“BPKN: Insiden Pasien Darurat Kritis, Fenomena Puncak Gunung Es”

advertisement
SIARAN PERS
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110
Telp/Fax. 021-34833819, 021-3458867
www.bpkn.go.id
“BPKN: Insiden Pasien Darurat Kritis, Fenomena Puncak Gunung Es”
Jakarta, 25 September 2017
Pertemuan tindak lanjut
Pagi ini, Ketua dan seluruh Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) melaksanakan
pertemuan dengan Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) dan Direktur
Kepatuhan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS, Dr. dr. H. Bayu Wahyudi SpOG. MPHM.MHKes. MM
(RS), di Kantor BPKN, Jakarta Pusat.
“Pertemuan hari ini merupakan tindak lanjut rekomendasi kami sebelumnya, dan menunjukkan
komitmen serta konsistensi Pemerintah untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat ," jelas Ardiansyah Parman, Ketua BPKN.
Sebelumnya, pada tanggal 18 September 2017, BPKN telah bersurat kepada Menteri Kesehatan,
Direktur Utama BPJS dan Kepala Kepolisian RI, rekomendasi atas langkah-langkah segera yang perlu
diambil menyikapi terjadinya insiden atas pasien bayi di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta
Barat. Rekomendasi BPKN dimaksud berintikan:
➢ Kepada Menteri Kesehatan, agar melakukan audit Layanan Kesehatan secara keseluruhan
baik audit medik maupun non-medik untuk memastikan layanan kesehatan yang berkeadilan
bagi masyarakat;
➢ Kepada Direktur Utama BPJS, untuk mengintensifkan sosialisasi dan edukasi kebijakan,
standard pelayanan kesehatan, dan program BPJS kesehatan dalam memberi jaminan sosial di
bidang kesehatan yang berkeadilan.
➢ Kepada Kepala Kepolisian RI, untuk mengambil langkah-langkah penegakan hukum sesuai
ketentuan yang berlaku.
Rekomendasi awal diatas dikeluarkan BPKN mengingat keberadaan dan berlakunya beberapa
peraturan hukum yang menjamin hak-hak masyarakat (konsumen) atas pelayanan kesehatan oleh
unit-unit kesehatan di seluruh Indonesia, diantaranya:
1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 pasal 4 huruf (g) tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) bahwa konsumen mempunyai hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta anti-diskiminatif ….”
2) UU No. 44 tahun 2009 Bab 1, pasal 1 ayat 2 tentang Rumah sakit disebutkan Gawat Darurat adalah
keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.
3) UU No. 36 tahun 2009 pasal 23 ayat 4 tentang kesehatan menyebutkan Selama memberikan
pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan
yang bernilai materi.
4) UU No. 36 tahun 2009 pasal 32 ayat 1 tentang kesehatan menyebutkan Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu; dan ayat 2
bahwa Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun
swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Turut hadir mendampingi Menkes (1) Dirjen Pelayanan Kesehatan dr. Bambang Wibowo,
Sp.OG(K), MARS; (2) Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Oscar Primadi,
MPH; (3) Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan dr. Kalsum Komaryani, MPPM; (4)
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan dr. Tri Hesty Widyastoeti Marwotosoeko, Sp.M; (5)
Staf Khusus Menteri Bidang Peningkatan Pelayanan Prof. Akmal Taher;.
Dari BPJS hadir Asisten Deputi Direksi Bidang Pengelola Pelayanan Peserta BPJS, Jenal M.
Sambas dan Asisten Deputi Direksi Bidang Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Rujukan BPJS, dr.
Beno Herman.
Puncak Gunung Es Krisis Pelayanan Kesehatan
BPKN menyayangkan terjadinya insiden pelayanan pasien darurat kritis yang diduga akibat tidak
mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya di salah satu rumah sakit swasta di
Jakarta. Sesuai UU No. 36 tahun 2009, “Seharusnya rumah sakit menangani terlebih dahulu pasien
terutama pasien dengan kondisi kritis, memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif …”, jelas Ardiansyah Ketua BPKN.
Kasus bayi Deborah, perlu diseksamai sebagai fenomena puncak gunung es pelayanan rumah sakit di
Indonesia. Insiden sejenis terkait pelayanan rumah sakit atas pasien darurat kritis masih banyak
terjadi di Indonesia” jelas Ardiansyah. Banyak kasus luput dari mata publik dan media. “kita catat ada
beberapa insiden seperti, kasus pasien Rizki Akbar, bayi Reny Wahyuni, bayi pasangan Heni Sudiar
dan Manaf, dan pasien Rohaini” kata Ardiansyah.
Perlu Langkah Bersama dan Komitmen Semua
BPKN memahami bahwa pelayanan bagi pasien, terutama pasien kritis masih merupakan tantangan
yang tidak ringan bagi Indonesia. Indonesia berpenduduk hampir 260 juta, ke empat terbesar di
dunia, dengan bentangan geografis kepulauan yang besar.
Ketua BPKN lebih lanjut menjelaskan “Kita harus mencermati keterjaminan layanan darurat kritis
medis di luar Jawa. Ketersediaan tenaga medis dan sarana di luar Jawa masih sangat senjang dibanding
di Jawa. Di kawasan timur Indonesia, tenaga medis dan sediaan fasilitas kesehatan masih senjang
sekali”
BPKN menseksamai diperlukannya perbaikan berspektrum luas, bukan tambal sulam. Banyak hal
yang perlu diperbaiki, seperti, akses terhadap unit-unit pelayanan kesehatan di wilayah, ketersediaan
dokter dan tenaga medis, akses obat dan ketersediaannya, operasional dan logistik tenaga medis di
wilayah geografis sulit, dll.
Namun BPKN berpandangan bahwa keadilan bagi masyarakat sangat penting, “tantangan tersebut
tidak boleh menghalangi unit-unit kesehatan yang sudah ada di tanah air, baik yang dikelola
pemerintah maupun swasta, untuk memberikan yang terbaik bagi keselamatan dan kesehatan pasien,
terutama bagi pasien kondisi “gawat darurat” kritis, sesuai kondisi dan kemampuan dari unit tersebut,”
tegas Ardiansyah.
Masih ada keraguan Unit kesehatan swasta pada BPJS
Dalam pertemuan BPKN membahas isue mendasar “mengapa rumah sakit, khususnya rumah sakit
swasta, masih ragu menerima dan melayani pasien, termasuk pasien darurat kritis yang telah
memiliki jaminan kesehatan BPJS?”
Unit-unit kesehatan swasta sampai saat ini masih menjadi komponen penting akses pelayanan
kesehatan di Indonesia. “Faktor-faktor pembentuk keraguan pemberi layanan perlu segera diatasi,
agar unit-unit pelayanan kesehatan percaya diri melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan
kesehatan darurat dan kritis”, tegas Ardiansyah.
BPKN mendorong Menteri Kesehatan dan BPJS untuk mencermati dan memperbaiki aspek-aspek
Norma, Standard, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien
darurat kritis, baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit swasta. Dengan demikian
insiden serupa seperti yang terjadi terakhir ini dapat dihindari atau diminimalisir.
Manajemen cerdas
Secara khusus BPKN mendorong agar dimaksimalkan pemanfaatan Information and Communication
Technologi (ICT) yang sudah meluas akses dan penetrasinya, untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang mumpuni dan tepat waktu bagi masyarakat, khususnya bagi pasien darurat kritis.
Penerapan ICT yang maksimal akan membantu mempersingkat waktu, mengakses unit pelayanan
dengan peralatan medis dibutuhkan, atau pun mencari tempat pada unit rujukan. ICT juga
menyederhanakan prosedur penyelesaian pembiayaan dari mulai pasien masuk rumah sakit, sampai
dengan reimbursement biaya oleh pihak rumah sakit kepada BPJS.
Langkah lanjut: Mendengar Manajemen Rumah Sakit
“Hari ini kita belum sampai pada kesimpulan akhir, ada beberapa pihak lagi yang perlu kita temui dan
ajak bicara”. BPKN akan segera bertemu dan mendengar pendapat para pengelola rumah sakit, agar
rekomendasi dapat menyeluruh dan konstruktif.
Fokus BPKN saat ini adalah mengembalikan rasa percaya diri masyarakat konsumen dan pemberi jasa
layanan kesehatan atas hak dan kewajibannya. “Selanjutnya BPKN akan berfokus mewujudkan
integritas pelayanan jasa kesehatan yang mampu melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat
secara efektif dan berkelanjutan”, pungkas Ardiansyah.
Informasi lebih lanjut hubungi :
Dr. Ir. Arief Safari, MBA
Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Telp/Fax: 021-34833819, 021-3458867,
Email: [email protected]
Hp no: 0811168310
Selesai
-
Lampiran Daftar Nama Anggota BPKN 2017-2020
1. Ir. Adhi Siswaya Lukman
2. Amalia Adininggar Widyasanti, ST., M.Si., M.Eng., Ph.D
3. Drs. Andi Muhammad Rusdi, MH.
4. Dr. Anna Maria Tri Anggraini, SH., MH.
5. Ir. Ardiansyah Parman
6. Dr. Ir. Arief Safari, MBA.
7. Prof. Dr. Ir. Atih Surjati, M.Sc
8. Bambang Sumantri, MBA
9. Drs. Charles Sagala
10. Dr. Ir. Deddy Saleh.
11. Drs. Edib Muslim, MA;
12. Ir. Frida Adiati, M.Sc
13. Ir. Husna Gustiana Zahir.
14. Drs. Nurul Yakin Setyabudi.
15. Rolas Budiman Sitinjak, SH., MH., IPC., CLA
16. Dr. Rizal E. Halim.
17. Drs. Rusdianto, M.Sc
18. Satria Hamid Ahmadi, SE
19. Vivien Goh, SH., MH.
Download