teori-belajar-kognitif

advertisement
MAKALAH PSOKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA
Dosen Pengampu: Palupi Sri Wijayanti, M.Pd.
Disusun Oleh:
1. Anggit Sutama
(14144100107)
2. Nurita Cahyaningtyas
(14144100112)
3. Diana Rahmawati
(14144100113)
4. Nina Octaviani Nugraheni
(14144100115)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2015
1
Pengertian Teori Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan,
memberikan,
menyangka,
pengolahan
informasi,
pemecahan
masalah,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan
afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek
kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa
dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu
objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
2
Karakteristik Teori Kognitif
Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
1. Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contohcontoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa
pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu:
enactive,iconic dan simbolic.
a. Pembelajaran
enaktif
mengandung
sebuah
kesamaan
dengan
kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah
mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan
pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik
sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali
(„melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham
bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan
ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.
b. Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran;
dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui
sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin
mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam
benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan
dalam kata-kata.
3
c. Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan
melalui representasi pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama
sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan pengalaman tersebut.
Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan
karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal
dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi
pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai
berikut:

Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Selfcuriousity
(keingintahuan)
untuk
mengadakan
petualangan
pengalaman.

Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah
struktur yang ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi
berbagai kemungkinan pengenalan.

Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan
kemampuan secara enaktif, ekonik, dan simbolik.

Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan
instruksional sebagai arah informatif.

Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan
bertanggung jawab memungkinkan kemajuan.
2. Piaget
Menurut Piaget (dalam Dr. Paul Supomo, 201:49) metode pengajaran
matematika dalam bentuk ceramah memang baik bagi orang yang sudah
dewasa tetapi banyak menyebabkan hambatan bagi murid yang masih dalam
tingkat pengajaran yang masih rendah. Kemudian Piaget menekankan hal
pokok dalam pengajaran matematika pada murid bahwa pengajaran
matematika tidak boleh melalaikan peran kegiatan-kegiatan, khususnya pada
anak-anak yang masih kecil. Pengalaman fisis dan pengalaman matematislogis sangat penting dalam mengembangkan pengetahuan. Jadi, pengajaran
matematika adalah hubungan interaksi dan proses belajar mengajar yang
4
berhubungan dengan penalaran deduktif, masalah-masalah, definis-definisi,
aksioma-aksioma, dalil-dalil, antara pendidik dan peserta didik.
Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa
anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri
dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari
tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada beberapa
jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai
informasi.
Tahap perkembangan kognitif menurut piaget
secara umum (Paul
S,2001:24) dibagi menjadi empat tahap, antara lain:
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap sensorimotor anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan
sensorik
yaitu
dengan
penglihatan,
penciuman,
pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakangerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur
alamnya dengan indera (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor), anak
belum mempunayai kesadaran-kesadaran adanya konsepsi yang tepat.
b. Tahap persiapan operasional (2-7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berfikir logis, dan merupakan aktivitas
mental bukan aktivitas sensori motor. Pada tahp ini anak belum mampu
melaksanakan operasi-operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap
ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran,
dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa inteligensi anak
semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia
sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
c. Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang langusng
dialami. Anak masih menerapkan logika berfikir pada barang-barang
yang konkrit, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
5
d. Tahap informasi formal (11 tahun ke atas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan
kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus
berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.
Penerapan teori belajar piaget dalam pengajaran matematika:
a. Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan anak di tahap ini, kemmapuan
anak mungkin ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak
terhadap lingkungan.Anak-anak pada tahap ini, memiliki beberapa
pemahaman tentang konsep angkan dan menghitung.
Misalnya: orang tua dapat membantu anak-anak mereka menghitung
dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda
yang dia miliki dengan dan mengingat apabila ada benda yang ia punya
hilang.
b. Tahap persiapan operasional (2-7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional
dalam dua bagian:
1) Umur 2-4 tahun
Pada umur 2 tahun seorang anak mulai dapat menggunakan
simbol atau tanda untuk memprsentasikan suatu benda yang tidak
tampak di hadapannya.
2) Umur 4-7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur ini pemikiran anak semakin pesat. Tetapi,
perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami
operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau
penalaran yang tidak logis. Contoh: terdapat 20 kelereng, 16
berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak
dengan pertanyaan berikut: “ manakah yang lebih banyak kelereng
merah ataukah keler-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah”
6
B usia 7 tahun menjawab: “kelereng kelereng lebih banyak
daripada kelereng merah”. Tampak bahwa A tidak mengerti
pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun
kelereng merah dan putih menjadi suatu himpunan kelereng atau
dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untuk menggabungkan
pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya.
c. Tahap operasi konkret (7-11 tahun)
Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang
didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret
ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang terlihat
nyata atau konkret. Anak masih mempunyai kesulitan untuk
menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel.
Contoh: bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu
menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu
kembali menjadi benda A. dalam matematika diterapkan dalam operasi
penjumlahan (+) pengurangan (-), urutan (<) dan persamaan (=).
Contohnya: 5+3=8 dan 8-3=5pada anak umur 8 tahun anak sudah
memahami konsep penjumlahan yang seterusnya berlanjut pada
perkalian.
d. Tahap opersi formal (11 tahun ke atas)
Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak bila dihadapkan
pada suatu masalah dan ia dapat mengisolasi untuk sampai pada
penyelesaian masalah tersebut. Pikirannya sudah melampaui waktu dan
tempat tidak hanya terikat pada hal sudah dialami.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
a) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak,
tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalamanpengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan
7
yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang
dimaksud.,
b) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa
pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan
lingkungan,
c) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu
guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas
yang terdiri dari individu –individu ke dalam bentuk kelompokkelompok kecil siswa dari pada aktivitas dalam bentuk klasikal,
d) mengutamakan peran siswauntuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan –gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarakan secara langsung,
perkembangannya dapat di simulasi.
8
Download