Planning. 3949. Newman, K. L. 2000. Organization Transformation During Institutional Upheaval. Academy of Management Review. 25(3). 602-619. Ulrich, D. 1997. Human Resource Champions: The Next Agenda for Adding and Delivering Results. Harvard Business School Press Boston. Massachusetts. ________ 1998. A New Mandate for Human Resources. Harvard Business Review, January-February. 124-134. Walker, J.W. 1988. Managing Human Resource in Flat, Lean and Flexible Organization: Trends for the 1990's. Human Resource VIBRIWATI, TRANSFORMASI ORGANISASI…… Planning. 11(2). 125-132. 140