5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Uraian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi morfologi tumbuhan, sistematika, nama daerah
dan nama asing, sinonim, manfaat, dan kandungan kimia.
2.1.1 Morfologi
Tumbuhan ketepeng merupakan perdu dengan tinggi ± 5 m. Batang
berkayu, bulat, percabangan simpodial, coklat kotor. Daun majemuk berwarna
hijau, menyirip genap, anak daun delapan sampai dua puluh empat pasang, bentuk
bulat panjang, ujung tumpul, tepi rata, pangkal membulat, panjang 3,5-15 cm,
lebar 2,5-9 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek. Bunga majemuk berbentuk
tandan dengan kelopak berbagi lima, benang sari tiga, daun pelindung pendek
berwarna jingga, mahkota berbentuk kupu-kupu. Buah polong panjang bersegi
empat, panjang ± 18 cm dan lebar ± 2,5 cm, masih muda berwarna hijau setelah
tua hitam kecoklatan. Biji berbentuk segitiga lancip, pipih, masih muda hijau
setelah tua berwarna hitam.Akar tunggang bercabang, bulat dan kehitaman
(Anonim, 2016).
2.1.2 Sistematika
Tumbuhan ketepeng (Senna alata (L.)Roxb.)diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Bangsa
: Fabales
Suku
: Fabaceae / Leguminosae
5
Universitas Sumatera Utara
Marga
: Senna / Cassia
Spesies
: Senna alata (L.) Roxb.(Anonim, 2016).
2.1.3 Nama daerah dan nama asing
Ketepeng kebo (Jawa), ketepeng china (Indonesia), ketepeng badak
(Sunda), acon-aconan (Madura), sajamera (Halmahera), kupang-kupang (Ternate),
tabankun (Tidore), daun kupang, daun kurap, gelenggang, uru’kap (Sumatera),
seven golden candlestick (Inggris), akapulko (Filipina) (Titin, 2008).
2.1.4 Sinonim
Sinonim :Cassia alata L.; Cassia bracteata L.f.; Cassia herpetica Jacq.;
Cassia rumphiana (DC.) Bojer; Herpetica alata (L.)Raf. (Anonim, 2008)
2.1.5 Manfaat
Daun ketepeng digunakan sebagai obat panu, kurap, kudis, sembelit,
cacingan, dan sariawan (Titin, 2008).
2.1.6 Kandungan kimia
Daun ketepeng mengandung rein aloe-emodina, rein aloe-emodinadaintron, rein, aloe emodina, asam krisofanat, dihidroksimetilanthraquinone, tanin
(Titin, 2008).
2.2 Uraian Kandungan Kimia
2.2.1 Glikosida
Glikosida merupakan suatu senyawa yang biladihidrolisis akan terurai
menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida dibagi atas
4 tipe berdasarkan atom penghubung glikon dan aglikon, yaitu:
a. Tipe O-heterosida atau O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan
oleh atom O, contohnya : salisin.
6
Universitas Sumatera Utara
b. Tipe S-heterosida atau S-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan
oleh atom S, contohnya : sinigrin.
c. Tipe N-heterosida atau N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan
oleh atom N, contohnya nikleosidin dan kronotosidin.
d. Tipe C-heterosida atau C-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan
oleh atom C, contohnya aloin dan viteksin (Fransworth, 1996).
2.2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yag terbesar
mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham,
1998).
Flavonoida sering terdapat sebagai glikosida.Flavonoida merupakan
kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji.Flavonoida
bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tersulih atau suatu gula
(Markham, 1998).
2.2.3 Steroid/triterpenoid
Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo
pentana perhidrofenantren.Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonya
berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.Uji yang biasa digunakan adalah reaksi
Liebermann-Burchard
yang
dengan
kebanyakan
triterpen
dan
steroida
memberikan warna hijau-biru.Senyawa triterpenoid dan steroid berstruktur siklik
dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alcohol
7
Universitas Sumatera Utara
aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk
kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik Triterpenoid
dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa :
triterpenasebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena tertentu
menjadi terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne, 1987).
2.2.4 Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1987).
2.2.5 Tanin
Tanin adalah senyawa yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah
menjadi
kulit
siap
pakai
karena
kemampuannya
menyambung
silang
proteina.Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi
dan tanin terhidrolisis.Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi
tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan
pemakan
tumbuhan.Tanin
terkondensasi
terdapat
pada
paku-pakuan,
gimnospermae, dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya
terbatas pada tumbuhan berkeping dua.Beberapa tanin terbukti mempunyai
antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Harborne, 1987).
2.2.6. Glikosida antrakinon
Glikosida antrakinon, golongan glikosida ini aglikonnya adalah sekerabat
dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang
berseberangan (atom C9dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus
hidroksil (antranol) (Gunawan dan Mulyani, 2004).
8
Universitas Sumatera Utara
Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampai
merah sindur (oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk
identifikasi digunakan reaksi Borntraeger.Antrakuinon yang mengandung gugus
karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan
natrium bikarbonat.Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat
bebas di alam atau sebagai glikosida.Antron bewarna kuning pucat, tidak
menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan isomemya, yaitu
antranol bewarna kuning kecoklatan dan dengan alkali membentuk larutan
berpendar (berfluoresensi) kuat.Oksantron merupakan zat antara (intermediate)
antara antrakinon dan antranol. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu
dengan menambahkan hydrogen peroksida akan menujukkan reaksi positif.
Senyawa ini terdapat dalam Frangulae cortex.Diantron adalah senyawa dimer
tunggal atau campuran dari molekul antron, hasil oksidasi antron (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Antrakuinon termasuk senyawa yang tidak berbahaya, tidak menimbulkan
ketagihan,
kebiasaan,
ataupun
tidak
menimbulkan
toleransi
terhadap
manusia.Antanol dan antron memiliki sifat reduksi yang kuat.Sifat ini sering
dijadikan sebagai pelengkap ramuan dari obat-obat antiseptik tertentu untuk
beberapa penyakit kulit, misalnya pemakaian krisarobin dalam psoriasis, eksim
kering dan penyakit kulit karena berbagai jamur, juga pemakaian aloe sebagai
antiseptik untuk luka pada pengobatan veteriner (Gunawan dan Mulyani, 2004).
9
Universitas Sumatera Utara
2.3Ekstrak
2.3.1 Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes, RI., 1995). Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan
untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun
hewan (Depkes, RI., 1979).
2.3.2 Metode ekstraksi
Menurut Ditjen POM RI (2000), beberapa metode ekstraksi yaitu:
1.
Cara dingin
a. Maserasi, adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar.
Maserasi yang dilakukan dengan pengadukan secara terus menerus disebut
dengan
maserasi
kinetik,
sedangkan
yang
dilakukan
pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat
pertama dan seterusnya disebut remaserasi.
b. Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan
ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat.
2.
Cara panas
a. Refluks, adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
10
Universitas Sumatera Utara
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Digesti,adalahproses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperaturelebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
c. Sokletasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Infudansi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90oC selama 15 menit.
e. Dekoktasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90oC selama 30 menit.
2.4 Fraksinasi
Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan
kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik (Soebagio, 2005).
Teknik pemisahan ekstraksi cair-cair ini dilakukan dengan menggunakan
corong pisah.Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut dimasukkan ke
dalam corong pisah, kemudian digojok dan didiamkan.Senyawa organik akan
terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung pada kelarutannya
terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan yang dapat
dipisahkan dengan membuka kunci pipa corong pisah (Odugbemi, 2008).
Ekstrak dipartisi dengan menggunakan peningkatan polaritas pelarut
seperti petroleum eter, n-heksana, kloroform, etilasetat dan etanol. Pemilihan
11
Universitas Sumatera Utara
pelarut pada ekstraksi bergantung pada sifat analitnya dimana pelarut dan analit
harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang sifat lipofilitasnya tinggi
akan terekstraksipada pelarut yang relatif nonpolar seperti n-heksana sedangkan
analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang semipolar (Venn, 2008).
2.5 Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berbentuk bola, batang atau
spiral berdiameter sekitar 0,5-1,0 µm dan panjangnya 1,5-2,5 µm (Dwijoseputro,
1994). Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti
tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil,
berkembangbiak dengan
pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan
mikroskop. (Gibson, 1996).
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh:
1. Zat makanan (nutrisi)
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga
dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya.
2. Keasaman dan kebasaan (pH)
Kebanyakan bakteri tumbuh optimum pada pH antara 6,5 - 7,5. Namun,
beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau basa.
3. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantungpada reaksi kimiawi dan laju
reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Maka diklasifikasikan menjadi:
a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0 - 30oC,
12
Universitas Sumatera Utara
dengan temperatur optimum adalah 10 - 20oC.
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5 - 60oC,
temperatur optimum adalah 25 - 40oC.
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur
optimumadalah 55 - 65oC.
4. Oksigen
a. Aerobik, yaitu bakteri yang butuh oksigen dalam pertumbuhannya.
b. Anaerobik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
c. Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen
ataupun tanpa oksigen.
d. Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya
sedikit oksigen.
5. Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis
terhadap isi sel bakteri.
6. Kelembaban
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya
(Pelczar, et al.,1988)
2.5.1 Morfologi bakteri
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu:
Bentuk basil
Bakteri yangmempunyai bentuk batang atau silinder, membelah dalam
satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau panjang. Bakteri
bentuk basil dapat dibedakan atas:
13
Universitas Sumatera Utara
a. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
b. Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
c. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Contoh bakteri dengan bentuk basil adalahEschericia coli, Bacillus
anthracis, Salmonella typhimurium dan Shigella dysentriae.
Bentuk kokus
Merupakan bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup
sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bakteri bentuk kokus dapat dibedakan
atas:
a. Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua.
b. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
c. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan membentuk anggur.
d. Streptokokus yaitu kokus yang bergandengan panjang menyerupai rantai.
e. Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.
Contoh bakteri dengan bentuk kokus adalahStaphylococcus aureus,
Sarcina luten, Diplococcus pneumonia dan Streptococcus lactis.
Bentuk spiral
Dibedakan atas:
a. Spiral yaitu menyerupai spiral atau lilitan.
b. Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma.
c. Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam
kemampuannya melenturkan tubuhnya sambil bergerak.
Contoh bakteri dengan bentuk spiral adalah Vibrio cholera dan
14
Universitas Sumatera Utara
Spirochaeta palida (Volk dan Wheeler, 1989).
2.5.2Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureusmerupakan bakteri gram positif, aerob dan anaerob
fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 – 1,0
µm, tidak membentuk spora atau tidak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri
ini tumbuh pada suhu 37oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 2025oC.Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, dan
berkilau membentuk berbagai pigmen.Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput
lendir, bisul, dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya
berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz, et al., 2007).
Staphylococcus aureushidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut,
tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin.Selain
dapat menyebabkan intoksikasi, bakteri ini juga dapat menyebabkan berbagai
macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia, dan
mastitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999).Adapun
sistematika dari bakteri Staphylococcus aureus yaitu:
Divisi
: Schizophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
:Eubacteriales
Suku
: Micrococcaceae
Marga
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus(Holt, et al., 1988).
2.5.3Staphylococcus epidermidis
15
Universitas Sumatera Utara
Merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk
bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 – 1,0 um tidak
membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh
cepat pada suhu 37C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar 20C.
koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak
menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus
epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi negatif dan tidak meragi
manitol. Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan
luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan
menyebar luas dalam jaringan(Jawetz, et al., 2007). Adapun sistematika
Staphylococcus epidermidis adalah (Breed, 1957):
Divisi
: Bacteriophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Microciccaceae
Marga
: Staphylococcus
Jenis
: Staphylococcus epidermidis
2.5.4 Pseudomonas aeruginosa
Organisme ini merupakan basilus gram-negatif yang motil dan hidup
dalam suasana aerob.Bakteri ini terdapat dimana-mana pada lingkungan, tetapi
jarang pada flora orang sehat.Jumlah pembawa meningkat dengan perawatan inap
rumah sakit. Lingkungan yang lembap merupakan habitat Pseudomonas
aeruginosa, seperti bak cuci dan keran air (Gillespie dan Bamford, 2008)
Pseudomonas aeruginosa memproduksi sitotoksin dan protease (misalnya
16
Universitas Sumatera Utara
eksotoksin A dan S, hemolisis, dan etalase). Luka bakar dapat terkoloni
menyebabkan septikemia sekunder akibat Pseudomonas aeruginosa.Septikemia
dengan mortalitas tinggi merupakan anacaman tersendiri bagi pasien neutropenia
(Gillespie dan Bamford, 2008). Sistematika Pseudomonas aeruginosa adalah
(Breed, 1957):
Divisi
: Eukariota
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Pseudomonadales
Suku
: Pseudomonadaceae
Marga
: Pseudomonas
Jenis
: Pseudomonas aeruginosa
2.6 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase
log (fase esksponensial), fase stasioner dan fase kematian.
a. Fase lag
Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme
pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah
sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada
kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel- sel
mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlainan, maka yang sering
terjadi adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam kultur.
b. Fase log (fase esksponensial)
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah
pada kecepatan maksimum, namun tergantung pada genetika mikroorganisme,
17
Universitas Sumatera Utara
sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan
massa yang bertambah secara eksponensial. Hal atau keadaan yang dapat
menghambat laju pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur
habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan
menghambat pertumbuhan.
c. Fase stationer
Fase ini merupakan fase dimana pertumbuhan mikroorganisme terhenti
dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan
jumlah sel yang mati. Terdapat kehilangan sel yang lambat karena kematian
diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan
dengan nutrisi yang dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena mengalami lisis.
d. Fase kematian
Fase ini merupakan fase dimana jumlah sel yang mati meningkat.Faktor
penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan
yang toksik (Pratiwi, 2008).
2.6 Pengukuran Aktivitas Antibakteri
Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap agen antibakteri tertentu
dapat dilakukan beberapa metode berikut ini, dimana setiap metode memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
a. Metode dilusi
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat minimum (KHM)
dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat
seri pengenceran agen antimikroba pada media yang telah ditambahkan dengan
mikroba uji. Larutan uji agen antimkroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih
18
Universitas Sumatera Utara
tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang
ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media tanpa
penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18 –
24 jam.Media yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai
KBM (Pratiwi, 2008).
b. Metode difusi agar
Metode yang paling sering digunakan dan biasanya menggunakan cakram.
Ada beberapa jenis cakram yaitu cakram kertas, cakram silinder dan punch hole.
Cakram tersebut yang berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan
medium
padat
yang
sebelumnya
telah
diinokulasi
bakteri
uji
pada
permukaannnya.Setelah diinkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram
dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap mikroorganisme
yang uji (Pratiwi, 2008).
c. Metode Bioautografi
Metode bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang mempunyai aktivitas
antibakteri, antifungi, dan antivirus.Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang
efisien untuk mendeteksi senyawa antimikroba karena letak bercak dapat
ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga
memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut.Kerugiannya adalah
metoda ini tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM (Pratiwi,
2008).
19
Universitas Sumatera Utara
Download