Dampak pengembangan kawasan tambak udang

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan dan Dampaknya
Pembangunan m e ~ p a k a nsuatu upaya atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan pembahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah menuju modemitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building) (Soekirno, 1976). Aktivitas pembangunan sering pula
menimbulkan efek yang tidak direncanakan yang terjadi bersumber dari diiensi
sosial maupun fisik dan sexing dikenal dengan damp& negatif (Soemarwoto,
2001). Kondisi tersebut juga dikenal dengan istilah ekstemalitas negatif dari
suatu kegiatan ekonomi. Dampak adalah suatu perubahan sebagai akibat suatu
aktivitas. Dampak dapat bersifat biotik dan pula sosial, ekonomi dan budaya
(Soemarwoto, 2001).
Menurut Zen (1999) Pembangunan atau pengembangan dalam arti
development bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh apa yang dirniliki
manusianya, dalam hal ini penduduk setempat. Sebaliknya, pengembangan itu
adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan
apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga W t a s
orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan ha^^ diardkan sebagai
keinginan
untuk
memperoleh
perbaikan
serta
kemampuan
untuk
merealisasikannya.
Pembangunan dilakukan manusia dengan mengunakan teknologi untuk
mendayagunakan sumberdaya dam yang memperhatikan kapasitas liigkungan
hidupnya. Dalam usahanya meningkatkan kualitas hidup, manusia bempaya
dengan segala daya untuk mengolah dan memdaatkan kekayaan dam yang ada
demi tercapainya kualitas hidup yang diinginkan. Kekayaan yang tersembunyi
dalam komponen sosial bempa aka1 pikiran dim&&
dengan sebaik-baiknya
untuk memperoleh cam-cara pencapaian sasaran tersebut. Melalui kemampuan
aka1 dan pikiran manusia menemukan ilmu dan teknologi dan peralatan untuk
menghasilkan produk yang melipah dalam waktu yang singkat. Kegiatan
tersebut dari hari kehari makin meningkat, seakan-akan sasaran berupa
peningkatan kualitas yang akan dicapai semakin dekat untuk dicapai. Namun
dalam kenyataannya kualitas hidup manusia dan masyarakat yang hendak dicapai
terasa masib sulit dijangkau untuk masyarakat secara urnurn, kalaupun ada
kualitas hidup yang telah tercapai hanya terbatas kepada sebagian kecil kelompok
masyarakat saja. Penomena ini terjadi karena adanya dampak dari kegiatan
manusia dengan teknologinya terhadap lil~gkungan.
Pembangunan mempakan penomena yang kompleks dm membutuhkan
interaksi antara dam, sosial, ekonomi dan faktor politik. Proses pembangunan
sebenarnya &ah
proses pembahan sosial budaya ( Kasiyanto 1984). Mengingat
dampak pembangunan ada yang bersifat positif dan negatif, maka dampak negatif
tersebut harus diwaspadai. Kita tidak dapat menghindari adanya pembangunan,
tanpa pembangunan akan menimbulkan kondisi yang ambruk. Sehubungan
dengan hal tersebut maka dampak negatif harus diperhitungkan dan diupayakan
untuk ditekan seminimal mungkin. Efek sampingan yang berasal dari dimensi
sosial seperti misalnya memudamya nilai sosial masyarakat, merosotnya kekuatan
berbagai pengillat norma-norma
sosial,
sehingga menimbulkan prilaku
menyimpang serta ketergantuogan masyarakat terhadap pihak lain sebagai sistem
intervensi pembangunan yang kurang proporsional (Soetomo, 1995).
Pembangunan proyek sejak dalam perenmaan memang sudah bertujuan
untuk meningkatkan sosial ekonomi, sehingga secara teoritis dampak setiap
proyek baruslah bersiiat positif terhadap masyarakat lokal, nasional dan
internasional.
Namun sews empiris, menunjukkan bahwa proyek sering
memberi dampak positif secara nasional dan tingkat provinsi namun dampak
negatif terhadap masyarakat lokal. (Soeratmo, 2002).
Dalam dimensi yang bersifat fisik, efek sarnpingan dari proses
pembangunan antara lain b e ~ p amasatah yang berkaitan dengan kelestarian
lingkungan hidup dan pencemaran. Terdapat berbagai faktor dari aspek sosial atau
manusia yang memberikan dampak terhadap pencemaran dan kelestarian
lingkungan dalam (Elitzen 1986). Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah 1).
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan mengakibatkan meningkatnya permintaan
akan kebutuhan pokok, energi dan produk lain. 2). Konsentrasi penduduk didaerah
perkotaan menyebabkan berbagai limbah yang barus diserap oleh ekosistem dan
liigkungan. 3). Proses pembangunan dan modemisasi yang meningkatkan
penggunaan teknologi modern dan pola konsumsi. Dari ketiga kenyataan tersebut
tampak bahwa proses pembangunan yang bertujuan mengusahakan perbaikan dari
kondisi kehidupan, disisi lain juga mendatangkan kerawanan dari kelestarian
lingkungan baik sosial maupun fisik. Untuk mengbindari proses kerusakan
sumberdaya dam dan lingkungan hidup lebih lanjut dan untuk memungkinkan
rehabilitasi sumber alam yang rusak, maka pengelolaan keseimbangan antara daya
dukung lingkungan, jumlah penduduk harus dikembangkan (Haeruman 1978).
Menurut Budirnan (1995) tolok ukur pembangunan yang berhasil bukan
pada tekanan tingkat produktivitas ekonomi saja, namun ada dua faktor yang
harus ditambahkan yaitu faktor keadilan sosial (pemerataan pendapatan) dan
faktor lingkungan, karena kedua faktor tersebut berkaitan erat berfimgsi untuk
melestarikan lingkungan dan juga berkaitan dengan kelestarian pembangunau itu
sendiri
agar
berlangsung
term
secara berkesinambungan
(sustainable
development).
Pembangunan berkelanjutan dapat tercapai jika pembangunan yang
dilakukan bersifat ramah lingkungan yaitu pembangunan yang tidak merusak
lingkungan hidup, pembangunan yang pro lingkungan. Karena lingkungan hidup
melayani kepentingan semua anggota masyarakat,
pembangunan mmah
liigkungan berarti juga pembangunan pro sosial. Pembangunan ramah lingkungan
bersifat berkelanjutan, baik dari segi lingkungan biogefisik-kimia maupun dari
segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat secara lebii adil. Yang dimaksud
pembangunan yang lebih adil adalah adanya kesempatan yang sama bagi semua
anggota masyarakat untuk mendapatkan pendapatan yang layak serta pembagian
yang merata untuk menikmati maufaat pembangunan dan menanggung resiko
yang sama terhadap lingkungan hidup.
Dampak Sosial, Ekonomi dan Budaya
Pembangunan adalah kegiatan dan upaya pemanfaatan sumber daya yang
ada guna pencapaian kesejahteraan manusia. Di lain sisi pembangunan juga dapat
menirnbulkan pe~bahanyang mendasar terhadap liigkungan fisik maupun sosial.
Menurut Haenunan (1978), perubahan atau dampak yang timbul selain dalam
bentuk fisik juga dalam aspek sosial yang sering mengakibatkan konflik dan
keresahan sosial, sebagai akibat kurangnya pendekatan-pendekatan yang serasi
dengan masyarakat sekitar proyek. Studi dampak sosial didasarkan pada
pemikiran bahwa, masyarakat merupakan sub sistem didalam ekosistem.
Perubahan salah satu sub sistem tentunya akan mempengaruhi yang lainnya (Hadi,
1995).
Hal yang penting untuk dikaji adalah bagaimana ekosistem dapat
berfungsi, saling terkait antar sub sistem, dampak apa yang akan tejadi dan
berapa lama dampak itu akan berlangsung. Di dalam kehidupan masyarakat
terdapat tiga sub sistem yang saling interaktif yaitu, sistem sosial, sistem ekonomi
clan sistem fisik atau liagkungan f i s i i Secara grafis, sistem tersebut diilustrasikan
oleh Hadi (1995) seperti pada Gambar 1.
Sitem Sosial
dan Bndaya
Kcpej
Gambar 1. Interaksi antara komponen ekosistem.(lou D'Arnore and Sheila
Rittenber (1979) &lam Hadi (1995)
Menurut Canadian Environmsntal Assesment Review Council (CEARC)
dalam Hadi, 1995, merumuskan ruang lingkup dampak pembangunan meliputi
(1) perubahan yang berkaitan dengan kependudukan, (2) perubahan yang
berkaitan dengan ekonomi, (3) perubahan yang berkaitan dengan aspek budaya;
(4) perubahan yang berhubungan dengan sumberdaya darn dimana penduduk
sangat tergantung, misalnya sumber air, menurunnya populasi ikan dan lain-lain;
(5) pembahan yang berkaitan dengan fasilitas pub&, seperti digusumya tempat
ibadah, sekolah, balai pertemuan dan sebagainya
Berdasarkan uraian di atas dapat disirnpullcan bahwa dampak sosial
merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang
diakibatkan oleh aktifitas pembangunan. Menurut Hadi (1995) pembahan yang
terjadi dapat meliputi beberapa aspek, antara lain :
1. Cara hidup (way of life), termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan
masyarakat itu hidup dan bekerja, berinteraksi satu dengan yang lainnya Cara
hidup ini disebut sebagai day to day activities atau aktivitas keseharian.
2. Aspek budaya, t m a s u k didalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan,
sebagaii contoh, dengan adanya suatu aktivitas pembangunan seperti indusbi
menyebabkan irama kerja penduduk menjadi padat sehingga tidak lagi
memiliki kesempatan untuk turut dalam kegiatan gotong royong yang
sebelumnya rutin dilakukan.
3. Komunitas meliputi, struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas masyarakat,
estetika, saraua dan prasarana yang diakui sebagai publik fasilitas oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Dalam praktiknya, kajian terhadap dampak sosial menghadapi berbagai
permasalahan (Rachman, 1986).
Pertama, adanya pengertian dan interelasi
konsep sosial ganda (tidak merata). Kedua, istiiah sosi-gkungan
sosial
digunakan secara populer artinya setiap individu merasa tahu konsep sosial.
Ketiga, adanya jarak objektif yang tidak jelas. Keernpat, tidak ada acuan
(referensi) baku mutu teknis sebagai akibat dari adanya permasalahan ketiga
Konsekuensi dari keempat permasalahan tersebut, maka mengakibatkan
penelaahan dampak sosial tidak sampai pada penilaian dampak melainkan lebii
merupak usaha memberikan informasi sosial. Pada akhirnya keserasian
lingkungan sosial tidak dapat ditentukan secara baku.
Beberapa pakar dalam dan luar negeri membeiikan batasan kajian dampak
sosial (Rachman, 1986), antara lain:
1. Dampak lingkungan sosial yang menjadi dampak langmg proyek.
2. Dampak lingkungan sosial yang diakibatkan adanya dampak proyek terhadap
pembahan lingkungan dam dan binaan.
3. Dampak lingkungan sosial yang disebabkan adanya dampak relokasi dari
proyek
Sedangkan dampak ekonomi menurut Rachman (1986) merupakan
perubahan dalam basis ekonomi akan mempengaruhi perubahan dalam non basic
economic activities, suatu dampak ekonomi yang bersifat sekunder yang harus
diperhitungkan. Kegiatan ekonomi non basis mencakup berbagai usaha ekonomi
yang terkait secara tidak langsung dengan ekonomi disektor basis. Secara
sederbana dapat dilihat pada contoh berikut ini, tumbuhnya suatu industri akan
berdampak pada berkembangnya usaha dibidang transportasi pedesaan, usaha
warung sertajasa perdagangan lainnnya di lokasi pmyek.
Carter (1977) menjelaskan bahwa faktor-faktor sosial dan ekonomi yang
perlu mendapat perhatian serta mempunyai kaitan yang erat dengan dampak
liigkungan antara lain adalah populasi, migrasi, distribusi penduduk, pola
ekonomi, kesempatan kerja, pendapan pelayanan sosial dan kesehatan, p e n d i d i i
dan berbagai pelayanan sosial lainnya seperti transportasi, sikap dan cara hidup,
parawisata dan sarana rekreasi. Komponen-komponen sosial ekonomi yang selalu
dianggap penting untuk diketahui, diantaranya adalah: (1) Pola perkembangan
penduduk: jumlah, umur, perbandingan kelamin dan lain sebagainya;
pola
perkembangan perkembangan penduduk masa-masa lalu sampai s
e
w perlu
diketahui. (2) Pola perpin-
pola perpindahan ini juga erat hubungannya
dengan perkembangan penduduk, pola perpindahan yang perlu diketahui adalah
pola perpindahan keluar dan masuk kesuatu daerah secara umum, sedrta pola
perpindahan musiman dan tetap.
Carter (1977) berpendapat bahwa dalam penilian dampak l i g a n ,
faktor-faktor sosial dan ekonomi dewasa ini lebih menarik dari pada faktor-faktor
lingkungan yang berhubungan dengan fisik-kimia, biologi dan sosial budaya
Faktor-faktor
sosial
ekonomi
penting
karena
faktor-faktor
tersebut
mengemukakan aspek-aspek khusus dari lingkungan manusia, dan pembahanperubahan dalam faktor-faktor ini sering mengemukakan perubahan-perubahan
yang paling kritis yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
Dampak terhadap sosial dan budaya pada umumnya disebabkan adanya
interaksi antara dua atau lebii masyarakat yang berbeda sistem sosial. Dimana
masyarakat yang memilik sistem sosial yang komplek mempengaruhi masyarakat
dengan sistem yang sederhana dan sebaliknya (Rachman 1986). Selanjutnya
dampak terhadap sosial budaya suatu masyarakat dapat digambarkan dari
kemungkinan kemasukan sarana kepada sistem sosial. Apabila sarana datang dari
sistem sosial, maka sistem sosial itu mengalami penyesuaian terhadap ekosistem
mereka Demikian pula bila sarana &tang dari ekosistem maka dampaknya akan
dirasakan oleh sistem sosial. Hal ini terjadi untuk menjaga keseimbangan antara
sistem sosial dan ekosistem agar senantiasa langgeng, biasanya dampak berkaitan
erat dengan program pembangunan, dalam hal ini dampak dapat berkaitan dengan
tujuan perbaikan lingkungan, pengamanan terhadap lingkungan dengan cam
preventip clan kuratip (Tohir, 1985). Untuk mengetahui dan mengukur sampai
sejauh mana dampak dari suatu pembangunan terhadap aspek sosial dibutuhkan
kegiatan pemantauan dan evaluasi secara terus menerus (Tohir, 1985). Hal ini
sangat diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana program pembangunan
telah dapat memberikan dampak yang berakibat pada keseimbangan sistem sosial
dan ekosistem senantiasa lestari.
Semdainya kelestarian tidak terjaga, maka
program pembangunan tersebut perlu mendapatkan dan mengkaji faktor-faktor
penyebabnya dan bempaya mengurangi tekanannya terhadap lingkungan sosial
sehingga kelestariannya &pat tercapai.
Dari aspek sosial budaya, dampak berpusat pada kinship centered hhgga
group centered. Pada Kinship centered, dampak tertuju kepada keluarga inti,
keluarga luas, suku Dalam hal group centered, dampak tertuju kepada asosiasi,
perusahaan, instansi, dinas pemerintahan antara kampung hingga antar wilayah
tingkat dunia Menurut Soeratmo (2002), dampak sosial budaya masih jarang di
analisis, sedangkan didalam kenyataannya dampak sosial ekonomi terasa nyata
d a m p a k h p a k sosial budaya akan terasa lebih dahuly disamping itu sering
dijumpai dampak suatu aktivitas proyek positip pada aspek sosial ekonomi tetapi
negatip pada aspek sosial budaya atau sebaliiya.
Persepsi
Persepsi adalah proses penerimaan sejumlah sensasi melalui bekerjanya
sistem syaraf, sehingga kita dapat mengenal dan menyusun suatu pola Proses ini
terjadi sebagai hasil proses penerimaan informasi melalui penarikan kesimpulan
atau pembentukan arti dari suatu kejadian saat itu, dikaitkan dengan kesdigatan
untuk kejadian yang sama dimasa lalu (Bell, 1978)
Menurut Morgan (1986), persepsi mengacu kepada kata melihat,
mendengar, merasakan, mengecap dan mencium. Dengan kata kain persepsi dapat
didefiniikan sebagai apa yang dialami seseorang. Menurut Sarwono (1992)
mengemukaan bahwa persepsi dapat dilihat dari dua pandangan yaitu pandangan
konvensional dan pandangan ekologik. Menurut pandangan konvensional, jika
sejumlah penginderaan disatukan dan dikoord'inasikan didalam pusat syaraf yang
lebii tinggi (otak) sehiugga manusia bisa mengenali clan menilai objek-objek,
dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu dan diberi malcna tertentu
sehingga individu dapat mengenali hasil penginderaan tersebut. maka keadaan ini
dinamakan persepsi. M e n d pandangan ekologik individu tidaklah menciptakan
makm-maha dari apa yang diinderakannya, karena sesungguhnya makna itu
telah terkandung dalam stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang
menyerapnya.
Berdasarkan uraian ternbut di atas nampak bahwa persepsi merupakan
suatu proses dimana stimulus yang ditangkap melalui indera diberi makna sesuai
dengan pengalaman yang dimiliki individu yang bersangkutan. K a n a aspek
pengalaman sangat penting dalam memberikan makna, maka dengan pengalaman
individu yang berbeda memungkhkan adanya perkdaan persepsi walaupun objek
yang diindera memiliki sifat yang sama.
Persepsi akan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia terhadap
lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan masalah lingkungan, oleh
karena itu sikap dan perilaku warga masyarakat menjadi pusat perhatian dalam
penanganan masalah lingkungan (Sarwono, 1987). Sikap dapat didesnisikan
sebagai sesuatu kecenderungan untuk mengaevaluasi suatu objek, atau suatu
gagasan dalam bentuk positif atau negatif. Sikap ini menyangkut pengaruh atau
emosi, perasaan puas-tidak puas, senang dan tidak senang terhadap sesuatu.
Pencemaran pel-airan sungai
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, pencemaran air
adalah masuknya atau dirnasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya (Anonimous, 2001). Berdamrkau pengertian ini, masalah
pencemaran air terkait dengan tiga hal penting, yaitu: (1) unsur yang masuk atau
dimasukkm ke dalarn air, (2) kualitas dan atau p e n m a n kualitas air, mta (3)
pemntukkan air.
Menurut Harsanto (1995) air dikatakan tercemar jika mengalami hal-hal
berikut: (a) air mengandung zat, energi dan atau komponen lain yang dapat
merubah fungsi air sesuai penmtukkannya, atau disebut parameter pencemaran;
(b) kandungau parameter pencemaran di dalam air telah melampaui batas toleransi
tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan gangguan terhadap
pemanfaatannya Dengan kata lain air tidak sesuai dengan peruntukannya
Perairan sungai apabila menerima bahan-bahan asing dari luar dapat
menyebabkan kmubalmya k u a l h air, sehhgga hidrobiota yang hidup didalmya
mengalami gangguan, maka sungai tersebut dikatakan tercemar. Pada sungai yang
besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan mengalami
pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut
menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang dipe~lukanoleh kehidupan air dan
biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi, proses pengenceran, degradasi dan
nondegradasi pada arus sungai yang lambat tidak dapat menghilangkan polusi
lirnbah oleh proses penjernihau alamiah (Darmono, 2001).
Penggunaan lahan untuk bidang pertanian atau perikanan yang
melampui batas pada daerah hulu sungai akan mempengaruhi kualitas daerah
perairan hilir dan muara sungai (Manan, 1997), khususnya sungai-sungai yang
alirannya melalui daerah perkotaan (daerah padat penduduk) dan wilayah
perindustrim (Saeni, 1989). Kegiatan pertanian atau perikanan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas perairan
sungai,
terutama
dengan
adanya penggunaan
pupuk
dan pestisida
(Sutamihardja, 1992). Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya
pencemaran perairan sungai, yang akhirnya akan bermuara ke lautan,
menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitamya.
Sungai dinyatakan tercemar apabila sifat fisik, kimia dan biologinya
mengalami pembahan. Menuntt Warhana (2001), indikator atau tanda bahwa air
telah tercemar adalah: (1) perubahan suhu air, (2) perubahan pH atau konsentrasi
ion hidrogen, (3) perubahan m a , bau dan rasa air, (4) timbulnya endapan,
koloid dan bahan terlarut; (5) adanya mikroorganisme; (6) rneningkatnya
radioaktivitas air.
Alternatip Penyelesaian Konflik dari Dampak Negatif
Pembangunan di bidang ekonomi, selain manfaat bersifat positif juga
menimbulkan dampak negatif dan biasanya berakhir dengan suatu konflik.
Konflik rnerupakan pertentangan antara berbagai kepentingan, nilai, tindakan atau
arah dan sudah menyatu sejak ada kehidupan. Mitchell dkk (1997), k o f l i
sesuatu yang tak terelakkan dapat bersifat positif maupun negatif. Terdapat
beberapa pendekatan untuk penyelesaian k o f l i ketika rnunculnya sengketa yang
berkaitan dengan berbedanya kepentingan rnengenai alokasi sumberdaya dan
liigkungan, diitaranya adalah :
1. Penyelesaian secara politik, biasanya proses penyelesaian konflik dilakukan
oleh elit politik clan pengambilan keputusan. Biasanya keputusan diambil
didasarkan pada berbagai nilai
dan kepentingan yang berbeda-beda
Umurnnya para elit tidak menguasai persoalan-persoalan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan sumberdaya dam clan aspirasi masyarakat lokal yang
langsung terkena dampak dari suatu aktivitas ekonomi.
2. Pendekatan administrasi, penyelesaian konflik dilakukan oleh organisasi
pengelolaan sumberdaya dam yang di bentuk secara resmi dan mernberikan
kesempatan kepada birokrat untuk mengambil keputusan tentang suatu
sengketa yang terjadi. Secara umurn penyelesaian administrasi cocok dengan
apa yang di sebut sebagai pengambilan keputusan secara rutin.
3. Pendekatan yuridis, penyelesaian konflik dilakukan dengan pengaduan dan
pengadilan.
Penekanan pada pendekatan ini diberikan pada fakta,
pengalaman, prosedur dan argumen. Selain beberapa keunggulan pendekatan
hukum namun terdapat beberapa kelemahan diantaranya adalah membutuhkan
waktu yang lama di dala proses penyelesaiannya, tingginya biaya yang
dikeluarkan, sifat adversialnya atau pihak-pihak yang bersengketa tidak
bekerja sama dan saling menjatuhkan.
4. Pendekatan altematif penyelesaian konflik (APK), pendekatan ini muncul
sebagai alternatif dari penyelesaian secam hukum dan timbulnya k e s a d m
akan pentingnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan
dan sumberdaya dam. M e r i s t i k pendekatan AF'K ;
a Menekankan pada kepentingan dan kebutuhan bukan pada posisi dan fakta
b. Bersifat persuasif dari pada pertentangaa
c. Komitmen pada kesepakatan bersama dari pada penyelesaian konflik.
d. Komunikasi yang konstruktif untuk mengembangkan pemahaman bersama
dari pada kritik-kritik yang negatif serta memperkuat argumen masingmasing pihak.
e. Tercapainya penyelesaian sengketa dalam jangka panjang, karena masingmasing pihak m e d i komitmen bersama
f. Penggunaan dan tukarmen&
informasi yang konshuktif.
g. Fleksibiiitas tinggi.
Tetaahan Indikator
Prilaku sifat manusia yang sangat dinamis dapat mempersulit upaya untuk
menentukan indikator sosial ekonomi budaya bila dibandingkan penetapan
komponen fisik. Dalam dampak sosial, ekonomi budaya, komponen-komponen
yang dianggap kritis dan penting (Soeratmo, 2002) meliputi, penyerapan tenaga
kerja, berkembangnya sbmktw ekonomi, penkgkatan pendapatan masyarakat,
perubahan lapangan pekerjaan dan kesehatan masyarakat. Komponen sosial
budaya meliputi, keadaan struktur penduduk, jumlah dan kepadatan penduduk,
pikehidupan sehari-hari, adat istiadat, tata cara, interaksi inha dan antar
kelompok masyarakat, sistem kepercayaan, keanekaragaman, tata nilai dan norma,
sikap, nilai, persepsi terhadap lingkungannya, distribusi kekuasaan, sistem
stratifikasi diferensiasi dan diversifikasi dalam masyarakat, integrasi dari berbagai
kelompok masyarakat, sejarah dan budaya yang patut di peliiara, kedaaan dan
sistem kekuasaan.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor: KEP-29911lflahun 1996 tanggal 4 Nopember 1996 tentang
Pedoman Teknis Aspek Sosial dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Ligkungan (AMDAL) dilakukan untuk setiap dokumen Rencana Usaha atau
Kegiatan Lingkup Pertanian, dalam keputusan ini ada beberapa komponen
lingkungan sosial yang dapat diidentifikasi sebagai dampak potensial dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Daftar komponen, sub komponen, clan parameter sosial
Komvonen
Sosial (Demogdi)
Ekonomi
Sub komponen
Parameter
1. Struktur Penduduk
a. Komposisi penduduk menurut kelompok
umur, jenis kelamin, mata pencarian,
pendidikan, agama.
b. Kepadatan Penduduk
2. Proses Penduduk
a Pertumbuhan Penduduk (Tingkat kelahiran
dan kematian bayi, pola perkembangan)
b.Mobilitas Penduduk ( Migrasi k e l w dan
masuk, pola migrasi dan pola sebaran
penduduk)
3. Tenaga Keja
a. Tigkat paaisifasi angkatan keja
b. Tingkat pengangguran
1. Ekonomi Rumab
Tangga
a. tingkat pendapatan
b. pola n a 5 b ganda
2. Ekonomi Sumber
a pola penggmmm dan penguasaan sumber
daya alam
b. pola pernanhtan sumber daya alam
c. pola penggunaan lahan
d. nilai tanah dan sumber daya alam lainnya
e. sumberdaya alam milik m u m (common
proper&)
Daya Alam
3. Perokonomian Lokal
dan regional
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Kesempatan kej a dan berusaba
Nilai tambah karena proses manufaktur
Jenis dan aktifitas ekonomi non formal
Distribusi pendapatan
Efek ganda ekonomi (multiplier e@ect)
Produk domestik regional bmto.
Pendapatn asli daerah
Pusat-pusat pettumbuhan ekonomi
Fasilitas mum dan fasilitas sosial
Eksesibilitas wilayah
Lanjutan Tabel 1
Kom~onen
Budaya
Sub komoonen
Kebudayaan
Parameter
a. Kebudayaan (adat-istiadafoilai dan norma
budaya)
b. Proses sosial (proses kejasama, kompli
sosial, akulhuasi, asimilasi dan iotegrasi,
kohesi sosial)
c. Pranata sosial Kelembagaan masyarakat
(ekonomi, pendidikan, agarna, sosial,
keluarga)
d. Warisan Budaya (sistus perbakala, cagar
budaya)
e. Pelapisan Sosial berdasarkan ( p e n d i d i i
ekonorni, pekejaan, kekuasaan)
f. Kekuasaan dan kewenangan
(kepemimpinan formal dan informal,
kewenangan formal dan informal,
mekanisme pengambilan keputusan
dikalangan masyarakaf kelompok individu
yang dominan, pergeseran nilai
kepimimpinan.
g. Sikap dan persepsi masyamkat terthadap
rencana usaha atau kegiatan.
h. Adaptasi ekologis
Sumber :Bapedal Tahun 1996.
Daftar komponen, sub komponen dan parameter aspek sosial berikut ini
hams diseleksi lebih lanjut dan disesuaikan dengan karateristik rencana atau
kegiatan dan kondisi lingkungan hidup setempat (bersifat spesifi lokasi)
Sedangkan menurut Fandelli (1992), indikator sosial budaya terdiri dari:
Sosial (demografi): jumlah penduduk, kepadatan, pola kependudukan, struktur
urnur, jenis kelamin, pendidiian, persebaran penduduk d m mobilitas.
Integrasi sosial meliputi: Integrasi antara dan antar kelompok masyarakat,
integrasi dan kohesi sosial yang ada, stratifikasi sosial dan distribusi
kekuasaan, kondisi dan tatanan pranata sosial yang ada serta hgsinya,
orbitrasi kawasan dan integrasinya dengan kawasan lainnya.
Kesehatan meliputi: Predator, sanitasi lingkungan, fasilitas medis, pelayanan
medis, endemi, panderni, dan epidemi.
Ekonomi meliputi: Sistem pengawasan tanah pertanian, petemakan,
perikanan, mata pencaharian, pendapatan, budaya, adat istiadat, tata cara,
sistem kepercayaan, tata nilai dan norma yang berlaku, fasilitas dan sarana
sosial budaya yang ada, peningakatan sejarah budaya yang ada, sikap nilai
dan persepsi berbagai lapisan masyarakat terhadap proyek.
Menurut Canadian Environmental Assessment Research Council indikator
dampak sosial adalah nilai masyarakat, perubahan kelembagaan masyarakat,
kualitas masyarakat dan indikator budaya adalah tradisi masyarakat (Soeratrno,
1991). Hadi (1995) menyebutkau bahwa indikator sosial adalah profil penduduk,
tingkat kepadatan penduduk dan &baran kepadatan, angkatan kerja produktip,
tingkat kelahiran, tingkat kematian kasar, tingkat kematian bayi, pola
perkembngan penduduk, proses sosial (kerja sama, akomodasi, kodik),
akulturisasi, asimulasi dan interaksi dari berbagai kelompok masyarakat,
pelapisan sosial, perubahan sosial, insiden clan prevalensi penyakit yang terkait
dengan usaha kegiatan, sanitasi lingkungan kaitannnya dengan ketersediaan air
bersih, status gizi dan kecukupan pangan, jenis dan jumlah fasilitas kesehatan,
&pan
pelayanan tenaga dokter dan paramedis. Indikator ekonomi adalah
sarana dan prasarana perekonomian, jalan, pasar, bank, pusat pertokoan, poia
pemanfaatan sumberdaya dam, pola pemilikan sumberdaya dam, tingkat
pendapatan penduduk, kesempatan kerja serta kesempatan berusaha Indikator
budaya meliputi adat istiadat dan pola kebiasaan, sikap dan persepsi masyarakat
terhadap rencana usaha atau kegitan.
Menurut Hadi (1995) dampak penting sangat tergantnng pada karateristik
dari masyarakat dimana proyek dilaksanan serta karateristik proyek itu sendiri.
Hal ini karena karateristik masyarakat yang berbeda-be& Berdasarkan berbagai
uraian mengenai berbagai indikator sosial ekonomi budaya, maka didalarn
penelitian ini ditetapkan beberapa komponen dari indikator sosial ekonomi budaya
yang akan digunakan, yaitu:
Indikator sosial (demografi) :meliputi umur, pendidikan, anggota keluarga
Indikator ekonomi meliputi : mata pencaharian dan pendapatan rumah tangga
= Indikator budaya meliputi : adat istiadat, konplik dan persepsi.
Parameter yang digunakan ddam menghitung pendapatan rumah tangga
adalah pendapatan dari pekerjaan utama dan sarnpingan. Parameter ini sesuai
dengan kegiatan kawasan tambak udang inti rakyat yang menimbulkan dampak
ekonomi langsung berupa penyerapan tenaga kerja sedangkan dampak tidak
langsung seperti timbulnya saling hubungan antara berbagai kegiatan dalam
lingkungan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Parameter sosial budaya
meliputi tingkat pendidikan, kegitan pertemuan dan musyawarah warga dan
persepsi. Parameter ini sesuai dengan keberadaan kawasan tambak udang inti
rakyat, timbulnya kebutuhan perumahan, kontrak rumah dan mungkin akan
menimbulkan ketegangan sosial dan kemudian mmculnya berbagai persepsi
terhadap keberadaan kawasan tambak. Pada sisi sosial budaya kemasyarakatan
perhatian difokuskan pada dinamika hubungan sosial budaya yang berlangsung
sebagai dampak adanya kawasan tambak. Diperkirakan segmentasi masyarakat
ke dalam golongan yang beragam akan berlangsung mengiringi kehadiran
kawasan tambak udang PIR PT. CP Bahari. Dalam ha1 ini diferensiasi sosial
sesuai dengan aksesnya terhadap pekerjaan dan kesempatan ekonomi. Tradisi
gotong royong dan suasana homogen ditengah masyarakat pedesaan secara
berangsur-angsur
mengalami
pelunturan
dan terbawa kepada
suasana
individualisme. Keadaan ini membawa konsekuensi kepada melemahnya
keterlibatan sosial (social involement) anggota masyarakat sebagai akibat lebih
banyaknya curahan waktu dan perhatian mereka tujukan kepada kepentingan
pekerjaan.
Dalam rangka menghindari terjadinya duplikasi penelitian dan agar
penelitian ini bisa lebii baik maka perlu melihat penelitian-penelitian yang sudah
dikerjakan sebelumnya, sekaligw juga menjadi pembanding baik sebelum
pengumpulan data hingga penelitian ini selesai, sehingga dapat menjadi acuan
dalam metode analisis, variabel yang digunakan. Ahpun penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan antara lain adalah:
1.
Sitepu (1994), Pemantauan Dampak Sosial Ekonomi clan Sosial
Budaya Kawasan Industri Medan (KIM) Terhadap-Masyarakat Sekitar. Tesis
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Lingkungan. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh terjadinya
perubahan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar dengan hadirnya
Kawasan Industri Medan (KIM).
Penelitian dilaksanakan di Daerah Kotamadya Medan di Kecamatan
Medan Deli, yaitu Kelurahan Mabar, Tanjung Melia, Tanjung Mulia Hiliu, Kota
Bangun dan Titi Papan dengan jumtah responden 120 KK.
Analisis data menggunakan metode matrik Interaksi Leopord yang
bertujuan untuk mengidentifikasi besaran dampak yang timbul, dengan metode
Chi ( Chi-Square) yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dampak sosial
ekonomi dan sosial budaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya dampak sebagai akibat
kegiatan industri di KIM terhadap sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat
sekitar. Pada sumber mata pencarian timbul dampak yang positif yang pada
umumnya kecil dan sangat kecil, kecuali pada aktivitas proses produksi yang
besar. Tingkat penyerapan tenaga kerja mengalami dampak positif, terutama pada
aktivitas proses produksi, tenaga kerja yang terserap lebih banyak yang berasal
dari luar daerah dibandingkan dengan tenaga kerja dari wilayah sekitar.
Secara langsung dan tidak langsung kegiatan Industri Medan memberikan
dampak yang positif terhadap pendapatan masyarakat sekitar, slain menjadi
karyawan banyak masyarakat sekitar membuka usaha baru untuk memenuhi
kebutuhan para karyawan yang tinggal disekitar KIM. Dengan meningkatnya
pendapatan dan adanya sumber mata pencarian yang tetap, minat masyarakat
untuk meningkatkan pendidikan anggota keluarga yang semakin tinggi juga
semakin besar, demikian juga kegiatan untuk mendapat sarana pelayanan
kesehatan yang lebii baik.
Disamping dampak positif, timbul juga dampak negatif walaupun sangat
kecil yaitu terdapat pada prikehidupan sehari-hariladat istiadat. Secara umum
sikap dan persepsi masyarakat sekitar tehadap kehadiran KIM adalah positif
(mendukung/setuju), karena adanya peningkatan taraf hidup dan pendapatan, tapi
pada pengelolaan liibah (baik cair, gas dan padat), sebagian masyarakat merasa
kurang setuju karena banyak hal-ha1 yang merugikan, mulai dari debu, asap,
l i b a h cair serta kebisingan yang timbul setiap saat sebagai aktivitas indushiindustri tersebut
Dari hasil analisa dengan menggunakan uji Kuadrat Chi (Chi- Square),
diketahui bahwa terdapat hubungan yang nyata antara dampak sosial ekonomi dan
sosial budaya terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja, pendapatan, pendidikan,
sarana pelayanan kesehatan, konflik sosial serta pola penyakit dan hubungan yang
tidak nyata antara dampak sosial ekonomi dan sosial budaya terhadap sumber
mata pencarian, peri kehidupan sehari-hariladat istiadat dan hubungan antara
masyarakat. Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kenyataan bahwa
pertumbuhan di KIM telah mendorong cepatnya laju perubahan lingkungan sosial
ekonomi dan sosial budaya masyarakat disekitarnya.
2. Efendy, 1996. Dampak Sosial Ekonomi dan Budaya Perkebunau
Kalapa Sawit. (Studi Kasus PIR V Ngabang PT. Perkebunan Nusantara XIII di
Kdmantan Barat). Tesis Program Studi Ilmu Liigkungan. Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak yang timbul dengan
adanya PIR V Ngabang yang meliputi aspek demo@,
budaya, mengkaji sebab akibat dam&
sosial ekonomi dan sosial
serta persepsi masyarakat terhadap
keberadaan PIR V Ngabang. Hipotesis digunakan, jika keberadaan PIR V
Ngabang memberikan dampak sosial ekonomi dan budaya,
Untuk menganalisis dan membuktikan hipotesis diatas, maka dalam
penelitian ini diukur dan dianalisis beberapa variabel, yaitu : 1) Tenaga kerja
yang terserap oleh PIR. 2). Tingkat pendidikan sebelum dan sesudah adanya PIR.
3).Kegiatan masyarakat dan pertemuan warga sebelum dan sesudah adanya PIR
4). Mata pencarian utarna dan sampingan sebelum dan sesudah adanya PIR
5).Tingkat penghasilan masyarakat sebelum dan sesudah ada PIR.
Penilitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi ini adalah kepala
keluarga yang sudah bermukim dilokasi penelitian lebih dari 15 tahun. Sampel
ditentukan secara acak sebesar 10% dari populasi. Sehingga diperoleh responden
di Desa Hilii Kantor berjumlah 67 orang dan responden di Desa J e l i p o
berjumlah 33 o m g .
Data primer diperoleh dengan memperguuakan kuisioner yang disebarkan
kepada responden, dan wawancara yang mendalam. Selanjutnya dianalisis dengan
mengunakan distribusi ikekuemi untuk mengindentifikasi kondisi sosial ekonomi
dan budaya meliputi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya, uji t dan uji
proporsi untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dan budaya PIR V Ngabang
terhadap Desa Hilir Kantor dan tabulasi silang untuk mengetahui persepsi
masyarakat terhadap keberadaan PIR V Ngabang.
Dari h a i l penelitian didapatkan, kecuali meningkatnya pendidikan dan
penghasilan penduduk, secara umum dapat diitakan keberadaan PIR V Ngabang
memberikan dampak positif yang kecil bahkan menimbulkan dampak negatif
terhadap budaya masyarakat. Meningkatnya penghasilan masyarakat karena
adanya PIR telah mendorong berkembangnya sektor informal, wanmg wanmg,
perdagangan jasa dan lain-lain
Beberapa hal lain yang ditemukan sebagai berikut (1) P I . V Ngabang
sangat rendah merespon tenaga kerja lokal; (2) adanya perubahan mata pencarian
utama atau sampingan penduduk yang bergeser dari petani menjadi beragam
usaha, yang disebabkan bertambah luasnya kesempatan bemaha di sekitar
perdangangan di sekitar perkebunan;. (3) keberadaan PIR V telah memberikan
dampak negatif dengan melemahnya keterlibatan sosial anggota masyarakat,
karena sibuk dengan pekerjaan.
3. Yusuf (1990). Pemantauan Dampak Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi
atas Pertumbuhan Perusahaan Perkebunan Negara dan Swasta di Labuhan Batu
Sumatra Utara. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Lingkungan.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Tujuan penelitian untuk menemukan jawaban tentang besarnya darnpak
pada l i i g a n sosial budaya dan sosial ekonomi dan guna mengetahui jauh dan
dekatnya jarak sosial sebagai akibat dari pertumbuhan perusahaan perkebunan,
serta untuk mengetahui dampak terhadap tenaga kerja yang pada dasarnya
dipengaruhi karakteristik daerah.
Responden yang diwawancarai adalah kepala keluarga sejumlah 180 orang
dalam tiga zona. Dengan mengunakan telcnik penarikan wntoh bersifat (systimatic
random sampling). Kemudian untuk keperluan hipotesis digunakan teknik uji
Kruskal-Wallis dan teknik uji Chi-Square.
Hasil penelitian menyatakan bahwa dampak cenderung positf pada
liigkungan sosial budaya clan sosial ekonomi yang dirasakan penduduk desa
kebun tidak k b e d a nyata dengan yang dirasakan penduduk diluar kebun pada
semua zona. Selanjutnya dekatnya jamk sosial tidak berbeda nyata antara desa
kebun dengan desa di luar kebun. Kecendrungan kuatnya status sosial masyarakat
sebagai akibat dari pertumbuhan perusahaan perkebunan tidak berbeda nyata
antara desa kebun dengan desa luar kebun pada semua wilayah. Lemahnya tradisi
masyarakat penduduk desa kebuntidak .kbeda nyata dengan penduduk desa luar
kebun pada semua wilayah.
Besamya dampak tenaga kerja yang dirasakan penduduk desa kebun,
kecilnya dampak tenaga kerja yang dirasakan penduduk desa luar kebun tidak
berbeda nyata serta tidak dipengaruhi oleh karakristik daerah pada semua
wilayah. Kecendeiungan cepatnya intensitas pendidikan pada desa luar kebun
serta rendahnya pendapatan masyarakat desa kebun ternyata tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifihu di semua wilayah.
Semakin dekatnya jamk sosial tidak berarti semakin besar dampak pada
lingkungan sosial budaya dan sosial ekonomi, akan tetapi lemahnya status sosial
suatu masyarakat ditentukan oleh besaran dampak sosial budaya dan sosial
ekonomi. Tradisi masyarakat tidak terpengaruh dengan besaran dampak sosial
budaya dan sosial ekonomi yang terjadi.
Di pihak lain stiap terjadi perubahan besaran dampak sosial budaya dan
yang sangat nyata pada intensitas tenaga
sosial ekonomi, maka terjadi pe~~bahan
kerja, laju intensitas pendidikan dan intensitas pendapatan masyarakat.
Download