perilaku ekonomi pasar dalam perspektif islam

advertisement
AttanwirJurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan
Volume 01, Nomor 01, April 2012
Hlm. 39–47
PERILAKU EKONOMI PASAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Surono
Dosen STAI Attanwir Bojonegoro
Abstrak :Karya Tulis ini akan membahas masalah perilaku pasar dengan
mencoba melihat dari segi mekanisme pasar itu sendiri, yang mencakup di
dalamnya harga dan persaingan sempurna pada pasar islami, peran pasar dalam
distribusi barang dan jasa, peran pasar dalam efisiensi produksi, dan peran pasar
dalam disribusi pendapatan. Dan tidak lupa pula, makalah ini akan menggali
mekanisme transaksi perdagnagan yang terkadang banyak menyimpang dari
ketentuan syariat Islam, seperti transaksi yang mengandung gharar, riba,
ghiban, ma’dum, maysir, dan lainnya.
KataKunci :mekanisme pasar, akhlak pasar
A. Pendahuluan
Perspektif teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah satu mekanisme
yang bisa dijalankan oleh manusia untuk mengatasi problem-problem ekonomi yang
terdiri atas produksi, konsumsi, dan distribusi.Alternatif solusi yang mencuat dalam
sejarah peradaban untuk problem ekonomi adalah mekanisme pasar, tradisi (custom),
dan ekonomi terpinpin (command ekonomic).Walaupun masing-masing memiliki
berbagai kelemahan, seperti tradisi yang berifat statis dan cenderung tidak adaptif
terhadap tuntutan perubahan, ataupun ekonomi terpimpin yang menjadi kewalahan
ketika masyarakat menjadi semakin besar, sistem ini menghadapi limitasi karena
sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan powerkepemimpinan tentunya
semakin besar.
Dalam tataran teoritis normatif hukum permintaan dan penawaran di pasar sangat
berperan dalam menentukan pendapatan, hal ini karena pendapatan di pasar
direpresentasikan oleh harga yang berlaku senbagai alat tukar atas penggunaan jasa
ataupun aneka ragam produk.Dengan demikian setiap pendapatan yang diterima
berlaku sebagai insentif dari kepemilikan dan pengembangan faktor-faktor produksi.
Namun demikian, kondisi riil pasar pada saat ini menunjukkan adanya ketidak
seimbangan distribusi (unfair distribution) dalam faktor produksi.Pasar gagal dalam
mendistribusikan sumber daya. Mereka yang terdidik, berpengalaman, mempunyai
keahlian dan modal akan menjadi pemenang kompetisi atas mereka yang terdidik, tidak
berpengalaman, dan tidak punya keahlian dan modal. Hal tersebut kemudian dapat
40
Surono
membawa perubahan pada mekanisme pasar, yang kemudian menggiring si pemenang
kompetisi untuk semakin kaya (wealthy richer) dan bagi si kalah akan semakin miskin
(poor and poorer).
Untuk itu, pantas kiranya dikaji kembali mekanisme ekonomi pasar yang
sesungguhnya, apa sesuai dengan ketentuan hukum Islam atau tidak. Juga perlu kiranya
melihat perilaku konsumen, produsen di dalam pasar dalam bertransaksi, karena masih
banyak praktik-praktik transaksi pasar yang merugikan dan tidak sesuai dengan syariat
Islam
B. Mekanisme Ekonomi Pasar
Keberatan terbesar terhadap mekanisme kompetisi pasar adalah bahwa basar
tidak lebih sebagai instrumen bagi kelas yang berkuasa (investor) untuk mengokohkan
dominasinya terhadap kelas yang tertindas (labor).Pembagian kelas yang terjadi dalam
masyarakat adalah akibat dari adanya surplus yang dihasilkan oleh proses produksi.
Agar surplus bisa membesar, produksi harus berjalan secara efisien. Pasar dalam
pandangan Marxian klasik, bukan hanya sekedar mekanisme produksi dan aloksi
sumber daya, tetapi justru menggambarkan suatu relasi antara kekuasaan dan
kepentingan.
Ajaran Islam menjelaskan bahwa selain mengupayakan mekanisme pasaryang
berada dalam frame halal-haram, ajaran Islam juga menganut keyakinan adanya
tanggung jawab personal terhadap kesejahteraan orang lain serta kesejahteraan yang
seharusnya dinikmati pelaku pasar sesuai dengan aturan syariah
Perspektif ekonomi liberal meyakini bahwa pasar sebagai instrumen yang penuh
dengan geliat komflik antara pemburu rente dan kelompok kepentingan.Menurut tradisi
pandangan ekonomi klasik dan neoklasik, mekanisme pasar mengimplikasikan adanya
persaingan terbuka antara pencari keuntungan. Jika persaingan berlangsung terbuka,
keuntungan yang diperoleh pelaku seara individu hanya akan terjadi dalam tingkat
minimal. Sebaliknya, tanpa adanya persaingan, tiap-tiap individu bisa memperoleh
keuntungan yang besar (supernormal profit). Karena para pemburu rente ini berusaha
memaksimalkan keuntungan ekonomi yang bisa mereka peroleh dengan cara
menghindari persaingan di pasar. Oleh karena, berseberangan dengan kaum Marxian,
ekonomi liberal justru berpendapat bahwa adanya persaingan yang menghasilkan
distribusi yang adil.
Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif.Pasar tidak
mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali Negara dengan
otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun
lainnya1.Bahkan Ibnu Khaldun mengilustrasikan dalam bukunya al-Mukaddimah bahwa
sangat berbahaya bagi pemerintah mengintervensi dan memonopoli pasar yang malah
mempersempit ruang industri dan perniagaan rakyatnya.
Jika pasar dapat mengakomodasi bentuk-bentuk kebebasan di atas, hal ini berarti
pasar sudah berperan sebagai instrumen terstruktur untuk mendistribusikan barang
1Abdul
Aziz, 2008, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm.
111
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
Perilaku Ekonomi Pasar dalam Perspektif Islam
41
dan jasa, efesiensi produksi dan distribusi income. Adapun penjelasannya dari ketiga
peran tersebut, sebagai berikut:2
Harga dan Persaingan Sempurna pada Pasar Islami
Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif.Pasar tidak
mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak terkecuali Negara dengan
otoritas penentuan harga atau private sektor dengan kegiatan monopolistik ataupun
lainnya.
Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan kekuasaan yang besar untuk
menentukan apa yang harus dikonsumsi dan diproduksi. Sebaliknya, biarkan tiap
individu dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana
memenuhinya. Inilah pola normal dari pasar atau ‘keteraturan alami’ dalam istilah alGhazali terkait dengan ilustrasi dari evolusi pasar. Selanjutnya, Adam Smith
menyatakan, serahkan saja pada invisible hand, dan ‘dunia akan teratur dengn
sendirinya.Dasar dari pelaku ekonomi adalah voluntary, sehingga otoritas dan komando
tidak lagi terlalu diperlukan. Biaya untuk mempertahankan otoritas pun diminimalkan.
Para ulama seperti Ibu Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan Ibnu al-Qayyim sepakat
bahwa harga memang dibentuk oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Mereka
membantah jika kenaikan harga dizamannya ada unsur ketidak adilan pelaku
pasar.Penentuan harga juga harus diserahkan kepada kekuasaan pasar.Ketidak
sempurnaan pasar dan berbagai distorsi lainnya diserahkan saja pada kekuatan pasar
untuk mengoreksinya sepanjang tidak mempengaruhi kesejahteraan rakyat.
Dari pemahaman itu, harga sebuah komoditas (barang dan jasa) ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, perubahan yang terjadi pada harga berlaku juga ditentukan
oleh terjadinya perubahan permintaan dan perubahan penawaran. Hal ini sesuai dengan
yang diriwayatkan oleh sahabat Anas bahwasanya suatu hari terjadi kenaikan harga
yang luar biasa pada masa Rasulullah SAW., maka sahabat meminta nabi untuk
menentukan harga pada saat itu, lalu Nabi bersabda: Bahwa Allah adalah dzat yang
mencabut dan memberi sesuatu, Dzat yang bemberi rezeki dan penentu harga....” (HR. Abu
Daud).
Hadits tersebut menyatakan bahwa pada masa Rasulullah terjadi kenaikan harga,
yang mana Rasulullah meyakini adanya penyebab tertentu yang sifatnya darurat. Oleh
sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring dengan hilangnya penyebab
dari keadaan itu. Dilain pihak Rasulullah juga meyakini bahwa harga akan kembali
normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penetapan harga menurut
Rasulullahmerupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingan para pedagang,
karena para pedagang di pasar merasa terpaksa untuk menjual barangnya yang sesuai
dengan patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan keridhaanya.
Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan
intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal.Ibnu Taimiyah mengatakan jika
2Amalia,
Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
EkonomiKonvensional, Kencana, Jakarta, hlm. 166
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
42
Surono
masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada bentuk
distorsi atau penganiayaan apapun dan terjadi perubahan harga karena sedikitnya
penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak Allah.
Harus diyakini nilai konsep Islam tidak memberikan ruang intervensi dari pihak
manapun untuk menentukan harga, kecuali adanya kondisi darurat yang kemudian
menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian menentukan harga.
Pengertian darurat disini adalah pada dasarnya peranan pemerintah ditekan
seminimal mungkin.Namun intervensi pemerintah sebagai pelaku pasar dapat
dibenarkan hanyalah jika pasar tidak dalam keadaan sempurna, dalam arti ada kondisikondisi yang menghalangi kompetisi yang fair terjadi (market failure).
Peran Pasar dalam Distribusi Barang dan Jasa
Pasar terbuka akan mengarahkan kepada distribusi barang dan jasa secara optimal
semua konsumen, selama daya beli antara konsumen di pasar tidak terpaut berjauhan
satu dengan yang lainnya. Dengan begitu sistem Islam mengarahkan kepada distribusi
yang adil, sehingga komunitas muslim tidak terkotak-kotak dengan jenjang level
kekayaan yang terpaut berjauhan antara satu jenjang dengan lainnya. Komunitas Islam
harus dibentuk dalam satu kesatuan “madani” yang menjunjung persaudaraan sesama
muslim.
Distribusi pendapatan atau pembagian kekayaan akan menjamin terjadinya
keadilan distribusi barang dan jasa di pasar. Karena dalam pasar terbuka dan
persaingan sempurna setiap individu akan selalu berfikir dan berusaha untuk
mendapatkan manfaat atau utilitas tertinggi dari setiap cadangan pengeluarannya.3Hal
ini serta merta akan rusak bila sistem monopolistik diterapkan di pasar, di mana para
konsumen tidak mempunyai daya beli yang selevel antara satu dengan yang lainnya. hal
ini disinyalir oleh Ibnu Taimiyah bahwa: “penjual dilarang apabila dengan sengaja tidak
menjual sesuatu kecuali dengan harga bisa ditentukan sendiri.4
Sebagaimana Firman Allah SWT.dalam al-Quran, bahwa transaksi perdagangan
harus dilakukan atas dasar “taradin” artinya dari sisi harga harus dilakukan atas dasar
kerelaan antara penjual dan pembeli. penentuan harga diawal yang biasanya dilakukan
oleh penjual atau justru oleh pembeli bukan sistem yang baku akan tetapi hanya untuk
membentuk harga yang akan disepakati (taradin) tanpa adanya intervensi dari pihak
manapun. Pasar Islam tidak bisa menerima adanya kepentingan relatif hanya pada
sejumlah barang tertentu, hal ini dikarenakan kekayaan dan pendapatan harus
didistribusikan secara normal dan optimal antara setiap anggota komunitas, instrumen
harga kemudian akan menggiring pengelompokan atau pengklasifikasian konsumen
dari kemampuan belinya.5 Dari sinilah seharusnya penumpukan dan pendistribusian
barang dan jasa akan dibatasi besarannya oleh instrumen harga.
Namun Abu Yusuf berpendapat lain dalam kitab al-Kharaj bahwa mahal murahnya
suatu komoditas tidak bisa ditentukan secara pasti, di mana murah bukan karena
3Isalahi,
A.A., 1997, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, PT. Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 104
Ibid, 105
5Amalia, Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
EkonomiKonvensional, Kencana, Jakarta,
4
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
Perilaku Ekonomi Pasar dalam Perspektif Islam
43
melimpahnya barang tersebut dan mahal bukan hanya karena kelangkaannya.
Sebagaimana pendapatnya, mahal murahnya merupakan ketentuan Allah, terkadang
makanan melimpah tetapi harga mahal dan terkadang makan sedikit tetapi harga
murah.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Abu Yusuf memahami adanya vareable lain
yang berlaku disni, yang bukan hanya hukum permintaan dan penawaran atau dengan
kata lain, peningkatan dan penurunan harga tidak selalu dikaitkan dengan penurunan
dan peningkatan produksi. Bisa jadi karena adanya distorsi pada distribusi yang
disengaja disengaja untuk merusak daya beli masyarakat pada kondisi pasar normal dan
terbuka, seperti terjadinya penimbunan barang ataupun lainnya.dalam kondisi seperti
ini negara dapat berperan sebagai pengawas atau regulator yang menjamin kebebasan,
kesempurnaan dan keterbukaan pasar.
Peran Pasar dalam Efisiensi Produksi
Kontrol dan pembatasan faktor-faktor produksi dalam tatanan nilai Islam
dilakukan dengan memanfaatkan sekali lagi instrumen harga di pasar. Instrumen harga
akan mengarahkan efisiensi bahan baku produksi dari berbagai macam produksi
permintaan konsumen di pasar. Konsep ini menegaskan bahwa setiap harga produk
yang dibayarkan oleh konsumen mewakili besar ongkos yang produksi yang diperlukan.
Ibnu khaldun berpendapat bahwa para produsen akan selalu memperhatikan
kenaikan
ataupun penurunan pendapatan. Dengan begitu harga produk akan
berpengaruh kepada produktifitas. Kenaikan harga yang tinggi atau penurunan harga
yang drastis akan menimbulkan efek negatif bagi produsen. Jika harga tertentu rendah,
pendapatan produsen berkurang, maka kemampuan berproduksi akan menurun, dilain
pihak, jika harga terlalu tinggi, distribusi barang akan terdistorsi, sebagai akibat dari
kemampuan daya beli yang tidak merata.
Peran Pasar dalam Distribusi Pendapatan
Hukum permintaan dan penawaran di pasar sangat berperan dalam menetukan
pendapatan. Hal ini karena pendapatan di pasar direpresentasikan oleh harga (price)
yang berlaku sebagai alat tukar atas penggunaan jasa ataupun aneka ragam produk.
Konsep distribusi kemudian memanfaatkan instrumen harga untuk menentukan nilai
barang ataupun jasa yang ditawarkan di pasar.Dengan demikian setiap pendapatan yang
diterima berlaku sebagai insentif dari kepemilikan faktor-faktor produksi.
Produktivitas modal dalam menyelesailkan tingkat pengembalian tidak ditentukan
secara pasti dalam nilai prosentase tertentu, akan tetapi ditentukan dari prosentase nilai
keuntungan yang didapat dari produktivitas modal tersebut (bagi hasil). Dengan
demikian keuntungan yang diperolehkan dalam ekonomi berbasis ajaran Islam datang
dari hasil investasi permodalan dalam proses produksi.
Dengan konsep tersebut, Islam telah mewujudkan keseimbangan antara faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi. Karena dalam sistem ribawi,
proses produksi lebih banyak berpihak kepada kepentingan investor yang masuk dalam
proses, dimana investor dijamin bisa mengambil keuntungan tanpa harus berhadapan
dengan kemungkinan kerugian.
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
44
Surono
Islam meletakkan kaidah, “al-gunmu bil gurum wa al-kharraj biddhaman (tdak ada
tingkat pengembalian tanpa adanya resiko dan tidak akan ada pendapatan tanpa adanya
pengeluaran).” Kaidah ini kemudian akan dibatasi melalui instrumen pasar yang dikenal
dengan istilah sistem mudharabah. Bila konsep ini yang dikembangkan maka
mekanisme pasar Islami tidak akan menempatkan negara sebagai tak lebih dari pelayan
kepentingan pemilik modal untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
mengekploitasi pekerja dan rakyat negara berkembang.
C. Perilaku Ekonomi Pasar dalam Perspektif Islam6
Perdangan adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Agar pasar
dapat berperan secara normal (alamiah) dan terjamin keberlangsungannya, di mana
struktur dan mekanismenya dapat terhindar dari perilaku-perilaku negatif para pelaku
pasar, maka ajaran Islam menawarkan satu paket aturan moral berbasis hukum
syariah yang melindungi setiap kepentingan pelaku pasar. Aturan tersebut adalah
sebagai berikut:
Aspek Hukum Dalam Mekanisme Transaksi Perdagangan
Konsep halal-haram sudah jelas ketentuannya dalam mekanisme pasar. Bahkan
dalam al-Qur’an disebutkan dengan jelas dalam surah An-Nisa’: 29.
ִ
֠
! "#$ %"&'
(
)* +,
. /01 2
+(&
3/4 356 ) 7
%"
#8, 9 :
;
<=
9"#>$ %? @ A
C(5"#>$ %DE FG )AH635
6֠⌧J>$ %3/ K☺M N OPQR0
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”
Suka sama suka yang dimaksud dalam ayat ini dimaksudkan sebagai kontrol
terhadap perniagaan yang dilakukan. Teknik, sistem dan aturan main tentang
pencapaian tujuan ayat tersebut menjadi ruang ijtihad bagi pakar muslim atau
akademisi dalam menerjemahkan konsep dan implementasinya pada konteks pasar
modern saat ini.
Selain itu, terdapat sejumlah ayat maupun hadits nabi yang memberikan batasan
mekanisme mana saja yang secara khusus dan secara jelas dilarang, sehingga transaksi
6Amalia,
Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional, Kencana, Jakarta, hlm. 173
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
Perilaku Ekonomi Pasar dalam Perspektif Islam
45
muamalah yang dilakuakan oleh manusia dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka dan
bukan menjadi malapetaka.Prinsipnya, semua yang dilarang itu berarti haram dan jika
masih dikerjakan itu dosa.
Seperti nabi melarang transaksi jual beli yang semu. Larangan tersebut merupakan
koredor yang harus dilaksanakan oleh semua muslim baik individu maupun kolektif.
Hadits nabi menjelaskan dengan rinci tentang hal yang dibolehkan dalam transaksi
komersial yang dilakukan oleh orang Islam dalam bentuk larangan-larangan sesuai
dengan kondisi yang saat itu terjadi
“Nabi melarang jual beli ikan dalam air”
“Nabi melarang jual beli utang”
“Nabi melarang jual beli dua jenis transaksi dalam satu akad”
“Nabi melarang yang mengandung unsur tipu daya”
“Nabi melarang menjual barang yang belum ada serah terima.”
Para ulama kemudian menyimpulkan satu konsep fiqhiyah yang menegaskan
pelarangan bagi para pelaku pasar untuk mempraktikkan sejumlah transaksi sebagai
berikut:
a. Transaksi al-Ma’dum
Yaitu jenis penjualan barang dan jasa yang tidak atau belum dimiliki langsung oleh
penjual.Dalam bertransaksi pasar pejual dan pembeli dapat berinovasi. Hal tersebut
dikuatkan dengan hadits nabi yang memberikan keleluasaan kepada manusia dalam
menentukan mekanisme transaksi dan berbisnis bahwa: Kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram.”
b. Transaksi An-najasy7
Yaitu kesepakatan penjual dengan pihak ketiga untuk melakukan penawaran palsu
sehingga dapat mempengaruhi perilaku calon pembeli sebenarnya.Transaksi Najasy
diharamkan karena penjual bekerja sama dengan orang lain agar memuji barangnya
atau menawar barangnya dengan harga tinggi agar orang lain tertarik pula untuk
membeli.8Penawar sendiri tidak bermaksud benar-benar untuk membeli barang
tersebut.Ia hanya akan menipu orang lain yang hendak embeli barang tersebut yang
sebelumnya terjadi kesepakatan.
c. Transaksi al-Ghaban
Yaitu transaksi jual beli yang dilakukan di bawah atau di atas harga yang
sebenarnya.Dalam transaksi jenis ini sangat terbuka lebar terjadinya asimetris
information antar pelaku pasar.Syariah menjamin adanya keterbukaan dalam
informasi yang menyangkut kinerja perusahaan, sehingga penentuan harga melalui
mekanisme pasar haruslah berdasarkan prediksi keuangan riil dari perusahaan
tersebut.
7Amalia,
Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
EkonomiKonvensional, Kencana, Jakarta, 176
8 Euis Amalia, Dkk, 2010, Teori Milroekonomi Suatu Pandangan Ekonomi Islam Dan
Ekonomi Konvensional, Kencana JakartaHlm.282
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
46
Surono
d. Transaksi riba, Gharar, dan maysir9
Karakter kerja dan bisnis harus menghindari transaksi riba, Gharar, dan maysir,
gamling, dan maysir.Transaksi gharar adalah kurangnya informasi atau pengetahuan
sehingga tidak memiliki skill.Islam tidak mengenal spekulasi dan perjudian.
Larangan-larangan yang disebutkan dalam beberapa hadits nabi merupakan suatu
batas koridor secara substansial harus dicarikan makna dan nilai yang terkandung di
dalamnya secara filosofis.Sehingga pemaknaan hadits tersebut tidak dilakukan melalui
pendekatan bentuk dan model yang terjadi saat itu, tetapi lebih dicarikan sebab dan
substansi pelarangannya. Hal ini penting sehingga prinsip syariah dalam mengatur
kontrak komersial
Spritualitas Transaksi Perdagangan10
Islam mengenal adanya nilai-nilai spritualitasme pada setiap materi yang dimiliki,
yang menjadi sentral dari konsep moralnya adalah semua barang milik Allah SWT.dan
bagaimana melakukan transaksi perdagangan yang sesuai dengan aturan syariah.
Islam mengajarkan kapan seorang muslim dapat bertransaksi, bagaimana
mekanisme transaksi dan komoditas barang maupun jasa apa saja yang dapat
diperjualbelikan di pasar.
Sedangkan objek yang dapat diperjualbelikan, yang menjadikan acuan adalah
selama tidak berbahaya bagi dirinya maupun orang lain, maka pelaku pasar dapat
memperjual belikannya. Perlu dimahami, ajaran Islam mempunyai ketegasan yang
tinggi berkaitan dengan hal ini.Karena hal inilah yang menjadi landasan moral distingtif
dengan konsep-konsep ekonomi lainnya.
Untuk itu, dalam ajaran Islam banyak sekali dijumpai stimulan atupun insentif
(riward atau pahala di akhirat) bagi para pelaku pasar, yang dapat menerapkan
bisnisnya secara halal.Tentu hal ini dilengkapi dengan perangkat bagaimana agar
supaya dagangannya laku dengan aturan dagang secara Islami, penuh kejujuran,
amanah, dan toleransi untuk tidak melakukan praktik-praktik negatif yang berdampak
pada distorsi mekanisme pasar.
D. Penutup
Dalam pembahasan tersebut di atas, sangat jelas bahwa ekonomi Islam mengayomi
kebebasan pasar untuk berfungsi sebagai penentu nilai produk-produk perekonomian.
Akan tetapi harus digarisbawahi bahwa kebebasan ini tidak berlaku mutlak. Kebebasan
pasar harus pula menyesuaikan dengan prinsip-prinsip yang digariskan ajararan islam
dalam kerja produktif dan keragamannya yang dapat berlaku dikomunitas Islam.
Banyak hal yang bisa diambil pelajaran, khususnya terkait dengan perlu tidaknya
intervensi pemerintah dalam dunia perdagangan. Sebagian besar Ulama Islam
menekankan perlunya nilai-nilai moral bagi semua pelaku bisnis di pasar.Tidak seluruh
individu sadar dengan tugasnya.Dan yang sadar belum tentu melaksanakan tugasanya.
9Isalahi,
A.A., 1997, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, PT. Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 85
Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional, Kencana, Jakarta, hlm.174
10Amalia,
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
Perilaku Ekonomi Pasar dalam Perspektif Islam
47
Daftar Pustaka
Aziz, Abdul, 2008, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Amalia, Euis, Dkk, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan
Ekonomi Konvensional, Kencana, Jakarta.
Chapra, M. Umar, 2001, The fiture of economics; an Islamic perspective, Edisi Terjemahan,
SEBI Institute, Jakata.
Isalahi, A.A., 1997, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, PT. Bina Ilmu, Surabaya.
Muhammad, 2004, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, BPFI-Yogyakata
Nasution, Mustafa Edwin, dkk, 2007, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana,
Jakarta.
Attanwir, Vol. 1, No. 1,April 2012
ISSN: 2252-5238
Download