PDF - BPPP – Badan Pengkajian dan Pengembangan

advertisement
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
KATA PENGANTAR
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Perdagangan yang ditetapkan pada 5 Februari
2016, maka terdapat perubahan nomenklatur pada unit-unit di lingkungan Kementerian
Perdagangan. Salah satu perubahan tersebut terdapat pada BPPP yang semula merupakan
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP) menjadi Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP). Walaupun terdapat perubahan
nomenklatur pada unit BPPP, namun peran BPPP terhadap penyusunan kebijakan
perdagangan nasional masih tetap sama yang ditunjukkan dengan keluaran yang dihasilkan
masih berupa rekomendasi kebijakan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh para
stakeholder.
Dalam rangka mewujudkan kinerja BPPP yang optimal, maka perlu dilakukan
sinkronisasi tugas dan fungsi setiap unit di lingkungan BPPP serta penyesuaian target kinerja
dan rumusan indikator kinerja yang telah disusun sesuai dengan nomenklatur baru pada
dokumen Rencana Strategis BPPP 2015-2019. Diharapkan sinkronisasi dan penyesuaian yang
dituangkan dalam Laporan Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 Tahun 2016 ini dapat
semakin meningkatkan kualitas proses pengkajian dan pengembangan di bidang perdagangan
yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan yang dihasilkan oleh
BP3.
Tiada gading yang tak retak, dokumen ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena
itu akan memerlukan perbaikan-perbaikan ke depan. Semoga hasil review Rencana Strategis
BP2KP 2015-2019 TA 2016 ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya untuk
menciptakan kebijakan perdagangan yang berkualitas dalam pembangunan perdagangan.
Jakarta,
April 2016
Kepala Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan
Tjahya Widayanti
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
i
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 5
1.1 Kondisi Umum ...................................................................................................................... 5
1.2 Potensi dan Permasalahan ............................................................................................ 46
1.2.1. Potensi..................................................................................................................... 46
1.2.2. Permasalahan ....................................................................................................... 51
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN BP2KP............................................................................................ 65
2.1
2.2
2.3
2.4
VISI.......................................................................................................................................... 66
MISI......................................................................................................................................... 67
Tujuan.................................................................................................................................... 67
Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan ....................................................................................................................... 68
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN.......................................................................................................................... 72
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan .................................. 76
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan .................................................................................................. 77
3.3 Kerangka regulasi ............................................................................................................. 81
3.4 Kerangka kelembagaan .................................................................................................. 84
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ....................................................... 97
4.1. Target kinerja ..................................................................................................................... 97
4.1.1. Target Kinerja BP2KP pada Sasaran Strategis Kementerian
Perdagangan ......................................................................................................... 97
4.1.2. Tujuan #1: Penyediaan rekomendasi kebijakan perdagangan yang
artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan pemangku
kepentingan .......................................................................................................... 97
4.1.3. Tujuan
#2:
Pengelolaan
data
dan
informasi
secara
berkesinambungan........................................................................................... 100
4.1.4. Tujuan #3: Pengelolaan sistem jaringan TIK yang mudah diakses
.................................................................................................................................. 102
4.2. Kerangka Pendanaan .................................................................................................... 103
BAB V PENUTUP ................................................................................................................................... 105
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
ii
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
:
Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian Perdagangan
Tahun 2015 - 2019
Gambar 2
:
Keterkaitan Tujuan K/L, Misi dan Tujuan BP2KP Tahun 2015 –
2019
Gambar 3
:
Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja BP2KP
Tahun 2015 – 2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
iii
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Matrik Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan 2015 - 2019
Lampiran 2
:
Matriks
Rencana
Pendanaan
Badan
Pengkajian
dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan 2015 - 2019
Lampiran 3
:
Matriks Indikator Kinerja Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan 2015-2019
Lampiran 4
:
Daftar Kajian Bidang Perdagangan Tahun 2010 - 2014
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
iv
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
Selama
menunjukkan
kurun
waktu
perannya
2010-2014
terhadap
sektor
pertumbuhan
perdagangan
ekonomi
semakin
nasional.
Sebagaimana ditunjukkan oleh peran ekspor yang semakin meningkat terhadap
pertumbuhan PDB Nasional. Pada bulan Desember tahun 2013 neraca
perdagangan Indonesia mencetak rekor terbesar sepanjang dua tahun terakhir,
yaitu mengalami surplus USD 1,5 miliar, terdiri dari surplus non-migas sebesar
USD 2,3 miliar, sedangkan neraca migas masih mengalami defisit sebesar USD
0,8 miliar.
Namun demikian, pada tahun 2014 terjadi defisit neraca
perdagangan akibat resesi dunia yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja
ekspor non-migas Indonesia. Selama periode Januari-Desember 2014, BPS
mencatat nilai ekspor nasional sebesar US$ 176,29 miliar atau lebih rendah dari
impor yang mencapai US$ 178,18 miliar. Secara umum, nilai ekspor Indonesia
turun 3,43 persen pada 2014, sejalan dengan impor yang juga turun sebesar
4,53 persen (BPS).
Memasuki tahun 2015, kondisi ekonomi makro relatif stabil dengan
belanja pemerintah yang juga menunjukkan kinerja cukup baik. Kementerian
Keuangan mencatat pertumbuhan ekonomi hingga bulan Mei 2015 mencapai
4,7 persen dan berpotensi meningkat apabila sektor manufaktur mampu
tumbuh di atas 5 persen. Tingkat inflasi tercatat sebesar 6,8 persen (yoy).
Angka ini sudah di atas Outlook pemerintah sebelumnya yang mematok pada
kisaran 4 persen, namun masih di bawah asumsi APBN yang sekitar 5 persen.
Pada bulan Mei 2015 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS)
rara-rata sebesar Rp.12.866/dollar AS, dengan depresiasi rata-rata sekitar 8,5
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan tingkat suku bunga SPN 3 bulan tercatat sebesar 5,6 persen atau
lebih rendah dari asumsi APBN-P 2015 sebesar 6,2 persen. Harga minyak
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
5
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
mentah Indonesia (ICP) rata-rata tercatat sebesar 53 dollar AS per barel yang
lebih rendah dari asumsi APBN-P sebesar 60 dolar AS/barel. Begitu juga dengan
lifting minyak Indonesia yang masih ada di kisaran rata-rata 742 ribu
barel/hari, masih lebih rendah dari asumsi sebesar 60 dolar AS/barel. Terakhir,
lifting gas mencapai 1.164 ribu barel setara minyak per hari, yang masih lebih
rendah dari asumsi sebesar 1.221 ribu barel setara minyak per hari.
Dengan memperhatikan kondisi ekonomi makro tersebut, maka pada tahuntahun mendatang diperlukan kebijakan perekonomian yang komprehensif dan
mendukung pertumbuhan berbagai sektor, khususnya sektor penghasil devisa
negara, termasuk sektor perdagangan.
Di sisi perdagangan dalam negeri, Kementerian Perdagangan berperan
penting dalam menjaga stabilisasi harga bahan pangan dan barang penting
lainnya. Untuk menjaga masyarakat dari serbuan barang-barang lokal maupun
impor yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan konsumen,
Kementerian Perdagangan secara simultan mengadakan kegiatan pengawasan
barang beredar dan pendidikan konsumen hingga tingkat nasional.
Sebagai salah satu regulator pada sektor perdagangan, Kementerian
Perdagangan sangat memahami bahwa sarana distribusi memegang peran vital
dalam menstabilkan harga-harga barang kebutuhan masyarakat. Untuk
mendukung
stabilisasi
harga
tersebut,
Kementerian
Perdagangan
mencanangkan kebijakan revitalisasi pasar tradisional dan pusat distribusi.
Lebih dari 1000 pasar telah dibangun melalui dana dekonsentrasi yang selama
ini digelontorkan ke seluruh provinsi di Indonesia, disamping gudang-gudang
pendukung implementasi sistem resi gudang.
Dinamika perdagangan internasional yang diwarnai dengan munculnya
berbagai kesepakatan perdagangan baik di tingkat bilateral, regional, maupun
multilateral direspon oleh Kementerian Perdagangan maupun pemerintah
Indonesia secara umum secara cukup baik. Sebagai contoh, Kementerian
Perdagangan mengambil bagian penting dari Paket Bali yang disetujui pada
Konferensi Tingkat Menteri WTO pada bulan Desember 2013 lalu yang dinilai
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
6
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
oleh dunia internasional telah membawa kerja sama multilateral ke tingkatan
baru.
Di tingkat regional seperti telah diketahui bersama implementasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) pada
tahun 2015 telah berada di ambang pintu. Untuk mempersiapkan masyarakat
Indonesia, baik umum maupun pelaku usaha, Kementerian Perdagangan dengan
aktif melakukan edukasi dan sosialisasi terhadap dampak pelaksanaan AEC dan
potensi manfaat yang didapat oleh bangsa Indonesia apabila mampu
memanfaatkan kerja sama tersebut.
Sedangkan di tingkat bilateral, Indonesia juga menghadapi persaingan dari
negara-negara lain untuk menghasilkan kerjasama perdagangan yang
menguntungkan demi meningkatkan kinerja perdagangan dan menggerakkan
ekonomi nasional. Agar setiap perjanjian internasional yang dimasuki oleh
Indonesia dapat membawa hasil yang positif, Kementerian Perdagangan
berupaya untuk selalu melakukan feasibility study dengan hati-hati terkait
posisi runding Indonesia dengan negara calon mitra dagang. Berbagai dialog
melibatkan unsur-unsur pemerintah, kalangan akademisi, maupun pelaku
usaha di berbagai sektor gencar dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.
Berbagai kerja sama yang tengah berjalan juga di evaluasi untuk memastikan
bahwa Indonesia tidak dirugikan akibat kesepakatan yang ada, disamping
memaksimalkan potensi yang ada.
Penghujung periode rencana pembangunan jangka menengah ke-2 ini juga
menjadi
tonggak
bersejarah
bagi
Kementerian
Perdagangan
dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Terbitnya kebijakan ini semakin membuka jalan bagi Kementerian Perdagangan
untuk lebih jauh berperan dalam pembangunan ekonomi bangsa melalui sektor
perdagangan. Kebijakan yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 7 Desember 2014 ini mengatur secara menyeluruh peran
Kementerian Perdagangan dan instansi pemerintah terkait lainnya dalam
mengelola sektor perdagangan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
7
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Namun demikian, masih banyak ‘pekerjaan rumah’ yang menanti
Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan sektor perdagangan sebagai
penggerak utama daya saing dan kemakmuran bangsa. Berbagai evaluasi
capaian kinerja telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dengan tujuan
menginventarisasi kembali berbagai target periode 2010-2014 yang belum
terpenuhi atau pun yang belum dicapai secara maksimal untuk dapat
disempurnakan atau diwujudkan pada periode berikutnya. Hasil evaluasi
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penyusunan Renstra Kementerian
Perdagangan periode 2015-2019. Dokumen tersebut selanjutnya juga menjadi
acuan bagi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam
menyusun Rencana Strategis di tingkat eselon I.
Sejalan dengan proses reformasi birokrasi yang berjalan dan tuntutan
terhadap kebijakan publik di sektor perdagangan yang berkualitas (sound trade
policy), diperlukan lembaga litbang/think tank di lingkungan Kementerian
Perdagangan yang kompeten. Untuk itu, pada tahun 2010 Badan Litbang
Perdagangan berubah menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan atau disingkat BP2KP. Perubahan nomenklatur ini sekaligus
mengamanatkan peran yang lebih strategis dan mendalam bagi BP2KP untuk
mendukung Kementerian Perdagangan dalam mengeluarkan kebijakankebijakan yang holistik, antisipatif, responsif, artikulatif, dan solutif. Kemudian,
dengan adanya penataan kembali organisasi dan tata kerja Kementerian
Perdagangan, nomenklatur BP2KP kembali berubah menjadi Badan Pengkajian
dan Pengembangan Perdagangan atau disingkat BPPP sesuai dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016. Namun, perubahan
nomenklatur ini tidak mengubah outcome yang dihasilkan BPPP yang berupa
rekomendasi kebijakan.
Sebagai satu-satunya unit kelitbangan internal (internal think tank),
dukungan BP2KP terhadap Kementerian Perdagangan diwujudkan lewat
berbagai rekomendasi kebijakan yang disusun melalui kajian baik di subsektor
perdagangan dalam negeri, luar negeri, dan kerja sama perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
8
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
internasional. Disamping dukungan kajian, dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan hasil-hasil pengkajian BPPP juga mengadakan berbagai kegiatan
public outreach diantaranya yaitu diseminasi hasil-hasil pengkajian kebijakan
perdagangan dan penerbitan publikasi ilmiah dan populer BPPP. Diseminasi
hasil-hasil pengkajian kebijakan perdagangan dilaksanakan di Jakarta dan
beberapa kota besar di daerah. Kegiatan ini diikuti oleh para pemangku
kebijakan
dan stakeholder terkait kajian, serta akademisi. Adapun capaian
utama BPPP selama periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:
a. Hasil pengkajian kebijakan perdagangan
Kegiatan pengkajian kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh BPPP
utamanya bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi unit-unit teknis di
lingkungan Kementerian Perdagangan dalam penyusunan kebijakan. Oleh
karena itu, seiring dengan permintaan dan kebutuhan akan kajian untuk
mendukung penyusunan kebijakan perdagangan selama periode 2010-2014
terdapat tren kenaikan jumlah kajian yang dihasilkan oleh BPPP, terlepas
dari dinamika pagu yang didapat BPPP setiap tahunnya. Sebagai contoh, pada
tahun 2010 terdapat total 12 kajian jangka panjang yang dihasilkan oleh
BPPP. Kondisi ini dapat dijelaskan mengingat pada tahun 2010, BPPP masih
menggunakan sistem lama, yaitu hanya melakukan kajian jangka panjang
yang berdurasi 10-12 bulan sehingga output yang dihasilkan biasanya
banyak digunakan sebagai referensi bagi kebijakan strategis dan berdurasi
jangka panjang.
Namun berdasarkan permintaan dan tuntutan para stakeholder agar kajian
yang dihasilkan BPPP dapat dimanfaatkan secara cepat, khususnya untuk
menangani isu-isu kebijakan terkini (current issues), maka pada tahun 2011
BPPP mulai menerapkan sistem baru. Pada sistem ini, kajian di BPPP
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu kajian jangka panjang dan kajian jangka
pendek dengan penekanan output pada kajian jangka pendek atau yang lebih
dikenal sebagai analisis. Pemberlakuan sistem ini membuat output hasil
kajian BPPP melonjak menjadi 46 buah kajian, baik panjang maupun pendek
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
9
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
pada tahun 2011 melebihi target rencana kinerja sebesar 30 laporan kajian.
Tahun berikutnya yaitu 2012 output kajian BPPP kembali mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dengan 67 laporan kajian, melampaui
target sebesar 37 kajian. Disamping itu pada tahun yang sama BPPP
mengeluarkan 41 rekomendasi kebijakan bagi Kementerian Perdagangan.
Jumlah kajian terus bertambah dimana pada tahun 2013 dihasilkan kajian
110 hasil kajian dengan 41 diantaranya digunakan sebagai rekomendasi
kebijakan. Sedangkan pada tahun 2014, BPPP menghasilkan 62 kajian dan 12
rekomendasi kebijakan. Pada tahun 2015, BPPP konstan menghasilkan 62
kajian yang terdiri dari 9 kajian jangka panjang dan 53 analisis jangka
pendek
yang
keseluruhan
hasil
rekomendasi
kebijakannya
telah
disampaikan ke para stakeholder terkait.
Peningkatan jumlah hasil kajian di atas selama 2010-2014 sebagaimana
dijelaskan diatas menunjukkan bahwa peran kajian semakin penting dalam
penyusunan kebijakan di Kementerian Perdagangan (research-based policy).
Beberapa contoh hasil kajian BPPP selama kurun waktu 2010-2014 yang
digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan tersaji pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Beberapa hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan
rekomendasi kebijakan tahun 2009-2015
No.
Judul Kajian
1 HPP gula
2
HPP beras
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Rekomendasi
Direkomendasikan sebagai bahan rapim
kementerian perdagangan dimana perlu ada
pemahaman bahwa HPP bukan merupakan
satu-satunya
instrumen
yang
dapat
mendukung perbaikan sistem pergulaan
nasional, termasuk kesejahteraan petani
gula. HPP yang tinggi hanya akan
menguntungkan pabrik swasta yang tidak
menerapkan KSO karena business operationnya yang jauh lebih efisien. Penggunaan
bibit unggul dan efisiensi pabrik gula milik
BUMN justru merupakan hal yang paling
utama dalam pengembangan sistem
pergulaan nasional agar lebih efisien
Direkomendasikan sebagai bahan rapim
kementerian perdagangan dimana Besaran
HPP beras tahun 2013 tidak berubah dan
masih mengacu besaran HPP tahun 2012
10
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
3
Upaya
Peningkatan
Implementasi UU WDP di
Daerah
4
Peningkatan Peran Lembaga
Pembiayaan
Dalam
Pengembangan UMKM Sektor
Perdagangan
mengingat dinamika harga baik di tingkat
nasional maupun internasional relatif stabil
Direkomendasikan agar Ditjen Dagri
memaksimalkan jaringan komputerisasi dan
program aplikasi WDP yang ada. Cara
tersebut
merupakan
opsi
unggulan
dibandingkan
opsi
lainnya
dalam
menyelesaikan permasalahan implementasi
pendataan WDP. Masih terus meningkatkan
sosialisasi terhadap pelaku usaha tentang
pentingnya pendaftaran perusahaan yang
selama ini telah dilakukan
- Direkomendasikan kepada
lembaga
perbankan
agar
meningkatkan
sosialisasi kepada UMKM tentang
eksistensi lembaga pembiayaan baik
bank maupun non bank khususnya
koperasi. Bagi lembaga pembiayan
perbankan yang tidak memiliki core
usaha pada usaha mikro dapat
menggunakan
model
pembiayaan
linkage dan channeling dengan lembaga
pembiayaan lainnya. Selain itu juga
perlu
sistem
informasi
debitur
terintegrasi antar lembaga pembiayaan
bank dan non bank untuk mencegah
terjadinya pembiayaan berulang pada
UMKM yang sama
- Direkomendasikan kepada Kemendag
agar dilakukan kemitraan antara
pemerintah pusat, daerah dan lembaga
pembiayaan dalam hal memberikan
bantuan teknis kepada UMKM, sehingga
pembinaan yang dilakukan dapat lebih
terintegrasi. Perlunya kebijakan yang
mewajibkan UMKM untuk mengikuti
pembinaan dari lembaga pembiayaan
dan menyerahkan laporan keuangan
usaha secara periodik kepada lembaga
pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi
terjadi
penyimpangan
pemanfaatan kredit yang diberikan oleh
lembaga pembiayaan
5
Peran Kebijakan Perdagangan
Dalam Rangka Percepatan
Pencapaian
Swasembada
Pangan
(Beras,
Jagung,
Kedelai, Gula Dan Daging
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
- Direkomendaikan kepada Kemendag
agar kebijakan perdagangan dalam
bentuk Tarif Bea Masuk (TBM), baik tarif
spesifik untuk beras dan gula, maupun
tarif ad-valorem untuk jagung, kedelai
11
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Sapi)
dan daging sapi, sebagai salah satu
bentuk perlindungan kuantitatif bagi
pertanian di Indonesia, masih tetap
diperlukan.
Tujuan
kebijakan
perdagangan dalam bentuk Tarif Bea
Masuk (TBM) ini adalah untuk
menghambat
laju
pertumbuhan
konsumsi per kapita yang berlebihan,
utamanya beras, sekaligus untuk
mendorong pertumbuhan produksi
beras, jagung, kedelai, gula dan daging
sapi, sehingga swasembada dapat lebih
cepat tercapai
- Direkomendasikan kepada kementerian
pertanian untuk mendorong produksi
pangan dan pertanian yang juga
diperlukan,
antara
lain:
(1)
Pengembangan teknologi secara terus
menerus;
(2)
Penetapan
Harga
Pembelian Pemerintah untuk beras dan
Harga Patokan untuk gula; (3)
Pemberian subsidi harga input (benih
dan pupuk); (4) Perbaikan prasarana
pertanian (jaringan irigasi, jalan
pertanian, dan lain-lain); (5) Pencetakan
sawah untuk padi, dan pengadaan lahan
untuk kedelai dan gula; dan (6)
Pengendalian/pencegahan pemotongan
sapi potong betina produk
6
7
Upaya
Meningkatkan
Efektifitas
Implementasi
Sistem Resi Gudang (SRG)
Komoditi Jagung
Dinas Perindag bekerasama dengan
Bappebti perlu meningkatkan sosialisasi
secara rutin dan intensif untuk mendorong
petani menerapkan SRG dengan melibatkan
dinas terkait dan stakeholders lainnya
(penyuluh dan petani yang telah sukses
menerapkan SRG). Selin itu dinas perindag
untuk memfasilitas
kerjasama antar
pengelola gudang, seperti PT. Pertani dan
PT. Bhanda Ghara Reksa (sebagai BUMN
Pengelola Gudang)
Kinerja Logistik Perdagangan Direkomendasikan kepada kementerian PU
Studi Kasus: Beras Dan Semen untuk melaksanakan pembangunan dan
perbaikan
sarana
dan
prasarana
infrastruktur terutama akses jalan ke
pelabuhan, perencanaan jalur transportasi
baik barang dan manusia dengan
mempertimbangan pertumbuhan penduduk
dan ekonomi, peningkatan ketertiban dan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
12
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
8
Pusat
(PDR)
Distribusi
Regional
9
Antisipasi Perubahan
Konsumsi Pangan
Pola
10
Penentuan
Kriteria
Komoditas Bapok
Dan
11
Faktor Yang Mempengaruhi
Harga Daging Sapi Di Dalam
Negeri
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
kesadaran pengguna sarana transportasi
dan infrastruktur terhadap aturan-aturan
transportasi dan aturan lain seperti beban
muatan
Merekomendasikan
kepada
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
perlu
menyiapkan
proses
bisnis,
manajemen, teknologi, dan kompetensi
sumber daya manusia (SDM) yang memadai
agar PDR dapat berfungsi secara optimal
selain itu Pembangunan PDR di wilayahwilayah
lain
hendaknya
lebih
memperhatikan ketersediaan infrastruktur
transportasi laut dan transportasi darat,
termasuk jalan raya sebagai penghubung
ke/dari PDR
Direkomendasikan agar promosi produk
makanan dilakukan dengan benar dan tidak
menyesatkan konsumen dan pemerintah
harus berperan dalam upaya diversifikasi
konsumsi pangan pokok berbasis sumber
daya lokal
Direkomendasi kan pemerintah perlu
membatasi
jumlah
bapok
dengan
mempertimbangkan
kebijakan
pembangunan pertanian, tingkat kesulitan
dan biaya dalam kebijakan pangan,
dinamika konsumsi dan dinamikan pasar
internasional dengan pertimbangan jumlah
bapok seyogyanya tidak lebih dari 10
komoditas
Merekomendasikan kepada kementrian
perdagangan upaya stabilisasi harga
dilakukan melalui monitoring harga secara
berkala pada setiap jenis daging sapi serta
jenis pasar juga perlu memperhatikan
perubahan terhadap mekanisme waktu
importasi antara daging sapi, sapi bakalan
serta sapi siap potong sangat penting serta
penataan kembali jalur tata niaga sapi
maupun dagng sapi antar provinsi melalui
kebijakan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah
13
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
12
Peningkatan Daya Saing Dan - Merekomendasikan
kepada
Badan
Perlindungan
Konsumen
Standardisasi Nasional (BSN) untuk
Melalui Standar Nasional
melakukan
peninjauan,
perubahan
Indonesia (SNI)
(amandemen) SNI khususnya produk
eskpor ke negara tujuan sesuai
perkembangan dan perubahan selera
konsumen dan teknologi
- Merkomendasikan kepada perwakilan
dagang RI di luar negeri, untuk menjadi
bagian solusi dari kasus-kasus penolakan
produk ekspor Indonesia antara lain
melakukan mediasi, konsultasi, dan
menyediakan
informasi
terkait
perkembangan standar dan selera pasar
mitra dagang kepada para eksportir di
Indonesia
13
Upaya Peningkatan Pelayanan
Tera/Tera Ulang Alat Ukur,
Takar,
Timbang
Dan
Perlengkapannya (UTTP) Di
Pasar Tradisional
14
Upaya
Peningkatan
Pengawasan
Terhadap
Pemberlakuan SNI Wajib
Produk Elektronik
15
Upaya
Peningkatan
Pengawasan Distribusi Bahan
Berbahaya
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Direkomendasikan agar
pemerintah
Provinsi
dan
Kabupaten
/kota
meningkatkan pelayanan tera/tera ulang
UTTP bersifat mandatory dalam upaya
perlindungan konsumen. Dalam upaya
meningkatkan pelayanan tera/tera ulang
UTTP khususnya timbangan antara lain :
membentuk UPT dan UPTD-UPTD yang
dilengkapi jumlah dan kompetensi SDM
(penera dan pegawai yang berhak) yang
memadai;
ketersediaan
sarana
dan
prasarana (gedung, peralatan standar, alat
transportasi, dll), kegiatan pengawasan dan
penyuluhan tera/tera ulang. Perlu juga
koordinasi
dengan
pengelola
pasar
dibutuhkan dalam meningkatkan akses
pelayanan
tera/tera
ulang
adalah
kelengkapan data UTTP yang valid di pasar
tradisional
Direkomendasikan kepada lembaga penguji
dan LSpro agar harmonisasi biaya pengujian
produk maupun pemprosesan SPPT-SNI.
Perlu penyeragaman waktu pengujian
hingga penerbitan SPPT – SNI
Direkomendasikan
agar
Kemendag
merevisi Permendag terutama pada pasalpasal yang tertuang pada Permendag Nomor
:
44/M-DAG/PER/9/2009
tentang
Pengadaan, Distribusi Dan Pengawasan B2
yang menyangkut aspek pengadaan,
distribusi dan pengawasan serta penerapan
sanksi, perlu ada penyempurnaan. Selain itu
perlu juga diatur ketentuan mengenai
14
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
16
Analisis Mengatasi
Perdagangan
17
Analisis
Impor
Produk
Tertentu Melalui Pelabuhan
Krueng Geukeuh-Aceh Utara
dan Pelabuhan Kuala LangsaKota Langsa
18
Analisis
terhadap
Impor
Sakarin, Natrium Siklamat,
Perkakas
Tangan
serta
Preparat
Bau-bauan
dan
Campuran
Mengandung
Alkohol
Analisis Impor Kepolimer dari Hasil analisis ini, BP2KP memberikan
Propilen
rekomendasi ke Direktorat Impor terkait
lampiran
Kepmenperindag
No.230/MPP/Kep/7/
1997
yang
menggunakan HS 1996 dan jumlah HS yang
berjumlah 9 digit, maka perlu dilakukan
penyesuaian lampiran SK tersebut sesuai
dengan BTKI 2012. Rekomendasi yang
diberikan telah ditindak lanjuti oleh
pimpinan dengan hasil telah disusunnya
Rancangan
Permendag
mengenai
Ketentuan Impor Plastik
Analisis Kebijakan Impor Hasil analisa ini merekomendasikan kepada
Klinker dan Semen
Direktorat Impor bahwa pentingnya
melindungi investasi di sektor industri
19
20
Defisit
sanksi yang lebih jelas dan menimbulkan
efek jera sesuai dengan pelanggarannya
dalam upaya meningkatkan kepatuhan
pelaku usaha dalam memenuhi segala
kewajiban, antara lain
pelaporan.
Penerapan sanksi terhadap pelanggaran
perlu ditegakkan dan mengacu pada
peraturan perundangan yang berlaku yaitu
Undang-undang Perlindungan Konsumen
Hasil analisa ini sebagai bahan rekomendasi
terkait langkah-langkah mengatasi defisit
perdagangan dengan cara: menaikkan harga
BBM dengan cara mengurangi subsidi
sehingga dapat menghemat APBN dan
mengurangi
impor;
(b).Meningkatkan
penggunaan biodiesel; (c). Melonggarkan
aturan maksimum titik kabut menjadi 1920o C
Hasil analisa ini menjadi rekomendasi
Direkturat Impor bahwa dimungkinkan
Pelabuhan Krueng Geukueh dibuka sebagai
pelabuhan impor produk tertentu di Aceh.
Hasil outcome dari rekomendasi ini adalah
telah diterbitkannya Permendag Nomor
61/M/DAG/PER/9/2013,
yang
menetapkan
Pelabuhan
Krueng
Geukueh, Aceh Utara sebagai pintu
masuk Impor Produk Tertentu
Hasil analisis ini direkomendasikan kepada
Direkturat Impor bahwa perlu dilakuan
revisi
atas
Kepmenperindag
No.230/MPP/Kep/ 7/1997
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
15
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
semen. Tindak lanjut dari Pimpinan adalah
telah disusunnya Rancangan Permendag
mengenai Ketentuan Impor Semen
Hasil analisis ini merekomendasikan pada
Direktur Ekspor, bahwa upaya untuk
merevisi BK CPO yang berlaku saat ini harus
mempertimbangkan adanya investasi di
industri pengolahan CPO yang sudah masuk
dan konsistensi kebijakan tersebut pada
investor dalam negeri maupun asing; dan
Kementerian
Perdagangan
tidak
merekomendasikan adanya revisi berupa
penurunan BK CPO
Hasil rekomendasi dari analisis ini telah
diterbitkan PMK No. 128/PMK.011/2013
tentang Perubahan atas PMK No.
75/PMK.011/2012 tentang Penetapan
Barang Ekspor yang dikenakan Bea
Keluar dan Tarif Bea Keluar tanggal 9
September 2013
21
Analisis Dampak Kebijakan
Bea
keluar
(BK)
CPO:
Statistical Desk Research
22
Hasil Analisis Harga Referensi
CPO dengan Menggunakan
Metode Tertimbang BKDI
60%: MDX 20%: Rotterdam
20%: Statistical Desk Research
23
Tanggapan atas Implementasi
Pemerintah AS untuk kasus
Clove Cigarrettes (DS 406)
setelah
berakhirnya
Reasonable Period of Time
tanggal 24 Juli 2013
Hasil analisis ini sebagai bahan rapat
pimpinan
dalam
menanggagapi
implementasi Pemerintah AS untuk kasus
clove
cigarettes
(ds
406)
setelah
berakhirnya reasonable period of time
tanggal 24 Juli 2013
24
Hasil penelusuran
Pasar Tradisional
Ekspor Non Migas
Hasil analisis ini sebagai bahan rapat
pimpinan dalam menelusuri definisi pasar
tradisional tujuan ekspor non migas
25
Penyesuaian Tarif Bea Masuk Hasil
rekomendasi
analisis
ini
atas Impor Kedelai
diterbitkannya
PMK
No.
133/PMK.011/2013 tanggal 3 Oktober
2013, tentang Perubahan atas PMK no
213/PMK.011/2011 tentang Penetapan
Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan
Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Tarif
Bea masuk untuk impor kedelai diturunkan
menjadi 0%
Analisis Dampak Kebijakan Analisis ini memberikan rekomendasi
Pelarangan
Ekspor
Raw terkait penerapan kebijakan pelarangan
Mineral dan Tambang
ekspor raw mineral tambang di tahun 2014
Tanggapan atas surat Asosiasi Hasil analisis ini sebagai bahan rapat
Niaga
Pupuk
Indonesia pimpinan dalam menanggagapi
surat
mengenai
Pengadaan, Asosiasi Niaga Pupuk Indonesia mengenai
Distribusi, dan Pengawasan Pengadaan, Distribusi, dan Pengawasan
Bahan Berbahaya
Bahan Berbahaya
26
27
Definisi
Tujuan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
16
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
28
Masukan atas surat Ditjen.
Basis Industri Manufaktur,
Kemenperin
atas
usulan
pengecualian 6 pos tarif/HS
dari Pengenaan BMAD CRC/S
Hasil analisis ini merekomendasikan
kepada Direktur Kerjasama Bilateral,
dengan isi menyatakan bahwa usulan
pengecualian terhadap 6 pos tariff/HS
untuk dikecualikan dari pengenaan BMAD
melalui interim review untuk saat ini belum
dapat dilakukan karena tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun
2011 tentang Tindakan Antidumping,
Tindakan
Imbalan,
dan
Tindakan
Pengamanan Perdagangan
29
Analisis Importasi Teh dan
Tepung Terigu Pakan Ternak
Rekomendasi dari hasil analisa ini sebagai
bahan masukan dalam rapat Pleno Tim
Tarif terkait kebijakan importasi teh
30
Bahan Masukan Konsultasi Hasil analisa ini memberikan masukan
Bilateral Indonesia-Thailand kepada Direktur Pengamanan Perdagangan,
terkait Kasus Safeguard
Ditjen Daglu pada konsultasi bilateral
Indonesia-Thailand
terkait
pengenaan
tindakan pengamanan perdagangan oleh
Thailand terhadap produk glass block
Indonesia (HS 701690)
Analisis
Lonjakan
Impor Analisa ini sebagai tindak lanjut surat dari
Produk Plastik
Direktur Impor, nomor 2759/DAGLU.43/ND/10/2013 perihal Permintaan Kajian
terkait Usulan Kementerian Perindustrian
mengenai Pengendalian Impor Produk
Plastik
Analisis Persiapan Regional Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat
Comprehensive
Economic Kerjasama
ASEAN
untuk menyusun
Partnership (RCEP) Dalam modalitas dan strategi negosiasi yang
Working Group On Trade In tercermin dalam posisi runding Indonesia di
Goods
forum RCEP
Kajian Kesiapan Indonesia Hasil analisa ini digunakan oleh Direktorat
dalam Menghadapi ASEAN- Kerjasama ASEAN untuk menyusun posisi
Hongkong FTA
runding dalam ASEAN-HongKong FTA
Analisis Peluang Kerjasama Hasil
analisa
ini
digunakan
oleh
Bilateral
Indonesia-Nigeria Kementerian Luar Negeri dalam menyusun
melalui Skema Preferential Joint Trade Commission dengan Nigeria
Trade Agreement
Kajian Dampak Implementasi Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Penggunaan Terms of Delivery Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
FOB menjadi CIF untuk untuk menyusun Roadmap pengubahan
Kegiatan Ekspor yang sesuai term of trade dari FOB menjadi CIF
dengan Komitmen Kerjasama
Multilateral
31
32
33
34
35
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
17
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
36
Kajian
Posisi
Runding
Perdagangan
Jasa
dalam
rangka Indonesia-Korea CEPA
37
Kajian Perundingan Regional
Comprehensive
Economic
Partnership (RCEP) di bidang
Jasa
Kajian Dampak Aksesi Sudan
dan Ethiopia Sebagai Anggota
WTO
Bagi
Kinerja
Perdagangan Indonesia
Kajian
Pendampingan
Stakeholder dalam Rangka
Menunjang Kerjasama APEC
38
39
40
Analisis
Peningkatan
Hubungan
Kerjasama
Ekonomi Indonesia Tunisia
41
Kajian Strategi Kerjasama
Indonesia dalam Pembukaan
Akses Pasar di Pasar Non
Tradisional
42
Analisis
Target
Ekspor
Indonesia 2014 – 2015
43
Analisis Kinerja Perdagangan
Luar Negeri
44
Analisis Kebijakan Bea Keluar
(BK) CPO Dan Produk
Turunannya
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Perundingan Perdagangan Jasa untuk
perundingan Jasa untuk forum IndonesiaKorea CEPA
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Perundingan Perdagangan Jasa untuk
perundingan Jasa untuk forum RCEP
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Kerjasama Multilateral untuk menyusun
posisi runding Indonesia
Hasil analisa digunakan oleh Direktorat
Kerjasama APEC dan Organisasi Lainnya
dalam penyusunan posisi memasukkan CPO
ke dalam Environmental Goods List di KTT
APEC tahun 2013 di Bali
Hasil analisa digunakan menjadi basis
updating Joint Study Group IndonesiaTunisia oleh Direktorat Kerjasama Bilateral
yang akan diadakan dalam bulan Maret
2014
Hasil ini digunakan oleh Direktorat
Kerjasama Bilateral dan Direktorat Jenderal
Pengembangan Ekspor dalam rangka
pengembangan akses ke negara tujuan
ekspor
non
tradisional.
Direktorat
Kerjasama Bilateral telah menggunakan
kajian untuk menganalisis Trade Agreement
antara Indonesia dengan Uzbekistan
Rekomendasi kebijakan digunakan untuk:
• Menetapkan perubahan target ekspor
2014 sebesar USD 190,0 miliar, naik
4,1% (YoY).
• Ditetapkannya 33 negara (14 negara
utama dan 19 negara prospektif tujuan
ekspor) dan 10 produk utama dan 10
produk prospektif ekspor.
Hasil analisis dijadikan bahan masukan
Menteri Perdagangan dalam melakukan
siaran pers mengenai kinerja perdagangan
setiap bulan.
Analisis menyarankan kepada Pemerintah
agar tidak merevisi kebijakan penurunan
tarif BK CPO dan produk turunannya
dengan pertimbangan akan menyurutkan
semangat hilirisasi yang sudah berjalan
sampai saat ini.
18
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
45
46
47
48
49
50
51
52
Analisis Usulan Pembebasan Hasil
analisis
merekomendasi
agar
Bea Masuk Impor Biji Kakao
Pemerintah
tidak
perlu
melakukan
perubahan kebijakan (do nothing) dan
menyerahkan kondisi yang ada kepada para
pelaku usaha untuk melakukan adaptasi dan
menemukan keseimbangan
Analisis Usulan Pelabuhan Hasil analisis digunakan untuk kebijakan:
Bitung-Sulawesi Utara sebagai Permendag
Nomor
Pelabuhan Tujuan Impor 36/M/DAG/PER/7/2014 Pelabuhan Bitung
Produk Tertentu
Sulawesi Utara dapat dibuka dan ditetapkan
sebagai pelabuhan impor Produk tertentu
untuk produk produk Makanan dan
Minuman, Pakaian Jadi, dan Elektronika.
Evaluasi Perdagangan Lintas Hasil
evaluasi
digunakan
untuk
Batas
mengusulkan perubahan besaran nilai
transaksi perdagangan lintas batas sesuai
perkembangan dan merekomendasikan
komoditi gula agar dimasukkan ke dalam
negative list perjanjian perdagangan lintas
batas (Border Trade Agreement/BTA).
JSG Indonesia-Peru PTA
Hasil
analisis
digunakan
sebagai
pertimbangan bagi Ditjen KPI bahwa PTA
Indonesia-Peru dapat dilakukan dengan
tujuan untuk menyamakan tingkat daya
saing dengan pesaing
JSG Indonesia-Tunisia PTA
Hasil
analisis
digunakan
sebagai
pertimbangan
Kerjasama
yang
direkomendasikan adalah dalam bentuk
kerjasama Preferential Trade Agreement
(PTA) yang berupa penurunan tarif
Sektor Jasa Dalam IJ EPA
Sosialisasi yang efektif terkait program
IJEPA; Penguatan lisensi dan legitimasi
terhadap
kompetensi
tenaga
kerja;
Peningkatan program pelatihan/kursus
bahasa; Peningkatan Fasilitasi kerjasama
Strategi Menghadapi ASEAN Hasil kajian digunakan bagi penentuan
Economic Community (AEC) posisi pemerintah dalam mendorong
2015
terciptanya Mutual Recognition Agreement
(MRA) dan harmonisasi kebijakan non tarif
untuk food product dan chemical, rubber,
and plastic product; perlu adanya
peninjauan kembali kebijakan non tarif
terhadap bahan baku/penolong untuk
produk-produk utama Indonesia (textile,
food product dan chemical, rubber, dan
plastic product).
Analisis Kerjasama Ekonomi Dapat dilakukan dengan memanfaatkan FTA
dan Perdagangan Indonesia yang telah dilakukan oleh Yordania dan
dan Yordania dalam kerangka membangun
gudang
perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
19
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
ASEAN - Jordan FTA
53
Posisi Runding Indonesia
dalam Kejasama RCEP
54
Posisi Runding Indonesia
dalam isu Environment Goods
List (EGs List) di Forum APEC
55
Review pemanfaatan peluang
Sektor Jasa Dalam ASEAN
Framework Agreement on
Services (AFAS)
- studi
banding: jasa konstruksi
56
Roadmap Pelaksanaan TOD
CIF
57
Peta Diplomasi CPO di Italia
58
Peta Diplomasi CPO di Turki
(wholesale) di Aqoba sebagai sevice hub
untuk memasuki pasar negara Arab lainnya
Kebijakan RCEP harus diikuti dengan
capacity building dan economic cooperation;
perlu peningkatan infrastruktur yang
signifikan dalam upaya mendapatkan
manfaat dari RCEP.
Perlu memasukkan produk unggulan ekspor
Indonesia seperti CPO, sedangkan untuk
melindungi pasar dalam negeri, Indonesia
hanya dapat menerima produk pertanian
dengan kisaran tarif 7,8% - 9,6%
Sosialisasi mengenai peta posisi komitmen
Indonesia di AFAS serta upaya-upaya
peningkatan produktivitas ; harmonisasi
mengenai regulasi dan persyaratan untuk
menembus pasar jasa ASEAN untuk
memperkuat daya saing
segera menyusun rencana strategis untuk
pengadaan 35 kapal handymax sampai
tahun 2020 atau setara dengan 6 kapal per
tahun, serta memberikan insentif agar
pengusaha dapat menyisihkan 20 persen
dari total volume ekspor mereka untuk
diangkut dengan kapal nasional.
Indonesia perlu melakukan berbagai lobby
melalui fora bilateral, regional dan
multilateral untuk menjamin akses pasar
minyak sawit dan produk turunannya di
Italia dan Uni Eropa; serta meningkatkan
minat pengusaha untuk berinvestasi di
Italia.
Indonesia perlu melakukan perjanjian
liberalisasi PTA untuk produk minyak sawit
dan turunannya dari Turki dan produk
Articles of jewelery dari Indonesia; serta
meningkatkan minat pengusaha Indonesia
untuk berinvestasi di Turki.
Tabel 2. Beberapa hasil kajian BPPP yang digunakan sebagai bahan
rekomendasi kebijakan tahun 2015
No.
1
Memo Kebijakan
Rekomendasi
Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Dalam Negeri
Upaya peningkatan Ekspor UKM disampaikan
kepada
Direktur
Jenderal
Melalui Trading House
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas
No.22/BPPKP/ND/2/2015 tanggal 27 Februari
2015 sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
upaya peningkatan ekspor sebesar 300% pada
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
20
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
2
Analisis Pola Harga Tahunan
Daging Ayam
3
Upaya Peningkatan Pelaksanaan
Perlindungan
Konsumen
di
Indonesia
4
Penetapan Harga Khusus Barang
Kebutuhan Pokok (Permendag)
5
Kemungkinan Penjualan Gula
Petani dan/atau Gula PTPN
Tanpa Mekanisme Lelang
Kriteria PG untuk Memperoleh
Fasilitas Raw Sugar Guna
Memenuhi Idle Capacity
Harga Patokan Petani (HPP) Gula
Tahun 2015
6
7
8
Besaran Harga Beli Petani (HBP)
Kedelai
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
tahun 2019 dimana salah satu upayanya adalah
pemberdayaan PT. Sarinah dan PT. PPI sebagai
Trading House
Sehubungan dengan adanya isu penurunan harga
unggas (ayam potong), analisis singkat mengenai
pola harga tahunan daging ayam disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri
melalui
Nota
Dinas
No.24/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 9 Maret 2015
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
melalui Nota Dinas No.77/BPPKP/ND/05/2015
tanggal 29 Mei 2015. Beberapa langkah yang perlu
dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan
perlindungan konsumen, sehubungan dengan
indikator kinerja menunjukkan bahwa upaya
perlindungan konsumen belum terlaksana secara
optimal
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota
Dinas No.78/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 29 Mei
2015. Hal ini sejalan dengan Rancangan Perpres
tentang penetapan dan penyimpanan barang
kebutuhan pokok dan barang penting dinyatakan
bahwa salah satu penetapan kebijakan harga adalah
penetapan harga khusus menjelang, saat dan
setelah hari besar keagamaan nasional serta pada
saat terjadi gejolak harga
Hasil analisis telah disampaikan kepada Menteri
Perdagangan
melalui
nota
dinas
nomor
103/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23 Juli 2015
Memo kebijakan disampaikan kepada Menteri
Perdagangan
melalui
nota
dinas
nomor
102/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 23 Juli 2015
Hasil analisis disampaikan disampaikan kepada
saekretaris Jenderal melalui nota dinas nomor
65/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 12 Mei 2015
sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri Pertanian
nomor 105/KB.330/M/4/2015 perihal Penetapan
Awal dan Akhir Giling MT 2014/2015 tanggal 29
April 2015
dilakukan sebagai tindak lanjut merebaknya isu
tentang rencana penetapan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) kedelai sebesar Rp.10.000/kg.
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui nota
dinas nomor 57/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 22
April 2015
21
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
9
10
11
12
13
14
Masukan
Terhadap
Usulan Sehubungan dengan adanya pelaksanaan deregulasi
Deregulasi
Kementerian kebijakan Kementerian Perdagangan, BP2KP telah
Perdagangan Terkait Gula
menyampaikan usulan deregulasi terkait gula yang
disampaikan kepada Staf Ahli Bidang Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri dan Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus melalui nota dinas
nomor
123/BPPKP/ND/9/2015
tanggal
9
September 2015
Usulan
Harga
Pembelian Usulan disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pemerintah (HPP) Beras Tahun Perdagangan Dalam Negeri melalui nota dinas
2015
nomor 28/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 11 Maret
2015 sebagai tanggapan atas surat Perum Bulog
nomor B-121/II/DO100/03/2015 tentang usulan
HPP Gabah dan Beras tanggal 6 Maret 2015
Perkiraan Harga Bahan Pangan Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga di
Pokok Pada Bulan Mei-Juli 2015
bulan Puasa dan Idul Fitri, telah disampaikan
analisis perkiraan harga kepada Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui nota dinas
nomor 70/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 18 Mei
2015
Arah
Pengembangan
Pasar Analisis dilakukan untuk mendapat pemahaman
Rakyat
awal yang komprehensif terhadap produk hukum
terkait pengembangan pasar rakyat dan dan
informasi
terkait
implementasi
kebijakan
revitalisasi di Kementeriaan Perdagangan dan
kementerian lainnya. Hasil analisis telah
disampaikan
kepada
Direktur
Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui nota dinas
nomor 79.1/BPPKP/ND/05/2015 tanggal 29 Mei
2015
Gambaran
Perdagangan
di Hasil analisis disampaikan kepada Menteri
Kawasan Perbatasan Entikong
Perdagangan
melalui
nota
dinas
nomor
79/BPPKP/ND/5/2015 tanggal 29 Mei 2015
sebagai tanggapan atas suart Deputi Bidang Politik,
Hukum
dan
Keamanan
nomor
B.467/Polhukam/04/2015 tentang penyampaian
salinan Instruksi Persiden No.6 tahun 2015 tentang
Percepatan pembangunan Tujuh Pos Lintas Batas
Negara Terpadu dan Penunjang di Kawasan
Perbatasan
Dampak
Harga
Pembelian Rekomendasinya adalah template yang sudah
Pemerintah Beras, Harga Patokan dibangun dapat digunakan sebagai instrumen
Petani Gula, dan Harga Energi untuk mengestimasi dampak kenaikan HPP beras
Terhadap Inflasi dan Kemiskinan dan gula serta harga energi kepada inflasi dan
kemiskinan, kemudian hasilnya dapat dijadikan
pertimbangan dalam merumuskan policy mix.
Rekomendasi ini disampaikan Direktur Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri melalui Nota Dinas No.
86.1/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni 2015
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
22
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
15
16
17
18
19
20
21
Analisis Efektifitas Operasi Pasar Hasil analisis ini direkomendasikan kepada
Beras
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
melalui Nota Dinas No. 152/BPPKP/ND/10/2015
tanggal 30 Oktober 2015. Merekomendasikan
bahwa setiap daerah perlu memiliki referensi
volume beras OP yang akan efektif menurunkan
harga, OP dapat mempertahankan pola yang sudah
dijalankan saat ini dan HBKN oleh Bulog sebagai
pelaksana, serta kualitas beras yang disalurkan
dalam OP harus ditingkatkan.
Hasil Policy Dialogue Series PDS dilaksanakan oleh BP2KP bekerjasama dengan
Revitalisasi Pasar Rakyat
AIPEG.
Menindaklanjuti
arahan
Menteri
Perdagangan untuk mengadakan diskusi tentang
peran pasar sebagai sarana distribusi, pengendalian
supply dan arah salah satu instrumen harga, telah
dilaksanakan PDS yang hasilnya telah disampaikan
kepada Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 85/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 24 Juni
2015
Hasil Policy Dialogue Series Hasil diskusi telah disampaikan kepada Menteri
Pengembangan Jasa Pergudangan Perdagangan
melalui
nota
dinas
nomor
Dalam Meningkatkan Daya Saing 138/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 30 September
Sistem Logistik di Indonesia
2015
Rekomendasi Kebijakan Bidang Perdagangan Luar Negeri
Analisis kondisi sektor industri Rekomendasi disampaikan kepada Pimpinan di
Serat Polyester (PSF), Benang Lingkungan Kementerian Perdagangan melalui
Filament (PFY), dan Purified Nota Dinas No.13/BPPKP.3/ND/01/2015 tanggal 9
Terepthalat Acid (PTA)
Januari 2015 sebagai tanggapan atas surat
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic
Fiber Indonesia (APSyFI) kepada Mendag melalui
surat
No.057/APSyFI/XII/2014
tanggal
30
Desember 2014
Analisis Revitalisasi Angkutan Rekomendasi disampaikan ke Direktur Fasilitasi
Khusus Pelabuhan Tanjung Priok Ekspor dan Impor, Direktorat Jenderal Perdagangan
Luar
Negeri,
melalui
Nota
Dinas
No.33/BPPKP.3/ND/01/2015 tanggal 21 Januari
2015 sebagai tanggapan atas permintaan analisis
revitalisasi angkutan khusus pelabuhan Tanjung
Priok melalui surat No.171/DAGLU.5.4/ND/X/2014
Analisis Kebijakan Impor Ban
didasari
oleh
usulan
dari
Kementerian
Perindustrian mengenai pengaturan tata niaga
impor Ban. Rekomendasi disampaikan ke Direktur
Impor
melalui
Nota
Dinas
No.102/BPPKP.3/ND/3/2015 tanggal 3 Maret 2015
Analisis Ekspor Sarang Burung Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan unit
Walet dan Susu
Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas No
114/BPPKP.3/ND/03/2015 tanggal 16 Maret 2015
sebagai tanggapan atas surat dari Kedutaan Besar
Republik
Indonesia
di
Beijing
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
23
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
22
Analisis Kinerja Perdagangan
Indonesia-Brunei Darussalam
23
Analisis Impor Pakaian Bekas
24
Analisis Upaya Penerapan Skema
Imbal Dagang dalam Rangka
Meningkatkan Ekspor ke Rusia
untuk Mendukung Pencapaian
Target Ekspor
Strategi Melipat-tigakan Ekspor
dalam Lima Tahun Ke depan
25
26
Analisis Penguatan Industri dan
Perdagangan Elektronik
27
Analisis
Implikasi
pemberlakuakn
PPN
untuk
produk Pertanian dan Kehutanan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
No.B.0101/Beijing/150214 tanggal 13 Februari
2015
Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan unit
Kementerian Perdagangan melalui Nota Dinas
No.149/BPPKP.3/ND/03/2015 tanggal 20 Maret
2015 sebagai tanggapan atas surat dari Kedutaan
Besar Republik Indonesia di Bandar Seri Begawan
No.R-00049/BSBegawan/150214
tanggal
27
Februari 2015
Rekomendasi disampaikan ke Direktorat Jenderal
Perdagangan Luar Negeri dan Direktorat Jenderal
Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melalui
Nota Dinas No.41/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 30
Maret 2015 sebagai tindak lanjut pembahasan
perlindungan terhadap konsumen atas dampak
buruk penggunaan pakaian bekas impor
Rekomendasi disampaikan ke Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas
No.42/BPPKP/ND/03/2015 tanggal 30 Maret 2015
sebagai tindak lanjut hasil rapat forum diskusi
Policy Position ke-2 tahun 2015
Rekomendasi diberikan kepada pimpinan unit
Kementerian Perdagangan terkait peningkatan
ekspor non migas 300% di tahun 2019 melalui Nota
Dinas No.219/BPPKP/ND/12/2014 tanggal 31
Desember 2014, yang ditindaklanjuti dengan
sosialisasi ke beberapa pelaku usaha di Semarang
pada tanggal 13 Januari 2015 dan di Surabaya pada
tanggal 20 Januari 2015, bekerjasama dengan
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan
Direktorat
Jenderal
Pengembangan
Ekspor
Nasional. Rekomendasi ini juga dimuat dalam
harian Bisnis Indonesia tertanggal 8 Juni 2015,
dengan judul Strategi Melipatigakan Ekspor Non
Migas
Rekomendasi disampaikan kepada Kepala Pusat
Kerjasama Standardisasi, Badan Standardisasi
Nasional
(BSN)
melalui
surat
No.228/BPPKP.3/SD/4/2015 tanggal 24 April
2015, sebagai tanggapan atas surat dari Kepala
Pusat Kerjasama Standardisasi, BSN perihal
permohonan Kajian Penguatan Perdagangan untuk
sektor Elektronika
Rekomendasi
disampaikan
ke
pimpinan
Kementerian Perdagangan, Sekretaris Jenderal
Kementerian Perdagangan, dan Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Ditjen Daglu, melalui
surat No.59/BPPKP/ND/04/2015 tanggal 28 April
2015. Rekomendasi diberikan sebagai tanggapan
24
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
28
Analisis Kinerja Perdagangan LN
Komprehensif Dalam Menyikapi
Kondisi Perdagangan Global Dan
Nasional
29
Analisis Kebijakan Pengamanan
Perdagangan Produk Besi Baja
Nasional
30
Analisis
Evaluasi
Kebijakan
Impor Produk Tertentu;
31
Analisis Tata Niaga Impor Nitro
Cellulose (NC)
32
Analisis
Membaiknya
Perekonomian Italia Terhadap
Kinerja Ekspor Non Migas
Indonesia Ke Italia
33
Analisis
Penurunan
Kinerja
Industri Manufaktur Indonesia
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
atas surat Ketua Umum Dewan Asosiasi Kakao
Indonesia
(ASKINDO)
No.
058.A1/DPPASKINDO/XI-2014 tanggal 20 Nopember 2014
Rekomendasi disampaikan kepada pimpinan, para
Unit Eselon I dan para Staf Ahli di lingkungan
Kementerian Perdagangan melalui surat nomor
63/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 11 Mei 2015 dan
surat nomor 72/BPPKP/ND/05/2015, tanggal 19
Mei 2015. Analisis ini merupakan tanggapan atas
arahan Menteri Perdagangan terkait Analisis
Kinerja Perdagangan Luar Negeri secara
komprehensif dalam menyikapi perkembangan
ekonomi global dan nasional
Dalam rangka pengembangan industri besi baja
nasional, BP2KP telah menyampaikan hasil analisis
kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui nota dinas nomor 94/ BPPKP/ND/07/2015
pada tanggal 7 Juli 2015
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Impor
melalui
surat
dinas
nomor
540/BPPKP.3/ND/09/2015 pada tanggal 21
September 2015, sebagai tanggapan surat dinas
Direktur Impor nomor 2179/Daglu.4.4/ND/6/2015
tentang permohonan kajian revisi Permendag
tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu sebagai
dasar
penyusunan
deregulasi
kebijakan
perdagangan
Rekomendasi disampaikan kepada Menteri
Perdagangan
melalui
nota
dinas
nomor
83/BPPKP/ND/06/2015 tanggal 25 Juni 2015
sebagai tindak lanjut surat Menteri Perindustrian
nomor 204/M-IND/4/2015 perihal Tata Niaga
Impor NC
Hasil analisis disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktur
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional melalui
nota dinas nomor 89/BPPKP/ND/06/2015 tanggal
30 Juni 2015. Analisis dilakukan sehuhbungan
dengan laporan Kedutaan Besar RI di Roma No.R00145/ROMA/150520
perihal
laporan
membaiknya kondisi perekonomian Italia
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui nota
dinas nomor 100/BPPKP/ND/07/2015 tanggal 13
Juli 2015 sebagai tindak lanjut adanya isu
penurunan kinerja industri manufaktur di
Indonesia
25
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
34
35
36
37
38
39
40
41
42
Analisis Barang Yang Dibatasi Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
dan Dilarang Impornya
Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen
serta Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
melalui nota dinas nomor 99/BPPKP/ND/07/2015
tgl 13 Juli 2015 sebagai tindak lanjut dari
pembahasan Rancangan Peraturan Presiden
tentang Penetapan Barang yang Dilarang, Dibatasi
dan Diawasi Perdagangannya
Analisis Kebijakan Larangan Hasil analisis disampaikan kepada Direktur Impor
Rokok Elektrik
melalui
nota
dinas
nomor
456/BPPKP.3/ND/08/2015 tanggal 10 Agustus
2015 sebagai tindak lanjut surat Bentoel Group
nomor 06/BINI-Kemendag/Reg/07/2015 tentang
tanggapan dan saran atas draft peraturan mengenai
pelarangan impor dan peredaran rokok elektrik
Analisis Potensi Ekspor Indonesia Hasil analisis singkat dalam rangka peningkatan
ke Kawasan Timur Tengah
ekspor non migas ke pasar tradisional ini telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
nota dinas nomor 125/BPPKP/ND/09/2015
tanggal 9 September 2015
Analisis Potensi Ekspor Indonesia Analisis dilakukan untuk menindaklanjuti arahan
ke Kawasan Afrika
menteri Perdagangan perihal analisis potensi
ekspor non migas Indonesia di kawasan Afrika
dalam rangka peningkatan ekspor ke pasar baru
(non tradisional). Hasilnya telah disampaikan
kepada Menteri Perdagangan melalui nota dinas
nomor 124/BPPKP/ND/09/2015 tanggal 9
September 2015
Proyeksi Ekspor Non Migas Sehubungan dengan perkembangan kinerja ekspor
Hingga Akhir 2015
selama Januari – Agustus 2015 dan revisi target
ekspor 2015, hasil analisis singkat telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
nota dinas nomor 135/BPPKP/ND/09/2015
tanggal 23 September 2015
Role of Goverment in Trade Kesimpulan dari hasil Policy Dialogue Series ini
Financing to Enhance Export of disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
non Oil and Gas
nota dinas nomor 73/BPPKP/ND/05/2015 tanggal
22 Mei 2015
Effective Rate of Protection (ERP) Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah
Analysis for Indonesia
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
nota dinas nomor 117/BPPKP/ND/08/2015
tanggal 20 Agustus 2015
Peran Trading House dalam Laporan hasil diskusi dan rekomendasi telah
Mendorong
Kinerja
Ekspor disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
Indonesia
nota dinas nomor 113/BPPKP/ND/08/2015
tanggal 14 Agustus 2015
Analisis Penentuan Produk Impor Rekomendasi disampaikan ke Direktorat Jenderal
Yang Akan Dikenakan Retalisasi : Perdagangan Luar Negeri melalui Nota Dinas
Studi Kasus Safeguards India Nomor 140/BPPKP/ND/10/2015 tgl 8 Oktober
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
26
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
43
44
45
46
47
Terhadap
Produk
Impor 2015. Analisis merupakan permintaan dari
Saturated Fatty Alcohol Asal Direktorat
Pengamanan
Perdagangan
yang
Indonesia
disampaikan
dalam
rapat,
melalui
surat
169/DAGLU.6.4/UND/04/2015 tgl 20 April 2015
dan 200/DAGLU.6.4/UND/05/2015 tgl 11 Mei
2015.
Analisis Pemetaan Produk Ekspor Rekomendasi merupakan tindak lanjut dari rapat
koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian terkait "Upaya Mendorong
Industri Nasional" tgl 19 Oktober 2015 dan telah
disampaian ke Menteri Perindustrian, Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri
Perdagangan, Para Eselon I di lingkungan
Kementerian Perdagangan melalui Surat Dinas
Nomor 909/M-DAG/SD/11/2015 tgl 6 Nopember
2015 dan 150/BPPKP/ND/10/2015 tgl 21 Oktober
2015.
Analisis Perubahan Bea Keluar Rekomendasi merupakan tanggapan atas surat
Biji Kakao Menjadi Fixed 15%
Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) dan telah
disampaikan ke Menteri Perdagangan, Sekretaris
Jenderal, dan Direktur Jenderal Perdagangan Luar
Negeri
melalui
Nota
Dinas
Nomor
162/BPPKP/Nd/11/2015 tanggal 17 November
2015.
Analisis Usulan Penurunan Tarif Rekomendasi merupakan tindaklanjut dari risalah
Bea Masuk Impor Komponen rapat pimpinan perdagangan pada tanggal 3
Pesawat Terbang
November 2015 mengenai usulan paket kebijakan
ekonomi tahap VII untuk importasi produk
komponen pesawat terbang dan telah disampaikan
ke Menteri Perdagangan, Sekretaris Jenderal,
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, dan
Ketua Tim Deregulasi Kemendag melalui Nota
Dinas Nomor 166/BPPKP/ ND/11/2015 tanggal 20
November 2015.
Analisis Usulan Larangan Ekspor Rekomendasi merupakan tanggapan atas surat
Tepung Ikan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. B88/MENKP/II/2015 perihal usulan pelarangan ekspor
tepung ikan dan telah disampaikan ke Plt. Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian
Perdagangan melalui Nota Dinas Nomor
171/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23 November
2015.
Hasil Pengkajian terhadap usulan Rekomendasi merupakan tanggapan atas surat
penghapusan
pos
tarif Dirjen Daglu No. 217/DAGLU/ND/10/2015
ex1207.99.40.00
pada mengenai permohonan pengkajian terhadap usulan
Permendag
No.
44/M- penghapusan Pos Tarif ex 1207.99.40.00 pada
DAG/PER/7/2012
Permendag No. 44/m_DAG/PER/7/2012, dan telah
disampaikan ke Plt. Direktur Jenderal Perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
27
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Luar Negeri dan Para eselon I dan Staf Khusus di
lingkungan Kementerian Perdagangan melalui Nota
Dinas Nomor 172/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23
November 2015.
Rekomendasi merupakan tanggapan atas surat PT
Comextra Majora No. 3094/SRK/PTCM/VIII/2015
perihal usulan pengenaan Bea Keluar Mete
Gelondong, dan telah disampaikan ke Plt. Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
dan Staf Khusus di lingkungan Kementerian
Perdagangan, melalui Nota Dinas Nomor
175/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 23 November
2015.
Laporan hasil forum diskusi dan rekomendasi telah
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
Nota Dinas Nomor ND 157/BPPKP/ND/11/2015
tanggal 10 Nopember 2015.
48
Analisis Usulan Pengenaan Bea
Keluar
Atas
Ekspor
Mete
Gelondong
49
Review of Deregulation Policy to
Enhance
Industry
Competitiveness:
Sosialisasi
Permendag Terkait Kebijakan
Ekonomi Tahap I
Outlook Perdagangan Indonesia Laporan hasil forum diskusi dan rekomendasi telah
Tahun 2016
disampaikan kepada Menteri Perdagangan melalui
Nota Dinas Nomor 178/BPPKP/ND/11/2015
tanggal 26 November 2015
Analisis Hubungan Perdagangan Hasil analisis ini Negara Selatan Selatan yang akan
Indonesia dengan Selatan Selatan dijadikan sasaran ekspor, harus yang memiliki PDB
dan populasi penduduk yang relatif tinggi.
Comprehensive
regional
integration
sangat
diperlukan karena negara anggota Selatan Selatan,
adalah negara berkembang yang menerapkan tariff
barrier dan policy barrier yang relatif tinggi.
Pameran misi dagang ke Selatan Selatan perlu
diintensifkan.
Pembentukan Kelompok kerja (Pokja) terutama
untuk membuka pasar ke Afrika juga dibutuhkan
karena dengan pertumbuhan ekonomi terbesar
kedua di dunia, Afrika merupakan potensi pasar
baru (Afrika rising, benua masa depan). Pokja
tersebut untuk menangani hambatan perdagangan
Indonesia ke negara Selatan Selatan di kawasan
Afrika.
Rekomendasi telah disampaikan ke Plt. Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Para eselon I
di lingkungan Kementerian Perdagangan, melalui
Nota Dinas Nomor
182/BPPKP/ND/11/2015
tanggal 30 Nopember 2015.
Kajian Efektivitas Kebijakan Untuk mendukung efektivitas kebijakan impor
Impor Produk Pangan Dalam dalam menjaga stabilitas harga, pemerintah perlu
Rangka Stabilitas Harga
mengidentifikasi kapan dan berapa jumlah sapi
yang harus diimpor (terkait alokasi impor/kuota
yang diberikan), izin impor diberikan minimal 3
50
51
52
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
28
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
53
53
bulan sebelum terjadinya musim paceklik yang
berpotensi menaikkan harga.
Identifikasi kapan dan jumlah produk pangan yang
akan diimpor dapat dilakukan apabila produk
pangan memiliki Early Warning System (EWS).
Untuk memperbaiki bottleneck dalam mekanisme
impor pangan, program paket kebijakan ekonomi
Kementrian Perdagangan berupa kebijakan
deregulasi perlu dioptimalkan dalam prakteknya.
Rekomendasi
disampaikan
ke
Menteri
Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus
Mendag,
melalui
Nota
Dinas
Nomor
191/BPPKP/ND /12/2015 tanggal 7 Desember
2015
Kajian
Pengembangan Dalam upaya pengembangan Atdag/ITPC maka
Pembukaan
Perwakilan direkomendasikan untuk: (i) Pengembangan input
Perdagangan Luar Negeri
pada aspek peningkatan anggaran operasional,
kompetensi SDM dan koordinasi dengan para
pemangku kepentingan; (ii) pengembangan output
pada aspek informasi pasar/market intelligent,
pengembangan
jejaring
perdagangan,
dan
penanganan hambatan peraturan di negara
setempat; Hasil studi berhasil mengidentifikasi 16
negara prioritas dengan Atdag atau ITPC yang perlu
dikembangkan input dan outputnya, yaitu
Singapura, Jepang, Korsel, Amerika Serikat, Belgia,
Australia, Belanda, Perancis, Kanada, RRT, Spanyol,
Thailand, Malaysia, UEA, Jerman dan Inggris. Selain
itu, pemerintah juga perlu membentuk Atdag atau
ITPC baru di 3 negara prioritas yang saat ini belum
memiliki Atdag dan ITPC, yaitu Myanmar, Swedia
dan Austria.
Rekomendasi
disampaikan
ke
Menteri
Perdagangan, Para eselon I dan Staf Khusus
Mendag,
melalui
Nota
Dinas
Nomor
194/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 14 Desember
2015.
Rekomendasi Kebijakan Bidang Kerjasama Perdagangan Internasional
Optimalisasi Kerjasama ASEANChina Free Trade Agreement
(ACFTA)dan ASEAN-Korea Free
Trade Agreement (AKFTA)
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jeneral
Kerjasama Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 189/BPPKP/ND/12/2015 tanggal 3
Desember 2015, dimana rekomendasinya adalah:
 Indonesia perlu merundingkan kembali agar RRT
membuka sektor hilirnya yang masih ditutup
dalam CAFTA melalui forum perundingan lain,
misalnya RCEP atau forum bilateral Indonesia –
RRT;
 Indonesia perlu membuka sektor jasa dan
investasi di dalam perjanjian perdagangan bebas
29
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
54
Usulan Penentuan Negara Mitra
Prioritas, Produk Prioritas dan
Strategi Kerjasama Perdagangan
Internasional
55
Peningkatan Ekspor Melalui
Preferential Trade Agreement
(PTA) Indonesia-Tunisia
56
Posisi dan Potensi Indonesia
dalam Global Value Chain (GVC)
di Kawasan RCEP
57
Potensi Perdagangan Indonesia
di Kawasan Afrika
58
Potensi Perdagangan Indonesia
di Kawasan Timur Tengah
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
seperti ACFTA dan AKTA agar partisipasi
Indonesia meningkat dan tercipta upgrading
posisi Indonesia dalam GVC
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jeneral
Kerjasama Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 184/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 30
November 2015, dimana rekomendasinya adalah:
Untuk meningkatkan akses pasar ekspor,
disarankan agar Indonesia dapat memprioritaskan
negosiasi kerjasama dengan Amerika Serikat, Brasil,
dan Rusia;
Untuk meningkatkan akses pasar ke USA dan Brasil
disarankan menegosiasikan NTM untuk produk
pertanian, sedangkan jika ke Rusia menegosiasikan
NTM untuk TBT
Disampaikan
kepada
Direktur
Kerjasama
Perdagangan Internasional melalui nota dinas
nomor 30/BPPKP/ND/3/2015 tanggal 17 Maret
2015 sebagai tindak lanjut nota dinas Dirjen KPI
nomor 201/KPI/ND/03/2015 tanggal 2 Maret 2015
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jeneral
Kerjasama Perdagangan Internasional melalui Nota
Dinas No. 92BPPKP/ND/07/2015 tanggal 3 Juli
2015, dimana rekomendasinya adalah: bahwa 75
produk Indonesia yang memiliki potensi dan akan
memperoleh manfaat dari rantai nilai global di
kawasan RCEP adalah mineral product (HS 25-27),
chemical and allied industries (HS 28-38),
plastics/rubber (HS 39-40), wood and wood product
(HS 44-49), dan metals (HS 72-83)
Rekomendasi disampaikan kepada Menteri
Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.
145/BPPKP/ND/10/2015 tanggal 19 Oktober
2015, beberapa sektor yang belum memiliki daya
saing di kawasan Afrika seyogyanya difasilitasi
untuk ditingkatkan daya saingnya.Liberalisasi
perdagangan terhadap sektor yang rendah daya
saingnya dilakukan secara bertahap, sedangkan
yang sudah berdaya saing tinggi dibuka selebarlebarnya
Perdagangan Internasional melalui Nota Dinas No.
146/BPPKP/ND/10/2015 tanggal 19 Oktober
2015, beberapa sektor yang belum memiliki daya
saing di kawasan Afrika seyogyanya difasilitasi
untuk ditingkatkan daya saingnya.Liberalisasi
perdagangan terhadap sektor yang rendah daya
saingnya dilakukan secara bertahap, sedangkan
yang sudah berdaya saing tinggi dibuka selebarlebarnya
30
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
59
60
61
62
63
Biaya dan Manfaat Keikutsertaan Rekomendasi disampaikan kepada Direktur Jeneral
Indonesia Dalam Asia Pacific Free Kerjasama Perdagangan Internasional melalui Nota
Trade Agreement (FTA-AP)
Dinas No. 176/BPPKP/ND/11/2015 tanggal 25
November 2015, dimana rekomendasinya adalah:
Indonesia dapat bergabung dalam FTA-AP dengan
cara melakukan liberalisasi secara bertahap, mulai
dari
pemotongan
tariff
50%
kemudian
mengarahkan pada liberalisasi secara penuh. Agar
sektor-sektor dalam Negeri dapat mempersiapkan
diri dan menyusun NTM sehingga Indonesia tidak
semata-mata menjadi pasar bagi negara negara Asia
Pasifik.
Usulan
Posisi
Runding Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Perdagangan Jasa Indonesia pada Perundingan
Jasa
melalui
Nota
Dinas
Perundingan ACFTA
No.636/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2 Desember
2015, bahwa komitmen Indonesia masih rendah
khususnya
dalam
Kerjasama
ACFTA,
direkomendasikan untuk membuka sektor jasa
bisnis, pendidikan dan keuangan sesuai dengan
komitmen Indonesia pada AFAS 5.
Liberalisasi
Jasa
Pariwisata Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Indonesia dan Dampaknya Pada Perundingan
Jasa
melalui
Nota
Dinas
FDI (Foreign Direct Investment)
No.638/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2 Desember
2015, dimana rekomendasinya adalah:
Untuk mendorong peningkatan investasi asing di
jasa pariwisata tidak cukup dengan hanya
meliberalisasikan Moda 3, tetapi harus diiringi
dengan promosi investasi dan pembangunan
infrastruktur pendukung seperti akses jalan,
bandara, dan sebagainya serta menciptakan iklim
investasi yang kondusif.
Analisis Kesiapan Indonesia Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
dalam Penerapan Safeguard Perundingan Perdagangan Jasa melalui Nota Dinas
Measures dalam Perdagangan No.639/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2 Desember
Jasa Internasional
2015, meskipun Indonesia salah satu inisiator
proposal safeguard ASEAN tetapi secara teknis
Indonesia belum siap untuk menerapkan
mekanisme safeguard perdagangan jasa
Usulan Posisi Runding Indonesia Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Untuk Negosiasi Sensitive Product Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas
di Konferensi Tingkat Menteri X
No.635/BPPKP.4/ND/12/2015 tanggal 2 Desember
2015, bahwa Indonesia belum siap untuk
memberlakukan kebijakan SePS dan tidak akan
efektif jika tetap di laksanakan. Sehingga Indonesia
sebaiknya dalam posisi stand still (wait and see)
dalam KTM WTO ke-10, mengingat kondisi
Indonesia saat ini belum dapat memeberlakukan
kuota impor sebagai instrument utama pelaksanaan
kebijakan SePS.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
31
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
64
65
Usulan Untuk Meningkatkan
Akses Pasar Ekspor Produk CPO
Indonesia ke Amerika Serikat
Usulan Posisi Runding Indonesia
Mengenai Post Bali Work
Program WTO
66
Joint Study Group (JSG) Indonesia
– Nigeria
67
Hasil Policy Dialogue Series
ASEAN Sevices Integration Post 2015:
Opportunities
and
Challenges for Indonesia
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Kerjasama Multilateral melalui Nota Dinas
No.03/BPPKP.4/ND/1/2015 tanggal 5 Januari 2015
Rekomendasi disampaikan kepada Direktur
Kerjasama APEC dan Organisasi Internasional
Lainnya
melalui
Nota
Dinas
No.633/BPPKP.4/ND/12/2015
tanggal
02
Desember 2015, dimana Indonesia bersama
Malaysia memiliki standar RSPO bagi perusahaan
sawit sebagai bukti bahwa perkebunan di Indonesia
telah memberlakukan sistem berkebunan lestari.
Perlu dilakukan upaya agar sertifikasi RSPO dapat
diterima konsumen di USA melalui mutual
recognition agreement antara kebijakan RSPO dan
NODA (Notice of Data Availability)
Hasil studi kelayakan ini disampaikan kepada
Direktur Kerjasama Perdagangan Internasional
melalui nota dinas nomor 30/BPPKP/ND/3/2015
tanggal 17 Maret 2015
Kesimpulan dan rekomendasi dari hasil diskusi
telah disampaikan kepada Menteri Perdagangan
melalui nota dinas nomor 80/BPPKP/ND/06/2015
tanggal 8 Juni 2015
b. Publikasi pengkajian kebijakan perdagangan
Setiap tahunnya BPPP menerbitkan beberapa jenis publikasi, yaitu Bulletin
Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP), Bunga Rampai Info Komoditi Prioritas
(BRIK) yang sebelumnya merupakan Buletin Info Komoditi Prioritas, Leaflet
Artikel di Bidang Perdagangan, Warta Pengkajian Perdagangan, dan yang
terbaru adalah Call for Paper. Secara singkat, BILP berisi artikel ilmiah yang
ditulis oleh para peneliti dan pakar baik di BPPP maupun eksternal. Bunga
Rampai Info Komoditi Prioritas, yang sebelumnya bernama Buletin Info
Komoditi Prioritas, ditulis oleh peneliti BPPP yang isinya mencakup
informasi mengenai potensi komoditi unggulan di Indonesia. Kedua publikasi
ini terbit setiap semester dalam setahun. Adapun Leaflet Artikel di Bidang
Perdagangan memaparkan beberapa rangkuman hasil kajian BPPP dan isuisu faktual seputar perdagangan yang dikemas secara singkat namun tetap
informatif dan akurat. Leaflet terbit hanya 1 kali dalam setahun dan biasanya
terdiri dari 12 judul kajian. Warta Pengkajian Perdagangan menyajikan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
32
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
berbagai liputan dan artikel terkait kegiatan BPPP terbit 3 kali dalam
setahun. Mulai tahun 2016, BPPP akan melaksanakan kegiatan Seminar
Nasional dan Call for Paper. Kegiatan Call for Paper ini merupakan kompetisi
atas tulisan ilmiah di bidang perdagangan untuk para penulis internal BPPP
maupun masyarakat umum dan tulisan terpilih akan diterbitkan dalam
bentuk prosiding. Tulisan-tulisan terpilih ini akan diseminarkan dalam
kegiatan Seminar Nasional. Adapun kegiatan Call for Paper dan Seminar
Nasional akan diadakan satu kali dalam setahun.
Selain berbagai publikasi di atas, sejak tahun 2006 hingga 2012 BP2KP juga
pernah menerbitkan Profil Komoditi bagi produk unggulan dan potensial.
Buku ini diterbitkan dalam Bahasa Inggris dan dicetak sebagai buku eksklusif
serta informatif yang ditujukan untuk membantu diseminasi informasi
produk-produk Indonesia ke mancanegara. Hingga tahun 2013 telah
diterbitkan 23 judul. Saat ini penerbitan Profil Komoditi tersebut dilanjutkan
oleh Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional dengan lingkup yang lebih kecil.
c. Diseminasi hasil pengkajian kebijakan perdagangan
Untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian kepada stakeholders BP2KP
maupun masyarakat umum, secara rutin BP2KP mengadakan seminar
diseminasi
hasil
pengkajian
kebijakan
perdagangan.
Kegiatan
ini
diselenggarakan rata-rata sebanyak 5-6 kali setiap tahunnya yang
mengambil tempat di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia yang
bertujuan untuk menjangkau kalangan dunia usaha dan akademisi di seluruh
Indonesia. Beberapa kota besar yang menjadi target penyelenggaraan
diseminasi selama periode 2010-2014 diantaranya adalah Pekanbaru,
Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar, Yogyakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, dan Bali. Sementara pada tahun 2015 dilaksanakan di Makassar
dan Medan serta pada tahun 2016 di Surabaya, Bandung, dan Padang.
Peserta kegiatan ini terdiri dari unit teknis di lingkungan Kementerian
Perdagangan, dan dari kalangan stakeholders eksternal berasal dari
kalangan akademisi serta pelaku usaha.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
33
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
d. Penyediaan dukungan terhadap operasional Tim Pertimbangan Kepentingan
Nasional
Dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan imbalan, dan Tindakan
Pengamanan Perdagangan, pada tahun 2012 dibentuk Tim Pertimbangan
Kepentingan Nasional dimana Kepala BP2KP duduk sebagai Ketua. Tim
Pertimbangan Kepentingan Nasional bertugas memberikan rekomendasi
tindak lanjut atas hasil investigasi yang dilakukan KADI/KPPI terhadap
tuduhan adanya praktek perdagangan yang merugikan seperti dumping. Tim
yang terdiri dari perwakilan beberapa Kementerian/Lembaga Pemerintah
selanjutnya memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan untuk
menerima/menolak hasil investigasi dari KADI/KPPI dan selanjutnya
memberitahukan kepada Kementerian Keuangan untuk ditindaklanjuti
secara legal dan formal.
Google Analytics mencatat bahwa website Kementerian Perdagangan telah
diakses sebanyak 481.130 pengunjung rata-rata per tahun dari seluruh dunia,
guna
mendapatkan
informasi
utama
antara
lain
regulasi/kebijakan
perdagangan, statistik perdagangan, publikasi berita perdagangan, publikasi
harga kebutuhan pokok dan internasional, publikasi buletin ilmiah perdagangan
dan akses menuju pelayanan publik perdagangan. Memperhatikan capaiancapaian BPPP pada periode 5 tahun terakhir tersebut, maka BPPP melakukan
evaluasi dan merancang kembali kebijakan-kebijakan strategis yang akan
dilaksanakan pada periode 5 tahun berikutnya.
Dalam penyusunan Renstra tersebut, telah dilakukan analisis dan evaluasi
kondisi umum kinerja sektor perdagangan saat ini, potensi dan permasalahan
yang akan dihadapi dalam pembangunan perdagangan lima tahun ke depan
serta selanjutnya penetapan rencana strategis pembangunan perdagangan
2015−2019 yang dijabarkan dalam visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah
kebijakan serta program dan kegiatan pembangunan perdagangan yang akan
dilaksanakan selama periode tersebut.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
34
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Dalam perjalanannya terjadi perubahan-perubahan
yang belum
diantisipasi pada awal penyusunan Renstra tersebut sehingga perlu dilakukan
review untuk menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi ke depan.
Pentingnya peran sektor perdagangan dalam perekonomian Indonesia
dapat tercermin dari penyerapan tenaga kerja dan pendapatan devisa. Selama
periode 2010−2014 kinerja ekspor Indonesia menujukkan tren pertumbuhan
yang relatif stabil walaupun tidak cukup cepat, dari USD 157,78 miliar pada
tahun 2010 menjadi USD 176,29 miliar pada tahun 2014 atau meningkat ratarata 1,14 persen per tahun. Peningkatan ekspor tersebut didukung oleh
kenaikan ekspor nonmigas, sedangkan ekspor migas terkontraksi sebesar -0,82
persen pada periode yang sama. Selama periode 2010–2014, ekspor migas
sedikit naik dari USD 28,0 miliar menjadi USD 30,3 miliar dengan rata-rata
pertumbuhan -0,82 persen, dan ekspor nonmigas meningkat dari USD 129,7
miliar menjadi USD 145,9 dengan rata-rata pertumbuhan 1,59 persen.
Struktur produk ekspor non-migas Indonesia pada periode 2010-2014
menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Ekspor produk pertanian
meningkat dari USD 5 miliar pada tahun 2010 menjadi USD 5,7 miliar di tahun
2014. Sementara itu, ekspor produk manufaktur juga meningkat dari USD 98
miliar di tahun 2010 menjadi USD 117,3 miliar di tahun 2014. Sebaliknya,
akibat pelaksanaan UU Minerba yang membatasi ekspor bahan mentah, maka
ekspor produk pertambangan mengalami penurunan dari USD 26,7 miliar tahun
2010 menjadi USD 22,8 miliar di tahun 2014 (BPS, diolah Pusdatin
Perdagangan, 2015).
Importasi dikelola agar lebih berorientasi pada kepentingan nasional,
yaitu sesuai kaidah standar kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan,
dan moral bangsa. Pertumbuhan impor selama periode 2010−2014, khususnya
nonmigas, meningkat rata-rata 10,83 persen per tahun. Impor nonmigas
sebagian besar berupa impor bahan baku atau penolong dan barang modal
yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi dan produksi di
dalam negeri, termasuk diantaranya untuk orientasi ekspor. Pengelolaan impor
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
35
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
juga diarahkan untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat dan transparan
di dalam negeri guna mencegah terjadinya perdagangan yang tidak adil dan
memastikan impor yang masuk melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA)
memenuhi syarat. Sumber impor nonmigas terbesar Indonesia selama kurun
waktu 2010-2014 diperoleh dari negara RRT, Jepang, dan Singapura. Ketiga
negara tersebut memberikan kontribusi sebesar 41,9 persen dari total impor
nonmigas Indonesia tahun 2014.
Peran diplomasi dan negosiasi perdagangan internasional semakin kuat.
Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya penyelesaian masalah-masalah
perdagangan internasional dan meningkatnya akses pasar.
Dalam rangka
meningkatkan akses pasar, dilakukan strategi multijalur di forum multilateral,
regional, dan bilateral. Melalui strategi multijalur ini, Indonesia telah berhasil
memperkuat perannya di dunia internasional, baik di forum multilateral,
regional maupun bilateral. Dalam forum multilateral Indonesia berperan di
World Trade Organization (WTO) melalui G-20, G-33, dan NAMA 11. Sementara
dalam forum regional, Indonesia juga menunjukkan peran besar dalam forum
ASEAN, ASEAN plus mitra dialog, dan APEC. Sedangkan dalam forum bilateral
Indonesia menjalin kerjasama perdagangan dengan beberapa negara mitra.
Salah satu peran nyata Indonesia dalam forum multilateral di WTO
diantaranya adalah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Ke-9
WTO di Bali pada tahun 2013. Dalam KTM tersebut dihasilkan kesepakatan
paket Bali yang tediri dari tiga hal, yaitu terkait Fasiltasi Perdagangan (Trade
Facilitation), Pertanian (Agriculture) dan Least Developed Countries (LDCs).
Sementara dalam forum regional, Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun
2011 menyelengarakan ASEAN Summit 2011 di Nusa Dua, Bali. Selain itu juga
pada tahun 2013 Indonesia juga menyelenggarakan KTT APEC. Di samping itu
juga Indonesia terlibat aktif dalam penyusunan produk ramah lingkungan
(Environmental Goods List) dalam forum APEC. Dan juga terlibat dalam forum
ASEAN plus mitra dialog (ASEAN + 6) atau dikenal dengan Regional
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
36
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas pada KTT ASEAN di
Bali tahun 2012.
Sedangkan dalam forum Bilateral Indonesia mengadakan perundingan
dalam rangka pembentukan Indonesia– Korea Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IK-CEPA) dan Indonesia – EFTA Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IE-CEPA). Di samping itu Indonesia juga
menjajagi kesepakatan kerjasama perdagangan dengan Uzbekistan (Indonesia
– Uzbekistan Trade Agreement). Selain itu juga diantisipasi adanya peluang
Kerjasama Bilateral Indonesia-Nigeria Melalui Skema Preferential Trade
Agreement (PTA), dan terakhir adalah adanya pembentukan Indonesia- Peru
Preferential Trade Arrangement.
Dalam perekonomian Indonesia, investasi memiliki korelasi positif
terhadap ekspor dan impor. Investasi akan mengakibatkan terjadinya impor
barang modal dan bahan baku penolong, dimana produk-produk ini sebagian
besar digunakan untuk memproduksi produk baik untuk keperluan di dalam
negeri maupun untuk keperluan ekspor. Mempertimbangkan adanya korelasi
positif antara investasi dan ekspor-impor, maka Kementerian Perdagangan
juga turut serta mendukung peningkatan investasi melalui berbagai program
peningkatan investasi dan iklim usaha yang kondusif seperti antara lain
tergabung dalam Tim Nasional Peningkatan Investasi dan Peningkatan Ekspor
(Timnas PEPI) yang bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan
peningkatan investasi dan peningkatan ekspor, pengembangan kawasan
perdagangan bebas dan kawasan ekonomi khusus, termasuk disahkannya
Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus dan
peningkatan pelayanan perizinan perdagangan bagi dunia usaha.
Stabilitas harga bahan pangan dan kecukupan pasokan di dalam negeri
periode 2010-2014 relatif stabil. Harga bahan-bahan pangan mengalami
kenaikan yang fluktuatif, namun secara umum harga dan kecukupan pasokan
bahan pangan dapat dikendalikan. Pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia
akibat krisis ekonomi di beberapa negara Eropa menurunkan permintaan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
37
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
pangan dunia. Andil inflasi bahan pangan pun cukup rendah dan stabil
walaupun masih menjadi penyumbang inflasi terbesar. Andil inflasi bahan
pangan tahun 2010-2014 berturut-turut adalah: 3,50 persen; 0,84 persen; 1,31
persen; 2,75 persen dan 2,06 persen untuk tahun 2014. Meskipun harga-harga
bahan pokok relatif terkendali, masih terdapat permasalahan disparitas harga
antar daerah yang masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh musim
atau geografis serta permasalahan sarana dan prasarana distribusi di daerahdaerah yang masih terbatas.
Disparitas harga yang tinggi dapat memicu
terjadinya masalah-masalah kelangkaan pasokan yang akhirnya dapat
mengganggu stabilitas ekonomi nasional.
Peran pasar tradisional dalam perekonomian Indonesia diharapkan terus
meningkat.
Untuk
itu
telah
dilakukan
berbagai
upaya
agar
lebih
memberdayakan pasar tradisional. Upaya-upaya ini antara lain: perbaikan fisik
dan manajemen pasar; pencanangan hari pasar bersih nasional; dan penataan
dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Dalam
hal penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko
modern, telah diterbitkan Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, yang
ditindaklanjuti dengan Permendag No. 53 Tahun 2008 tanggal 12 Desember
2008 yang kemudian diubah dengan Permendag No. 70/M-DAG/PER/12/2013
tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan, dan Toko Modern yang mengatur secara rinci mengenai zonasi
dan tata ruang untuk mengatur lokasi pasar dan pusat perbelanjaan atau toko
modern; hubungan pemasok dan toko modern; dan kemitraan dan
pemberdayaan usaha kecil, pasar tradisional, dan pedagang pasar tradisional.
Peraturan tersebut kemudian dilengkapi dengan diterbitkannya Peraturan
Menteri
Perdagangan
Pembangunan
dan
No.
48/M.DAG/PER/8/2013
Pengelolaan
Sarana
Distribusi
tentang
Pedoman
Perdagangan
yang
merupakan dasar hukum pembangunan dan revitalisasi pasar tradisional dan
pusat distribusi. Peraturan ini meliputi klasifikasi dan kriteria sarana distribusi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
38
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
perdagangan, pembiayaan, tata cara pembangunan, pengelolaan, pengendalian
dan pengawasan. Revitalisasi Pasar Tradisional dilakukan melalui tugas Dana
Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus.
Perlindungan konsumen dilakukan Kementerian Perdagangan melalui
peningkatan
standardisasi,
pengawasan
barang
beredar
dan
jasa,
pemberdayaan konsumen, serta tertib ukur atau metrologi legal. Selain itu,
dilakukan pula upaya pengamanan perdagangan melalui perlindungan dan
pembelaan produsen dalam negeri dari praktek perdagangan yang tidak sehat.
Peningkatan standardisasi dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing,
perlindungan konsumen, pelaku usaha dan masyarakat di bidang keselamatan,
keamanan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Hal ini berdasarkan pada
Peraturan Pemerintah No.102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional dan
diperkuat dengan Permendag No.14/M-DAG/PER/3/2007 yang telah diubah
sebanyak tiga kali melalui Permendag 30/M-DAG/PER/7/2007; Permendag
No. 47/M-DAG/PER/8/2014; dan Permendag No. 72/M-DAG/PER/9/2015
tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan SNI Wajib
Terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan.
Kemudian,
pengawasan barang beredar dan jasa melalui 6 (enam)
parameter, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI), label Bahasa Indonesia,
Manual dan Kartu Garansi (MKG) untuk produk telematika dan elektronik, cara
menjual termasuk iklan, purna jual barang, dan klausula baku. Kewajiban
produsen untuk mencantumkan label dalam Bahasa Indonesia dan pendaftaran
MKG bertujuan untuk menjamin bahwa konsumen akan mendapatkan
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
yang akan dipakai. Pengaturan kewajiban pencantuman label dalam bahasa
Indonesia dilandasi oleh Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67/MDAG/PER/11/2013 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/MDAG/PER/1/2014 tentang Kewajiban Pencantuman Label Dalam Bahasa
Indonesia. Selain itu, Permendag No. 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang
Ketentuan dan Tatacara Pengawasan Barang Beredar dan Jasa. Melalui
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
39
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
pelaksanaan
pengawasan
tersebut
diharapkan
dapat
membendung
kemungkinan masuknya barang – barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan/peraturan yang berlaku. Saat ini, pelaksanaan pengawasan barang
beredar yang terkait dengan mutu telah didukung oleh beberapa laboratorium
di pusat dan daerah melalui pengujian contoh barang yang telah diambil di
pasar.
Terkait
perlindungan
dengan
tertib
konsumen
ukur
atau
didasarkan
metrologi
pada
legal,
upaya-upaya
Permendag
No.08/M-
DAG/PER/2010 tentang Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya
(UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang. Akurasi dan reliabilitas UTTP
sebagai alat ukur barang yang diperdagangkan diperlukan agar masing-masing
pihak memperoleh perlindungan yang setara.
Pedagang dilindungi dari
kerugian karena memberikan barang yang melebihi volume yang disepakati,
sedangkan konsumen dilindungi dari kerugian karena menerima jumlah
barang yang lebih rendah dari volume yang diminta/dibayarkannya.
Pasar komoditi yang dikembangkan adalah Pasar Komoditi Terorganisir
yang didukung oleh pengembangan Sistem Resi Gudang (SRG). Pengembangan
pasar komoditi terorganisir yang mencakup Perdagangan Berjangka Komoditi
(PBK) dan Pasar Lelang (PL) akan memberikan berbagai manfaat bagi pelaku
usaha (pedagang, prosesor, dan eksportir) termasuk petani. Berbagai fungsi
dari PBK, SRG, dan PL adalah sebagai sarana pengendalian resiko harga,
pembentukan harga yang transparan, pengendalian pasokan komoditi dan
efisiensi distribusi serta sebagai alternatif pembiayaan dalam rangka
memberikan kepastian usaha dan daya saing yang lebih baik. Perdagangan
Berjangka Komoditi (PBK), terus mengalami perkembangan yang pesat baik
dari sisi volume transaksi, jumlah pelaku usaha (perusahaan pialang, pedagang,
dan wakil pialang) maupun jumlah kontrak yang diperdagangkan.
Kegiatan Pasar Lelang Forward (PLF) meliputi berbagai jenis komoditi
yang terdiri dari komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan maupun perikanan. Disamping itu, di beberapa lokasi lelang juga
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
40
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
memperdagangkan hasil industri seperti makanan dan tekstil. Dari sekian
komoditas yang dilelangkan, terdapat beberapa komoditas yang dominan,
seperti beras, sapi potong, kopra, dan pala yang menjadi komoditi potensial
masing-masing daerah. Hingga saat ini, semua Pasar Lelang tersebut
diselenggarakan oleh dinas yang menangani Bidang Perdagangan di
Propinsi/Kabupaten. Revitalisasi Pasar Lelang akan dilakukan di masa
mendatang dengan penyelenggara pasar lelang adalah pihak swasta, Badan
Usaha Milik daerah (BUMD) dan koperasi dengan memperdagangkan komoditi
unggulan daerah setempat.
Sejak diterbitkannya Sistem Resi Gudang (SRG) di Indonesia melalui
Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 pada 14 Juli 2006 yang kemudian
diperbaharui dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 2011 pada 8
Agustus 2011. Penambahan penting dari UU Sistem Resi Gudang yang baru
adalah pengaturan mengenai Lembaga Jaminan untuk memenuhi kebutuhan
usaha di bidang Resi Gudang. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.
8/M-DAG/PER/2/2013 tanggal 11 Februari 2013 tentang perubahan
Keputusan
Menteri
Perdagangan
No.
37/M-DAG/PER/11/2011,
telah
ditetapkan 10 komoditi yang dapat disimpan di gudang dalam penyelenggaraan
SRG yaitu gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, garam, dan
rotan.
Uraian diatas merupakan gambaran umum tentang kondisi perdagangan
dewasa ini yang perlu diketahui dalam rangka pelaksanaan program dan
kegiatan pengkajian dan pengembangan kebijakan perdagangan yang dilakukan
oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan.
Sebagai salah satu unit pendukung di lingkungan Kementerian
Perdagangan, selama periode 2005 – 2009 dan dilanjutkan pada periode 20102014, Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai peran
yang strategis dalam memberikan bahan masukan melalui pengkajian kebijakan
kepada pimpinan dalam menyikapi isu-isu perdagangan yang berkembang di
masyarakat maupun sebagai rekomendasi kebijakan untuk pengembangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
41
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
kegiatan perdagangan secara nasional, disamping juga menyediakan layanan
berbasis teknologi informasi. Selama periode 2015-2019, walaupun terdapat
perubahan nomenklatur pada 2016, namun tidak merubah peran strategis
BPPP dalam menghasilkan rekomendasi kebijakan.
Secara garis besar, kegiatan pengkajian maupun pendukung lainnya pada BPPP
digambarkan sebagai berikut:
1. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan terdiri dari Pusat
Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Perdagangan Luar
Negeri, Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional, dan
Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, dengan
tugas pokok sebagai berikut:
a. Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi serta pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan
dalam negeri.
b. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi serta pelaporan pengkajian dan pengembangan perdagangan
luar negeri.
c. Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional mempunyai
tugas
melaksanakan
penyusunan
kebijakan
teknis,
pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan pengkajian dan pengembangan
kerja sama perdagangan internasional.
d. Sekretariat
Badan
Pengkajian
dan
Pengembangan
Perdagangan
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan tugas dan
pemberian pelayanan dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh
satuan organisasi di lingkungan BPPP.
2. Penyusunan kajian untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan dilakukan
dengan melibatkan stakeholders dalam setiap tahapannya. Selain itu, untuk
memperoleh hasil kajian yang berkualitas, dalam setiap tahapan penyusunan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
42
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
kajian, BPPP berupaya untuk mengikutsertakan tenaga ahli dan nara sumber
yang berkompeten pada topik dan materi kajian yang diusung. Lebih jauh,
keterlibatan tenaga ahli dan nara sumber dari kalangan akademisi
diharapkan mampu memperkaya referensi dan mempertajam analisis yang
dipaparkan. Sedangkan stakeholders lainnya baik pelaku usaha dan
masyarakat, serta instansi terkait lainnya memberikan masukan tentang
permasalahan riil di lapangan dan upaya pemecahan masalah dilihat dari
berbagai aspek kebutuhan.
3. Hasil akhir kajian berupa rekomendasi kebijakan disampaikan kepada
pimpinan Kementerian Perdagangan sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan. Sebagai bentuk akuntabilitas lembaga litbang, hasilhasil kajian setiap tahunnya juga disebarluaskan kepada para stakeholders
lainnya untuk dimanfaatkan melalui forum diseminasi. Kegiatan diseminasi
hasil kajian dilaksanakan di pusat dan daerah dengan mengundang pihakpihak yang terkait seperti instansi pemerintah pusat dan daerah, asosiasi,
dunia usaha, perguruan tinggi, perbankan, dan masyarakat umum.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil-hasil kajian yang
telah dilaksanakan oleh BPPP kepada stakeholders perdagangan. Dengan
demikian, diharapkan para stakeholders yang mengikuti diseminasi tertarik
untuk memanfaatkan hasil kajian. Disamping itu diseminasi juga mempunyai
beberapa tujuan penting lainnya, yaitu untuk memberikan apresiasi atau
penghargaan terhadap para peneliti dan hasil karyanya sehingga mendorong
tumbuhnya minat menjadi peneliti di lingkungan BPPP, memperluas jejaring
kerja dan komunikasi antara BPPP dengan para stakeholders dan menjalin
kerjasama dengan pemerintah daerah, khususnya yang menangani bidang
perdagangan. Penyebarluasan hasil kajian juga dilakukan melalui penerbitan
hasil kajian dalam Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan. Buletin tersebut
didistribusikan kepada unit-unit di lingkungan Kementerian Perdagangan,
pemerintah daerah, asosiasi, dunia usaha, perguruan tinggi dan instansi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
43
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
terkait lainnya. Pada beberapa kesempatan, hasil-hasil kajian terpilih juga
diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah baik dalam dan luar negeri.
4. Untuk memperluas jejaring kerja pengkajian kebijakan, BPPP menjalin kerja
sama dengan berbagai lembaga kelitbangan dan lembaga lainnya baik
pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh, di dalam negeri BPPP
5. secara rutin berpartisipasi dalam Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK)
yang merupakan forum lembaga litbang pemerintah. Untuk memperlancar
pelaksanaan kajian yang seringkali melibatkan pemerintah daerah, BPPP
juga mengadakan Forum Peningkatan Kerja Sama Kelitbangan dengan
Daerah yang terdiri dari lembaga litbang daerah dan Dinas Perindag seluruh
provinsi di Indonesia yang berlangsung dari tahun 2011 - 2013. Selain di
dalam negeri, BPPP menjalin kerja sama dengan lembaga donor seperti
World Bank, Netherlands Education Support Office (NESO), Overseas
Development Institute (ODI) UK, Asian Competitiveness Institute of Lee Kwan
Yeuw Public Policy School, National University of Singapore, AIPEG, TPSACanada, IDEAS-JETRO dan terus meningkatkan penjajakan dengan lembaga
lain. Beberapa bentuk kerja sama yang masih terlaksana pada periode 20152016 adalah sebagai berikut:
No
01
02
03
04
Partner Kerja
Sama
World Bank MPFTIC
TPSA- Canada
Nuffic NESO
AIPEG
05 EU-TCF
01 JICA
Bentuk Kerja Sama
Training,
analisis,
dan
workshop.
Training dan internship.
Training
Training, analisis, dan policy
dialogue series di Jakarta dan
di daerah.
Training, internship, dan
analisis.
Riset dan pendampingan
tenaga ahli; training dan
internship; serta seminar.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Kontrak Waktu
Pelaksanaan
2013 - 2016
2015 - 2019
2015 - 2016
2015 - 2017
2016
Berakhir 2020
44
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Selama kurun waktu 2010-2014, BPPP telah menghasilkan sebanyak 174
laporan kajian yang meliputi bidang perdagangan dalam negeri 57 kajian,
bidang perdagangan luar negeri 57 kajian dan bidang kerjasama perdagangan
internasional 60 kajian. Dukungan hasil pengkajian kebijakan perdagangan
berupa rekomendasi untuk bahan perumusan kebijakan sektor perdagangan
selama kurun 2015-2019 akan meliputi isu-isu sebagai berikut :
a. Isu Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri
1. Peningkatan efisiensi dan efektifitas distribusi
2. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha
3. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri
4. Peningkatan akses pasar bagi produk dalam negeri
5. Perlindungan konsumen
b. Isu Pengkajian Perdagangan Luar Negeri
1. Review Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
2. Fasilitasi Perdagangan
3. Tindakan Pengamanan Perdagangan
4. Menjaga dan Meningkatkan Akses Pasar Ekspor
5. Promosi dan Perluasan Pasar di Negara Tujuan
6. Peningkatan Nilai Tambah Produk Melalui Hilirisasi
7. Peningkatan Mutu Produk Ekspor
8. Evaluasi Kebijakan Preshipment Inspection
9. Kebijakan Tarif Bea Masuk
10. Substitusi Impor
11. Struktur Manufaktur
12. Strategi Pengembangan Ekspor
13. Strategi Pengendalian Impor
14. Target Ekspor-Impor 2015-2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
45
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
c. Isu Pengkajian Kebijakan Kerja Sama Perdagangan Internasional
1. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum bilateral, seperti
Indonesia-EFTA, Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership
Agreement (CEPA).
2. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum multilateral, seperti
WTO.
3. Isu-isu kebijakan terkait perundingan pada forum regional, seperti ASEAN,
APEC.
1.2 Potensi dan Permasalahan
1.2.1. Potensi
Untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan perdagangan dalam
jangka waktu lima tahun ke depan juga terdapat sejumlah potensi substansial,
baik di internal maupun di lingkungan eksternal Kementerian Perdagangan
yang dapat mempengaruhi kinerja perdagangan, sebagai berikut :
Kegiatan usaha perdagangan dan investasi akan dapat berkembang
dengan baik apabila tercipta suasana yang kondusif. Hingga saat ini,
Kementerian Perdagangan berkomitmen dan konsisten untuk terus melakukan
perbaikan iklim usaha, khususnya di sektor Perdagangan. Komitmen dan
konsistensi untuk terus memperbaiki iklim usaha di Indonesia tidak saja
merupakan potensi untuk mendukung kinerja investasi dan ekspor, tetapi juga
akan senantiasa mempertahankan ekspektasi positif pelaku usaha untuk
melakukan dan meningkatkan aktivitas-aktivitas bisnisnya di Indonesia.
Perbaikan iklim investasi telah diupayakan pemerintah melalui berbagai
cara, seperti: penciptaan pelayanan publik, misalnya: National Single Window
melalui INATRADE; kemudahan prosedur; penyederhanaan prosedur dan
modernisasi sistem Bea Cukai; harmonisasi standards and conformance yang
dapat memudahkan akses ke pasar regional; pengembangan e-commerce;
peningkatan prosedur pelayanan SKA; dan kredit sindikasi untuk ekspor
melalui LPEI.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
46
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Dalam forum internasional, Indonesia mempunyai peran semakin
penting di dunia internasional. Selain karena fakta bahwa Indonesia merupakan
pasar dengan ukuran besar yang tetap tumbuh positif di tengah krisis global,
kinerja diplomasi internasional Indonesia juga telah mampu menempatkan
Indonesia menjadi pemeran sentral dalam berbagai forum multilateral maupun
regional. Seperti peran Indonesia sebagai ketua di ASEAN pada tahun 2011,
ketua di APEC tahun 2013 dan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan
KTM ke-9 WTO di Bali pada bulan Desember 2013. KTM ke-9 WTO
menghasilkan kesepakatan yang cukup penting yang dikenal dengan paket Bali
yang terdiri dari Fasilitasi Perdagangan, Pertanian dan Least Developed
Countries. Peran sentral ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung
pertumbuhan
ekonomi,
khususnya
melalui
perdagangan
internasional (ekspor dan impor) dan kerjasama investasi.
Perkembangan perekonomian nasional telah membuka peluang bagi
usaha ritel modern di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun di era krisis
ekonomi global, perkembangan bisnis ritel modern di Indonesia tetap
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan potensi
pasar di Indonesia masih cukup besar dan menguatnya usaha kelas menengah
dan
kecil
sehingga
menambah
banyaknya
kelompok
masyarakat
berpenghasilan menengah-atas untuk berbelanja di ritel modern.
Perkembangan positif ritel modern dan ritel tradisional merupakan
kekuatan tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelancaran
arus barang, dimana ritel modern dan ritel tradisional merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem distribusi dan logistik nasional. Pada akhirnya,
keberadaan ritel ini akan dapat membantu stabilitas harga dan mengurangi
disparitas harga.
Selain aspek tesebut pasar tradisional Indonesia memiliki posisi khusus
dalam perekonomian Indonesia, karena sangat berkaitan erat dengan aspek
kultural, geografis, dan tradisi masyarakat Indonesia. Pasar tradisional mampu
meningkatkan penyerapan tenaga kerja; menjaga stabilitas harga bahan pokok;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
47
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
memberdayakan
usaha
mikro,
kecil,
dan
menengah;
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; dan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pengembangan pasar dalam negeri juga dilakukan lewat kebijakan
pemberdayaan para pelaku usaha lewat pasar komoditi yang dapat
dikembangkan menjadi Pasar Berjangka Komoditi, Pasar Lelang, dan Sistem
Resi Gudang. Lebih lanjut, ketiga kebijakan tersebut memiliki potensi untuk
mendukung stabilisasi harga dan pemberdayaan produsen komoditi.
Perdagangan
berjangka
merupakan
salah
satu
sarana
untuk
menciptakan transparansi dan kestabilan harga komoditi. Melihat potensi pasar
berjangka
ini,
Kementerian
Perdagangan
terus
berupaya
perdagangan berjangka yang saat ini semakin berkembang.
membenahi
Pasar lelang
mampu membentuk harga yang transparan dan menjaga kualitas barang yang
diperdagangkan. Potensi pasar lelang ini dikembangkan Kementerian
Perdagangan melalui fasilitas pasar lelang di beberapa daerah. Selain mampu
menjaga stabilitas harga, Sistem Resi Gudang (SRG) juga memberi peluang bagi
pembiayaan produsen, dimana komoditi-komoditi yang disimpan di dalam
gudang dapat dijadikan agunan bank.
Indonesia memiliki beragam jenis komoditi unggulan dan sumber daya
alam yang berlimpah dengan potensi untuk dikembangkan. Komoditi-komoditi
unggulan tersebar di seluruh daerah di Indonesia, baik komoditi yang sudah
memiliki potensi daya saing di pasar internasional (kondisi permintaan),
maupun komoditi unggul berdasarkan kompetensi daerah-daerah (kondisi
penawaran).
Keragaman komoditi unggul ini merupakan salah satu alternatif solusi
diversifikasi produk ekspor nasional, dimana ekspor nonmigas nasional masih
didominasi oleh sepuluh produk ekspor utama (TPT, elektronika, karet dan
produk karet, minyak kelapa sawit, hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang,
kakao, dan kopi) dengan kontribusi ekspor mencapai 41% persen di tahun
2014.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
48
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Disamping potensi tersebut diatas, juga terdapat potensi dan lingkungan
stratejik yang mempengaruhi kinerja untuk pencapaian sasaran dan tujuan
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Adapun
beberapa potensi tersebut meliputi :
a. Sumber Daya Manusia yang semakin berkualitas.
Kualitas sumber daya manusia Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan setiap tahunnya semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari
bertambahnya pegawai BPPP yang meraih gelar S2 dan S3 serta komposisi
pejabat fungsional, khususnya peneliti. Untuk menunjang peningkatan
kualitas SDM BPPP tersebut, selain mengikuti pendidikan formal, BPPP juga
mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop,
pemagangan dan joint research baik di dalam maupun luar negeri. Berikut
disajikan komposisi SDM BPPP berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis
jabatan.
1) Jumlah SDM Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan per 31
Maret 2016 seluruhnya berjumlah 123 (seratus dua puluh tiga) pegawai,
dengan komposisi sebagai berikut :
-
S3 sebanyak 5 orang,
-
S2 sebanyak 57 orang,
-
S1 sebanyak 36 orang,
-
D3 sebanyak 7 orang,
-
SLTA sebanyak 13 orang,
-
SLTP sebanyak 2 orang, dan
-
SD sebanyak 3 orang
Sedangkan untuk jumlah pejabat fungsional di lingkungan Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan per 31 Maret 2016
seluruhnya berjumlah 28 pegawai dan calon pejabat fungsional
berjumlah 20 orang, dengan komposisi sebagai berikut :
-
Peneliti sebanyak 18 orang, dan calon peneliti 14 orang
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
49
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
-
Statistisi sebanyak 3 orang, dan calon statistisi 1 orang
-
Calon Pranata Komputer sebanyak 1 orang
-
Calon Perencana sebanyak 2 orang, dan
-
Calon Analis Kepegawaian sebanyak 2 orang.
2) Untuk meningkatkan kompetensi SDM yang ada, secara rutin diadakan
berbagai pelatihan dan workshop untuk memperluas wawasan dan
menambah keahlian pegawai di BPPP. Beberapa pelatihan tersebut
misalnya diklat peningkatan kemampuan bahasa berupa kursus
TOELF/IELTS. Workshop/seminar peningkatan pengetahuan seperti
Workshop Knowledge sharing dan Workshop Lecture Series secara berkala
diadakan dengan mengundang narasumber yang kompeten dan ahli di
bidangnya untuk berbagi ilmu dan pandangan terhadap isu-isu
perdagangan dan terkait perdagangan yang sedang hangat. Total ratarata setiap tahunnya peserta untuk kegiatan diklat tersebut sebanyak
lebih dari 500 orang, baik dari kalangan BPPP maupun Kementerian
Perdagangan pada umumnya.
b. Pemanfaatan Hasil Kajian
Perhatian yang tinggi dari Pimpinan Kementerian Perdagangan terhadap
pemanfaatan hasil kajian menjadi motor penggerak atau pendorong bagi
berkembangnya kegiatan kajian di Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan. Perhatian pimpinan ini harus didukung oleh adanya
peningkatan mutu dan kualitas hasil kajian sehingga dapat dimanfaatkan
secara optimal. Disamping pemanfaatan hasil kajian dalam perumusan
kebijakan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Perdagangan juga
diharapkan pemanfaatannya oleh para stakeholder seperti dunia usaha dan
instansi terkait sehingga akan memacu meningkatkan kinerja Badan
Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam menghasilkan
kajian yang berkualitas.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
50
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
c. Berkembangnya lembaga pengkajian di Indonesia
Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
maupun
pemerintah
dalam
memanfaatkan iptek, termasuk hasil kajian/studi semakin besar dalam
mencari
solusi
atau
sekedar
menganalisa
suatu
kondisi
dan
perkembangannya ke depan. Peningkatan kebutuhan akan studi/kajian serta
produk-produk akademis lainnya yang dapat dipercaya telah mendorong
tumbuhnya institusi/lembaga penelitian/pengkajian dan pengembangan
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan akan studi dan analisis baik yang
bersifat mikro maupun makro. Dengan kemajuan dibidang
mendorong
terciptanya berbagai institusi pengkajian yang berkualitas dan diharapkan
dapat menciptakan sinergi kegiatan serta terbukanya kerjasama kajian yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil kajian. Lembaga litbang swasta
dan juga di perguruan tinggi saat ini telah banyak berkembang dan diakui
kredibilitasnya oleh masyarakat, misalnya CSIS, LM-UI, Lemlit UGM dan
sebagainya.
1.2.2. Permasalahan
Dinamika sektor perdagangan sangat dipengaruhi oleh berbagai
lingkungan strategis yang dapat menciptakan peluang dan permasalahan. Selain
berbagai potensi yang dimiliki, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan juga menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dibidang
perdagangan untuk dapat dilakukan pengkajian dan selanjutnya dapat
memberikan rekomendasi kebijakan pemecahannya.
a. Akses dan Pengamanan Pasar Luar Negeri
Akses dan pengamanan pasar luar negeri masih terkendala oleh beberapa
aspek seperti stagnannya putaran negosiasi Doha WTO, kapasitas
kelembagaan pengamanan perdagangan luar negeri yang harus ditingkatkan,
dan kecenderungan negara-negara menerapkan tindakan nontarif.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
51
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
1) Stagnasi Negosiasi Putaran Doha WTO
Stagnasi negosiasi putaran Doha WTO terutama ditandai adanya
perbedaan mendasar pada Doha Development Agenda (DDA), pada tiga
isu (Triangle Issues) yaitu: (1) Pertanian ; (2) Non Pertanian (NonAgricultural Market Access); dan (3) Jasa (Services). Selain itu terdapat
beberapa isu lainnya seperti: regulasi (rules), fasilitasi perdagangan
(trade facilitation), lingkungan perdagangan yang kondusif (trade and
environment), dan lain-lain.
Indonesia berkepentingan di semua isu. Secara khusus untuk bidang
pertanian di dalam WTO selain mengatur mengenai dukungan domestik
dalam bentuk subsidi, juga diatur hal lainnya yakni Special Product (SP)
dan Special Safeguard Measure (SSM). Special Product (SP) merupakan
instrumen bagi suatu negara untuk dapat melindungi beberapa produk
pertaniannya yang dianggap sensitif sehingga memiliki fleksibilitas
proteksi terutama dalam hal penurunan tarifnya. Perjuangan Indonesia
dan negara-negara berkembang lainnya dalam memperjuangkan
proposal SP sebagai bagian dari special and different treatment terus
berlanjut di Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII WTO tahun 2009 di
Jenewa, namun hal tersebut masih belum berhasil. SP dan SSM adalah
dua hal yang berbeda. SSM hanya digunakan manakala terjadi lonjakan
impor sehingga berdampak pada produksi/suplai domestik. Sementara
SP memiliki konsep dasar untuk memberikan perlindungan terhadap
beberapa produk pertanian sensitif dalam negeri yang memiliki bound
tarif rendah (rata-rata 45-50%). Sementara, hasil KTM IX pada
Desember 2013, yang dikenal dengan Paket Bali, cukup membuahkan
hasil
positif
dimana
negara
berkembang
dan
negara
kurang
berkembang diperbolehkan untuk mengadakan program pengamanan
stok cadangan pangan dan subsidi untuk sementara waktu, sampai
solusi permanen diperoleh dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Namun demikian, sampai sekarang belum disepakati solusi permanen
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
52
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
dalam hal pengamanan pangan negara berkembang ini. Koalisi negara
G-33 yang diketuai oleh India mengajukan Proposal Program
Pengamanan Pangan untuk solusi permanen, namun proposal ini ditolak
oleh WTO di Jenewa terutama pihak Amerika Serikat dan Uni Eropa.
2) Kecenderungan Peningkatan Hambatan Non tarif
Permasalahan yang masih dan akan dihadapi oleh produk Indonesia di
pasar global adalah kecenderungan negara-negara meningkatkan
hambatan non-tarif seiring dengan menurunnya hambatan tarif. Daya
saing produk Indonesia terkait aspek kualitas dan standar produk
merupakan hal terpenting dalam meningkatkan akses pasar ekspor.
Disamping itu, kebijakan non-tarif terutama yang terkait dengan isu
lingkungan dan kesehatan, merupakan hambatan non-tarif yang sering
dihadapi terutama untuk produk pertanian dan perikanan. Terkait upaya
penetrasi
ekspor
terutama
pada
pasar
non-tradisional,
maka
peningkatan diplomasi perdagangan menjadi salah satu upaya yang
perlu dioptimalkan. Selain mengusahakan penetrasi pasar, peningkatan
terhadap pengamanan pangsa pasar juga dilakukan. Sebagai contoh,
tercatat bahwa jumlah kasus hambatan perdagangan yang ditangani oleh
Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 sampai dengan bulan
November terdiri dari 3 kasus dumping dan 2 kasus safeguards.
b. Fasilitasi Perdagangan
Fasilitasi perdagangan bukan saja dapat memberikan manfaat yang
signifikan bagi aktivitas ekspor dan impor, tetapi juga berperan untuk
mendorong daya saing ekonomi dalam negeri. Indonesia telah melaksanakan
berbagai upaya diplomasi dan fasilitasi perdagangan baik yang didorong atas
keinginan sendiri maupun dalam kerangka kerjasama multilateral, regional
dan bilateral. Pemerintah akan terus melakukan upaya-upaya agar berbagai
prosedur dan ketentuan di bidang fasilitasi perdagangan menjadi lebih baik
dari sebelumnya.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
53
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-9 di Bali, Agreement on Trade
Facilitation
(ATF)
berhasil
disepakati.
Komitmen
Indonesia
atas
implementasi TFA menjadi sangat penting bagi negara eksportir anggota
WTO lainnya. Kondisi ini menyebabkan Indonesia kemungkinan akan
mendapat tekanan yang sangat kuat untuk memberikan komitmennya agar
langsung mengimplementasi aturan TFA yang lebih banyak (kategori A).
Tekanan tersebut khususnya datang dari negara maju dan negara
berkembang yang menjadikan Indonesia sebagai pasar produknya.
c. Diversifikasi Ekspor
Saat ini, produk ekspor Indonesia masih didominasi oleh 10 produk utama
yang terdiri dari TPT, elektronika, karet dan produk karet, minyak kelapa
sawit, hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi. Konsentrasi
ekspor produk utama terhadap total ekspor pada tahun 2010 mencapai
58.26% dan konsentrasi ini tidak berubah pada tahun 2014 yaitu sebesar
58.29%. Indikasi ini memang menunjukkan pertumbuhan ekspor pada 10
produk utama cenderung stagnan dan diversifikasi produk masih kurang.
Dari nilai tersebut, tercermin juga bahwa pangsa ekspor produk utama
sebesar hampir 60 persen dinilai relatif tinggi. Kinerja total ekspor nasional
akan sangat rentan jika terjadi gejolak ekonomi maupun fluktuasi harga, baik
di sisi permintaan maupun penawaran dari 10 produk utama tersebut.
Ketergantungan ekspor pada pasar tradisional dirasakan masih cukup tinggi
walaupun terdapat penurunan. Pangsa ekspor di pasar tradisional Amerika
Serikat, RRT, Jepang, India dan Singapura cenderung turun, yaitu sebesar
50.31 persen di tahun 2010 menjadi 48.99 persen di tahun 2014. Rata-rata
pertumbuhan ekspor ke negara non tradisional lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekspor ke negara non tradisional. Rata-rata pertumbuhan
ekspor per tahun ke negara tradisional pada periode tahun 2010 – 2014
sebesar 3.4 persen, namun pertumbuhan ekspor ke pasar non tradisional
hanya sebesar 4.24% persen pada periode tahun yang sama.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
54
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Berdasarkan hal di atas, upaya diversifikasi ekspor telah cukup mampu
menurunkan ketergantungan ekspor dan upaya tersebut perlu terus
ditingkatkan sehingga konsentrasi produk ekspor maupun pasar tujuan
ekspor dapat terus menurun.
d. Daya Saing Indonesia
Daya saing suatu Negara yang direpresentasikan oleh berbagai survei seperti
Index Ease of Doing Business, Logistic Performance Index, Index of Economic
Freedom (kebebasan berusaha), dan Global Competitiveness Index masih
menempatkan Indonesia pada peringkat yang lebih rendah dibanding
negara-negara pesaing utamanya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand,
India, dan RRT dalam ekspor dan investasi.
Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 148 negara yang disurvei dalam
Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2014−2015 yang dilakukan oleh
World Economic Forum. Dalam hal kebebasan berusaha yang ditentukan
dalam Index of Economic Freedom tahun 2015, Indonesia menduduki
peringkat ke-105 dari 178 negara yang disurvei. Sementara itu, Index Ease of
Doing Business yang dipublikasikan oleh IFC-Bank Dunia menempatkan
Indonesia pada peringkat 114 dari 189 negara yang disurvei di tahun 2015.
Sedangkan Logistic Performance Index 2014 yang diterbitkan oleh Bank
Dunia menempatkan Indonesia pada peringkat 53 dari 160 negara yang
disurvei.
e. Ekonomi Biaya Tinggi
Indonesia masih menempati peringkat lebih rendah dibanding negara-negara
pesaing ekspor dan investasi utama dalam hal daya saing yang disebabkan
oleh ekonomi biaya tinggi di Indonesia. Ekonomi biaya tinggi ini terutama
disebabkan oleh aspek institusional, aspek infrastruktur, dan aspek logistik.
Pada aspek institusional, Indonesia dihadapkan pada permasalahanpermasalahan seperti adanya indikasi: korupsi dan penyalahgunaan
wewenang; belum terjaminnya keamanan berusaha (belum berjalannya
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
55
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
penegakan hukum dengan baik); dan kurang efektifnya peraturan
perundang-undangan (belum konsisten antara peraturan yang ditetapkan
dengan pelaksanaan di lapangan).
Dalam hal infrastruktur utama, seperti jalan raya, sarana telekomunikasi, dan
listrik, Indonesia masih perlu berbenah menuju arah yang lebih baik lagi
untuk mengejar ketertinggalannya. Biaya logistik yang cukup tinggi
merupakan salah satu faktor utama penyebab ekonomi biaya tinggi.
Berdasarkan survei Logistic Performance Index yang dilakukan oleh Bank
Dunia (2014), Indonesia menduduki peringkat ke-53, lebih rendah
dibandingkan Singapura, Malaysia, RRT, Thailand, dan Vietnam; yang
masing-masing menduduki peringkat 5, 25, 28, 35, dan 48. Kondisi logistik
turut mempengaruhi waktu dan biaya melakukan ekspor. Waktu yang
diperlukan di Indonesia untuk melakukan ekspor termasuk lebih lama
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, dan
Malaysia. Disamping itu, biaya ekspor per kontainer juga masih cukup tinggi
dibandingkan dengan negara tetangga sebagai akibat dari sistem logistik
yang belum efisien. Penyebab utama tingginya biaya ekspor per kontainer
adalah biaya transportasi kargo, belum efisiennya manajemen di pelabuhan
serta rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur. Selain itu, adanya
pungutan-pungutan tidak resmi mengakibatkan semakin tingginya biaya
logistik di Indonesia.
Berdasarkan hasil Kajian Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
mengenai Kinerja Logistik Antar Pulau (2013) dalam perdagangan antar
pulau biaya sea freight merupakan komponen terbesar. Salah satu yang
menjadi faktor tingginya biaya sea freight adalah kecilnya volume barang
yang diangkut. Untuk kasus Sorong, ketidakseimbangan volume barang
antara inbound turut memperbesar biaya sea freight. Selain itu infrastruktur
pelabuhan dapat mempengaruhi produktivitas bongkar muat di pelabuhan
yang berdampak pada lamanya waktu tunggu di pelabuhan dan biayanya.
Faktor kepadatan lalu lintas juga menjadi masalah utama hampir disemua
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
56
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
lokasi. Hal ini disebabkan lebar badan jalan kurang memadai yang juga
banyak digunakan untuk transportasi manuasia.
f. Stabilisasi Bahan Pangan
Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen
nasional dan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk
mencapai kondisi ketahanan pangan harus dipenuhi empat aspek yaitu :
kecukupan ketersediaan pangan (food availability), stabilisasi ketersediaan
pangan (stability of supplies), kemudahan akses terhadap pangan (access to
supplies), dan kualitas atau keamanan pangan (food utilization).
Aspek-aspek yang berkaitan dengan ketahanan pangan tersebut diatas perlu
diantisipasi dan pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan
di sektor perdagangan, khususnya perdagangan dalam negeri. Kebijakan
perdagangan dalam negeri pada dasarnya diharapkan untuk dapat menjaga
stabilitas harga, distribusi, dan kemudahan akses pangan. Kebijakan menjaga
stabilitas harga diharapkan dapat mendukung kebijakan ketahanan pangan
melalui kecukupan ketersediaan pangan (food availability) serta stabilisasi
ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke
tahun (stability supplies). Sementara itu distribusi nasional yang efisien dan
efektif sebagai instrumen penting untuk menjaga kemudahan akses terhadap
pangan (access to supplies).
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah menjamin
ketersediaan barang, stabilitas harga dan menurunkan disparitas harga di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu menetapkan
Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting. Bahan pangan pokok
memegang peranan penting dalam aspek ekonomi, sosial, bahkan politik,
namun sampai saat ini pemerintah masih belum memiliki daftar komoditi
yang dapat dikategorikan sebagai bahan pangan pokok (bapok) secara
konsisten. Saat ini sedang
dibahas
Peraturan Presiden tentang Barang
Kebutuhan Pokok dan Barang Penting yang mengakomodir hasil analisis
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
57
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri mengenai Pengelompokkan
Komoditi Sebagai Bahan Pangan Pokok yang dilakukan pada tahun 2013.
g. Sistem Distribusi Nasional
Salah satu permasalahan dan tantangan utama terkait dengan perdagangan
dalam negeri adalah kualitas sistem logistik nasional yang memberikan
dampak yang signifikan pada terjadinya ekonomi biaya tinggi.
Sistem distribusi barang dan belum optimalnya sistem distribusi komoditas
strategis, bahan pokok kebutuhan masyarakat banyak masih belum
memadai, ditandai dengan masih panjangnya rantai distribusi, terjadinya
disparitas harga antarwilayah, dan fluktuasi harga di tingkat konsumen
dalam kondisi tertentu seperti pada saat hari besar keagamaan.
Belum optimalnya sistem distribusi ini merupakan dampak dari jaringan
distribusi yang belum tertata baik, belum tersedianya data yang akurat
tentang harga dan permintaan barang di tingkat konsumen, belum
transparannya ketersediaan pasokan di tingkat produsen serta terbatasnya
sarana penyimpanan (pergudangan, silo, pendingin) di tingkat produksi. Hal
tersebut pada satu sisi mengakibatkan pengambil kebijakan di bidang
Perdagangan, Pertanian, dan Industri kesulitan menyesuaikan kebijakan
yang perlu diambil. Sementara di sisi lain, petani, peternak, dan produsen
tidak dapat menyesuaikan tingkat produksinya sesuai kondisi yang terjadi.
Hal ini turut memicu munculnya masalah lain yaitu belum optimalnya sinergi
kebijakan perdagangan antarpulau untuk mendukung peningkatan transaksi
perdagangan antarpulau dan masih belum optimalnya peran UMKM dalam
perdagangan domestik.
Tidak meratanya sistem distribusi nasional juga disebabkan oleh aktivitas
perdagangan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sehingga perlu daya
dorong pengembangan perdagangan ke luar Pulau Jawa. Faktor koordinasi
dengan Pemda terutama berkaitan konsep strategis rantai pasokan dengan
negara lain, termasuk lintas batas, menjadi tantangan utama.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
58
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
h. Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Pasar Dalam Negeri
Lingkup kegiatan perlindungan konsumen sangatlah luas. Besarnya lingkup
kegiatan perlindungan konsumen terkait dengan jumlah konsumen di
Indonesia yang harus dilindungi dan luasnya jenis kegiatan yang berkaitan
dengan perlindungan konsumen serta banyaknya jenis produk yang harus
diawasi. Hal ini masih dianggap permasalahan karena upaya perlindungan
konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri belum dilaksanakan secara
optimal.
Jumlah konsumen yang harus dilindungi sebanyak jumlah penduduk
Indonesia, yaitu berkisar 250 juta jiwa. Sementara, jenis kegiatan yang
berkaitan dengan perlindungan konsumen meliputi aspek metrologi,
pengamanan pasar dalam negeri, standardisasi, pengawasan barang beredar,
pengujian mutu, sampai kepada penanganan kasus dan pengaduan
konsumen. Semakin terbukanya Indonesia dalam globalisasi mengakibatkan
semakin beragamnya produk yang ditawarkan kepada konsumen, sehingga
permasalahan pengawasan barang pun menjadi semakin kompleks. Sebagai
antisipasi semakin terintegrasinya pasar dalam negeri ke dalam pasar global,
maka perlu optimasi tindakan pengamanan bagi produsen domestik.
Pengawasan barang beredar di satu sisi sangat penting bagi produsen agar
dapat terlindungi dari persaingan yang tidak sehat baik untuk produksi
dalam negeri maupun luar negeri dan disisi lain konsumen juga mendapat
haknya memperoleh barang yang terjamin mutu dan keamanannya. Barang
yang beredar di masyarakat diawasi dalam pemenuhannya terhadap standar
mutu, pencantuman label, pelayanan purna jual, klausula baku, cara menjual
(penawaran, promosi, pemberian hadiah, obral atau lelang, pemaksaan,
pesanan dan pengiklanan).
Penetapan standar mutu bertujuan sebagai jaminan pemenuhan kualitas
produk bagi konsumen, sebagai nilai tambah suatu produk (bagian dari
marketing) label halal, kesamaan standar terhadap mutu. Di sisi lain
pencantuman label bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan guna
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
59
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
memberikan informasi dan melindungi konsumen. Pelayanan purna jugal
bertujuan agar konsumen mendapat perlindungan purna jual.
Penetapan standar di samping untuk tujuan melindungi konsumen juga
merupakan filter bagi masuknya produk impor yang kualitasnya tidak sesuai
standar. Salah satu prinsip yang dianut dalam penetapan standar, harus
berlaku untuk semua barang baik yang asal produksi dalam negeri maupun
asal luar negeri. Persoalan yang dihadapi saat ini adalah masih sedikitnya
produk Indonesia yang telah distandar, sehingga tidak efektif untuk dijadikan
pembatas impor produk sejenis. Di lain pihak kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi produk dalam negeri masih rendah. Dinamika pengamanan
pasar pada masa mendatang diperkirakan akan masih terus berkembang. Hal
ini akan mempengaruhi baik pasar dan industri dalam negeri serta produk
impor. Oleh karena itu permasalahan yang berkaitan dengan pengamanan
pasar perlu dikaji sehingga dapat dirumuskan kebijakan pengamanan pasar
yang
memberi
manfaat
secara
optimal
pada
konsumen
sekaligus
pengembangan pasar dan industri dalam negeri.
Selain
permasalahan
tersebut
diatas,
Badan
Pengkajian
dan
Pengembangan Perdagangan juga menghadapi permasalahan internal dalam
melaksanakan kegiatan kajian dan pengembangan kebijakan. Adapun
permasalahan tersebut yaitu :
a. Terbatasnya kuantitas dan kualitas peneliti
Salah satu kunci sukses untuk memenuhi meningkatnya permintaan akan
kajian dan rekomendasi kebijakan yang berkualitas BPPP adalah memiliki
sumber daya manusia khususnya peneliti yang jumlahnya proporsional,
profesional dan kompeten di bidangnya. Walaupun setiap tahunnya
diusahakan
terdapat
penambahan
jumlah
peneliti,
namun
pertumbuhannya tidak secepat naiknya permintaan akan kajian kebijakan
maupun isu-isu perdagangan yang memerlukan kajian dalam penyusunan
kebijakannya. Kondisi ini terjadi karena terbatasnya alokasi formasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
60
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
peneliti yang dialokasikan kepada BPPP setiap tahunnya. Terbatasnya
jumlah peneliti ini terlihat dari rasio pejabat fungsional peneliti yang ada
saat ini. Dari total 153 pegawai BPPP pada bulan Agustus 2015, yaitu
hanya sebanyak 17 orang, dengan rincian Peneliti Pratama berjumlah 7
orang, dan Peneliti Muda berjumlah 10 orang. Jumlah peneliti tersebut
dirasakan masih sangat kurang dibanding beban tugas yang diemban
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mengingat tupoksi
baru yang semakin strategis.
Selain
terbatasnya
jumlah
peneliti,
kemampuan
peneliti
dalam
menghasilkan kajian dan output lainnya, seperti karya tulis ilmiah yang
siap diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah juga dirasakan masih kurang.
Hal ini disebabkan karena hampir seluruh peneliti BPPP merupakan
peneliti muda yang masih memerlukan banyak bimbingan dan
peningkatan kemampuan. Rata-rata peneliti baru menjabat sebagai
fungsional peneliti selama kurang lebih 1 hingga 2 tahun saja. Dengan
demikian sebenarnya masih terbuka luas kesempatan pembinaan yang
lebih intensif bagi mereka.
Isu tingkat pendidikan para peneliti juga berpengaruh terhadap
kemampuan mereka dalam menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas.
Walaupun rata-rata peneliti telah meraih gelar S2, namun kualitasnya
masih dapat ditingkatkan dengan menaikkan tingkat pendidikan peneliti
menjadi S3 dan mengadakan kegiatan pembangunan kapasitas lainnya
yang diperlukan bagi mereka. Kondisi ini perlu direspon oleh manajemen
BPPP mengingat berdasarkan pengamatan, lembaga-lembaga litbang
dalam dan luar negeri kini tengah berlomba untuk memperbaiki tingkat
kompetensi mereka, dimana salah satunya melalui perbaikan tingkat
pendidikan para peneliti. Bahkan ditemukan ada lembaga litbang yang
hanya menerima lulusan S3 sebagai peneliti mereka.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
61
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
b. Rendahnya Minat Pegawai menjadi Peneliti
Rendahnya jumlah peneliti terutama disebabkan karena kurangnya minat
pegawai Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan untuk
menjadi peneliti pengkaji di sektor perdagangan. Hal ini perlu disikapi
secara serius dan perlu dicarikan jalan pemecahannya. Sistem kompensasi
bagi peneliti yang telah diatur oleh pemerintah pusat dirasakan masih
kurang menarik, sehingga belum dapat memberikan motivasi atau
rangsangan positif bagi para calon peneliti. Sistem penghargaan serta
fasilitas-fasilitas seperti sarana publikasi atas karya-karya ilmiah yang
telah diberikan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
juga ternyata belum berjalan maksimal sehingga belum dapat menjadi
motivasi yang efektif untuk menjadi peneliti.
c. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pengkajian
Ruang kerja peneliti pada Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan yang representative perlu didukung oleh tersedianya sarana
kerja pegawai yang berupa antara lain alat pengolah data yang fungsional.
Secara ideal setiap pejabat peneliti seharusnya mempunyai fasilitas alat
pengolah data (personal computer) masing-masing sehingga tidak
tergantung pada pejabat peneliti lainnya. Selain itu, dukungan pengadaan
sumber informasi dan referensi baik berupa software maupun hardware
pengolah data, literatur baik berupa buku, jurnal, dan majalah ilmiah
dapat dikatakan tidak ada, sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas
hasil kajian secara akademis. Bahkan BPPP tidak memiliki perpustakaan
yang memadai.
d. Monitoring Pemanfaatan Hasil Kajian
Sistem monitoring terhadap hasil kajian yang sudah dimanfaatkan oleh
para stakeholders diluar Kementerian Perdagangan untuk memperoleh
umpan balik terhadap hasil kajian sulit dilakukan sehingga tidak dapat
diketahui secara pasti. Hal ini menjadi kendala dalam penyusunan
program kajian berikutnya karena bagaimanapun hasil kajian dari Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan disamping dimanfaatkan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
62
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
oleh kalangan internal Kementerian Perdagangan juga dimaksudkan
untuk dimanfaatkan oleh stakeholders.
e. Masih terbatasnya pemanfaatan hasil kajian
Hasil kajian yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para
stakeholders, termasuk dunia usaha dan masyarakat umum belum
terlaksana dengan baik pada BPPP. Hal ini disebabkan oleh masih
terbatasnya
akses
stakeholders,
terutama
yang
berada
di
luar
Kementerian Perdagangan untuk mendapatkan dan memanfaatkan hasilhasil kajian tersebut, baik sebagai referensi yang akan digunakan dalam
karya ilmiah lainnya maupun sebagai tindak lanjut rekomendasi yang ada
dalam hasil kajian tersebut. Oleh karena itu, BPPP harus menyediakan
berbagai kemudahan dan sarana akses bagi para pengguna hasil kajian
tersebut, salah satunya dengan mengoptimalkan website Kementerian
Perdagangan yang dikelola oleh Pusat Data dan Informasi Perdagangan.
f. Kualitas hasil yang belum optimal secara akademis
Minimnya pemanfaatan hasil kajian juga disebabkan oleh masih belum
tercapainya kualitas maksimal dari kajian yang dilaksanakan oleh BPPP
akibat masih banyaknya kelemahan dari segi akademis. Walaupun telah
dilakukan berbagai tahap perencanaan, monitoring hingga evaluasi
kegiatan kajian, namun tahapan tersebut masih belum dapat optimal
meningkatkan kualitas hasil kajian. Hal ini disebabkan belum matangnya
budaya penelitian yang kritis, tidak mudah puas terhadap hasil, dan
bertanggungjawab pada para peneliti BPPP serta tidak adanya semacam
dewan penasehat atau pengawas yang dapat memantau kualitas kajian
yang dihasilkan, baik dari proses maupun hasil sebagaimana dimiliki oleh
lembaga litbang yang telah dikenal reputasinya. Selama ini, review hasil
kajian sementara dan akhir hanya dilakukan secara internal sehingga
tidak memberikan dorongan yang cukup untuk menghasilkan kajian yang
lebih berkualitas. Akibatnya, masih sering ditemui keengganan tim
peneliti untuk mengadopsi masukan-masukan yang diberikan oleh
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
63
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
stakeholders/reviewer yang sebenarnya berguna bagi perbaikan hasil
kajian mereka.
Pada lembaga litbang yang telah well-established, permasalahan ini dapat
diatasi apabila terdapat dewan pengawas/penasehat maupun keterlibatan
stakeholders yang melakukan peer review terhadap hasil kajian BPPP.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
64
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN BPPP
Dinamika lingkungan strategis sektor perekonomian secara umum dan sektor
perdagangan khususnya sedikit banyak telah memunculkan berbagai persoalan
yang luas dan komplikatif. Untuk merespon berbagai kondisi dan persoalan tersebut
dibutuhkan kebijakan yang artikulatif, responsif, antisipatif, dengan dampak
implementasi yang terukur. Dengan demikian kebijakan yang dikeluarkan nantinya
dapat efektif menyelesaikan isu kebijakan yang dihadapi.
Untuk menghasilkan kebijakan semacam itu dibutuhkan peran analisis/kajian
yang komprehensif. BPPP sebagai internal think tank di lingkungan Kementerian
Perdagangan diamanatkan untuk melakukan kajian/analisis atas isu-isu kebijakan
yang dihadapi oleh Kementerian Perdagangan secara keseluruhan. Lebih jauh,
diharapkan melalui rekomendasi kebijakan yang dihasilkannya, BPPP mampu
memberikan peran yang berarti dalam menentukan arah kebijakan Kementerian
Perdagangan jauh ke depan, baik bagi isu-isu terkini (current issue) maupun untuk
isu-isu perdagangan jangka panjang dan strategis.
Agar BPPP dapat lebih optimal mendukung proses penyusunan kebijakan di
Kementerian Perdagangan, maka untuk mengarahkan kebijakan dan strateginya
BPPP menyusun Rencana Strategis BPPP 2015-2019. Renstra tersebut disusun
dengan
mempertimbangkan
isu-isu
kebijakan
dan
perkembangan
sektor
perdagangan yang akan dihadapi oleh Kementerian Perdagangan 5 tahun
mendatang.
Visi dan misi pembangunan Pemerintahan Presiden Joko Widodo dijabarkan
dalam 9 agenda prioritas “Nawa Cita” yang berisi cita-cita pembangunan Indonesia
di segala bidang. Nawa Cita disusun berdasarkan ideologi “Trisakti”, yang pertama
kali dicetuskan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan bangsa dan negara. Konsep
Trisakti sendiri terdiri dari 3 pilar: 1) Kedaulatan dalam politik, 2) Berdikari dalam
ekonomi, dan 3) Kepribadian dalam kebudayaan. Berdasarkan konsep asli Trisakti,
pemerintah baru kemudian menjabarkan lebih rinci ketiga pilar tersebut ke dalam
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
65
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
31 agenda strategis, dengan rincian 12 agenda strategis untuk mewujudkan
Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, 16 agenda strategis untuk menuju
Indonesia yang berdikari dalam bidang ekonomi, dan 3 agenda strategis untuk
Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dari 9 agenda prioritas Nawacita, 3 pilar Trisakti dan 31 agenda strategis
kemudian Kementerian Perdagangan mengidentifikasikan tujuan-tujuan/sasaran
strategis pembangunan yang sekiranya terkait dengan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Perdagangan. Hasil identifikasi ini kemudian menjadi dasar bagi
penetapan operasional kegiatan di Kementerian Perdagangan selama 5 tahun ke
depan, termasuk di BPPP.
2.1 VISI
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sebagai salah satu unit
pendukung Kementerian Perdagangan yang melakukan pengkajian kebijakan di
bidang perdagangan memiliki pandangan jauh ke depan untuk mendukung
pembangunan sektor perdagangan sesuai dengan amanat dari Nawa Cita.
Pandangan ini kemudian dinyatakan dalam Rencana Strategis BPPP yang
merupakan bagian integral dari Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 20152019. Oleh karena itu visi BPPP juga merupakan bagian integral dari visi
pembangunan perdagangan 2015 – 2019 yang dirumuskan untuk menggali dan
menyampaikan persepsi yang sama mengenai pembangunan perdagangan. Persepsi
tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen jajaran BPPP untuk merealisasikan
visi dan misi pembangunan nasional di bidang perdagangan.
Sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia dalam rapat kabinet
pertama, maka ditetapkan hanya ada visi dan misi Presiden dan seluruh
Kementerian/Lembaga diminta untuk menjabarkan operasionalisasi visi dan misi
presiden tersebut dalam kegiatan masing-masing organisasi. Oleh karena itu dalam
rangka menentukan cita-cita yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan
panjang dan dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah dan berbagai
upaya pembangunan perdagangan ke depan maka visi BPPP 2015-2019 adalah :
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
66
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong”.
Dengan visi ini Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
berkomitmen mendukung visi Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan visi
pemerintahan baru melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya menjadi unit
pengkaji (think tank) yang dapat dipercaya (credible) dan secara aktif serta
responsif terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan perdagangan.
2.2 MISI
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka harus ditentukan caracara yang harus ditempuh oleh setiap unit eselon II yang ada di lingkungan BPPP
yang tertuang sebagai misi. Misi tersebut merupakan sesuatu yang harus diemban
dan dilaksanakan oleh unit kerja terkait untuk mendukung pencapaian visi. Dengan
pernyataan misi ini, diharapkan seluruh pegawai unit kerja dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal peran unit kerja secara lebih baik, dan dapat
berpartisipasi dalam mendorong keberhasilannya dengan melaksanakan perannya
masing-masing dengan baik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut maka
misi Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan adalah:
“Menghasilkan
rekomendasi
kebijakan
perdagangan
yang
berdaya
guna
berdasarkan hasil kajian”.
2.3 Tujuan
Peran Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan sangat strategis,
terutama dalam mewujudkan kebijakan perdagangan yang artikulatif, responsif dan
antisipatif. Upaya untuk mencapai membangun daya saing bangsa yang
berkelanjutan, pemanfaatan peluang-peluang yang ada baik di luar maupun di
dalam negeri dan penciptaan sistem perdagangan nasional yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu sebagai penjabaran dari visi dan misi Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan, maka tujuan yang ingin dicapai pada periode 2015 –
2019 yaitu :
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
67
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
”Penyediaan rekomendasi kebijakan perdagangan yang artikulatif, tepat waktu,
dan sesuai kebutuhan pemangku kepentingan”.
2.4 Sasaran Stategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
Sasaran strategis selama kurun waktu 2015 - 2019 menjadi indikator kinerja
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dalam pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Adapun sasaran yang ingin dicapai pada masing-masing tujuan
yang telah disebutkan dapat dilihat berikut ini:
”Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan kebijakan”.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
68
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Gambar 1 : Keterkaitan Misi, Tujuan dan Sasaran Kementerian
Perdagangan Tahun 2015 - 2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
69
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Gambar 2: Keterkaitan antara Tujuan K/L, Misi dan Sasaran BP2KP
Tahun 2015 - 2019
Sebagaimana terlihat pada gambar 2 diatas BPPP mendukung Kementerian
Perdagangan melalui peran BPPP terhadap pencapaian tujuan Kementerian
Perdagangan
dalam
meningkatkan
dukungan
kinerja
perdagangan
dan
meningkatkan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian.
Dukungan BPPP tersebut diwujudkan lewat indikator sebagai berikut:
a. (13) Peningkatan Dukungan kinerja perdagangan diwujudkan BPPP dengan
sasaran utama: Meningkatnya pemanfaatan data/informasi perdagangan dan
terkait perdagangan. Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
70
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
b. (14) Peningkatan Kebijakan Perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian,
diwujudkan dengan sasaran utama: Meningkatnya kualitas kebijakan dan
regulasi berbasis kajian. Indikator kinerja sasaran yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Gambar 3 : Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator BPPP
Tahun 2015 - 2019
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
71
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
Pembangunan nasional pada periode 2015-2019 ke depan diarahkan untuk
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Perdagangan sebagai salah satu penggerak
perekonomian bangsa juga sangat bergantung kepada daya saing kompetitif tersebut.
Mengikuti arah pembangunan dalam RPJMN, pembangunan sektor perdagangan yang
terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perdagangan
diprioritaskan pada pembangunan perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam
negeri.
IMF (2014) memprediksi bahwa kawasan asia dan afrika yang dihuni oleh negara
berkembang
(emerging
and
developing
economies)
akan
menjadi
mesin
pertumbuhan ekonomi dunia dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 6% dan dengan
peran PDB yang terus meningkat dalam 5 tahun ke depan. Dengan prospek yang baik
tersebut, maka Kementerian Perdagangan diharapkan mampu menyusun dan
melaksanakan program kerjanya untuk memanfaatkan kondisi positif ke depan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Sesuai RPJMN 2015-2019, fokus prioritas nasional Kementerian Perdagangan
meliputi: (1) Pengelolaan fasilitas ekspor dan impor; (2) Pengelolaan impor; (3)
Peningkatan kerjasama di bidang perdagangan jasa; (4) Peningkatan kerjasama dan
perundingan ASEAN; (5) Peningkatan kelancaran distribusi bahan pokok; dan (6)
Pengembangan sarana distribusi perdagangan.
Selain 6 prioritas tersebut selain
enam prioritas nasional tersebut di atas, terdapat Prioritas Nasional Lainnya, yaitu
Prioritas Bidang Sosial, Budaya dan Kehidupan Beragama, Ekonomi, Iptek, Sarana dan
Prasarana, Politik, Hankam, Hukum dan Aparatur, Wilayah dan Tata Ruang serta
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sesuai dengan RPJPN 2005 – 2025.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
72
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Kementerian Perdagangan akan berperan dalam bidang ekonomi, sarana dan
prasarana, Hukum dan Aparatur serta Wilayah dan Tata Ruang.
Selain program prioritas nasional dan prioritas nasional lainnya, Kementerian
Perdagangan juga bertanggung jawab atas tercapainya sasaran program dan rencana
aksi jangka pendek Kabinet baru. Dalam program dan rencana aksi jangka pendek
kabinet baru, Kementerian Perdagangan akan mendukung terlaksananya program
jangka pendek kabinet baru berdasarkan tugas dan fungsi serta kewenangan yang
berada pada Kementerian Perdagangan, yaitu:
1.
Peningkatan ekspor barang non migas yang memiliki nilai tambah dan jasa
melalui peningkatan pertumbuhan ekspor barang non migas yang bernilai
tambah dan jasa.
2.
Pengamanan perdagangan dari praktik unfair trade, meliputi: (a) peningkatan
pengamanan perdagangan dan kebijakan nasional; (b) penurunan hambatan
akses pasar tarif dan non tarif.
3.
Peningkatan dan optimalisasi akses pasar internasional, meliputi : (a)
Peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor; dan (b) Penurunan hambatan
akses pasar tarif dan non tarif.
4.
Pemantapan promosi ekspor dan nation branding, melalui peningkatan kinerja
promosi.
5.
Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa melalui peningkatan
efektivitas pengelolaan impor.
6.
Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri, meliputi : (a) Peningkatan
pertumbuhan PDB sektor pedagangan; dan
(b) Peningkatan konektivitas
distribusi dan logistik nasional
7.
Peningkatan Penggunaan dan Perdagangan Produk Dalam Negeri melalui: (a)
Peningkatan konsumsi rumah tangga nasional terhadap produk dalam negeri atau
menurunnya impor barang konsumsi dan (b) meningkatnya pengelolaan
perdagangan perbatasan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
73
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
8.
Optimalisasi/Penguatan Pasar Berjangka Komoditi, Sistim Resi Gudang dan Pasar
Lelang, melalui Peningkatan Pemanfaatan Pasar Berjangka Komoditi, SRG, dan
Pasar Lelang.
9.
Peningkatan Kelancaran Distribusi dan Jaminan Pasokan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting, meliputi: (a) memperkecil kesenjangan harga barang
kebutuhan pokok dan barang penting antar daerah, (b) stabilisasi harga barang
kebutuhan pokok dan barang penting, dan (c) peningkatan pengelolaan
perdagangan perbatasan.
10. Peningkatkan
perlindungan
dan
pemberdayaan
konsumen
melalui:
(a)
Peningkatan pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib
ukur,
dan
pengawasan
barang/jasa,
dan
(b)
peningkatan
pengelolaan
perdagangan perbatasan.
11. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha, melalui Peningkatan pelayanan
dan kemudahan berusaha.
12. Peningkatan kualitas kinerja organisasi Kementerian Perdagangan, meliputi : (a)
Peningkatan kinerja pelayanan public, (b) Peningkatan profesionalisme SDM
Sektor Perdagangan, (c) Peningkatan Birokrasi dan Transparan, Akuntanbel, dan
Bersih, dan (d) Peningkatan Efektifitas Pengawasan Internal.
13. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan melalui terwujudnya sistem
informasi perdagangan yang terintegrasi.
14. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian melalui
peningkatan kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian.
Sebagai pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi serta wewenang Kementerian
Perdagangan ke depan, maka kebijakan perdagangan luar negeri dalam lima tahun ke
depan diarahkan untuk mencapai “Meningkatnya jenis produk, volume dan nilai
ekspor setiap tahun dibanding dengan volume dan nilai impor secara
berkelanjutan”. Untuk itu, strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan
perdagangan luar negeri selama periode 20152019 adalah:
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
74
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
1. Peningkatan ekspor produk non migas dan jasa
2. Peningkatan efisiensi pasar dalam negeri dan transaksi perdagangan
Strategi di atas dilaksanakan melalui penentuan fokus prioritas untuk
perdagangan luar negeri adalah sebagai berikut:
1.
Mengamankan pangsa ekspor di pasar tradisional (Market maintenance)
2.
Memperluas Pangsa Pasar Ekspor di Pasar Non Tradisional (Market Creation);
3.
Mengidentifikasi Peluang Pasar Ekspor Produk dan Jasa Potensial (Product
Creation).
4.
Mengamankan Pasar Domestik Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Nasional.
Sedangkan arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri yang telah
ditetapkan
dalam
Renstra
Kementerian
Perdagangan
2015-2019
adalah:
“meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas”.
Untuk itu, strategi yang perlu dilakukan dalam pembangunan perdagangan dalam
negeri selama periode 2015-2019 adalah:
1.
Mengintegrasikan dan Memperluas Pasar Dalam Negeri.
2.
Meningkatkan Penggunaan dan Perdagangan Produk dalam Negeri.
3.
Meningkatkan Kelancaran Distribusi dan Jaminan Pasokan Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting.
4.
Meningkatkan Iklim Usaha dan Kepastian Berusaha
Adapun fokus prioritas dan kegiatan prioritas untuk perdagangan dalam negeri
adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan Fasilitasi Perdagangan.
2.
Meningkatkan Perlindungan dan Pemberdayaan Konsumen
3.
Meningkatkan Efisiensi Distribusi dan Logistik
4.
Meningkatnya Iklim Usaha Perdagangan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
75
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Setelah
menganalisis perkembangan
lingkungan
strategis
dan
dengan
memperhatikan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan serta dengan
menetapkan faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan dan sasaran sebagai penjabaran
visi dan misi, maka dapat ditentukan strategi operasional. Strategi tersebut ditetapkan
sebagai cara untuk mencapai tujuan dengan perencanaan kebijakan dan program
yang akan dipergunakan sebagai pedoman operasional.
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015−2019 telah menetapkan
misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan antara
lain, yaitu perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya saing
ekonomi untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan. Arah kebijakan pembangunan
Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah
pembangunan dalam RPJMN 20152019. Arah ini merupakan pedoman dalam
menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang
diinginkan. Arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) pokok
pikiran, yaitu:
1.
Peningkatan kinerja perdagangan luar negeri yang bertumbuh dan berkelanjutan;
2.
Terwujudnya perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas;
3.
Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan.
Berdasarkan tiga pokok pikiran tersebut di atas, Kementerian Perdagangan
menetapkan beberapa langkah strategis, yaitu:
a.
Peningkatan ekspor barang non migas yang bernilai tambah;
b.
Peningkatan pengamanan perdagangan;
c.
Peningkatan akses dan pangsa pasar internasional;
d.
Pemantapan promosi ekspor dan nation branding;
e.
Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa;
f.
Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri;
g.
Peningkatan penggunaan produk dalam negeri;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
76
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
h.
Optimalisasi penguatan pasar berjangka komoditi, SRG, dan pasar lelang;
i.
Peningkatan ketersediaan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok dan
barang penting;
j.
Peningkatan perlindungan dan pemberdayaan komsumen;
k.
Peningkatan Iklim usaha dan kepastian berusaha.
Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian
Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta
arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka dilakukan programprogram kementerian yang terdiri dari sepuluh program utama, yaitu: (1) Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan; (2)
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3)
Pengawasan
Perdagangan;
dan
Peningkatan
(4)
Pengkajian
Akuntabilitas
Kebijakan
Aparatur
dan
Negara
Informasi
Kementerian
Perdagangan;
(5)
Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri; (6) Peningkatan Perdagangan Luar
Negeri; (7) Peningkatan Perlindungan Konsumen; (8) Peningkatan Kerjasama
Perdagangan Internasional; (9) Pengembangan Ekspor Nasional; dan (10)
Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi.
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan
Dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan yaitu (1) Penyediaan
rekomendasi perdagangan yang artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan
pemangku
kepentingan.
(2)
Pengelolaan
data
dan
informasi
secara
berkesinambungan, (3) Pengelolaan sistem jaringan TIK yang mudah diakses, maka
kebijakan BP2KP pada hakekatnya diarahkan untuk :
1.
Peningkatan kualitas dan kuantitas kajian kebijakan di sektor perdagangan
kearah rekomendasi kebijakan yang bersifat demand-driven dan evidence-based.
2.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM BPPP, khususnya peneliti dan pengelola
TIK.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
77
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
3.
Peningkatan jejaring kerja dengan pemerintah daerah (Disperindag, Balitbangda,
TPID BI) dan lembaga kelitbangan lainnya di dalam dan luar negeri dalam rangka
pengkajian kebijakan perdagangan.
4.
Peningkatan kapasitas BPPP dalam mendukung pelaksanaan Sistem Informasi
Perdagangan.
5.
Diseminasi hasil kajian dan diskusi kebijakan dengan triple helix dalam rangka
penyebarluasan hasil kajian dan konsultasi publik, baik di pusat dan daerah.
Sedangkan langkah/strategi yang akan ditempuh oleh BPPP yaitu :
1.
Melibatkan pakar/narasumber/tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman
sesuai bidangnya serta stakeholders terkait lainnya dalam kegiatan pengkajian
kebijakan perdagangan dan penyusunan rekomendasi kebijakan.
2.
Mengirim dan mengikutsertakan staf BPPP untuk mengikuti diklat teknis dan
fungsional, pemagangan pada lembaga riset di dalam dan luar negeri, seminar,
workshop, dan forum ilmiah lainnya.
3.
Menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan pengkajian dan
pengelolaan sistem informasi perdagangan.
Sesuai dengan restrukturisasi program Kementerian Perdagangan, Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan mempunyai 1 (satu) program, yaitu
“Program Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan”. Arah pelaksanaan
program tersebut adalah:
1.
Pengkajian
dan
pengembangan
perdagangan
dalam
negeri
melalui
pengkajian dengan fokus kajian bidang sarana dan lembaga perdagangan, Bidang
logistik, investasi dan fasilitasi usaha, standardisasi dan perlindungan konsumen;
2.
Pengkajian dan pengembangan perdagangan luar negeri melalui pengkajian
dengan fokus kajian bidang ekspor impor, pengamanan dan fasilitasi
perdagangan;
3.
Pengkajian dan pengembangan kerjasama perdagangan internasional
melalui pengkajian dengan fokus kajian bidang kerjasama multilateral, regional
dan bilateral;
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
78
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
4.
Peningkatan tatakelola administrasi yang baik, melalui peningkatan
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya dengan fokus peningkatan
urusan rencana, pemantauan program dan kerjasama, urusan administrasi
keuangan, kepegawaian dan umum, urusan evaluasi, pelaporan dan dokumentasi
dalam rangka meningkatkan kualitas kajian
dan pengembangan kebijakan
perdagangan.
Adapun indikator kinerja program (outcome) dan indikator kinerja kegiatan
(output) yang akan digunakan untuk mengukur pelaksanaan kegiatan Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan akan disajikan dibawah ini, sedangkan
cara penghitungan capaian target akan disajikan dalam Lampiran 3 (Matriks Indikator
Kinerja).
INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN
NO.
PROGRAM
(1)
1.
(2)
Pengkajian dan
Pengembangan
Perdagangan
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
(OUTCOME)
(3)
1. Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan
perumusan kebijakan
Indikator :
a. Jumlah rekomendasi yang digunakan untuk perumusan
kebijakan di sektor perdagangan
b. Jumlah hasil kajian kebijakan yang dipublikasikan
dan/atau didiseminasikan
2. Tersedianya data dan informasi perdagangan yang tepat
guna
Indikator :
a. Jumlah pengguna data dan informasi di bidang
perdagangan
3. Tersedianya jaringan TIK yang stabil guna mendukung
layanan publik dan internal Kementerian Perdagangan
Indikator :
a. Persentase kesinambungan layanan (continuity of
service) jaringan data/informasi
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
79
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
NO.
(1)
1.
2.
3.
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
(2)
(3)
Dukungan
Manajemen
Dan Terlaksananya
pelayanan
teknis
dan
Dukungan Teknis lainnya Badan administratif kepada seluruh satuan organisasi
Pengkajian dan Pengembangan dilingkungan
Badan
Pengkajian
dan
Perdagangan
Pengembangan Perdagangan
Indikator :
1) Jumlah rencana/program kegiatan yang
disusun dengan tepat waktu dan sesuai
aturan yang berlaku. (Output: Dokumen)
2) Jumlah laporan evaluasi yang disusun
dengan tepat waktu dan sesuai aturan yang
berlaku. (Output: Laporan)
3) Jumlah laporan bidang administrasi
keuangan yang disusun tepat waktu dan
sesuai aturan yang berlaku. (Output:
Laporan)
4) Jumlah laporan kegiatan dukungan
penanganan isu-isu perdagangan. (Output:
Laporan)
5) Jumlah peserta yang selesai mengikuti
workshop/diklat untuk mendukung
peningkatan kualitas SDM. (Output: Orang)
6) Jumlah kerja sama kelitbangan. (Output:
Laporan Kerjasama)
7) Jumlah penyelenggaraan diseminasi hasil
kajian (Output: Diseminasi)
8) Jumlah terbitan publikasi BP2KP. (Output:
terbitan)
Pengkajian dan Pengembangan Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi
Kebijakan Perdagangan Dalam kebijakan di bidang perdagangan dalam negeri
Negeri
dan
Perlindungan dan perlindungan konsumen
Konsumen
Indikator :
1) Jumlah laporan hasil kajian di bidang
perdagangan dalam negeri dan
perlindungan konsumen (Output: Laporan)
2) Jumlah laporan forum diskusi di bidang
perdagangan dalam negeri dan
perlindungan konsumen. (Output: Laporan)
Pengkajian dan Pengembangan Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi
Kebijakan Perdagangan Luar kebijakan di bidang perdagangan luar negeri
Negeri
dan
Pengamanan dan pengamanan perdagangan
Perdagangan
Indikator :
1) Jumlah laporan hasil kajian di bidang
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
80
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
NO.
KEGIATAN
(1)
(2)
4.
Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Kerjasama
Perdagangan Internasional
5.
Pengembangan Sistem Informasi
Perdagangan
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
(3)
perdagangan luar negeri dan pengamanan
perdagangan. (Output: Laporan)
2) Jumlah laporan forum diskusi di bidang
perdagangan luar negeri dan pengamanan
perdagangan. (Output: Laporan)
Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi
kebijakan di bidang kerjasama perdagangan
internasional
Indikator :
1) Jumlah laporan hasil kajian di bidang
kerjasama perdagangan internasional.
(Output: Laporan)
2) Jumlah laporan forum diskusi di bidang
kerjasama perdagangan internasional
(Output: Laporan).
1. Tersedianya data dan informasi yang
akurat, cepat, dan tepat guna.
Indikator:
1) Jenis data dan informasi yang tersedia
(Output: Data/informasi)
2) Jumlah terbitan data dan informasi
perdagangan Tersedianya sistem
jaringan TIK yang handal. (Output:
Terbitan)
2. Tersedianya layanan dan pemeliharaan
jaringan intranet dan internet yang handal
Indikator:
1) Laporan pengelolaan dan
pengembangan website. (Output:
Laporan)
2) Laporan penyediaan/pelayanan
jaringan data dan informasi. (Output:
Laporan)
3. Terlaksananya
layanan
pengadaan
barang/jasa secara elektronik di lingkungan
Kemendag
Indikator:
1) Laporan penyelesaian gangguan SPSE.
(Output: Laporan)
3.3 Kerangka regulasi
Kerangka regulasi sebagaimana dijelaskan dalam Permen PPN/Kepala Bappenas
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
81
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
No.1/2014 tentang Pedoman Penyusunan RPJMN 2015-2019 Pasal 1 angka 14 dan
Peraturan Sesmen PPN/Bappenas tentang Juklak Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi
dalam RPJMN didefinisikan sebagai: “Perencanaan pembentukan regulasi dalam
rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat dan
penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara”.
Lebih lanjut
dijelaskan tujuan disusunnya kerangka regulasi yaitu: (1) Mengarahkan proses
perencanaan
pembentukan
regulasi
sesuai
kebutuhan
pembangunan;
(2)
Meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapaian prioritas
pembangunan; dan (3) Meningkatkan efeisiensi pengalokasian anggaran untuk
keperluan pembentukan regulasi.
Dalam penyusunannya terdapat prinsip-prinsip yang harus ditaati sehingga
kerangka regulasi dapat disusun sesuai dan berfungsi sebagaimana mestinya. Prinsipprinsip tersebut didasarkan pada kaidah perumusan kebijakan yang baik (sound
policy formulation), yaitu sebagai berikut:
1.
Penyusunan kerangka regulasi dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong dan
mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara
dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara.
2.
Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan dampak, biaya, manfaat
dan kerugiannya untuk masyarakat.
3.
Penyusunan kerangka regulasi perlu mempertimbangkan asas pembentukan dan
asas materi peraturan perundang-undangan yang baik.
4.
Penyusunan kerangka regulasi dalam prosesnya melibatkan stakeholders terkait.
5.
Kerangka regulasi merupakan hasil review atau evaluasi terhadap peraturan yang
ada, yang kemudian dilanjutkan melalui proses kajian dan penelitian (analisis
dampak, biaya, dan manfaat).
6.
Kerangka regulasi jangka menengah dan tahunan dapat berisi angka kerangka
regulasi dan/atau kebutuhan regulasi yang diperlukan sejalan dengan kebijakan
pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN dan RKP.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
82
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
7.
Kerangka regulasi yang dicantumkan dalam Renstra K/L berupa arah kerangka
regulasi dan/atau kebutuhan regulasi (RUU, Rancangan Peraturan Pemerintah,
Rencangan Perpres, Rancangan Inpres atau Rancangan Peraturan pimpinan
lembaga).
Meninjau dan memperhatikan seluruh ketentuan penyusunan Kerangka Regulasi
di atas, maka BPPP dengan tugas utama sebagai internal think tank dan pengelola
sistem informasi perdagangan yang menjadi bagian dari amanat UU No.7/2014
tentang Perdagangan juga turut menyusun kerangka regulasi yang dibutuhkan bagi
pembangunan perdagangan selama 5 tahun ke depan.
Sebagai catatan, walaupun output yang dihasilkan oleh BPPP merupakan salah
satu input utama dalam penyusunan kebijakan, namun BPPP bukan unit organisasi
pembuat kebijakan (policy conceptor) maupun pelaksana kebijakan (policy executor).
Dengan demikian, kerangka regulasi yang disusun BPPP lebih bersifat usulan kepada
unit eselon I lainnya di lingkungan Kementerian Perdagangan yang mempunyai
wewenang sebagai policy conceptor dan policy executor.
Fokus kerangka regulasi yang diusulkan oleh BPPP merupakan bagian dari
penyelenggaraan Sistem Informasi Perdagangan sesuai UU No.7/2014 tentang
Perdagangan, khususnya Pasal 92 dimana dinyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
mengenai SIP diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah. Dengan
demikian diperlukan sebuah Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang mengatur
operasional teknis penyelenggaraan SIP.
Matriks Usulan Kerangka Regulasi
No
Arah kerangka regulasi
dan/atau kebutuhan
regulasi
Urgensi pembentukan
berdasarkan evaluasi
regulasi existing, kajian
dan penelitian
Unit
Penanggung
Jawab
Unit
terkait/institu
si
Target
penyelesaian
1
2
3
4
5
6
1
Penyusunan
landasan
hukum penyelenggaraan
Sistem
Informasi
Perdagangan Nasional
Sesuai amanat UU No.7
tahun
2014
tentang
Perdagangan, Pasal 92
menyatakan
bahwa
ketentuan lebih lanjut
mengenai
SIP
diatur
dengan atau berdasarkan
peraturan pemerintah.
Bentuk
Rancangan
Pemerintah
Peraturan:
Peraturan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
Pusdatin,
BP2KP, Setjen
Seluruh
Kementerian/
lembaga dan
Pemerintah
Daerah
provinsi/Kab
upaten
2017
83
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
3.4 Kerangka kelembagaan
Secara garis besar program dan kegiatan masing-masing unit Eselon 2 di
lingkungan BPPP tahun 2015 – 2019 diarahkan untuk mendukung visi pemerintah di
sektor perdagangan.
Di tingkat Eselon II kegiatan Dukungan Manajemen Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan dilakukan oleh Sekretariat Badan Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Sekretariat Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan memiliki kegiatan yang bersifat koordinatif
dan kegiatan penunjang lainnya yang dilakukan guna mendukung kegiatan masingmasing unit eselon 2. Setiap tahun anggaran berjalan, kegiatan Sekretariat BPPP
secara umum tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun setiap tahunnya
diupayakan terus mengalami perkembangan dan peningkatan mutu kegiatan.
Sedangkan bagi pusat kebijakan (Puska) memiliki kegiatan pengkajian sesuai
bidang masing-masing yaitu :
a.
Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri
b.
Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri
c.
Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional
Untuk mengoperasionalkan arah kebijakan perdagangan dalam negeri, luar
negeri, serta kerja sama perdagangan internasional dalam lima tahun kedepan, BPPP
telah menyusun program kajian prioritas yang akan menjadi arah kegiatan kajian
BPPP tahun 2015-2019 yang dijabarkan dalam Rencana Induk Pengkajian
Kebijakan Perdagangan atau disingkat RIPKP.
RIPKP pada dasarnya adalah
penjabaran sasaran pada program pengkajian pada Renstra BP2KP 2015-2019 yang
disusun berdasarkan berbagai pertimbangan seperti analisis kebutuhan pengguna
dan permintaan pasar serta isu-isu perdagangan yang potensial baik untuk masa
jangka menengah dan panjang.
Secara konseptual struktural, kerangka RIPKP terdiri dari dinamika lingkungan
strategis, program pengkajian prioritas, dan keluaran program pengkajian. Dengan
demikian, RIPKP akan terdiri dari beberapa kegiatan kajian yang akan dilaksanakan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
84
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
oleh setiap Pusat Kebijakan setiap tahunnya. Adapun program kajian prioritas BPPP
pada tahun 2015-2019 secara ringkas dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Agribisnis Kerakyatan
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dalam pemenuhan hak atas
pangan. Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi
komitmen nasional secara konsisten dari waktu ke waktu. Ketahanan pangan
berbasis agribisnis kerakyatan dimaksudkan agar pelaksanaan ketahanan pangan
dapat dibangun berdasarkkan kearifan lokal dan sumber daya lokal sehingga
tercipta kedaulatan pangan nasional, tanpa tergantung dengan produk pangan
impor. Topik ini sangat erat kaitannya dengan berbagai isu strategis lingkungan
perdagangan sebagai berikut:
a. Kedaulatan pangan;
b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;
c. Permasalahan perdagangan perbatasan;
d. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel, dan finance;
e. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;
f. Pengamanan perdagangan:
g. Integrasi ekonomi;
h. Keterbatasan alat analisa
Oleh karena itu topik ini layak dan masih sangat relevan menjadi salah satu
prioritas pengkajian di BPPP Kementerian Perdagangan periode 2015-2019. Hal
ini sangat sejalan dengan peran BPPP untuk senantiasa mampu memberikan
rekomendasi yang tepat terkait ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan,
utamanya yang bersinggungan langsung dengan sektor perdagangan. Mengingat
ketahanan pangan ini merupakan pekerjaan yang sangat terkait dengan instansi
maupun Kementerian lain, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan
dan Perikanan, serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia, maka rekomendasi
kebijakan yang dihasilkan dari kajian BPPP nantinya juga dapat disampaikan dan
dikoordinasikan dengan berbagai pihak terkait.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
85
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
2. Peningkatan Efisiensi Sistem Rantai Pasok (Logistik dan Distribusi)
Upaya penguatan jaringan distribusi nasional masih menjadi salah satu isu
perdagangan yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah Indonesia pada
2015-2019. Oleh karena itu, isu ini dituanngkan menjadi salah satu sasaran
strategis
Kementerian
Perdagangan
2015-2019.
Sasaran
strategis
ini
diterjemahkan oleh Kementerian Perdagangan yang senantiasa berusaha
menciptakan jaringan distribusi yang efisien melalui penciptaan sarana dan
kebijakan distribusi serta layanan logistik yang mendukung dan sinergis.
Program pengkajian prioritas ini berusaha mengakomodasi tuntutan berbagai
stakeholders BPPP untuk memberikan masukan dan rekomendasi terkait dengan
belum terciptanya sistem distribusi dan logistik yang efisien serta bagaimana
upaya memperbaiki hal tersebut. Mengingat logistik dan distribusi merupakan
sektor pendukung, maka program pengkajian ini juga sangat erat kaitannya
dengan isu-isu strategis:
a. Kedaulatan pangan;
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional);
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi;
d. Permasalahan pedagangan perbatasan;
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi;
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
g. Akses pasar, fasilitasi, dan ketahanan perdagangan;
h. Percepatan peningkatan ekspor migas;
i. Integrasi ekonomi;
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan;
Berawal dari alasan inilah maka program ini masih sangat relevan dan tepat
untuk dilaksanakan pada periode 2015-2019, utamanya terkait dengan peran
BPPP untuk senantiasa proaktif memberikan masukan kebijakan dalam rangka
mewujudkan sistem distribusi dan logistik yang efisien.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
86
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
3. Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Perdagangan Perbatasan
Program kajian prioritas penguatan pasar dalam negeri dan perdagangan
perbatasan diharapkan dapat memberikan masukan rekomendasi kebijakan
untuk mengatasi dan mengantisipasi berbagai isu yang berkembang dalam
rangka menciptakan iklim usaha nasional yang kondusif. Topik penguatan pasar
dalam negeri dan perdagangan perbatasan sangat relevan dengan isu-isu dalam
lingkungan perdagangan yang berkaitan dengan:
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
h. Pengamanan perdagangan
i. Integrasi ekonomi
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
Isu-isu tersebut seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan kebutuhan bahan
pokok dan barang strategis yang berujung pada ketidakstabilan harga, inflasi dan
kemiskinan. Alasan inilah yang membuat potensi permasalahan ini menjadi
sangat penting untuk di antisipasi oleh BPPP sebagai salah satu unit kerja dari
lembaga yang mempunyai mandat untuk mendukung menjaga stabilisas
kebutuhan bahan pokok dan barang strategis. Dalam keterkaitannya dengan hal
tersebut, kajian mengenai hal ini masih relevan untuk dibahas selama lima tahun
ke depan. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan salah salah satu tujuan dari
Kementerian Perdagangan yang tersirat dalam dokumen Rencana Strategis 20152019 dan Program Prioritas Pemerintah 2015-2019.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
87
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
4. Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Konsumen
Program prioritas kajian peningkatan perlindungan konsumen merupakan
prioritas program yang sangat relevan mengingat isu-isu perlindungan konsumen
berkembang sangat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh isu perlindungan
terhadap produsen dan konsumen dalam negeri itu sendiri yaitu:
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Permasalahan perdagangan perbatasan
c. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
d. Pengamanan perdagangan
e. Integrasi ekonomi
Upaya perlindungan konsumen selalu memerlukan saran-saran rekomendasi
yang akurat sehingga setiap kebijakan maupun terobosan yang dikeluarkan
menjadi tepat sasaran dan efektif. Disinilah peran BPPP yang menjadikan
program ini menjadi salah satu program pengkajian prioritas yang masih relevan
untuk dilaksanakan pada 2015-2019.
5. Peningkatan Daya Saing Produk Indonesia
Program pengkajian prioritas peningkatan daya saing produk indonesia tidak
hanya terkait dengan peningkatan produk ekspor dan peningkatan citra produk
ekspor dengan diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi pasar tujuan ekspor.
Hal ini juga terkait dengan isu perlindungan terhadap produsen dan konsumen
dalam negeri yaitu :
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen DN
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
88
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
Selain itu, program ini juga menjadi salah satu agenda prioritas Presiden Joko
Widodo selama 2015-2019 yang juga menjadikannya masih sangat relevan untuk
dilaksanakan pada tahun 2015-2019 mendatang.
6. Kebijakan Perdagangan Untuk Percepatan Investasi dan Hilirisasi
Kementerian Perdagangan menetapkan Kebijakan Perdagangan untuk percepatan
hilirisasi merupakan program prioritas yang menjadi jawaban atas kondisi
kurang optimalnya perkembangan industri hilir di Indonesia. Meskipun demikian,
hal ini sangat berhubungan erat dengan isu-isu lain yaitu:
a. Kedaulatan pangan
b. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
c. Permasalahan perdagangan perbatasan
d. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
e. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
f. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
g. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
h. Pengamanan perdagangan
i. Integrasi ekonomi
j. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
Oleh karena itulah program ini, dinyatakan masih sangat relevan dan layakuntuk
dilaksanakan dan dijadikan salah satu program prioritas kebijakan pada periode
2015-2019 mendatang.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
89
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
7. Percepatan Peningkatan Kinerja Ekspor
Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional yang berlandaskan
Trisakti dan Nawacita, sektor perdagangan berperan penting dalam mewujudkan
kemandirian ekonomi bangsa. Salah satu program prioritas pemerintah 20152019 dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi adalah meningkatkan
daya saing produk-produk Indonesia di pasar internasional.
Sejalan dengan misi tersebut, maka pada tahun 2015-2019 BPPP mengagendakan
program ini menjadi salah satu program prioritas untuk dilaksanakan. Selain
karena merupakan bagian terpenting dari misi Kementerian Perdagangan,
program ini juga sangat terkait erat dengan berbagai isu-isu lingkungan strategis
perdagangan, yaitu antara lain :
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
8. Evaluasi dan Identifikasi Kerjasama Perdagangan Internasional
Integrasi ekonomi mempunyai dampak terhadap peningkatan jumlah kerjasama
multilateral, regional dan bilateral. Lambatnya proses perundingan dalam
kerjasama multilateral mengakibatkan banyak negara mencari alternatif
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
90
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
kerjasama perdagangan baik di tingkat regional maupun bilateral. Evaluasi dan
Identifikasi terhadap kemungkinan dibukanya hubungan kerjasama baik ditingkat
regional maupun bilateral perlu dilaksanakan agar manfaat dari pelaksanaan
perjanjian kerjasama tersebut dapat dirasakan bagi Indonesia termasuk
didalamnya peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan
internasional merupakan salah satu upaya untuk memperjuangkan kepentingan
nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, maupun bilateral.
Pada masa-masa mendatang, program ini akan semakin penting untuk
dieksplorasi karena hal ini sangat terkait erat dengan berbagai isu yaitu :
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
j. Pengamanan perdagangan
k. Integrasi ekonomi
l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
m. Keterbatasan alat analisa
Dalam keterkaitan dengan hal tersebut diataslah maka program ini masih sangat
relevan untuk dijadikan program pengkajian prioritas pada periode 2015-2019.
9. Analisis Kebijakan Kesiapan Indonesia dalam Perdagangan Jasa
Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang sangat prospektif bagi Indonesia.
Namun demikian, Indonesia belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
91
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
menghadapi persaingan perdagangan jasa yang semakin terintegrasi. Program
prioritas ini berusaha menjawab tingkat tingkat kesiapan Indonesia dalam
perdagangan jasa internasional. Program ini juga sangat erat kaitannya dengan
beberapa isu strategis perdagangan antara lain:
a. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
b. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
c. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
d. Permasalahan perdagangan perbatasan
e. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
f. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance
g. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
h. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
i. Pengamanan perdagangan
j. Integrasi ekonomi
k. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
l. Keterbatasan alat analisa
Hal tersebut di atas menjadi latar belakang yang menjadikan program prioritas
pengkajian ini masih relevan untuk dilaksanakan BPPP pada periode 2013-2015
mendatang sebagai upaya memberikan analisis dan rekomendasi terkait
peningkatan kesiapan Indonesia dalam perdagangan jasa ini.
10. Pengembangan Model / Alat Analisis Perdagangan Indonesia (MAP-INA)
Dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan di sektor
perdagangan diperlukan model/alat analisis yang sudah teruji dan user friendly
yang dapat digunakan dalam menganalisis kebijakan perdagangan baik yang
bersifat komoditi, regional, nasional maupun global. Untuk itulah pengembangan
model/alat analisis menjadi suatu keniscayaan dalam upaya menjawab berbagai
tantangan dan permasalahan dalam perdagangan Indonesia.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
92
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Program ini sangat relevan dan tepat untuk dijadikan salah satu program
prioritas BPPP 2015-2019 sebagai unit yang senantisa dituntut proaktif dalam
memberikan analisis dan rekomendasi kebijakan terkait perdagangan Indonesia
kepada pimpinan Kementerian Perdagangan karena selain alasan tersebut di atas,
hal ini juga sangat erat kaitannya dengan isu :
a. Kedaulatan pangan
b. Perlindungan dan Pemberdayaan terhadap konsumen dalam negeri
c. Pemberdayaan UMKM dan pasar rakyat (tradisional)
d. Sistem distribusi dan pengendalian inflasi
e. Permasalahan perdagangan perbatasan
f. Percepatan investasi dalam rangka hilirisasi
g. Menguatnya keterkaitan pasar food, feed, fuel dan finance;
h. Akses pasar, fasilitasi dan ketahanan perdagangan
i. Percepatan peningkatan ekspor nonmigas
j. Pengamanan perdagangan
k. Integrasi ekonomi
l. Perdagangan jasa, HKI, dan lingkungan
m. Keterbatasan alat analisa
Selain program prioritas terkait berbagai isu-isu hangat di bidang perdagangan,
BPPP juga memfokuskan sumber dayanya dalam penyelenggaraan Sistem Informasi
Perdagangan (SIP). Untuk mendukung tugas tersebut BPPP perlu dilengkapi dengan
struktur organisasi sebagai kerangka kelembagaan BPPP untuk menyelesaikan
tugasnya.
Kerangka kelembagaan berdasarkan Permen PPN/Kepala Bappenas No.1/2014
didefinisikan
sebagai
“perangkat
kementerian/lembaga
-struktur
organisasi,
ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara- yang digunakan untuk
mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
93
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
berpedoman kepada RPJM Nasional”. Kerangka kelembagaan disusun dengan
memperhatikan: Pertama, ketepatan fungsi dan juga ketepatan ukuran dari fungsi dan
struktur organisasi. Kedua, kerangka kelembagaan juga harus menciptakan sistem
tata kelola pemerintahan (governance) yang terhubung dengan baik (well-connected).
Terakhir, organisasi yang telah dibentuk harus diisi dengan sumber daya manusia
aparatur/Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional dan berintegritas. Apabila
ketiga unsur ini dapat terpenuhi maka diharapkan akan terjadi penguatan kapasitas
kelembagaan.
Dengan memperhatikan arahan permen PPN tersebut, maka BPPP berusaha
menyusun kerangka kelembagaannya dengan lebih baik. Sebagai sebuah unit
pendukung di lingkungan Kementerian Perdagangan, BPPP berusaha menciptakan
korelasi langsung antara unit-unit kerja mulai dari level eselon II hingga IV dengan
unit-unit teknis di lingkungan Kementerian Perdagangan yang membutuhkan
rekomendasi kebijakan. Oleh karena itu BPPP membagi unit eselon II berdasarkan
tugas dan fungsi Kementerian Perdagangan dalam mengelola sektor perdagangan,
yaitu sub-sektor perdagangan dalam negeri, sub-sektor perdagangan luar negeri, dan
sub-sektor kerjasama perdagangan internasional. Untuk mendukung pengelolaan
administrasi dan penyediaan dukungan teknis lainnya, maka BP2KP juga dilengkapi
dengan 1 unit sekretariat.
Secara umum, struktur organisasi BPPP tidak mengalami perubahan yang
signifikan mengingat tugas dan fungsinya hampir tidak berbeda dengan tahun
sebelumnya.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor:
57/M-
DAG/PER/8/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan BPPP
terdiri dari 5 unit Eselon II dan dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
membawahi 4 (empat) Kepala Pusat dan 1 (satu) Sekretaris Badan. Namun, dengan
keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 juga
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Pusat Data dan
Informasi Perdagangan yang sebelumnya berada di dalam BPPP pindah ke Sekretariat
Jenderal. Dengan demikian, BPPP terdiri dari 4 unit eselon II. Dalam menunjang
pencapaian kinerja BPPP, maka setiap unit eselon II telah memiliki tugas pokok dan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
94
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
fungsinya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, setiap unit
tersebut selalu berkoordinasi untuk menciptakan sinergitas dalam rangka mencapai
visi BPPP. Adapun perubahan fundamental dalam struktur organisasi BP3 terdapat
pada hal-hal sebagai berikut::
1.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan menjadi Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan;
2.
Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan
menjadi Sekretariat Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (Set. BPPP);
3.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
menjadi Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri (Puska Dagri);
4.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
menjadi Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri (Puska Daglu);
5.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kerjasama Perdagangan
Internasional menjadi Pusat Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional
(Puska KPI); Berkurangnya unit eselon 2 di lingkungan BP3 yang semula terdiri
dari 5 unit eselon 2 menjadi 4 unit eselon 2 dengan pindahnya Pusat Data dan
Sistem Informasi Perdagangan ke Sekretariat Jenderal.
6.
Perubahan struktur organisasi di Sekretariat BP3, yaitu:
(i) Bagian Program dan Kerjasama yang semula terdiri dari Subbagian
Penyusunan Program, Subbagian Pemantauan Program, dan Subbagian
Kerjasama menjadi Subbagian Program, Subbagian Anggaran, dan Subbagian
Kerja Sama;
(ii) Bagian Evaluasi dan Pelaporan khususnya Subbagian Dokumentasi menjadi
Subbagian Dokumentasi dan Informasi
7.
Perubahan nomenklatur pada masing-masing unit eselon 3 dan 4 di lingkungan
Pusat Pengkajian BPPP serta penambahan satu unit eselon 4 yang dibawahi
langsung oleh Kepala Pusat yaitu Subbagian Tata Usaha.
Detail perubahan struktur organisasi BPPP sebelum dan sesudah Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016 dapat dilihat di Lampiran X.
Secara umum, tugas yang dilaksanakan oleh unit Sekretariat dan unit Eselon II
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
95
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
lainnya di lingkungan BPPP merupakan penyediaan dukungan penyediaan kajian
yang akan digunakan sebagai bahan masukan penyusunan kebijakan perdagangan,
baik di bidang perdagangan dalam negeri, luar negeri, serta kerjasama perdagangan
internasional. Disamping itu, BPPP juga menyediakan pelayanan sistem informasi dan
teknologi informasi khususnya yang dibutuhkan oleh internal Kementerian
Perdagangan.
Sama halnya pada periode sebelumnya, pengaturan struktur organisasi ini juga
dimaksudkan agar segenap unit di lingkungan BPPP dapat lebih responsif dalam
menanggapi kebutuhan-kebutuhan rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil kajian
guna menyusun policy options dari setiap unit eselon I yang ada pada Kementerian
Perdagangan,
disamping
kajian
yang
dibutuhkan
langsung
oleh
pimpinan
Kementerian dalam penyusunan kebijakan perdagangan. Struktur organisasi BPPP
juga saat ini dirancang untuk dapat merespon berbagai kebutuhan kajian yang
bersifat jangka pendek (current issue) maupun jangka panjang (long term study), serta
prakiraan (forecasting).
Sebagai contoh, kegiatan-kegiatan analisis dan studi di Pusat Pengkajian Dalam
Negeri, Luar Negeri, dan Kerjasama Perdagangan Internasional dibutuhkan sebagai
masukan dalam rangka penyusunan perumusan kebijakan perdagangan serta
memberikan masukan atau merekomendasikan kebijaksanaan tersebut kepada
Pimpinan Kementerian Perdagangan. Selanjutnya konsep atau masukan tersebut
diangkat
menjadi
produk
kebijaksanaan
yang
bermanfaat
dalam
upaya
pengembangan sektor Perdagangan.
Dalam pelaksanaannya, program kajian prioritas di atas akan dijabarkan menjadi
program kegiatan kajian tahunan dengan tetap berpedoman pada tujuan dan sasaran
serta target yang akan dicapai oleh BPPP.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
96
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target kinerja
4.1.1. Target Kinerja
Perdagangan
BP2KP
pada
Sasaran
Strategis
Kementerian
Berbeda dari periode sebelumnya, pada tahun 2015-2019 BPPP ikut
menyumbang
terhadap
capaian
sasaran
strategis
Kementerian
Perdagangan. Terdapat 2 sasaran strategis yang merepresentasikan peran
tugas pokok dan fungsi BPPP, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatnya pemanfaatan data/informasi perdagangan dan terkait
perdagangan, dengan indikator kinerja yaitu:
b. Meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian
4.1.2. Tujuan #1: Penyediaan rekomendasi kebijakan perdagangan yang
artikulatif, tepat waktu, dan sesuai kebutuhan pemangku
kepentingan
Tujuan ini merupakan pelaksanaan salah satu tugas pokok dan fungsi
BP2KP sebagai pendukung dalam penyusunan kebijakan perdagangan
yang baik. Kemudian, untuk mencapai tujuan tersebut, BPPP menetapkan
1 sasaran “Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan perumusan
kebijakan”. Rekomendasi kebijakan yang dibuat oleh BPPP keluar dari
kajian akademis namun tetap dirancang untuk dapat diakomodir dalam
penyusunan suatu kebijakan. Selain itu, agar kebijakan tersebut nantinya
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
97
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
menimbulkan efek yang diharapkan, maka dampak baik positif maupun
negatifnya perlu dikomunikasikan terlebih dahulu melalui sebuah
mekanisme konsultasi publik. Salah satu bentuk konsultasi publik tersebut
adalah menyebarluaskan hasil kajian kebijakan tersebut. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dari sasaran tersebut terdapat 2 indikator kinerja
utama yang disusun untuk mengukur keberhasilan pencapaiannya selama
2015-2019, sebagai berikut:
Sasaran #1: Tersedianya rekomendasi kebijakan sebagai bahan
perumusan kebijakan
Target
Indikator Sasaran (Kinerja Utama)
1.
2.
Jumlah rekomendasi yang digunakan
untuk perumusan kebijakan di sektor
perdagangan (rekomendasi)
Jumlah hasil kajian kebijakan yang
dipublikasikan dan/atau
didiseminasikan (judul)
2015
2016
2017
2018
2019
20
21
22
23
24
20
22
22
22
22
Dari sasaran dan indikator kinerja utama (IKU) tersebut kemudian
diturunkan ke dalam sasaran dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yang ada
pada eselon II di lingkungan BPPP. Adapun indikator kinerja kegiatan yang
digunakan pada sasaran ini berasal dari Pusat Pengkajian Perdagangan
Dalam Negeri, Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri, Pusat
Pengkajian Kerjasama Perdagangan Internasional, dan Sekretariat BPPP.
Mengingat hasil IKU bersifat outcome (hasil lanjut/dampak dari output),
maka terdapat beberapa catatan dalam menterjemahkan IKU ke dalam IKK,
khususnya terkait penghitungan targetnya, yaitu sebagai berikut:
a.
Jumlah target IKU pertama yaitu rekomendasi kebijakan bukan
merupakan akumulasi jumlah target output pada level IKK yaitu
laporan hasil kajian dan laporan forum diskusi. Penentuan target IKU
didasarkan pada fakta bahwa selama ini tidak semua hasil kajian yang
akan sepenuhnya digunakan dalam penyusunan kebijakan.
Oleh
karena itu, jumlah rekomendasi kebijakan dihitung berdasarkan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
98
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh BPPP kepada unit
terkait.
b.
Satuan target IKU kedua berbeda dengan satuan target IKK
pendukungnya pada level eselon II. Perbedaan ini terjadi karena target
pada IKK merupakan keluaran (output) dari kegiatan tahunan yang
dikerjakan oleh unit eselon II, yaitu jumlah publikasi dan frekuensi
diseminasi. Sedangkan untuk target IKU ditetapkan dari tindak lanjut
terhadap output pada level IKK, yaitu judul kajian BPPP yang
dipublikasikan dan didiseminasikan. Rincian sasaran dan IKK serta
target output pada masing-masing unit eselon II berdasarkan Aplikasi
RENJA Bappenas yaitu sebagai berikut:
 Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi kebijakan di bidang
perdagangan dalam negeri dan perlindungan konsumen
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
Jumlah laporan hasil kajian di bidang
perdagangan
dalam
negeri
dan
perlindungan konsumen (laporan)
Jumlah laporan forum diskusi di bidang
perdagangan dalam negeri dan
perlindungan konsumen (laporan)
2015
2016
2017
2018
2019
20
21
22
23
24
4
4
5
5
6
 Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi kebijakan di bidang
perdagangan luar negeri dan pengamanan perdagangan
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
Jumlah laporan hasil kajian di bidang
perdagangan
luar
negeri
dan
pengamanan perdagangan (laporan)
Jumlah laporan forum diskusi di bidang
perdagangan luar negeri dan
pengamanan perdagangan (laporan)
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
2015
2016
2017
2018
2019
21
22
23
24
25
4
4
5
5
6
99
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
 Tersusunnya bahan perumusan rekomendasi kebijakan di bidang
kerjasama perdagangan internasional
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
2015
2016
2017
2018
2019
10
11
12
13
14
4
4
5
5
6
Jumlah laporan hasil kajian di bidang
kerjasama perdagangan internasional
(laporan)
Jumlah laporan forum diskusi di bidang
kerjasama perdagangan internasional
(laporan)
 Tersedianya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan
organisasi di lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
Jumlah penyelenggaraan diseminasi
hasil kajian (diseminasi)
Jumlah terbitan publikasi BP2KP
(terbitan)
4.1.3. Tujuan
#2:
Pengelolaan
berkesinambungan
data
2015
2016
2017
2018
2019
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
dan
informasi
secara
Tujuan ke-2 BPPP mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
BP2KP sebagai unit pelaksana dan pembina pengelolaan sistem informasi
perdagangan, termasuk didalamnya adalah data dan informasi di
lingkungan Kementerian Perdagangan. Agar tujuan tersebut dapat
terlaksana maka ditetapkan sasaran “Tersedianya data dan informasi
perdagangan yang tepat guna”. Sasaran ini mempunyai cakupan yang lebih
luas yakni menyangkut pelayanan terhadap unit-unit di lingkungan
Kementerian Perdagangan dan pelayanan kepada masyarakat luas
mengenai kebutuhan data dan informasi perdagangan,
misalnya hasil
analisis statistik dalam bentuk soft copy maupun hard copy antara lain
berupa buku statistik perdagangan. Selain itu terdapat aplikasi yang dapat
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
100
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
digunakan untuk melakukan simulasi data, yang tersedia dalam website.
Oleh karena itu, terdapat 1 Indikator Kinerja Utama yang digunakan untuk
mengukur kinerja sasaran ini yaitu:
Sasaran #2: Tersedianya data dan informasi perdagangan yang tepat
guna
Target
Indikator Sasaran
(Kinerja Utama)
1.
Jumlah pengguna data
dan informasi di bidang
perdagangan (orang)
2015
2016
2017
2018
2019
1.325.920
1.458.512
1.604.364
1.941.280
2.210.000
Mengingat indikator sasaran yang digunakan adalah indikator
outcome, maka diperlukan indikator output yang digunakan sebagai proksi
dalam menghitung anggaran yang diperlukan untuk menghasilkan output
pendukung pencapaian sasaran. Untuk keperluan tersebut, maka indikator
kinerja utama diatas diterjemahkan ke dalam indikator kinerja kegiatan
sebagai berikut:
1. Jenis data dan informasi yang tersedia dengan satuan output
data/informasi.
2. Jumlah terbitan data dan informasi perdagangan dengan satuan output
data/informasi.
Adapun target sasaran output yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
 Tersedianya data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat guna
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
Jenis data dan informasi yang tersedia
(data/informasi)
Jumlah terbitan data dan informasi
perdagangan (terbitan)
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
2015
2016
2017
2018
2019
26
26
26
26
26
24
24
24
24
24
101
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
4.1.4. Tujuan #3: Pengelolaan sistem jaringan TIK yang mudah diakses
Selain mengelola data dan informasi, BKIP juga bertanggung jawab
terhadap pengelolaan infrastruktur dan fasilitas pendukung sistem
informasi
perdagangan.
Untuk mengukur
kinerja
tujuan
tersebut
digunakan sasaran “Tersedianya jaringan TIK yang stabil guna mendukung
layanan publik dan internal Kementerian Perdagangan”. Sasaran ini
meliputi pengembangan software dan hardware yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi yang dimanfaatkan
baik untuk internal Kementerian Perdagangan maupun masyarakat umum
pengguna
jasa
online
Kementerian
Perdagangan.
Layanan
dan
ketersediaan data melalui jaringan online diberikan kepada unit-unit di
lingkungan Kementerian Perdagangan dengan menggunakan jaringan
intranet dan kepada masyarakat luas melalui jaringan internet. Untuk
menjamin agar layanan online BPPP dapat terus dilakukan maka
perawatan infrastruktur maupun sewa jaringan harus terus dilakukan.
Indikator Kinerja Utama yang ditetapkan untuk mengukur capaian sasaran
ini pada tahun 2015-2019 adalah:
Sasaran #3: Tersedianya jaringan TIK yang stabil guna mendukung
layanan publik dan internal Kementerian Perdagangan
Target
1.
Indikator Sasaran
(Kinerja Utama)
2015
2016
2017
2018
2019
Persentase continuity of service
jaringan data dan informasi (%)
95
95
95
95
95
Sama halnya dengan indikator sasaran (outcome) ke-2, karena indikator
sasaran “Persentase continuity of service jaringan data/informasi” adalah
indikator kinerja utama (outcome), maka perlu diterjemahkan ke dalam
indikator kinerja kegiatan (output) sebagai berikut:
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
102
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
1. Laporan Pengelolaan dan Pengembangan Website, dengan satuan
output laporan; dan
2. Laporan penyediaan/pelayanan jaringan data dan informasi, dengan
satuan output laporan.
3. Laporan Penyelesaian Gangguan SPSE, dengan satuan output berupa
laporan.
Adapun sasaran dan target kinerja untuk masing-masing indikator kinerja
kegiatan tersebut tahun 2015-2019 pada Pusdatin yaitu sebagai berikut:
 Tersedianya layanan dan pemeliharaan jaringan intranet dan internet
yang handal
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
2.
Laporan pengelolaan dan pengembangan
website (laporan)
Laporan penyediaan/pelayanan jaringan
data dan informasi (laporan)
2015
2016
2017
2018
2019
3
3
3
3
3
8
8
8
8
8
 Terlaksananya layanan pengadaan barang/jasa secara elektronik di
lingkungan Kementerian Perdagangan
Target
Indikator Kinerja Kegiatan
1.
Laporan penyelesaian gangguan SPSE
(laporan)
2015
2016
2017
2018
2019
1
1
1
1
1
4.2. Kerangka Pendanaan
Pendanaan merupakan salah satu sumber daya terpenting dalam mencapai
target kinerja BPPP selama 5 tahun ke depan. Oleh karena itu perlu disusun
kerangka pendanaan yang memadai baik yang mencukupi untuk kegiatan
operasional maupun kegiatan terkait pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPPP
dalam menghasilkan kajian sebagai bahan rekomendasi kebijakan dan
pengembangan sistem informasi perdagangan. Berikut dipaparkan prakiraan
maju kebutuhan pendanaan BPPP selama 2015-2019.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
103
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
Matriks rencana kerangka pendanaan BPPP 2015-2019
(dalam juta rupiah)
Pagu
BP2KP
2015
2016
2017
2018
2019
64.183,70
67.346,65
70.690,91
73.871,91
77.225,56
Sumber: Aplikasi Renja Bappenas BP2KP TA 2016
Prakiraan maju pendanaan BPPP dihitung menggunakan aplikasi Rencana
Kerja (Renja) yang dikeluarkan oleh Bappenas setiap tahunnya. Pagu yang ada
pada aplikasi ini menjadi pagu baseline yang menjadi rujukan dalam penyusunan
anggaran BPPP setiap tahunnya. Mengingat fungsinya sebagai baseline, maka
pagu ini dapat berubah menyesuaikan peraturan/regulasi dan kondisi keuangan
negara pada tahun yang bersangkutan.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
104
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)
2015-2019 disusun sebagai salah satu bagian dari penyelenggaraan Renstra
Kementerian Perdagangan 2015-2019 dan dengan mempertimbangkan kepentingan
para stakeholders terkait. Dengan adanya Renstra ini yang berfungsi sebagai
pedoman utama dalam menyusun rencana kerja setiap tahunnya oleh unit-unit di
lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan maka diharapkan
perencanaan pelaksanaan rencana kerja akan lebih terarah dalam rangka mendukung
proses pembangunan berkesinambungan.
Dengan berpedoman pada RPJM Nasional 2015 – 2019 dan memperhatikan
pedoman penyusunan RPJMN dan Renstra K/L sebagaimana tertuang dalam Permen
PPN/Bappenas Nomor 1 Tahun 2014, kian terlihat bahwa penyusunan kebijakan saat
ini harus disertai dengan background study, indepth analysis, analisis biaya manfaat
dan sebagainya yang merupakan berbagai bentuk dari kajian. Ini menunjukkan peran
kajian yang semakin penting sebagai input utama dalam penyusunan kebijakan.
Sejalan dengan kondisi tersebut, BPPP sebagai unit pendukung di Kementerian
Perdagangan yang menghasilkan rekomendasi kebijakan dari kajian menghadapi
tuntutan untuk terus-menerus mengeluarkan hasil kajian dan rekomendasi yang
berkualitas sehingga mampu menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan,
khususnya di sektor perdagangan. Tantangan ini dijawab dengan penetapan arah dan
kebijakan yang dituangkan ke dalam tujuan, sasaran, dan target indikator BP2KP
2015-2019.
Berdasarkan fokus prioritas kebijakan di sektor perdagangan, maka selama
lima tahun ke depan BPPP memfokuskan kegiatan kajian yang ada pada bidang
perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2015 – 2019. Di
samping itu, mulai tahun 2015 BPPP juga akan mendukung penuh penyelenggaraan
Sistem Informasi Perdagangan sebagai amanat UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan. Pelaksanaan seluruh kegiatan, baik pengkajian maupun pengelolaan
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
105
Review-2 tahun 2016,
as of 100816
sistem informasi perdagangan tentunya tetap memperhatikan dinamika lingkungan
strategis sektor perdagangan dan Kementerian Perdagangan itu sendiri sebagai
organisasi dimana BPPP berada.
Dengan demikian, di samping arah kebijakan yang telah ditetapkan selama 5
tahun ke depan dalam Renstra Strategis, BPPP tetap akan melihat perkembangan
yang dinamis baik di lingkungan internal maupun eksternal BPPP untuk menjaga
seluruh kegiatan BPPP dapat tetap menghasilkan outcome/output yang dibutuhkan
oleh sektor perdagangan, dan Kementerian Perdagangan khususnya. Untuk itu, setiap
tahunnya akan diadakan penyesuaian rencana strategis BPPP melalui review.
Review Rencana Strategis BPPP 2015-2019 TA 2016
106
Download