Lydia_Jennie

advertisement
“Studi Empiris Teori Market Timing
pada Perusahaan Publik di Indonesia
Periode 2000 - 2011”
Pembimbing 1 : Lukas Setia Atmadja, Ph.D
Pembimbing 2 : Dr. Y. Arief Rijanto
Dibuat oleh :
Jennie Natalia
Lidya Puspita Husein
131081063
131081041
BAB 1 – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Batasan Penelitian
LOGO
LOGO
1.1 Latar Belakang
Tingkat
persaingan
kompetitif
Keunggulan
kompetitif
(sumber daya)
Porter (1980, p. 33) :
“The need to invest large financial resources
in order to compete creates a barrier to entry,
whether those resources must be raised in the
capital markets or not.”
Dibutuhkan
Investasi Besar
Struktur permodalan akan mempengaruhi
kontinuitas dan bonafiditas dari perusahaan
(Sitanggang dan Wardiawati, 2007).
Sumber
Permodalan
LOGO
1.1 Latar Belakang
Sumber Permodalan :
Internal
Eksternal
(Modal pemilik & Laba Ditahan)
(Hutang & Modal Saham)
Schwartz,
1959
• ‘capital structure of the firm’ berarti adalah total hutang dan
kepemilikan diklaim atau penjumlahan dari apa yang ada di sisi
kredit neraca dalam laporan keuangan
Weston
dan
Copeland
(1992)
• bagaimana perusahaan mendanai asetnya dicerminkan oleh
struktur keuangan, direpresentasikan bagian sisi kanan neraca
terdiri dari hutang jangka pendek dan panjang serta modal.
LOGO
1.1 Latar Belakang
Goldstein, Ju, dan Leland (2001)
Opler, Saron, dan Titman (1997)
Pilihan kombinasi hutang dan ekuitas selalu menjadi
pokok permasalahan utama dalam korporasi keuangan.
LOGO
C
A
P
I
T
A
L
S
T
R
U
C
T
U
R
E
T
H
E
O
R
Y
Teori Irelevan
Modigliani & Miller
(1958)
Dalam pasar sempurna, nilai perusahaan tidak dipengaruhi
bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya
Teori Static Trade Off
Adanya tingkat leverage optimal dalam memprediksi hubungan
antara nilai perusahaan dengan struktur permodalannya dengan
menambahkan variasi ketidaksempurnaan pasar.
Teori Agency Cost
(Jensen dan Meckling,
1976)
Semakin tinggi hutang berdampak semakin tinggi biaya untuk
mengawasi pihak manajemen agar tidak terjadi mismanajemen
yang menimbulkan kebangkrutan.
Teori Pecking Order
(Myers, 1984)
Adanya hierarki dalam menentukan keputusan pendanaan,
sumber modal internal lebih didahulukan daripada eksternal.
Teori Managerial
Entrenchment
(Zwiebel, 1996)
Manajer dengan sukarela memilih hutang dalam struktur
pendanaan untuk membatasi future empire-building.
Teori Market Timing
(Baker & Wurgler,2002)
Perusahaan menerbitkan saham ketika nilai pasarnya tinggi,
relatif terhadap nilai buku dan harga pasar di masa lampau, dan
membeli kembali saham ketika nilai pasar rendah.
1.1 Latar Belakang
LOGO
Teori Market Timing
Taggart (1977)
Marsh (1982)
Jalilvand dan Harris (1984)
 Pergerakan dalam nilai pasar dari hutang dan
modal jangka panjang merupakan faktor determinan
penting dalam penerbitan sekuritas korporasi.
(Taggart, 1977).
Asquith dan Mullins (1986)
Korajczyk, Lucas, dan McDonald (1992)
Choe, Masulis, dan Nanda (1993)
Loughran, Ritter, dan Rydqvist (1994)
Faktor mempengaruhi keputusan sekuritas :
1. harga saham dimasa lampau.
2. kondisi suku bunga.
3. perubahan waktu biaya adverse selection
dari penerbitan ekuitas.
Rajan dan Zingales (1995)
Bayless dan Chaplinsky (1996)
Pagano, Panetta, dan Zingales (1998)
Hovakimian, Opler, dan Titman (2001)
Graham dan Harvey (2001)
Manajer mencoba untuk ‘time’ equity market
dengan dokumentasi kenaikan harga saham
dan undervaluation merupakan faktor paling
penting mempengaruhi penerbitan saham.
1.1 Latar Belakang
LOGO
Studi Empiris Market Timing di US
Frank dan Goyal (2004)
Huang dan Ritter (2005)
Leary dan Robbert (2005)
Market
Timing
Theory
Hovakimian (2004)
Kayhan dan Titman (2004)
Alti (2006)
Elliot, et.al. (2007)
Baker dan Wurgler (2002)
“Capital structure evolves as the cumulative
outcome of past attempts to time the market”
Baker dan Wurgler (2002)
tidak mendukung adanya
persistensi efek market
timing pada struktur
pendanaan di US.
1.1 Latar Belakang
LOGO
Studi Empiris Market Timing di Negara Lain
Belanda
• De Jong dan Veld (2001)  bukti tidak langsung untuk market timing
• De Haan dan Hinloopen (2003) i menerbitkan saham baru ketika harganya meningkat.
• Bie dan Haan (2004) bukti yang lemah efek market timing (Targeting dan Pecking Order)
China
• Huang dan Zhang (2008)  market timing dalam equity refinancing biaya ekuitas rendah.
Tunisia
• Nguyen dan Boubaker (2009)  leverage ratio jk pendek didorong valuasi pasar saat ini.
Jk. panjang efek market timing sama sekali sudah tidak ada.
• Bougatef dan Chichti (2010)  konsisten dengan teori market timing dimana manajer
mencari keuntungan dari overvaluation secara temporer dengan menerbitkan saham.
G-7
• Mahajan dan Tartaroglu (2007)  Hutang berhubungan negatif pada semua negara G-7
(kecuali Jepang). Bukan atribut equity market timing (mengarah ke dynamic trade-off)
1.1 Latar Belakang
LOGO
Studi Empiris Market Timing di Indonesia
Indradewa (2002) :
Tidak ada market timing
pada sampel perusahaan
bergerak dalam sektor
industri barang konsumsi
pada 1997 - 2002.
Dahlan (2004) :
43 perusahaan IPO di
tahun 1990 kurun waktu
observasi 10 tahun dan
hasilnya lebih konsisten
dengan trade-off dynamic.
Saad dan Siagian (2011) :
perusahaan
manufaktur
dari tahun 1994 – 2008,
mengikuti prediksi market
timing terutama periode 4 10 tahun setelah IPO.
Frensidy dan Setyawan
(2007) : Metode OLS pada
perusahaan non keuangan
yang IPO 2000 - 2001,
hasil konsisten dengan
Baker dan Wurgler (2002).
IPO representasi adanya perubahan dramatis dalam lingkungan arus informasi, distribusi
dari kontrol, dan akses pada pasar modal (Lemmon, Roberts, dan Zender ; 2008).
LOGO
1.2 Rumusan Masalah
Apakah teori market timing bisa menjelaskan struktur permodalan yang terdapat
pada Perusahaan Publik di Indonesia dalam periode 2000-2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberi gambaran yang lebih jelas
tentang permodalan yang dimiliki Perusahaan Publik di Indonesia yang
melakukan IPO pada periode 2000 – 2006 dengan kondisi pasar yang dihadapi.
1.4 Manfaat Penelitian
- Bagi Akademisi : Sebagai tambahan bukti empiris penelitian tentang teori
market timing dalam praktiknya di Indonesia.
- Bagi Manajemen Perusahaan : Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai bagaimana kondisi pasar dalam teori market timing mempengaruhi
perusahaan dalam menentukan struktur pendanaannya.
1.5 Batasan Penelitian
 Tidak menggunakan data sektor keuangan :
• Perilaku struktur modal hutang berbeda.
• Sangat dibatasi dan diawasi ketat oleh regulasi pemerintah.
 Tidak menggunakan periode data yang panjang seperti studi market
timing Baker & Wurgler atau rata-rata penelitian di USA yang memiliki
periode di atas 20 tahun.
 Tidak memakai model regresi data panel Generalized Least Square
(GLS) . Sehingga menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan
basis argumentasi ‘parsimonisitas’ atau penyederhanaan.
LOGO
BAB 2 – LANDASAN TEORI
1
Teori Struktur Modal Irelevan
2
Teori Static Trade Off
3
Teori Agency Cost
4
Teori Pecking Order
5
Teori Managerial Entrenchment
6
Teori Market Timing
7
Hubungan Market Timing pada Capital Structure saat IPO
8
Penelitian Sebelumnya Mengenai Market Timing
LOGO
Teori Struktur Modal
LOGO
Teori struktur permodalan perusahaan selalu menjadi
sebuah topik yang menarik dan menimbulkan banyak
teka-teki bagi para ekonom keuangan (Indradewa, 2002)
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Myers (1984) dalam
jurnal Capital Structure Puzzle, Bagaimana perusahaan
memilih struktur pendanaannya, jawaban : “Tidak Tahu”
10%
Strict
SURVEY
34%
Ketat
37%
Fleksibel
Graham dan Harvey (2001)
Kayhan dan Titman (2007) teori struktur modal
memberikan argumentasi berdasarkan :
1. Adanya asimetris informasi
2. Pasar yang tidak efisien
3. Biaya transaksi
 Mengapa arus kas perusahaan, pengeluaran
untuk investasi, dan historis harga saham dapat
menjadikan penyimpangan dari target yang telah
diusulkan oleh teori struktur modal tradisional.
2.1 Teori Struktur Modal Irelevan MM
LOGO
Menjual sekuritas harga pasar kompetitif
= present value future cash flow
Tidak ada pajak, biaya transaksi, biaya
penerbitan perdagangan saham
Akses simetris pada pasar kredit (pinjam
dan meminjam tingkat bunga sama)
Perfect Capital
Market
(Berk dan DeMarzo, 2011)
Keputusan pendanaan perusahaan tidak
mengubah arus kas yang dihasilkan
Modigliani & Miller (1958) : Tidak ada peluang keuntungan menukar porsi ekuitas dan hutang.
Modigliani & Miller (1958) : Financial Leverage tidak berhubungan dengan nilai perusahaan.
Modigliani & Miller (1963) : “Correction”  Menambahkan faktor pajak = ketidaksempurnaan
Modigliani (1982) : Tax-deductible interest, nilai perusahaan berhubungan + struktur permodalan
Dengan adanya faktor pajak, penggunaan hutang akan selalu lebih
menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
2.2 Teori Static Trade - Off
LOGO
Modigliani (1982) : Jika hutang itu sangat bernilai, mengapa tidak ada satupun
perusahaan mendanai kegiatannya hanya bersumber dari hutang saja?
Bankruptcy cost  Williamson (1981)
Agency Cost  Jensen & Meckling (1976)
Moral Hazzard  Myers (1977)
Melindungi pendapatan dari pajak  Brennan dan Schwartz (1978)
Myers (1977; 1984) & Jensen dan Meckling (1976)  struktur modal optimal
Asumsi pasar efisien dan informasi simetris + variasi ketidaksempurnaan :
Pajak, biaya dari financial distress akibat hutang, agency, bankcruptcy, dan transaction cost
Opler, Saron, dan Titman (1997)
Optimalnya rasio debt-equity adalah keseimbangan nilai tax shield dari debt dibandingkan
meningkatnya risiko financial distress dan bankruptcy.
LOGO
2.3 Teori Agency Cost
Principal
kontrak
Agent
adanya perbedaan kepentingan dari setiap pihak
Jensen dan Meckling (1976)
Biaya agensi yang berhubungan dengan hutang terdiri dari :
•
peluang hilangnya kesejahteraan disebabkan hutang pada keputusan investasi
•
pengeluaran untuk memonitor dan ikatan oleh pemegang obligasi dan pemilik perusahaan
•
adanya biaya kebangkrutan dan biaya reorganisasi.
Semakin tinggi porsi hutang dalam struktur modal berdampak semakin
tinggi biaya mengawasi manajemen agar tidak terjadi mismanajemen
yang menimbulkan kebangkrutan. (Jensen dan Meckling, 1976)
2.4 Teori Pecking Order
LOGO
Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber pendanaan internal.
Jika tidak mencukupi, perusahaan dapat mencari pendanaan eksternal, perusahaan
akan menggunakan hutang, kemudian hybrid securities seperti convertible bonds, dan
yang paling terakhir adalah ekuitas. (Myers, 1984)
Cost of Debt < Cost of Equity
“If you know the firm will issue equity only when it is overpriced, and debt otherwise,
you will refuse to buy equity unless the firm has already exhausted its "debt capacity”.
Thus investors would effectively force the firm to follow a pecking order.”
2.5 Teori Managerial Entrenchment
LOGO
Manajer sukarela memilih hutang dalam struktur
pendanaannya untuk membatasi future empire-building.
Managerial Entrenchment : Upaya sekelompok manajer yang
dilakukan untuk membuat investasi lebih bernilai dibawah kendali
mereka sendiri daripada kelompok manajer lainnya.
Ketika manajer kekuasaan dan
wewenang cukup besar, memungkinkan
Ekuitas difasilitiasi tingginya valuasi
dan peluang investasi, namun saat
mereka menggunakan kepentingan
bersamaan manajemen entrenched,
pribadi daripada pemegang saham
hanya memanfaatkan investor lama
(Weisbach,1988)
tidak rebalancing. (Zwiebel, 1996)
LOGO
2.6 Teori Market Timing
Teori MM
Teori Static Trade-Off
Teori Pecking Order
Tidak
menjelaskan
fenomena
pasar
Muncul Teori
Market Timing
Fama (1972)
•Prediksi fluktuasi harga saham pada kondisi pasar umum
Baker dan Wurgler (2002)
•Corporate finance: -praktek menerbitkan saham -> harga tinggi
-membeli kembali saham -> harga rendah
•Struktur modal melibatkan hasil2 kumulatif atas usaha2 di masa lalu untuk ‘time
the market’
=> manager ‘time the market’ -> struktur pendanaan yang profitable
•Market Timing -> Historical market-to-book ratio
LOGO
2.6 Teori Market Timing
Insider
trading &
mispricing
Asymmetric
information
BW (2002):
Efek
persistensi:
Fokus pada
historical
M/B
Efek net
equity
issuance
Antara perusahaan &
investor
•Tidak segera menyesuaikan
target leverage
• EFWAMB
2.6
LOGO
Dua Versi Market Timing
Dynamic Form
Myers & Majluf:1984)
Korajczyk et al (1991)
Manager &
Investor
rasional
Manager &
Investor
irasional
Adverse selection
yang berbeda antar
perusahaan dan
waktu
Time-varying
mispricing
Fluktuasi sementara
variasi M/B ->
mengukur variasi
adverse selection
Menerbitkan ekuitas
saat biaya rendah
Biaya a/deviasi <
biaya menerbitkan
ekuitas -> historical
M/B punya longterm effect
Membeli kembali
ekuitas saat biaya
tinggi
2.6.1 Versi Adverse Selection
LOGO
2.6.1 Versi Perceived Mispricing
Sudut pandang manager dan investor irasional:
Perbedaan antara market value dan fair value
perusahaan
Efek berlawanan antara informasi asimetris dengan
kualitas perusahaan (IPO)
LOGO
2.7
Hubungan Market Timing dan IPO
•Go public -> melihat
kondisi pasar menarik
•Kondisi pasar menarik
-> menjual ekuitas
lebih banyak
•Going public ->
event pendanaan
paling penting
•Ketidakpastian dan
tingkat informasi
asimetris yang tinggi
•Upaya melakukan timing
sangat jelas di IPO
LOGO
•Optimisme pasar
tinggi
-> korelasi (-) M/B
dan leverage
2 Implikasi
Market
Timing
(Alti:2006)
Aktivitas
pelepasan
saham
3 Alasan IPO
=
laboratorium
market
timing
Bentuk
irasionalitas
dan
mispricing
saat IPO
•Market Timing:
memanfaatkan real option
dengan go public (Pastor
dan Veronesi:2005)
2.8.1 Penelitian di Luar Negeri
LOGO
2.8.1 Penelitian di Luar Negeri (Cont’d)
LOGO
2.8.1 Penelitian di Luar Negeri (Cont’d)
LOGO
2.8.2 Penelitian di Indonesia
No
Peneliti
1.
Indradewa
(2002)
2.
Tujuan
Meneliti dan
membuktikan
validitas teori
market timing
dalam struktur
modal perusahaan
di Indonesia.
Metode
Model : Baker & Wurgler
(2002) dan Distribusi-lag.
Sampel : 37 perusahaan go
public bergerak di sektor
industri barang konsumsi
tahun 1997 – 2002 (pooled
data).
LOGO
Kesimpulan
Tidak ada indikasi teori
market timing dalam
struktur modal Indonesia
pada sampel. Mungkin
dikarenakan pergerakan
fluktuasi saham
perusahaan pada tahun
tersebut masih rendah.
Dahlan (2004) Menguji adanya
Model : Mengacu pada Baker Efek market timing hanya
indikasi market
& Wurgler (2002). Random
sesaat dan segera
timing dengan
effect dengan Generalized
diimbangi pada tahun
proxy market to
Least Square.
pertama setelah IPO,
book yang memiliki Sampel : 43 sampel pada
ditunjukkan oleh
pengaruh pada
tahun 1990, periode
penurunan drastis rataleverage
pengamatan t =10.
rata jumlah penerbitan
perusahaan di
Data panel (gabungan cross saham. Hasilnya lebih
Indonesia.
section dan time series)
konsisten dengan teori
dinamis trade-off.
2.8.2 Penelitian di Indonesia (Cont’d)
No
Peneliti
Tujuan
Metode
3.
Frensidy dan
Membuktikan apakah
Setyawan (2007) teori market timing
bisa diaplikasikan di
Bursa Efek Jakarta.
Model : OLS. Variabel profit =
EAT (Earning After Tax)
Sampel : 28 perusahaan non
keuangan di Indonesia IPO di
tahun 2000-2001.
4.
Saad dan
Siagian (2011)
Model : Mengacu Baker dan
Wurger (2002), menambahkan
faktor sentimen keuangan (proxy
perputaran saham) dan kendala
keuangan (proxy rasio arus kas
operasi terhadap aset dan ln
penjualan bersih)
Menemukan bukti
empiris konsistensi
teori equity market
timing terhadap
struktur modal
perusahaan
manufaktur
LOGO
Kesimpulan
Adanya teori market timing
pada struktur permodalan
perusahaan non keuangan di
Indonesia. Ada karakter unik
perusahaan IPO 2000-2001,
data harga saham cenderung
berkurang setelah tahun
pertama IPO.
Ada 3 hasil :
1). Konsisten dengan prediksi
teori market timing terutama
dalam periode 4 sampai
dengan 10 tahun setelah IPO.
2). Sentimen investor
mendorong praktik equity
market timing.
Sampel : Perusahaan manufaktur 3). Kendala keuangan
yang tercatat di Bursa Efek
memperlemah terjadinya
Indonesia dari tahun 1994 - 2008. praktik equity market timing.
BAB 3 – METODE PENELITIAN
LOGO
3.1 Populasi & Sampel
 Perusahaan non keuangan (bukan Bank dan Institusi Keuangan)
 IPO dan listing di BEI selama tahun 2000 sampai tahun 2006.
 Data Sekunder Laporan Keuangan
Perusahaan IPO tahun 2000-2006
 Kurun waktu 5 tahun setelah IPO
 Purposive Sampling :
2005,
4
2006,
9
2004,
8
• Perusahaan non keuangan
• Tidak terkena status delisting
• Kelengkapan Laporan Keuangan
2000,
9
2003,
2
2002,
11
2001,
27
Sumber Data : Bursa Efek Indonesia (BEI), situs Yahoo Finance, dan Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
LOGO
D
A
F
T
A
R
P
E
R
U
S
H
A
A
N
I
P
O
2
0
0
0
2
0
0
6
LOGO
3.3 Variabel Penelitian
Dependent
Variable
Dependent
Variable
Book
Leverage
Market
Leverage
Net Equity
Issues
Retained
Earnings
Net Debt
Issues
Independent
Variable
Historical
M/B
Asset
tangibility
(PPE/Total
Asset)
Profitabilitas
(EBITDA/
Total Asset)
Independent
Variable
Size (Log
Sales)
Leverage
lag dari book
leverage
Tabel Variabel
LOGO
3.4 Model Penelitian
LOGO
3.5
Estimasi Panel Data Regression Model
Metode
OLS
Multivariate
model
Panel Data
3 Bentuk model dalam menganalisa data panel:
Fixed Effect
• Ada variasi intercept dalam bentuk dummy variable (least square dummy
variable)
Random Effect
• Variasi intercept dalam bentuk galat (error component model)
Pooled Least Square
• Setiap cross section memiliki perilaku yang sama
• Parameter intercept dan slope yang sama
LOGO
LOGO
Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel
1.
Chow Test atau Uji F
-> memilih model Least Square atau Fixed Effect
Hipotesis:
H0 = Model PLS (Restricted)
H1 = Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dasar Penolakan pada H0 -> Uji F
menggunakan distribusi F:FN-1,
NT-N-K
RRSS = Restricted Residual Sum Square atau sum square dari model least square
URSS = Unrestricted Residual Sum Square dari model fixed effect
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas

Jika nilai hasil pengujian Chow Statistic > F tabel, tolak H0
=> Model Fixed Effect
Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel
2.
Hausman Test
-> memilih model Random Effect atau Fixed Effect
Hipotesis:
H0 = Random Effects Model
H1 = Fixed Effect Model
Dasar Penolakan pada H0 -> statistik chi square
3.
LM Test (The Breusch – Pagan LM Test)
-> memilih model Random Effect atau Pooled Least Square
LM Test:
H0 = PLS
H1 = Random Effect
Dasar Penolakan pada H0 -> statistik chi square
Jika nilai LM statistik > nilai kritis statistik chi-squares maka
menggunakan metode random Effect daripada metode OLS.
LOGO
Pengujian Untuk Memilih Model Pengolahan Data Panel

LOGO
Pengujian strategi yang dapat dipilih:
a) RE vs FE (Hausman Test)
b) PLS vs FE (Chow Test)
Jika (b) tidak signifikan -> Pooled Least Square
Jika (b) signifikan tapi (a) tidak signifikan -> Random Effect Model
Jika keduanya signifikan -> Fixed Effect Model
Pengujian Otokorelasi
LOGO
 Tujuan: mengetahui dugaan adanya korelasi antara error
dalam observasi
 Adanya korelasi ini -> hasil persamaan menjadi tidak
efisien & kurang tepat
 Cara mendeteksi otokorelasi:
1) Durbin-Watson test
et
et-1
= error term periode t
= error term periode sebelumnya
Pengujian Otokorelasi
LOGO
 Tahap (1) Durbin-Watson test:
1) Persamaan regresi
2) Tentukan nilai d serta upper limit dan lower limit
3) Pengujian ada tidaknya otokorelasi dengan hipotesis.
H0 = ada otokorelasi
Nilai DW : antara 0-4
 Bila 1,65 < DW < 2,35 => tidak terjadi otokorelasi => Tolak H0
 Bila 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 => otokorelasi tidak dapat
disimpulkan
 Bila DW < 1,21 atau DW > 2,79 => ada otokorelasi
Pengujian Multikolinearitas
LOGO
 Dugaan adanya korelasi antar variabel bebas dalam
persamaan regresi
 Akibat ada multikolinearitas : sulit untuk memisahkan
penagruh satu variabel bebas terhadap variabel bebas lain.
 Cara mendeteksi: correlation matrix
(korelasi antar variabel bebas dalam model)
 Jika korelasi antar variabel bebas < 0,8 maka H0 diterima,
H0 = tidak ada multikolinearitas
 Cara atasi multikolinearitas: variabel bebas yang memiliki
nilai multikolinearitas yang tinggi dihilangkan
Pengujian Heterokedastisitas
LOGO
 Dalam persamaan regresi berganda, model tidak memiliki
varians yang konstan
 Model persamaan berganda harus bersifat BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator) dalam bentuk varians yang konstan
 Cata deteksi:
1)White’s Heterocedasticity Consistent Variance and
Standard Error
-> standard error dianggap > OLS standard error,
-> t-value menjadi < yang diteliti OLS
2) R2 Weighted
-> Jika R2 Weighted > R2 unweighted
-> Terima H0 -> Model mengandung heterokedastisitas
LOGO
3.5.4 Uji T Koefisien Regresi Parsial
Variabel:
Hubungan
Hubungan
Hubungan
Hubungan
terhadap
terhadap
terhadap
terhadap
perubahan
penerbitan
penerbitan
laba baru
leverage
saham
hutang
ditahan
bersih
bersih
Market to book
(-)
(+)
(-)
(-)
Asset tangibility
(+)
(-)
(+)
(-)
Profitability
(-)
(-)
(-)
(+)
Size
(+)
(-)
(+)
(+)
Lag book leverage
(-)
(+)
(-)
(+)
LOGO
3.5.4 Uji T Koefisien Regresi Parsial (Cont’d)
Hipotesa
H0
H1
Market to Book
Asset Tangibility
H0
H2
H0
H3
H0
Profitability
Size
Lag Book Leverage
Tidak Memiliki
Perubahan
Leverage
Memiliki
Memiliki
Tidak Memiliki
Memiliki
Tidak Memiliki
Memiliki
Kriteria Penerimaan Penolakan Ho :
d = n-2
Terhadap
Tidak Memiliki
H4
𝛽𝑖
𝑡=
𝑠. 𝑒. (𝛽𝑖)
Hubungan
Penerbitan
Saham Bersih
Laba Baru
Ditahan
Penerbitan
Hutang Bersih
Berdasarkan probabilitas:
t stat > t tabel  Tolak H0
1) Probabilitas (ρ-value) > 0,05, Terima H0
t stat < t tabel  Terima H0
2) Probabilitas (ρ-value) < 0,05, Tolak H0
3.5.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Hipotesa Tetap Sama
Kriteria Penerimaan/Penolakan H0 :
F
𝑀𝑆𝑅
=
𝑀𝑆𝐸
=
𝑆𝑆𝑅
𝑘
𝑆𝑆𝐸
𝑛−𝑘−1
Pengujian ini membandingkan nilai F hitung dan F tabel :
Bila F statistik > F α;(k,n-k-1) maka H0 ditolak
Bila F statistik < F α;(k,n-k-1) maka H0 diterima
Berdasarkan probabilitas:
1) Probabilitas (ρ-value) > 0,05, Terima H0
2) Probabilitas (ρ-value) < 0,05, Tolak H0
LOGO
3.5.6 Uji
LOGO
2
R (Koefisien determinasi yang disesuaikan)
1
Nilai R2 berkisar
antara 0 < R2 < 1
2
3
Semakin besar R2
(mendekati 100%)
semakin baik model
regresi tersebut
Nilai R2 = 0 berarti
variasi variabel
dependen tidak
dapat diterangkan
sama sekali oleh
variabel independen
dan sebaliknya.
Dibuat oleh :
Jennie Natalia
Lidya Puspita Husein
131081063
131081041
Download